You are on page 1of 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Infeksi kecacingan merupakan penyakit infeksi disebabkan oleh parasit
cacing yang dapat membahayakan kesehatan, yang salah satunya dapat
digambarkan melalui status gizi.1 Penyakit kecacingan yang sering menginfeksi
dan memiliki dampak yang sangat merugikan adalah infeksi cacing usus yang
yang penularannya dengan perantaraan tanah atau sering disebut “Soil Transmited
Helmintes (STH)”. Soil-transmitted Helminths (STH) adalah cacing golongan
nematoda yang memerlukan tanah untuk perkembangan bentuk infektifnya.
Spesies kelompok STH tersebut adalah Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura,
dan cacing tambang yaitu: Necator americanus, dan Ancylostoma duodenale.2
STH sendiri masih dianggap tidak penting di masyarakat, karena dianggap tidak
membahayakan atau menyebabkan kematian. Namun pada kenyataannya dampak
dari infeksi STH dapat menyebabkan penurunan kesehatan bahkan kematian.1
Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), lebih dari 1,5
miliar orang atau 24% dari populasi dunia terinfeksi Soil Transmitted Helminths
(STH). Infeksi tersebar luas di daerah tropis dan subtropis, dengan jumlah terbesar
terjadi di sub-Sahara Afrika, Amerika, Cina, Asia Timur dan Asia Tenggara
termasuk Indonesia.2 Masyarakat perdesaan atau daerah perkotaan yang sangat
padat dan kumuh merupakan kelompok yang mudah terkena infeksi cacing.16
Berdasarkan dari Departermen Kesehatan RI, angka nasional prevalensi
kecacingan di Indonesia pada tahun tahun 2012 menunjukkan angka diatas 20%
dengan prevalensi tertinggi mencapai 76,67%.3 Berdasarkan data dari Dinas
Kesehatan Provinsi Jambi pada tahun 2012 sebanyak 32,6%.7 Berdasarkan data
dari Dinas Kesehatan Kota Jambi pada tahun 2016 banyak terjadi infeksi
kecacingan di daerah Olak Kemang.4

1
2

Infeksi cacing usus merupakan infeksi cacing yang paling banyak


menyerang anak – anak. Infeksi cacing usus dapat disebabkan karena masuknya
telur infektif kedalam tubuh dari berbagai faktor seperti lingkungan dan makanan.
infeksi cacing usus dapat melalui berbagai cara, salah satunya adalah melalui
makanan yang telah terkontaminasi. Jenis makanan yang memungkinkan
terjadinya penularan diantaranya adalah jenis sayuran misalnya kubis dan salada.1
karena sayuran, Tanah, dan air merupakan media transmisi yang penting.
Kebiasaan defekasi di tanah dan pemakaian tinja sebagai pupuk kebun (di
berbagai daerah tertentu) penting dalam penyebaran infeksi dan sayuran itu
sendiri sering kali dikonsumsi dalam bentuk mentah, karena dilihat dari tekstur
dan organoleptik sayuran ini memungkinkan untuk dijadikan lalapan.6
Sayuran kubis dan salada memiliki permukaan daun yang berlekuk-lekuk
sehingga memungkinkan telur cacing menetap di dalamnya, dan adanya pengaruh
dari tanah yang subur dan kaya bahan organik yang ditunjang dengan kelembapan
dan iklim yang sesuai bagi pertumbuhan sayur tersebut.5 Bila dalam proses
pengolahan dan pencucian sayuran tidak baik, memungkinkan bagi telur cacing
masih melekat pada sayuran dan tertelan saat sayuran dikonsumsi. Ditambah lagi
kondisi pasar dengan adanya pembuangan atau limbah yang paling banyak
mendapat sorotan adalah limbah pasar sayur, ikan dan daging, terlebih pada pasar
sayur. Limbah tersebut hampir bisa dikatakan sangat banyak dan berlebih karena
sifat dari sayur adalah meruah, memakan tempat.6
Sayur adalah barang yang mudah busuk atau kadaluarsa, sehingga limbah
yang dibuang pun bisa menjadi busuk ditempat jika penanganan lambat. Jika
dipikir, walau sekilas dan dalam jumlah sedikit, bau atau aroma sayur yang
membusuk lebih ringan, tetapi jika dalam jumlah sayur yang sangat melimpah
akan jauh berbeda. Limbah sayur akan berbau tidak sedap jika dalam keadaan
seperti itu. Terlebih lagi jika lokasi pasar terletak di tengah pemukiman penduduk
atau di pusat kota, maka hal tersebut akan sangat mengganggu. Adanya pedagang
yang masih berjualan duduk lesehan dibahu jalan secara tidak langsung berkontak
dengan tanah hal ini dapat memungkinkan sayuran terkontaminasi.6
3

Hasil penelitian sebelumnya di Kota Semarang ditemukan kejadian


kontaminasi cacing usus pada sayuran yang cukup tinggi yaitu sebesar (71,67%),
baik kubis yang berasal dari bandungan (63,33%), maupun dari Kopeng (80%).
Penelitian ini juga dilakukan di Kota Bandar Lampung ditemukan kontaminasi
cacing usus (76,1%).1
penelitian mengenai kontaminasi telur cacing pada sayuran di jambi belum
pernah di lakukan untuk itu penulis tertarik untuk meniliti “kontaminasi soil
transmitted helminths pada sayuran kubis dan selada di pasar tradisional Kota
Jambi” dengan cara melihat ada atau tidaknya telur pada sayuran tersebut dan
melihat jenis telur pada sayuran tersebut.1

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana kontaminasi Soil Transmitted Helminths pada sayuran kubis dan
selada di pasar tradisional Kota Jambi.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui adanya kontaminasi Soil Transmitted Helminths dan spesies
telur pada sayuran kubis dan selada di pasar tradisional Kota Jambi

1.3.2 Tujuan Khusus


1.3.2.1 Mengetahui ada tidaknya telur cacing pada sayuran kubis dan selada di
pasar Angso Duo, Talangbanjar, Simpang Pulai Kota Jambi.
1.3.2.2 Mengetahui spesies telur cacing yang ada pada Soil Transmithed
Helminths pada sayuran kubis dan selada di pasar Angso Duo,
Talangbanjar, Simpang Pulai Kota Jambi.
.
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Bagi Masyarakat
Secara tidak langsung, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
infomasi kepada masyarakat tentang kontaminasi cacing Soil Transmithed
4

Helminths pada sayuran kubis dan salada, cara penularan dan


pencegahannya.

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan


Sebagai bahan informasi bagi penelitian selanjutnya mengenai Soil
Transmithed Helminths

1.4.3 Bagi Instansi Terkait


Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data pendukung
atau bahan perencanaan dalam pencegahan kasus kecacingan, khususnya
infeksi dari Soil Transmitted Helminths.

You might also like