You are on page 1of 26

ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL DENGAN

SOLUSIO PLASENTA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Seminar Kelompok Dua


Pada Mata Kuliah Blok Sistem Reproduksi Semester Enam
Yang diampu oleh Ns. Machmudah., M.Kep., Sp.Kep.Mat

OLEH:

NIHAYATUZZULFAH (G2A016058)
SITI MUHAROMAH MARIA (G2A016059)
DINDA SETYANINGSIH (G2A016060)
DENI PURNASARI (G2A016061)
BENNY KAESHA A (G2A016062)
AZKIYA FALIHAH (G2A016063)
NISA ANI SAPUTRI (G2A016064)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala berkat dan rahmat-
Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan
judul “Asuhan Keperawatan Ibu Hamil dengan Solusio Plasenta”.

Makalah ini, merupakan persyaratan untuk menyelesaikan tugas


seminar kelompok 2 pada mata kuliah blok sistem reproduksi semester
enam program studi S1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah
Semarang.

Dengan segala bantuan, dukungan, bimbingan serta pengarahan


dalam proses penulisan kaya tulis ini, penulis menyampaikan ucapan
terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Ns. Machmudah., M.Kep., Sp.Kep.Mat selaku dosen pengampu pada


mata kuliah blok sistem reproduksi semester enam.
2. Anggota klompok 2 yang telah meluangkan waktu dan pikirannya
untuk penyusunan makalah ini.
3. Seluruh rekan-rekan yang mengikuti mata kuliah blok sistem
reproduksi semester enam ini.
4. Kedua orang tua yang selalu memberikan nasihat, dukungan kepada
penulis.
5. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini
yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Akhir kata, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin


menghaturkan permohonan maaf bila masih terdapatnya kekurangan
dalam penulisan makalah ini. Penulis menyambut baik segala upaya untuk
memperkuat makalah ini melalui saran yang membangun.

Semarang, 3 Mei 2019


Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii


DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG MASALAH ................................................................................. 1
B. TUJUAN PENULISAN ............................................................................................... 2
C. METODE PENULISAN .............................................................................................. 3
D. SISTEMATIKA PENULISAN ............................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 4
A. PENGERTIAN ........................................................................................................... 4
B. ETIOLOGI ................................................................................................................. 4
C. PATOFISIOLOGI ....................................................................................................... 5
D. KLASIFIKASI ............................................................................................................. 7
E. MANIFESTASI KLINIK .............................................................................................. 9
F. PENATALAKSANAAN ............................................................................................ 11
G. KOMPLIKASI .......................................................................................................... 13
H. PENGKAJIAN FOKUS ............................................................................................. 14
I. PATHWAYS ........................................................................................................... 17
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN.................................................................................. 18
K. INTERVENSI & RASIONAL ..................................................................................... 18
BAB III PENUTUPAN..................................................................................................... 21
A. KESIMPULAN ........................................................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 23

iii
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh
permukaan maternal plasenta dari tempat implantasinya pada lapisan
desidua endometrium sebelum waktunya yakni sebelum anak lahir. Di
berbagai literatur disebutkan bahwa solusio plasenta merupakan salah satu
penyebab perdarahan antepartum yang memberikan kontribusi terhadap
kematian maternal dan perinatal di Indonesia.
Di negara yang sedang berkembang penyebab kematian yang
disebabkan oleh komplikasi kehamilan, persalinan, nifas atau
penangannya (direct obstetric death) adalah perdarahan, infeksi,
preeklamsi/eklamsi. Selain itu kematian maternal juga dipengaruhi faktor-
faktor reproduksi, pelayanan kesehatan, dan sosial ekonomi. Salah satu
faktor reproduksi ialah ibu hamil dan paritas Solusio plasenta atau disebut
abruption placenta / ablasia placenta adalah separasi prematur plasenta
dengan implantasi normalnya di uterus (korpus uteri) dalam masa
kehamilan lebih dari 20 minggu dan sebelum janin lahir.
Dalam plasenta terdapat banyak pembuluh darah yang
memungkinkan pengantaran zat nutrisi dari ibu kejanin, jika plasenta ini
terlepas dari implantasi normalnya dalam masa kehamilan maka akan
mengakibatkan perdarahan yang hebat. Perdarahan pada solusio plasenta
sebenarnya lebih berbahaya daripada plasenta previa oleh karena pada
kejadian tertentu perdarahan yang tampak keluar melalui vagina hampir
tidak ada / tidak sebanding dengan perdarahan yang berlangsung internal
yang sangat banyak pemandangan yang menipu inilah yang sebenarnya
yang membuat solusio plasenta lebih berbahaya.
Perdarahan yang terjadi pada kehamilan muda disebut abortus
sedangkan pada kehamilan tua disebut perdarahan antepartum. Yang

1
termasuk perdarahan antepartum adalah plasenta previa, solusio plasenta,
rupture uteri.
Gejala dan tanda solusio plasenta sangat beragam, sehingga sulit
menegakkan diagnosisnya dengan cepat. Dari kasus solusio plasenta
didiagnosis dengan persalinan prematur idopatik, sampai kemudian terjadi
gawat janin, perdarahan hebat, kontraksi uterus yang hebat, hipertomi
uterus yang menetap. Gejala-gejala ini dapat ditemukan sebagai gejala
tunggal tetapi lebih sering berupa gejala kombinasi. Solusio plasenta
merupakan penyakit kehamilan yang relatif umum dan dapat secara serius
membahayakan keadaan ibu. Seorang ibu yang pernah mengalami solusio
plasenta, mempunyai resiko yang lebih tinggi mengalami kekambuhan
pada kehamilan berikutnya. Solusio plasenta juga cenderung menjadikan
morbiditas dan bahkan mortabilitas pada janin dan bayi baru lahir. Melihat
latar belakang masalah tersebut oleh karena itu penulis menyajikan
makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan Ibu Hamil dengan Solusio
Plasenta.”

