You are on page 1of 13

PEMBUATAN KOTAK AKUSTIK KEDAP SUARA YANG

DIGUNAKAN UNTUK KALIBRASI SOUND LEVEL METER


Achmad Suandi, Maharani Ratna Palupi, Ninuk Ragil Prasasti
1
Pusat Penelitian Metrologi – LIPI
Kompleks PUSPIPTEK Gedung 420, Setu, Tangerang Selatan, 15314
achmadsuwandi@kim.lipi.go.id

INTISARI
Selama ini Puslit Metrologi LIPI mengalibrasi sound level meter dengan menggunakan metode
medan bebas (free field method), dimana dengan metode tersebut kalibrasi sound level meter harus
dilaksanakan di dalam ruang bebas gema (anechoic room) yang berukuran cukup besar, yaitu
panjang x lebar x tinggi = (10 x 10 x 10) meter. Dalam penelitian ini telah dibuat sebuah kotak
akustik yang kedap suara dengan ukuran cukup kecil yaitu panjang x lebar x tinggi = (0,40 x 0,40
x 0,54) meter. Dimana kotak akustik tersebut akan digunakan untuk mengalibrasi sound level meter
dengan metode coupler. Bahan yang digunakan dalam pembuatan kotak akustik terdiri dari
komposisi bahan kayu lapis, rockwool dan acoustic foam. Dari hasil karakterisasi akustik
menunjukan bahwa kotak akustik tersebut telah menghasilkan nilai koefifisien absorpsi yang
si 1 kHz (frekuensi referensi), sedangkan nilai
reduksi suara terukur sebesar 38,7 dB. Akan tetapi pada daerah frekuensi rendah (63 Hz dan 125
Hz) daya serap suara yang dihasilkan oleh kotak akustik masih dibawah 50% begitu pula daya
redam suaranya masih di bawah 25 dB. Kinerja kotak akustik dapat ditingkatkan pada
penelitian yang akan datang, yaitu dengan jalan memperbesar ketebalan rongga udara yang
mana di dalam rongga udara tersebut diisi dengan bahan rockwool yang berfungsi sebagai
penyerap suara.

Kata kunci: Kotak akustik, sound level meter, reduksi suara, koefisien absorpsi

ABSTRACT
Currently Research Centre of Metrology - LIPI performing calibration of sound level meter by
using free field method, where by this method calibration of sound level meter must be conducted
inside a large dimension of anechoic room, namely length x wide x high = (10 x 10 x 10) meters.
In this research author try to build a high sound insulation acoustic box with relatively small
dimension, namely length x wide x high = (0.40 x 0.40 x 0.54) meter. Where this box will be used
for calibration of sound level meter by using coupler method. The materials used for constructing
acoustic box are the composition of multiplex wood, rockwool and acoustic foam. From acoustical
characterization results, showed that acoustic box has performed satisfied sound absorption value,
namely at the frequency of 1000 Hz (reference frequency), meanwhile the sound reduction
value was found to be 38,7 dB. Nevertheless, in the low frequency region (63 Hz and 125 Hz) the
sound absorption value of acoustic box was below than 50 % and sound reduction value was
below than 25 dB. However, in the next project the performance of acoustic box can be improved,
namely by adding the thickness of cavity, in which rockwools as absorptive materials are installed
inside the cavity.

Keywords: Acoustic box, sound level meter, sound reduction, absorption coefficient.
1. PENDAHULUAN

Sound level meter adalah salah satu alat ukur besaran akustik yang sangat luas
pemakaiannya, misalnya untuk pengujian mutu produk pada industri elektronika, industri
automotif, industri pesawat terbang dan lain sebagainya. Selain itu sound level meter
sering digunakan juga untuk mengukur kebisingan lingkungan, seperti lingkungan
industri, bandar udara, perkantoran, perumahan dan lain sebagainya[11][1].

