You are on page 1of 30

MODEL PENGEMBANGAN RUMAH SAKIT DERRA ASSYFA

SEBAGAI RUMAH SAKIT KHUSUS KEBIDANAN DENGAN PELAYANAN


SUBSPESIALISTIK FERTILISASI

Manuskrip

Disusun Oleh :
MASAYU RUBIANTI
201

PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2018

1
MODEL OF DERRA ASSYFA HOSPITAL DEVELOPMENT AS A SPECIAL
HOSPITAL FOR OBSTETRICS WITH SUBSPECIALTY FERTILIZATION SERVICES

Masayu Rubianti,1 Suhendar Suleman,2 Toha Muhaimin,3 Suhendar Suleman, 4Armein Rowi 5
Magister Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta

ABSTRACT

Intoduction: Recently, the increase in population is linear compared to the number of


cases of infertility in productive couples, but not many hospitals have subspecialty services.
This study aims to obtain a model for the development of Derra Assyfa Hospital as a Special
Hospital for Midwifery with Fertilization Specialist Services, as well as targets, factors and
sub-factors that are prioritized.
Methode: This type of research is qualitative with the Analytical Hierarchy Process
(AHP) method. Participants who also acted as resource persons were 11 people selected based
on their expertise. There are three alternative models designed, namely the first class premium
model, the middle second class model and the friendly third class model.
Result: The research results obtained a choice of model 1 premium class. The priority
target is quality (weight = 0.727), and priority factors are Human Resources (weights 0.550
and 0.397). Seven main priority subfactors which are potential elements in supporting the
implementation of the development of Derra Assyifa Hospital as a Midwifery Hospital with
Subspecialistic Fertilization and an innovative and productive policy formulation, namely: (1)
recruitment and cooperation of domestic experts (weight = 0.183); (2) the form of a reliable
marketing team (weight = 0.151); (3) cooperation in transfer of technology (weight = 0.110);
(4) specialist programs that continue to grow (weight = 0.97); (5) education and service
cooperation (weight = 0.66); (6) build new high selling price premium facilities (weight =
0.65); and (7) superior service differentiation (weight = 0.063).
Suggestion: It was suggested to Derra Assyfa Hospital in Bogor Regency to conduct a
feasibility study from the aspect of funding capability, and to the Government to make policies
in the JKN program that guarantee fertility health services for productive couples who
experience infertility problems.

Keywords: Subspecialty Fertilization, Analytical Hierarchy Process


Reading Material: 15 Books + 15 Journals / Articles (2008 to 2018)

2
MODEL PENGEMBANGAN RUMAH SAKIT DERRA ASSYFA SEBAGAI
RUMAH SAKIT KHUSUS KEBIDANAN DENGAN PELAYANAN
SUBSPESIALISTIK FERTILISASI

Masayu Rubianti,1 Suhendar Suleman,2 Toha Muhaimin,3 Suhendar Suleman, 4Armein Rowi 5
Magister Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta

ABSTRAK

Pendahuluan : Dewasa ini peningkatan jumlah penduduk berbanding linier dengan banyaknya kasus
infertilitas pada pasangan produktif, namun tidak banyak rumah sakit yang memiliki subspesialistik
pelayanan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh model pengembangan Rumah Sakit
Derra Assyfa sebagai Rumah Sakit Khusus Kebidanan dengan Pelayanan Subspesialistik Fertilisasi,
serta diketahui sasaran, faktor dan subfaktor yang menjadi prioritas..

Metode : Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP).
Partisipan yang juga berperan sebagai narasumber sebanyak 11 orang yang dipilih berdasarkan
keahliannya. Terdapat tiga alternatif model yang dirancang, yaitu model 1 kelas premium, model 2
kelas menengah dan model 3 kelas bersahabat..

Hasil : Hasil penelitain diperoleh pilihan model 1 kelas premium. Diketahui sasaran prioritas adalah
mutu (bobot=0,727), dan faktor prioritas adalah Sumber Daya Manusia (bobot 0,550 dan 0,397). Tujuh
subfaktor prioritas utama yang merupakan elemen-elemen potensial dalam mendukung terlaksananya
pengembangan RS Derra Assyifa sebagai Rumah Sakit Kebidanan dengan Subspesialistik Fertilasasi
dan merupakan rumusan kebijakan inovatif dan produktif, yaitu: (1) rekrut dan kerjasama tenaga ahli
dalam negeri (bobot=0,183); (2) bentuk tim marketing yang handal (bobot=0,151); (3) kerjasama
transfer teknologi (bobot=0,110); (4) program spesialistik yang terus berkembang (bobot=0,97); (5)
kerjasama pendidikan dan pelayanan (bobot=0,66); (6) bangun baru fasilitas premium harga jual tinggi
(bobot=0,65); dan (7) differensiasi layanan unggulan (bobot=0,063).

Saran : Disarankan kepada RS Derra Assyfa Kabupaten Bogor agar melakukan studi kelayakan dari
aspek kemampuan pendanaan, dan kepada pihak Pemerintah agar membuat kebijakan dalam program
JKN yang memberikan jaminan pelayanan kesehatan fertilitilitas bagi pasangan produktif yang
mengalami gangguan infertilitas.

Kata Kunci : Subspesialistik Fertilisasi, Analytical Hierarchy Process


Bahan Bacaan : 15 Buku + 15 Jurnal/Artikel (Tahun 2008 s/d 2018)

3
A. Latar Belakang menikah selama 12 bulan, 40% disebabkan
Salah satu pelayanan rumah sakit yang infertilitas pada pria, 40% karena infertilitas
saat ini sedang menjadi perhatian adalah pada wanita, dan 10% dari pria dan wanita, 10%
pelayanan di bidang kebidanan. Ruang lingkup tidak diketahui penyebabnya. Pasangan usia
pelayanan kebidanan berkaitan dengan subur (PUS) yang menderita infertilitas
kehamilan, persalinan, nifas, ketidaksuburan sebanyak 524 (5,1%) PUS dari 10.205 PUS
reproduksi (infertilitas) pada pasangan usia (Prihedityo, 2016).
subur dan pelayanan lainnya. Akhir-akhir ini Infertilitas memberikan dampak bagi
pelayanan infertilitas menjadi sorotan karena pasangan suami-istri yang mengalaminya,
banyak kasus infertilitas yang dialami oleh selain menyebabkan masalah medis, juga
pasangan usia subur, namun tidak banyak berdampak pada masalah psikologis bahkan
rumah sakit memiliki spesialisasi pelayanan perekonomian. Secara garis besar, pasangan
tersebut. WHO mencatat ada 50-80 juta yang mengalami infertilitas akan menjalani
pasangan usia subur (PUS) mempunyai proses panjang, dimana proses ini dapat
problem infertilitas dan setiap tahunnya muncul menjadi beban fisik dan psikologis bagi
sekitar 2 juta pasangan infertilitas pasangan infertilitas (Koes, 2014)
(ketidakmampuan mengandung atau Sebagai sarana pelayanan kesehatan
menginduksi konsepsi) baru. WHO rumah sakit mempunyai kewajiban untuk
menyebutkan secara global angka kejadian melayani pasien dengan fasilitas yang lengkap
yang dialami wanita pada masa reproduksi di serta pelayanan yang cepat dan tepat. Untuk
negara Asia dan Amerika latin berada diantara mencapai hal tersebut manajemen rumah sakit
angka 8-12% wanita. harus dilaksanakan dengan benar (Rhesavani,
Banyaknya pasangan infertilitas di 2013). Pelayanan yang dimaksud meliputi
Indonesia dapat diperhitungkan dari banyaknya seluruh aspek, termasuk pelayanan kebidanan
wanita yang pernah kawin dan tidak dan anak. Mengingat laju pertumbuhan
mempunyai anak yang masih hidup. Dari 39,8 manusia Indonesia saat ini berada di kisaran
juta Pasangan Usia Subur (PUS) di Indonesia, 1,49%, yang artinya memiliki potensi
10-15% diantaranya dinyatakan infertilitas dan terjadinya ledakan penduduk atau bonus
diperkirakan 4-6 juta pasangan memerlukan demografi di tahun mendatang (Nuraini, 2017).
pengobatan infertilitas untuk mendapatkan Dengan jumlah total populasi sekitar
keturunan. Kejadian perempuan infertilitas di 257,9 juta penduduk, Indonesia adalah negara
Indonesia mencapai 15% pada usia 30-34 berpenduduk terpadat nomor empat di dunia.
tahun, meningkat 30% pada usia 35-39 tahun, Dua suku terbesar yang mendominasi jumlah
dan 55% pada usia 40-44 tahun. Hasil survei ini adalah Jawa (41% dari total populasi) dan
gagalnya kehamilan pada pasangan yang sudah suku Sunda (15% dari total populasi). Propinsi

1
paling padat adalah Jawa Barat (lebih dari 43 Berdasarkan data pada tabel 1.1
juta penduduk), sementara populasi paling menunjukan bahwa sejak tahun 2006 – 2012
lengang adalah propinsi Papua Barat di wilayah terjadi persentase angka kelahiran kasar
Indonesia Timur (dengan populasi hanya fluktuatif bahkan cenderung meningkat. Hal ini
sekitar 761,000 jiwa) (BPS, 2016). memerlukan pengawasan dalam mendukung
Berdasarkan profil kesehatan Propinsi keberhasilan program keluarga berencana (KB)
Jawa Barat, Total Fertility Rate (TFR) justru yang digaungkan pemerintah selama ini.
cenderung mengalami penurunan. Di tahun Pertumbuhan penduduk turut
2006-2009 mengalami penurunan yang cukup meningkatkan kebutuhan manusia terhadap
signifikan dari 2,18 dan meningkat kembali di pelayanan kesehatan khusus kebidanan, tidak
tahun 2012 menjadi 2,50. Total Fertility Rate hanya jumlah namun juga mutu pelayanannya.
(TFR) merupakan angka kesuburan total Kemaju,an zaman semakin meningkatkan
dengan penghitungan kelahiran yang ekspektasi masyarakat terhadap mutu
digunakan untuk menentukan kelahiran yang pelayanan, hal ini ada kaitannya dengan
telah terjadi pada anak yang telah ditentukan munculnya berbagai masalah kesehatan
dengan angka fertilitas total (Profil Dinkes (kebidanan) yang dihadapi masyarakat saat ini
Jawa Barat, 2012). atau beberapa waktu ke depan.
Tabel 1. Angka Kelahiran Kasar (Crude Death Penelitian Oktarina, dkk (2014) di
Rate) dan Angka Kesuburan Kasar (Total Palembang menyebutkan bahwa mayoritas
Fertility Rate) Propinsi Jawa Barat Tahun wanita infertilitas (61,3%) mengalami
2006-2010, 2012 infertilitas lebih dari tiga tahun. Berdasarkan
Angka Angka jenis infertilitas, sebanyak 79% merupakan
Kesuburan Kelahiran infertilitas primer. Endometriosis (25,6%) dan
Tahun Total Kasar mioma uteri (20,2%) merupakan jenis penyakit
(Total Fertility (Crude Birth penyerta yang paling banyak ditemukan pada
Rate) Rate) wanita infertilitas. Sedangkan penelitian Ika
2006 2,39 24,1 et.al (2017) mengemukakan bahwa faktor yang
2007 2,30 23,10 mempengaruhi terjadinya infertilitas pada