B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui Asuhan Keperawatan Solusio Plasenta.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian solusio plasenta.
b. Mahasiswa dapat menjelaskan etiologi solusio plasenta.
c. Mahasiswa dapat menjelaskan patofisiologi solusio plasenta.
d. Mahasiswa dapat menjelaskan klasifikasi solusio plasenta.
e. Mahasiswa dapat menjelaskan manifestasi solusio plasenta.
f. Mahasiswa dapat menjelaskan penatalaksanaan solusio plasenta.
g. Mahasiswa dapat menjelaskan komplikasi solusio plasenta.
h. Mahasiswa dapat menjelaskan pengkajian fokus solusio plasenta.
i. Mahasiswa dapat menjelaskan pathways keperawatan solusio
plasenta.

2
j. Mahasiswa dapat menjelaskan diagnosa keperawatan solusio
plasenta.
k. Mahasiswa dapat menjelaskan intervensi dan rasional solusio
plasenta.

C. METODE PENULISAN
Pada penulisan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Ibu
Hamil dengan Solusio Plasenta” ini, penulis hanya menggunakan metode
penulisan dengan literatur saja. Dengan metode literatur ini penulis
mencari berbagai sumber yang bersangkutan dengan judul

D. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Metode
Penulisan, Sistematika Penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORI Pengertian solusio plasenta, etiologi solusio
plasenta, patofisiologi solusio plasenta,
klasifikasi solusio plasenta, manifestasi
klinik solusio plasenta, penatalaksanaan
solusio plasenta, komplikasi solusio
plasenta, pengkajian fokus solusio plasenta,
pathways keperawatan solusio plasenta,
diagnosa keperawatan solusio plasenta,
intervensi dan rasional solusio plasenta.
BAB III PENUTUP Kesimpulan

3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN
Solusio plasenta merupakan terlepasnya sebagian atau keseluruhan
plasenta dari korpus uteri dari perlekatannya setelah kehamilan 20 minggu
dan sebelum janin lahir. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan kejadian
solusio plasenta yaitu ibu hamil dengan hipertensi, paritas ibu, kehamilan
ganda, usia ibu dan riwayat solusio sebelumnya. (Wulandari : 2018)
Plasenta mengandung banyak pembuluh darah yang
memungkinkan pengiriman nutrisi dari ibu ke janin. Jika plasenta terpisah
dari implantasi normalnya, itu akan menyebabkan perdarahan hebat.
Perdarahan solusio plasenta sebenarnya lebih berbahaya daripada plasenta
previa karena pada kasus-kasus tertentu perdarahan yang terlihat melalui
vagina tidak sebanding, hal ini menyebabkan solusio plasenta lebih
berbahaya karena dalam keadaan seperti itu seringkali perkiraan total
darah yang keluar sulit diprediksi, karena janin sudah meninggal dan sang
ibu dalam kondisi syok. (Adjie, JM : 2018)

B. ETIOLOGI
Solusio plasenta hingga kini belum diketahui penyebabnya dengan
pasti, walaupun beberapa keadaan tertentu dapat menyertai seperti, umur
ibu yang lebih dari 35 tahun, kekuatan rahim ibu berkurang pada multi
paritas, penyakit hipertensi menahun, peredaran darah ibu terganggu
sehingga suplai darah kejanin tidak ada, trauma abdomen (seperti terjatuh
telengkup, tendangan anak yang sedang digendong), pengecilan yang tiba-
tiba pada hidramion, gamelli, serta tali pusat yang pendek, pergerakan
janin yang banyak atau bebas sehingga terlepasnya plasenta karena tarikan
tali pusar. (Ruqiyah : 2010)
Faktor lain yang diduga berperan sebagai penyebab solusio
plasenta selain hubungannya dengan korioamnionitis, ketuban pecah dini,
merokok, kehamilan multipel, berat lahir rendah. (Adjie, JM : 2018)

4
C. PATOFISIOLOGI
Terdapat banyak faktor resiko terjadinya solusio plasenta.
Beberapa faktor resiko yang terdapat pada solusio plasenta salah satunya
adalah adanya hipertensi dan juga riwayat solusio plasenta. Selain dari
faktor yang telah disebutkan, faktor koagulan dan juga riwayat kebiasaan
seperti merokok dan konsumsi alkohol juga dapat menyebabkan solusio
plasenta. Dari semua faktor resiko yang telah disebutkan, apabila terjadi
pada wanita hamil maka hal tersebut akan menyebabkan implantasi dari
plasenta.
Solusio plasenta merupakan hasil akhir dari suatu proses yang
mampu memisahkan vili – vili korialis plasenta dari tempat implantasinya
pada desidua basalis sehingga terjadi perdarahan. Dari banyak kejadian
perdarahan berasal dari kematian sel (apoptosis) yang disebabkan oleh
iskemia dan hipoksia. Perdarahan tersebut menyebabkan desidua basalis
terlepas kecuali selapisan tipis yang tetap melekat pada miometrium.
Dengan demikian, pada tingkat permulaan sekali dari proses terdiri atas
pembentukan hematom yang bisa memyebabkan pelepasan yang lebih
luas, kompresi dan kerusakan pada bagian plasenta yang berdekatan. Pada
awalnya mungkin belum ada gejala kecuali terdapat hematom pada bagian
belakang plasenta yang baru lahir. Dalam beberapa kejadian pembentukan
hematom retroplasenta disebabkan oleh putusnya arteria spiralis dalam
desidua. Hematoma retroplasenta mempengaruhi penyampaian nutrisi dan
oksigen dari sirkulasi maternal/ plasenta ke sirkulasi janin. Hematoma
yang terbentuk dengan cepat meluas dan melepaskan plasenta/ banyak
sampai ke pinggirnya sehingga darah yang keluar merembes antara selaput
ketuban dan miometrium dan selanjutnya keluar melalui serviks ke vagina
(revealed hemorrhage). Perdarahan tidak bisa berhenti karena uterus
sedang mengandung sehingga tidak mampu berkontraksi untuk menjepit
pembuluh arteria spiralis yang terputus.
Karena perdarahan yang sangat banyak dapat menyebabkan uterus
menjadi tegang dan juga nyeri. Dari perdarahan juga dapat menyebabkan

