You are on page 1of 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap individu membutuhkan rasa nyaman. Kebutuhan rasa nyaman ini dipersepsikan berbeda pada
setiap orang. Ada yang mempersepsikan bahwa hidup terasa nyaman bila mempunyai banyak uang. Ada
juga yang indikatornya bila tidak ada gangguan dalam hidupnya. Dalam konteks keperawatan, perawat
harus memperhatikan dan memenuhi rasa nyaman. Gangguan rasa nyaman yang dialami klien diatasi
oleh perawat melalui intervensi keperawatan. Kondisi ketidaknyamanan yang paling sering dihadapi klien
adalah nyeri. Nyeri merupakan sensasi ketidaknyamanan yang bersifat individual. Klien merespon nyeri
yang dialaminya dengan beragam cara, misalnya berteriak, meringis, dan lain-lain. Oleh karena nyeri
bersifat subjektif, maka perawat mesti peka terhadap sensasi nyeri yang dialami klien (Potter & Perry,
2001).

Asosiasi internasional untuk penelitian nyeri (International Association for theStudy of Pain, IASP)
mengatakan bahwa “Nyeri sebagai suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional yang tidak
menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dirasakan
dalam kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan” (IASP, 1979 dalam Potter, 2005).

Setiap individu pernah mengalami nyeri dalam tingkatan tertentu. Nyeri merupakan alasan utama orang
mencari bantuan perawatan kesehatan. Walaupun merupakan salah satu dari gejala yang paling sering
terjadi di bidang medis, nyeri merupakan salah satu yang paling sedikit dipahami. Individu yang merasa
tertekan atau menderita akan mencari upaya untuk menghilangkan nyeri (Brunner & Suddart, 2001).

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24754/5/Chapter%20I.pdf

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan Umum

Agar Siswa dapat lebih memahami tentang asuhan keperawatan kebutuhan rasa aman dan nyaman.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui definisi Keamanan dan Kenyamanan

2. Untuk mengetahui etiologi Keamanan dan Kenyamanan

3. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi Keamanan dan Kenyamanan

4. Untuk mengetahui manifestasi klinik Keamanan dan Kenyamanan


5. Untuk mengetahui pathway Keamanan dan Kenyamanan

6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang gangguan Keamanan dan Kenyamanan

7. Untuk mengetahui komplikasi gangguan Keamanan dan Kenyamanan

8. Untuk mengetahui penatalaksanaan gangguan Keamanan dan Kenyamanan

9. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Gangguan Keamanan dan Kenyamanan

1.3 Manfaat

1.3.1 Bagi Pembaca

1. Pembaca dapat mengetahui definisi Keamanan dan Kenyamanan

2. Pembaca dapat mengetahui etiologi Keamanan dan Kenyamanan

3. Pembaca dapat mengetahui faktor yang mempengaruhi Keamanan dan Kenyamanan

4. Pembaca dapat mengetahui manifestasi klinik Keamanan dan Kenyamanan

5. Pembaca dapat mengetahui pathway Keamanan dan Kenyamanan

6. Pembaca dapat mengetahui pemeriksaan penunjang gangguan Keamanan dan Kenyamanan

7. Pembaca dapat mengetahui komplikasi gangguan Keamanan dan Kenyamanan

8. Pembaca dapat mengetahui penatalaksanaan gangguan Keamanan dan Kenyamanan

9. Pembaca dapat mengetahui Asuhan Keperawatan Gangguan Keamanan dan Kenyamanan

1.3.2 Bagi Penulis

Dapat menambah wawasan penulis tentang masalah keperawatan pada pasien dengan gangguan
keamanan dan kenyamanan.

1.3.3 Bagi Instansi Pendidikan

Sebagai tambahan informasi dalam pemberian materi kebutuhan dasar manusia keamanan dan
kenyamanan untuk siswa-siswa di lahan pendidikan.

1.3.4 Bagi Lahan Praktik

Sebagai bahan masukan untuk perawat dalam pemberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan rasa aman dan nyaman.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang muncul antara lain :
1. Apa yang dimaksud dengan keamanan dan kenyamanan ?

2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi keamanan dan kenyamanan ?

3. Apa saja masalah-masalah keamanan dan kenyamanan yang umum terjadi ?

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan
ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah
terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah dan nyeri) Kolcaba (1992,
dalam Potter & Perry, 2006).

