You are on page 1of 7

PEMANFAATAN FLY ASH BATUBARA SEBAGAI ADSORBEN DALAM

PENYISIHAN CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD) DARI LIMBAH CAIR


DOMESTIK (Studi Kasus: Limbah Cair Hotel Inna Muara, Padang)

Afrianita, Reri (2010) PEMANFAATAN FLY ASH BATUBARA SEBAGAI


ADSORBEN DALAM PENYISIHAN CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD) DARI
LIMBAH CAIR DOMESTIK (Studi Kasus: Limbah Cair Hotel Inna Muara, Padang).
Teknika Unand, 1 (33). ISSN 854 - 8471 PDF (PEMANFAATAN FLY ASH
BATUBARA SEBAGAI ADSORBEN DALAM PENYISIHAN CHEMICAL OXYGEN
DEMAND (COD) DARI LIMBAH CAIR DOMESTIK (Studi Kasus: Limbah Cair Hotel
Inna Muara, Padang) ) - Published Version
Download (2459Kb)

Abstract

Fly ash batubara telah banyak dimanfaatkan sebagai adsorben pada penyisihan parameter
pencemar dalam limbah cair. Kali ini pemanfaatan fly ash sebagai adsorben diteliti untuk
menyisihkan COD pada limbah cair domestik dengan studi kasus Hotel Inna Muara
Padang. Penelitian dilakukan dengan proses adsorpsi yang bertujuan untuk melihat
besarnya efisiensi penyisihan dan kapasitas penyerapan yang dihasilkan. Limbah cair
yang diuji berasal dari laundry, bak kontrol, dan pencampuran antara laundry dan bak
kontrol. Konsentrasi awal COD berkisar 72-346 mg/l dimana telah melewati baku mutu
yang ditetapkan yaitu 50 mg/l. Penelitian dilakukan secara batch dengan menggunakan
larutan artificial glukosa pada volume 100 ml. Dari hasil penelitian diperoleh kondisi
optimum untuk setiap variasi parameter adalah diameter adsorben ≤0,075 mm, berat
adsorben 2 gram, waktu kontak 90 menit, konsentrasi adsorbat 100 mg/L, kecepatan
pengadukan 150 rpm dan pH adsorbat 5. Efisiensi penyisihan berkisar antara 58,96-
76,389 %. Sedangkan kapasitas penyerapan sebesar 3,67-13,6 mg/g. Pemanfaatan fly ash
sebagai adsorben dalam penyisihan COD dari limbah cair Hotel Inna Muara Padang
belum memberikan hasil yang memuaskan dilihat dari nilai efisiensi yang dihasilkan.
Kata Kunci: fly ash, limbah cair hotel, adsorpsi, COD

Abu Terbang Batubara Sebagai Adsorben

by Marinda Putri on 06/06/08 at 5:00 pm | 19 Comments | |

Penggunaan abu terbang batubara sebagai campuran beton untuk bangunan California
Academy of Science.
click photo to enlarge

Produksi abu terbang batubara (fly ash) didunia pada tahun 2000 diperkirakan berjumlah
349 milyar ton[1]. Penyumbang produksi abu terbang batubara terbesar adalah sektor
pembangkit listrik. Produksi abu terbang dari pembangkit listrik di Indonesia terus
meningkat, pada tahun 2000 jumlahnya mencapai 1,66 milyar ton dan diperkirakan
mencapai 2 milyar ton pada tahun 2006[2].
Abu terbang batubara umumnya dibuang di landfill atau ditumpuk begitu saja di dalam
area industri. Penumpukkan abu terbang batubara ini menimbulkan masalah bagi
lingkungan. Berbagai penelitian mengenai pemanfaatan abu terbang batubara sedang
dilakukan untuk meningkatkan nilai ekonomisnya serta mengurangi dampak buruknya
terhadap lingkungan. Saat ini umumnya abu terbang batubara digunakan dalam pabrik
semen sebagai salah satu bahan campuran pembuat beton. Selain itu, sebenarnya abu
terbang batubara memiliki berbagai kegunaan yang amat beragam:
Penyusun beton untuk jalan dan bendungan
Penimbun lahan bekas pertambangan
Recovery magnetit, cenosphere, dan karbon
Bahan baku keramik, gelas, batu bata, dan refraktori
Bahan penggosok (polisher)
Filler aspal, plastik, dan kertas
Pengganti dan bahan baku semen
Aditif dalam pengolahan limbah (waste stabilization)
Konversi menjadi zeolit dan adsorben