5
adanya keluhan pusing karena kurangnya perfusi oksigen ke otak. Selain
perfusi ke otak dan organ yang lainnya menurun, terjadi juga penurunan
perfusi darah ke perifer. Apabila perdarahan semakin banyak dan
mendesak uterus, maka bisa didapatkan tinggi fundus uteri yang lebih
besar dari normal. Pembesaran dari uterus tersebut dapat mendesak organ
di kavum abdomen, salah satunya gaster. Apabila ada penekanan pada
gaster maka dapat menimbulkan gejala klinis mual mutah. Selain
penekanan pada gaster, juga terdapat penekanan pada vena di bagian
ektremitas. Pada umunya, memasuki kehamilan diatas 30 minggu dapat
menyebabkan adanya edema pada tungkai dikarenakan adanya kongesti
vena ditungkai oleh pembesaran uterus yang berisikan janin. Tetapi pada
kasus ini, kemungkinan patologis terjadinya edema adalah dikarenakan
terganggunya juga perfusi di ginjal akibat perdarahan yang banyak dan
juga pembekuan intravaskular. Hal tersebut dapat menyebabkan nekrosis
pada tubuli ginjal yang mendadak dan menyebabkan adanya proteinuria.
Proteinuria dapat menyebabkan adanya hipoalbuminemia yang
menyebabkan penurunan tekanan onkotik. Penurunan tekanan onkotik
dapat menyebabkan perpindahan cairan dari intravaskular ke interstisium
dan hal tersebut dapat menyebabkan edema. Maka dari itu kita tidak dapat
menutup kemungkinan sudah terjadinya proteinuria pada pasien ini dan
harus dipantau dengan pemeriksaan laboratorium. Dari gejala-gejala yang
dialami pasien, ada kemungkinan juga pasien mengarah kepada
preeklamsia, jadi hal tersebut harus diwaspadai (Prawiroharjo, 2008).

6
D. KLASIFIKASI
Menurut Lumbanraja (2017), Plasenta dapat terlepas hanya pada
pinggirnya saja (ruptura sinus marginalis), dapat pula terlepas lebih luas
(solutio plasenta parsialis), atau bisa seluruh permukaan maternal plasenta
terlepas (solusio plasenta totalis). Perdarahan yang terjadi dalam banyak
kejadian akan merembes antara plasenta dan miometrium untuk seterusnya
menyelinap di bawah selaput ketuban dan akhirnya memperoleh jalan ke
kanalis servikalis dan keluar melalui vagina (revealed hemorrhage). Akan
tetapi, ada kalanya, walaupun jarang, perdarahan tersebut tidak keluar
melalui vagina (concealed hemmorhage) jika:
1. Bagian plasenta sekitar perdarahan masih melekat pada dinding rahim
2. Selaput ketuban masih melekat pada dinding rahim
3. Perdarahan masuk ke dalam kantong ketuban setelah selaput ketuban
pecah karenanya.
4. Bagian terbawah janin, umumnya kepala, menempel ketat pada
segmen bawah rahim.

Gmb. Solusio Plasenta. Terlepasnya permukaan maternal plasenta


sebelum waktunya setelah umur kehamilan 20 minggu

7
Dalam klinis solusio plasenta dibagi ke dalam berat ringannya
gambaran klinik sesuai dengan luasnya permukaan plasenta yang terlepas,
yaitu solutio plasenta ringan, solusio, plasenta sedang, dan solusio plasenta
berat. Yang ringan biasanya baru diketahui setelah plasenta lahir dengan
adanya hematoma yang tidak luas pada permukaan maternal atau ada
ruputura sinus marginalis. Pembagian secara klinik ini baru definitif bila
ditinjau retrospektif karena solusio plasenta sifatnya berlangsung progresif
yang berarti solusio plasenta yang ringan bisa berkembang menjadi lebih
berat dari waktu ke waktu. Keadaan umum penderita bisa menjadi buruk
apabila perdarahannya cukup banyak pada kategori concealed hemorrhage.

1. Solusio plasenta ringan


Luas plasenta yang terlepas tidak sampai 25%, atau ada yang
menyebutkan kurang dari 1/6 bagian. Jumlah darah yang keluar
biasanya kurang dari 250 ml. Tumpahan darah yang keluar terlihat
seperti pada haid bervariasi dari sedikit sampai seperti menstruasi yang
banyak. Gejala-gejala perdarahan sukar dibedakan dari plasenta previa
kecuali warna darah yang kehitaman. Komplikasi terhadap ibu dan
janin belum ada.
2. Solusio plasenta sedang
Luas plasenta yang terlepas telah melebihi 25%, tetapi belum
mencapai separuhnya (50%). Jumlah darah yang keluar lebih banyak
dari 250 ml tetapi belum mencapai 1.000 ml. Umumnya pertumpahan
darah terjadi ke luar dan ke dalam bersama-sama. Gejala-gejala dan
tanda-tanda sudah jelas seperti rasa nyeri pada perut yang terus
menerus, denyut jantung janin menjadi cepat, hipotensi dan takikardia.
3. Solusio plasenta berat
Luas plasenta yang terlepas sudah melebihi 50%, dan jumlah darah
yang keluar telah mencapai 1.000 ml atau lebih. Pertumpahan darah
bisa terjadi ke luar dan ke dalam bersama-sama. Gejala-gejala dan
tandatanda klinis jelas, keadaan umum penderita buruk disertai syok,

8
dan hampir semua janinnya telah meninggal. Komplikasi koagulopati
dan gagal ginjal yang ditandai pada oliguri biasanya telah ada.

