You are on page 1of 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Allah itu bersih dan suci. Untuk menemuinya, manusia harus terlebih dahulu bersuci atau
disucikan. Allah mencintai sesuatu yang bersih dan suci. Dalam hukum Islam bersuci dan segala
seluk beluknya adalah termasuk bagian ilmu dan amalan yang penting terutama karena
diantaranya syarat-syarat sholat telah ditetapkan bahwa seseorang yang akan melaksanakan
sholat, wajib suci dari hadas dan suci pula badan, pakaian dan tempatnya dari najis. Dalam
kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari sesuatu (barang) yang kotor dan najis sehingga
thaharah dijadikan sebagai alat dan cara bagaimana mensucikan diri sendiri agar sah saat
menjalankan ibadah.

Dalam berbagai macam kitab yang menjelaskan tentang fiqih selalu saja bab thaharah
berada pada bab yang paling awal atau paling utama. Hal itu terjadi dikarenakan thaharah adalah
bagian yang paling penting dipelajari. Melaksanakan shalat tanpa thaharah maka tentu saja
shalat yang dikerjakan tidak sah. Dalam artian jika ada seseorang yang mengerjakan shalat tanpa
bersesuci terlebih dahulu maka shalat yang ia kerjakan itu sia-sia. karena pada dasarnya islam
memang mewajibkan setiap orang yang ingin melaksanakan shlat itu harus suci.

Mungkin masih banyak dikalangan orang awam yang tidak tahu persis tentang
pentingnya thaharah. Namun tidak bisa dipungkiri juga bahsanya juga ada orang yang tahu akan
thaharah namun mengabaikannya. maka dari pada itu penulis akan mencoba sedikit menjelaskan
apa-apa yang penulis ketahui tentang thaharah dari berbagai sumber. Mudah-mudahan saja
melalui makalah ini umat islam sadar akan pentingnya thaharah dan tidak mengabaikan
pentingnya thaharah kembali.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dan jenis jenis thaharoh ?
2. Apa saja jenis jenis air dan pembagiannya ?
3. Apa yang dimaksud dengan hadas?
4. Apa yang dimaksud dengan najis ?
5. Apa yang dimaksud dengan wudlu ?
6. Apa yang dimaksud dengan tayammum ?
7. Apa yang dimaksud dengan mandi ?
8. Apa saja hukum untuk darah yang keluar dari rahim atau kemaluan wanita ?
9. Apa yang dimaksud dengan Istinja’ ?
10. Apa saja adab buang air ?

C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan pengertian dan jenis thaharoh.
2. Menjelaskan jenis dan pembagian pembagian air.
3. Menjelaskan tentan hadas.
4. Menjelaskan tentang najis.
5. Menjelaskan tentang wudlu.
6. Menjelaskan tentang tayammum.
7. Menjelaskan tentang mandi.
8. Menjelaskan tentang hukum untuk darah yang keluar dari rahim atau kemaluan wanita.
9. Menjelaskan tentang istinja’.
10. Menjelaskan adab buang air.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Thaharah
Dalam segi bahasa Thoharoh berarti bersih dan suci, sedangkan Thoharoh dalam segi istilah
adalah membersihkan diri dari hadats kecil maupun besar dan menghilangkan najis dengan
menggunakan bahan yang terdiri dari air, debu, batu dan benda padat yang kasar.
Thoharoh terbagi menjadi beberapa macam, yaitu:

1. Wudlu
2. Tayammum
3. Mandi
4. Istinja
B. Jenis dan Pembagian Air
Air yang boleh untuk bersuci (berthaharoh) ada tujuh macam, yaitu:

(1) air hujan, (2) air laut, (3) air sungai, (4) air sumur, (5) air mata air (sumber air), (6) air es
(salju), (7) air embun.

Pembagian air Air tersebut dibagi menjadi 4, yaitu :

1. Air mutlak (air yang suci dan mensucikan), yaitu air yang masih murni, dan tidak
bercampur dengan sesuatu yang lain.
2. Air musyammas (air yang suci dan dapat mensucikan tetapi makhruh digunakan), yaitu air
yang dipanaskan dengan terik matahari di tempat logam yang bukan emas.
3. Air musta’mal (air suci tetapi tidak dapat mensucikan), yaitu air yang sudah digunakan
untuk bersuci.
4. Air mutanajis (air yang najis dan tidak dapat mensucikan), yaitu air telah kemasukan benda
najis atau yang terkena najis.