Sebagai pengelola teknis ilmiah Standar Nasional untuk Satuan Ukuran (SNSU),
Subbidang Metrologi Akustik dan Vibrasi Puslit Metrologi-LIPI, berkewajiban untuk
merealisasikan ketertelusuran pengukuran besaran akustik, yaitu dengan jalan melakukan
pemeliharaan standar dan menyediakan fasilitas kalibrasi untuk alat-alat standar
akustik[10,11][1,2]. Keterselusuran (traceability) adalah suatu rantai yang tidak terputus dari
beberapa perbandingan, yang masing-masing dinyatakan dengan suatu ketidakpastian
pengukuran. Hal ini untuk memastikan bahwa suatu hasil pengukuran atau nilai dari suatu
standar terpaut dengan suatu acuan yang lebih tinggi, dan seterusnya sampai ke standar
primer[10][2]. Untuk menjamin ketertelusuran suatu hasil pengukuran maka semua alat ukur
harus dikalibrasi. Selama ini Puslit Metrologi-LIPI melakukan kalibrasi sound level meter
dengan menggunakan metode free-field, karena Puslit Metrologi-LIPI yang berfungsi
sebagai NMI memerlukan hasil kalibrasi dengan tingkat ketelitian tinggi. Dimana kalibrasi
sound level meter dengan metode free-field yang tersedia di Puslit Metrologi LIPI
menghasilkan ketidakpastian pengukuran sebesar 0,38 dB pada rentang frekuensi 63 Hz
sampai dengan 10000 Hz dan kemampuan kalibrasi sound level meter tersebut sudah
mendapat pengakuan secara internasional dan dipublikasikan pada BIPM key Comparison
data base, appendix:C [12][3].

Dalam penelitian ini penulis membuat suatu kotak akustik yang kedap suara, dimana
kotak akustik tersebut nantinya akan digunakan untuk mengalibrasi sound level meter
dengan menggunakan metode coupler. Kalibrasi sound level meter dengan metode coupler
ini tidak perlu dilakukan di dalam ruang anti gema yang berukuran besar, tapi cukup
dengan menggunakan sebuah kotak khusus yang berukuran kecil. Syarat utama yang harus
dipenuhi oleh kotak akustik tersebut adalah harus memiliki kemampuan daya redam suara
yang cukup tinggi sehingga pada saat kalibrasi sedang berlangsung, sound level meter
tidak akan terpengaruh oleh gangguan kebisingan sekitar atau yang disebut background
noise. Sistem kalibrasi sound level meter dengan metode coupler ini dapat digunakan
untuk mengalibrasi sound level meter kelas 2 dan kelas 3, dimana sound level meter jenis
ini banyak sekali digunakan untuk survei kebisingan baik itu kebisingan industri maupun
kebisingan lingkungan. Keuntungan kalibrasi sound level meter dengan menggunakan
kotak akustik adalah sangat ringkas dan lebih mudah dioperasikan, sehingga sistem
kalibrasi ini sangat memungkinkan untuk mengalibrasi sound level meter langsung di
lapangan (on site calibration).

2. TEORI DASAR

2.1. Suara dan Tingkat Tekanan Suara


Suara ditimbulkan oleh adanya getaran pada sumbernya yang menyebabkan terjadi
perubahan tekanan pada medium, baik medium udara, air atau medium zat padat,
perubahan tekanan tersebut akan terdeteksi oleh telinga manusia[2][4]. Telinga manusia
dapat merasakan perubahan tekanan pada rentang yang sangat lebar yaitu mulai dari
0,00002 Pascal sampai dengan 200 Pascal. Tingkat tekanan suara atau dalam ilmu akustik
dikenal dengan istilah SPL (Sound Pressure Level) diukur dalam satuan desibel (dB). Nilai
SPL tersebut merupakan nilai relatif yang secara matematik didefinisikan dengan
persamaan[9][5]:
p1
SPL = 20log dB .................................................................... 1
po
dengan,
SPL = Tingkat Tekanan Suara, dalam dB
Pi = Tekanan suara, dalam Pa
Po = Tekanana suara referensi = 20 x 10- 6 Pa atau 20µPa

