You are on page 1of 18

3.8.1.

2 Pengemasan
a) Pengemasan primer
Pengemasan primer untuk tablet dibuat dalam dua bentuk, yaitu strip dan blister.
Bahan kemasan strip adalah alufoil, sedangkan bahan kemasan blister adalah
plastik dan alufoil. Bahan pengemasan yang digunakan adalah bahan
pengemas yang sudah dinyatakan released oleh QC. Pengecekan bahan pengemas
dilakukan sebelum proses pengemasan, yang dicek adalah nomor batch dan
kualitas pengemas. Pengemas yang tidak layak pakai t idak digunakan untuk
proses pengemasan dan selanjutnya dikarant ina untuk dimusnahkan. Blister
merupakan kemasan yang mudah dibuka, yaitu dengan didorong dari belakang
(Push through pack), lebih disukai konsumen dibandingkan strip yang dibuka
dengan merobeknya. IPC yang dilakukan adalah tes kebocoran dengan larutan met
ilen blue dalam mesin sedot vakum, dilakukan set iap 15 menit sekali. IPC
dilakukan setiap 15 menit supaya saat ditemukan kemasan yang rusak atau bocor
dapat segera
diambil t indakan perbaikan dan pencegahan sehingga jumlah kemasan yang
reject tidak terlalu banyak. Cara menguji kebocoran adalah dengan memasukkan
strip ke dalam larutan met ilen blue (dalam mesin sedot vakum) dan ditutup pintu
mesin, vakum dinyalakan dan jika terjadi kebocoran maka strip atau blister akan
terisi larutan met ilen blue. Sampel IPC harus dibuang dan t idak boleh dikemas
ulang setelah dibuka. Strip/blister yang mengalami kebocoran dikarant ina dan
dikonfirmasi ke QA untuk melakukan pengemasan ulang. Pengecekan penampilan
juga dilakukan saat pengemasan, kemasan yang bergaris, penyok atau tidak
sempurna segera dicek penyebabnya, kemudian dikarantina dan dimusnahkan.
Pemusnahan dilakukan supaya kemasan bekas t idak disalahgunakan oleh pihak
yang bertanggungjawab. Alufoil sisa pengemasan dikembalikan ke gudang.
b) Pengemasan sekunder
Pengemasan sekunder dilakukan langsung setelah pengemasan primer,
mesin dibuat model in-line. Urutan model in-line adalah mesin labelling, mesin
printing untuk label, mesin printing untuk kemasan sekunder dan mesin sealing
master box. Proses krit is dari pengemasan sekunder adalah proses printing.
Proses printing dilakukan dengan printer dengan warna tinta hitam yang tidak
mudah terhapus oleh udara atau gesekan, yang dicetak adalah nomor batch,
expired date, dan tanggal produksi. Hasil printing yang t idak bagus (miring,
kabur), dapat dihapus dengan larutan penghapus/semacam thinner kemudian
31
Universitas Indonesia
direprinting. Pengemasan sekunder masih dilakukan dengan bantuan tenaga
manusia dengan dimasukkan secara manual dalam dus kemasan. Dus kemasan
juga diprint nomor batch, expired date dan tanggal produksinya. Dus kemasan
dimasukkan ke dalam master box dan ditutup dengan plakband. Master box
dilabel dan selanjutnya diserahterimakan dengan bagian gudang. In process
control yang dilakukan hanya cek printed material seperti tersebut di atas.

Quality Control vs Quality Assurance

Pengujian dan Pemeriksaan

Quality Control (QC), hanya merupakan tindakan pengujian (testing), dan


pemeriksaan (inspection) saja, apakah material tersebut telah memenuhi
spesifikasi atau tidak. Sedangkan Quality Assurance (QA) lebih berarti pada apa
yang disebut "Program" dan "Prosedur" tersendiri, yang harus digunakan dalam
mengorganisasi pelaksanaan pengujian dan pemeriksaan. QA merupakan sistem
yang menjamin dapat tercapainya persyaratan kualitas yang tersebut dalam
dokumen kontrak, setiap kesalahan langsung mendapat koreksi sebelum melanjut
ke tahap berikutnya.

Unsur dari "Program" dalam QA, yang dilakukan, terdiri dari:

1. Semua personel, terutama personil QC, harus mengetahui dan memahami


kegiatan pelaksanaan pembangunan sebelum mulai bekerja
2. Mengontrol secara "bersama-sama" tanpa kecuali terhadap semua bahan
bangunan yang di bawah masuk ke lokasi proyek sebelum penerimaannya
Work Request (Pembahasan Persiapan Kerja)
3. Mengontrol secara rutin agar semua prosedur pelaksanaan pembangunan
dilakukan sesuai persyaratan spesifikasi dengan menerapkan SOP Work
Request (Pembahasan Metode Kerja)
4. Membuat "instruksi tertulis" secara bersinambungan kepada pihak
kontraktor, sebelum, selama dan setelah masa pelaksanaana terhadap
penyimpangan yang belum/ akan dan telah terjadi sekecil apapun
masalahnya (Site Instruction)
5. Membukukan semua "catatan hasil-hasil pengujian" di lapangan,
laboratorium dan hasil-hasil kontrol langsung di lapangan. Tujuan
utamanya bila terjadi penyimpangan dapat segera dicarikan jalan keluar
6. Dengan tahapan-tahapan pekerjaan dipersiapkan dengan baik, dipandu
dengan prosedur pelaksanaan, kontrol berkesinambungan, dan evaluasi
yang tak pernah putus, membuat pelaksana kegiatan perencanaan dan
pengawasan berharap dapat mampu mencapai titik tertinggi kualitas yang
diharapkan.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Suatu industri farmasi dituntut untuk menyediakan produk obat yang
bermutu baik untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat dalam peningkatan derajat
kesehatan. Pedoman CPOB disusun sebagai petunjuk bagi para industri farmasi
dalam menghasilkan obat yang bermutu baik pada saat proses produksi. Selain itu,
CPOB adalah standar yang harus dipenuhi oleh setiap industri farmasi untuk
menjamin proses produksi obat yang berkualitas, bermutu, aman, dan dapat
dipertanggungjawabkan. Ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi dalam CPOB
meliputi : persyaratan-persyaratan dari manajemen mutu, personalia yang terlibat
dalam industri farmasi, bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan higiene,
produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri dan audit mutu, penanganan keluhan
terhadap produk dan produk kembalian serta penarikan kembali produk,
dokumentasi, pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak, kualifikasi dan
validasi.
4.1 Manajemen Mutu
Manajemen mutu terdiri dari sistem mutu yang mencakup struktur
organisasi, prosedur, proses, dan sumber daya dan tindakan sistematis yang
diperlukan untuk mendapatkan kepastian produk atau jasa pelayanan yang
dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Sistem mutu
yang diterapkan di PT. Takeda Indonesia mengacu kepada standar CPOB. Standar
ini digunakan dalam hal pemenuhan persyaratan yang diperlukan untuk penjualan
produk baik di dalam negeri, maupun di luar negeri.