E. MANIFESTASI KLINIK
Menurut Lumbanraja (2017), Gambaran klinik penderita solusio
plasenta bervariasi sesuai dengan berat ringannya atau luas permukaan
maternal plasenta yang terlepas. Belum ada uji coba yang khas untuk
menentukan diagnosisnya. Gejala dan tanda klinis yang klasik dari solusio
plasenta adalah terjadinya perdarahan yang bewarna tua keluar melalui
vagina (80% kasus), rasa nyeri perut dan uterus tegang terusmenerus mirip
his partus prematurus. Sejumlah penderita bahkan tidak menunjukkan
tanda atau gejala klasik, gejala yang lahir mirip tanda persalinan prematur
saja. Oleh sebab itu, kewaspadaan atau kecurigaan yang tinggi sangat
diperlukan.
Solusio plasenta ringan Kurang lebih 30% penderita solusio
plasenta ringan tidak atau sedikit sekali melahirkan gejala. Pada keadaan
yang sangat ringan tidak ada gejala kecuali hematom yang berukuran
beberapa sentimeter terdapat pada permukaan maternal plasenta. Ini dapat
diketahui secara retrospektif pada inspeksi plasenta setelah partus. Rasa
nyeri pada perut masih ringan dan darah yang keluar masih sedikit,
sehingga belum keluar melalui vagina. Nyeri yang belum terasa
menyulitkan membedakannya dengan plasenta previa kecuali darah yang
keluar bewarna merah segar pada plasenta previa. Tanda-tanda vital dan
keadaan umum ibu maupun janin masih baik. Pada inspeksi dan auskultasi
tidak dijumpai kelainan kecuali pada palpasi sedikit terasa nyeri lokal pada
tempat terbentuk hematom dan perut sedikit tegang tapi bagian-bagian
janin masih dapat dikenal. Kadar fibrinogen darah dalam batas-batas
normal yaitu 350 mg%. Walaupun belum memerlukan intervensi segera,
keadaan yang ringan ini perlu dimonitor terus sebagai upaya mendeteksi
keadaan bertambah berat. Pemeriksaan ultrasonografi berguna untuk

9
menyingkirkan plasenta previa dan mungkin bisa mendeteksi luasnya
solusio terutama pada solusio sedang atau berat.
Solusio plasenta sedang Gejala-gejala dan tanda-tanda sudah jelas
seperti rasa nyeri pada perut yang terus menerus, dan denyut jantung janin
biasanya telah menunjukkan gawat janin, perdarahan yang tampak keluar
lebih banyak, takikardia, hipotensi, kulit dingin, dan keringatan, oliguria
mulai ada, kadar fibrinogen berkurang antara 150 samapai 250 mg/100 ml,
dan mungkin kelainan pembekuan darah dan gangguan fungsi ginjal sudah
mulai ada. Rasa nyeri dan tegang perut jelas sehingga palpasi bagian-
bagian anak sukar. Rasa nyeri datangnya akut kemudian menetap tidak
bersifat hilang timbul seperti pada his yang normal. Perdarahan
pervaginam jelas dan bewarna kehitaman, penderita pucat karena mulai
ada syok sehingga keringat dingin. Keadaan janin biasanya sudah gawat.
Pada stadium ini bisa jadi telah timbul his dan persalinan telah mulai. Pada
pemantauan keadaan janin dengan kardiotokografi bisa jadi telah ada
deselarasi lambat. Perlu dilakukan tes gangguan pembekuan darah. Bila
terminasi persalinan terlambat atau fasilitas perawatan intensif neonatus
tidak memadai, kematian perinatal dapat dipastikan terjadi.
Solusio plasenta berat Perut sangat nyeri dan tegang serta keras
seperti papan (defans musculaire) disertai perdarahan yang berwarna
hitam. Oleh karena itu palpasi bagian-bagian janin tidak mungkin lagi
dilakukan. Fundus uteri lebih tinggi daripada yang seharusnya oleh karena
telah terjadi penumpukan darah di dalam rahim pada kategori concealed
hemorrhage. Jika dalam masa observasi tinggi fundus bertambah lagi
berarti perdarahan baru masih berlangsung. Pada inspeksi rahim kelihatan
membulat dan kulit diatasnya kencang dan berkilat. Pada auskultasi denyut
jantung janin tidak terdengar lagi akibat gangguan anatomik dan fungsi
dari plasenta. Keadaan umum menjadi buruk disertai syok. Adakalanya
keadaan umum ibu jauh lebih buruk dibandingkan perdarahan yang tidak
seberapa keluar dari vagina. Hipofibrinogenemia dan oliguria boleh jadi
telah ada sebagai akibat komplikasi pembekuan darah intravaskular yang

10
luas (disseminated intravascular coagulation), dan gangguan fungsi ginjal.
Kadar fibrinogen darah rendah yaitu kurang dari 150 mg% dan telah ada
trombositopenia.