2008 2,20 21,09 wanita adalah usia >35 tahun (OR= 4.45; CI
95%= 1.27-15.54; p=0.019), wanita karir
2009 2,08 20,92
(OR=3.91; CI 95%= 1.14-13.38; p=0.043),
2010 2,18 21,90
tingkat stress (OR=3.89; CI 95%=1.04-14.46;
2012 2,50 25,00 p=0.046), indeks masa tubuh (OR=4.37; CI
Sumber: BPS Propinsi Jawa Barat, BKKBN 95%= 1.03-18.61; p=0,03).
Propinsi Jawa Barat, SDKI 2012

2
Penelitian Najakhatus Sa’adah & dengan standar dan atau kebutuhan (Azwar,
Windhu Purnomo (2016) tentang perilaku 2012).
beresiko pasangan infertilitas di Surabaya RS Derra Assyifa merupakan salah satu
mengemukakan bahwa sebagian besar rumah sakit tipe D berlokasi di Kabupaten
responden mengalami infertilitas primer Bogor. Rencananya ke depan rumah sakit ini
(77,1%), Responden melakukan perilaku akan mengembangkan pelayanan kebidanan
berisiko sebesar (39,8%) untuk kebiasaan dengan subspesialistik fertilisasi sebagai
merokok, mengkonsumsi alkohol (27,7%) dan produk unggulannya. Pengembangannya
obesitas (40,9%). ditargetkan pada 10-20 tahun ke depan. Namun,
Pelayanan kebidanan merupakan hingga saat ini belum dirumuskan rencana
bagian integral dari pelayanan kesehatan, yang pengembangannya dalam bentuk dokumen
diarahkan untuk mewujudkan kesejahteraan tertulis. Oleh karena itu, penulis tertarik
keluarga dalam rangka tercapainya keluarga melaksanakan penelitian guna menggambarkan
yang berkualitas. Layanan kebidanan ini kebutuhan pengadaan rumah sakit khusus
diberikan oleh bidan sesuai dengan unggulan yang dimaksud.
kewenangan yang diberikannya dengan Ide pengembangan RS Derra Assyifa
maksud meningkatkan kesehatan ibu dan anak sebagai Rumah Sakit Khusus Kebidanan
dalam rangka tercapainya keluarga berkualitas, Unggulan (RSKKU) bermula setelah peneliti
bahagia dan sejahtera. melakukan survei di berbagai tempat, terutama
Mutu pelayanan kesehatan sebenarnya di wilayah Bogor belum adanya klinik
menunjuk pada penampilan (performance) dari kebidanan khusus satu tempat (one stop
pelayanan kesehatan yang dikenal dengan service) yang diinginkan oleh konsumen.
keluaran (output) yaitu hasil akhir kegiatan dari Banyaknya keinginan konsumen yang
tindakan dokter dan tenaga profesi lainnya menginginkan klinik sebagai pusat rujukan
terhadap pasien, dalam arti perubahan derajat nasional, hasil dan lab penunjang yang canggih,
kesehatan dan kepuasan baik positif maupun mempunyai produk unggulan dan memiliki
sebaliknya. Sedangkan baik atau tidaknya konsep pelayanan yang berbeda dengan rumah
keluaran tersebut sangat dipengaruhi oleh sakit pada umumnya. Salah satu program
proses (process), masukan (input) dan unggulan yang akan dilakukan adalah
lingkungan (environment). Maka jelaslah pengembangan fasilitas pelayanan yang
bahwa baik atau tidaknya mutu pelayanan sebagian diperuntukan untuk melayani pasien
kesehatan sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur umum termasuk pengguna kartu BPJS.
tersebut, dan untuk menjamin baiknya mutu Selama ini Bogor dikenal sebagai
pelayanan kesehatan ketiga unsur harus daerah tujuan wisata karena kondisi alamnya
diupayakan sedemikian rupa agar sesuai yang masih asri, sejuk dan berbukit, hampir di

3
setiap akhir pekan dan hari libur wilayah Bogor fertilitas dilengkapi dengan TV, wifi, video dan
menjadi tempat yang sangat padat dikunjungi audio yang memadai.
wisatawan dari berbagai penjuru, tidak hanya
dari wilayah Jakarta, Bekasi, Tangerang dan B. Metode Penelitian
Depok, namun dari berbagai wilayah lain di Laporan yang dikemukakan oleh
Indonesia dan bahkan mancanegara. Kondisi ini Perkumpulan Fertilitasasi In Vitro Indonesia
kemudian dilihat sebagai peluang untuk (PERFITRI), bahwa populasi infertilitas terjadi
mengembangkan rumah sakit kebidanan pada 10 persen dari populasi usia reproduktif.
khusus fertilisasi yang nantinya tidak hanya Indonesia yang berpenduduk 257,9 juta
menyajikan pelayanan kesehatan bagi para jiwa memiliki penduduk usia reproduktif
pasien, tetapi juga ada pelayanan wisatanya. sebesar 75,7 juta jiwa, sehingga diperkirakan
Harapannya ide ini dapat menarik minat terdapat sekitar 7,5 juta penduduk usia
masyarakat dari berbagai penjuru negeri dan reproduktif yang mengalami infertilitas dan
mancanegara untuk mendapatkan pelayanan memerlukan pertolongan. Di Jawa Barat,
kebidanan “fertilitas” dalam nuansa yang populasi infertilitas diperkirakan sebesar 1,3
berbeda. Alam yang sejuk dan indah akan juta jiwa (Perfitri, 2017).
semakin membuat para pasien keluhan Kabupaten Bogor merupakan salah
infertilitas (pasangan usia subur) untuk satu wilayah penyangga ibukota yang tingkat
mendapatkan suasana yang berbeda, mobilitas masyarakatnya sangat bervariasi.
harapannya adalah proses reproduksi diantara Penduduk yang tinggal di wilayah ini berasal
pasangan usia subur tersebut akan lebih dari berbagai etnis dan budaya. Jumlah
bersemangat dalam menjalani terapi. penduduk di wilayah Kabupaten Bogor
Pendekatan terapi fertilitas tidak hanya dengan 5.715.009 jiwa. Sejak tahun 2015 hingga 2017
pendekatan kesehatan tetapi juga dengan jumlah penduduk di wilayah ini meningkat
pendekatan alam dan budaya “Sunda” yang dengan rata-rata laju pertumbuhan penduduk
sangat tenang dan menyejukkan. 2,34% (BPS Kabupaten Bogor, 2017).
Kondisi alam yang sejuk dan indah Memperhatikan pendapat Perfitri (2017),
diharapkan dapat membangkitkan gairah para dimana jumlah penduduk usia reproduktif di
pasangan usia subur selama menjalankan terapi indonesia diperkirakan 29%, maka di
di Bogor. Konsep rumah sakit akan dilengkapi Kabupaten Bogor diperkirakan terdapat
dengan berbagai fasilitas yang mendukung 1.657.353 jiwa penduduk usia reproduktif, , dan
proses fertilisasi, seperti taman, ruang baca, 10% nya yaitu 165.735 jiwa mengalami
ruang tunggu yang nyaman, paviliun, ruang infertilitas.
khusus yang dirancang untuk pasangan Menyimak data peningkatan jumlah
penduduk termasuk yang mengalami infertilitas

4
di Wilayah Kabupaten dan Kota Bogor yang Unggulan “Fertilitas” yang beroperasi di
cukup tinggi, hal ini linier dengan peningkatan Kabupaten Bogor, manakala tingkat kebutuhan
kebutuhan masyarakat terhadap fasilitas terhadap kehadirannya cukup tinggi.
pelayanan kesehatan khusus kebidanan, maka RS Derra Assyifa berencana
diperlukan pula rumah sakit yang mampu mengembangkan pelayanan kebidanan dengan
memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap subspesialistik fertilisasi sebagai produk
pelayanan kebidanan. Secara kuantitas unggulan dengan target pada 10-20 tahun ke
diharapkan rumah sakit dan fasilitas pelayanan depan. Hasil analisis peneliti terhadap kesiapan
kesehatan yang saat ini sudah ada di Kabupaten RS Derra Assyifa dalam menghadirkan RS
dan Kota Bogor dapat menjawab tingkat Khusus kebidanan di Bogor menggunakan
kebutuhan masyarakat. Namun yang perlu metode SWOT, dapat digambarkan sebagai
dipertanyakan adalah kesiapan rumah sakit berikut: 1). Kekuatan : lokasi yang strategis,
secara mutu, khususnya tentang pelayanan lahan untuk lokasi RS yang tersedia, adanya
kebidanan tentang kesuburan (fertilitas). dukungan pemegang saham, citra RS yang
Berdasarkan fenomena di atas maka sudah dikenal masyarakat; 2). Kelemahan :
perlu dihadirkannya rumah sakit khusus kesiapan SDM belum memadai, sarana dan
pelayanan kebidanan yang berkualitas dengan prasarana yang minim; 3). Peluang : belum ada
berbagai kenyamanan pelayanan yang RS khusus fertilisasi, adanya peningkatan
ditawarkan. Demi terwujudnya rumah sakit jumlah penduduk dan peningkatan jumlah
yang dimaksud maka diperlukan strategi dalam pasangan infertile, peningkatan taraf ekonomi
mengembangkan model rumah sakit khusus masyarakat; 4). Ancaman : regulasi yang sering
unggulan fertilitas yang mampu menjawab berubah dan perubahan pola konsumsi
kebutuhan masyarakat Kabupaten dan Kota masyarakat terhadap pelayanan jasa kesehatan.
Bogor dan wilayah sekitarnya. Pada hakekatnya Memperhatikan rencana RS Derra
rumah sakit yang baik adalah rumah sakit yang Assyifa tersebut dan hasil analisis SWOT,
mampu menyediakan mutu pelayanan terbaik sedangkan hingga saat ini belum dirumuskan
bagi konsumen. rencana pengembangannya dalam bentuk
Hasil survei peneliti pada bulan dokumen tertulis. Oleh karena itu diperlukan
Oktober-Desember 2017 tentang pelayanan suatu penelitian guna menggambarkan model
khusus kebidanan terutama di Kabupaten pengembangan rumah sakit khusus unggulan
Bogor, diperoleh jawaban bahwa Kabupaten yang dibutuhkan masyarakat khususnya yang
Bogor memerlukan hadirnya sebuah rumah berkaitan dengan pelayanan kebidanan
sakit khusus unggulan kebidanan yang dapat subspesialistik fertilisasi.
dijadikan sebagai pusat rujukan. Mengingat, Berdasarkan situasi ini maka, peneliti
belum ada Rumah Sakit Khusus Kebidanan tertarik melakukan penelitian guna

