You are on page 1of 13

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN OKSIGENASI

OLEH :

NUNUNG ANDRAYANI

(018.02.0846)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROFESI NERS ANGKATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM

2018

1
LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN OKSIGENASI

I. Konsep kebutuhan oksigenasi


A. Pengertian Oksigenasi
Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen
(O²). Kebutuhan fisiologis oksigenasi merupakan kebutuhan
dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme
sel tubuh, untuk mempertahankan hidupnya, dan untuk
aktivitas berbagai organ atau sel.

B. Fisiologi oksigenasi
Peristiwa bernapas terdiri dari 2 bagian:
1. Menghirup udara (inspirasi)
Inspirasi adalah terjadinya aliran udara dari sekeliling
masuk melalui saluran pernapasan sampai keparu-paru.
Proses inspirasi : volume rongga dada naik/lebih besar
tekanan rongga dada turun/lebih kecil.
2. Menghembuskan udara (ekspirasi)
Tidak banyak menggunakan tenaga, karena ekspirasi adalah
suatu gerakan pasif yaitu terjadi relaxasi otot-otot
pernapasan. Proses ekspirasi volume rongga dada
turun/lebih kecil, tekanan rongga dada naik/lebih besar.

Proses pemenuhan oksigen di dalam tubuh terdiri atas


tiga tahapan, yaitu ventilasi, difusi dan transportasi.

1. Ventilasi
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer
ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses
ini di pengaruhi oleh beberapa faktor:
a. Adanya kosentrasi oksigen di atmosfer. Semakin
tingginya suatu tempat, maka tekanan udaranya semakin
rendah.
b. Adanya kondisi jalan nafas yang baik.
c. Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru
untuk mengembang di sebut dengan compliance.
Sedangkan recoil adalah kemampuan untuk mengeluarkan
CO² atau kontraksinya paru-paru.
2. Difusi

2
Difusi gas merupakan pertukaran antara O² dari alveoli
ke kapiler paru-paru dan CO² dari kapiler ke alveoli.
Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu:
a. Luasnya permukaan paru-paru.
b. Tebal membrane respirasi/permeabilitas yang terdiri
atas epitel alveoli dan interstisial. Keduanya dapat
mempengaruhi proses difusi apabila terjadi proses
penebalan.
c. Pebedaan tekanan dan konsentrasi O². Hal ini dapat
terjadi sebagaimana O² dari alveoli masuk kedalam
darah secara berdifusi karena tekanan O² dalam rongga
alveoli lebih tinggi dari pada tekanan O² dalam darah
vena vulmonalis.
d. Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan
mengikat HB.
3. Transportasi
Transfortasi gas merupakan proses pendistribusian O²
kapiler ke jaringan tubuh dan CO² jaringan tubuh ke
kaviler. Transfortasi gas dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu:
a. curah jantung (kardiak output), frekuensi denyut
nadi.
b. kondisi pembuluh darah, latihan perbandingan sel
darah dengan darah secara keseluruhan (hematokrit),
serta elitrosit dan kadar Hb.

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi kebutuhan oksigen


Faktor-faktor yang mempengaruhi oksigenasi adalah :
1. Faktor fisiologis
Faktor fisiologis yang mempengaruhi oksigenasi
meliputi:
a. Penurunan kapasitas membawa oksigen
b. Penurunan konsentrasi oksigen oksigen yang
diinspirasi
2. Faktor Perkembangan

3
Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar
yaitu paru-paru yang sebelumnya berisi cairan menjadi
berisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil dan jalan
nafas yang pendek. Bentuk dada bulat pada waktu bayi
dan masa kanak-kanak, diameter dari depan ke belakang
berkurang dengan proporsi terhadap diameter
transversal. Pada orang dewasa thorak diasumsikan
berbentuk oval. Pada lanjut usia juga terjadi perubahan
pada bentuk thorak dan pola napas.
3. Faktor Lingkungan
Ketinggian, panas, dingin dan polusi mempengaruhi
oksigenasi. Makin tinggi daratan, makin rendah PaO2,
sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup individu.
Sebagai akibatnya individu pada daerah ketinggian
memiliki laju pernapasan dan jantung yang meningkat,
juga kedalaman pernapasan yang meningkat.
Sebagai respon terhadap panas, pembuluh darah perifer
akan berdilatasi, sehingga darah akan mengalir ke
kulit. Meningkatnya jumlah panas yang hilang dari
permukaan tubuh akan mengakibatkan curah jantung
meningkat sehingga kebutuhan oksigen juga akan
meningkat. Pada lingkungan yang dingin sebaliknya
terjadi kontriksi pembuluh darah perifer, akibatnya
meningkatkan tekanan darah yang akan menurunkan
kegiatan-kegiatan jantung sehingga mengurangi kebutuhan
akan oksigen.
4. Gaya Hidup
Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan
kedalaman pernapasan dan denyut jantung, demikian juga
suplay oksigen dalam tubuh. Merokok dan pekerjaan
tertentu pada tempat yang berdebu dapat menjadi
predisposisi penyakit paru.
5. Status Kesehatan
Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan
pernapasan dapat menyediakan oksigen yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi penyakit pada
sistem kardiovaskuler kadang berakibat pada