Selain sistem mutu, diperlukan juga tindakan untuk pemenuhan persyaratan
mutu yang disebut juga dengan pemastian mutu. Tindakan ini dilakukan dari
sebelum proses produksi hingga produk telah beredar di pasaran. Sebelum
produksi dimulai, terlebih dahulu dibuat planning mingguan yang dibuat oleh
bagian PPIC. Selanjutnya, dibuat juga SO (Shop order) Picklist, yang merupakan
41
Universitas Indonesia
bahan-bahan yang diperlukan selama proses produksi, baik bahan kemas maupun
bahan baku, serta Manufacturing SO, yang merupakan alur proses selama
kegiatan produksi, termasuk kegiatan In Process Control (IPC). Bagian timbang
dan gudang akan mengambil bahan sesuai dengan yang tertera dalam SO Picklist,
dan bagian produksi akan melakukan proses produksi sesuai dengan yang
tercantum dalam Manufacturing SO. Proses produksi dilakukan pada alat-alat
yang telah terkualifikasi dan tervalidasi dan sesuai dengan proses yang telah
divalidasi. Seluruh kegiatan produksi harus terdokumentasi agar dapat dikaji
mengenai kekonsistenan dalam produksi dan menelusuri permasalahan jika terjadi
kesalahan dalam produksi. Seluruh dokumen selanjutnya akan dievaluasi dan
dikaji oleh bagian Quality untuk menentukan apakah bahan awal, produk ruahan,
produk antara dan produk jadi di-release atau di-reject.
Penyimpanan bahan awal, bahan kemas, produk jadi menjadi tanggung
jawab gudang, dimana penyimpanan dilakukan pada kondisi masing-masing yang
dipersyaratkan, terutama suhu dan kelembaban. Pendistribusian barang, baik
internal maupun eksternal, harus tercatat dengan benar, baik secara manual
maupun sistem komputerisasi (BPCS System). Hal ini dimaksudkan agar jumlah
barang yang terdokumentasi sesuai dengan jumlah yang ada. Proses dokumentasi
pendistribusian ini dilakukan pada saat penyerahan barang dari gudang ke
timbang, penyerahan barang dari timbang ke produksi, penyerahan dari produksi
ke gudang, penyerahan dari gudang ke tim ekspedisi, serta pada saat bagian
produksi meminta barang tambahan serta pengembalian barang yang berlebih.
Uji stabilitas dilakukan untuk menjamin mutu produk yang telah diproduksi,
baik selama validasi proses, maupun setelah produk dipasarkan (Quality
Surveillance). Quality Surveilence dilakukan dengan sampel tertinggal (retained
sample) yang disimpan sesuai dengan kondisi yang tertera dalam kemasan. Hal ini
dilakukan untuk memastikan dan memantau bahwa produk yang telah diedarkan
tetap stabil selama disimpan sesuai dengan kondisi yang tertera dalam kemasan.
Selain itu, dilakukan inspeksi dan audit diri untuk memastikan bahwa seluruh
kegiatan produksi memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Evaluasi mutu
suatu produk dikaji secara berkala dalam bentuk Product Quality Review (PQR)
42
Universitas Indonesia
untuk memastikan kinerja produksi yang dilakukan terhadap produk tersebut
bersifat konsisten dan tidak menimbulkan banyak penyimpangan.
Untuk memantau kualitas produk ruahan atau produk jadi selama proses
produksi, dilakukan pengawasan mutu yang mencakup proses pengambilan
sampel, prosedur pengujian dan dokumentasi. Pengambilan sampel dilakukan
sesuai dengan protap yang telah divalidasi dan dilakukan oleh personel yang telah
terlatih. Pengambilan sampel dilakukan untuk pengujian pada saat pelulusan
bahan awal, pengujian IPC, dan pengujian produk akhir. Prosedur pengujian
dilakukan sesuai dengan protap yang telah divalidasi dan setiap prosedur
pengujian didokumentasikan berupa print out dari alat-alat yang digunakan dan
laporan hasil uji (LHU).
Penerapan sistem mutu di PT. Takeda Indonesia memperlihatkan bahwa PT.
Takeda Indonesia telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan CPOB. Hal ini
dibuktikan dengan diperolehnya sertifikat CPOB untuk berbagai sediaan farmasi
yang diproduksi PT. Takeda Indonesia.
4.2 Personalia
Suatu industri farmasi diharuskan memiliki personalia dengan jumlah yang
cukup dan terlatih dalam menjalankan proses produksi dan mengerjakan tugasnya
sesuai dengan tanggung jawab masing-masing. Tugas masing-masing personel
terdapat di struktur organisasi untuk setiap bagian departemen maupun lini atau
bagian lain yang terkait. Pembagian tugas dilakukan agar tidak terdapat tumpang
tindih pada saat pengerjaan tugas. Personel kunci di PT. Takeda Indonesia adalah
manajer Departemen Produksi dan Departemen Quality. Semua personel sudah
terkualifikasi, memperoleh pelatihan yang sesuai, dan memiliki pengalaman
praktis yang memadai di bidang industri farmasi. PT. Takeda Indonesia
menempatkan apoteker sebagai Manajer Quality dan Manager Produksi sesuai
dengan yang dianjurkan berdasarkan anjuran CPOB.
Efektivitas pelatihan dinilai melalui evaluasi dan sesi timbal balik untuk
memastikan level pemahaman dari topik yang diberikan. Jika seseorang tidak
memenuhi persyaratan minimum, maka harus mengikuti pelatihan ulang. Semua
pelatihan dicatat oleh bagian SDM. Progam pelatihan yang diadakan PT. Takeda
43
Universitas Indonesia
Indonesia menunjukkan bahwa PT. Takeda Indonesia telah mengikuti anjuran
CPOB dalam mengembangkan dan meningkatkan kemampuan personel dalam
bekerja.
4.3 Bangunan dan fasilitas
Bangunan PT. Takeda Indonesia terletak di Tambun dan keberadaannya
dalam wilayah industri diharapkan dapat meminimalisir pencemaran yang dapat
menganggu kenyamanan penduduk sekitar. Perlindungan terhadap bangunan juga
direncanakan dengan membuat desain bangunan utama yang lebih tinggi daripada
jalan di depan, untuk menghindari luapan air masuk bila terjadi banjir. PT. Takeda
Indonesia mempunyai desain bangunan yang memenuhi persyaratan CPOB,
dimana bagian sudut lantai dan atap tidak berupa sudut mati, Namun melengkung,
sehingga mudah untuk dibersihkan. Bagian bawah jendela diberi kemiringan
tertentu agar tidak mendeposit kotoran. Lantai dan langit-langit dilapisi epoksi
sehingga mudah untuk dibersihkan. Kerangka pintu dan jendela terbuat dari
aluminium sehingga tidak lapuk dan mudah dibersihkan. Sekitar bangunan PT.
Takeda Indonesia juga dilakukan pest control untuk mencegah masuknya
binatang pengerat atau serangga ke dalam bangunan.
Tata letak ruangan dibuat berdasarkan pertimbangan kelancaran arus kerja,
komunikasi dan pengawasan yang efektif. Terdapat perbedaan alur pergerakan
antara material dan karyawan, dimana karyawan masuk melalui ruang ganti di
bagian depan bangunan sedangkan material masuk melalui ruang penyerahan di
bagian samping bangunan. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi ketidakteraturan
yang dapat menyebabkan terhambat jalannya produksi dan mungkin dapat
membahayakan personel, sesuai dengan anjuran di CPOB.
