You are on page 1of 13

Jurnal Ilmu Dan Teknologi Kesehatan

Vol 6, No 1, September 2018,


ISSN: 2338-9095 (Print)
ISSN: 2338-9109 (online)

Biskuit “Fishbean” sebagai Alternatif MP-ASI Lokal Tinggi Protein dan


Vitamin A
Emy Yuliantini1, Kamsiah2, Meriwati3
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Bengkulu
emyardi08@yahoo.com

Artikel history
th
Dikirim, Jun 20 , 2018
Ditinjau, Aug 20th, 2018
Diterima, Aug 27th, 2018

ABSTRACT
Less energy protein (PEM) and vitamin A deficiency have a close relationship. PEM in
children can lead to a deficiency of vitamin A because it can lead to inhibition of absorption,
transport, and the conversion of vitamin A. One of the local food sources of protein that can
be used as a complementary feeding biscuits are catfish and red beans (Pangasius spp). This
study aims to analyze the contribution of complementary feeding baby biscuit with
substitution catfish and red beans on the adequacy of protein and vitamin A in infants. This
research is purely experimental and quasi using a randomized block design (RBD) were
performed with a preliminary study fishebean biscuit formulation development and the value
of the nutrient content in the laboratory of Food Technology Ministry of Health polytechnic
Bengkulu. The population is infants and toddlers in PHC Banyan Kingdom as the case group
and control group Lempuing health centers. Total sample of 30 people, the sampling method
Non-Probability Sampling. Data were collected by questionnaire respondents, organoleptic
test form, and food recall intake for 3 days. Data were analyzed by one-way ANOVA and the
average difference test by the independent method sample t-test. The result showed no
difference in the intake of protein and vitamin A in the treatment group (fed babies biscuit
fishbean) and control groups (infants fed biscuit pabrikkan) . There are differences in the
intake of protein and vitamin A between the control group with the cases at an average
contribution of the adequacy of protein biscuit fishbean baby was 19.60 grams .

Keywords: Biscuit FishBean, Protein, Vitamin A

ABSTRAK
Kurang energy protein (KEP) dan defisiensi vitamin A memiliki hubungan yang erat. KEP
pada balita dapat menimbulkan defisiensi vitamin A karena dapat mengakibatkan
terhambatnya absorbs, transportasi, dan konversi vitamin A. Salah satu bahan pangan lokal
sumber protein yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan biskuit MP-ASI adalah ikan patin dan
kacang merah (Pangasius spp). Penelitian ini bertujuan menganalisis kontribusi MP-ASI
biskuit bayi dengan subtitusi ikan patin dan kacang merah terhadap kecukupan protein dan
vitamin A pada bayi. Jenis penelitian ini adalah eksperimental murni dan semu dengan
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang dilakukan dengan studi pendahuluan
pengembangan formulasi biskuit fishebean dan nilai kandungan gizi di laboratorium
Emy Y, Kamsiah, dan Meriwati, Biskuit “Fishbean” sebagai Alternatif MP-ASI Lokal 26
Tinggi Protein dan Vitamin A

Teknologi Pangan Poltekkes Kemenkes Bengkulu. Populasi adalah bayi dan balita di
Puskesmas Beringin Raya sebagai kelompok kasus dan Puskesmas Lempuing sebagai
kelompok kontrol. Jumlah sampel sebanyak 30 orang, pengambilan sampel menggunakan
metode Non Probability Sampling. Data responden dikumpulkan dengan kuisioner, form uji
organoleptik, dan food recall asupan selama 3 hari. Data dianalisis dengan one way anova
dan uji beda rata-rata dengan metode independen sample t-test. Hasil penelitian didapatkan
ada perbedaan asupan protein dan vitamin A pada kelompok perlakuan (bayi yang diberi
biscuit fishbean) dan kelompok kontrol (bayi yang diberi biscuit pabrikkan) dengan rerata
40.60 : 30.07. Terdapat perbedaan asupan protein dan vitamin A antara kelompok control
dengan kelompok kasus yakni rata-rata kontribusi biscuit fishbean terhadap kecukupan
protein bayi adalah 19,60 gram.