5
memperoleh model pengembangan rumah sakit Rumah Sakit Derra Assyifa Kabupaten
khusus unggulan di bidang kebidanan dengan Bogor diharapkan dapat membantu mengatasi
pelayanan subspesialistik fertilisasi di sebagian kebutuhan masyarakat khususnya
Kabupaten Bogor. masyarakat Bogor Barat dan sekitarnya.
Berkaitan dengan kasus-kasus kegawat
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan daruratan, rawat jalan, rawat inap, terutama
C.1. Gambaran RS Derra Assyifa kasus ibu-ibu (kebidanan dan penyakit
Riwayat Pendirian RS Derra Assyifa kandungan) dan pemeliharaan kesehatan pada
1. Dimulai tahun 2004 sebagai tempat praktek anak-anak dan dewasa.
dr umum RS Derra Assyifa terletak di Jalan
2. Pada tahun 2005 dikembangkan menjadi narogong , kabupaten Bogor, mudah dijangkau
Rumah Bersalin sebagai sarana pelayanan kesehatan dan
3. Tahun 2012 dikembangkan menjadi Klinik rujukan pasien untuk masyarakat Bogor Barat
Pratama Rawat Inap dengan luas lahan 5.205m2.
Sejak tanggal 5 November 2016 resmi RS Derra Assyifa diharapkan dapat
beroperasional sebagai RS Derra Assyifa tipe D. membantu pemerintah dalam memberikan
Visi Rumah Sakit Asysyifaa adalah pelayanan kesehatan , hal ini mengingat bahwa
“RUMAH SAKIT DERRA ASSYIFA menjadi untuk wilayah Bogor Barat saat ini baru ada 2
sarana pelayanan kesehatan yang bernuansa (dua) Rumah Sakit, dengan jumlah penduduk
agamis dan sarana mengabdi karyawan sebagai +/- 1,3 juta diperlukan +/- 1300 tempat tidur
sarana ibadah”. Visi ini akan menjadi visi RS pasein.
DERRA ASSYIFA. Visi tersebut dijabarkan Masyarakat yang menggunakan RS
dalam Misi sebagai berikut: Derra Assyifa sebagai tempat pelayanan
a. Memberikan pelayanan kesehatan dengan kesehatan adalah sebagai berikut:
ikhlas dan niat ibadah dan amanah a. Masyarakat / pasien umum
b. Mewujudkan pelayanan secara professional, b. Pasien perusahaan, Asuransi ( Inhealth, PT
penuh empati dengan pendekatan klinik / Antam Tbk, PT Asuransi Jiwa Tugu
dokter keluarga kepada masyarakat. Mandiri, BPJS
c. Melaksanakan pendekatan kekeluargaan RS Derra Assyifa merupakan salah satu
baik kepada pasien/ keluarganya maupun rumah sakit tipe D berlokasi di Kabupaten
kepada karyawa Bogor. Rencananya ke depan rumah sakit ini
Motto RS Derra Assyifa : akan mengembangkan pelayanan kebidanan
“Melayani dengan Ikhlas, Niat,Amanah dengan subspesialistik fertilisasi sebagai
Dan Bagian Dari Ibadah “ produk unggulannya. Pengembangannya
ditargetkan pada 10-30 tahun ke depan. Namun,

6
hingga saat ini belum dirumuskan rencana belum ada Rumah Sakit Khusus Kebidanan
pengembangannya dalam bentuk dokumen Unggulan “Fertilitas” yang beroperasi di
tertulis. Oleh karena itu, penulis tertarik Kabupaten Bogor, manakala tingkat kebutuhan
melaksanakan penelitian guna menggambarkan terhadap kehadirannya cukup tinggi. Hasil
kebutuhan pengadaan rumah sakit khusus wawancara dengan beberapa pasien diperoleh
unggulan yang dimaksud. informasi bahwa mereka menginginkan
Awalnya untuk menyusun struktur hadirnya rumah sakit yang bersifat one stop
hirarki penulis melakukan observasi, studi service dilengkapi dengan berbagai

literatur dan wawancara dengan kenyamanan dan teknologi canggih, seperti;


pendaftaran online, jemputan online, harga
manajemen RS Derra Assyifa. Dilaporkan
terjangkau dan konsep pelayanan yang lebih
oleh Perkumpulan Fertilitasasi In Vitro
humanis.
Indonesia (PERFITRI), bahwa populasi
Hasil wawancara dengan beberapa
infertilitas terjadi pada 10 persen dari
pasien lainnya juga diperoleh informasi bahwa
populasi usia reproduktif. Indonesia yang mereka menginginkan hadirnya rumah sakit
berpenduduk 257,9 juta jiwa memiliki yang dilengkapi teknologi canggih, harga
penduduk usia reproduktif sebesar 75,7 juta terjangkau dan konsep pelayanan yang lebih
jiwa, sehingga diperkirakan terdapat sekitar humanis.Berdasarkan situasi ini maka, peneliti
7,5 juta penduduk usia reproduktif yang tertarik melakukan penelitian guna
mengalami infertilitas dan memerlukan mengembangkan model pengembangan rumah

pertolongan. Di Jawa Barat, populasi sakit khusus unggulan di bidang kebidanan di


Kabupaten Bogor.
infertilitas diperkirakan sebesar 1,3 juta
Hasil analisis peneliti terhadap
jiwa (Perfitri, 2017). Jumlah penduduk di
kesiapan RS Derra Assyifa dalam
wilayah Kabupaten Bogor Tahun 2017
menghadirkan RS Khusus kebidanan di Bogor
sebanyak 5.715.009 dengan pertumbuhan
disamping tersedianya lokasi yang strategis
rata-rata setiap tahun 2,35% (BPS Kabupaten serta dukungan pemegang saham dan citra RS
Bogor, 2017). yang sudah dikenal masyarakat; dalam
Hasil survei peneliti pada bulan mencapai tujuan pengembangan RS Derra
Oktober-Desember 2017 tentang pelayanan Assyifa sebagai RS Kebidanan subspesialistik
khusus kebidanan di Kabupaten Bogor, fertilisasi, kondisi yang ada adalah adanya
diperoleh informasi bahwa Kabupaten Bogor peluang yang positif karena belum ada RS
memerlukan hadirnya sebuah rumah sakit khusus fertilisasi, peningkatan jumlah
khusus unggulan kebidanan yang dapat penduduk, peningkatan jumlah pasangan
dijadikan sebagai pusat rujukan. Mengingat, infertile, peningkatan taraf ekonomi

7
masyarakat kesiapan. Namun yang perlu 3. Rekrut Tenaga Penunjang Medis dan
menjadi perhatian adalah kesiapan SDM belum Mnajerial Baru
memadai, sarana dan prasarana yang 4. Training Tenaga Penunjang Medis dan
minim,serta kesiapan RS dalam memenuhi Manajerial yang Ada
regulasi yang sering berubah dan perubahan 5. Kerjasama Pendidikan dan Pelayana
pola konsumsi masyarakat terhadap pelayanan 6. Bentuk Tim Marketing Yang Handal
jasa kesehatan. B. Teknologi
Langkah selanjutnya dilakukan 1. Beli Teknologi Canggih Lengkap
dekomposisi masalah adalah langkah dimana 2. Beli Teknologi Canggih Sesuai Budaya
suatu tujuan (goal) yang telah ditetapkan 3. Beli Teknologi Bertahap
selanjutnya diuraikan secara sistematis ke 4. Kerjasama Transfer Teknologi
dalam struktur yang menyusun rangkaian 5. Program Spesialistik yang Terus
sistem hingga tujuan dapat dicapai secara Berkembang.
rasional. Setelah kriteria ditetapkan, C. Fasilitas
selanjutnya adalah menentukan alternatif atau 1. Bangun Baru Fasilitas Premium Harga
pilihan penyelesaian masalah. Jual Tinggi
Mengacu pada pertimbangan- 2. Menyediakan Fasilitas Harga Jual
pertimbangan yang telah diuraikan tersebut Menengah
maka penelitian ini difokuskan pada “Model 3. Menyediakan Fasilitas Untuk Peserta
Pengembangan RS Derra Assyifa Sebagai RS JKN Harga Jual Standar BPJS
Khusus Kebidanan Dengan Pelayanan 4. Differensiasi Layanan Unggulan.
Subspesialistik Fertilisasi”. Dalam rangka Dari Sasaran, kemudian secara hirarki
untuk mencapai tujuan maka ditentukan dijabarkan menjadi faktor dan sub faktor, hasil
sasaran. Sasaran dalam penelitian ini pada akhirnya diperoleh alternatif model sebagai
aspek “Mutu” dan “Peningkatan Revenue dan berikut :
Profit”. Dari masing-masing sasaran akan 1. Model 1: Rumah Sakit Kebidanan Unggulan
ditelaah pada tiga faktor yaitu “SDM, Fertilitas Kelas Premium.
Teknologi dan Fasilitas”. Masing-masing 2. Model 2: Rumah Sakit Kebidanan
faktor akan diperinci menjadi sub faktor seperti Unggulan Fertilitas Kelas Menengah.
berikut ini. 3. Model 3: Rumah Sakit Kebidanan
A. Sumber Daya Manusia : Unggulan Fertilitas Kelas JKN.
1. Rekrut dan Kerjasama Tenaga Ahli
Setelah diketahui langkah-langkah
Luar Negeri
yang akan dilakukan dalam proses hirarki yaitu
2. Rekrut dan Kerjasama Tenaga Ahli
merupakan pendekatan awal dalam mengambil
Dalam Negeri
keputusan. Dalam proses ini, pengambilan
8
keputusan mengadakan perbandingan Usia
Jenis Tingkat
Nama Jabatan (Thn
sederhana yang kemudian digunakan untuk Kelamin Pendidikan
)
pengembangan prioritas secara menyeluruh Partisipan 1 Wadir 36 Laki-laki Profesi
Medis dokter
untuk mengelompokkan alternatif-alternatif Partisipan 2 Sekertari 52 Perempu D4
s IBI an Kebidanan
tersebut. Setiap penilaian partisipan akan Kota
Bogor/Bi
disintesa penilaiannya dengan metode AHP dan
Partisipan 3 Direktur 54 Perempu S2 UI
yang menggunakan perangkat lunak Expert RS. an (MKM)
Choce 11. Adapun struktur hirarki dalam
Partisipan 4 Obgyn Laki-laki UGM
penelitian ini dapat digambarkan sebagai
berikut : Partisipan 5 Analis 47 Perempu AAk
an Dep.Kes.
RI
Bandung
tahun 1992
Partisipan 6 PJ 44 Perempu M. Kes
Program an
EMAS
(Expandi
ng
Maternal
dan
Neonatal
Suvival)
Puskesm
as
Partisipan 7 Bidan 28 Perempu S2
an Kespro/Bid
an
Gambar 1. Puskesmas
Struktur Hirarki Pengembangan RS Assyfa S2
Sebagai RS Khusus Unggulan Kebidanan Kesehatan
“Fertilitas” Reproduksi
UMJ
Jakata
Partisipan 8 Direktur 42 Laki-laki S1
C.2. Profil Partisipan sebagai Informan RSIA Kedokteran
Citra
Dalam penelitian ini peneliti Insani
Partisipan 9 Obgyn 40 Perempu SPOG
melakukan wawancara terhadap 11 pakar an
Partisipan Koordina 50 Perempu FK. Univ.
yang banyak mengetahui tentang kebidanan 10 tor Klinik an Udayana
Tk. I
dan fertilitas sebagai partisipan dan Partisipan Dinkes 46 Laki S2 UMJ
informan. Dengan mengambil 11 11 dan IDI Laki Jakarta
Kota
partisipan, maka uji triangulasi sebagai Bogor