Konversi abu terbang batubara menjadi zeolit dan adsorben merupakan contoh
pemanfaatan efektif dari abu terbang batubara. Keuntungan adsorben berbahan baku abu
terbang batubara adalah biayanya murah. Selain itu, adsorben ini dapat digunakan baik
untuk pengolahan limbah gas maupun limbah cair. Adsorben ini dapat digunakan dalam
penyisihan logam berat dan senyawa organik pada pengolahan limbah. Abu terbang
batubara dapat dipakai secara langsung sebagai adsorben atau dapat juga melalui
perlakuan kimia dan fisik tertentu sebelum menjadi adsorben. Zeolit yang disintesis dari
abu terbang batubara banyak digunakan untuk keperluan pertanian. Zeolit banyak
dikonsumsi dalam pemurnian air, pengolahan tanah, dll. Zeolit dibuat dengan cara
mengkonversi aluminosilikat yang terdapat pada abu terbang batubara menjadi kristal
zeolit melalui reaksi hidrotermal.
Sifat Fisika dan Kimia Abu Terbang

Komponen utama dari abu terbang batubara yang berasal dari pembangkit listrik adalah
silika (SiO2), alumina, (Al2O3), dan besi oksida (Fe2O3), sisanya adalah karbon,
kalsium, magnesium, dan belerang. Rumus empiris abu terbang batubara ialah:
Si1.0Al0.45Ca0.51Na0.047Fe0.039Mg0.020K0.013Ti0.011
Tabel 1. Komposisi kimia abu terbang batubara
Komponen Bituminous Sub-
bituminous Lignite
SiO2 20-60% 40-60% 15-45%
Al2O3 5-35% 20-30% 10-25%
Fe2O3 10-40% 4-10% 4-15%
CaO 1-12% 5-30% 15-40%
MgO 0-5% 1-6% 3-10%
SO3 0-4% 0-2% 0-10%
Na2O 0-4% 0-2% 0-6%
K2O 0-3% 0-4% 0-4%
LOI 0-15% 0-3% 0-5%
Sifat kimia dari abu terbang batubara dipengaruhi oleh jenis batubara yang dibakar dan
teknik penyimpanan serta penanganannya. Pembakaran batubara lignit dan sub-
bituminous menghasilkan abu terbang dengan kalsium dan magnesium oksida lebih
banyak daripada bituminus. Namun, memiliki kandungan silika, alumina, dan karbon
yang lebih sedikit daripada bituminous. Kandungan karbon dalam abu terbang diukur
dengan menggunakan Loss On Ignition Method (LOI).

Abu terbang batubara terdiri dari butiran halus yang umumnya berbentuk bola padat atau
berongga. Ukuran partikel abu terbang hasil pembakaran batubara bituminous lebih kecil
dari 0,075mm[4]. Kerapatan abu terbang berkisar antara 2100 sampai 3000 kg/m3 dan
luas area spesifiknya (diukur berdasarkan metode permeabilitas udara Blaine) antara 170
sampai 1000 m2/kg[4].
Adsorben untuk Penyisihan Polutan pada Gas Buang