Perubahan kenyamanan adalah keadaan dimana individu mengalami sensasi yang tidak menyenangkan
dan berespons terhadap suatu rangsangan yang berbahaya (Carpenito, Linda Jual, 2000).

Keamanan adalah suatu kondisi aman, dan tentram, bebas dari cedera fisik dan psikologis serta suatu
kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi.

Keamanan adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis atau bisa juga keadaan aman dan
tentram (Potter& Perry, 2006).

2.2 Etiologi

1. Trauma pada jaringan tubuh, misalnya kerusakkan jaringan akibat bedah atau cidera.

2. Iskemik jaringan.

3. Spasmus otot merupakan suatu keadaan kontraksi yang tak disadari atau tak terkendali, dan
sering menimbulkan rasa sakit. Spasme biasanya terjadi pada otot yang kelelahan dan bekerja
berlebihan, khususnya ketika otot teregang berlebihan atau diam menahan beban pada posisi yang tetap
dalam waktu yang lama.

4. Inflamasi pembengkakan jaringan mengakibatkan peningkatan tekanan lokal dan juga karena
ada pengeluaran zat histamin dan zat kimia bioaktif lainnya.
5. Post operasi.

6. Tanda dan gejala fisik

Tanda fisiologis dapat menunjukkan nyeri pada klien yang berupaya untuk tidak mengeluh atau
mengakui ketidaknyamanan. Sangat penting untuk mengkajitanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik
termasuk mengobservasi keterlibatansaraf otonom.

7. Efek perilaku

Pasien yang mengalami nyeri menunjukkan ekspresi wajah dan gerakantubuh yang khas dan berespon
secara vokal serta mengalami kerusakan dalaminteraksi sosial. Pasien seringkali meringis, mengernyitkan
dahi, menggigit bibir,gelisah, imobilisasi, mengalami ketegangan otot, melakukan gerakan
melindungibagian tubuh sampai dengan menghindari percakapan, menghindari kontak sosial dan hanya
fokus pada aktivitas menghilangkan nyeri.

8. Pengaruh Pada Aktivitas Sehari-hari

Pasien yang mengalami nyeri setiap hari kurang mampu berpartisipasidalam aktivitas rutin, seperti
mengalami kesulitan dalam melakukan tindakanhigiene normal dan dapat menganggu aktivitas sosial
dan hubungan seksual

2.3 Tanda dan gejala

1. Tekanan darah meningkat

Tekanan darah lebih dari 120/80 mmHg

2. Nadi meningkat

Nadi berdetak lebih dari 90 x/m

3. Pernafasan meningkat

Pernafasan lebih dari 20 x/m

4. Raut wajah kesakitan (Menangis, merintih)

Pasien nampak menyeringai, meringis.

5. Posisi berhati-hati

Pasien nampak terlihat menghiundari nyeri, melindungi daerah nyeri.

2.4 Sistem yang berhubungan


2.4.1 Tulang

1. Bagian-bagian utama tulang rangka

Tulang adalah jaringan hidup yang akan suplai saraf dan darah. Tulang rangka orang dewasa terdiri atas
206 tulang.Tulang banyak mengandung bahan kristalin anorganik (terutama garam-garam kalsium) yang
membuat tulang keras dan kaku, tetapi sepertiga dari bahan tersebut adalah jaringan fibrosa yang
membuatnya kuat dan elastis.

Klasifikasi tulang pada orang dewasa digolongkan pada dua kelompok yaitu axial skeleton dan
appendicular skeleton.

Fungsi utama tulang-tulang rangka adalah :

a. Sebagai kerangka tubuh, yang menyokong dan memberi bentuk tubuh

b. Untuk memberikan suatu system pengungkit yang digerakan oleh kerja otot-otot yang melekat
pada tulang tersebut; sebagai suatu system pengungkit yang digerakan oleh kerja otot-otot yang melekat
padanya.

c. Sebagai reservoir kalsium, fosfor, natrium, dan elemen-elemen lain

d. Untuk menghasilkan sel-sel darah merah dan putih dan trombosit dalam sumsum merah tulang
tertentu.
Gambar 2.1 : Bagian bagian tulang

2. Struktur tulang

Dilihat dari bentuknya tulang dapat dibagi menjadi :

Tulang panjang ditemukan di ekstremitas

Tulang pendek terdapat di pergelangan kaki dan tangan

Tulang pipih pada tengkorak dan iga

Tulang ireguler (bentuk yang tidak beraturan) pada vertebra, tulang-tulang wajah, dan rahang.
Gambar 2.2 : Struktur tulang