Kata Kunci : Biskuit FishBean, Protein, Vitamin A

PENDAHULUAN 3-5 bulan1. Untuk memenuhi kebutuhan


Kurang energy protein (KEP) dan zat gizi yang meningkat, Makanan
defisiensi vitamin A memiliki hubungan Pendamping ASI (MP-ASI) perlu
yang erat. KEP pada balita dapat diberikan pada bayi sesudah berusia 6
menimbulkan defisiensi vitamin A karena bulan. Zat gizi yang penting untuk
rendahnya asupan protein biasanya diikuti dipenuhi pada masa bayi diantaranya
oleh rendahnya asupan vitamin A, selain protein dan vitamin A. Protein untuk bayi
itu dapat mengakibatkan terhambatnya berperan dalam pertumbuhan dan
absorbs, transportasi, dan konversi vitamin pemeliharaan sel, sedangkan vitamin A
A. demikian juga defisiensi vitamin A berperan dalam fungsi sistem imun,
yang ditimbulkan dapat menurunkan melindungi integritas sel-sel epitel lapisan
sistem kekebalan tubuh, sehingga dapat kulit, permukaan mata, bagian dalam
meningkatkan resiko penyakit infeksi yang mulut, serta saluran pencernaan dan
dapat memperburuk kejadian KEP pada pernafasan (Windayani, 2007).
balita (Trahms , 2008).
Biskuit dapat dijadikan sebagai makanan
Konsumsi makanan dalam jumlah dan tambahan untuk bayi dan balita. Tingkat
kandungan gizi yang cukup sangat konsumsi biscuit dari tahun 1998 sampai
diperlukan untuk tumbuh kembang bayi dengan tahun 2002 mengalami
dan balita. Sesudah bayi berusia enam peningkatan yaitu dari 456,27 gram
bulan, kandungan gizi ASI tidak lagi perkapita pertahun menjadi 576,19 gram
mencukupi sementara kebutuhan energi perkapita pertahun dan diperkirakan akan
bayi meningkat sebesar 24-30% terus mengalami peningkatan (Khosman,
dibandingkan dengan kebutuhan saat usia 2009). Salah satu bahan pangan lokal
27 Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan, Vol 6 Nomor 1, September 2018, hlm : 25 - 37

sumber protein yang dapat dimanfaatkan di laboratorium Teknologi Pangan


sebagai bahan MP-ASI adalah ikan patin Poltekkes Kemenkes Bengkulu. Sampel
(Pangasius spp). Ikan patin merupakan dalam penelitian ini adalah bayi dengan
ikan air tawar yang banyak dibudidayakan usia 6-12 bulan yang berada di wilayah
di Indonesia dengan harga yang relatif Puskesmas beringin raya sebagai
terjangkau. Kandungan protein pada ikan kelompok kasus dan di wilayah puskesmas
patin cukup tinggi yaitu sebesar 14,53%. lempuing sebagai kelompok kasus yang
Bahan pangan yang kaya akan vitamin A berjumlah 15 orang. Untuk uji daya terima
juga perlu digunakan untuk memenuhi biscuit dilakukan terhadap panelis terlatih
persyaratan kandungan vitamin A pada yaitu pada 30 mahasiswa tingkat 3 jurusan
MP-ASI. Pemanfaatan kacang merah gizi poltekkes kemenkes Bengkulu.
untuk memenuhi kebutuhan pangan di melalui uji organoleptik yang meliputi uji
Indonesia sudah dilakukan masyarakat kesukaan terhadap warna, aroma, tekstur
tetapi masih sangat terbatas penggunaanya. dan rasa formula biskuit fishebean, satu
Kacang merah (Phaseolus vulgaris L,) faktor untuk mengetahui perbedaan
memiliki kandungan protein cukup tinggi, kandungan zat gizi, dan daya terima MP-
yaitu antara 21-27%6. Komposisi bahan ASI biskuit bayi pada berbagai variasi
yang kaya zat gizi serta metode persentase substitusi tepung ikan patin
pengolahan yang tepat diharapkan akan (Pangasius spp) dan tepung kacang merah
menghasilkan MP-ASI yang bergizi tinggi (Phaseolus vulgaris L).
dan dapat diterima oleh konsumen.
Persentase substitusi tepung ikan patin dan
Penelitian ini bertujuan untuk
tepung kacang merah ditentukan
menganalisis kontribusi MP-ASI biskuit
berdasarkan estimasi perhitungan total
bayi dengan subtitusi ikan patin dan
kandungan zat gizi bahan baku pembuatan
kacang merah terhadap kecukupan protein
biskuit dengan mempertimbangkan
dan vitamin A pada bayi.
persyaratan kadar protein protein, energy,
dan vitamin A pada makanan tambahan
METODE PENELITIAN
bayi menggunakan program Nutrisurvey
Penelitian ini merupakan penelitian
for Windows 2005. Setiap perlakuan
eksperimental murni dan semu dengan
dilakukan 3 kali pengulangan dengan
menggunakan Rancangan Acak Kelompok
perbandingan persentase tepung ikan ikan
(RAK) yang dilakukan dengan studi
dan tepung kacang erah yakni 15:10,
pendahuluan pengembangan formulasi
15:15, 20:10. Untuk pengukuran daya
biskuit fishebean dan nilai kandungan gizi
Emy Y, Kamsiah, dan Meriwati, Biskuit “Fishbean” sebagai Alternatif MP-ASI Lokal 28
Tinggi Protein dan Vitamin A