syarat diperolehnya data yang valid telah


Hasil wawancara diperoleh informasi
terpenuhi. Adapun Profil Partisipan seperti dari para partisipan bahwa gagasan
pada Tabel berikut ini : pengembangan Rumah Sakit Khusus
Kebidanan dengan pelayanan subspesialistik
9
fertilisasi merupakan suatu terobosan yang sebaiknya menggunakan Cold money atau
sangat baik di wilayah Bogor ini, mengingat KSO. Usaha ini perlu ditunjang marketing yang
Bogor adalah daerah penyangga Ibu Kota kuat. Pengembangan rumah sakit ini menurut
Jakarta, dimana sebagian besar penduduknya partisipan harus berstandar tinggi, karena
banyak yang bekerja di DKI Jakarta dengan pasarnya menjadi kreatif. Sebaiknya diadakan
gaya kehidupan yang modern. di tingkat ekonomi B atau A disesuaikan
Pengembangan rumah sakit kebidanan dengan kompentensi SDM Namun jika
subspesialistik fertilisasi dapat menjawab bisa dibawah harga Jakarta dengan fasilitas
keinginan bagi pasangan suami istri yang sulit yang sama. Komentar partisipan
punya anak, yang merupakan solusi untuk pengembangan pelayanan kebidnan
punya anak. Menurut partisipan hal ini subspesialistik fertilisasi ini optimis tinggi asal
merupakan peluang yg cukup bila kita bersaing loyalti pasien diutamakan.
dengan pelayanan sejenis terutama dari segi Saat ini kebutuhan pelayanan fertilisasi
harga yang sangat tinggi. cenderung meningkat. Semakin banyak pasutri
Saat ini belum ada ahli atas pelayanan yg menikah diatas 5 tahun yang belum
infertilitas yg level advance, Oleh mempunyai keturunan.Untuk memperoleh
karenanya gagasan ini sangat baik, namun perlu keturunan banyak pasutri ke RS di Jakarta
di pertimbangkan lokasi dan akses karena karena di Bogor belum ada RS khusus fertilitas.
marketnya terutama yg berduit, mereka ingin Banyak pasutri menginginkan keturunan.
kenyamanan. Menurut partisipan 3 tidak menjadi masalah
Untuk investasi ini, tentunya sangat bagi masyarakat untuk teknologi fertilisasi
diperlukan SDM yang kompeten diimbangi (seperti bayi tabung) selama dari pasangan yg
dengan peralatan yang canggih. Partisipan sah/ menurut perkawinan. Menurut
mengusulkan bila memungkinkan pakai sistem partisipan 4, proses fertilisasi adalah baik dari
KSO/BOT. Namun perlu diperhatikan segi agama dengan proses bayi tabung selama
kelemahan: lokasi yang sulit diakses faktor dari pasangan suami istri yang sah. Kalau
kenyaman pendukung lainnya belum ada bukan dari pasangan suami istri dari segi agama
(infrastruktur) . Sedangkan kekuatannya adalah tentunya haram tidak diperbolehkan.
tekad yang merupakan kekuatan untuk Partisipan 5 juga mendukung gagasan ini dan
berkembang Sistem KSO/BOT sambil melihat berpendapat bahwa kota Bogor sangat
market dan meminilisasi resiko Lebih baik membutuhkan, supaya pasangan yang ingin
menggunakan tenaga yg sudah matang, agar punya anak tidak jauh-jauh ke kota lain seperti
bisa berjalan dahulu, sambil mendidik tenaga Jakarta. Menurutnya kalau dokternya ada
baru. KSO atau beli bertahap lebih baik. seperti di RS Pasutri tapi kualitas dan
Partisipan lainnya juga mengutarakan, kompetensi masih dipertanyakan. Partisipan 6

10
berpendapat bahwa pemenuhan layanan tenaga kesehatannya harus punya sertifikasi /
kesehatan fertilitas belum terpenuhi. Adanya berlisensi. Demikian juga bangunan gedung
gagasan ini menurut partisipan ditanggapi yang kokoh menarik dan multifunsi . Rumah
dengan positif dan setuju. sakit harus terakreditasi. Perlu dipikirkan juga
Kekuatan: Adanya SDM yang sarana harus bagus sekali. Menurut
bekualitas. Kelemahan: SDM yang tidak partisipan untuk kasus fertilisasi BPJS tidak
berkualitas. Menurut partisipan teknologi meng cover karena bukan penyakit sehingga
sebaiknya beli secara bertahap dan diperlukan tidak mengancam jiwa/tak berbahaya
kerjasama dengan kemitraan. Sebaiknya SDM dibanding dengan layanan pada orang sakit.
yang ada dilatih. Mereka berpendapat kalau Para partisipan berpendapat bahwa
SDM nya dari luar negeri tentu akan mahal, pengembangan rumah sakit spseialistik
Hal ini dimungkinkan kerja sama untuk alih fertilisasi sangat positif dan dan sangat bisa
teknologi. Diusulkan kerjasama kemitraan diterima dalam membantu Pasutri memperoleh
karena kemitraan biaya lebih ringan . keturunan. Karenanya dengan SDM yg tepat,
Dengan bisa mengatur kekuatan dan alat yg mendukung rumah sakit dapat
kelangsungan rumah sakit. Kalau beli langsung beroparesai dengan baik. Tarif diusulkan pada
dikuatirkan belum bisa menggunakan alatnya. level menengah namun sesuai
Perlu juga dibenahi yg ada untuk ditingkatkan pelayanan/tindakan yg diberikan dengan
biar menjadi sempurna memenuhi standard. pendekatan manusiawi.
Semua partisipan berpendapat bahwa RS Rekrut tenaga profesional, training
khusus "Fertilisasi” adalah peluang yang baik tenaga yg sudah ada, kerjasama dengan
karena di Bogor belum ada RS khusus. Namun berbagai mitra. Pendidikan berkelanjutan pada
menjadi ancaman kalau pasutrinya/pasangan tenaga yang sudah tersedia. Keberadaan rumah
yang berobat sedikit bisa bangkrut . Diuraikan sakit yang melayani fertilisasi sangat
oleh partisipan seperti RS Pasutri di tanah dibutuhkan, karena banyak pasangan yang
Sareal pelayanan cukup bagus tetapi tidak melakukan konsultasi keluar dari wilayah
mengkhususkan pada pelayanan infertilitas. Bogor karena belum semua RS di Bogor yang
Namun kelebihan RS Pasutri adalah dokternya memiliki pelayanan khusus fertilitas. Ancaman
ramah dan enak diajak konsultasi . adalah layanan fertilitas tidak masuk dalam
Kekurangan: belum ada alat-alat untuk bayi pengobatan JKN. Sehingga harus membayar
tabung,Hanya konsultasi. Sarana prasananya. cukup mahal.
Untuk pengembangan rumah sakit Bentuk dan inovasi rumah sakit fertilitas
fertilitas diperlukan tenaga ahlinya, tenaga dengan memperhatikan ruang dan kenyamanan
pendukung, manajemen dan sistem kelola , para pasien sehingga membuat suasana pada
marketing yang kuat, ijin operasional dan saat pengobatan dan konsultasi lebih nyaman.

11
Berbicara mengenai standar mutu pelayanan memperhatikan program spesialistik yang terus
harus lebih ditingkatkan karena ini merupakan berkembangan dan melakukan differensiasi
suatu standar yang akan menunjang pada saat unggulan. Sedangkan pilihan fasilitas adalah
pelayanan spesialistik menjadi lebih baik. yang premium harga jual tinggi, dengan sasaran
Untuk pelayanan umum dan kelas premium pada masyarakat pada segmen ekonomi kelas
memang segmen konsumen ini yang bisa atas. Terdapat satu partisipan yang berpendapat
mendapatkan pelayanan spesialistik. Tidak ada bahwa teknologi sebaiknya memperhatikan
penjaminan untuk pelayanan fertilisasi budaya. Partisipan 8 berpendapat bahwa yang
Mengenai harga pelayanan bisa dihitung perlu diperhatikan dalam mengembangkan
secara baik dan tepat waktu. Optimis harus rumah sakit adalah profit dan margin, kemudian
tinggi karena setiap pengembangan tetap faktor SDM, teknologi dan kualitas. Hasil
membutuhkan suatu profit. Animo pasar pada selengkapnya dari analisis hirarki dapat dilihat
area ini cenderung meningkat, banyak pasutri pada lampiran. Berdasarkan uji konsistensi,
yang mepunyai masalah. Perlu sekali untuk hanya partisipan yang memberikan jawaban
fasilitas ini pasutri ingin mempunyai anak dengan inkonsistensi di bawah 0,10 yang
langsung bukan adopsi. Para partisipan diikutsertakan dalam analisis.
menyambut positif; asal dari pasangan yang Dari 11 partisipan dalam penelitian ini ,
sah. Saat ini belum dijamin BPJS. Untuk termasuk peneliti sebagai fasilitator diperoleh
umum, peluang masih ada perlu di kaji hasil penelitian yang diuraikan berikut ini.
oleh penentu kebijakan. Menurut partisipan Pada Gambar 4.2 di bawah ini
harga bisa relatif cukup tinggi. sesuai dgn merupakan hasil analisis proses hirarki
teknologi yg digunakan. Dari hasil pengisian gabungan dari 11 partisipan menunjukkan
kuesioner dalam penentuan prioritas, diperoleh bahwa pengembangan RS Derra Assyfa sebagai
hasil sebagai berikut : rumah sakit khusus kebidanan dengan
Sebanyak 9 partisipan menyatakan yang subspesialistik fertilisasi, pada tahap awal yang
paling utama dalam pengembangan RS diperhatikan dalam pengembangan ini dengan
Kebidanan Sub Spesialistik Fertilisasi adalah pilihan sasaran utama adalah faktor Mutu
mutu yang dititik beratkan pada SDM. Dari dengan nilai bobot 0,727. Sedangkan sasaran
aspek SDM partisipan berpendapat bahwa peningkatan Revenue dan Profit mempunyai
rumah sakit sebaiknya melakukan rekrut dan bobot 0,273. Rasio inkonsistensi hasil
bekerjasama denga tenaga ahli dalam negeri. gabungan adalah 0.
Aspek SDM yang kedua adalah perlu dibentuk
Tim Marketing yang Andal. Untuk Teknologi
agar dilakukan dengan transfer teknologi dan
beli teknolog secara bertahap. Serta senantiasa

12
Hasil perhitungan AHP untuk faktor
SDM pada sasaran mutu, diperoleh faktor yang
paling utama adalah rekrut dan kerjasama
tenaga ahli dalam negeri dengan bobot 0,373.
Gambar 4.2. Prioritas kedua adalah bentuk Tim Marketing
Hasil AHP Gabungan pada Fokus Awal yang Handal dengan bobot 0,297. Sedangkan
pengembangan RS Derra Asiyfa sebagai Rumah prioritas ketiga adalah Kerjasama Pendidikan
Sakit Khusus Kebidanan dengan Pelayanan
dan Pelayanan, dengan bobot 0,120. Besarnya
subspesialistik Fertilisasi
inkonsistensi adalah 0,04. Hasil perhitungan ini
Hasil analisis selanjutnya untuk aspek
dapat dilihat pada Gambar 4.4.
mutu, yang paling utama diperhatikan adalah
Faktor teknologi pada sasaran mutu,
faktor sumber daya manusia dengan bobot
bobot yang tertinggi terdapat pada kerjasama
sebesar 0,550 (Gambar 4.3). Prioritas kedua
transfer teknologi, dengan bobot yang diperoleh
adalah faktor Teknologi, dengan bobot 0,293.
sebesar 0,323 dari lima sub faktor (Gambar
Sedangkan prioritas ketiga adalah faktor
4.5.). Prioritas kedua adalah Program
Fasilitas dengan bobot 0,157. Rasio
Spesialistik yang Terus Berkembang dengan
inkonsistensi adalah 0,00144.
bobot 0,259. Sedangkan prioritas ketiga
adalah beli teknologi bertahap.