C. Hadas
Keadaan diri pada seorang muslim yang menyebabkan ia tidak suci, dan tidak sah untuk
mengerjakan shalat. Terbagi menjadi dua jenis yaitu:
1. Macam-macam hadas kecil diantaranya:
a. Mengeluarkan sesuatu dari qubul atau dubur, meskipun kentut.
b. Tidur nyenyak, dengan miring ataupun telentang (hilang akal)
c. Menyentuh kemaluan
Cara bersuci dari hadas kecil seperti diatas dengan cara berwudhu atau tayamum.
3
2. Macam-macam hadas besar diantaranya:
a. Bersetubuh
b. Keluar mani
c. Haid/Nifas
Cara bersuci dari hadas besar seperti diatas dengan cara mandi besar.

D. Najis
Najis menurut bahasa yaitu semua yang kotor. Najis menurut istilah yaitu semua
yang haram untuk dimakan secara mutlak, atau mungkin tidak karena haramnya atau
kotornya atau mudaratnya pada badan atau akal
Beberapa yang termasuk najis
a. Semua yang keluar dari kubul dan dubur seperti air kencing , feses, darah.
b. Muntah- muntah
c. Babi, anjing
d. Bangkai
e. Khamr

Jenis najis dibedakan menjadi:

a. Najis ringan (Mukhafaffah), yaitu naijs yang cara mensucikannya cukup


memercikan air kepada tempat atau benda yang di kenainya. Contoh najis ini
adalah kencing bayi laki-laki yang belum makan makanan, kecuali asi.
b. Najis sedang (Mutawassithah), yaitu najis yang cara mensucikannya dengan
membersihkan najis itu terlebih dahulu, kemudian mengalirkan air kepada tempat
yang dikenainya.
c. Najis berat (Mughaaladzah), yaitu najis yang harus dibersihkan dengan air
sebanyak 7 kali, salah satunya dicampur dengan tanah. Contoh najis ini adalah
terkena air liur anjing atau jilatan anjing.
d. Najis yang dimaafkan (Ma’fu), yaitu najis yang dimaafkan karena sulit untuk
mengenalinya. Contoh najis ini adalah terkena percikan najis dijalanan.

Cara menghilangkan najis


Dibersihkan hingga hilang bau, rasa, dan warnanya. Bila telah diupayakan tetapi
masih ada sedikit, tidaklah mengapa.

E. Wudlu
Wudlu menurut bahasa berarti sesuatu yang kecil, sedangkan wudlu menurut
istilah yaitu membersihkan diri dari hadats kecil.
1. Syarat sah Wudlu
a. Islam

4
b. Tamyiz; orang yang dapat membedakan sesuatu yang baik dan buruk.
c. Tubuhnya tidak dalam keadaan kotor, seperti terkena berak atau kencing
d. Tidak sedang dalam keadaan haid, nifas atau wiladah
e. Masuk waktu shalat, ini dikhususkan bagi yang sedang terkena beser atau
istihadloh.
f. Airnya suci
2. Rukun-rukun Wudlu
Terdapat dua pilihan dengan cara Muhammadiyah atau dengan Nadhatul
Ulama.
Menurut Muhammadiyah:
a. Membaca “Bismillahirrahmanir-rahhim”
b. Mengikhlaskan diri dengan niat
c. Membasuh kedua telapak tangan sebanyak tiga kali
d. Menghisap air dari telapak tangan, berkumur dan
disembur sebanyak tiga kali
e. Membasuh muka tiga kali
f. Menyela-nyela jenggot (kalau ada)
g. Membasuh kedua tangan beserta keduasikut tiga kali.
h. Mengusap kepala satu kali
i. Membasuh kedua kaki beserta kedua matakaki sebanyak
tiga kali
j. Membaca doa setelah wudlu
“Asyhaduala ilaha illallahu
wahdahulasyarikalahhuwaasyhaduannamuhammadanabd
uhuwarusuluh”
Menurut Nadhatul Ulama

a. Niat, niat harus dilakukan bersamaan dengan membasuh muka. Sesuai


sabda nabi Muhammad S.A.W
ِ ‫إِنَّ َما اْأل َ ْع َما ُل بِالنِيَّا‬
ٍ ‫ت َوإِنَّ َما ِل ُك ِل ْام ِر‬
‫ئ َما ن ََوى‬
Sesungguhnya semua amalan itu terjadi dengan niat, dan setiap orang
mendapatkan apa yang dia niatkan. [HR. Bukhâri, no. 1; Muslim, no.
1907; dari Umar bin al-Khaththâb Radhiyallahu anhu]