terima dilakukan sebanyak 1 kali bayi diuji dengan One Way Anova dengan
pengujian. derajat kepercayaan 95% yang dilanjutkan
dengan Posthoc Test Tukey untuk
Penelitian dilakukan pada bulan
mengetahui beda nyata kandungan protein,
September-November 2014. Untuk
energi dan vitamin A antar perlakuan. Data
mengetahui Kontribusi MP-ASI biskuit
penerimaan biskuit bayi menggunakan uji
bayi dengan subtitusi ikan patin dan
Friedman dan uji lanjut Wilcoxon. Analis
kacang merah terhadap kecukupan protein
selanjutnya adalah Anlisis t test
dan vitamin A pada bayi diperoleh dengan
dependen untuk mengetahui asupan zat
cara menggunakan metode food recall
gizi makro dan vitamin A.
selama 3x24 jam kemudian dianalisa
dengan menggunakna program nutri
HASIL DAN PEMBAHASAN
survey. Untuk mengetahui daya terima
Dari hasil penelitian ini dapat dilihat
konsumen ditentukan melalui uji
bahwa kandungan zat gizi biscuit
organoleptik dengan menggunakan skala
fishebean yang tinggi terjadi pada
Hedonik yang dilakukan pada mahasiswa
perlakuan P1, yang berarti semakin banyak
gizi tingkat III sebagai panelis terlatih
penambahan tepung ikan patin dan tepung
(Soekarto, 1981).
kacang merah maka semakin meningkat
Analisis data menggunakan program SPSS beberapa nilai zat gizinya, terutama nilai
16.0 for Windows. Pengaruh substitusi zat gizi makro nya dan vitamin A. Dapat di
ikan patin dan kacang merah pada biskuit lihat pada Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Komposisi Zat Gizi biscuit fishebean PenambahanTepung Ikan patin dan tepung
kacang merah dalam 500 gram

Penambahan Tepung Ikan patin & tepung kacang merah


Zat Gizi
P1 P2 P3
Energi 2429.1 kkal 2596.6 kkal 2645.6 kkal
Protein 79 gr 90.5 gr 99.5 gr
Lemak 123.9 gr 124.5gr 125.7 gr
Karbohidrat 252.1 gr 281.9 gr 281.9 gr
Vitamin A 594 IU 594 IU 608 IU

Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa penambahan tepung ikan patin dan tepung
nilai gizi energy, protein, lemak, kacang merah dengan perbandingan
karbohidrat dan vitamin A tertinggi persentase 20 : 10. Pengaruh variasi
terdapat pada biscuit dengan perlakuan konsentrasi tepung ikan patin dan tepung
29 Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan, Vol 6 Nomor 1, September 2018, hlm : 25 - 37

kacang merah terhadap mutu organoleptik fishebean pada perlakuan P1. Sedangkan
(warna) biscuit fishebean didapatkan hasil untuk pengaruh variasi konsentrasi tepung
bahwa perlakuan 1 memiliki tingkat ikan patin dan tepung kacang merah
kesukaan tertinggi (Gambar 2). Dari hasil terhadap tekstur biskuit diketahui bahwa
uji kruskal wallis didapatkan hasil bahwa sebanyak 14 orang panelis memberi
panelis tidak bisa membedakan warna penilaian suka (skor 6) untuk rasa biscuit
untuk ketiga jenis biscuit fishebean dengan fishebean pada perlakuan P1.
variasi penambahan tepung ikan patin dan
tepung kacang merah yang berbeda dan 1. Karakteristik Subjek Penelitian
dapat diartikan bahwa semakin banyak Berdasarkan tabel dibawah, dapat
penambahan tepung ikan patin dan tepung diketahui bahwa rata-rata asupan zat gizi
kacang merah maka semakin tingkat energy, protein, lemak, karbohidrat dan
kesukaan panelis terhadap mutu vitamin A pada kelompok kasus lebih
organoleptik (warna) biscuit fishebean. tinggi diabndingkan dengan kelompok
Untuk peniliaan terhadap mutu control. Hasil ini didapatkan dari hasil
organoleptik rasa, diketahui bahwa recall asupan selama 3 hari, dengan
sebanyak 20 orang panelis memberi pemberian biscuit fish bean @ 80 gram.
penilaian suka (skor 6) untuk rasa biscuit

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Subjek Penelitian

Perlakuan Kontrol Total


Karakteristik
N % N %
Usia Anak
7-12 bulan 12 80 14 93,3 26
13-18 bulan 3 20 1 6,7 4
Pendidikan Ibu
SD 1 7 0 0 1
SMP 4 26,7 5 33,3 9
SMA 10 66,3 9 60 19
Diploma 3 0 0 1 6,7 1