Gambar 4.3.
Hasil AHP Gabungan Sasaran Mutu
Pengembangan RS Derra Assyifa sebagai Rumah
Sakit Khusus Kebidanan dengan Pelayanan Gambar 4.5.
Subspesialistik Fertilisasi Hasil AHP Gabungan Faktor Teknologi pada
Sasaran Mutu Pengembangan RS Derra Assyifa
sebagai Rumah Sakit Khusus Kebidanan dengan
Pelayanan Subspesialistik Fertilisasi

Gambar 4.4.
Hasil AHP Gabungan Faktor SDM pada Sasaran Gambar 4.6.
Mutu Pengembangan RS Assyifa sebagai Rumah Hasil AHP Gabungan Sasaran Mutu Pada Faktor
Sakit Khusus Kebidanan dengan Pelayanan Fasilitas Pengembangan
Subspesialistik Fertilisasi

13
RS Derra Assyifa sebagai Rumah Sakit Khusus Gambar 4.8. dibawah menunjukkan
Kebidanan dengan Pelayanan Subspesialistik
Fertilisasi
hasil AHP Gabungan faktor SDM pada
sasaran Peningkatan Revenue dan Profit
Hasil analisis proses hirarki gabungan yang menjadi prioritas utama adalah
pada sasaran mutu untuk faktor fasilitas seperti subfaktor Rekrut dan Kerjasama Tenaga
Gambar 4.6. di atas menunjukkan bahwa dari Ahli Dalam Negeri dengan nilai bobot
keempat faktor fasilitas yang mempunyai bobot
sebesar 0,343. Prioritas kedua adalah sub
tertinggi adalah bangun baru fasilitas premium
faktor Bentuk Tim Marketing yang Handal
dengan harga jual tinggi dengan bobot 0,437.
dengan bobot 0,322 dan prioritas ketiga
Prioritas kedua adalah Differensisasi Layanan
adalah Kerjasama Pendidikan dan
Unggulan dengan bobot 0,426. Sedangkan
prioritas ketiga adalah Menyediakan Fasilitas Pelayanan dengan Bobot 0,174. Rasio

Harga Jual Menengah dengan bobot 0,101. inkonsistensi gabungan 0,02.


Nilai inkonsistensi gabungan 0,09.

Gambar 4.7. Gambar 4.8.


Hasil AHP Gabungan Sasaran Peningkatan Hasil AHP Gabungan Faktor SDM pada Sasaran
Revenue dan Profit Pengembangan RS Assyfa
sebagai Rumah Sakit Khusus Kebidanan dengan Peningkatan Revenue dan Profit Pengembangan
Pelayanan Subspesialistik Fertilisasi RS Derra Assyifa sebagai Rumah Sakit Khusus
Kebidanan dengan Pelayanan subspesialistik
Gambar 4.7. menunjukkan bahwa Fertilisasi

prioritas utama pada Sasaran Peningkatan

Revenue dan Profit adalah faktor SDM,

dengan bobot 0,397. Prioritas kedua adalah

faktor Teknologi dengan bobot 0,363, dan

prioritas ketiga adalah faktor Fasilitas Gambar 4.9.


Hasil AHP Gabungan Sasaran
Peningkatan Revenue dan Profit Pada Faktor
dengan bobot 0,240. Rasio inkonsistensi Teknologi Pengembangan RS Derra Assyifa
sebagai Rumah Sakit Khusus Kebidanan dengan
0,00476. Pelayanan subspesialistik Fertilisasi

14
Pada Gambar 4.9 menunjukkan Rumah Sakit Pelayanan Subspesialistik
hasil AHP Gabungan faktor Teknologi pada Fertilisasi diarahkan pada kerangka model

Sasaran Peningkatan Revenue dan Profit dengan memperhatikan prioritas pada sasaran,
faktor dan subfaktor. Ringkasan hasil output
yang menjadi prioritas utama adalah
gabungan seperti pada Gambar 4.11. dan Tabel
Program Subspesialistik yang terus
4.2. Mengacu pada Gambar 4.1. dan Tabel 4.2.
Berkembang, dengan bobot 0,306.
tersebut diperoleh hasil melalui metode AHP,
Prioritas kedua adalah Kerjasama Transfer
bahwa pengembangan RS Derra Assyifa
Teknologi dengan bobot 0,291 dan prioritas menjadi RS Khusus Kebidanan Subspesialistik
ketiga adalah Beli Teknologi Bertahap Fertilitas prioritas utama pada sasaran adalah
dengan bobot 0,268. Rasio inkonsistensi mutu (bobot=0,727). Dari sasaran mutu
sebesar 0,02. diperoleh hasil bahwa yang menjadi prioritas
adalah Faktor SDM (bobot=0,550). Jika
memperhatikan variabel yang memperoleh
bobot lebih dari 0,25 pada masing-masing
subfaktor, maka dapat diuraikan sebagai
berikut.
Gambar 4.10. Subfaktor SDM dari sasaran mutu,
Hasil AHP Gabungan Faktor Fasilitas
pada Sasaran Peningkatan Revenue dan Profit
utamanya adalah Rekrut dan Kerjasama Tenaga
Pengembangan RS Derra Assyifa sebagai Rumah Ahli Dalam Negeri (bobot=0,373) didukung
Sakit Khusus Kebidanan dengan Pelayanan
subspesialistik Fertilisasi pembentukan Tim Marketing yang Handal

Hasil analisis Gabungan pada Faktor (bobot=0,297). Dari subfaktor teknologi pada

Fasilitas pada Sasaran Peningkatan Revenue sasaran mutu prioritas pada kerjasama transfer

dan Profit, yang menjadi prioritas utama adalah teknologi (bobot=0,323) bersama program

Bangun Baru Fasilitas Premium dengan Harga spesialistik yang terus berkembang

Jual Tinggi, bobot yang diperoleh sebesar (bobot=0,259). Dari subfaktor fasilitas pada

0,433. Prioritas kedua adalah Differensiasi sasaran mutu yang menjadi prioritas utama

Layanan Unggulan dengan bobot 0,422, dan adalah “bangun baru fasilitas premium harga

prioritas ketiga adalah Menyediakan Fasilitas jual tinggi” (bobot=0,437). Prioritas berikutnya

Harga Jual Menengah dengan bobot 0,107. adalah “differensiasi layanan unggulan”

Rasio inkonsistensi 0,07. (bobot=0,424).

Berdasarkan hasil sintesis penilaian


gabungan partisipan proses hirarki di atas,
dapat dikemukakan bahwa dalam
pengembangan RS Derra Assyifa sebagai
15
jual tinggi (bobot=0,433) dan differensiasi
layanan unggulan (bobot=0,422).
Dalam penelitian ini adalah untuk
memperoleh model :
1. RSK Kebidanan Unggulan “Fertilitas”
Kelas Premium;
2. RSK Kebidanan Unggulan “Fertilitas”
Kelas Menengah; dan
3. RSK Kebidanan Unggulan “Fertilitas”
Kelas Bersahabat.
Memperhatikan hasil yang diperoleh
dengan metode AHP, maka berdasarkan hasil
pada setiap jenjang hirarki dan sintesis total
Gambar 4.11. gabungan (Lampiran 4), dapat dikemukakan
Hasil AHP Berdasarkan Struktur Hirarki dan Nilai
bahwa rancangan model pengembangan RSK
Bobot Berdasarkan Sasaran Mutu dan Peningkatan
Kebidanan Unggulan “Fertilitas” sebagai
Revenue
berikut:

Hasil AHP pada faktor-faktor dari 1. Model 1 Kelas Premium :

sasaran peningkatan revenue dan profit, Model ini mengutamakan mutu

diperoleh prioritas utama adalah SDM tinggi, prioritas pada faktor SDM dengan

(bobot=0,397), kedua teknologi (bobot=0,363) melakukan rekrut dan kerjasama tenaga ahli

dan ketiga adalah fasilitas (bobot=0,240). dalam negeri, didukung tim marketing yang

Subfaktor pada faktor SDM dari sasaran handal. Pada Faktor Teknologi melalui

peningkatan revenue dan profit Rekrut dan program kerjasama transfer teknologi dan

Kerjasama Tenaga Ahli Dalam Negeri program spesialistik yang terus

(bobot=0,343) dan Bentuk Tim Marketing berkembang.Sedangkan pada aspek fasilitas

Yang Handal (bobot=0,322). sarana prasarana adalah bangun fasilitas

Pada faktor Teknologi, yang menjadi premium (mewah termasuk one stop

proritas utama adalah subfaktor program service) dan memperhatikan differensiasi

spesialistik yang terus berkembang layanan unggulan. Disamping sasaran

(bobot=0,306) dan kerjasama transfer teknologi mutu, dengan memperhatikan sasaran

(bobot =0,291). Sedangkan pada faktor peningkatan profit dan revenue maka harga

fasilitas, yang menjadi prioritas utama adalah yang ditawarkan kepada pelanggan

subfaktor bangun baru fasilitas premium harga (ekonomi menengah atas) adalah harga
tinggi.

16
2. Model 2 Kelas Menengah:
Model ini mengutamakan standar
mutu, prioritas pada faktor SDM dengan
melakukan rekrut dan kerjasama tenaga ahli
dalam negeri, didukung tim marketing yang
handal. Pada Faktor Teknologi melalui
program kerjasama transfer teknologi dan
program spesialistik yang terus
berkembang.Sedangkan pada aspek fasilitas
sarana prasarana adalah bangun fasilitas
menengah dengan memperhatikan Gambar 4.12
Hasil Sintesis Gabungan Pengembangan RS Derra
differensiasi unggulan. Disamping sasaran Assyfa Sebagai RS Khusus Kebidanan
Subspesialistik Fertilisasi dengan Sasaran Muti
mutu, dengan memperhatikan sasaran
peningkatan profit dan revenue maka harga
Gambar 4.12. di atas adalah hasil
yang ditawarkan kepada pelanggan umum
sintesis gabungan partisipan dengan sasaran
(ekonomi menengah ) adalah harga
mutu. Dengan memperhatikan 15 subfaktor
menengah.
dari faktor SDM, teknologi dan fasilitas,
3. Model 3 Kelas Bersahabat:
diketahui terdapat 8 subfaktor yang mempunyai
Model ini tetap memperhatikan
bobot > 0,05, yaitu :
standarisasi mutu pelayanan minimal, prioritas
1. Rekrut dan Kerjasama Tenaga Ahli Dalam
pada faktor SDM dengan melakukan kerjasama
Negeri (bobot 0,201);
pendidikan dan pelayanan, didukung tim
2. Bentuk Tim Marketing yang Handal (bobot
marketing yang handal. Pada Faktor Teknologi
= 0,160);
melalui program kerjasama transfer teknologi
3. Kerjasama Transfer Teknologi
.Sedangkan pada aspek fasilitas sarana
(bobot=0,107);
prasarana adalah memanfaatkan fasilitas yang
4. Program Spesialistik yang terus
ada namun tetap memperhatikan differensiasi
berkembang (bobot 0,086);
unggulan. Disamping sasaran mutu, dengan
5. Beli Teknologi Bertahap (bobot=0,082)
memperhatikan sasaran peningkatan revenue
6. Kerjasama Pendidikan dan Pelayanan
maka harga yang ditawarkan kepada pelanggan
(bobot=0,065);
ekonomi bawah.
7. Training Tenaga Penunjang Medis dan
Manajerial yang Ada (bobot=0,064); dan
8. Bangun Baru Fasilitas Premium Harga Jual
Tinggi (bobot=0,057)