3. Perkembangan dan pertumbuhan tulang

Perkembangan dan pertumbuhan pada tulang panjang tipikal :

Tulang didahului oleh model kartilago.Kolar periosteal dari tulang baru timbul mengelilingi model
korpus. Kartilago dalam korpus ini mengalami kalsifikasi. Sel-sel kartilago mati dan meninggalkan ruang-
ruang.Sarang lebah dari kartilago yang berdegenerasi dimasuka oleh sel-sel pembentuk tulang
(osteoblast), oleh pembuluh darah, dan oleh sel-sel pengikis tulang (osteoklast). Tulang berada dalam
lapisan tak teratur dalam bentuk kartilago.

Proses osifikasi meluas sepanjang korpus dan juga mulai memisah pada epifisis yang menghasilkan tiga
pusat osifikasi.Pertumbuhan memanjang tulang terjadi pada metafisis, lembaran kartilago yang sehat
dan hidup antara pusat osifikasi. Pada metafisis sel-sel kartilago memisah secara vertical. Pada awalnya
setiap sel meghasilkan kartilago sehat dan meluas mendorong sel-sel yang lebih tua. Kemudian sel-sel
mati. Kemudian semua ruang membesar untuk membentuk lorong-lorong vertical dalam kartilago yang
mengalami degenerasi. Ruang-ruang ini diisi oleh sel-sel pembentuk tulang.Pertumbuhan memanjang
berhenti pada masa dewasa ketika epifisis berfusi dengan korpus.

Pertumbuhan dan metabolisme tulang dipengaruhi oleh mineral dan hormone sebagai berikut :

a. Kalsium dan posfor, tulang mengandung 99% kalsium tubuh dan 90% posfor. Konsentrasi
kalsium dan posfor dipelihara dalam hubungan terbalik. Sebagai contoh, apabila kadar kalsium tubuh
meningkat maka kadar posfor akan berkurang.

b. Calcitonin, diproduksi oleh kelenjar typoid memilki aksi dalam menurunkan kadar kalsium
serum jika sekresinya meningkat diatas normal.

c. Vitamin D, penurunan vitamin D dalam tubuh dapat menyebabkan osteomalacia pada usia
dewasa.

d. Hormon paratiroid (PTH), saat kadar kalsium dalam serum menurun, sekresi hormone paratiroid
akan meningkat dan menstimulasi tulang untuk meningkatkan aktivitas osteoplastic dan menyalurkan
kalsium kedalam darah.

e. Growth hormone (hormone pertumbuhan), bertanggung jawab dalam peningkatan panjang


tulang dan penentuan jumlah matrik tulang yang dibentuk pada masa sebelum pubertas.
f. Glukokortikoid, adrenal glukokortikoid mengatur metabolisme protein.

g. Sex hormone, estrogen menstimulasi aktivitas osteobalstik dan menghambat peran hormone
paratiroid. Ketika kadar estrogen menurun seperti pada saat menopause, wanita sangat rentan terhadap
menurunnya kadar estrogen dengan konsekuensi langsung terhadap kehilangan masa tulang
(osteoporosis)

h. Androgen, seperti testosteron, meningkatkan anabolisme dan meningkatkan masa tulang.

Gambar 2.3 : perkembangan dan pertumbuhan tulang

2.4.2 Sendi

Artikulasi atau sendi adalah tempat pertemuan dua atau lebih tulang. Tulang-tulang ini dipadukan
dengan berbagai cara, misalnya dengan kapsul sendi, pita fibrosa, ligament, tendon, fasia, atau otot.
Sendi diklasifikasikan sesuai dengan strukturnya.

1. Sendi fibrosa (sinartrodial)

Merupakan sendi yang tidak dapat bergerak. Tulang-tulang dihubungkan oleh serat-serat kolagen yang
kuat. Sendi ini biasanya terikat misalnya sutura tulang tengkorak.
Gambar 2.4 : Sendi Fibrosa

2. Sendi kartilaginosa (amfiartrodial)

Permukaan tulang ditutupi oleh lapisan kartilago dan dihubungkan oleh jaringan fibrosa kuat yang
tertanam kedalam kartilago misalnya antara korpus vertebra dan simfisis pubis. Sendi ini biasanya
memungkinkan gerakan sedikit bebas.