2.2. Pembobotan Frekuensi[5]


Sensitivitas telinga manusia ternyata tidak sama pada semua rentang frekuensi. Oleh
karena itu dalam pengukuran akustik digunakan filter pembobotan frekuensi yang disebut
frequency weighting. Sound level meter biasanya dilengkapi dengan pembobotan frekuensi
A, B dan C, namun dewasa ini pembobotan frekuensi B sudah tidak digunakan lagi dalam
pengukuran akustik. Pembobotan frekuensi yang sering digunakan adalah pembobotan
frekuensi A karena sangat sesuai dengan karakteristik respon frekuensi telinga manusia.
Gambar 1 menunjukan kurva pembobotan frekuensi A, B dan C yang digunakan dalam
pengukuran akustik.
Gambar 1. Kurva pembobotan frekuensi yang digunakan dalam pengukuran akustik[9][5]

2.3. Teknik Kalibrasi Sound Level Meter


Kalibrasi sound level meter dilakukan dengan cara membandingkan langsung antara
sound level meter yang dikalibrasi terhadap alat ukur standar. Prosedur kalibrasi sound
level meter mengacu kepada standar IEC 61672-1: Electro Acoustics Sound Level Meter:
Specifications[3][6] dan IEC 61672-3: Electro Acoustics Sound Level Meter: Periodic
Test[4][7]. Kalibrasi sound level meter dapat dilakukan dengan dua cara[12][3]:

a. Metode free field. Pada metode ini kalibrasi sound level meter harus dilakukan di
dalam ruang anti gema penuh (full anechoic room) dengan ukuran volume ruangan
kurang lebih 1000 m3. Metode ini dapat menghasilkan akurasi yang lebih tinggi dari
pada menggunakan metode lain, karena dengan metode free field nilai SPL (Sound
Pressure Level) dapat diperoleh dengan cara absolut. Selain itu standar yang
digunakan adalah standar primer akustik yang disebut Laboratory Standard
Microphone (LS2P).

b. Metode coupler. Standar yang digunakan adalah multi frequency sound calibrator.
Multi frequency sound calibrator merupakan standar sekunder untuk besaran
akustik. Alat tersebut dapat mengeluarkan tingkat tekanan suara yang sangat stabil
pada frekuensi yang bervariasi, mulai dari frekuensi 63Hz sampai dengan
16kHz[1,5][8,9]. Sinyal akustik yang dihasilkan oleh multi frequency sound calibrator
diteruskan kepada acoustic coupler kemudian bagian microphone dari sound level
meter dimasukan ke dalam lubang coupler sehingga gelombang suara yang
merambat dalam tabung coupler akan terukur langsung oleh sound level meter yang
dikalibrasi. Untuk menghindari gangguan kebisingan yang datang dari luar tabung
coupler, maka tabung acoustic coupler bersama-sama sound level meter yang sedang
dikalibrasi dimasukan ke dalam kotak yang kedap suara seperti terlihat pada Gambar
2.

Gambar 2. Set up kalibrasi sound level meter metode coupler dengan menggunakan kotak
akustik kedap suara.