17
Hasil sintesis pada sasaran Peningkatan
Revenue dan Profit, diperoleh 8 prioritas pada
sub faktor yang mempunyai bobot tertinggi >
0,05 secara berurutan, yaitu :
1. Rekrut dan Kerjasama Tenaga Ahli Dalam
Neger (bobot 0,137);
2. Bentuk Tim Marketing yang Handal (bobot
= 0,129);
3. Program Spesialistik yang terus Gambar 4.14.
Hasil Sintesis Gabungan dengan Fokus
berkembang (bobot 0,125); Pengembangan RS Derra Assyfa Sebagai RS
4. Kerjasama Transfer Teknologi Khusus Kebidanan Subspesialistik Fertilisasi

(bobot=0,119);
Memperhatikan hasil sintesis gabungan
5. Beli Teknologi Bertahap (bobot=0,109)
pada sasaran mutu dan sasaran peningkatan
6. Bangun Baru Fasilitas Premium Harga Jual
revenue dan profit, dan memperhatikan
Tinggi (bobot=0,083)
pembobotan pada hasil sintesis gabungan akhir
7. Differensiasi Layanan Unggulan
yaitu fokus “Pengembangan RS Derra Assyfa
(bobot=0,081); dan
sebagai RS Khusus Kebidanan Subspesialistik
Kerjasama Pendidikan dan Pelayanan
Fertilisasi” , maka model utama yang menjadi
(bobot=0,069).
prioritas untuk diterapkan adalah Model 1 : “
Kelas Premium”, mengacu pada hasil total
sintesis gabungan (Gambar 4.14) dengan
mengutamakan sasaran mutu pada faktor SDM,
subfaktor priritas adalah rekrut dan kerjasama
tenaga ahli dalam negeri (bobot=0,183), bentuk
tim marketing yang handal (bobot=0,151), dan
kerjasama pendidikan dan pelayanan ( bobot =
Gambar 4.13.
Hasil Sintesis Gabungan Pengembangan RS Derra 0,066). Pada sasaran meningkatkan revenue
Assyfa Sebagai RS Khusus Kebidanan
dan profit , mengutamakan sasaran teknologi
Subspesialistik Fertilisasi dengan
Sasaran Peningkatan Revenue dan Profit dan fasilitas, dengan subfaktor prioritas adalah
kerjasama transfer teknologi (bobot = 110),
program spesialistik yang terus berkembang
(bobot = 0,097); beli teknologi bertahap
(bobot=0,090); bangun baru fasilitas premium
harga jual tinggi (bobot = 0,065); dan
differensiasi layanan unggulan (bobot = 0,063).
18
C.3. Keterbatasan Penelitian Derra Assyifa, dalam penelitian ini telah
1. Kemungkinan terjadi bias dalam penelitian dimasukkan tools manajemen yaitu untuk
ini mengingat subyektifitas partisipan dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan
memberikan penilaian. manajemen, diperlukan alat-alat sarana (tools).
2. Dalam penelitian ini hanya dibatasi pada Tools merupakan syarat suatu usaha untuk
faktor SDM, teknologi dan fasilitas. mencapai hasil yang ditetapkan. Menurut
3. Penelitian ini belum memperhitungkan Harrington Emerson dalam Phiffner John F.
faktor studi kelayakan berdasarkan daya dan Presthus Robert V. (1960) yang dikutip dari
dukung finansial untuk pengembangan http://www.indonesian-publichealth.com
bisnis baru. (2013), tools tersebut adalah 6 M, yaitu men,
money, materials, machines, method, dan
C.4. Pembahasan markets.
Penelitian ini dilaksanakana dengan Mengutip pendapat Marimin (2004),
fokus model pengembangan RS Derra Assyfa dekomposisi masalah adalah langkah dimana
sebagai RS Khusus Kebidanan dengan suatu tujuan (goal) yang telah ditetapkan
Subspesialistik Fertilisasi. Sejalan dengan selanjutnya diuraikan secara sistematis ke
pendapat Dirgantoro (2009), dalam upaya dalam struktur yang menyusun rangkaian
melakukan pengembangan usaha rumah sakit, sistem hingga tujuan dapat dicapai secara
maka beberapa aspek strategi yang diperlukan rasional. Suatu tujuan yang utuh,
rumah sakit adalah pengembangan pasar, didekomposisi (dipecahkan) ke dalam unsur
pengembangan produk, dan strategi inovasi. penyusunnya. Dalam proses ini, pengambilan
Sedangkan model dalam penelitian ini adalah keputusan dengan melakukan perbandingan
sebagaimana pendapat Achmad (2008), yaitu berpasangan (pairwise) tingkat hirarki yang
representasi dari suatu ide dalam bentuk yang sama yang kemudian digunakan untuk
disederhanakan dari kondisi yang ada. Model pengembangan prioritas secara menyeluruh
pengembangan yang disusun berisi informasi- untuk mengelompokkan alternatif-alternatif
informasi yang dianggap penting untuk tersebut. Namun sebagaimana pendapat Saaty
ditelaah. Model pengembangan RS Derra dan Vargas (2009) bahwa AHP memungkinkan
Assyfa merupakan rencana, representasi, atau terjadinya inkosistensi dalam keputusan serta
deskripsi yang menjelaskan konsep memberikan suatu cara untuk meningkatkan
idealisasinya. konsistensi, oleh karenanya dalam penelitian ini
Dalam perumusan goals (tujuan), hanya penilaian yang rasio inkonsistensinya di
sasaran dan faktor yang menjadi penelitian bawah 0,1 yang disertakan dalam proses AHP
melalui metode AHP, melalui observasi, studi selanjutnya hingga diperoleh sintesis gabungan.
dokumen dan diskusi dengan manajemen RS Penilaian/pembobotan untuk membandingkan

19
elemen-elemen. Selanjutnya dilakukan perbandingan dan dinyatakan preferensinya,
penyusunan matriks dan uji konsistensi. dimana preferensi itu harus memenuhi syarat
Kemudian proses AHP dalam penelitian ini resiprokal, seperti contoh jika faktor SDM lebih
dilakukan penetapan prioritas pada masing- disukai dari faktor teknologi dengan skala 5,
masing hierarki, yang akan diperoleh sintesis maka teknologi lebih disukai dari SDM dengan
dari prioritas dan pada akhirnya dilakukan skala 1/5. Kedua, dipenuhinya aksioma
pengambilan/penetapan keputusan. Penelitian homogenitas (Homogenity), dalam melakukan
ini dilakukan dengan mengacu pada pendapat berbagai perbandingan, konsep ukuran yang
Saaty (1993, dan Marimin 2004), dalam diperbandingkan haruslah jelas. Artinya,
penyusunan hierarki kedua dibuat kriteria- preferensi partisipan dapat dinyatakan dalam
kriteria yaitu mutu dan peningkatan pendapatan skala terbatas atau elemen-elemennya dapat
dan revenue. Kemudian pada hirarki ketiga diperbandingkan satu sama lain. Aksioma
dibuat faktor dengan subfaktor apa saja yang ketiga adalah ketergantungan (Independence):
harus dipenuhi oleh semua alternatif terdapat keterkaitan antara level, walaupun
(penyelesaian) agar layak untuk menjadi dapat terjadi hubungan tak sempurna. Artinya,
pilihan yang paling ideal dan Hierarki keempat preferensi dinyatakan dengan mengasumsikan
adalah alternatif atau model pilihan bahwa kriteria tidak dipengaruhi oleh alternatif-
penyelesaian dalam memberikan solusi alternatif yang ada melainkan oleh obyektif
pengembangan RS Derra Assyifa sebagai RS secara keseluruhan. Atau perbandingan antara
Khusus Kebidanan subspesialistik Fertilisasi. elemen-elemen dalam satu level
Dalam hal ini penetapan hierarki berdasarkan tergantung/dipengaruhi elemen-elemen di
berbagai masukan dan studi sebelumnya yang atasnya. Aksioma keempat ekspektasi
sangat bergantung bagaimana dapat diperoleh (expectations): dalam proses AHP adalah
solusi atas persoalan yang dihadapi. Dalam ekspektasi dan persepsi dari partisipan. Dalam
pengambilan data, digunakan kuisioner, kaitan ini penilaian yang irasional dapat
prosedur perbandingan berganda dilakukan diterima, asalkan konsisten. Selanjutnya ada 3
dengan menggunakan kuisioner berupa matriks prinsip dasar dalam melakukan analisis dengan
atau semantik diferensial. AHP, yaitu menyusun hirarki, meneteapkan
Sependapat dengan pencetus teori AHP prioritas dan konsistensi logis.
(Saaty, 1993) maka dalam penelitian ini telah Hasil AHP Gabungan pada Fokus Awal
dipenuhinya 4 aksioma sehingga analisis AHP pengembangan RS Derra Assyifa sebagai
dapat dilakukan dengan baik, yakni: aksioma Rumah Sakit Khusus Kebidanan dengan
Resiprokal (Reciprocal Comparison): matriks Pelayanan subspesialistik Fertilisasi dengan
perbandingan berpasangan yang terbentuk membuat perbandingan berpasangan antara
bersifat kebalikan. Artinya harus bisa dibuat