Tabel 3. Asupan Energi, Protein, Lemak dan Karbohidrat

Kasus Kontrol
Variable
Mean SD N Mean SD N
Energi 611.07 179.11 15 563.27 131.98 15
Protein 19.60 9.11 15 19.2 8.93 15
Lemak 10.20 9.37 15 14.93 8.62 15
KH 91.73 43.21 15 83.00 25.49 15
Vit A 40.60 6.72 15 30.07 7.56 15
Emy Y, Kamsiah, dan Meriwati, Biskuit “Fishbean” sebagai Alternatif MP-ASI Lokal 30
Tinggi Protein dan Vitamin A

2. Analisis Bivariat yang mendapat perlakuan dengan


Analisis bivariat digunakan untuk kelompok control dengan menggunakan
mengetahui adakah perbedaan asupan zat uji T-test independen.
gizi makro dan vitamin A pada kelompok

Tabel 4. Perbedaan Asupan Zat Gizi Makro dan Vitamin A Kelompok Kasus dan Kelompok
Perlakuan

Variabel Mean SD SE P-Value N


Energi
Perlakuan 4,78 250,19 64,60 0,472 15
Kontrol
Protein
Perlakuan 0,4 11,07 2,86 0,001 15
Kontrol
Lemak
Perlakuan 4,73 14,43 3,727 0,225 15
Kontrol
Karbohidrat
Perlakuan 8,73 52,25 13,493 0,528 15
Kontrol
Vitamin A
Perlakuan 1,05 7,909 2,0421 0,000 15
Kontrol

3. Kandungan zat gizi energi, bagi penderita SAM dalam program


karbohidrat, lemak, protein dan darurat yang dilakukan secara rawat jalan
vitamin A biskuit bayi dengan subtitusi yaitu dengan pemberian paket makanan
ikan patin dan kacang merah terapi siap makan ready to use therapeutic
Kekurangan gizi merupakan maslalah food(RUTF)bentuk pasta. Hasil penelitian
utama kesehatan masyarkat di negara menunjukkan 85% anak dapat pulih, 4%
berkembang dan merupakan akar factor. meninggal, 6 % dirujuk untuk dirawat
Penelitian di Ethiopia menunjukkan factor lebih lanjut, sisanya drop out (18%)
penyebab severe malnutrition (Colin, 2006).
berhubungan dengan pemberian makanan
Pada anak usia 6 -12 bulan bayi mulai bisa
yang kurang memadai, pemberian ASI
diberi makanan pendamping ASI, karena
yang tidak ekslusif 6 bulan, dan terlambat
pada usia itu bayi sudah mempunyai
mulai memberikan makanan pendamping.
refleks mengunyah dengan pencernaan
Penelitian yang juga dilakukan di Ethiopia
yang lebih kuat. Dalam pemberian
31 Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan, Vol 6 Nomor 1, September 2018, hlm : 25 - 37

makanan bayi perlu diperhatikan jenis dan merah kering, mampu menyumbangkan 4
julah bahan yang digunakan, cara gr serat, yang terdiri atas campuran serat
pembuatannya frekuensi dan waktu larut dan serat tak larut dengan Indeks
pemberian. Pemberian MPASI yang terlalu Glikemik (IG) atau angka untuk mengukur
dini berakibat gizi lebih juga bisa efek makan terhadap konsentrasi gula
menimbulkan beban zat terlarut sehingga darah yang rendah, yaitu 22-32. Di dalam
dapat menimbulkan hyperosmolarity. usus, kacang merah dicerna secara lambat,
Praktik pemberian makanan yang buruk sehingga gula darah meningkat lebih lama
meliputi kualitas dan kuantitas serta dan insulin sebagai hormon pengatur
Preferensi ibu dalam memilih MP ASI metabolisme karbohidrat yang dibutuhkan
juga merupakan factor dominan yang lebih sedikit dibandingkan dengan
mempengaruhi pertumbuhan fisik dan kebanyakan makanan yang kaya
8,9
perkembangan mental . Komposisi zat karbohidrat.
gizi MP ASI mempengaruhi asupan
Komposisi Zat Gizi biscuit fishebean
makanan dan pertumbuhan. Penelitian
PenambahanTepung Ikan patin dan tepung
Suhartono menunjukkan tidak ada
kacang merah dalam 100 gram memiliki
perbedaan yang signifikan pada anak yang
nilai gizi lebih baik yaitu energy 485.82
mendapat intervensi PMT jika komposisi
kkal, protein 15.8 gram, lemak 24.78
zat gizi tidak menjadi perhatian,anak tidak
gram, 46 gram dan vitamin A 594 IU. Jika
mendapatkan MP ASI yang tergolong baik
dibandingkan dengan kandungan zat gizi
secara kualitatif dan cukup secara
MP ASI menurut permenkes nomor
frekuensi . Penelitian yang dilakukan di
224/menkes/SK/II/2007 (DBGKAI, 2011).
UK mengungkapkan keberhasilan program
Hal ini menunjukkan bahwa biscuit
rawat jalan hingga 85% pada kasus SAM
fishebean Sebagai Alternatif Makanan
dengan pemberian RUTF (Colin, 2002) .
Tambahan Bagi bayi menunjukkan nilai
Nilai kandungan protein tepung ikan patin ekonomi pada biscuit fishebean , biskuit
yang tinggi dan Kacang merah mampu dengan komposisi penambahan tepung
memberikan protein yang setara dengan ikan patin dan tepung kacang merah yang
daging, ada terdapat 1 Asam Amino berbeda sebagai alternatif makanan
Essensial pada kacang merah, sehingga tambahan bagi anak sekolah dengan Unit
mampu membantu melengkapi kekurangan Cost biscuit fishebean tiap porsi berkisar
komponen protein (Asam amino) pada antara Rp1.500, - hingga Rp 1.750,- dan
kacang merah. Dalam 100 gr kacang biaya tersebut masih memenuhi unit cost
Emy Y, Kamsiah, dan Meriwati, Biskuit “Fishbean” sebagai Alternatif MP-ASI Lokal 32
Tinggi Protein dan Vitamin A