2.4. Rancangan Kotak Akustik Kedap Suara


Kalibrasi sound level meter dengan metode coupler ini tidak perlu dilakukan di
dalam ruang anti gema yang berukuran besar, karena gelombang suara yang keluar dari
acoustic calibrator (standar sekunder akustik) langsung dikirim ke dalam tabung acoustic
coupler, dimana bagian mikrofon dari sound level meter yang akan dikalibrasi dimasukan
ke lubang mikrofon yang sudah tersedia pada salah satu ujung tabung acoustic coupler
(lihat Gambar 2), sehingga sound level meter tersebut langsung dapat menangkap sinyal
akustik yang dipancarkan dalam ruangan tabung acoustic coupler. Akan tetapi di antara
mikrofon dan sisi lubang tabung coupler terdapat celah kecil yang dapat menyebabkan
masuknya suara dari luar ke dalam tabung acoustic coupler sehingga hal tersebut dapat
mengganggu proses kalibrasi sound level meter. Untuk menghindari gangguan suara yang
datang dari luar tabung acoustic coupler maka perlu dibuat sebuah kotak khusus yang
kedap suara, dimana sound level meter yang akan dikalibrasi bersama-sama dengan tabung
acoustic coupler dimasukan ke dalam kotak kedap suara tersebut (lihat Gambar 2). Secara
teknis tidak ada korelasi antara ukuran kotak dengan parameter akustik yang diukur,
karena gelombang suara yang akan diukur oleh sound level meter terjadi di dalam tabung
acoustic coupler bukan di dalam kotak akustik. Sedangkan kotak akustik hanya berfungsi
untuk memproteksi dari gangguan kebisingan sekitar yang datang dari luar atau yang biasa
disebut dengan istilah background noise. Sehingga kotak akustik yang dibuat dalam
penelitian ini ukurannya bisa sembarang, yang paling penting adalah sound level meter
yang akan dikalibrasi bersama-sama dengan tabung acoustic coupler dapat masuk secara
leluasa ke dalam kotak akustik. Oleh karena itu dalam penelitian ini kotak akustik dibuat
dengan ukuran panjang x lebar x tinggi = (0,40 x 0,40 x 0,54) meter. Pertimbangannya
adalah agar semua jenis sound level meter yang akan dikalibrasi dengan berbagai ukuran
bisa masuk ke dalam kotak bersama-sama dengan acoustic coupler. Kotak akustik yang
dibuat dalam penelitian ini berukuran cukup kecil sehingga sedemikian ringkas untuk
digunakan mengalibrasi sound level meter di tempat pelanggan (on site calibration).
Spesifikasi teknis kotak akustik kedap suara adalah sebagai berikut:

a) Semua dinding kotak akustik terbuat dari bahan kayu lapis dengan ketebalan 18
mm yang dipasang dengan konstruksi dinding ganda (double wall construction),
antara dinding pertama dan dinding kedua dipisahkan oleh rongga udara dengan
ketebalan 50 mm.
b) Di dalam rongga udara diisi bahan rockwool densitas 120 kg/m3.
c) Semua permukaan bagian dalam ruangan (interior) kotak akustik dilapisi dengan
wedges yang terbuat dari acoustics foam dengan ketebalan 18 mm.

Gambar rancangan kotak akustik kedap suara ditunjukkan pada Gambar 3.

Gambar 3. Gambar rancangan kotak akustik (3A) dan komposisi bahan yang digunakan
pada semua dinding kotak akustik (3B).
2.5. Karakterisasi Kotak Akustik
Tujuan dilakukan karakterisasi adalah untuk mengetahui sampai seberapa besar
kemampuan daya redam suara dan daya serap suara yang dihasilkan oleh kotak akustik
yang dibuat dalam penelitian ini. Untuk mengetahui kemampuan daya redam suara,
dilakukan pengukuran reduksi suara sedangkan untuk mengetahui kemampuan daya serap

akustik tersebut dilaksanakan di dalam ruang gema atau yang biasa disebut reverberation
room. Dalam ruang gema di laboratorium akustik Puslit Metrologi LIPI dipasang 10 buah
difuser yang berfungsi untuk menyebarkan energi suara ke seluruh ruangan. Sehingga
energi suara yang dipancarkan oleh speaker akan sama di semua titik di sekitar test area
yang berukuran 3,5 meter x 4,5 meter. Kotak akustik yang akan dikarakterisasi diletakan
kira-kira di tengah-tengah test area. Dalam pengukuran reduksi suara ini digunakan dua
buah mikrofon. Setiap mikrofon disambungkan ke saluran masukan FFT Analyzer
(channel 1 dan channel 2). Mikrofon pertama diletakkan di dalam kotak akustik yang
kondisinya tertutup rapat. Sedangkan mikrofon kedua diletakkan di luar kotak akustik
dengan menempatkannya harus pada test area di dalam ruang gema. Sebuah omni-
directional speaker diletakkan di satu sudut ruang gema. Ketika speaker mengeluarkan
gelombang suara maka gelombang suara tersebut akan ditangkap oleh kedua mikrofon
secara simultan dan nilai reduksi suara (R) dapat dihitung dengan persamaan berikut

R = L1 – L2 (dB) ................................................................................. 2

dengan

R = Nilai reduksi suara (dB)

L1 = Nilai tingkat tekanan suara yang terukur di luar kotak akustik (dB)