20
sasaran mutu dan sasaran peningkatan revenue menjadi prioritas utama adalah “bangun baru
dan profit. fasilitas premium harga jual tinggi”
Dengan memperhatikan besarnya hasil (bobot=0,437). Prioritas berikutnya adalah
pembobotan yang dominan yaitu 0,727, maka “differensiasi layanan unggulan”
diperoleh hasil AHP dalam penelitian ini (bobot=0,424).
sasaran prioritas utama adalah mutu dengan Akhir-akhir ini, dunia kesehatan
bobot yang lebih tinggi dari meningkatkan banyak melahirkan terobosan baru sebagai
revenue dan profit. Sejalan dengan pendapat upaya peningkatan penyembuhan terhadap
Tjiptono (2005) mutu suatu jasa seperti ragam penyakit dan pelayanan kesehatan bagi
pelayanan kesehatan khususnya subspesialistis masyarakat. Penerapan teknologi canggih
fertilitas, merupakan tingkat keunggulan yang dilakukan agar pasien bisa ditangani dengan
diharapkan dan pengendalian atas tingkat tepat dan cepat. Melalui teknologi di bidang
keunggulan tersebut untuk memenuhi kesehatan khsususnya masalah fertilitas akan
keinginan pelanggan. Mutu pelayanan berpusat mampu menjawah harapan pasien dan
pada upaya pemenuhan kebutuhan dan membuat para pasien nyaman dan tidak
keinganan serta ketepatan penyampaiannya khawatir. Dengan memberikan fasilitas yang
untuk mengimbangi harapan pelanggan. terbaik sesuai dengan kelasnya, maka rumah
Seiring dengan pendapat Amalia (2017) sakit mempunyai kemampuan berkompetisi
bahwa pengembangan SDM merupakan usaha tidak hanya di Indonesia bahkan di luar negeri
yang dilakukan untuk membentuk personal seperti halnya negara tetangga Malaysia dan
yang berkualitas dengan memiliki Singapura, yang menurut data BPPK
keterampilan, kemampuan kerja, dan loyalitas (2012) ada sejumlah 4,2 triliun rupiah yang
kerja kepada suatu perusahaan ataupun mengalir dari Indonesia ke Malaysia hanya
organisasi. SDM yang berkualitas akan untuk biaya berobat.
membantu perusahaan untuk lebih berkembang Dari hasil penelitian melalui proses AHP
dan mencapai tujuan perusahaan. Subfaktor pada sasaran meningkatkan revenue dan profit
SDM dari sasaran mutu, utamanya adalah diperoleh prioritas utama adalah SDM
Rekrut dan Kerjasama Tenaga Ahli Dalam (bobot=0,397), kedua teknologi (bobot=0,363)
Negeri (bobot=0,373) didukung pembentukan dan ketiga adalah fasilitas (bobot=0,240).
Tim Marketing yang Handal (bobot=0,297). Subfaktor pada faktor SDM dari sasaran
Dari subfaktor teknologi pada sasaran mutu peningkatan revenue dan profit Rekrut dan
prioritas pada kerjasama transfer teknologi Kerjasama Tenaga Ahli Dalam Negeri
(bobot=0,323) bersama program spesialistik (bobot=0,343) dan Bentuk Tim Marketing
yang terus berkembang (bobot=0,259). Dari Yang Handal (bobot=0,322). Pada faktor
subfaktor fasilitas pada sasaran mutu yang Teknologi, yang menjadi proritas utama adalah

21
subfaktor program spesialistik yang terus sistem dan memungkinkan RS Derra Assyifa
berkembang (bobot=0,306) dan kerjasama memilih alternatif terbaik berdasarkan tujuan-
transfer teknologi (bobot =0,291). Sedangkan tujuannya Oleh karenanya dengan
pada faktor fasilitas, yang menjadi prioritas memperhatikan pendapat pendapat kedua ahli
utama adalah subfaktor bangun baru fasilitas di atas dengan memperhatikan faktor-faktor
premium harga jual tinggi (bobot=0,433) dan yang memberikan dukungan dengan bobot
differensiasi layanan unggulan (bobot=0,422). terbesar, maka dalam model pengembangan RS
Hasil sintesis gabungan memberikan Derra Assyifa sebagai Rumah Sakit Kebidanan
masukan model pengembangan RS Asiyfa Subspesialistik Fertilisasi dapat dikemukakan
sebagai Rumah Sakit Kebidanan bahwa prioritas yang perlu diperhatikan dalam
Subspesialistik Fertilisasi dengan investasi ini.
memperhatikan prioritas pada tujuh aspek Sejalan dengan pendapat Amir (2011)
(bobot > 0,05), yaitu perumusan manajemen strategi Rumah Sakit
1. Rekrut dan kerjasama tenaga ahli dalam bisa meliputi pengembangan sasaran jangka
negeri (bobot=0,183) panjang, menimbang alternatif lain dan
2. Bentuk Tim Marketing yang handal memilih strategi khusus yang akan diterapkan
(bobot=0,151) pada kasus kasus tertentu . Pengembangan
3. Kerjasama Transfer Teknologi pelayanan RSK Kebidanan adalah bagian
(bobot=0,110) integral dari pelayanan kesehatan, yang

4. Program spesialistik yang terus diarahkan untuk mewujudkan kesehatan

berkembang (bobot=0,97), keluarga dalam rangka tercapainya keluarga

5. Kerjasama pendidikan dan pelayanan yang berkualitas sebagaimana pendapat Koes

(bobot=0,66) (2014). Pelayanan kebidanan merupakan


layanan dengan maksud meningkatkan
6. Bangun baru fasilitas premium harga jual
kesehatan ibu dan anak dalam rangka
tinggi (bobot=0,65)
tercapainya keluarga yang berkualiatas,
7. Differensiasi layanan unggulan
bahagia dan sejahtera.
(bobot=0,063).
Mengutip pendapat Ayu (2016), bahwa
Sasaran SDM merupakan suatu proses
memiliki anak penting bagi semua masyarakat
merubah SDM yang dimiliki organisasi, dari
di dunia dan perkawinan merupakan salah satu
suatu keadaan ke keadaan yang lain yang lebih
sarana untuk mendapat keturunan, dengan
baik.
adanya keturunan diharapkan dapat
Mengacu pada pendapat Saaty (1993)
membangun keluarga yang aman, damai,
dan Marimin (2004), bahwa metode AHP
sejahtera dan bahagia sehingga pertumbuhan
bersifat fleksibel dan dapat mempertimbangkan
dan perkembangan anak sebagai generasi
prioritas-prioritas relative berbagai faktor
22
penerus dengan kualitas sumber daya manusia Fertilitas, harus mempunyai nilai kompetetitif
dapat diandalkan. Secara global dapat dan unggul serta mampu melampau kinerja
disimpulkan penyebab terjadinya infertilitas beberapa rumah sakit seperti dengan
diakibatkan dari faktor laki-laki sekitar 30% memperhatikan kekuatan dan kelemahan
meliputi kelainan pengeluaran sperma, pesaing, seperi halnya Klinik Anggrek RS Asri
penyempitan saluran mani karena infeksi Jakarta- Pusat Fertilisasi. Alamat : Jl. Duren
bawaan, faktor immunologik/antibodi, Tiga Raya No.20 Jakarta Selatan. Rumah sakit
antisperma, serta faktor gizi dan gangguan dari ini memliki kekuatan seperti: terletak di Ibukota
perempuan 30% yang mempunyai masalah sehingga mudah diakses, memiliki pengalaman
pada vagina, serviks, uterus, kelainan pada sebagai pusat fertilisasi lebih dari 10 tahun.,
tuba, ovarium dan pada peritoneum, gangguan memiliki dokter yang andal, sudah dikenal oleh
dari keduanya 30% dan yang tidak diketahui banyak masyarakat, memiliki keunggulan bayi
sekitar 10% . sementara menurut Koes (2014) tabung. Sedangkan kelemahannya adalah
Infertilitas memberikan dampak bagi pasangan biaya pelayanan yang tinggi, tidak melayani
suami-istri yang mengalaminya, selain pasien BPJS , fasilitas parkir sempit, tidak
menyebabkan masalah medis, juga berdampak memiliki pelayanan penginapan bagi pasien
pada masalah psikologis bahkan perekonomian. yang dilengkapi dengan desain khusus
Secara garis besar, pasangan yang mengalami pasangan usia subur, tidak memiliki taman di
infertilitas akan menjalani proses panjang, rumah sakit, Wilayah perkotaan identik dengan
dimana proses ini dapat menjadi beban fisik dan daerah macet dan hiruk pikuknya, tidak
psikologis bagi pasangan infertilitas. menawarkan aspek wisata alam. Kelemahan
Memperhatikan kondisi tersebut, maka kelemahan klinik Anggrek RS Asri Jakarta
merupakan suatu keputusan yang positif bahwa dapat menjadikan kekuatan bagi model
RS Derra Assyifa dapat dikembangkan menjadi pengembangan RS Assyfa sebagai rumah sakit
RSK Kebidanan Unggulan dengan kebidanan subspesialistik kebidanan.
Subspesialistik Fertilitas. Upaya RS Derra Assyifa membuka
Operasional RS Derra Assyifa selama ini layanan khusus kebidanan subspesialistik
mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan fertilisasi untuk kelas menengah dan kelas
(Permenkes) Nomor 340 Tahun 2010 tentang bersahabat, dengan standar pelayanan minimal
Klasifikasi Rumah Sakit, yang kemudian yang mengacu pada Surat Keputusan Menteri
dilengkapi dengan Permenkes Nomor 56 Tahun Kesehatan Republik Indonesia Nomor 129
2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan
Sakit dengan memperhatikan pada persyaratan Minimal Rumah Sakit. Tujuan
RS Khusus Obgyn. Pengembangan RSK mengembangkan RS Kebidanan Unggulan
Kebidanan Unggulan dengan subspesialistik Subspesialistik Fertilitas, dengan

23
memperhatikan bahwa saat ini negara Pemerintah Indonesia melalui peraturan JKN
Indonesia sudah mengambil langkah signifikan dan BPJS Kesehatan, dengan memperhatikan
dengan tujuan membangun kualitas hidup kesehatan reproduksi dan memberikan solusi
masyarakat Indonesia utamanya di bidang bagi pasangan yang mengalami infertilitas
kesehatan melalui Jaminan Kesehatan melalui layanan fertilisasi. Dalam hal ini RS
Nasional yang merupakan integrasi dari Derra Assyifa telah mempersiapkan dengan
berbagai bentuk jaminan kesehatan yang telah rancangan model “Kelas Bersahabat”.
diterapkan sebelumnya. Berdasarkan data BPJS
Kesehatan 1 April 2018, ada 165 juta jiwa atau D. Kesimpulan
75% dari jumlah penduduk Indonesia sudah Berdasarkan hasil dan pembahasan
menjadi peserta JKN. Sementara target dalam penelitian ini maka dapat ditarik
Pemerintah pada Januari 2019 sekitar 95% atau kesimpulan dalam pengembangan Rumah Sakit
257,5 juta jiwa penduduk Indonesia sudah Derra Assyifa sebagai Rumah Sakit Khusus
menjadi peserta JKN (Utami, 2018). Mengutip Kebidanan dengan Pelayanan Subspesialistik
penjelasan Prihedityo (2016) bahwa banyaknya Fertilisasi sebagai unggulan di wilayah
pasangan infertilitas di Indonesia dapat Kabupaten Bogor.sebagai berikut:
diperhitungkan dari banyaknya wanita yang 1. Dari hasil sintesis dan pembobotan pada
pernah kawin dan tidak mempunyai anak yang AHP, diperoleh pilihan model
masih hidup. Dari 39,8 juta Pasangan Usia pengembangan Rumah Sakit Derra Assyifa
Subur (PUS) di Indonesia, 10-15% diantaranya sebagai Rumah Sakit Khusus Kebidanan
dinyatakan infertilitas dan diperkirakan 4-6 juta dengan Pelayanan Subspesialistik Fertilisasi
pasangan memerlukan pengobatan infertilitas di Kabupaten Bogor yaitu “Model 1 Kelas
untuk mendapatkan keturunan. Kejadian Premium” dengan prioritas utama sasaran
perempuan infertilitas di Indonesia mencapai mutu pada faktor SDM yang meliputi
15% pada usia 30-34 tahun, meningkat 30% subfaktor rekrut dan kerjasama tenaga ahli
pada usia 35-39 tahun, dan 55% pada usia 40- dalam negeri dan bentuk tim marketing yang
44 tahun. Hasil survei gagalnya kehamilan pada handal. Sebagai pendukung adalah sasaran
pasangan yang sudah menikah selama 12 bulan, meningkatkan revenue dan profit pada
40% disebabkan infertilitas pada pria, 40% faktor teknologi dan fasilitas, dengan
karena infertilitas pada wanita, dan 10% dari subfaktor prioritas kerjasama transfer
pria dan wanita, 10% tidak diketahui teknologi ; program spesialistik yang terus
penyebabnya. Pasangan usia subur (PUS) yang berkembang; beli teknologi bertahap ;
menderita infertilitas sebanyak 524 (5,1%) PUS bangun baru fasilitas premium harga jual
dari 10.205 PUS (Prihedityo, 2016). Oleh tinggi; dan differensiasi layanan unggulan.
karenanya sangat diharapkan adanya kebijakan