PMT yaitu Rp 2.250,- untuk kawasan fishebean yang dihasilkan yaitu suhu
Indonesia Barat. pemanggangan. Pada pembuatan,
campuran yang digunakan ukurannya
4. Mutu daya terima biskuit bayi dengan sama dan lama proses
subtitusi ikan patin dan kacang merah pembakaran/pemanggangan juga sama,
Mutu organoleptik (warna) biscuit sehingga hasil warna antara 3 produk
fishebean tidak dipengaruhi oleh biscuit fishebean dengan penambahan
penambahan variasi konsentrasi tepung tepung ikan sidat tersebut relatif sama
ikan patin dan tepung kacang merah. Hal (Winarno, 2004).
ini dikarenakan intensitas warna yang
Berdasarkan penelitian diketahui bahwa
hampir sama antara produk. Warna yang
mutu organoleptik (rasa) biscuit fishebean
hampir sama untuk ketiga biscuit
tidak dipengaruhi oleh penambahan variasi
fishebean tersebut juga dipengaruhi oleh
konsentrasi tepung ikan patin dan tepung
kandungan protein yang tinggi dari tepung
kacang merah. Hal ini dikarenakan rasa
ikan patin dan tepung kacang merah
biscuit fishebean yang hampir sama pada
berperan dalam reaksi Maillard dan
perlakuan P1, P2, dan P3. biscuit fishebean
adanya proses pemanasan akan
mengandung banyak protein yang dapat
memberikan warna coklat pada saat biscuit
mempengaruhi rasa dari biscuit fishebean.
fishebean di open. Menurut Winarno,
Menurut Winarno, (protein mengandung
reaksi Maillard merupakan reaksi antara
beberapa asam amino diantaranya adalah
karbohidrat, khususnya gula preduksi
asam glutamat. Asam glutamat sangat
dengan NH2 dari protein yang
penting perannya dalam pengolahan
menghasilkan senyawa
makanan, karena dapat menimbulkan rasa
hidroksimetilfurfural yang kemudian
yang lezat dan dapat meningkatkan cita
berlanjut menjadi furfural. Furfural yang
rasa yang diinginkan sambil mengurangai
terbentuk kemudian membentuk senyawa
rasa yang tidak diinginkan (Winarno,
melanoidin yang berwarna coklat.
2004).
Melanoidin inilah yang memberikan warna
coklat pada biscuit fishebean. Reaksi Berdasarkan penelitian diketahui bahwa
Maillard menurut Borgstrom (2000) dalam mutu oragnoleptik (tekstur) biscuit
Suwandi, akan semakin cepat terjadi fishebean tidak dipengaruhi oleh
apabila suhu diatas 100°C. Adapun faktor penambahan variasi konsentrasi tepung
yang mempengaruhi warna biscuit ikan patin dan tepung kacang merah. Hal
33 Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan, Vol 6 Nomor 1, September 2018, hlm : 25 - 37