F. PENATALAKSANAAN
Menurut Lumbanraja (2017), semua pasien yang tersangka
menderita solutio plasenta harus dirawat inap di rumah sakit yang
berfasilitas cukup. Ketika masuk segera dilakukan pemeriksaan darah
lengkap termasuk kadar Hb dan golongan darah serta gambaran
pembekuan darah dengan memeriksa Bleeding Time (BT), Clotting Time
(CT), Partial Thromboplastin Time (PTT), activated Partial
Thromboplastin Time (aPTT), kadar fibrinogen dan D-dimer.
Persalinan mungkin pervaginam atau mungkin juga harus
perabdominam bergantung pada banyaknya perdarahan, telah ada tanda-
tanda persalinan spontan atau belum, dan tanda-tanda gawat janin.
Penanganan terhadap solusio plasenta bisa bervariasi sesuai keadaan kasus
masing-masing tergantung berat ringannya penyakit, usia kehamilan, serta
keadaan ibu dan janinnya. Bila mana janin masih hidup dan cukup bulan,
dan bilamana persalinan pervaginam belum ada tanda-tandanya dipilih
persalinan melalui operasi Sectio Caesarean Cito. Bila perdarahan yang
cukup banyak segera lakukan resusitasi dengan pemberian transfusi darah
dan kristaloid yang menyelamatkan ibu sambil mengharapkan semoga
janin juga bisa terselamatkan.
Penatalaksanaan ibu hamil dengan solusio plasenta dapat
dikategorikan menurut klasifikasinya meliputi :
1. Solusio plasenta ringan
Apabila kehamilannya kurang dari 36 minggu, perdarahannya
kemudian berhenti, perutnya tidak menjadi sakit, uterusnya tidak
menjadi tegang maka penderita dapat dirawat secara konservatif di
rumah sakit dengan observasi ketat. Umumnya kehamilan diakhiri

11
dengan induksi atau stimulasi partus pada kasus yang ringan atau janin
telah mati.
2. Solusio plasenta sedang dan berat
Apabila perdarahannya berlangsung terus, dan gejala solusio plasenta
bertambah jelas, atau dalam pemantauan USG daerah solusio plasenta
bertambah luas, maka pengakhiran kehamilan tidak dapat dihindarkan
lagi. Apabila janin hidup, dilakukan operasi Sectio Caesar. Operasi
Sectio Caesar dilakukan bila serviks masih panjang dan tertutup,
setelah pemecahan ketuban dan pemberian oksitosin dalam 2 jam
belum juga ada his. Apabila janin mati, ketuban segera dipecahkan
untuk mengurangi regangan dinding uterus disusul dengan pemberian
infuse oksitosin 5 iu dalam 500cc Dextrosa 5% untuk mempercepat
persalinan.

Pada kasus dimana telah terjadi kematian janin dipilih persalinan


pervaginam kecuali ada perdarahan berat yang tidak teratasi dengan
transfusi darah yang banyak atau ada indikasi obstetrik lain yang
menghendaki persalinan dilakukan perabdominam. Pimpinan persalinan
pada solusio plasenta bertujuan untuk mempercepat persalinan sehingga
kelahiran terjadi dalam 6 jam. Apabila persalinan tidak selesai atau
diharapkan tidak akan selesai dalam waktu 6 jam setelah pemecahan
selaput ketuban dan infus oksitosin, satu-satunya cara adalah dengan
melakukan Sectio Caesar. Hemostasis pada tempat implantasi plasenta
bergantung sekali kepada kekuatan kontraksi miometrium. Karenanya
pada persalinan pervaginam perlu diupayakan stimulasi miometrium
secara farmakologik atau massage agar kontraksi miometrium diperkuat
dan mencegah perdarahan yang hebat pasca persalinan sekalipun pada
keadaan masih ada gangguan koagulasi. Harus diingat bahwa koagulopati
berat merupakan faktor risiko tinggi bagi bedah sesar berhubung
kecenderungan perdarahan yang berlangsung terus pada tempat insisi baik
pada abdomen maupun pada uterus.Jika perdarahan tidak dapat

12
dikendalikan atau diatasi setelah persalinan, histerektomi dapat dilakukan
untuk menyelamatkan hidup pasien. Sebelum histerektomi, prosedur lain
seperti mengatasi koagulopati, ligasi arteri uterina, pemberian obat
uterotonik jika terdapat atonia dan kompresi uterus dapat dilakukan

G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi bisa terjadi pada ibu maupun janin yang
dikandungnya dengan kriteria
1. Komplikasi pada ibu yaitu perdarahan yang dapat menimbulkan variasi
turunnya tekanan darah sampai keadaan syok, perdarahan tidak sesuai
keadaan penderita anemis sampai syok, kesadaran bervariasi dari baik
sampai koma.
2. Gangguan pembekuan darah: masuknya trombosit ke dalam sirkulasi
darah menyebabkan pembekuan darah intravaskuler dan disertai
hemolisis, tejadinya penurunan fibrinogen sehingga hipofibrigen dapat
mengganggu pembekuan darah.
3. Oliguria menyebabkan terjadinya sumbatan glomerulus ginjal dan
dapat menimbulkan produksi urin makin berkurang.
4. Perdarahan postpartum: pada solusio plasenta sedang sampai berat
tejadi infiltrasi darah ke otot rahim, sehingga mengganggu kontraksi
dan menimbulkan perdarahan karena atonia uteri; kegagalan
pembekuan darah menambah beratnya perdarahan
5. Sementara komplikasi yang terjadi pada janin antara lain: asfiksia
ringan sampai berat dan kematian janin, karena perdarahan yang
tertimbun di belakang plasenta yang mengganggu sirkulasi dan nutrisi
ke arah janin. Rintangan kejadian asfiksia sampai kematian janin
dalam rahim tegantung pada seberapa bagian plasenta telah lepas dari
implantasinya di fundus uteri. (Rukiyah & Yulianti : 2010)