Gambar 2.5 : Sendi Kartilaginosa

3. Sendi synovial (diartrodial)

Sendi ini adalah jenis sendi yang paling umum. Sendi ini biasanya memungkinkan gerakan yang bebas
(mis., lutut, bahu, siku, pergelangan tangan, dll.) tetapi beberapa sendi sinovial secara relatif tidak
bergerak (mis : sendi sakroiliaka).
Gambar 2.6 : macam – macam sendi sinovial

Sendi ini dibungkus dalam kapsul fibrosa dibatasi dengan membran sinovial tipis. Membran ini
mensekresi cairan sinovial ke dalam ruang sendi untuk melumasi sendi. Cairan sinovial normalnya
bening, tidak membeku, dan tidak berwarna atau berwarna kekuningan. Jumlah yang ditemukan pada
tiap-tiap sendi normal relatif kecil (1 sampai 3 ml). Hitung sel darah putih pada cairan ini normalnya
kurang dari 200 sel/ml dan terutama adalah sel-sel mononuclear. Cairan synovial juga bertindak sebagai
sumber nutrisi bagi rawan sendi.

Permukaan tulang dilapisi dengan kartilago artikular halus dan keras dimana permukaan ini berhubungan
dengan tulang lain. Pada beberapa sendi terdapat suatu sabit kartilago fibrosa yang sebagian
memisahkan tulang-tulang sendi (mis., lutut, rahang)

Jenis sendi synovial :

a. Sendi peluru, missal pada persendian panggul dan bahu, memungkinkan gerakan bebas penuh.

b. Sendi engsel memungkinkan gerakan melipat hanya pada satu arah dan contohnya adalah siku
dan lutut.

c. Sendi pelana memungkinkan gerakan pada dua bidang yang saling tegak lurus. Sendi pada
dasar ibu jari adalah sendi pelana dua sumbu.

d. Sendi pivot contohnya adalah sendi antara radius dan ulna. Memungkinkan rotasi untuk
melakukan aktivitas seperti memutar pegangan pintu.

e. Sendi peluncur memungkinkan gerakan terbatas kesemua arah dan contohnya adalah sendi-
sendi tulang karpalia di pergelangan tangan.

2.4.3 Otot Rangka

Otot (musculus) merupakan suatu organ atau alat yang memungkinkan tubuh dapat bergerak. Ini adalah
suatu sifat penting bagi organisme. Gerak sel terjadi karena sitoplasma mengubah bentuk. Pada sel – sel,
sitoplasma ini merupakan benang – benang halus yang panjang disebut miofibril. Kalau sel otot
mendapat rangsangan maka miofibril akan memendek. Dengan kata lain sel otot akan memendekkan
dirinya kearah tertentu (berkontraksi).

1. Ciri-ciri Otot

a. Kontraktilitas

Serabut otot berkontraksi dan menegang, yang dapat atau mungkin juga tidak melibatkan pemendekan
otot. Serabut akan terolongasi karena kontraksi pada setiap diameter sel berbentuk kubus atau bulat
hanya akan menghasilkan pemendekan yang terbatas.
b. Eksitabilitas

Serabut otot akan merespon dengan kuat jika distimulasi oleh implus saraf.

c. Ekstensibilitas

Serabut otot memiliki kemampuan untuk meregang melebihi panjang otot saat relaks.

d. Elastilitas

Serabut otot dapat kembali ke ukurannya semula setelah berkontraksi atau meregang.

2. Otot dan kerja otot

Otot rangka merupakan setengah dari berat badan orang dewasa. Fungsi utamanya adalah untuk
menggerakan tulang pada artikulasinya. Kerja ini dengan memendekkan (kontraksi) otot. Dengan
memanjang (relaksasi) otot memungkinkan otot lain untuk berkontraksi dan menggerakan tulang.

Otot ada yang melekat langsung pada tulang, tetapi dimana bagian terbesarnya mempengaruhi fungsi
(mis : pada tangan), tangan yang berhubungan langsung dengan tulang, atau dimana kerjanya perlu
dikonsentrasikan, otot dilekatkan dengan tendon fibrosa. Tendon menyerupai korda, seperti tali, atau
bahkan seperti lembaran (misalnya :pada bagian depan abdomen). Tidak ada otot yang bekerja sendiri.
Otot selalu bekerja sebagai bagian dari kelompok, dibawah control system saraf.