4
terganggunya pengiriman oksigen ke sel-sel tubuh.
Selain itu penyakit-penyakit pada sistem pernapasan
dapat mempunyai efek sebaliknya terhadap oksigen darah.
Salah satu contoh kondisi kardiovaskuler yang
mempengaruhi oksigen adalah anemia, karena hemoglobin
berfungsi membawa oksigen dan karbondioksida maka
anemia dapat mempengaruhi transportasi gas-gas tersebut
ke dan dari sel.
6. Narkotika
Narkotika seperti morfin dan dapat menurunkan laju
dan kedalam pernapasan ketika depresi pusat pernapasan
dimedula. Oleh karena itu bila memberikan obat-obat
narkotik analgetik, perawat harus memantau laju dan
kedalaman pernapasan.
7. Perubahan/gangguan pada fungsi pernapasan
Fungsi pernapasan dapat terganggu oleh kondisi-kondisi
yang dapat mempengarhi pernapasan yaitu:
a. Pergerakan udara ke dalam atau keluar paru
b. Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan
kapiler paru
c. Transpor oksigen dan transpor dioksida melalui darah
ke dan sel jaringan.
8. Perubahan pola nafas
Pernapasan yang normal dilakukan tanpa usaha dan
pernapasan ini sama jaraknya dan sedikit perbedaan
kedalamannya. Bernapas yang sulit disebut dyspnoe
(sesak). Kadang-kadang terdapat napas cuping hidung
karena usaha inspirasi yang meningkat, denyut jantung
meningkat. Orthopneo yaitu ketidakmampuan untuk
bernapas kecuali pada posisi duduk dan berdiri seperti
pada penderita asma.
9. Obstruksi jalan napas
Obstruksi jalan napas lengkap atau sebagaian dapat
terjadi di sepanjang saluran pernapasan di sebelah atas
atau bawah. Obstruksi jalan napas bagian atas
meliputi : hidung, pharing, laring atau trakhea, dapat
terjadi karena adanya benda asing seperti makanan,
karena lidah yang jatuh kebelakang (otrhopharing) bila
individu tidak sadar atau bila sekresi menumpuk

5
disaluran napas.
Obstruksi jalan napas di bagian bawah melibatkan oklusi
sebagian atau lengkap dari saluran napas ke bronkhus
dan paru-paru. Mempertahankan jalan napas yang terbuka
merupakan intervensi keperawatan yang kadang-kadang
membutuhkan tindakan yang tepat. Onbstruksi sebagian
jalan napas ditandai dengan adanya suara mengorok
selama inhalasi (inspirasi).
D. Macam-macam gangguan yang terjadi dengan sistem pernafasan
1. Hypoxia
Merupakan kondisi ketidakcukupan oksigen dalam tubuh,
dari gas yang diinspirasi ke jaringan. Penyebab
terjadinya hipoksia :
a. gangguan pernapasan
b. gangguan peredaran darah
c. gangguan sistem metabolism
d. gangguan permeabilitas jaringan untuk mengikat
oksigen (nekrose).

2. Hyperventilasi
Jumlah udara dalam paru berlebihan. Sering disebut
hyperventilasi elveoli, sebab jumlah udara dalam alveoli
melebihi kebutuhan tubuh, yang berarti bahwa CO2 yang
dieliminasi lebih dari yang diproduksi → menyebabkan
peningkatan rata – rata dan kedalaman pernafasan. Tanda
dan gejala :
a. pusing
b. nyeri kepala
c. henti jantung
d. koma
e. ketidakseimbangan elektrolit
3. Hypoventilasi Ketidak cukupan ventilasi alveoli
(ventilasi tidak mencukupi kebutuhan tubuh), sehingga
CO2 dipertahankan dalam aliran darah. Hypoventilasi
dapat terjadi sebagai akibat dari kollaps alveoli,
obstruksi jalan nafas, atau efek samping dari beberapa
obat. Tanda dan gejala:
a. napas pendek
b. nyeri dada
c. sakit kepala ringan

