Professional Documents
Culture Documents
Oleh
NIM : 2018.04.082
2019
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
Oleh
Mengetahui,
(...........................................) (...........................................)
(...........................................)
(...........................................)
Kepala Ruangan
(...........................................)
(...........................................)
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN
Oleh
Mengetahui,
(...........................................) (...........................................)
(...........................................) (...........................................)
Kepala Ruangan
(...........................................)
(...........................................)
LAPORAN PENDAHULUAN
SC (SECTIO CAESARIA)
A. Definisi SC
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu
insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan
Sectio caesaria ialah tindakan untuk melahirkan janin dengan berat badan diatas 500
gram melalui sayatan pada dinding uterus yang utuh (Gulardi & Wiknjosastro, 2010).
B. Etiologi
menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-hal yang
perlu tindakan SC proses persalinan normal lama/ kegagalan proses persalinan normal (
Dystasia ).
a Pada Ibu : disproporsi kepala panggul, disfungsi uterus, distosia jaringan lunak,
b. Pada Anak : janin besar, gawat janin, letak lintang dan hydrocephalus
C. Indikasi SC
Manuaba (2012) indikasi ibu dilakukan sectio caesaria adalah ruptur uteri iminen,
perdarahan antepartum, ketubuh pecah dini, Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal
distress dan janin besar melebihi 4.000 gram. Dari beberapa faktor sectio caesaria diatas
a) Indikasi Maternal
tidak sesuai dengan ukuran lingkaran kepala janin yang dapat menyebabkan bu tidak
beberapa tulang yang membentuk rongga panggul yang meruapakan jalan yang harus
dilalui oleh janin ketika akan lahir secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan
kelainan atau panggul patoligis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses
tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi asimetris dan ukuran – ukuran
disebabakan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah perdarahan
dan infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab kematian maternal dan
perinatal paling penting dalam ilmu kebidnan. Karena itu doagnosa dini amatlah
penting, yaitu mampu mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi
eklamsi.
persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah
dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu dilakukan SC, sedangkan dibawah 36
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak
memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan
5. Perdarahan Antepartum
Perdarahan antepartum adalah perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 22
minggu, walaupun patologi yang sama dapat pula terjadi pada kehamilan sebelum 22
minggu.
Operasi caesar merupakan salah satu jenis operasi yang diperlukan untuk
menyelamatkan ibu dan bayi yang dikandungnya. Tapi jika ibu seringkali melakukan
operasi caesar, maka bisa berbahaya dan meningkatkan resiko kesehatan. Beberapa
resiko melahirkan dari operasi caesar berulang adalah ruptur uteri, jaringan parut,
terjadi dengan tujuan untuk mempercepat proses persalinan. Prosedur ini tidak dapat
b) Indikasi Bayi
1. Bayi Kembar
Tidak selamanya bayir kembar dilahirkan secara caesar, Hal ini karena
kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada
kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah
Bagian bawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan dalam teraba UUB
2) Presentasi muka
Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang terletak
paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira – kira 0,27 – 0,5 %.
3) Presentasi dahi
Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi terendah
dan tetap paling depan. Pada penempatan dagu, biasanya dengan sendirinya
b. Letak sungsang
dengan kepala difundus uteri dan bokong berada dibagian bawah kavum uteri.
bokong kaki sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi
c. Letak melintang
Letak melintang adalah bila dalam kehamilan atau dalam persalinan sumbu
panjang janin melintang terhadap sumbu panjang ibu (termasuk di dalamnya bila
janin dalam posisi oblique). Letak lintang kasep adalah letak lintang kepala janin
Fetal distress (gawat janin) adalah gangguan pada janin dapat terjadi pada
tahanan vaskular pada pembuluh darah janin (Nelson, Ilmu Kesehatan Anak).