Adapun niat berwudlu yaitu:

b. Membasuh muka hingga merata

5
c. Membasuh kedua tangan hingga siku
d. Membasuh kedua kaki hingga mata kaki
e. Tertib

3. Sunah-sunah Wudlu
a. Membaca basmalah sebelum melakukan wudlu
b. Membersihkan telapak tangan ketika memasukkannya ke tempat wudlu
c. Membersihkan mulut dan hidung terlebih dahulu dengan air
d. Mengusap semua rambut kepala
e. Mengusap kedua telinga
f. Dilakukan secara berkesinambungan dalam waktu yang sama
g. Meratakan air ke dalam sela-sela jenggot yang lebat
h. Mengalirkan air hingga merata ke sela-sela jari kedua tangan dan kaki
i. Mendahulukan anggota sebelah kanan dengan mengakhiri anggota kiri
j. Semua pelaksanaan wudlu dilakukan sebanyak tiga kali
k. Melakukan sikat gigi terlebih dahulu
l. Membaca doa setelah wudlu

4. Hal-hal Yang Membatalkan Wudlu


a. Mengeluarkan segala sesuatu dari salah satu dua jalan, yaitu kelamin dan
jalan belakang
b. Hilang akal yang disebabkan oleh tidur, mabuk atau lainnya.
c. Bersentuhan kulit dengan seseorang dengan lawan jenisnya yang tidak
mahram dengan tidak memakai penghalang apapun
d. Menyentuh kelamin dan anus manusia walaupun miliknya sendiri dengan
menggunakan telapak tangannya sendiri.

6
F. Tayammum
Menurut bahasa adalah menyengaja atau bermaksud. Sedangkan dalam segi
istilah adalah meratakan debu ke wajah dan kedua tangan dengan syarat-syarat tertentu.

1. Syarat-syarat Tayammum
a. Adanya udzur (hal-hal yang memperbolehkan seseorang melakukan sesuatu
yang dilarang), seperti dalam perjalanan atau sedang sakit. Firman allah “
maka mereka tidak menemukan air (untuk bersuci) maka bertayammumlah
kamu dengan debu yang suci”
b. Menggunakan debu yang suci
c. Waktu shalat tiba dan dia belum menemukan air untuk berwudlu
d. Menggunakan dua debu yang berbeda, pertama untuk wajah dan kedua untuk
tangan hingga siku. Hal ini sesuai dengan sabda nabi:
2. Rukum tayammum
Menurut Muhammadiyah
a. Niat ikhlas dan membaca basmalah
b. Meletakkan kedua telapak tangan ke tanah (mengandung debu yang suci)
c. Meniup atau menepuk debu di kedua telapak tangan.
d. Mengusap muka dengan kedua telapak tangan.
e. Tangan kiri mengusap punggung telapak kanan dan sebaliknya.
Menurut Nadhatul Ulama
a. Niat untuk melaksanakan tayammum. Niat tayammum yaitu

b. Mengusapkan debu hingga rata ke seluruh wajah


c. Mengusapkan debu dengan rata kedua tangan hingga ke dua siku
d. Tertib
3. Sunah tayammum
a. Membaca basmalah
b. Mendahulukan anggota kanan dengan mengakhirkan anggota kiri
c. Dilakukan dengan berurutan (tidak diselingi apapun).

