Professional Documents
Culture Documents
1. Keadaan Sekolah
sekolah yang tidak terlalu dekat dengan jalan raya sehingga suasana
64
dan layak untuk mendukung proses kegiatan belajar mengajar. Semua
mata pelajaran.
semua guru di SMP tersebut berstatus PNS dan hanya 1 guru yang
terbagi dalam 12 kelas. Jumlah siswa kelas VII adalah 138 siswa.
Jumlah siswa kelas VIII adalah 141 siswa, sedangkan jumlah siswa
basket, sepak bola, karawitan, band, bela diri, dan paduan suara. Hanya
kelas VII dan kelas VIII yang aktif mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
tersebut. Selain itu, terdapat 33 siswa yang aktif menjadi anggota OSIS
Subjek penelitian ini yakni kelas VII B dan kelas VII D SMP
VII D terdiri dari 34 siswa. Jika dilihat dari kondisi kelasnya, sarana dan
Kedua kelas tersebut memiliki papan white board, papan presensi, buku
presensi, meja dan kursi untuk guru dan siswa serta berbagai sarana
projector.
3. Kegiatan Pra-Tindakan
terlebih dahulu meminta izin pada pihak sekolah, dalam hal ini Kepala
koordinasi dengan guru mata pelajaran IPS yang mengampu kelas VII B
dan VII D. Berikut ini beberapa hal yang dilakukan peneliti bersama guru
kelas VII B dan kelas VII D dipilih untuk dijadikan subjek penelitian.
siswa yang berbuat gaduh dan enggan bekerja sama dengan anggota
menerapkan metode STAD dan metode NHT sebagai sebuah bentuk solusi
atas permasalahan yang terjadi. Metode STAD dan metode NHT yang
1. Uji Validitas
instrumen angket dan tes. Hasil uji reliabilitas angket dan tes masing-
C. Pelaksanaan Penelitian
pada kedua kelas eksperimen pada intinya sama. Data penelitian diperoleh dari
test meliputi lembar angket dan soal tes tentang kegiatan produksi, konsumsi,
D selaku kelas eksperimen 2 mendapat perlakuan metode NHT. Dalam hal ini,
metode STAD untuk kelas eksperimen 1 dan metode NHT untuk kelas
eksperimen 2.
yang bertugas mengamati kerja sama antar siswa dan pelaksanaan metode
pembelajaran yang dilakukan oleh guru IPS. Data observasi tersebut kemudian
kedua kelas eksperimen, post-test dan angket akhir diberikan kepada siswa di
penghujung kegiatan pembelajaran. Hasil post-test dan angket akhir ini akan
kemampuan kerja sama dan hasil belajar IPS kedua kelas eksperimen pasca
pemberian perlakuan.
beberapa data, yaitu: data hasil observasi, angket awal dan angket akhir untuk
mengetahui peningkatan kemampuan kerja sama siswa, serta data nilai pre-
test dan post-test siswa untuk mengukur peningkatan hasil belajar IPS.
terlihat sibuk bercanda dan tidak berperan serta membantu proses diskusi.
Aktivitas mencatat penjelasan maupun pemaparan materi dari guru pun
berlangsung.
Tabel 12. Rata-Rata Hasil Observasi Kemampuan Kerja Sama Siswa
Kelas Eksperimen 1
No. Indikator Pertemuan Pertemuan
I II
1. Terlibat dalam proses bertukar pendapat 71,67% 93,33%
saat diskusi tentang materi IPS.
2. Menghargai kontribusi anggota 83,30% 86,70%
kelompok dalam kegiatan pembelajaran
IPS.
3. Berpartisipasi dalam pengerjaan tugas 65,56% 78,89%
IPS.
4. Berada dalam kelompok selama 100% 100%
kegiatan pembelajaran IPS berlangsung.
5. Mendorong partisipasi anggota 71,11% 81,11%
kelompok dalam menyelesaikan tugas
IPS.
6. Menyelesaikan tugas IPS tepat waktu. 90% 90%
7. Kepedulian untuk saling membantu 35% 56,67%
rekan dalam belajar IPS.
Rata-Rata 68,97% 81,28%
Angket yang digunakan terdiri atas angket awal dan angket akhir, masing-
siswa atau sebesar 30%. Sementara sebaran data paling sedikit terdapat
9
9
8
7
6
6
5 5
5
4
3
2 2
2
1
1
0
Interval
paling sedikit terdapat pada interval 24-27, 28-31, dan 44-47 sebanyak
10
8
8
6
6
4 3 3 3
2
0
0
Interval
bawah ini.
12 11
10
8
8
6
4
4 3
2
2 1 1
0
Interval
bawah ini.
9
9
8
8
7
6
6
5
5
4
4
3
2
1 1
1
0
Interval
Data hasil pre-test dan post-test merupakan data yang akan dipakai
untuk mengukur variabel hasil belajar IPS dalam penelitian ini. Data hasil
pre-test dan post-test yang diperoleh akan disajikan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi dan diagram batang untuk melihat sebaran data dan
lebih dari 75, masih terdapat segelintir siswa yang memperoleh nilai di
bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM). Data pre-test ini akan tetap
16
16
14
12
10
8
6
6 5
4 3
2
2 1 1
0
Interval
4
2
2 1
0 0
0
Interval
interval hasil belajar tertinggi. Meskipun demikian, satu hal yang patut
12 11
10
8 7
6 5 5 5
2 1
0
0
Interval
100 (interval hasil belajar tertinggi). Meskipun demikian, satu hal yang
bantuan program SPSS 16 for windows dalam melakukan uji prasyarat analisis
sebagai berikut.