ini dikarenakan biscuit fishebean tidak kecukupan protein pada bayi rata-rata pada
menggunakan santan dan hanya sedikit kelomok kasus 19.60 gram sedangkan
telur. Menurut Winarno, penambahan pada kelompok kontrol lebih rendah yakni
lemak (santan dan telur) dimaksudkan 19.20 gram.
untuk menambah kalori serta memperbaiki
Kandungan protein pada ikan patin cukup
tekstur dan cita rasa makanan. Air yang
tinggi yaitu sebesar 14,53%. Ikan Patin
terkandung dalam bahan makanan dapat
memiliki manfaat sebagai sumber
mempengaruhi tekstur dan cita rasa
penyediaan protein hewani dengan
makanan. Semakin sedikit air dalam bahan
kandungan protein tinggi dibandingkan
makanan, maka tekstur bahan makanan
ikan air tawar lainnya, seperti ikan lele
semakin keras. Didalam pembuatan biscuit
dengan kandungan protein 10.5% .
fishebean tidak menggunakan air tetapi
Kandungan protein ikan patin pada 159 gr
menggunakan sedikit telur (Winarno,
fillet ikan patin adalah sebesar 24,7 gr,
2004).
kandungan gizi lainnya adalah lemak
Penambahan tepung ikan patin dan tepung 1,03%, abu 0,74%, dan air 82,22%.
kacang merah pada biscuit fishebean Kacang merah memiliki Serat larut
berpengaruh terhadap aroma. Hal ini berfungsi menurunkan konsentrasi
dikarenakan ikan yang merupakan sumber kolesterol dan gula darah. Serat larut
protein. Di samping timbulnya aroma mengalami proses fermentasi dalam usus
terbentuk juga gula selama besar, kemudian menghasilkan asam-asam
pemanggangan. Bertambahnya senyawa lemak rantai pendek, yang dapat
mudah menguap pada saat pemasakan menghambat sintesis kolesterol hati.
sangat erat hubungannya dengan Kacang merah hampir bebas lemak jenuh
pembentukan aroma pada biscuit dan kolesterol, dan memiliki Indeks
fishbean. Glikemik (IG) atau angka untuk mengukur
efek makan terhadap konsentrasi gula
darah yang rendah, yaitu 22-32. Di dalam
5. Kontribusi MP-ASI biskuit bayi
usus, kacang merah dicerna secara lambat,
dengan subtitusi ikan patin dan kacang
sehingga gula darah meningkat lebih lama
merah terhadap kecukupan protein
dan insulin sebagai hormon pengatur
pada bayi
metabolisme karbohidrat yang dibutuhkan
Hasil penelitian menunjukkan kontribusi
lebih sedikit dibandingkan dengan
MP-ASI biskuit bayi dengan subtitusi ikan
patin dan kacang merah terhadap
Emy Y, Kamsiah, dan Meriwati, Biskuit “Fishbean” sebagai Alternatif MP-ASI Lokal 34
Tinggi Protein dan Vitamin A

kebanyakan makanan yang kaya protektif yaitu jenis maupun kualitasnnya.


karbohidrat (Suhartono, 2008). Kecenderungan tersebut berkoreksi juga
dengan MP ASI local untuk balita yng
Salah satu upaya yang dilakukan
seharusnya terdiri dari zat gizi yang
pemerintah adalah pemberian makanan
mencukupi, aman bagi kesehatan dan
tambahan secara gratis kepada bayi dan
harganya terjangkau oleh keluarga miskin
anak usia 6-24 bulan berupa makanan
(Husni, 2009). Salah satu upaya yang
pendamping yang masih diberikan berupa
dipilih menanggulangi masalah tersebut
MP ASI bubuk Instan biscuit. Penelitian
adalah pemberian MPASI yang dapat
Adiyasa mengenai evaluasi program
memenuhi dan peningkatan zat gizi biskuit
pemberian MP-ASI bubuk instan dan
dengan subsitusi ikan patin dan tepung
biscuit di kota mataram,kabupaten
kacang merah memiliki kandungan
Lombok barat, Lombok timur dan
vitamin A yang cukup tinggi. Dari hasil
Bengkulu utara menunjukkan bahwa
penelitian Kontribusi MP-ASI biskuit bayi
Dalam pelaksanaan kegiatan pemberian
dengan subtitusi ikan patin dan kacang
MP ASI pabrikan, menimbulkan beberapa
merah terhadap kecukupan vitamin A pada
masalah antara lain: tidak tepat sasaran,
bayi lebih tinggi pada kelompok balita
masalah dalam penyimpanan, ada
yang diberikan biskuit Fishebean yakni
beberapa bayi menolak karena alasan
40.60 IU sedangkan pada kelompok
kebiasaan (Adiyasa, 2010).
control rata-rata asupan vitamin A 30.07
IU.
6. Kontribusi MP-ASI biskuit bayi
dengan subtitusi ikan patin dan kacang Kacang merah kering merupakan sumber
merah terhadap kecukupan vitamin A protein nabati, karbohidrat kompleks,
pada bayi serat, vitamin A, folasin, tiamin, kalsium,
Bayi merupakan golongan penduduk yang fosfor dan zat besi. produk MP-ASI
berada pada masa pertumbuhan yang cepat seringkali ditambahkan berbagai jenis
dan aktif secara fisik, dengan tahapan vitamin dan mineral antara lain Vitamin A,
motorik yang tampak jelas sehingga D, E, C, B1, B2, B6, folat, B12, mineral
membutuhkan lebih banyak energy. Ca, Fe, iodin dan Zn16. Produk MP-ASI
Penelitian Mery menunjukkan bahwa anak seringkali ditambahkan berbagai jenis
yang memiliki status gizi kurang/gizi vitamin dan mineral antara lain Vitamin A,
buruk disebabkan oleh makanan yng D, E, C, B1, B2, B6, folat, B12, mineral
kurang baik yang merupakan factor Ca, Fe, iodin dan Zn (Purwadani, 2008).
35 Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan, Vol 6 Nomor 1, September 2018, hlm : 25 - 37