Ruangan-ruangan dalam bangunan dibagi menjadi beberapa kelas yang
mempunyai persyaratan jumlah partikel dan mikroba yang berbeda sesuai dengan
tingkat kritikalitas terhadap produk yang diproduksi dalam ruangan tersebut.
Sistem tata udara diatur oleh PT. Takeda Indonesia agar kondisi persyaratan tiap
kelas kebersihan terpenuhi. Sistem tata udara diatur dengan menggunakan AHU
sebanyak 13 buah yang dibagi menjadi beberapa area sesuai dengan
kebutuhannya. Spesifikasi, seperti temperatur, perbedaan tekanan antar ruang,
44
Universitas Indonesia
pergantian udara, kelembaban rata-rata, dan jumlah partikel didokumentasikan
untuk setiap ruang. Terdapat sistem Air lock dengan sistem interlocking terdapat
pada perbatasan antara dua ruangan dengan zona higienis yang berbeda, untuk
mencegah terjadinya kontaminasi silang.
Area penimbangan mempunyai sistem AHU dan tata udara yang berbeda.
Pada ruangan ini terdapat sistem dust collector dan exhaust untuk melindungi
personel dari terpaparnya bahan-bahan yang ditimbang. Hal ini akan
meminimalisir terjadinya kontaminasi silang dan mix up pada saat penimbangan.
Pipa, kabel, saluran-saluran serta benda lain yang dapat mengganggu proses
produksi dan menjadi sumber kontaminasi tidak ditempatkan di area produksi,
melainkan ditempatkan dalam ruangan mezzanine, yang terletak antara satu lantai
dengan yang lain. Ruang pengemasan primer dirancang terpisah untuk tiap produk
untuk mencegah mix-up atau kontaminasi silang.
Area penyimpanan, yaitu gudang, terbagi menjadi 3 bagian, yaitu gudang
sentral suhu ≤30°C, gudang dengan suhu terkontrol ≤25°C, dan Cold storage.
Kondisi tiap ruangan terus dipantau dan dipasang alarm untuk mengetahui kondisi
berubah. Pada gudang sentral, terdapat rak yang terdiri dari 4 lantai dan berupa
kerangka besi untuk menahan pallet yang diletakkan diatasnya. Bentuk kerangka
ini akan mempermudah dalam pembersihan dan memperkecil jumlah kotoran
yang terdeposit. Pada area ini terdapat loker terkunci untuk menyimpan label,
jeruji terkunci untuk menyimpan barang-barang yang bernilai tinggi dan
psikotropika. Hal ini ditujukan agar tidak ada penyalahgunaan label dan
pencurian.
Area laboratorium berada terpisah dari area produksi, begitu juga ruangan
mikrobiologi yang terletak terpisah dari area produksi maupun area laboratorium.
Ruang timbang pada area ini dilengkapi dengan printer yang dapat mencetak hasil
timbang untuk didokumentasikan pada batch record. Ruang mikrobiologi berlatar
belakang white, dengan sistem airlock sebagai jalan masuk. Ruangan ini memiliki
sistem tata udara yang berbeda dengan area laboratorium, karena kondisi yang
dipersyaratkan lebih ketat.
Air yang digunakan untuk menunjang seluruh kegiatan produksi di
45
Universitas Indonesia
PT.Takeda Indonesia adalah Purified Water dan Water for Injection. Air yang
digunakan telah diolah dengan treatment masing-masing dan digunakan untuk
keperluan yang berbeda. Pada berbagai jenis air ini dilakukan
pengawasan/monitoring untuk memastikan bahwa air yang digunakan memenuhi
persyaratan/criteria yang ditetapkan oleh PT.Takeda Indonesia.
4.4 Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk pembuatan produk di PT. Takeda
Indonesia telah memenuhi ketentuan CPOB, yaitu peralatan yang
bersentuhan dengan bahan baku, produk antara atau produk jadi tidak boleh
bereaksi sehingga tidak akan mempengaruhi mutu atau kemurnian produk yang
diproduksi.
Mesin-mesin dan peralatan yang terletak dibidang produksi penempatannya
diatur sedemikian rupa untuk menjamin keleluasaan kerja operator dan
mencegah terjadinya kekeliruan atau kontaminasi silang antar bahan selama
produksi. Mesin dan peralatan juga dilengkapi dengan penandaan atau etiket
mengenai status mesin. Mesin yang telah dibersihkan ditandai dengan et iket yang
berwarna hijau, sedangkan untuk mesin-mesin yang rusak ditandai dengan
etiket yang berwarna merah.
Desain mesin memungkinkan untuk dilakukan kualifikasi terhadap
kinerjanya. Kualifikasi meliputi kualifikasi instalasi, kualifikasi operasional dan
kualifikasi performa mesin. Kualifikasi peralatan dilakukan oleh bagian teknik
yang dibantu oleh bagian QA. Selain kualifikasi, juga dilakukan kalibrasi pada
peralatan ukur yang digunakan. Kalibrasi ini dilakukan secara terjadwal untuk
menjamin keakuratan alat ukur. Kualifikasi dan kalibrasi merupakan bagian dari
program validasi. Pada saluran-saluran diberikan penandaan baik dengan tulisan
maupun warna beserta dengan tanda arahnya. Hal ini akan mempermudah
penelusuran jika terjadi kerusakan atau kecacatan pada produk.
Pemeliharaan peralatan merupakan tanggung jawab bersama antara
departemen produksi dan departemen maintenance. Departemen produksi
bertangung jawab pada pembersihan dan perbaikan masalah yang ringan saat
proses produksi berlangsung, sedangkan departemen maintenance bertanggung
46
Universitas Indonesia
jawab untuk menjaga kinerja dan perawatan mesin. Kalibrasi dan validasi mesin
dilakukan secara berkala serta dalam pengatasan masalah yang cukup serius.
Menjaga kinerja dan perawatan mesin meliputi pemilihan jenis pelumas dan
servis berkala, sedangkan kalibrasi mesin dilakukan secara berkala sesuai dengan
protap yang telah disusun.
4.5 Sanitasi dan higiene
Tingkat sanitasi yang tinggi perlu diterapkan pada sebuah industri farmasi
sehingga dapat mencegah terjadinya pencemaran terhadap produk. Sanitasi
dibedakan menjadi higiene personel, sanitasi bangunan dan fasilitas, sanitasi
peralatan dan validasi pembersihan. Untuk memenuhi persyaratan higiene
personel, maka PT. Takeda Indonesia menerapkan tiap personel baik karyawan
maupun non karyawan yang masuk ke area produksi PT. Takeda Indonesia
mengenakan baju yang sesuai dengan area produksi. Baju tersebut terbuat dari
bahan yang tidak melepaskan serat dan dilengkapi dengan penutup kepala.
Adanya penutup kepala akan melindungi produk dari rambut atau benda lain yang
mungkin dapat jatuh dari kepala. Baju dilengkapi dengan tangan panjang, dan
harus memakai masker dan sarung tangan untuk personel yang kontak langsung
dengan produk Pada beberapa tempat tersebut terdapat poster dan protap mencuci
tangan.