24
2. Prioritas utama model pengembangan RS 3). Faktor Fasilitas (bobot : 0,157 dan
Derra Assyifa menjadi Rumah Sakit Khusus 0,240) :
Kebidanan Subspesialistik Fertilisasi adalah a. Subfaktor Bangun Baru Fasilitas
sasaran mutu dengan bobot 0,727, Premium harga jual tinggi (bobot
sedangkan prioritas kedua adalah sasaran = 0,437 dan 0,433);
peningkatan revenue dan profit dengan b. Subfaktor Diferensiasi Layanan
bobot 0,273. Unggulan (bobot = 0,424 dan
3. Berdasarkan urutan prioritas dari hasil 0,422).
sintesis AHP, diketahui faktor yang menjadi
5. Berdasarkan hasil sintesis AHP gabungan
prioritas pertama adalah Sumber Daya
total dalam penelitian ini diperoleh tujuh
Manusia (bobot= 0,550 dan 0,397);
prioritas utama yang merupakan elemen-
prioritas kedua adalah faktor teknologi
elemen potensial yang mendukung
(bobot=0,293 dan 0,363); dan prioritas
terlaksananya pengembangan RS Derra
ketiga adalah faktor fasilitas (bobot = 0,157
Assyifa sebagai Rumah Sakit Kebidanan
dan 0,240).
dengan Subspesialistik Fertilasasi dan
4. Sub faktor yang menjadi prioritas utama
merupakan rumusan kebijakan inovatif
pada faktor-faktor :
dan produktif, yaitu :
1). Faktor Sumber Daya Manusia (bobot
a. Rekrut dan kerjasama tenaga ahli
0,550 dan 0,397) adalah :
dalam negeri (bobot=0,183)
a. Subfaktor Rekrut dan Kerjasama
b. Bentuk Tim Marketing yang handal
Tenaga Ahli Dalam Negeri (bobot
(bobot=0,151)
= 0,373 dan 0,343);
c. Kerjasama Transfer Teknologi
b. Subfaktor bentuk Tim Marketing (bobot=0,110)
Yang Handal (bobot = 0,297 dan d. Program spesialistik yang terus
0,322). berkembang (bobot=0,97),
2). Faktor Teknologi (bobot = 0,293 dan e. Kerjasama pendidikan dan pelayanan
0,363) : (bobot=0,66)
a. Subfaktor Kerjasama Transfer f. Bangun baru fasilitas premium harga
Teknologi (bobot= 0,323 dan jual tinggi (bobot=0,65)
0,291); g. Differensiasi layanan unggulan
b. Subfaktor Program Spesialistik yang (bobot=0,063).
Terus Berkembang (bobot = 0,259
E. Saran
dan 0,306);
1. Bagi RS Derra Assyfa
c. Subfaktor Beli Teknologi Bertahap (
1). Agar melakukan study kelayakan
bobot = 0,248 dan 0,268)
dari aspek kemampuan pendanaan
25
dan periode perhitungan Andon, H. 2015. Reproduksi dan Infertilitas
dalam Praktek Sehari-hari. Jakarta: Badan
pengembalian modal; Penerbit Fakultas Kedokteran UI.
2). Dilakukan analisis Risiko Bisnis
Ayu, 2016. Hubungan antara jumlah leukosit di
untuk memitigasi risiko-risiko cairan semen dengan morfologi
spermatozoa pada pria yang melakukan
potensial dalam pengembangan RS pemeriksaan analisis semen di RSU Citra
Derra Assyfa menjadi RS Khusus BMC Padang pada bulan Januari-Juni
2016. Prossiding: Fakultas Kedokteran
Kebidanan dengan pelayanan Universitas Andalas Padang. Sumatra
Barat.
Subspesialistik Fertilisasi;
Berto Mulia Wibawa dan Imam Baihaqi. 2014.
3). Dilakukan studi lanjut dengan metode
Desain Inovasi Model Bisnis Untuk
AHP dengan menyertakan kriteria- Pengembangan Bisnis Vaksin Hydrovac
Konferensi Nasional Riset Manajemen VIII
kriteria yang belum dianalisis. Denpasar 10 – 12 Oktober 2014 . ISSN :
2. Bagi Pemerintah Indonesia 2086 – 0390.

Dalam rangka membangun Dirgantoro, Crown. 2009. Manajemen Strategik:


Konsep, Kasus, dan Implementasi. PT.
kesejahteraan masyarakat Indonesia Gramedia Jakarta.
khususnya di bidang kesehatan
Federica Angeli, Anand Kumar Jaiswal. Business
reproduksi , diusulkan kepada Model Innovation for Inclusive Health
Care Delivery at the Bottom of the Pyramid
Pemerintah Indonesia agar membuat Sage Journals First Published May 11,
kebijakan dalam program JKN yang 2016 .

memberikan jaminan pelayanan Hartatik dan Teguh Baroto. 2017. Strategi


Pengembangan Bisnis Dengan Metode
kesehatan fertilitilitas bagi pasangan Business Model Canvas.. Jurnal Teknik
produktif yang mengalami gangguan Industri, Vol. 18, No.02, Agustus 2017, pp.
113~120 ISSN 1978-1431 print / ISSN
infertilitas agar dapat hidup aman dan 2527-4112 online https: //doi.org
/10.22219/ JTIUMM. Vol18. No2.113-120
tenteram.
Ika Indarwati, Uki Retno Budi Hastuti, Yulia Lanti
Retno Dewi. 2017. Analysis of Factors
F. Daftar Pustaka Influencing Female Infertility. Journal of
Achmad, Mahmud. 2008. Tehnik Simulasi dan Maternal and Child Health (2017), 2(2):
Permodelan. Universitas Gajah Mada, 150-161. e-ISSN: 2549-0257 (online).
Yogyakarta.
Kerzner Harold, 2010. Project Management: A
Alaa, H. J. 2015. A Study of the correlations of Systems Approach to Planning, Scheduling,
some sex hormone with obesity secondary and Controlling. Eleventh Edition, John
infertility. Department of Chemistry, and Wiley. Inc. New Jersey.
college of science, Al Nahrun University.
Vol. 18(2), June, 2015. Pp. 44–49. Koes, I. 2014. Panduan Lengkap Biologi
Reproduksi Manusia untuk Paramedis dan
Amir, M. Taufiq. 2011. Manajemen Strategik Nonmedis. Alfabeta, Bandung.
Konsen dan Aplikasi. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada. Kriegel Johannes ,Anton Riedl, Linda Tuttle-
Weidinger & Anna-Maria Stöbich. 2018.
Future strategic topics in the business
model of hospitals in Austria International
Journal of Healthcare Management 2018.
26
rakyat.com. Diakses tanggal 12 Februari
Kusmiran, E. 2013. Reproduksi Remaja dan 2018.
Wanita. Salemba Medika , Jakarta.
Porter, Michael E. 2008. Strategi Bersaing
Lubis Ibrahim. 2013. Pengertian, Peran dan Fungsi (Competitive Strategy). Tangerang:
Rumah Sakit. Karisma Publishing Group.
http://www.anekamakalah.com. Diakses
tanggal 12 Februari 2018. Presiden Republik Indonesia. 2009. Undang-
Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Luky FA Primantari. 2008. Aplikasi analitical Rumah Sakit. Sekretariat Negara Republik
hierarchy process (AHP) pada Indonesia.
pemberdayaan landas pacu bandara
internasional Adisumarmo Surakarta. Priyadi, 2015. Managemen Rumah Sakit
Publikasi Tesis Universitas Sebelas Maret Menghadapi Era Masyarakat Ekonomi
Surakarta. ASEAN Tahun 2015.
http://www.indonesianqualityaward.org.
Marimin. 2009. Teknik dan Aplikasi: Diakses tanggal 13 Februari 2018, pukul
Pengambilan Keputusan Kriteria 20.25 WIB.
Majemuk. PT. Grasindo, Jakarta.
Prihedityo Endro. 2016. Lebih dari 50 Persen
Najakhatus Sa’adah, Windhu Purnomo. 2016. Kasus Kemandulan Disebabkan Pria.
Karakteristik dan Perilaku Berisiko https://www.cnnindonesia.com. Diakses
Pasangan Infertil di Klinik Fertilitas dan tanggal 13 Februari 2018.
Bayi Tabung Tiara Cita Rumah Sakit Putri
Surabaya. Jurnal Biometrika dan Rahardjanto Pudjiantoro. 2008. Pengembangan
Kependudukan, Vol. 5, No. 1 Juli 2016: Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah
61–69. Tugurejo Semarang Publikasi Tesis
Universitas Diponegoro, Semarang.
Nasution Ali Sakti Hamonangan dan Paidi
Hidayat. 2014. Analisis Strategi Ravangard Ramin , Mohammad Karim Bahadori,
Pengembangan Koperasi di Kota Medan Mehdi Raadabadi , Ehsan Teymourzadeh,
dengan Metode Analisis SWOT dan Khalil Alimoohammadzadeh, and Fardin
Analytical Hierarchy Process (AHP) Mehrabians. 2017. A Model for the
Jurnal Ekonomi dan Keuangan Vol.2 No.7 Development of Hospital Beds Using Fuzzy
Analytical Hierarchy Process (Fuzzy
Nuraini R. 2017. Hasil Survei Kependudukan AHP)Iranian Journal of Public Health.
2017, Diharap Tunjukkan Penurunan 2017 Nov; 46(11): 1555–1562.
Kelahiran (BKKBN) https://
jpp.go.id/humaniora/kesehatan. Diakses Saaty T.L. dan L. G. Vargas. 2009. Models,
tanggal 12 Februari 2018. Methods, Concepts & Applications of the
Analytic Hierarchy Process, New York:
Oktarina Anastasia, Adnan Abadi, Ramli Bachsin. Springer.
Faktor-faktor yang Memengaruhi
Infertilitas pada Wanita di Klinik Fertilitas Siagian P Sondang, 2015. Manajemen Sumber
Endokrinologi Reproduksi. Jurnal: MKS, Daya Manusia, Bumi Aksara,Jakarta.
Th. 46, No. 4, Oktober 2014.
Tinambunan Simon Ramlan. 2016. Model
Pane Lusiana , Abdul Rahim Matondang , Bisnis Pada PT Gramedia Asri Media.
Rosnani Ginting. 2013. Upaya Surabaya Publikasi Tesis Universitas
Peningkatan Kualitas Jasa Kesehatan Airlangga Surabaya
Menggunakan Integrasi Quality Function
Deployment (QFD) dengan Analytical
Hierarchy Process (AHP)e-Jurnal Teknik
Industri FT USU Vol 1, No.3, April 2013
pp. 31-36.

Perfitri, 2017. Ada 1,3 Juta Jiwa Populasi Infertil


di Jawa Barat. http://www.pikiran-
27

You might also like