6
d. pusing dan penglihatan kabur
4. Cheyne Stokes Bertambah dan berkurangnya ritme
respirasi, dari perafasan yang sangat dalam, lambat dan
akhirnya diikuti periode apnea, gagal jantung kongestif,
PTIK, dan overdosis obat. Terjadi dalam keadaan dalam
fisiologis maupun pathologis. Fisiologis :
a. orang yang berada ketinggian 12000-15000 kaki
b. pada anak-anak yang sedang tidur
c. pada orang yang secara sadar melakukan hyperventilasi
5. Kussmaul( hyperventilasi ) Peningkatan kecepatan dan
kedalaman nafas biasanya lebih dari 20 x per menit.
Dijumpai pada asidosisi metabolik, dan gagal ginjal.
6. Apneustic Henti nafas , pada gangguan sistem saraf pusat
7. Biot’s
Nafas dangkal, mungkin dijumpai pada orang sehat dan
klien dengan gangguan sistem saraf pusat. Normalnya
bernafas hanya membutuhkan sedikit usaha. Kesulitan
bernafas disebut dyspnea.

II. Rencana asuhan klien dengan gangguan kebutuhan oksigenasi


A. Pengkajian
Secara umum pengkajian dimulai dengan mengumpulkan
data tentang :
1. Biodata pasien (umur, sex, pekerjaan, pendidikan)
Umur pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan pasien
baik secara fisik maupun psikologis, jenis kelamin dan
pekerjaan perlu dikaji untuk mengetahui hubungan dan
pengaruhnya terhadap terjadinya masalah/penyakit, dan
tingkat pendidikan dapat berpengaruh terhadap
pengetahuan klien tentang masalahnya/penyakitnya.
2. Keluhan utama dan riwayat keluhan utama (PQRST)
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan
mengganggu oleh klien pada saat perawat mengkaji, dan
pengkajian tentang riwayat keluhan utama seharusnya
mengandung unsur PQRST (Paliatif/Provokatif, Quality,
Regio, Skala, dan Time)
3. Riwayat perkembangan
a. Neonatus : 30-60 x/mnt
b. Bayi : 44 x/mnt
c. Anak : 20-25 x/mnt
d. Dewasa : 15-20 x/mnt

7
e. Dewasa tua : volume residu meningkat, kapasitas
vital menurun
4. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam hal ini perlu dikaji apakah ada anggota keluarga
yang mengalami masalah/penyakit yang sama.
5. Riwayat social
Perlu dikaji kebiasaan-kebiasaan klien dan keluarganya,
misalnya : merokok, pekerjaan, rekreasi, keadaan
lingkungan, faktor-faktor alergen dll.
6. Riwayat psikologis
Disini perawat perlu mengetahui tentang :
a. Perilaku/tanggapan klien terhadap
masalahnya/penyakitnya.
b. Pengaruh sakit terhadap cara hidup
c. Perasaan klien terhadap sakit dan therapy
d. Perilaku/tanggapan keluarga terhadap
masalah/penyakit dan therapy
7. Riwayat spiritual
8. Pemeriksaan fisik
a. Hidung dan sinus
Inspeksi : cuping hidung, deviasi septum, perforasi,
mukosa (warna, bengkak, eksudat, darah),
kesimetrisan hidung.
Palpasi : sinus frontalis, sinus maksilaris
b. Faring
Inspeksi : warna, simetris, eksudat ulserasi,
bengkak
c. Trakhea
Palpasi : dengan cara berdiri disamping kanan
pasien, letakkan jari tengah pada bagian bawah
trakhea dan raba trakhea ke atas, ke bawah dan ke
samping sehingga kedudukan trakhea dapat diketahui.
d. Thoraks
Inspeksi : Postur, bervariasi misalnya pasien dengan
masalah pernapasan kronis klavikulanya menjadi
elevasi ke atas.
Palpasi : Untuk mengkaji keadaan kulit pada dinding
dada, nyeri tekan, massa, peradangan, kesimetrisan
ekspansi dan taktil vremitus. Taktil vremitus adalah
vibrasi yang dapat dihantarkan melalui sistem
bronkhopulmonal selama seseorang berbicara.
Normalnya getaran lebih terasa pada apeks paru dan

8
dinding dada kanan karena bronkhus kanan lebih
besar. Pada pria lebih mudah terasa karena suara
pria besar.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada pasien
dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi diantaranya
adalah :
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan
hyperventilasi.
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen.
3. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