Pada personel PT. Takeda Indonesia dilakukan juga medical check-up yang
dilakukan baik pada saat recruitment maupun secara periodik. Hal ini
dimaksudkan untuk memantau dan menjamin bahwa kesehatan personel tetap
terjaga selama bekerja di PT. Takeda Indonesia. Medical check-up yang dilakukan
secara periodik bergantung pada frekuensi kontak produk dengan personel dan
kegiatan yang dilakukan di PT. Takeda Indonesia. Selain itu, personel juga
dilarang merokok selain di tempat merokok yang sudah disediakan. Personel yang
mengidap penyakit menular tidak diperbolehkan bekerja hingga sembuh kembali.
Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kontaminasi dari penyakit tersebut.
Personel yang memiliki luka terbuka tidak boleh kontak dengan bahan dan
produk, karena dikhawatirkan bahan atau produk tersebut dapat masuk ke dalam
tubuh personel melalui luka tersebut.
47
Universitas Indonesia
Untuk memenuhi persyaratan sanitasi bangunan dan fasilitas, ruang ganti
black dilengkapi dengan fasilitas locker yang memungkinkan personel
menyimpan barang milik pribadi selama jam kerjanya berlangsung. Personel
hanya boleh makan dan minum dalam tempat tertentu, yaitu kantin. Setelah
makan pun personel harus mencuci tangan sebelum keluar dari kantin dengan
prosedur yang telah ditetapkan. Dinding, langit-langit, lantai, fitting lampu, grille
dibentuk dan dipasang sedemikian rupa agar mudah dibersihkan. Pembersihan
dilakukan dengan peralatan yang sebelumnya sudah dibersihkan terlebih dahulu.
Sampah dikumpulkan dalam tempat sampah dan diambil setiap hari secara
teratur pada jam-jam tertentu. Ruangan produksi yang akan digunakan harus
dalam keadaan bersih, hal ini diperlihatkan dari label bersih yang bertuliskan
clean yang ditandatangani oleh supervisor. Jika ruangan tersebut telah selesai
digunakan, maka ruangan diberikan label “to be clean” untuk segera dibersihkan
oleh personel yang berwenang. Jika produksi sedang berjalan, maka ruangan
diberikan label ”use to” dan dituliskan jenis obat, nama obat dan batch dari proses
produksi dan ditandatangani oleh supervisor.
Peralatan yang digunakan, terutama yang kontak dengan produk, harus
dibersihkan dengan baik agar tidak terjadi kontaminasi silang. Seperti halnya label
bersih ruangan, terdapat juga label bersih peralatan yang memperlihatkan
peralatan tersebut sebelumnya digunakan untuk apa dan sudah dibersihkan atau
belum. Terdapat ruang pencucian alat pada masing-masing lini area produksi
untuk mencuci peralatan yang dapat dilepas dari mesin. Prosedur pencucian
dilakukan sesuai dengan protap yang berlaku dan yang telah divalidasi.
4.6 Produksi
Proses produksi harus mengikuti prosedur yang telah ditetapkan, dan
memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa menghasilkan produk
yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi ketentuan izin pembuatan dan
izin edar (registrasi).
Bahan awal yang digunakan berasal dari vendor yang telah diaudit dan
disetujui oleh bagian QA. Pada saat penerimaan bahan awal dilakukan
pemeriksaan kebenaran bahan, pemeriksaan visual tentang kondisi umum,
48
Universitas Indonesia
keutuhan wadah dan segelnya, ceceran dan kemungkinan adanya kerusakan
bahan, dan tentang keseuaian catatan pengiriman dengan label dari pemasok. Jika
telah sesuai, barang diterima dan dilakukan input administratif ke dalam sistem
BPCS yang secara otomatis akan membuat nomor lot baru untuk barang tersebut.
Bahan awal akan mendapat status karantina dan pihak QC akan menguji bahan
tersebut apakah memenuhi spesifikasi atau tidak. Jika lulus maka diberikan label
release berwarna hijau, dan jika di-reject maka bahan akan ditempatkan di ruang
reject dalam gudang sambil menunggu saatnya dimusnahkan atau dikembalikan
ke supplier. Penempelan label hanya boleh dilakukan oleh personel dari bagian
QA. Bahan awal yang telah direlease disimpan dalam gudang sesuai dengan
persyaratan kondisi masing-masing bahan.
Setiap bahan terdapat kartu stok yang dituliskan secara manual untuk
mengetahui berapa banyak bahan tersebut yang tersisa dan dituliskan juga tanggal
pengambilan serta personel yang bertanggung jawab. Jumlah sisa stok kemudian
diupdate dengan memasukkan ke dalam BPCS system. Hal yang sama juga
berlaku terhadap bahan kemas.
Proses serah terima material antara gudang dan produksi dilakukan dengan
mengecek kembali kebenaran bahan, no lot dan jumlah bahan. Jika telah sesuai,
petugas dari gudang dan produksi yang memberikan tanda tangan di SO picklist
sebagai bukti serah terima material. Material sisa produksi selalu direkonsiliasi
sebelum dikembalikan ke gudang. Dokumentasi yang dilakukan berupa pengisian
Slip Retur Barang (SRB). Pada SRB, tertera nomor item, nama barang dan jumlah
yang dikembalikan. Jumlah barang yang di retur selalu dicek dengan tabel
rekonsiliasi yang terdapat pada Manufacturing SO. Dalam tabel rekonsiliasi, diisi
jelas berapa jumlah material yang digunakan, berapa yang rusak, dan berapa yang
masih baik untuk dikembalikan ke gudang.
Setiap memasuki area produksi, terdapat SOP tata cara berpakaian yang
harus dilakukan oleh karyawan dan tamu termasuk cara memakai APD (alat
pelindung diri) atau SPD (Self Protecting Device). Saat memasuki ruangan
produksi, personil diwajibkan untuk mengenakan pakaian khusus (coverall),
penutup kepala, sepatu khusus, dan masker. Selanjutnya, personil diwajibkan
49
Universitas Indonesia
untuk mencuci tangan dan menggunakan desinfektan. Prosedur ini dilakukan
untuk mencegah adanya kontaminasi dari luar terhadap ruang produksi dan
produk yang dihasilkan.
Sebelum mesin dan ruang digunakan untuk proses produksi, supervisor
produksi akan memastikan kondisi kebersihan mesin/ruang serta memberikan
tanda tangannya di label bersih sebagai tanda bahwa mesin/ruang telah bersih dan
boleh digunakan untuk proses produksi. Kegiatan pengolahan dilaksanakan
mengikuti Shop Order (SO). Semua keterangan terkait proses akan dicatat di
dalamnya. Kegiatan IPC dicatat dan datanya dilampirkan dalam batch record.
Setiap penyimpangan terkait proses harus dipertanggungjawabkan dan dilaporkan
ke bagian QA.
Pada proses produksi, jika terdapat produk yang berbeda tetapi
diproduksi dengan menggunakan mesin yang sama maka akan diproduksi secara
bergant ian setelah satu produk selesai, mesin dan ruangan harus dibersihkan
dahulu dan dicek oleh supervisor baru kemudian dilanjutkan dengan produk yang
lain. Selain itu, ruangan produksi memiliki air lock sebagai ruang antara yang
membatasi ruang produksi dan lingkungan luar.