Fungsi otot dapat digambarkan dengan memperhatikan lengan atas. Otot bisep dari lengan atas
dilekatkan oleh tendon ke skapula. Perlekatan ini biasanya tetap stasioner dan adalah asal (origo) dari
otot. Ujung yang lain dari otot dilekatkan pada radius. Perlekatan ini untuk menggerakan otot dan
diketahui sebagai insersio dari otot.

Bisep adalah otot fleksor; otot ini menekuk sendi, mengangkat lengan saat ia memendek. Otot ini juga
cenderung memutar lengan untuk memposisikan telapak tengadah karena titik insersinya. Otot trisep
pada punggung lengan atas adalah otot ekstensor: otot ini meluruskan sendi, mempunyai aksi yang
berlawanan dengan otot bisep.

3. Struktur Otot Rangka

Otot rangka tersusun atas sejumlah besar serat-serat otot. Sel-sel silindris tidak bercabang. Otot ini
disokong oleh jaringan ikat dan mempunyai banyak suplai darah dan saraf. Setiap sel mempunyai banyak
nuklei dan mempunyai penampilan lurik. Dindingnya atau sarkolema, mengandung myofibril yang
dibungkus dengan rapat dalam sarkoplasma cair. Didalamnya juga ada banyak mitokondria. Warna
merah dari otot berhubungan dengan mioglobin, suatu protein seperti hemoglobin dalam sarkoplasma.
Setiap miofibril mempunyai lurik (striasi) terang dan gelap secara bergantian, disebut pita I dan A secara
berurutan. Striasi disebabkan oleh 2 tipe filamen, satu mengandung proteinaktin, dan lainnya
mengandung protein myosin.

Kontraksi otot adalah karena reaksi filament aktin dan miosin satu sama lain, seperti ketika mereka
menyisip satu sama lain dan menarik ujung dari sel otot saling mendekat. Serat otot memendek sampai
dengan sepertiga dari panjangnya saat kontraksi.

Serat-serat otot biasanya menjalar sejajar terhadap arah tarikan, baik tanpa tendon (otot kepeng) mis.,
otot interkostal, atau dengan tendon pada ujungnya (otot fusiformis) mis., otot bisep. Otot-otot ini
mempunyai rentang gerak yang besar tetapi relative lemah.

Otot pennate lebih kuat daripada tipe otot di atas, tetapi mempunyai rentang gerak lebih pendek. Pada
otot ini, serat-serat menjalar membentuk sudut terhadap arah tarikan dan menyisip ke dalam tendon
sentral atau tendon pengimbang.

4. Histologi Otot

Ada tiga jenis jaringan otot yang dapat dibedakan atas dasar strukturnya dan ciri fiologis yaitu otot polos,
otot lurik, dan otot jantung.

Otot polos (smooth muscle/involuntary muscle)

Otot polos mengandung sel berbentuk spindle dengan panjang 40-200 µm dengan inti terletak di tengah.
Myofibril ini sukar diperlihatkan dan tidak mempunyai corak melintang. Serabut reticular transversa
menghubungkan sel-sel otot yang berdekatan dan membentuk suatu ikatan sehingga membentuk unik
fungsional. Otot polos tidak dibawah pengaruh kehendak.

Otot lurik (skeleton muscle/voluntary muscle)

Otot lurik mengandung sel-sel otot (serabut otot) dengan ukuran tebal 10-100 µm dan panjang 15 cm.
Serabut otot lurik berasal dari myotom, inti terletak dipinggir, dibawah sarcolema. Memanjang sesuai
sumbu panjang serabut otot. Beberapa serabut otot bergabung membentuk berkas otot yang dibungkus
jaringan ikat yang disebut endomycium. Bebefrapa endomycium disatukan jaringan ikat disebut
perimycium. Beberapa perimycium dibungkus oleh jaringan ikat yang disebut epimycium (fascia). Otot
lurik dipersyafi oleh system cerebrosfinal dan dapata dikendalikan. Otot lurik terdapat pada otot skelet,
lidah, diaphragm, bagian atas dinding oesophagus.

Otot Jantung
Terdiri dari serabut otot yang bercorak yang bersifat kontraksinya bersifat otonom. Tetapi dapat
dipengaruhi system vagal. Serabutnya bercabang-cabang, saling berhubungan dengan serabut otot di
dekatnya. Intinya berbentuk panjang dan terletak di tengah.Sarkosom jauh lebih banyak dari pada otot
rangka.