dikatakan presentasi tali pusat (tali pusat terkemuka), atau mungkin mengalami
prolaps dan berada di depan bagian presentasi janin setelah membran ruptur
(dikatakan penumbangan tali pusat). Yang menjadi masalah pada prolaps tali
pusat adalah tali pusat terletak di jalan lahir di bawah bagian presentasi janin,
dan tali pusat terlihat pada vagina setelah ketuban pecah. Tali pusat lebih
mungkin mengalami prolaps jika ada sesuatu yang mencegah bagian presentasi
yang teliti. Pemeriksaan ini harus dilakukan pada semua kasus persalinan, seperti
pada persalinan preterm atau jika terdapat malpresentasi atau malposisi janin.
c. Post maturitas
Post maturitas adalah suatu keadaan dimana bayi lahir setelah usia
cukup umur, tetapi berat badannya rendah sehingga tampak kurus, terutama jika
D. Klasifikasi SC
uterus. Insisi pada bawah rahim, bisa dengan teknik melintang atau memanjang.
besar karena pada nifas segmen bawah uterus tidak seberapa banyak mengalami
kontraksi seperti korpus uteri sehingga luka dapat sembuh lebih sempurna
Pada sectio caesaria klasik ini dibuat kepada korpus uteri, pembedahan ini yang
agak mudah dilakukan, hanya diselenggarakan apabila ada halangan untuk melakukan
sectio caesaria transperitonealis profunda. Insisi memanjang pada segmen atas uterus.
pembedahan ini sekarang tidak banyak lagi dilakukan. Rongga peritoneum tak dibuka,
a. Atonia uteri
Sectio caesaria primer yaitu dari semula telah direncanakan bahwa janin akan
dilahirkan secara sectio caesaria, tidak diharapkan lagi kelahiran biasa, misalnya pada
panggul sempit.
Dalam hal ini kita bersikap mencoba menunggu kelahiran biasa (partus percobaan),
bila tidak ada kemajuan persalinan atau partus percobaan gagal, baru dilakukan sectio
caesaria.
ketika proses persalinan telah berlangsung. Hal ini terpaksa dilakukan karena ada
masalah pada ibu maupun janin. Beberapa keadaan yang memaksa terjadinya operasi
caesar darurat, seperti persalinan macet, stress pada janin, posisi sungsang, BSC atau
komplikasi lainnya.
Sectio caesaria elektif (operasi caesar terencana) adalah operasi caesar yang telah
keselamatan ibu maupun janin. Beberapa keadaan yang menjadi pertimbangan untuk
melakukan operasi caesar secara elektif, seperti janin dengan presentasi bokong,
kehamilan kembar, plasenta previa, kondisi medis ibu dan masalah pada janin.
E. Patofisiologi
SC merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat diatas 500 gram
dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi dilakukan tindakan ini
yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi uterus, distorsi jaringan lunak, placenta previa,
dll untuk ibu. Sedangkan untuk janin adalah gawat janin (fetal distress). Janin besar dan
letak lintang setelah dilakukan SC ibu akan mengalami adaptasi post partum baik dari
aspek kognitif berupa kurang pengetahuan. Akibat kurang ionformasi dan dari aspek
fisiologis yaitu produk oksitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan ASI yang keluar
hanya sedikit, luka dari insisi akan menjadi post de entris bagi kuman. Oleh karena itu
perlu diberikan antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri adalah salah
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anesthesi bisa bersifat regional
dan umum. Namun anesthesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap janin maupun
ibu anesthesi janin sehingga kadang – kadang bayi lahir dalam keadaan apnea yang tidak
dapat diatasi dengan mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan pengaruhnya anesthesi
bayi ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah banyak yang
keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif akibat sekret
yang berlebihan karena kerja otot nafas silia yang ,meutup. Anesthesi ini juga
Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan terjadi proses
sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat dari mortilitas yang menurun maka peristaltik
juga menurun. Makanan yang ada di lambung akan menumpuk dan karena reflek untuk
batuk juga menurun. Maka pasien sangat beresiko terhadap aspirasi sehingga perlu
dipasang pipa endotracheal. Selain itu mortilitas yang menurun juga berakibat pada
perubahan pada eliminasi yaitu konstipasi (Saifuddin, Mansjoer & Prawirohardjo, 2012).