Di setiap tahap produksi, operator akan selalu melakukan optimasi
terlebih dahulu untuk mencapai spesifikasi yang dipersyaratkan dalam SOP dan
produk ini akan dikategorikan sebagai produk reject. Setelah diperoleh produk
dengan spesifikasi yang diinginkan, proses produksi dapat berjalan dan
selanjutnya dilakukan IPC (in process control) pada tahap awal, tengah, dan akhir
proses produksi. Untuk tablet, IPC yang dilakukan meliput i pemerian, kode
penandaan, bobot, kekerasan, diameter, ketebalan, keregasan, dan waktu hancur.
Untuk kapsul, IPC yang dilakukan meliput i pemerian, kode penandaan kapsul,
kadar air, bobot kapsul terisi, bobot granul per kapsul, panjang kapsul, dan waktu
hancur. Selain IPC, operator dari produksi juga mengirimkan sampel untuk diuji
oleh QC.
Pencemaran bahan awal atau produk oleh bahan atau produk lain harus
dihindarkan. Salah satunya adalah dengan penggunaan sistem airlock dan juga
sistem perbedaan tekanan untuk mengatur airflow di ruangan tersebut. PT. Takeda
50
Universitas Indonesia
Indonesia menganut sistem clean corridor dimana tekanan udara pada koridor
lebih tinggi daripada tekanan di dalam ruang-ruang produksi. Hal ini dilakukan
untuk menjaga agar bahan yang terdapat di dalam ruangan tidak keluar dan
mencemari ruangan lain. Cara lain untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang
adalah dengan penggunaan baju khusus sesuai spesifikasi ruangan, menerapkan
pembersihan dan dekontaminasi peralatan yang tervalidasi, serta penggunaan
label
bersih untuk mesin dan ruang.
Ruangan-ruangan produksi yang mengolah bahan berbentuk serbuk kering
(misalnya granulasi, ruangan untuk mengayak, dan ruang tablet) memiliki tekanan
yang lebih kecil dari koridor dan dilengkapi dengan fasilitas dust collector.
Parameter operasional yang kritis (misal waktu, kecepatan, dan suhu) untuk tiap
proses pencampuran, pengadukan dan pengeringan dicatat dan dipantau selama
proses berlangsung. Mesin pengering fluid bed menggunakan kantong filter yang
terbuat dari bahan yang tidak melepaskan partikel dan selalu dicuci tiap kali
selesai digunakan untuk memproses sediaan. Sebelum digunakan, punch dan die
diperiksa dari keausan. Pemantauan bobot tablet dilakukan tiap beberapa menit
sekali selama proses tabletasi berlangsung oleh bagian produksi dan IPC. Pada
setiap ruang cetak tablet terdapat timbangan yang digunakan untuk memantau
bobot hasil cetak tablet yang dilakukan oleh bagian produksi. Hasil pemantauan
dimasukkan ke dalam Lembar Pemantauan Bobot Tablet. Tablet yang di-reject
oleh mesin disimpan dalam tempat yang terpisah sehingga tidak tercampur
dengan
tablet yang sesuai spesifikasi.
Pada produksi suppositoria dan salep, desain peralatan sesedikit mungkin
terdapat sambungan mati dimana residu dapat berkumpul dan menyebabkan
perkembangan mikroba. Perhatian khusus diberikan pada awal pengisian, sesudah
perhentian dan pada akhir proses untuk memastikan bahwa produk dalam keadaan
homogen. Air yang digunakan selama proses produksi hanya air yang telah
memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
Bahan pengemas diperiksa terlebih dahulu baik kebenarannya maupun
jumlahnya. Jika terdapat hal yang tidak sesuai dengan Shop Order (SO) maka
proses produksi tidak akan berjalan. Tahap pengemasan pada setiap lini dilakukan
51
Universitas Indonesia
secara in line. Setiap hasil pencetakan (expired date, manufacturing date, batch
number dan harga eceran tertinggi) selalu dicek pada interval tertentu. Proses
pengemasan dituangkan dalam SO dengan memastikan lebih dulu bahwa jalur
kemas dan mesin koding berada dalam kondisi bersih dan hanya produk ruahan,
bahan kemas dan dokumen untuk batch yang sedang dikerjakanlah yang ada di
jalur kemas. Hal ini untuk mendukung kelancaran proses pengemasan secara
inline dan untuk mencegah adanya mixed up. Selain itu dilakukan rekonsiliasi
pengemasan untuk mengetahui persentase reject dan persentase rekonsiliasi. Jika
terdapat cacat pada bahan kemasan baik primer maupun sekunder, dilakukan
pemusnahan, untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan.
Hal yang diperiksa selama pengawasan dalam proses (in process control)
adalah parameter-parameter yang penting dalam bahan awal dan produk ruahan,
misalnya kadar air dalam proses granulasi, keseragaman bobot tablet, keregasan
bobot tablet, dan lain-lain. Hal lain yang diperiksa adalah bobot akhir setelah
produk jadi berada dalam inner box dan master box. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui adanya produk yang hilang atau bertambah pada saat pengemasan jika
nilai hasil penimbangan berbeda jauh dari yang seharusnya. Sampel yang diambil
untuk setiap pengujian IPC adalah dibagian awal, tengah dan akhir produksi.
Hasil pengujian selama inspeksi in proses control didokumentasikan yang
selanjutnya akan dilampirkan dalam batch record.
Bahan awal yang di-reject dari pihak QA dicatat dalam laporan rekonsiliasi.
Semua komplain direkam dan di-review secara periodik. Produk kembalian dari
recall akan disimpan pada ruangan terpisah sementara menunggu keputusan dari
Manajer QA. Produk retur atau recall yang tidak memenuhi syarat selanjutnya
dimusnahkan. Berita acara pemusnahan harus diketahui dan ditandatangani oleh
QA. Produk yang dikembalikan dilakukan pemusnahan sehingga mencegah
terjadinya penyalahgunaan.
Selama menunggu pelulusan dari bagian Pemastian Mutu, seluruh batch/lot
yang sudah dikemas ditahan dalam status karantina. Produk yang dikarantina
diberi label “Karantina” berwarna kuning atau diberi tanda berupa rantai
berwarna
kuning yang menutupi seluruh batch. Produk karantina ditempatkan di tempat
52
Universitas Indonesia
yang berbeda dengan produk yang telah di-release. Produk jadi diserahkan dari
pihak produksi ke bagian gudang dengan produk berstatus karantina. Penyerahan
produk ini dilakukan beserta slip penyerahan hasil produk. Sebelum pihak gudang
menerima produk dari produksi diperiksa terlebih dahulu kebenaran identitas dan
jumlahnya. Setelah itu pihak gudang akan menyimpan produk tersebut di tempat
yang sesuai dengan kondisi penyimpanannya.
PT Takeda Indonesia menganut prinsip FEFO (First Expired First Out)
dalam mengatur alur penyimpanan, penggunaan, dan distribusi barang. Distribusi
produk dilakukan oleh distributor tunggal yaitu PT. Dicocitas.