5. Persarafan Otot Rangka

Otot dipersarafi oleh 2 serat saraf pendek :

Saraf sensorik yang membawa impuls dari otot, terutama dari reseptor regangan khusus, gelondong otot

Saraf motorik yang membawa impuls ke otot untuk memicu kontraksi otot

Korpus sel dari sel-sel saraf motorik terdapat dalam kornu anterior substansia grisea dalam medula
spinalis. Setiap sel saraf mempunyai serat utama atau akson yang bercabang untuk mempersarafi 50
sampai 200 serat otot. Semua korpus sel mempersarafi satu sel otot yang terletak berdekatan dalam
medulla spinalis. Impuls saraf mencapai setiap serat otot kira-kira di bagian tegahnya, pada motor end
plate. Datangnya impuls saraf ini menyebabkan simpanan asetilkolin dilepaskan dari motor dan plate.
Asetilkolin bekerja untuk memperkuat impuls saraf. Ini menyebabkan gelombang besar aktivitas listrik
untuk menjalar sepanjang otot, menimbulkan perubahan yang menyebabkan otot berkontraksi.
Kekuatan kontaksi tergantung pada jumlah serat-serat yang terstimulasi. Bila impuls berhenti maka otot
rileks.

Gambar 2.7 : Struktur Rangka


2.4.4 Tendon

Tendon merupakan berkas (bundel) serat kolagen yang melekatkan otot ke tulang. Tendon menyalurkan
gaya yang dihasilkan oleh kontraksi otot ke tulang. serat kolagen dianggap sebagai jaringan ikat dan
dihasilkan oleh sel-sel fibroblas.

Gambar 2.8 : Tendon

2.4.5 Ligament

Ligament adalah taut fibrosa kuat yang menghubungkan tulang ke tulang, biasanya di sendi. Ligament
memungkinkan dan membatasi gerakan sendi.

2.5 Fungsi aman dan nyaman

Pemenuhan kebutuhan keamanan dan keselamatan dilakukan untuk menjaga tubuh bebas dari
kecelakaan baik pada pasien perawat atau orang yang bekerja dalam pemenuhan kebutuhan tersebut.
Prosedur pemenuhan kebutuhan keamanan dan kenyamanan dalam pelayanan keperawatan yang
dilakukan adalah mencuci tangan, menggunakan sarung tangan, menggunakan masker, menggunakan
desinfeksi dan sterilisasi, perawatan luka dan pembalutan, menjahit luka dan mengangkat jahitan.
Prosedur tersebut dilakukan dalam membantu mengurangi transmisi patogen yang dapat di tularkan,
sejalan dengan itu prosedur ini merupakan bagian pemenuhan kebutuhan keamanan dan kenyamanan.

2.6 Klasifikasi keamanan dan kenyamanan

2.6.1 Keselamatan Fisik

Mempertahankan keselamatan fisik melibatkan keadaan mengurangi atau mengelurkan ancaman pada
tubuh atau kehidupan. Ancaman tersebut mungkin penyakit, kecelakaan,bahaya,atau pemajanan pada
lingkungan. Pada saat sakit, seorang klien mungkin rentan terhadap komplikasi seperti infiksi, olehkarena
itu bergantung padaprofesional dalam sistempelayanan kesehatan untuk perlindungan.

Memenuhi kebutuhan keselamatan fisik kadang mengambil prioritas lebih dahulu di atas
pemenuhankebutuhan fisiologis.. Misalnya,seorang perawat mungkin perlu melindungiklien disointasi
dari kemungkinan jatuh dari tempat tidur sebelum memberikan perawatan untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi. (Potter&Perry, 2005).

2.6.2 Keselamatan Psikologis

Untuk selamat dan aman secara psikologi, seorang manusia harus memahami apa yang diharapkan dari
orang lain, termasuk anggota keluarga dan profesionl pemberi perawatan kesehatan. Seseorang harus
mengetahui apa yang diharapkan dari prosedur, pengalaman yang baru, dan hal-hal yang dijumpai dalam
lingkungan.

Orang dewasa yang sehat secara umum mampu memenuhi kebutuhan keselamatan fisik dan psikologis
merekat tanpa bantuan dari profesional pemberi perawatan kesehatan.Bagaimanapun,orang yang sakit
atau acat lebih renta untukterancam kesejahteraan fisik dan emosinya,sehingga intervensi yang
dilakukan perawat adalah untuk membantu melindungi mereka dari bahaya (Potter&Perry, 2005).