G. Komplikasi SC
1) Infeksi puerperial : kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa nifasdibagi menjadi
b. Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut sedikit
kembung
2) Perdarahan : perdarahan banyak bisa terjadi jika pada saat pembedahan cabang – cabang
3) Komplikasi – komplikasi lainnya antara lain, luka kandung kencing, embolisme paru
4) Kurang kuatnya perut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa
H. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemantauan EKG
b. Lab : Hb (Hematokrit), Golongan darah, Gula darah, Urinalisis, BTCT, dan Pemantauan
virus berbahaya
d. Elektrolit
I. Penataksanaan SC
1) Pre Op SC
a. Anamnesis : Nama, tanggal lahir, usia, alamat, jumlah anak dan cara persalinan
sebelumnya, hamil, riwayat operasi KPD atau APB dan alergi obat
b. Pemeriksaan Fisik : KU (TTV), paru, jantung, abdomen (letak janin, DJJ, plasenta)
c. Laboratorium : GDA
d. Persiapan Umum : Kaji indikasi, informed consent, pasang infus, anesthesi konsul
2) Post Op SC
a. Perawatan awal
- Periksa kondisi pasien, cek tanda – tanda vital tiap 15 meniit sekali selama 1 jam
- Jika tanda vital dan hematokrit turun walau diberikan transfusi darah, segera
b. Diet
Pemberian cairan infus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu di mulailah
jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 – 10 jam pasca operasi, berupa air
c. Mobilisasi
- Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 – 10 jam setelah operasi
- Kemudian posisi tidur terlentang dapat diubah menjadi posisi semi fowler
d. Fungsi gastrointestinal
- Jika urin jernih, kateter dilepas 8 jam setelah pembedahan atau sesudah semalam
- Jika urin tidak jernih berikan kateter terpasang sampai urin jernih
- Jika terjadi perlukaan pada kandung kemih biarkan kateter terpasang sampai
- Jika pada pembalut luka terjadi perdarahan / keluar cairan tidak terlalu banyak
- Jika pembalut agak kendor, jangan ganti pembalut, tapi beri plester untuk
mengencangkan
h. Jika terdapat tanda infeksi, berikan antibiotik kombinasi sampai pasien bebas demam
selama 48 jam
j. Obat – obatan lain : Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat
WHO dalam Marmi (2011) menganjurkan dalam masa kehamilan ibu harus
memeriksakan kehamilan ke tenaga kesehatan paling sedikit 4 kali :
3. Trismester III : dua kali kunjungan (usia kehamilan antara 28-36 minggu dan sesudah
usia kehamilan 36 minggu).
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
POST SC
A. PENGKAJIAN
1. Keluhan Utama
Sakit perut , perdarahan , nyeri pada luka jahitan , takut bergerak
2. Riwayat Kehamilan
Umur kehamilan serta riwayat penyakit menyertai
3. Riwayat haid
Umur menarchi pertama kali, lama haid, jumlah darah yang keluar, konsistensi, siklus haid,
hari pertama haid dan terakhir, perkiraan tanggal partus
4. Riwayat Perkawinan
Kehamilan ini merupakan hasil pernikahan ke berapa? Apakah perkawinan sah atau tidak,
atau tidak direstui dengan orang tua?