Pemberian MPASI yang cukup, baik dan pengetahuan ibu dan keluarga.
kualitas maupun kuantitas merupakan Penelitian Webb,Horton 2005,
dasar dari pertumbuhan dan perkembangan menunjukkan bahwa orang tua yang
fisik serta kecerdasan bayi selanjutnya. memiliki kemampuan kognitif rendah
Peran keluarga terutama ibu dalam anaknya juga cenderung mengalami gizi
mengasuh akan menentukan tumbuh kurang dan kemampuan kognitif yang
kembang anak. Perilaku ibu dalam rendah pula (Webb, 2005).
pemberian MPASI, memberikan makanan
Beradasarkan hasil analisis t-test
bergizi dan mengontrol besar porsi yang
dependen, menunjukan bahwa tidak ada
dihabiskan akan meningkatkan status gizi
perbedaan asupan Energi, Lemak,
anak (Husnaeni, 2009).
Karbohidrat. Dan ada perbedaan asupan
protein dan vitamin A pada kelompok
7. Perbedaan asupan zat gizi makro dan
perlakuan dan kelompok control. Untuk
vitamin A pada kelompok perlakuan
asupan protein rata-rata pada kelomok
dan control
kasus 19.60 gram sedangkan pada
Dari hasil penelitian sebagian besar usia
kelompok kontrol lebih rendah yakni 19.2
bayi yang mendapat perlakuan dalam
gram. sedangkan untuk asupan vitamin A
penelitian ini adalah 7-12 bulan yakni
pada kelompok kasus yakni 40.60
80%, dengan pendidikan ibu 66,3% nya
sedangkan pada kelompok control lebih
adalah SMA. Sedangkan pada kelompok
rendah yakni hanya 30.07 IU.
kasus, 93,3% bayi berusia 7-12 bulan
dengan pendidikan ibu 60% nya adalah Hal ini didukung penelitian Adiyasa 2010,
SMA. Karakteristik responden merupakan Program pemberian MP ASI bubuk instan
salah satu factor yang dapat dan biscuit sebagian besar (95,6%) dapat
mempengaruhi ibu dalam memberikan meningkatkan asupan dan berat badan
MPASI. Beberapa penelitian menunjukkan balita. Penelitian Kartika,2000 bayi yang
Pendidikan ibu tentang MPASI sangat berusia 5 bulan akan mengalami
berpengaruh, semakin tinggi tingkat peningkatan berat badan 2 kali berat badan
pendidikan ibu. Penelitian Manalu,2010 dan menjadi 3 kali berat badan lahir pada
menunjukkan bahwa anak yan memiliki usia 12 bulan, sehingga usia 6-11 bulan
status gizi kurang/ buruk disebabkan oleh pertumbuhan bayi sangat pesat (Kartika,
MPASI yang kurang baik, jenis dan 2000).
kualitasnya. Kekurangan tersebut
dipengaruhi oleh rendahnya pendidikan
Emy Y, Kamsiah, dan Meriwati, Biskuit “Fishbean” sebagai Alternatif MP-ASI Lokal 36
Tinggi Protein dan Vitamin A