13
H. PENGKAJIAN FOKUS
1. Anamnesis: ibu mengeluh terjadi perdarahan disertai sakit yang tiba-
tiba di perut untuk menentukan tempat terlepasnya plasenta.
Perdarahan pervaginam dengan berupa darah segar dan bekuan-bekuan
darah. Pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan
akhirnya berhenti tidak bergerak lagi). Kepala terasa pusing, lemas,
muntah, pucat, pandangan berkunang-kunang, Ibu kelihatan anemis
tidak sesuai dengan banyaknya darah yang keluar. Kadang-kadang ibu
dapat menceritakan trauma.
2. Inspeksi: pasien tampak gelisah, pasien terlihat pucat, sianosis dan
keringat dingin, terlihat darah keluar pervaginam.
3. Palpasi: didapatkan hasil fundus teraba naik karena terbentuknya
retroplasenta hematoma, uterus tidak sesuai dengan kehamilan; uterus
teraba tegang dan keras seperti papan disebut uterus in bois (wooden
uterus baik waktu his maupun di luar his); nyeri tekan terutama di
tempat plasenta; bagian- bagian janin sudah dikenali, karena perut
(uterus) tegang.
4. Auskultasi: sulit dilakukan, karena uterus tegang. Bila denyut jantung
janin terdengar biasanya di atas 140 kali/menit, kemudian turun di
bawah 100 kali/menit dan akhirnya hilang bila plasenta yang terlepas
dari sepertiganya.
5. Pada pemeriksaan dalam, teraba servik biasanya lebih terbuka atau
masih tertutup. Kalau servik sudah terbuka, maka ketuban dapat teraba
menonjol dan tegang, baik sewaktu his maupun di luar his; kalau
ketuban sudah pecah dan plasenta sudah terlepas seluruhnya, plasenta
ini akan turun kebawah dan pemeriksaan disebut prolapsus plasenta.
6. Hasil pemeriksaan umum: tekanan darah semula mungkin tinggi
karena pasien sebelumnya menderita penyakit vaskuler, tetapi lambat
laun turun dan pasien jatuh syok, Nadi cepat dan kecil filiformis.

14
7. Pemeriksaan laboratorium: urin: protein (-) dan reduksi (-); Albumin
(+) pada pemeriksaan sedimen terdapat silider dan lekosit; darah:
darah lengkap termasuk kadar Hb dan golongan darah serta gambaran
pembekuan darah dengan memeriksa Bleeding Time (BT), Clotting
Time (CT), Partial Thromboplastin Time (PTT), activated Partial
Thromboplastin Time (aPTT), kadar fibrinogen dan D-dimer, kalau
bisa cross match tets.
8. Pemeriksaan plasenta sesudah bayi dan plasenta lahir, maka kita
harus memeriksa plasentanya. Biasanya plasenta tampak tipis dan
cekung dibagian plasenta yang terlepas (kater) dan terdapat koagulan
atau darah dibelakang plasenta yang disebut hematoma retroplasenter.
9. Pemeriksaan penunjang ultrasonografi (USG), akan dijumpai
perdarahan antara plasenta dan dinding abdomen.
(Rukiyah : 2010)

Diagnosis solusio plasenta juga bisa ditegakkan berdasarkan


adanya gejala dan tanda klinis berupa perdarahan (≥20 minggu), nyeri
pada uterus, dan adanya kontraksi pada uterus. Namun adakalanya pasien
datang dengan gejala mirip persalinan prematur, ataupun datang dengan
perdarahan tidak banyak dengan perut tegang, tetapi janin telah
meninggal. Diagnosis definitif hanya bisa ditegakkan secara retrospektif
yaitu setelah partus dengan melihat adanya hematoma retroplasenta.
Ultrasonografi merupakan pemeriksaan yang berguna untuk
membedakan dengan plasenta previa, tetapi pada solusio plasenta
pemeriksaan dengan USG tidak memberikan kepastian berhubung
kompleksitas gambaran retroplasenta yang normal mirip dengan gamparan
perdarahan retroplasenta pada solusio plasenta. Kompleksitas gambaran
normal retroplasenta, kompleksitas vaskular rahim, desidua dan mioma
semuanya bisa mirip dengan solusio plasenta dan memberikan hasil
pemeriksaan positif palsu. Disamping itu, solusio plasenta sulit dibedakan
dengan plasenta itu sendiri. Pemeriksaan ulang pada perdarahan baru

15
sering bisa membantu karena gambaran ultrasonografi dari darah yang
telah membeku akan berubah menurut waktu menjadi lebih ekogenik pada
48 jam kemudian menjadi hipogenik dalam waktu 1 sampai 2 minggu.
Penggunaan Color Doppler bisa membantu diagnosis solusio
plasenta di mana tidak terdapat sirkulasi darah yang aktif padanya,
sedangkan pada kompleksitas lain, baik kompleksitas retroplasenta yang
hiperekoik maupun yang hipoekok seperti mioma dan kontraksi uterus,
terdapat sirkulasi darah yang aktif padanya. Pada kontraksi uterus terdapat
sirkulasi aktif didalamnya, pada mioma sirkulasi aktif terdapat lebih
banyak pada bagian perifer daripada bagian tengahnya.
(Lumbanraja : 2017)