L2 = Nilai tingkat tekanan suara yang terukur di dalam kotak akustik (dB)

Agar kotak akustik mampu menghasilkan daya serap suara tinggi maka bahan yang
digunakan dalam pembuatan kotak akustik tersebut harus memiliki nilai koefisien absorpsi
gukuran koefisien absorpsi dilakukan
di dalam ruang gema. Bahan yang akan diukur diletakan pada test area. Mula-mula
dilakukan pengukuran waktu dengung pada kondisi ruang gema kosong (tidak ada sampel
uji). Kemudian dilakukan lagi pengukuran waktu dengung pada kondisi sampel uji sudah
diletakkan di dalam ruang gema. Nilai koefisien absorpsi ( ) dapat dihitung dengan
persamaan [7][10]:

...................................................................... 3

dengan,
= koefisien absorpsi
v = volume ruangan gema, (m3)
c = kecepatan suara di pada medium udara, (m/detik)
s = luas sampel uji, (m2)
T 1 = waktu dengung di dalam ruang gema, kondisi tanpa ada sampel uji (detik)
T 2 = waktu dengung di dalam ruang gema, kondisi ada sampel uji (detik)

3. HASIL PERCOBAAN

Seperti telah diuraikan di atas bahwa untuk mengalibrasi sound level meter dengan
metode coupler ini tidak perlu dilakukan di dalam ruang anti gema yang berukuran besar,
tapi cukup dengan menggunakan sebuah kotak khusus yang berukuran kecil yang disebut
kotak akustik kedap suara. Bentuk fisik kotak akustik kedap suara yang telah berhasil
dibuat dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Bentuk fisik kotak akustik kedap suara hasil rancangan yang digunakan untuk
mengalibrasi sound level meter

Untuk mengetahui kinerja yang dihasilkan oleh kotak akustik maka dilakukan
suara (R). Hasil pengukuran koefisien absorpsi dan reduksi suara dapat dilihat pada Tabel
1 dan Tabel 2.

Tabel 1. Hasil pengukuran koefisien absorpsi dari komposisi bahan yang digunakan untuk
kotak akustik.

Tabel 2. Hasil pengukuran reduksi suara kotak akustik

4. PEMBAHASAN

Kotak akustik kedap suara yang dibuat dalam penelitian ini dibangun dengan
menggunakan teknik konstruksi dinding ganda (double wall construction) dengan
konfigurasi panel lapis yang komposisi bahannya terdiri dari kayu lapis 18 mm, rockwool
densitas 120 kg/m3, kayu lapis 18 mm, wedges (acoustic foam) 18 mm. Dengan rancangan
konstruksi dinding seperti ini maka perjalanan gelombang suara yang datang dari luar
kotak akustik mula-mula akan diredam oleh dinding pertama (kayu lapis 18 mm),
kemudian sisa energi suara akan melewati rongga udara yang berisi rockwool dan akan
diserap oleh rockwoll. Setelah melewati lapisan rockwool energi suara akan diredam lagi
oleh dinding kedua (kayu lapis 18 mm). Pada lapisan dinding bagian dalam ruang kotak
akustik dipasang wedges ketebalan 18 mm bertujuan untuk meminimalisir efek pantulan
suara yang terjadi di ruangan dalam kotak akustik.
Untuk mengetahui kinerja kotak akustik secara obyektif maka dilakukan
karakterisasi terhadap kotak akustik tersebut dan parameter yang diukur adalah koefisien
absorpsi suara dan reduksi suara. Penyerapan suara (sound absorption) merupakan
fenomena akustik pada saat gelombang suara mengenai suatu material. Dimana material
tersebut akan menyerap sebagian atau seluruh energi gelombang suara yang
membenturnya. Dalam fenomena absorpsi suara
yaitu perbandingan antara energi gelombang suara yang diserap material dengan energi
gelombang suara saat sebelum membentur material[12]. Suatu material dapat dinyatakan
memiliki kemampuan daya serap suara maksimum (daya serap suara =100 %) apabila

