Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
INDAH PURNAMASARI 0661 15 246
Kelompok G1
Dosen Pengampu:
1. Sri Wardatun, M.Farm., Apt.
2. Zaldy Rusli, M.Farm.
b. Sampel 2
4.1.2 Data Hasil Analisis Gugus Fungsi
a. Sampel 1
Daerah Bilangan
Gugus fungsi Bentuk Intensitas Pita
Gelombang
2903.25 C - H Alifatis alkana Tajam Sedang
2361.18 O – H Karboksilat Tajam Sedang
1658.40 C – C Aromatis Melebar Tinggi
1596.50 Cincin aromatis C = C Melebar Tinggi
1371.34 Metil Tajam Tinggi
1309.75 Nitro (NO2) Tajam Tinggi
1230.74 Metilena Tajam Tinggi
1162.82 C – O ester Tajam Tinggi
1065.15 C–O Tajam Tinggi
995.78 C – H alkena Tajam Sedang
935.27 Butil Tersier Tajam Sedang
809.02 C – H Aromatis Tajam Tinggi
723.35 Butyl Tersier Tajam Tinggi
591.78 C – Br Tajam Tinggi
b. Sampel 2
Daerah Bilangan
Bentuk Intensitas Pita Gugus fungsi
Gelombang
3316.46 Tajam Lemah C – H Alkuna
2904.07 Melebar Sedang C – H Alkana
2534.98 Melebar Sedang O – H Karboksilat
2476.86 Melebar Sedang O – H Karboksilat
2331.18 Melebar Sedang O – H Karboksilat
2257.23 Tajam Sedang C ≡ C Alkuna
2168.34 Tajam Sedang C ≡ C Alkuna
1658.21 Melebar Kuat O – H Karboksilat
1594.12 Melebar Kuat O – H Karboksilat
1371.17 Tajam Kuat Metil
1310.20 Tajam Kuat Nitro (NO2)
1230.98 Melebar Kuat O – H Karboksilat
1162.23 Melebar Kuat O – H Karboksilat
1066.43 Tajam Kuat C–O
997.02 Tajam Sedang C – H alkena
936.40 Tajam Sedang Butil Tersier
809.45 Tajam Kuat C – H Aromatis
723.13 Tajam Kuat Butyl Tersier
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini, melakukan analisis sampel para-dimetilaminobenzaldehid
pada spektrofotometer FTIR. Praktikum kali ini bertujuan mengenal alat spektrofotometer
FTIR, memahami prinsip kerja spektrofotometer FTIR, serta menganalisis sampel para-
dimetilaminobenzaldehid menggunakan spektrofotometer FTIR. Pembuatan spektrum IR
dilakukan dengan cara sampel dibuat dalam bentuk pellet dengan penambahan bahan pengisi
berupa Kalium Bromida (KBr). Penambahan bahan pengisi tersebut bertujuan mengencerkan
sampel agar konsentrsinya tidak terlalu pekat. Konsentrasi yang pekat akan menghasilkan
spektrum yang tidak proporsional (Skoog 2004). KBr digunakan sebagai bahan pengisi karena
energi ikatannya tidak masuk dalam kisaran daerah inframerah, yaitu tidak terdapat gugus fungsi
yang dapat mengganggu proses analisis, misalnya gugus fungsi C-C, C-H, C-O, dan lain-
lain. sehingga tidak akan muncul puncak pada spektrum yang dihasilkan. Pembuatan pellet
tersebut harus dalam keadaan vakum dan cepat karena KBr sifatnya higroskopis, yaitu mampu
menyerap air dari udara, sehingga pada spektrum bisa terdapat puncak gugus OH bila dalam
pembuatan pellet tersebut tidak cepat dan keadaannya tidak vakum (Misra 2008). Pada proses
pembuatan pellet juga dilakukan pengepresan dengan pompa hidrolik sampai tekanan 80
atm. Tekanan 80 atm dipilih karena sudah ada pengujian sebelumnya, dimana ketika
ditekanan 60 atm pellet yang dihasilkan rapuh sedangkan pada tekanan 100 atm pellet yg
dihasilnya pinggirnya pecah. Oleh karena itu dipilih tekanan 80atm karena pellet yang
dihasilkan tidak rapuh dan tidak retak/pecah.
Berdasarkan hasil data pengamatan diatas terdapat dua spectra yang hampir mirip,
yang membedakan hanya intensitasnya, pada sampel dua intensitasnya lebih rendah
karena bentuk pellet yang dihasilkan lebih tebal dibandingkan pellet sampel 1 sehingga
serapan sinar infrared lebih banyak yang terserap oleh sampel 2. Selain itu pada sampel
1 terlihat lebih banyak puncak yang terbentuk, dugaan karena pellet terkontaminasi oleh
udara sehingga terdapat gugus fungsi yang terdeteksi oleh FTIR.
BAB V
KESIMPULAN
1. Prinsip kerja dari alat FTIR yaitu interaksi antara materi yang berupa molekul
senyawa kompleks dengan energy yang berupa sinar infrared akan
mengakibatkan molekul- molekul bervibrasi dimana besarnya energi vibrasi tiap
komponen molekul berbeda-beda sehingga akan dihasilkan frekuensi yang
berbeda.
2. Sampel yang digunakan adalah para-dimetilaminobenzaldehid, dan media KBr.
3. Hasil spektra sampel 1 dan 2 terdeteksi adanya gugus fungsi alkana, aldehid, dan
amina.
DAFTAR PUSTAKA
1. Fessenden, R.J., dan Fessenden, J.S. 1986. Kimia Organik Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
2. Sumar Hendayana, dkk. 1994. Kimia Analitik Instrumen. Edisi Kesatu. Semarang : IKIP
Semarang Press.
3. Hardjono Sastrohamidjojo. (2007). Spektroskopi. Yogyakarta: Liberty.
4. Skoog Douglas, A. 2004. Fundamentals of analitycal chemistry Eight edition. Canada :
brook/cole.
5. Bassler. 1986. Penyidikan Spektrometrik Senyawa Organik. Jakarta : Erlangga.
6. Pescok, R. L., Shield, L. D., Cairns, T., dan McWilliam, I. G. (1976). Modern Methods
Of Chemical Analysis. Second Edition. New York : John Wiley & Sons.
LAMPIRAN
Instrumen FT-IR