16
I. PATHWAYS

Merokok, Alkohol, Kokain Usia Hipertensi,


korioamnionitis,
kehamilan multi paitas

Vasokontriksi arteri spiralis

Hematom retroplasenta

Aliran darah ke desidua basalis miometrium turun

Hematom yg meluas melepaskan plasenta

SOLUSIO PLASENTA

Uterus tdk bisa berkontrasi


karena sedang mengandung

Darah merembes ke selaput Pembekuan intravaskuler,


ketuban & miometrium Pembekuan retroplasenta

Kadar Fibrinogen turun


Darah keluar ke vagina
(revealed hemorrhage)
Hipofibrinogenemia
Perdarahan
Hb
hebat Gangguan
turun
pembekuan darah
Penurunan
Penururnan Uterus Tegang perfusi darah ke Perdarahan hebat
perfusi darah tubulus ginjal semakin meningkat
ke perifer
NYERI AKUT Proteinuria
(D. 0077) Risiko kekurangan
PERFUSI PERIFER VOL cairan
Hipoalbuminemia
TIDAK EFEKTIF
(D. 0009) RISIKO SYOK
Penurunan
HIPOVOLEMIK
tekanan onkotik
(D. 0039)
Edem
Perpindahan cairan dari
intavaskuler ke intertsisium 17
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perfusi perifer tidak efektif (D. 0009) b.d perdarahan, Hb turun,dan
penurunan sirkulasi darah pada level kapiler yang dapat menggangu
metabolisme tubuh
2. Nyeri akut (D. 0077) b.d perdarahan hebat menyebabkan agen
pencendera fisiologis (uterus tegang)
3. Risiko syok hipovolemik (D. 0039) b.d resiko ketiakcukupan aliran
darah ke jaringan tubuh akibat perdarahan hebat, resiko kekurangan
vol cairan yang dapat mengakibatkan disfungsi seluler yang
mengancam jiwa

K. INTERVENSI & RASIONAL


Diagnosis : Perfusi perifer tidak efektif (D. 0009) b.d perdarahan, Hb turun,dan
penurunan sirkulasi darah pada level kapiler yang dapat menggangu
metabolisme tubuh

7-an & Kriteria Hasil Intervensi Rasional


NOC NIC

Kriteria Hasil :setelah O : kaji TTV TD, frekuensi nadi yang


dilakukan tindakan 3x24 rendah, frekuensi RR dan
jam menunjukan hasil : N : observasi tingkat suhu tubuh yang tinggi
- Pengisian kapiler < perdarahan tiap 15-20 menunjukkan gangguan
3 detik menit. Kaji Hb jika terus sirkulasi darah.
- Nadi perifer normal, menurun beri transfusi
teraba darah. Observasi tingkat
- Hb normal perdarahan untuk
- Akral teraba hangat E : edukasi pasien untuk Mengantisipasi terjadinya
- Warna kulit normal, menyatakan apabila shock
tidak sianosis perdarahan semakin
- Turgor kulit normal, hebat Transfusi darah dapat
lentur, elastis mengganti volume darah
- Edem berkurang K : kolaborasi dalam yang hilang akibat
pemberian terapi pendarahan
infuseisotonik
Kerjasama pasien
dibutuhkan untuk
terlaksananya intervensi

18
keperawatan selanjutnya

Cairan infus isotonic dapat


mengganti volume darah
yang hilang akibat
pendarahan

Diagnosis : Nyeri akut (D. 0077) b.d perdarahan hebat menyebabkan agen pencendera
fisiologis (uterus tegang)

7-an & Kriteria Hasil Intervensi Rasional


NOC NIC

Kriteria Hasil :setelah O : kaji TTV, bina TTV untuk mengetahui


dilakukan tindakan 2x24 hubungan saling kondisi pasien
jam menunjukan hasil : percaya, tingkatkan trust
- Pasien tidak Rasa saling percaya dapat
meringis kesakitan N : Jelaskan penyebab nyeri, meningkatkan tercapainya
- Pasien dapat ajarkan teknik relaksasi intervensi keperawatan
melakukan tindakan distraksi pernapasan, yang diharapkan
untuk mengurangi beri posisi yang nyaman.
nyeri Memberikan informasi
- Pasien kooperatif E : edukasi kepada keluarga mengani penyebab nyeri
dengan intervensi pasien untuk selalu yang dideritanya akan
keperawatan yang mendampingi dan membuat klien kooperatif
diberikan memberikan dukungan dengan tindakan yang
dan melibatkan keluarga akan diberikan.
dalam pengelolaan nyeri
secara mandiri Teknik relaksasi distraksi
pernapasan dapat
K : kolaborasi dengan mendorong klien relaks
dokter untuk pemberian dan memberikan klien cara
obat analgetik mengatasi dan mengontrol
tingkat nyeri

Dukungan keluarga sangat


dibutuhkan utuk
kesembuhan pasien

Obat analgetik dapat


mengurangi nyeri yang
dirasakan klien dengan
memblok impuls nyeri

19
Diagnosis : Risiko syok hipovolemik (D. 0039) b.d resiko ketiakcukupan aliran darah ke
jaringan tubuh akibat perdarahan hebat, resiko kekurangan vol cairan yang
dapat mengakibatkan disfungsi seluler yang mengancam jiwa

7-an & Kriteria Hasil Intervensi Rasional


NOC NIC

Kriteria Hasil :setelah O : kaji TTV, kaji haluan Pengkajian pasien secara
dilakukan tindakan 3x24 urin, turgor kulit, CRT. menyeluruh untuk
jam menunjukan hasil : Monitor input dan mengetahui kondisi pasien
- output,Pantau nilai dan untuk menegakan
laboraturium: diagnosa & intervensi
HB,HT,AGD dan selanjutnya
elektrolit
Membantudalam membuat
N : Tinjau ulang catatan rencana perawatan yang tepat
kehamilan dan dan memberikan kesempatan
persalinan,perhatikan mencegah terjadinya
factor penyebab dan komplikasi.
memperberat perdarahan Pemberian infus cairan
seperti laserasi,retensio untuk mencegak terjadinya
plasenta,sepsis,abrupsio syok lanjutan dan untuk
plasenta. Beri infus memenuhi cairan tubuh
cairan kristaloid 1-2 L
Dukungan keluarga sangat
E : edukasi kepada keluarga dibutuhkan utuk
pasien untuk selalu kesembuhan pasien
mendampingi dan
memberikan dukungan Kolaborasi suatu bentuk
kerjasama antar tenaga
K : kolaborasi dengan kesehatan untuk
Dokter untuk kesembuhan pasien
manajemen Risiko Syok
Hipovolemik yang tepat