C. Rencana Keperawatan

DX
NO NOC NIC
Keperawatan
1 Ketidakefektifan pola NOC NIC
nafas berhubungan  Respiratory status Airway management
dengan : ventilasi a. Buka jalan nafas,
hyperventilasi.  Respiratory gunakan tekhnuik
status: airway chin lift atau jaw
patency thrust bila perlu
 Vital sign status b. Posisikan pasien
Kriteria hasil : untuk
a. Mendemonstrasikan memaksimalkan
batuk efektif dan ventilasi
suara nafas yang c. Identifikasi
bersih, tidak ada pasien perlunya
sianosis dan pemasangan alat
dyspneu (mampu jalan nafas buatan
mengeluarkan d. Pasang mayo bila
sputum, mampu perlu
bernafas dengan e. Lakukan
mudah ) fisioterapi dada
b. Menunjukkan jalan jika perlu
nafas yang paten f. Auskultasi suara

9
(klien tidak nafas, catat
merasa tercekik, adanya suara
irama nafas, tambahan
frekuensi g. Pertahankan jalan
pernafasan dalam nafas yang paten
rentang normal, h. Monitor aliran
tidak ada suara oksigen
nafas abnormal) i. Pertahankan posisi
c. Tanda-tanda vital pasien
dalam rentang j. Monitor TD, nadi,
normal (tekanan suhu, dan RR
darah, nadi,
pernafasan)
2 Intoleransi aktifitas NOC NIC
berhubungan dengan  Energy Activity Therapy
ketidakseimbangan conservation a. Kolaborasikan
antara kebutuhan dan  Activity tolerance dengan tenaga
suplai oksigen  Self care : ADLs rehabilitasi medik
Kriteria Hasil : dalam merencanakan
a. Berpartisipasi program terapi yang
dalam aktivitas tepat
fisik tanpa b. Bantu klien untuk
disertai mengidentifikasi
peningkatan aktivitas yang
tekanan darah, mampu dilakukan
nadi, dan RR c. Bantu untuk memilih
b. Mampu melakukan aktivitas konsisten
aktivitas sehari- yang sesuai dengan
hari (ADLs) secara kemampuan fisik,
mandiri psikologi, dan
c. Tanda-tanda vital social
normal d. Bantu untuk
d. Energy psikomotor mendapatkan alat
e. Level kelemahan bantuan aktivitas
f. Mampu berpindah : seperti kursi roda

10
dengan atau tanpa e. Bantu untuk
bantuan alat mengidentifikasi
g. Status aktivitas yang
kardiopulmonary disukai
adekuat f. Bantu klien untuk
h. Sirkulasi status membuat jadwal
baik latihan diwaktu
i. Status respirasi : luang
pertukaran gas dan g. Bantu pasien untuk
ventilasi adekuat mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan

3 Ansietas berhubungan NOC NIC


dengan perubahan  Anxiety self- Anxiety Reduction
status kesehatan control (penurunan kecemasan)
 Anxiety level a. gunakan pendekatan
 coping yang menenangkan
Kriteria Hasil : b. nyatakan dengan
a. klien mampu jelas harapan
mengidentifikasi terhadap perilaku
dan mengungkapkan pasien
gejala cemas c. jelaskan semua
b. mengidentifikasi, prosedur dan apa
mengungkapkan dan yang dirasakan
menunjukkan selama prosedur
tekhnik untuk d. pahami prespektif
mengontrol cemas pasien terhadap
c. vital sign dalam situasi stress
batas normal e. temani pasien untuk
d. postur tubuh, memberikan keamanan
ekspresi wajah, dan mengurangi
bahasa tubuh dan takut
tingkat aktivitas f. dorong keluarga
menunjukkan untuk menemani anak

11
berkurangnya g. lakukan back/neck
kecemasan rub
h. dengarkan dengan
penuh perhatian
i. identifikasi
tingkat kecemasan

DAFTAR PUSTAKA

Docterman dan Bullechek. 2010. Nursing Invention


Classifications (NIC). Edition 4. Mosby Elseveir
Acadamic Press: United States Of America

12
Nanda International (2009). Diagnosis Keperawatan: definisi &
Klasifikasi. 2009-2011. Penerbit buku kedokteran EGC :
Jakarta

Nurarif, Amin dan Kusuma, Hardhi. 2015. Asuhan keperawatan


berdasarkan diagnosa medis & Nanda NIC NOC. Jilid 3.
Mediaction : Jogjakarta

Tarwoto & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses


Keperawatan. Edisi 4. Salemba Medika : Jakarta

13

You might also like