4.7 Pengawasan mutu
Departemen pengawasan mutu (Quality Control/QC) bertanggung jawab
dalam memast ikan set iap bahan baku yang akan dipergunakan dan produk jadi
yang akan dipasarkan memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan. Departemen
ini dipimpin oleh seorang manager QC. Bagian QC dibagi menjadi empat
bagian, yaitu bagian bahan baku (raw material), bahan pengemas (packaging
material), produk setengah jadi (half finished goods), dan mikrobiologi. Sistem
pengawasan mutu bertanggung jawab pada kegiatan sampling, spesifikasi dan
testing, mencakup koordinasi, dokumentasi dan release produk dengan menjamin
bahwa setiap pengujian yang diperlukan telah dilakukan dan melakukan
judgement untuk me-release atau me-reject bahan baku, ruahan maupun produk
jadi.
Laboratorium yang terdapat di departemen QC terdiri dari laboratorium
kimia (chemical laboratory), laboratorium instrumen (instrument laboratory),
dan laboratorium mikrobiologi (microbiology laboratory). Laboratorium kimia
biasanya digunakan untuk pemeriksaan bahan baku yang baru datang dari vendor
atau reanalisa bahan baku untuk memeriksa apakah bahan baku tersebut masih
dapat digunakan atau tidak untuk produksi. Pemeriksaan yang dilakukan, meliput
i
identifikasi dan parameter-parameter lain yang tercantum dalam spesifikasi serta
untuk memeriksa kualitas purified water dan air limbah. Pemeriksaan ini
dilakukan oleh QC Raw Material dengan syarat bahwa produk tersebut disertakan
dengan Lembar Penerimaan Barang (LPB) dan Certificate of Analysis (CoA)
53
Universitas Indonesia
dari vendor.
Laboratorium instrumen terdapat alat- alat yang dibutuhkan untuk analisa
kuant itatif dan biasanya digunakan untuk pemeriksaan produk setengah jadi.
Laboratorium ini juga dilakukan pengujian terhadap metode validasi metode
analisa. Instrumen yang ada di laboratorium QC selalu dikalibrasi secara rutin dan
berkala, seperti kalibrasi satu tahunan dan kalibrasi enam bulanan Jadwal
kalibrasi tersebut dibuat oleh QA staff.
Laboratorium mikrobiologi digunakan untuk memeriksa adanya
kontaminasi mikroorganisme terhadap bahan baku, bahan pengemas, maupun
produk setengah jadi. Selain dilakukan pemeriksaan pada produk, juga dilakukan
pemeriksaan mikroba pada ruang produksi.
Pengujian di QC dilakukan oleh analis, diperiksa oleh supervisor, dan
diputuskan hasilnya memenuhi persyaratan atau tidak oleh manager QC. Hasil
pengujian tersebut dilaporkan dalam bentuk sertifikat analisa. Jika dari pengujian
diperoleh hasil yang menyimpang dari persyaratan, maka dibuat formulir
penanganan hasil uji di luar spesifikasi (Out of Spesification). Pada penanganan
OOS, terlebih dulu dilakukan pengecekan pada laboratorium QC. Jika tidak
terdapat kesalahan laboratorium, maka perlu invest igasi lebih lanjut oleh QA
untuk mengetahui penyebab sebenarnya.
Dokumentasi yang terdapat di bagian quality control antara lain spesifikasi,
prosedur sampling, prosedur testing, laporan pengujian analisis dan sertifikatnya,
validasi metode analisis dan prosedur kalibrasi. Dokumen batch record disimpan
sampai 10 tahun. Setiap penggunaan reagen yang baru dicatat dan dilakukan
penyesuaian antara reagen yang tercatat dengan reagen yang ada. Peralatan dan
instrumen di laboratorium telah mempunyai prosedur tetap untuk
pengoperasiannya masing-masing. Peralatan di laboratorium, sama seperti halnya
peralatan di bagian produksi juga dikualifikasi dan dikalibrasi, untuk memastikan
bahwa instrumen tersebut dapat berfungsi dengan baik. Setiap kali
menggunanakan alat, personel yang bertanggung jawab mencatat dalam log book,
untuk mempermudah penelusuran jika terjadi kerusakan.
54
Universitas Indonesia
4.8 Inspeksi diri dan audit mutu
PT. Takeda Indonesia telah melaksanakan program inspeksi diri melalui
departemen QA. Inspeksi diri dilaksanakan untuk meninjau implementasi CPOB
agar mutu obat tetap terkontrol. Inspeksi diri dilakukan secara rutin dan terjadwal
dengan tujuan untuk memastikan bahwa sistem yang telah dibuat benar-benar
diaplikasikan di keadaan sebenarnya. Hal-hal yang diperiksa, yaitu report
analysis, batch record, dan laporan validasi untuk setiap batch validasi. Jika
terdapat temuan yang tidak sesuai dengan CPOB, maka dilakukan tindakan
perbaikan dan pencegahan. Selain melakukan inspeksi diri, departemen QA juga
melaksanakan vendor audit dan toll out manufacturing audit yang bertujuan
untuk memast ikan bahwa pemasok (vendor) maupun jasa servis yang digunakan
oleh PT. Takeda Indonesia mempunyai kualitas sesuai dengan standar
perusahaan. Selain itu, audit juga dapat dilakukan oleh pihak luar yaitu audit
reguler dari otoritas BPOM. Hasil audit eksternal ini akan di-follow up melalui
CAPA dengan due date tertentu.
4.9 Penanganan keluhan terhadap produk, penarikan kembali obat dan
produk kembalian
Penanganan keluhan, penarikan produk, dan produk kembalian merupakan
tanggung jawab departemen QA. Keluhan yang ditangani jika keluhan yang
diterima berupa cacat produk, seperti terjadinya perubahan warna pada sediaan.
Keluhan tersebut dapat berasal dari dokter, pasien, apotek, rumah sakit maupun
dari distributor. Segala keluhan tentang obat akan dit indak lanjuti oleh QA.
Dalam mengatasi segala keluhan tersebut, QA mendokumentasikan set iap
keluhan dan melakukan invest igasi terhadap keluhan tersebut. Invest igasi
dilakukan dengan jalan mencocokan informasi mengenai keluhan obat dan data
perusahaan yang didasarkan pada contoh pertinggal. Lead time untuk penanganan
keluhan yang critical adalah selama 2 hari kerja, sedangkan lead time untuk
penanganan keluhan major/ minor selama 10 hari kerja. Lead time dihitung mulai
dari dokumen dan sampel keluhan sudah lengkap sampai dengan surat jawaban
keluhan disusun.
Penarikan kembali obat jarang dilakukan oleh PT. Takeda Indonesia, hal
55
Universitas Indonesia
ini dikarenakan mutu dan keamanan obat produksi PT. Takeda Indonesia
telah terjamin. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan terdapat penarikan
obat. Pada dasarnya penarikan obat dapat dilakukan oleh perusahaan maupun
oleh lembaga pemerintah yang terkait. Jika terdapat obat recall maka
dilakukan invest igasi untuk dapat memastikan kebenaran alasan obat ditarik.