SIMPULAN Chandra, RK. 1997. Nutrition and Immune


System: An Introduction. Am. J.
Terdapat perbedaan asupan protein dan
Clin Nutr: 4505-4635
vitamin A antara kelompok kontrol dengan
Dinas Kelautan dan Perikanan, 2011.
kelompok kasus yakni rata-rata kontribusi
Konsumsi Ikan Bengkulu Masih
biscuit fishbean terhadap kecukupan Rendah. Diaskes dari
http:///E:/ikan/Konsumsi/Ikan_Be
protein bayi adalah 19,60 gram.
ngkuluMasih/Rendah_Indonesian
Sumatra.htm, 02 November 2012.
DAFTAR RUJUKAN
Ditjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan
Trahms CM, Mc Kean KN. Nutrition
Anak. 2011. Panduan
During Infancy. In: Mahan LK,
Penyelenggaraan Pemberian
Escott-Stump S. Krause’s Food
Makanan Tambahan Bagi Balita
and Nutrition Theraphy 12th ed.
Gizi Kurang. Kemenkes RI.
Canada: Elsevier. 2008.
Jakarta
Widayani S. 2007. Efikasi dan Preferensi
Husni, Agung Riyadi, 2009, Hubungan
Biskuit yang di Fortifikasi
Pola Asuh Keluarga Dan Pola
Vitamin A dan Zat Besi (Fe) dan
Pemberian Makan dengan Status
Kaitannya dengan Konsumsi,
Berat Badan Balita di Puskesmas
Status Gizi dan Respon Immune
Pasar Ikan Kota Bengkulu, jurnal
Anak Balita (Disertasi). IPB:
Media Kesehatan volume 2 no 03
Bogor
juni 2009
Ali Khomsan. 2004. Pangan dan Gizi
Kartika V. 2002. Faktor –Faktor yang
untuk Kesehatan.Ed.I: Raja
Mempengaruhi Kemampuan
Grafindo Persada. Jakarta
Motorik Anak Usia 12-18 bulan
di Keluarga Miskin dan tidak
Winarno, F. G., 2004. Kimia Pangan dan
Miskin, Bogor, Puslitbang Gizi;
Gizi. Gramedia Pustaka Utama,
Penelitian Gizi dan Makanan vo.5
Jakarta.
Collin S, Sadler K. 2002. Outpatient care
Soekarto, Soewarno T. Penilaian
for severe malnourished children
Organoleptik, untuk Industri
in emergency relief progammes; a
Pangan dan Hasil Pertanian.
retrospective cojort study. Lancet;
Bogor: PUSBANGTEPA / Food
360;1824-30.
Technology Development Center,
Institut Pertanian Bogor. 1981
Collin S, Sadler K,uerrero S, Myatt M,
SaboyaM, Walsh A.2006. Key
Hesti Purwandari, Endy.P.Prawirohartono,
issues in the success of
Sri Hartati, 2008, Usia
community-based management of
penyapihan dan hubungannnya
severe malnutrition. Food and
dengan intelegensi pada siswa TK,
Nutrition Bulletin.27(3)
Jurnal gizi Klinik Indonesia
(supplement)
volume 5 nomor 1, 2008
Adiyasa I Nyoman, Hadi H,Gunawan Alit
I made. 2010. Evaluasi program
pemberian MP-ASI bubuk Instan
37 Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan, Vol 6 Nomor 1, September 2018, hlm : 25 - 37

dan Biskuit diKota Mataram, I Wayan Sweca Yasa, Nazaruddin dan


kabupaten Lombok Barat, Satrijo Saloko. 2009. Keefektifan
Lombok Timur dan Bengkulu Berbagai Jenis Tepung Kecambah
Utara tahun 2007. Jurnal Gizi Kacang Meningkatkan Mutu
Klinik Indonesia 6(3);145-155. Makanan Sapihan Tradisional.
Jurusan Teknologi Pertanian
Webb KE, Harton NJ, & Katz DL. 2005. Fakultas Pertanian Universitas
Parenteral IQ and cognitive Mataram
development of malnourished
Indonesia children, European Riwan, 2006. Sifat-sifat Organoleptik.
Journal of Clinical Nutritiun, 59, Diakses dari http://tekhnologi-
618-620 hasil-pertanian.blogspot.com.
Maret 2012.
Husaini,MA,Karyadi L, Husaini YK,
Karyadi D, & Pollit E,2000. Yuni Ramawati,2011. Daya Terima, Nilai
Developmental effects of Kandungan Gizi, dan Nilai
Shortterm Suplementary Feeding Ekonomi Biskuit Morin (Moringa
in Nutritionally at risk Indonesian oleifera) Sebagai Alternatif
Infant. Am.J.Clin.Nutr,45. Makanan Tambahan Bagi Anak
Sekolah, Kesehatan Masyarakat,
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Universitas Muhamadiyah Malang
Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor: FAO/WHO. 1994. Guidelines on
224/Menkes/SK/II/2007 Tentang Formulated Suplementary Food
Spesifikasi Teknis Makanan for Older Infants and Young
Pendamping Air Susu Ibu (MP- Children. FAO/WHO: Roma
ASI). Jakarta. 2007
World Health Organization.
LIPI. Angka Kecukupan Gizi yang Complementary Feeding: Family
Dianjurkan. Widyakarya Nasional Foods for Breastfed Children.
Pangan dan Gizi. 2004 Department of Nutrition and
Development. Geneva: WHO.
2000

You might also like