mendekati angka nol) maka bahan tersebut dapat dikatakan memiliki daya serap suara
sangat rendah atau bersifat memantulkan suara (sound reflector). Sementara nilai reduksi
suara atau disebut juga dengan istilah sound transmission loss adalah kemampuan suatu
material untuk menahan suara, dimana ketika gelombang suara membentur permukaan
material maka sebagian gelombang suara akan dipantulkan, sebagian energi gelombang
suara akan diteruskan oleh material tersebut[12]. Apabila sisa energi gelombang suara yang
diteruskan oleh material intensitasnya sudah sangat kecil maka dapat dikatakan bahwa
material tersebut menghasilkan nilai reduksi suara yang besar dengan kata lain
kemampuan daya redam suara material tersebut besar. Nilai reduksi suara diukur dalam
satuan decibel (dB).

Hasil pengukuran koefisien absorpsi suara dan reduksi suara ditunjukan pada Tabel
1 dan Tabel 2. Dari tabel hasil pengukuran koefisien absorpsi suara tersebut dapat dilihat

Gambar 5 menunjukan grafik karakteristik absorpsi suara sebagai fungsi dari frekuensi.
Dari gambar tersebut terlihat bahwa setelah melewati frekuensi 63 Hz grafik koefisien
absorpsi suara mengalami peningkatan yang cukup signifikan seiring dengan
meningkatnya frekuensi. Nilai
rentang frekuensi antara 1000 Hz sampai dengan 4000 Hz. Setelah melewati frekuensi

hasil pengukuran koefisien absorpsi suara tersebut dapat disimpulkan bahwa dinding kotak
akustik yang dibuat dalam penelitian ini menghasilkan daya serap suara yang cukup tinggi
yaitu sebesar 90% pada frekuensi antara 1000 Hz sampai dengan 4000 Hz. Perlu diketahui
bahwa dalam kalibrasi sound level meter, frekuensi 1000 Hz merupakan frekuensi
referensi yang digunakan untuk mengalibrasi parameter time weighting, linearity, range
control dan long term stability.

Gambar 5. Grafik koefisien absorpsi suara yang dihasilkan oleh komposisi bahan yang
digunakan dalam pembuatan kotak akustik

Parameter kedua yang diukur adalah nilai reduksi suara (R). Gambar 6 menunjukan
grafik karakteristik reduksi suara yang dihasilkan oleh dinding kotak akustik. Dari grafik
karakteristik reduksi suara terlihat bahwa dinding kotak akustik menghasilkan nilai reduksi
suara sebesar 17,1 dB pada frekuensi 63 Hz dan mengalami peningkatan secara sistematis
seiring dengan meningkatnya frekuensi. Berdasarkan hasil analisis, pada daerah frekuensi
63 Hz sampai dengan frekuensi 1000 Hz nilai reduksi suara mengalami peningkatan
dengan slope kenaikan rata-rata sebesar 5,6 dB per oktaf. Menurut Maekawa[8][11], pada
daerah frekuensi tersebut kenaikan reduksi suara akan dikontrol oleh massa bahan yang
digunakan dalam pembuatan panel atau dinding peredam. Apabila jumlah massa panel
atau dinding bertambah dua kali lipat maka nilai reduksi suara akan mengalami
peningkatan sebesar 6 dB.

Gambar 6. Grafik reduksi suara yang dihasilkan oleh dinding kotak akustik
Pada daerah frekuensi antara 1000 Hz sampai dengan 4000 Hz nilai reduksi suara
menunjukan nilai yang konstan dengan nilai reduksi suara sebesar 38,5 dB ± 0,2 dB,
dimana daerah tersebut disebut sebagai daerah plateu. Pada frekuensi 8000 Hz nilai
reduksi suara mengalami penurunan sampai 35,3 dB, kemudian setelah melewati frekuensi
8000 Hz nilai reduksi suara sedikit demi sedikit meningkat lagi sampai 36,2 dB.
Terjadinya penurunan nilai reduksi suara pada frekuensi 8000 Hz disebut daerah
koinsidensi (coincidence region).
Kinerja yang dihasilkan oleh kotak akustik dapat ditingkatkan pada penelitian yang
akan datang, yaitu dengan memperbesar ketebalan rongga udara pada konfigurasi bahan
yang digunakan dalam pembuatan kotak akustik. Dalam rongga udara tersebut diisi dengan
bahan rockwool yang berfungsi sebagai penyerap suara. Semakin tebal bahan rockwool
yang dipasang dalam rongga udara maka energi suara yang datang dan menembus kedalam
lapisan bahan (dinding kotak akustik) akan semakin banyak diserap oleh bahan rockwool
tersebut. Sehingga suara yang keluar dari dinding kotak akustik intensitasnya akan
semakin lemah.