5. Riwayat Obstetris
Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, hasil laboraturium: USG, darah, urine, keluhan
selama kehamilan termasuk situasi emosional dan impresi, upaya mengatasi keluhan,
tindakan dan pengobatan yang diperoleh
6. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang pernah di diderita pada masa lalu, bagaimana cara pengobatan yang
dijalaninya, dimana mendapat pertolongan, apakah penyakit tersebut diderita sampai saat
ini atau kambuh berulang–ulang
7. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang diturunkan secara genetik seperti
panggul sempit, apakah keluarga ada yg menderita penyakit menular, kelainan congenital
atau gangguan kejiwaan yang pernah di derita oleh keluarga
8. Kebiasaan sehari –hari
a. Pola istirahat dan tidur: pada klien nifas terjadi perubahan pada pola istirahat dan tidur
karena adanya kehadiran sang bayi dan nyeri luka sc.
b. Pola eliminasi: Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah inkontinensia
(hilangnya infolunter pengeluaran urin),hilangnya kontrol blas, terjadi over distensi
blass atau tidak atau retensi urine karena rasa takut luka adanya luka sc, apakah perlu
bantuan saat BAK. Pola BAB, freguensi, konsistensi,rasa takut BAB karena luka sc
yang menimbulkan nyeri saat bergerak.
c. Personal Hygiene: Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan pembalut dan
kebersihan genitalia, pola berpakaian, tata rias rambut dan wajah
d. Rekreasi dan hiburan: Situasi atau tempat yang menyenangkan, kegiatan yang
membuat fresh dan relaks.
9. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan kesadaran klie, BB/TB, tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu
b. Head To Toe
1) Rambut: warna rambut, jenis rambut, baunya, apakah ada luka lesi/lecet
2) Mata: sklera nya apakah ihterik/tidak, konjungtiva anemis/tidak, apakah palpebra
oedema/tidak, bagaimana fungsi penglihatannya baik/tidak, apakah klien
menggunakan alat bantu penglihatan/tidak. Pada umumnya ibu hamil konjungtiva
anemis.
3) Telinga: apakah simetris kiri dan kanan, apakah ada terdapat serumen/tidak, apakah
klien menggunakan alat bantu pendengaran/tidak, bagaimana fungsi pendengaran
klien baik/tidak
4) Hidung: apakah klien bernafas dengan cuping hidung/tidak, apakah terdapat
serumen/tidak, apakah fungsi penciuman klien baik/tidak
5) Mulut dan gigi: bagaimana keadaan mukosa bibir klien, apakah lembab atau
kering, keadaan gigi dan gusi apakah ada peradangan dan pendarahan, apakah ada
karies gigi/tidak, keadaan lidah klien bersih/tidak, apakah keadaan mulut klien
berbau/tidak. Pada ibu hamil pada umumnya berkaries gigi, hal itu disebabkan
karena ibu hamil mengalami penurunan kalsium
6) Leher: apakah klien mengalami pembengkakan tyroid
7) Paru–paru
Inspeksi : warna kulit, apakah pengembangan dada nya simetris kiri dan kanan,
apakah ada terdapat luka memar/lecet, frekuensi pernafasan nya
8) Jantung
Inspeksi : warna kulit, apakah ada luka lesi/lecet, ictus cordis apakah terlihat/tidak
Palpasi : frekuensi jantung berapa, apakah teraba ictus cordis pada ICS%
Midclavikula
9) Abdomen
Inspeksi : keadaan perut, warna nya, apakah ada/tidak luka lesi dan lecet
Palpasi : tinggi fundus klien, letak bayi, persentase kepala apakah sudah masuk
PAP/belum, pemeriksaan leopold
10) Payudara: puting susu klien apakah menonjol/tidak,warna aerola, kondisi mamae,
kondisi ASI klien, apakah sudah mengeluarkan ASI/belum
11) Ekstremitas
Atas : warna kulit, apakah ada luka lesi/memar, apakah ada oedema/tidak
12) Genitalia : apakah ada varises atau tidak, apakah ada oedema/tidak pada daerah
genitalia klien
13) Intergumen : warna kulit, keadaan kulit, dan turgor kulit baik/tidak
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pre Operatif
1) Nyeri akut berhubungan dengan penekanan syaraf lumbal
2) Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses pembedahan
2. Intra Operatif
1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penikatan secret dan
hipersalivasi
2) Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung
3) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
3. Post Operatif
1) Hipotermi berhubungan dengan proses perpindahan panas
2) Resiko jatuh berhubungan dengan penurunan fungsi syaraf
4. PERENCANAAN / INTERVENSI
1. Pre Operatif
Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan/ Tujuan dan Kriteria
Masalah Kolaborasi Hasil Intervensi
Nyeri akut NIC :
berhubungan dengan: Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
- Agen injuri (biologi, kimia, fisik, NOC : termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
psikologis), kerusakan jaringan Pain Level, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
DS: pain control, Observasi reaksi nonverbal dari
- Laporan secara verbal comfort level ketidaknyamanan
DO: Setelah dilakukan tinfakan Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
- Posisi untuk menahan nyeri keperawatan selama menemukan dukungan
- Tingkah laku berhati-hati …. Pasien tidak mengalami Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
- Gangguan tidur (mata sayu, nyeri, dengan kriteria hasil: nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
tampak capek, sulit atau gerakan - Mampu mengontrol nyeri kebisingan
kacau, menyeringai) (tahu penyebab nyeri, mampu Kurangi faktor presipitasi nyeri
- Terfokus pada diri sendiri menggunakan tehnik Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
- Fokus menyempit (penurunan nonfarmakologi untuk intervensi
persepsi waktu, kerusakan mengurangi nyeri, mencari Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas
proses berpikir, penurunan bantuan) dala, relaksasi, distraksi, kompres hangat/
interaksi dengan orang dan - Melaporkan bahwa nyeri dingin
lingkungan) berkurang dengan Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri:
- Tingkah laku distraksi, contoh : menggunakan manajemen ……...
jalan-jalan, menemui orang lain nyeri Tingkatkan istirahat
dan/atau aktivitas, aktivitas - Mampu mengenali nyeri Berikan informasi tentang nyeri seperti
berulang-ulang) (skala, intensitas, frekuensi penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
- Respon autonom (seperti dan tanda nyeri) berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan
diaphoresis, perubahan tekanan - Menyatakan rasa nyaman dari prosedur
darah, perubahan nafas, nadi setelah nyeri berkurang Monitor vital sign sebelum dan sesudah
dan dilatasi pupil) - Tanda vital dalam rentang pemberian analgesik pertama kali
- Perubahan autonomic dalam normal
tonus otot (mungkin dalam - Tidak mengalami gangguan
rentang dari lemah ke kaku) tidur
- Tingkah laku ekspresif (contoh
: gelisah, merintih, menangis,
waspada, iritabel, nafas
panjang/berkeluh kesah)
- Perubahan dalam nafsu makan
dan minum
Rencana Keperawatan
NOC NIC
Anxiety self-control Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
Anxiety level Gunakan pendekatan yang menenangkan
Coping Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
pelaku pasien
Kriteria Hasil : Jelaskan semua prosedur dan apa yang
Klien mampu mengidentifikasi dan dirasakan selama prosedur
mengungkapkan gejala cemas. Pahami prespektif pasien terhadap situasi
Mengidentifikasi, mengungkapkan dan stres
menunjukkan tehnik untuk mengontol Temani pasien untuk memberikan
cemas. keamanan dan mengurangi takut
Vital sign dalam batas normal. Dorong keluarga untuk menemani anak
Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh Lakukan back / neck rub
dan tingkat aktivfitas menunjukkan Dengarkan dengan penuh perhatian
berkurangnya kecemasan. Identifikasi tingkat kecemasan
Bantu pasien mengenal situasi yang
menimbulkan kecemasan
Dorong pasien untuk mengungkapkan
perasaan, ketakutan, persepsi
Instruksikan pasien menggunakan teknik
relaksasi
Berikan obat untuk mengurangi kecemasan
2.Intra Operatif
Rencana Keperawatan
NOC NIC
Respiratory status : Ventilation Airway suction
Respiratory status : Airway Pastikan kebutuhan oral/tracheal
patency suctioning
Auskultasi suara nafas sebelum dan
Kriteria Hasil : sesudah suctioning.