2.6.3 Karakteristik dari keamanan

Karakteristik dari kemanan mencakup 3 hal yaitu pervasiveness (mempengaruhi/mengisi), perception


(persepsi), dan management (managemen) (Craven, 2001)

1. Pervasiveness

Kemanan adalah pengisi, mempengaruhi segalanya. Scara khusus, individu sangat memperhatikan
kemanan pada setiap atau semua aktivitasnya, termasuk makan, bernafas, tidur, bekerja, dan bermain.
Secara umum, individu mengasumsikan atau bertanggung jawab terhadap kemanan dari mereka sendiri.

2. Persepsi

Persepsi seseorang terhadap bahaya mempengaruhi dalam penyusunan kemanan ke dalam aktivitas
sehari-hari mereka. Pengukuran kemanan efektif hanya sejauh sebagai seseorang yang mengerti secara
akurat dan menghindari bahaya. Manusia tidak mengerti faktor-faktor keamanan, tetapi mereka belajar
secara sendiri melalui proses kehidupan mereka. Kematangan membawa dalam menyusun hal-hal yang
mungkin membahayakan dan menyadari betapa pentingnya keamanan. Keluarga, guru, pekerja
kesehatan dan hukum berkontribusi dalam meningkatkan tingkat pengetahuan dan kesadaran akan
keamanan dan prinsip-prinsip pencegahan injuri.

3. Management

Seseorang mungkin pada suatu waktu menyadari bahaya dalam lingkungannya. Ia akan mengukur
terhadap hal tersebut untuk mencegah bahaya dan mempraktekkan keamanan.

2.7 Faktor yang mempengaruhi keamanan dan kenyamanan


1. Usia

Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri, khususnya padaanak-anak dan lansia. Anak
kecil mempunyai kesulitan memahami nyeri danprosedur yang dilakukan perawat yang menyebabkan
nyeri. Anak-anak jugamengalami kesulitan secara verbal dalam mengungkapkan dan
mengekspresikannyeri. Sedangkan pasien yang berusia lanjut, memiliki resiko tinggi mengalamisituasi
yang membuat mereka merasakan nyeri akibat adanya komplikasi penyakit dan degeneratif.

2. Jenis kelamin

Beberapa kebudayaan yang mempengaruhi jenis kelamin misalnyamenganggap bahwa seorang anak laki-
laki harus berani dan tidak boleh menangis,sedangkan anak perempuan boleh menangis dalam situasi
yang sama. Namunsecara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam
beresponterhadap nyeri.

3. Kebudayaan

Beberapa kebudayaan yakin bahwa memperlihatkan nyeri adalah sesuatuyang alamiah. Kebudayaan lain
cenderung untuk melatih perilaku yang tertutup.Sosialisasi budaya menentukan perilaku psikologis
seseorang. Dengandemikian hal ini dapat mempengaruhi pengeluaran fisiologis opial endogensehingga
terjadilah persepsi nyeri.

4. Makna nyeri

Individu akan mempersepsikan nyeri berbeda-beda apabila nyeri tersebutmemberi kesan ancaman,
suatu kehilangan, hukuman dan tantangan. Makna nyerimempengaruhi pengalaman nyeri dan cara
seseorang beradaptasi terhadap nyeri.

5. Perhatian

Tingkat seorang pasien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapatmempengaruhi persepsi nyeri.
Perhatian yang meningkat dihubungkan dengannyeri yang meningkat sedangkan upaya pengalihan
(distraksi) dihubungkandengan respon nyeri yang menurun.

6. Ansietas

Ansietas seringkali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapatmenimbulkan suatu perasaan
ansietas. Apabila rasa cemas tidak mendapatperhatian dapat menimbulkan suatu masalah
penatalaksanaan nyeri yang serius.
7. Keletihan

Rasa kelelahan menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif danmenurunkan kemampuan koping
sehingga meningkatkan persepsi nyeri.

8. Pengalaman

Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri sebelumnya namun tidak selalu berarti bahwa individu
tersebut akan menerima nyeri dengan lebih mudah di masa datang.

9. Gaya koping

Individu yang memiiiki lokus kendali internal mempersepsikan diri merekasebagai individu yang dapat
mengendalikan lingkungan mereka dan hasil akhirsuatu peristiwa seperti nyeri. Sebaliknya, individu yang
memiliki lokus kendalieksternal mempersepsikan faktor lain di dalam lingkungan mereka seperti
perawatsebagai individu yang bertanggung jawab terhadap hasil akhir suatu peristiwa.