5. KESIMPULAN
Dalam penelitian telah dibuat sebuah kotak akustik kedap suara yang akan digunakan
untuk mengalibrasi sound level meter dengan metode coupler. Sistem kalibrasi sound level
meter dengan metode coupler ini dapat digunakan untuk mengalibrasi sound level meter
kelas 2 dan kelas 3. Dari hasil karakterisasi yang dilakukan terhadap kotak akustik dapat
disimpulkan bahwa kotak akustik yang dibuat dalam penelitian ini menghasilkan daya
serap suara cukup tinggi terutama pada daerah frekuensi referensi (1000 Hz) dengan nilai

cukup mememuaskan, yaitu pada daerah frekuensi antara 1000 Hz sampai dengan 4000
Hz menghasilkan nilai reduksi suara yang cukup konstan sebesar 38,5 dB ± 0,2 dB.
Namun pada daerah frekuensi rendah (frekuensi 63 Hz dan 125 Hz) daya serap suara yang
dihasilkan oleh kotak akustik masih di bawah 50%. Begitu pula nilai reduksi suara yang
dihasilkan pada frekuensi 63 Hz dan 125 Hz masih di bawah 25 dB.

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bpk. Rukmana, S.T., selaku teknisi
litkayasa senior di Subbid Metrologi Akustik dan Vibrasi yang telah berperan aktif dalam
pembuatan kotak akustik dan pengambilan data kalibrasi sound level meter sehingga
penelitian ini dapat berlangsung sesuai dengan yang direncanakan.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Suandi, Achmad et al. 2014. Membangun Sistem Kalibrasi Standar Sekunder Akustik
dengan Metode ”Insert Voltage”. PPI KIM – LIPI. Tangerang Selatan.
[2] Suandi, Achmad dan Boedi Susatyo. 2013. Profil Industri dan Kebutuhan Kalibrasi di
Kalimantan. LIPI Press. Jakarta.
[3] Suandi, Achmad et al. 2015. Membangun Sistem Kalibrasi Sound Level Meter dengan
Metode ”Coupler”. PPI KIM – LIPI. Jakarta.
[4] Everest, F.Alton. 2001. Master Handbook of Acoustics Fourth Edition. Mc Graw Hill.
USA.
[5] Hansen, Colin H. 1995. Fundamental of Acoustics, Treatise on evaluation, prevention
and control of noise Engineering. World Health Organization. Occupational and
Environmental Health, Avenue Appia 20, CH-1211. Geneva. Switzerland.
[6] International Electronic Commission. 2013. IEC 61672-1, Electro Acoustics Sound
Level Meters: Specifications. Geneva. Switzerland.
[7] International Electronic Commission. 2013. IEC 61672-3, Electro Acoustics Sound
Level Meters: Periodic Test. Geneva. Switzerland.
[8] BRUEL & KJAER. 2006. Booklet of Multifunction Acoustic Calibrator. Naerum.
Denmark.
[9] International Electronic Commission. 2003. IEC 60942-01: 2003-01, Electro acoustics
Sound Calibrator. Geneva. Switzerland.
[10] International Organisation for Standard. 2003. ISO-354, Measurement of Absorption
Coefficients. Paris.
[11] Maekawa, Z. and Lord P. 1994. Envirommental and Architectural Acoustics. Chapter
5. E&FN Spon.
[12] Leo L. Beranek. 1988. Noise and Vibration Control. Institute of Noise Control
Engineering. Washington, DC. USA.

HASIL DISKUSI
Tidak ada diskusi

You might also like