Abu terbang dapat dimanfaatkan sebagai adsorben untuk penyisihan polutan pada gas
buang prose pembakaran yang berpotensi untuk merusak lingkungan seperti gas sulfur
oksida yang menyebabkan hujam asam, gas nitrogen oksida yang menyebabkan
pemanasan global, dan merkuri (Hg) yang berbahaya bagi makhluk hidup.
Penyisihan SOx
Industri-industri berusaha untuk mengurangi emisi SOx dengan cara memasang unit flue
gas desulphurization (FGD) dan unit scrubber. Dua unit tersebut banyak digunakan
karena memiliki efisiensi yang tinggi terhadap proses de-SOx. Namun, dua unit tersebut
membutuhkan air dalam jumlah yang besar dan akibatnya menghasilkan limbah cair yang
banyak. FGD tipe kering tidak membutuhkan pengolahan limbah cair tetapi tipe ini
membutuhkan adsorben dalam jumlah besar untuk mencapai efisiensi de-SOxyang tinggi.
Abu terbang batubara lebih dipilih untuk digunakan sebagai adsorben pada FGD tipe
kering dalam skala besar dibandingkan karbon aktif karena biayanya lebih murah. Dua
tipe abu terbang batubara yang berasal dari fluidized bed combustion (FBC) dan
pulverized coal combustion (PCC) telah diuji coba untuk menyisihkan SO2 dengan
bantuan kalsium hidroksida (CaOH2)[2]. Hasil uji coba tersebut adalah konversi CaO
menjadi CaSO4 mencapai 92-100% dalam pereaksian selama 1 jam.
Penyisihan NOx
Abu terbang batubara juga memiliki potensi sebagai adsorben untuk menyisihkan NOx
dari aliran gas buang. Emisi NOx diserap oleh karbon tidak terbakar yang terdapat di
dalam abu terbang batubara. Partikel karbon tersebut dapat juga diaktivasi untuk
meningkatkan kinerja penyerapan NOx. Penelitian yang dilakukan oleh Rubel et al
menunjukkan bahwa perbandingan kapasitas penyerapan NOx karbon dari abu terbang
batubara yang diaktivasi dengan karbon aktif komersial adalah 1/3[1].
Penyisihan merkuri (Hg)
Emisi merkuri yang dihasilkan dari pembakaran batubara pada unit boiler mendapat
perhatian yang besar dari pemerhati lingkungan karena berpotensi merusak lingkungan
dan menjadi ancaman bagi kesehatan makhluk hidup. Abu terbang batubara dapat
dijadikan salah satu adsorben untuk mengontrol emisi merkuri dengan bantuan filter dari
bahan kain misalnya dengan memakai baghouse filter. Peneliti Serre dan Silcox
menyatakan bahwa karbon yang tidak terbakar di dalam abu terbang batubara dapat
digunakan sebagai substitusi karbon aktif yang murah dan efektif. Abu terbang batubara
dapat diinjeksikan secara berkala di dalam baghouse filter yang digunakan untuk
menyisihkan merkuri. Luas permukaan dan struktur abu terbang batubara yang berpori
merupakan dua hal yang menyebabkan abu terbang batubara berpotensi untuk menyerap
emisi merkuri.
Penyisihan gas-gas organik
Selain dapat digunakan untuk menyisihkan tiga polutan diatas, abu terbang batubara juga
dapat digunakan untuk menyisihkan gas organik. Penelitian yang dilakukan oleh Peloso,
menunjukkan bahwa abu terbang batubara yang telah melewati proses aktivasi secara
termal dapat menyisihkan uap toluene.
Adsorben untuk Penyisihan Ion Logam Berat pada Limbah Cair

Logam berat adalah polutan yang memberikan dampak signifikan bagi kesehatan
makhluk hidup. Proses penghilangan logam berat dari limbah cair sudah dilakukan
dengan beberapa cara seperti, presipitasi menggunakan bahan kimia, ekstraksi
menggunakan pelarut tertentu, pertukaran ion, reverse osmosis, atau adsorpsi. Proses
adsorpsi dengan pilihan jenis adsorben yang tepat jika dibandingkan dengan proses
lainnya merupakan proses yang sederhana tapi efektif dalam penghilangan logam berat
dari limbah cair.

Scanning Electron Microscopy abu terbang batubara.

Logam berat utama yang diteliti untuk diserap oleh abu terbang batubara adalah Pb, Ni,
Cr, Cu, Cd, dan Hg. Penghilangan logam berat dari limbah cair melibatkan dua proses
yaitu presipitasi dan adsorpsi. Proses presipitasi melibatkan kalsium hidroksida
sedangkan proses adsorpsi melibatkan silika alumina. Kedua senyawa tersebut
terkandung di dalam abu terbang batubara.

Peneliti bernama Bayat meneliti penghilangan logam Zn2+, Cd2+, Ni2+, Cu2+, dan Cr6+
menggunakan abu terbang batubara yang berasal dari batubara jenis lignit. Selain itu,
Bayat juga membandingkannya hasil penghilangan logam berat tersebut dengan karbon
aktif komersial. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa abu terbang batubara
dapat menghilangkan logam berat seefektif karbon aktif pada kondisi tertentu. Proses
adsorpsi maksimum terjadi pada kondisi pH 7-7.5[5].