10. Dukungan keluarga dan sosial

Kehadiran orang-orang terdekat pasien dan bagaimana sikap merekaterhadap pasien mempengaruhi
respon nyeri. Pasien dengan nyeri memerlukandukungan, bantuan dan perlindungan walaupun nyeri
tetap dirasakan namunkehadiran orang yang dicintai akan meminimalkan kesepian dan ketakutan.

2.8 Gangguan Keamanan Dan Keselamatan

2.8.1 Beberapa bahaya yang sering mengancam klien :

1. Api /kebakaran

Api adalah bahaya umum baik di rumah maupun rumah sakit. Penyebab kebakaran yang paling sering
adalah rokok dan hubungan pendek arus listrik. Kebakaran dapat terjadi jika terdapat tiga elemen
sebagai berikut: panas yang cukup, bahan-bahan yang mudah terbakar, dan oksigen yang cukup.

2. Luka bakar (Scalds and burns).

Scald adalah luka bakar yang diakibatkan oleh cairan atau uap panas, seperti uap air panas. Burn adalah
luka bakar diakibatkan terpapar oleh panas tinggi, bahan kimia, listrik, atau agen radioaktif. Klien
dirumah sakit yang berisiko terhadap luka bakar adalah klien yang mengalami penurunan sensasi suhu
dipermukaan kulit.

3. Jatuh.

Terjatuh bisa terjadi pada siapa saja terutama bayi dan lansia. Jatuh dapat terjadi akibat lantai licin dan
berair, alat-alat yang berantakkan, lingkungan dengan pencahayaan yang kurang.

4. Keracunan.
Racun adalah semua zat yang dapat mencederai atau membunuh melalui aktivitas kimianya jika dihisap,
disuntikkan, digunakan, atau diserap dalam jumlah yang cukup sedikit. Penyebab utama keracunan pada
anak-anak adalah penyimpanan bahan berbahaya atau beracun yang sembarangan, pada remaja adalah
gigitan serangga dan ular atau upaya bunuh diri. Pada lansia biasanya akibat salah makan obat (karena
penurunan pengelihatan) atau akibat overdosis obat (karena penurunan daya ingat).

5. Sengatan listrik

Sengatan listrik dan hubungan arus pendek adalah bahaya yang harus diwaspadai oleh perawat.
Perlengkapan listrik yang tidak baik dapat menyebabkan sengatan listrik bahkan kebakaran, contoh:
percikan listrik didekat gas anestesi atau oksigen konsentrasi tinggi. Salah satu pencegahannya adalah
dengan menggunakan alat listrik yang grounded yaitu bersifat mentransmisi aliran listrik dari suatu objek
langsung kepermukaan tanah.

6. Suara bising.

Suara bising adalah bahaya yang dapat menyebabkan hilangnya fungsi pendengaran, tergantung dari:
tingkat kebisingan, frekuensi terpapar kebisingan, dan lamanya terpapar kebisingan serta kerentanan
individu. Suara diatas 120 desibel dapat menyebabkan nyeri dan gangguan pendengaran walaupun klien
hanya terpapar sebentar. Terpaparsuara 85-95 desibel untuk beberapa jam per hari dapat menyebabkan
gangguan pendengaran yang progressive. Suara bising dibawah 85 desibel biasanya tidak mengganggu
pendengaran.

7. Radiasi.

Cedera radiasi dapat terjadi akibat terpapar zat radioaktif yang berlebihan atau pengobatan melalui
radiasi yang merusak sel lain. Zat radioaktif digunakan dalam prosedur diagnoostik seperti radiografi,
fluoroscopy, dan pengobatan nuklir. Contoh isotop yang sering digunakan adalah kalsium, iodine, fosfor.

8. Suffocation (asfiksia) atau Choking (tersedak).

Tersedak (suffocation atau asphyxiation) adalah keadaan kekurangan oksigen akibat gangguan dalam
bernafas. Suffocation bisa terjadi jika sumber udara terhambat/terhenti contoh pada klien tenggelam
atau kepalanya terbungkus plastik. Suffocation juga bisa disebabkan oleh adanya benda asing di saluran
nafas atas yang menghalangi udara masuk ke paru-paru. Jika klien tidak segera ditolong bisa terjadi henti
nafas dan henti jantung serta kematian.

9. Lain-lain

kecelakaan bisa juga disebabkan oleh alat-alat medis yang tidak berfungsi dengan baik (equipment-
related accidents) dan kesalahan prosedur yang tidak disengaja (procedure-related equipment).

You might also like