1. Uji Normalitas
awal, dan angket akhir kedua kelas eksperimen. Hal ini bertujuan untuk
normal.
akhir untuk kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 dapat dilihat pada
test tidak terdistribusi secara normal. Dengan hasil tersebut, maka data
test), sedangkan data tes akan diolah lebih lanjut dengan statistik non
halaman 150.
2. Uji Homogenitas
penelitian berasal dari populasi yang memiliki varians yang homogen atau
F. Pengujian Hipotesis
saling lepas atau independent t-test untuk data hasil angket yang terdistribusi
normal dan homogen. Sementara untuk data hasil pre-test dan post-test yang
tidak berdistribusi normal, maka akan digunakan statistik non parametrik yaitu
pembelajaran IPS.
sama di antara kedua kelas eksperimen. Dalam hal ini, gain score angket
setelah perlakuan.
thitung kurang dari nilai ttabel. Ho akan ditolak bila nilai probabilitas
(sig)<0,05 dan nilai thitung lebih dari nilai ttabel. Hasil analisis independent t-
test terhadap skor angket dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 25. Hasil Perhitungan Independent t-test terhadap Skor Angket
Kemampuan Kerja Sama Siswa
thitung ttabel df Sig. (2- Keterangan
tailed)
Angket 2,298 1,994 62 0,025 Ada
akhir perbedaan
Gain score 5.544 1,994 62 0,000 Ada
angket perbedaan
yang signifikan antara kelas yang mendapat perlakuan metode STAD dan
terdapat perbedaan yang signifikan antara metode STAD dan metode NHT
Dengan melihat analisis uji beda rata-rata gain score angket, dapat
kemampuan kerja sama siswa kelas VII dalam pembelajaran IPS di SMP
Metode NHT
peningkatan hasil belajar di antara kedua kelas eksperimen. Dalam hal ini,
tes sebelum perlakuan (pre-test) dan skor tes setelah perlakuan (post-test).
Ho akan ditolak bila nilai probabilitas (sig)<0,05. Hasil analisis uji Mann-
dapat dikatakan bahwa tidak ada cukup bukti untuk menolak Ho.
tidak terdapat perbedaan hasil belajar yang cukup signifikan antara kelas
rerata kemampuan kerja sama siswa pada kelas eksperimen 1 dan kelas
Hal ini memperkuat data hasil observasi sebagai data utama dalam
menjadi 55,88%.
Negeri 14 Yogyakarta.
hal, yaitu faktor struktur reward dan faktor pembagian kelompok. Dalam
metode STAD, struktur reward lebih jelas. Tim yang menang dengan poin
berupa medali kemenangan. Meski terlihat sepele namun hal ini lebih
konkrit dan memiliki struktur reward yang jelas karena didasarkan pada
kolektivitas tim.
dieksplorasi dengan lebih optimal karena dalam metode ini setiap anggota
individual.
seperti yang ada pada metode STAD ke dalam bagian metode NHT. Hal
ini diharapkan dapat mendorong interaksi dan kerja sama positif yang
gender, dan hasil belajar yang diperoleh siswa pada kegiatan pembelaaran
(2009: 144).
efektif mendorong kerja sama antar anggota tim. Hal ini dikarenakan
setiap anggota tim harus saling bekerja sama dan berkolaborasi secara
dalam pembelajaran.
sama dapat menjadi tidak optimal. Idealnya, dalam satu kelompok ada
2. Hasil Belajar
tidak jauh berbeda dengan hasil belajar kelas yang menggunakan metode
NHT. Berdasarkan hasil analisis uji Mann-Whitney terhadap gain score tes
disimpulkan bahwa tidak terdapat cukup bukti untuk menolak Ho. Dengan
penelitian ini. Hasil belajar di kelas yang menggunakan metode STAD dan
nilai rata-rata siswa meningkat dari 72,83 menjadi 80,67. Sementara pada
penelitian ini.
Berdasarkan hal tersebut, meskipun metode STAD dan metode NHT yang
NHT, aspek kuis evaluasi (kuis) dapat digunakan sebaga sarana efektif
cenderung lebih baik daripada kelas yang menggunakan metode NHT. Hal
ini dibuktikan dari hasil observasi dan uji beda rerata peningkatan hasil
metode STAD dan kelas yang menggunakan metode NHT tidak berbeda
mengalami peningkatan rerata hasil belajar. Hal ini terbukti dari hasil uji
ceramah dan diskusi dalam pembelajaran IPS siswa kelas VII SMP Negeri
14 Yogyakarta.
hasil belajar IPS siswa kelas VII SMP Negeri 14 Yogyakarta. Metode-
menguasai materi IPS yang diajarkan. Karena itu, metode tersebut dapat
dijadikan metode alternatif di samping ceramah dan diskusi dalam