7
4. Hal-hal yang membatalkan tayammum
a. Semua yang membatalkan wudlu berarti membatalkan tayammum
b. Melihat air sebelum melaksanakan shalat
c. Murtad

5. Penggunaan tayamum

Tayammum hanya bisa untuk shalat wajib sekali, sedangkan untuk shalat sunah
boleh beberapa kali . pendapat tersebut berdasarkan pada kata-kata Ibnu Abbas, ia
berkata:

“Termasuk sunah Nabi, tidak shalat dengan tayamum kecuali satu kali untuk
shalat wajib”

Pernkataan Ibnu Abbas tersebut bersandarkan pada riwayat dari Nabi Muhammad
S.A.W menyebutkan:

“(Hendaklah) bertayamum tiap-tiap akan salat walau belum hadas”(HR. Baihaqi)

G. Mandi
Yang dinamakan mandi adalah mengalirkan air ke seluruh badan untuk
menghilangakan hadats besar. Terbagi menjadi dua, yaitu: Mandi wajib (mandi besar)
dan Mandi sunnah

1. Sebab orang diwajibkan mandi besar


a. Melakukan persetubuhan
b. Mengalami mimpi basah atau mengeluarkan sperma
c. Selesai menstruasi
d. Nifas
e. Mati
2. Rukun madi wajib
Menurut Muhammadiyah
a. Membasuh kedua tangan.
b. Membersihkan kemaluan dengan menuangkan air dengan tangan kanan
dan membarsihkannya dengan tangan kiri.
c. Berwudlu seperti berwudlu untuk shalat.
d. Membasahi pokok-pokok rambut dengan wangi-wangian dan menyiram
kepala tiga kali, sertamenuangkan air pada kepala tiga kali menyeluruh
tubuh dengan rata dan menggosok gosokkanya. Mulailah pada sisi kanan
lalu membersihkan kepala dan meratakannya pada semua badan dan
menggosok-gosokkannya.

8
e. Kemudian membasuh kedua kaki tiga kali dengan mendahulukan bagian
kanan.
Menurut Nadhatul Ulama
a. Niat

b. Mengalirkan air keseluruh tubuh hingga meresap ke dalam kulit.


c. Menghilangkan najis yang melekat ke tubuhnya.

3. Sunah mandi wajib


a. Membaca basmalah terlebih dahulu
b. Melaksanakan wudlu terlebih dahulu
c. Membasuh kedua tangan sebelum memasukkanya ke dalam bejana.
d. Menggosok seluruh tubuh dengan tangan dan sabun
e. Dilakukan dengan tertib
f. Mendahulukan sebelah kanan dan diakhiri sebelah kiri

Catatan apabila mandi bersama dengan yang lain (banyak) tidak boleh
membuka auratnya (tanpa pakai penutup aurat)

1. Mandi sunah

Seseorang disunahkan mandi pada waktu akan melaksanakan kegiatan


sebagai berikut :

a. Akan melaksanakan shalat jum’at


b. Akan melaksanakan shalat hari raya
c. Akan melaksanakan shalat Istisqa (minta hujan)
d. Akan melaksanakan shalat gerhana matahari dan bulan
e. Setelah memandikan mayit
f. Orang yang akan masuk islam
g. Setelah sembuh dari gila dan ayan
h. Ketikan akan melaksanakan ihram
i. Ketika akan memasuki kota Mekkah
j. Ketika akan melaksanakan wuquf di Arafah
k. Ketika akan melempar jumrah (bagi jamaah haji dan umroh)
l. Ketika akan melaksanakan thawaf di Ka’bah

9
H. Hukum untuk Darah yang Keluar dari Rahim atau Kemaluan Wanita
1. Jenis darah yang keluar dari rahim wanita terbagi menjadi tiga yaitu :
a. Darah haid(menstruasi)
b. Darah nifas(darah yang keluar setelah melahirkan)
c. Darah istihadloh(darah penyakit)

2. Darah Haid
Haid dalam segi bahasa berarti mengalir, sedangkan haid dalam segi
istilah yaitu darah yang keluar dari pintu rahim seorang wanita dengan cara yang
sehat.
Haid merupakan proses kejadian alamiah yang pasti akan dialami oleh
seorang wanita yang sehat. Hal ini dikarenakan haid merupakan sebuah pertanda
awal bagi wanita yang akan menginjak kearah dewasa.
Bilangan haid yang paling sedikit adalah sehari semalam (24 jam) berarti
wanita yang mengeluarkan darah yang kurang dari 24 jam belum bisa dinamakan
darah haid dan dia wajib melakukan perbuatan yang dilakukan oleh wanita yang
dalam keadaan suci. Sedangkan kebiasaanya adalah enam atau tujuh hari.
Demikian menurut pendapat Imam Syafi’i yang mengadakan penelitian di
Mekkah dan Mesir. Dan bagi kebanyakan wanita Indonesia, kebiasaan haidnya
adalah 9 atau 11 hari.
Bilangan haid yang paling banyak adalah 15 hari, dan bagi wanita yang
mengeluarkan cairan darah yang lebih dari 15 hari itu, maka dihitung dari hari ke-
16 hingga selesai dinamakan darah istihadloh.