Abu terbang batubara juga merupakan adsorben yang baik untuk menghilangkan Cs. Abu
terbang batubara juga dikonversi menjadi zeolit melalui proses hidrotermal dan
digunakan untuk menghilangkan logam Cs, timbal, dan kadmium. Kapasitas adsorpsi
zeolit abu terbang batubara untuk timbal sebesar 70.58 mg/g dan 95.6 mg/g untuk
kadmium dengan konsentrasi awal kedua logam sebesar 100 mg/L.
Konversi Abu Terbang Batubara Menjadi Zeolit

Zeolit pada dasarnya merupakan padatan aluminium-silikat yang memiliki struktur yang
berpori. Zeolit alam biasanya terbentuk dari batu dan abu gunung berapi yang beraksi
dengan logam alkali tanah pada air tanah. Zeolit murni hampir tidak dapat ditemukan di
alam. Biasanya terdapat pengotor seperti logam natrium dan kalsium. Abu terbang
batubara memiliki potensi dikonversi menjadi zeolit jika memiliki kandungan alumina-
silika yang cukup tinggi dan kandungan karbon yang rendah. Zeolit memiliki beberapa
aplikasi industrial yaitu[6]:
Pertukaran ion : Penukar ion Na+/K+/Ca2+
Adsorpsi pengotor gas : Adsorpsi selektif berdasarkan molekul gas spesifik
Adsorpsi pengotor air : Adsorpsi reversibel air tanpa ada perubahan sifat fisik dan kimia
dari zeolit itu sendiri

Jenis zeolit yang dihasilkan dari abu terbang bergantung pada komposisi awal dan
metode konversinya. Metode yang umum digunakan adalah hydrothermal alkali
treatment yaitu memanaskan campuran abu terbang dengan larutan alkali (KOH, NaOH,
dsb.) dalam variasi waktu reaksi, suhu, dan tekanan tertentu[6].
Tantangan Masa Depan

Abu terbang pada masa kini dipandang sebagai limbah pembakaran batubara.
Penanganan abu terbang masih terbatas pada penimbunan di lahan kosong. Hal ini
berpotensi bahaya bagi lingkungan dan masyarakat sekitar seperti, logam-logam dalam
abu terbang terekstrak dan terbawa ke perairan, abu terbang tertiup angin sehingga
mengganggu pernafasan. Sudut pandang terhadap abu terbang harus dirubah, abu terbang
adalah bahan baku potensial yang dapat digunakan sebagai adsorben murah. Beberapa
investigasi menyimpulkan bahwa abu terbang memiliki kapasitas adsorpsi yang baik
untuk menyerap gas organik, ion logam berat, gas polutan. Modifikasi sifat fisik dan
kimia perlu dilakukan untuk meningkatkan kapasitas adsorpsi.

Abu terbang (fly ash) batubara.

Berdasarkan paparan diatas sudah terbukti bahwa abu terbang batubara memiliki potensi
yang besar sebagai adsorben yang ramah lingkungan. Abu terbang batubara dapat
menjadi alternatif pengganti karbon aktif dan zeolit. Tetapi, kapasitas adsorpsi abu
terbang sangat bergantung pada asal dan perlakuan pasca pembakaran batubara. Sampai
sekarang, pemanfaatan abu terbang masih dilakukan dalam skala kecil karena umumnya
kapasitas adsorpsinya masih rendah. Modifikasi sifat fisik dan kimia dapat meningkatkan
kapasitas adsorpsi abu terbang. Peningkatan kapasitas adsorpsi dapat membuat adsorben
dari abu terbang batubara kompetitif bila dibandingkan dengan karbon aktif dan zeolit[1].

Konversi abu terbang menjadi zeolit adalah salah satu alternatif yang sangat potensial
meningkatkan nilai ekonomis abu terbang. Karbon sisa pembakaran dalam abu terbang
memiliki kualitas setara karbon aktif sehingga investigasi mengenai pemisahan karbon
sisa berpotensi meningkatkan nilai ekonomis dari abu terbang. Zeolit memiliki kegunaan
yang banyak seperti adsorben, resin penukar ion, molecular sieves, dll. Zeolit memilki
kapasitas adsorpsi yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan abu terbang sehingga
konversi abu terbang menjadi zeolit menjadi alternatif yang menjanjikan dimasa depan
(Queroll, 2006). Penelitian di masa depan diharapkan dapat membuat konversi abu
terbang menjadi zeolit komersil pada skala industri.
Referensi:
[1] S.Wang, H. Wu , H, Journal of Hazardous Materials (2006).
[2] Indonesia Power, PLTU Suralaya, (2002).
[3] Putu Astari Merati, Utilization of fly ash from power plant for removal of dyes,
(2006).
[4] Yoga Pratama, Heri T. Putranto, Coal fly ash conversion to zeolite for removal of
chromium and nickel from wastewaters, (2007).
[5] B. Bayat, Journal of Hazardous Materials, Vol. 95(3)275-290,(2002).
[6] X.Querol, et al, Int. J. Coal Geol. 50, 413-423, (2002).
[7] D. Mohan, et al, Ind. Eng. Chem. Res. 41, 3688-3695, (2002).