20
BAB III PENUTUPAN

A. KESIMPULAN
Solusio plasenta merupakan terlepasnya sebagian atau keseluruhan
plasenta dari korpus uteri dari perlekatannya setelah kehamilan 20 minggu
dan sebelum janin lahir. Plasenta mengandung banyak pembuluh darah
yang memungkinkan pengiriman nutrisi dari ibu ke janin. Jika plasenta
terpisah dari implantasi normalnya, itu akan menyebabkan perdarahan
hebat. Solusio plasenta hingga kini belum diketahui penyebabnya dengan
pasti, Faktor-faktor yang dapat meningkatkan kejadian solusio plasenta
yaitu ibu hamil dengan hipertensi, paritas ibu, kehamilan ganda, usia ibu,
riwayat solusio sebelumnya, peredaran darah ibu terganggu sehingga
suplai darah kejanin tidak ada, trauma abdomen (seperti terjatuh
telengkup, tendangan anak yang sedang digendong), pengecilan yang tiba-
tiba pada hidramion, gamelli, serta tali pusat yang pendek, pergerakan
janin yang banyak atau bebas sehingga terlepasnya plasenta karena tarikan
tali pusar korioamnionitis, ketuban pecah dini, merokok, kehamilan
multipel, dan berat lahir rendah.
Solusio plasenta dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu Solusio
plasenta ringan, sedang, dan berat dengan manifestasi klinik yang sering
timbul yaitu perdarahan yang hebat, nyeri akut, dan edem tergantung
dengan derajat klasifikasinya.
Penatalaksanaan untuk ibu hamil dengan solusio plasenta harus
segera dilakukan pemeriksaan darah lengkap termasuk kadar Hb dan
golongan darah serta gambaran pembekuan darah dengan memeriksa
Bleeding Time (BT), Clotting Time (CT), Partial Thromboplastin Time
(PTT), activated Partial Thromboplastin Time (aPTT), kadar fibrinogen
dan D-dimer. Persalinan mungkin pervaginam atau mungkin juga harus
perabdominam bergantung pada banyaknya perdarahan, telah ada tanda-
tanda persalinan spontan atau belum, dan tanda-tanda gawat janin.
Penanganan terhadap solusio plasenta bisa bervariasi sesuai keadaan

21
kasus. Apabila perdarahannya berlangsung terus, dan gejala solusio
plasenta bertambah jelas, atau dalam pemantauan USG daerah solusio
plasenta bertambah luas, maka pengakhiran kehamilan tidak dapat
dihindarkan lagi. Apabila janin hidup, dilakukan operasi Sectio Caesar.
Apabila janin mati, ketuban segera dipecahkan untuk mengurangi
regangan dinding uterus disusul dengan pemberian infuse oksitosin 5 iu
dalam 500cc Dextrosa 5% untuk mempercepat persalinan.
Pengkajian secara komperhensif diperlukan untuk membantu
menegakan diagnosa keperawatan, serta pemeriksaan penunjang seperti
USG, pemeriksaan Lab lengkap, dll dapat membantu penegakan diagnosa
keperawatan. Diagnosa yang bisa muncul meliputi :
1. Perfusi perifer tidak efektif (D. 0009) b.d perdarahan, Hb turun,dan
penurunan sirkulasi darah pada level kapiler yang dapat menggangu
metabolisme tubuh
2. Nyeri akut (D. 0077) b.d perdarahan hebat menyebabkan agen
pencendera fisiologis (uterus tegang)
3. Risiko syok hipovolemik (D. 0039) b.d resiko ketiakcukupan aliran
darah ke jaringan tubuh akibat perdarahan hebat, resiko kekurangan
vol cairan yang dapat mengakibatkan disfungsi seluler yang
mengancam jiwa
Solusio plasenta memiliki komplikasi yang membahayakan bagi
hidup ibu maupun janin, oleh karenanya diperlukan intervensi
keperawatan untuk mencegah terjadinya komplikasi yang tidak diinginkan.

22
DAFTAR PUSTAKA

Adjie, JM Seno. M Farid Ghazali, dan Denny Khusen. 2018. Vaginal Delivery in

Placental Abruption (Persalinan Pervaginam pada Solusio Plasenta).


Jounal of Obstetrics and Gynecology. Vol 6. No 3. Diakses dari :
http://www.inajog.com/index.php/journal/article/download/786/525

Lumbanraja, Sarma N.2017.Kegawatdaruratan dalam kehamilan.

Medan : USSU Prees

Prawiroharjo, Sarwono. 2008. Patologi Kehamilan, Persalinan, Nifas, dan

Bayi Baru Lahir. Jakarta: PT Bina Pustaka.

Ruqiyah, Ai Yeyeh, S. Si. T & Yulianti, Lia, Am. Keb. Mkm. 2010.

Asuhan Kebidanan 4 Patologi. Jakarta: CV. Trans Info Media.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia

Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta : PPNI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia

Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta : PPNI

Wulandari, Ikra Ayu. 2018. Hubungan Paritas Ibu (Primipara Dan Multipar

Terhadap Kejadian Solusio Plasenta Di RSUD Syekh Yusuf Gowa Tahun


2018. Jurnal Kesehatan Delima Pelamonia. Vol 2. No 1. Diakses dari :
https://ojs.akbidpelamonia.ac.id/index.php/journal/article/download/86/45

23

You might also like