Hasil invest igasi tersebut dijadikan dasar penyanggahan maupun persetujuan
penarikan obat. Alur penarikan obat kembalian, yaitu departemen QA
memberitahukan kepada pihak marketing, kemudian marketing memberitahukan
kepada distributor. Selanjutnya, distributor akan melaporkan obat yang masih ada
di distributor dan obat yang sudah sampai di masyarakat. Obat yang masih
beredar kemudian ditarik oleh distributor lalu dikirim ke gudang PT. Takeda
Indonesia, kemudian QA akan membuat recall report (laporan obat kembalian).
Obat recall tersebut kemudian diolah ulang atau dapat langsung dimusnahkan.
Pemusnahan obat recall di saksikan saksi dari perusahaan maupun dari lembaga
pemerintah terkait.
Obat kembalian adalah obat jadi yang telah beredar, yang kemudian
dikembalikan ke pabrik karena adanya keluhan, kerusakan, kedaluarsa, masalah
keabsahan maupun sebab lain mengenai kondisi obat, wadah atau kemasan
sehingga menimbulkan keraguan akan keamanan, identitas dan mutu obat yang
bersangkutan. PT. Takeda Indonesia telah menetapkan prosedur penanganan obat
kembalian, yaitu dilakukan investigasi alasan mengapa obat dikembalikan dan
menganalisa kelayakan obat tersebut untuk diproses ulang. Pada kasus obat
kembalian, PT. Takeda Indonesia melakukan dokumentasi dan pencatatan mutu
obat kembalian. Obat kembalian tersebut kemudian dikarant ina. Selanjutnya
dilakukan penelit ian, pemeriksaan dan pengujian oleh departemen terkait. Hasil
penelit ian tersebut dijadikan dasar pengambilan tindakan terhadap obat
tersebut.
4.10 Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan
merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu. Dokumentasi yang jelas
adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap personel menerima uraian
56
Universitas Indonesia
tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga memperkecil risiko terjadinya
kekeliruan yang biasanya timbul karena hanya mengandalkan komunikasi lisan.
Spesifikasi, dokumen produksi induk/formula pembuatan, prosedur, metode dan
instruksi, laporan dan catatan harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara
tertulis.
Picklist merupakan dokumen yang berisi bahan awal dan bahan kemas yang
akan digunakan dalam proses produksi, sedangkan Shop Order merupakan
dokumen yang menjelaskan tentang tahapan kerja yang harus dilakukan selama
proses produksi. Setiap dokumen selalu ditandatangani oleh personel yang
membuat dan disetujui oleh bagian manager. Pada dokumen juga tertulis tanggal
efektif dokumen tersebut, revisi yang keberapa dan hal-hal yang direvisi atau
ditambahkan pada revisi terakhir. Semua dokumen disiapkan, disetujui,
disosialisasikan, direvisi, didistribusi dan disimpan berdasarkan prosedur tertulis.
Pencatatan data secara manual dilakukan dengan tinta biru untuk
memastikan data berupa asli, bukan fotokopi. Selain itu jika ada kesalahan dalam
pencatatan data, bagian yang salah dicoret sekali kemudian diganti dengan data
yang benar lalu dibubuhi paraf dan inisial serta tanggal oleh personel yang
bertanggung jawab. Seluruh catatan yang berhubungan dengan proses produksi
suatu batch akan disimpan dalam batch record. Data hasil pengujian dari
laboratorium, baik kimia, mikrobiologi maupun IPC, dituliskan dalam lembar
hasil uji (LHU). Setiap penggunaan alat instrumentasi dan alat-alat lain untuk
pengujian laboratorium, personel yang bertanggung jawab mencatat dalam
logbook dan dibubuhi paraf serta inisial menggunakan tinta biru.
4.11 Kualifikasi dan validasi
PT. Takeda Indonesia melakukan perencanaan terhadap program validasi
melalui penyusunan Validation Master Plan (VMP). VMP adalah dokumen yang
menyajikan informasi mengenai program kerja validasi yang disiapkan dengan
mengacu kepada CPOB dan cGMP disamping kebijakan dan komitmen
perusahaan untuk melakukan penyempurnaan terus menerus khususnya terhadap
pencapaian sasaran mutu. Ruang lingkup VMP meliputi seluruh proses validasi
atau kualifikasi dari system yang mempunyai dampak terhadap kualitas produk
57
Universitas Indonesia
yang meliputi antara lain sarana penunjang (water system, HVAC, dan lain-lain),
mesin dan peralatan produksi, instrument laboratorium dan peralatan IPC, proses
pembersihan serta proses produksi
Validation Master Plan juga berisi struktur organisasi kegiatan validasi dan
pembagian peran masing-masing. Dalam melaksanakan program validasi terhadap
utility maupun fasilitas, PT. Takeda Indonesia sudah menggunakan analisis risiko.
Hal ini telah sesuai dengan CPOB, yang mengatakan pendekatan dengan kajian
resiko hendaklah digunakan untuk menentukan ruang lingkup dan cakupan
validasi. Prosedur analisa resiko ini dibagi dalam beberapa tahapan, yaitu daftar
peralatan dan fungsinya, klasifikasi kritikal dan non-kritikal, alasan dari
klasifikasi, parameter yang mungkin berpengaruh terhadap kualitas, kemungkinan
terjadinya kesalahan, dan daftar pengukuran/control yang harus dilakukan.
Validation Master Plan mencakup aktivitas-aktivitas sebagai berikut:
a. Kualifikasi
Program kualifikasi mesin di bawah pengawasan supervisor QA. Kualifikasi
dan validasi ini mencakup: sarana penunjang (water system, HVAC), mesin dan
peralatan produksi, instrumen laboratorium dan peralatan IPC, proses
pembersihan dan proses industri. Jadwal kualifikasi dan validasi telah disusun
setiap tahunnya berdasarkan VMP. Apabila terdapat kualifikasi di luar program,
maka inisiator dapat mengajukan validasi kepada pihak quality melalui form
Validation Request. Sebelum memulai pelaksanaan kualifikasi, QA spesialist
mempelajari spesifikasi alat serta membuat protokol kualifikasi, yang harus
diapprove dahulu oleh QA Manager. Proses dokumentasi ini sesuai dengan
prinsip CPOB.
Kualifikasi yang dilakukan terdiri dari beberapa tahapan, kualifikasi
instalasi/Installation Qualification (IQ), kualifikasi operasional/Operational
Qualification (OQ) dan kualifikasi kinerja/Performance Qualification. Apabila
mesin tidak masuk kriteria kualifikasi, maka akan diberi label DO NOT USE.
Selanjutnya, dilihat berdasarkan tingkat kekritikannya, apabila masih bisa
diadjust,
maka mesin tetap digunakan dengan beberapa penyesuaian. Apabila tidak
bisa, maka pihak komite akan mengajukan kebijakan untuk dilakukan disposal.
58
Universitas Indonesia
Selain kualifikasi, PT. Takeda Indonesia juga menetapkan jadwal
rekualifikasi untuk mesin yang sudah dikualifikasi maupun mesin yang diganti
spare part-nya. Beberapa peralatan dan sistem penunjang juga perlu dilakukan
rekualifikasi. Pelaksanaan rekualifikasi berdasarkan penilaian resiko (risk
assessment) meliputi utilities risk assessment dan equipment risk assessment.