Advertise here
19 Comments

Lita

Jul 10th, 2008

iya dech,,semoga yang berhasil mengkonversi fly ash menjadi z


TEKNOLOGI PENGOLAHAN DAN PEMANFAATAN BATU BARA

TOKSISITAS ABU TERBANG DAN ABU DASAR LIMBAH PLTU BATUBARA


YANG BERADA DI SUMATERA DAN KALIMANTAN SECARA BIOLOGI

Latar Belakang

Abu terbang (fly ash) dan abu dasar (bottom ash) merupakan limbah padat yang
dihasilkan dari pembakaran batubara pada pembangkit tenaga listrik. Limbah padat ini
terdapat dalam jumlah yang cukup besar. Jumlah tersebut cukup besar, sehingga
memerlukan pengelolaan agar tidak menimbulkan masalah lingkungan, seperti
pencemaran udara, perairan dan penurunan kualitas ekosistem.

Salah satu penanganan lingkungan yang dapat diterapkan adalah memanfaatkan limbah
tersebut untuk keperluan bahan bangunan seperti batako dan paving blok serta pembenah
lahan pertanian. Namun, hasil pemanfaatan tersebut belum dapat dimasyarakatkan,
karena berdasarkan PP No. 85 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
No. 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, abu
terbang dan abu dasar dikategorikan sebagai limbah B3 karena terdapat kandungan
oksida logam berat yang akan mengalami pelindian secara alami dan mencemari
lingkungan.
Berdasarkan kondisi tersebut di atas, penelitian toksisitas abu batubara perlu
dilaksanakan secara menyeluruh. Untuk mengidentifikasi limbah sebagai limbah B3
diperlukan uji karakteristik dan uji toksikologis atas limbah tersebut.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah melihat lebih jauh pengaruh pemanfaatan abu batubara dalam
rentang waktu yang cukup lama, terutama kaitannya dengan tingkat toksisitas abu
batubara tersebut untuk kehidupan mahluk hidup dengan pendekatan secara biologi.
Contoh abu limbah yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari PLTU yang berada
di Sumatra dan Kalimantan.

Metodologi Penelitian

Tahapan percobaan dalam penelitian ini meliputi :


Analisis kimia contoh abu batubara dengan kode contoh FAA (Fly Ash Asam Asam),
BAA (bottom ash Asam Asam), FAO (Fly Ash Ombilin), dan BAO (Bottom Ash
Ombilin). Pengujian yang dilakukan adalah unsur-unsur mayor dan kelumit serta difraksi
sinar-X (X-RD).
Percobaan TCLP.
Pengujian toksisitas akut secara biologi terhadap kutu air (Daphnia sp.), ikan mas
(Cyprnus carpio L.), dan tikus mencit (Mus musculus galur Swiss-webster) yang terdiri
atas 3 tahap, yaitu:
(i) Persiapan hewan uji
(ii) Penentuan dosis racun dan pembuatan larutan uji untuk mencit
(iii) Uji hayati :
- Uji LC 50 untuk kutu air dan ikan mas
- Uji LD 50 untuk mencit
Analisis data untuk menghitung nilai LC50 dan LD50.

http://www.tekmira.esdm.go.id/kp/Batubara/images/hasilanalisiskelumit.jpg
Kesimpulan

Keseluruhan uji hayati contoh abu batubara dari PLTU Ombilin dan PLTU Asam Asam
terhadap kutu air, ikan mas, dan mencit memberikan hasil bahwa bahan-bahan uji
tersebut relatif tidak berbahaya bagi mahluk hidup, (Herni Khaerunisa).
ENGLISH

Senin, 27 September 2010 16:23:50

You might also like