3. Warna darah haid


a. Hitam, kebanyakan adalah darah yang pertama kali keluar
b. Merah
c. Abu-abu, merah kekuning- kuningan
d. Kuning tua
e. Kuning muda, merupakan darah yang terakhir keluar

4. Karakteristik darah
a. Kental dan berbau amis
b. Cair dan berbau amis
c. Kental dan tidak berbau amis
d. Cair dan tidak berbau amis
e. Berbentuk gumpalan gumpalan

10
5. Darah nifas

Merupakan darah yang keluar dari rahim seorang wanita setelah


melahirkan. Disamping itu darah nifas dihukumi sama seperti haid dalam
keharamanya dalam melaksanakan sesuatu. Hal ini dikarenakan nifas merupakan
kumpulan dari haid yang terpendam selama dia mengandung bayinya.

Darah nifas yang paling sedikit keluarnya adalah satu tetes darah,
sedangkan kebiasaanya adalah 40 hari. Adapun darah nifas yang paling banyak
adalah 60 hari. Dari hal ini dapat diketahui bahwa orang yang mengeluarkan
darah yang melebihi 60 hari maka kelebihan itu dihitung sebagai darah
istihadloh.

6. Darah Istihadloh

Merupakan darah yang keluar di luar kebiasaan, yaitu tidak pada masa haid
dan bukan pula karena melahirkan , dan umumnya darah ini keluar ketika sakit,
sehingga sering disebut darah penyakit. Darah istihadloh seorang wanita itu ibarat
penyakit beser bagi seorang laki-laki.

Wanita yang mengalami istihadhah ini dihukumi sama seperti wanita suci,
sehingga ia tetap harus shalat, puasa, dan diperbolehkan berhubungan intim.

7. Keharaman bagi wanita yang mengalami haid dan nifas

Seseorang yang sedang mengalami haid atau nifas diharamkan untuk


melakukan hal dan perbuatan sebagai berikut:

a. Melaksanakan shalat
b. Melaksanakan thowaf di ka’bah
c. Menyentuh, membawa, dan membaca al-qur’an yang tidak mempunyai
terjemahan
d. Melaksanakan I’tikaf di masjid
e. Bersetubuh

I. Istinja’
Artinya membersihkan kubul dan dubur sesudah buang air besar atau
kecil. Nabi bersabda:

“Apabila diantara kamu pergi untuk buang air (besar) maka pergilah dengan
membawa tiga batu untuk bersuci, sesungguhnya batu-batu itu mencukupi” (HR.
Abu Daud, Ahmad, Daruquthni dan Ibnu Majah)

11
Istinja’ (membersihkan kubbul-dubur sesudah buang air ) yang lebih baik
dengan batu kemudian diteruskan dengan air. Apabila keluar kotoran dari salah
satu dua jalan, wajib istinja’ dengan air atau dengan tiga buah batu, yang lebih
baik mula-mula dengan batu atau sebagainya kemudian diikuti dengan air.
(Sulaiman Rasjid, 1981:37)

Pelaksanaannya:

1. Dilakukan dengan tangan kiri.


2. Tidak dengan menghadap kiblat.
3. Menggunakan air.
4. Boleh dan mencukupi dengan menggunakan 3 buah batu atau sesuatu
yang lain. Pengertian 3 buah batu adalah tiga usapan, ini sudah
mencukupi tidak menggunakan tiga batu, sebab maksud istinja’ ini
adalah membersihkan kotoran atau najis.

J. Adab Buang Air.


Berikut merupakan adab untuk buang air baik besar maupun kecil:
1. Sunnah mendahulukan kaki kiri ketika masuk ke dalam kamar mandi,
mendahulukan kaki kanan ketika keluar dari kamar mandi.
2. Tidak berbicara selama ada di dalam kamar mandi.
3. Memakai alas kaki.
4. Hendaklah jauh dari orang sehingga bau kotoran tidak sampai kepadanya.
5. Tidak buang air di air yang tenang.
6. Tidak buang air di lubang lubang tanah.
7. Tidak buang air di tempat perhentian.