Mendemonstrasikan batuk efektif dan Airway Management
suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift
dan dyspneu (mampu mengeluarkan atau jaw thrust bila perlu
sputum, mampu bernafas dengan mudah, Posisikan pasien untuk memaksimalkan
tidak ada pursed lips) ventilasi
Menunjukkan jalan nafas yang paten Pasang mayo bila perlu
(klien tidak merasa tercekik, irama nafas, Lakukan fisioterapi dada jika perlu
frekuensi pernafasan dalam rentang Keluarkan sekret dengan batuk atau
normal, tidak ada suara nafas abnormal) suction
Mampu mengidentifikasikan dan Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
mencegah faktor yang dapat menghambat tambahan
jalan nafas Lakukan suction pada mayo
Berikan bronkodilator bila perlu
Monitor respirasi dan status O2
2). Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung
Rencana Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
NOC NIC
Cardiac Pump effectiveness Cardiac Care
Circulation Status Evaluasi adanya nyeri dada ( intensitas,
Vital Sign Status lokasi, durasi)
Catat adanya disritmia jantung
Kriteria Hasil : Catat adanya tanda dan gejala penurunan
Tanda Vital dalam rentang normal cardiac output
(Tekanan darah, Nadi, respirasi) Monitor status kardiovaskuler
Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada Monitor status pernafasan yang
kelelahan menandakan gagal jantung
Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak Monitor abdomen sebagai indicator
ada asites penurunan perfusi
Tidak ada penurunan kesadaran Monitor balance cairan
Monitor adanya perubahan tekanan darah
Monitor adanya dyspneu, fatigue,
tekipneu dan ortopneu
Anjurkan untuk menurunkan stress
Vital Sign Monitoring
Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
Catat adanya fluktuasi tekanan darah
3). Kekurangan Volume Cairan Berhubungan dengan Pendarahan
Rencana Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
NOC NIC
Fluid balance Fluid management
Hydration Pertahankan catatan intake dan output
Nutritional Status: Food and Fluid yang akurat
Intake Monitor status hidrasi (kelembaban
membran mukosa, nadi adekuat, tekanan
Kriteria Hasil : darah ortostatik), jika diperlukan
Mempertahankan urine output sesuai Monitor vital sign
dengan usia dan BB, BJ urine normal, Kolaborasikan pemberian cairan IV
HT normal Atur kemungkinan tranfusi
Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam Persiapan untuk tranfusi
batas normal Hypovolemia Management
Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Monitor status cairan termasuk intake
Elastisitas turgor kulit baik, membran dan output cairan
mukosa lembab, tidak ada rasa haus Pelihara IV line
yang berlebihan
3.Post Operatif
Rencana Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
NOC NIC
Thermoregulation Temperature regulation
Thermoregulation : neonate Monitor suhu minimal tiap 2 jam
Rencanakan monitoring suhu secara
Kriteria Hasil : kontinyu
Suhu tubuh dalam rentang normal Monitor TD, nadi, dan RR
Nadi dan RR dalam rentang normal Monitor warna dan suhu kulit
Monitor tanda-tanda hipertermi dan
hipotermi
Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
Selimuti pasien untuk mencegah
hilangnya kehangatan tubuh
2). Resiko Jatuh berhubungan dengan penurunan fungsi syaraf
Rencana Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
NOC NIC
Trauma Risk For
Injury risk for Fall Prevention
Arief. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III Jilid I. Jakarta : Media Sudi Amus (08095)
Diposkan oleh Diary of Effata Zebaoth di 00.45
Cardenito, L.J. 2012. Buku Saku Doagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta : EGC.
Doenges, M.E. 2010. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal Edisi 3. Jakarta : EGC
Ida Bagus Gde Manuaba. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan
Bidan : Jakarta EGC
Arief. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III Jilid I. Jakarta : Media Sudi Amus (08095)
Diposkan oleh Diary of Effata Zebaoth di 00.45