Utilities risk assessment dilakukan untuk sistem penunjang (HVAC dan water
system) berdasarkan seberapa besar pengaruh sistem terhadap aspek kualitas
produk yang dihasilkan dan kemungkinan dampak terburuk apabila terjadi
(Quality dan likeliness) dan dampak luas (Wide).
b. Kalibrasi
Kalibrasi yang dilakukan ada 2 jenis, yaitu kalibrasi internal dan kalibrasi
eksternal. Kalibrasi internal dilakukan sendiri oleh personel dari perusahaan, yaitu
oleh petugas kalibrasi yang dikoordinir oleh QA specialist, sedangkan kalibrasi
eksternal menggunakan jasa dari luar perusahaan. Program kalibrasi dimulai
dengan menyusun jadwal. Jadwal dibuat berdasarkan VMP dan Master Schedule.
Setelah itu, bagian quality akan mengajukan Permohonan Penjadwalan Produksi
(P3) lewat PPIC untuk menganggarkan jadwal kalibrasi ke produksi. Kalibrasi di
luar program dapat dikerjakan melalui form Validation Request (VR), misalnya
apabila ada alat baru, ada label kalibrasi yang jatuh tempo. Hasil dari kalibrasi
yang memenuhi syarat akan diberikan label terkalibrasi dan sertifikat kalibrasi
(yang diapprove oleh Quality Manager). Apabila tidak memenuhi syarat, maka
dilakukan investigasi terhadap petugas, kalibrator, dan metode. Kemudian,
dilakukan uji ulang, dan di-review. Apabila memenuhi syarat, maka dilakukan
pengujian ulang lagi minimal 2 kali. Apabila tidak memenuhi syarat, maka
dilakukan adjustment alat oleh bagian teknik. Setelah adjustment, dilakukan
rekalibrasi.
c. Validasi pembersihan
Validasi pembersihan juga merupakan salah satu tugas dari bagian validasi
di departemen quality, yakni QA specialist. Validasi pembersihan dilakukan
minimal setahun sekali, sedangkan validasi pembersihan untuk produk baru
dilakukan 6 bulan sekali. Dalam validasi pembersihan di PT. Takeda Indonesia,
59
Universitas Indonesia
pemilihan produk dinilai berdasarkan nilai resiko tertinggi dari beberapa
parameter meliputi kelarutan bahan aktif, toksisitas, tingkat kemudahan
kebersihan, persentase zat aktif dalam batch, volume sampling, dan volume
penimbangan. Apabila tidak memenuhi spesifikasi, maka dilakukan pengujian
ulang, investigasi terhadap metode analisis validasi pembersihan dan investigasi
terhadap metode pembersihan alat. Setelah itu, disusun laporan hasil validasi
pembersihan. Prioritas dalam validasi pembersihan adalah validasi pembersihan
untuk produk yang sudah ada di pasar, produk baru, revalidasi untuk adanya
perubahan (misal : desinfektan) dan revalidasi rutin.
d. Validasi proses
Jenis validasi proses yang diterapkan untuk produk exsiting dan produk baru
di PT. Takeda Indonesia adalah secara konkuren. Validasi proses produksi terdiri
dari 4 tahap, yaitu pembuatan protokol validasi proses, pelaksanaan validasi
proses, pengumpulan dan pengolahan data validasi proses, dan pembuatan laporan
validasi proses. Validasi proses dilaksanakan oleh tim validasi departemen QA.
Pembuatan prosedur kerja/protokol validasi proses berdasarkan transfer method
dari Takeda Global. Validasi prospektif dan konkuren dilakukan terhadap 3 bets
berturut-turut sesuai dengan kriteria yang berlaku. Sampel IPC produk antara dan
produk jadi diserahkan ke laboratorium QC untuk diperiksa sesuai dengan metode
pemeriksaan yang berlaku. Apabila dalam proses pengolahan validasi terdapat
ketidaksesuaian, maka dapat diambil dua alternatif kesimpulan, yaitu : (i) Proses
tidak valid, atau (ii) Proses valid dengan justifikasi dan rekomendasi perubahan.
Prioritas dalam validasi proses adalah validasi proses untuk produk baru termasuk
untuk transfer proses, produk lama/existing yang akan diregistrasi ulang, produk
existing yang belum divalidasi prosesnya, kemudian revalidasi rutin.
e. Computer Sytem Validation (CSV)
Validasi software dan sistem komputer meliputi seluruh siklus lengkap dari
produk. CSV mempunyai peran mayor untuk memperoleh konsistensi, reliabilitas,
dan akurasi dari data sebagai MIS (Sistem Manajemen Informasi). CSV dapat
menjamin bahwa fungsi kritik dari komputer dan alat otomatis yang mempunyai
pengaruh pada kualitas akan dapat memenuhi spesifikasi. Kerangka kerja CSV
diadopsi dari pedoman GAMP (Good ASEAN Manufacturing Practice). CSV
diterapkan dalam ERP (Enterprise Resource Planning) System Oracle, dan Sistem
Laboratorium dan Produksi, meliputi mesin-mesin atau peralatan dengan sistem
konfigurasi, seperti PLC (Programmable Logic Controller), BAS (Building
Automatic System), HVAC.
f. Validasi Metode Analisis
Validasi Metode Analisis dilaksanakan oleh departemen QC PT. Takeda
Indonesia. Validasi ini dilaksanakan setelah terdapat master formula dari bagian
Formulasi di Takeda Global. Setelah didapatkan metode yang valid, maka
dilakukan AMT (Analytical Method Transfer) ke pihak quality
control/laboratorium PT. Takeda Indonesia.
4.12 Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak
Pada prinsipnya pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak haruslah
dibuat secara benar, disetujui dan dikendalikan dengan baik untuk menghindari
kesalahpahaman yang dapat menyebabkan produk atau pekerjaan dengan mutu
yang tidak memuaskan. PT. Takeda Indonesia memberi kontrak (toll out) dengan
perusahaan farmasi lainnya seperti PT. Tanabe dan PT. Eisai Indonesia.
Kerjasama ini dilakukan berdasarkan suatu kontrak antara pemberi kontrak dan
penerima kontrak dalam suatu persetujuan teknis yang mencakup spesifikasi
tanggung jawab masing-masing berkaitan dengan proses produksi dan kontrol
terhadap produk.
Sebagai pemberi kontrak, PT. Takeda Indonesia melakukan audit terhadap
perusahaan farmasi yang akan menerima kontrak. Audit dilakukan oleh bagian
QA yang berisi audit CPOB di perusahaan penerima kontrak tersebut, audit yang
dilakukan meliputi audit terhadap sarana produksi, kontrol kualitas sampai dengan
sarana penyimpanan. Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus
dilakukan dengan teliti agar tidak terjadi kesalahpahaman yang dapat berakibat
kesalahpahaman yang dapat berefek pada mutu produk. Beberapa analisis perlu
dilakukan oleh laboratorium lain jika fasilitas dan sumber daya yang ada kurang
tersedia. Analisis oleh pihak luar ini juga dilakukan berdasarkan kontrak.

You might also like