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Thaharah adalah mengerjakan sesuatu, yang mana ibadah shalat tidak akan
sah tanpa melaksanakan hal tersebut. Alat untuk bersesuci titu sendiri ada
beberapa macam diantaranya yaitu air, debu, batu, disamak. Melalui macam-
macam alat bersesuci itu sendiri maka telah dijelaskan oleh ulama
bahwasanya alat bersesuci air itu sendiri terbagi menjadi tiga bagian. Yaitu
air thahhir muthahhir (air mutlak), air thahhir ghairu muthahhir, dan air
mutanajjis. Namun di dalam kitab lain di jelaskan pula bahwa air itu terbagi
menjadi empat bagian yaitu air thahhir muthahhir, air thahhir ghairu
muthahhir, air mutanajjis, dan air musyammas.
Wudlu merupakan bagian dari pada thaharah. Dalam wudu’ ini memiliki
beberapa rukun diantara rukun-rukun berwudu’ yaitu :
1. Niat wudu’.
Yaitu berniat menunaikan kefarduan wudu’, menghilangkan hadas bagi orang
yang selalu hadas, niat thaharah dari hadas atau thaharah untuk menunaikan
semacam ibadah shalat.
2. Membasuh kulit muka.
Batasan bujur muka yaitu antara tempat-tempat tumbuh rambut kepala yang
wajar sampai bawah pertemuan dua rahang. Sedangkan batas lintang muka
sendiri yaitu antara dua telinga.
3. Membasuh dua tangan.
Yaitu dari telapak tangan sampai siku.
4. Mengusap sebagian kepala.
5. Membasuh kedua kaki.
6. Tertib.
Yaitu sebagaimana yang disebuykan di atas, yaitu mendahulukan basuhan
muka, kedua tangan, kepala, lalu kedua kaki.
Tayamum yaitu mengusap wajah dan kedua tangan dengan debu yang suci
atas bagian yang ditentukan sebagai pengganti dari wudu’.

13
rukun-rukun tayamum yaitu :
1. Berniat memperoleh kewenangan shalat fardu, secara bersamaan
memindahkan debu ke muka.mengusap wajah.
2. Mengusap wajah dengan debu.
3. Mengusap kedua tangan.
4. Tertib.
Mandi merupakan bagian dari pada thaharah.
Diantara sebab-sebab diwajibkannya mandi yaitu : haidh, nifas, wiladah
(melahirkan), meninggal dunia, bersetebuh dengan catatan sampai bertemunya
dua khitan, dan junub.
Sedangkan rukun-rukunnya mandi yaitu :
1. Niat
2. Menyampaikan air keseluruh bagian tubuh.

B. Saran
Setelah penulis mencoba sedikit menguraikan hal-hal yang berkaitan
dengan thaharah maka dengan itu penulis sangat berharap dengan adanya
makalah ini para pembaca yang budiman selalu diberikan hidayah oleh Allah
SWT. Karena pada dasarnya hidayah tidak akan pernah diberikan oleh Allah
SWT. Kepada hambnya jika hambanya tidak mau memiliki sifat kesadaran.
Melalui kesadaran itulah seseorang akan diberikan hidayah oleh Allah SWT.
Semoga para pembaca juga sadar akan pentingnya thaharah. Sehingga jika
umat islam sudah sadar akan pentingnya thaharah sudah barang tentu mereka
semua akan hidup sehat. Serta tidak asal-asalan dalam thaharah. Karena jika
penulis lihat di zaman ini masih banyak orang yang berwudu’ namun masih
belum benar cara mereka mengerjakannya. Masih ada yang berwudu’ seperti
capung mandi. Dalam artian dalam berwudu’ mereka asal bagian anggota
wudu’nya terkena air saja tanpa memperhatikan apakah wudu’nya sudah sah
atau belum menurut kaca mata islam.

14
DAFTAR PUSTAKA

Idris, Abdul Fatah, dan Abu Ahmadi. 2004. Fikih Islam Lengkap. Jakarta: PT. RINEKA CIPTA
Sulaiman. 2004. Fiqih Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Suparapto, Rohmat, dkk. 2016. Tuntunan Ibadah Praktis Program Mentoring Al-Islam
Kemuhammadiyahan. Semarang: Lembaga Studi Islam dan Kemuhammadiyahan
Unimus.

15

You might also like