You are on page 1of 8

EFEKTIVITAS MADU (TERSTANDARISASI) DAN SALEP ANTIBIOTIC

TERHADAP PENYEMBUHAN LUKAPOST SIRKUMSISI PADA ANAK


DI DESAPATAMPANUA KEC. MATAKALI
KAB. POLEWALI MANDAR

Andi Mayasari Usman


latar belakang : Sirkumsisi atau sunat sudah dilakukan sejak jaman pra sejarah. Secara medis
dikatakan bahwa sirkumsisi sangat menguntungkan bagi kesehatan. Luka sirkumsisi ada
sedikit jaringan yang hilang karena luka ini hasil tindakan pemotongan, maka diperlukan
adanya perawatan khusus agar tidak terjadi infeksi, dalam penyembuhan luka dipengaruhi
beberapa faktor ntara lain adalah nutrisi, perawatan luka, psikologis dan spiritual.

Tujuan penelitian : Untuk mengetahui Efektivitas Madu (Terstandarisasi) Terhadap


Penyembuhan Luka Post Sirkumsisi Pada Anak Di Desa Patampanua Kec. Matakali Kab.
Polewali Mandar.

Desain penelitian : penelitian ini memakai Quasi-Experiment dengan rancangan penelitian


kulitatif dengan desain studi kasus yaitu suatu proses naturalistik karena penelitiannya
dilakukan pada kondisi yang alamiah untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik
mengenai orang atau obyek yang di teliti. Dimana hanya melibatkan satu kelompok
eksperimental

Kata kunci : madu dan salep antibiotic, luka post sirkumsisi pada anak.

HONEY EFFECTIVENESS (TERSTANDARISATION) AND ANTIBIOTIC SALEP ON


HEALING OF POST CIRCUMSISI IN HEARING CHILDREN
IN THE VILLAGE PATAMPANUA KEC.MATAKALI
KAB.POLEWALI MANDAR IN 2017

Background : Circumcision or circumcision has been done since prehistoric times. Medically
it is said that circumcision is very beneficial for health. Circumcision wound there is little
tissue lost due to this cuts the result of cutting action, it is necessary to have special treatment
to avoid infection, in wound healing influenced by several other factors are nutrition, wound
care, psychological and spiritual.

Objective : To determine the effectiveness of Honey (Standardized) Against Healing Post


Circumcision Injury In Children In The Village Patampanua Kec. Matakali Kab. Polewali
Mandar.

Research design : this study using Quasi-Experiment with analide design (comparation
between (unpaired) two means) is a research design that seeks to reveal the causal
relationship of unpaired independent samples. Which only involves one experimental group

Research result : obtained from both samples / respondents where 1 respondents were given
standardized honey spread on the area that had been circumcised had been healed 11 days,
while 1 respondent who was given ointment of antibiotic ointment long healed also 10 days.
In this study there was no difference in the duration of healing using standardized honey and
antibiotic ointment where there was only one day difference in the circumcision wound
healing, which means that the effectiveness of honey and antibiotic ointment were no
different.

Keywords: honey and antibiotic ointment, post circumcision injury in child.

References: 12 books from 2007-2015.

PENDAHULUAN banyak anak post sirkumsisi yang


Sirkumsisi atau yang sering disebut mengalami penyembuhan luka yang
khitan dapat menyelamatkan 3 juta jiwa lambat. Biasanya luka sirkumsisi ada
dalam waktu 20 tahun kedepan. Para pakar sedikit jaringan yang hilang karena luka ini
kesehatan menegaskan, tindakan khitan hasil tindakan pemotongan. Kecepatan
bisa mengurangi resiko HIV, tetapi bukan penyembuhan luka sirkumsisi biasanya 7 –
menghilangkan resiko. prevalensi khitan di 10 hari, reepitelisasi secara normal sudah
Australia diperkirakan sebanyak 70 %. sempurna.
Sedangkan di Turki yang merupakan Upaya untuk mengatasi
negara dengan mayoritas penduduk keterlambatan penyembuhan luka post
beragama islam prevalensi khitan sirkumsisi yaitu dengan memperhatikan
mencapai 99 %. Sedangkan di negara- faktor-faktor seperti nutrisi yang
negara Asia-Afrika dengan prevalensi memenuhi kebutuhan, spiritual, personal
populasi laki-laki disunat < 20 % hygiene, perawatan luka dan pemberian
mempunyai prevalensi HIV beberapa kali obat turut serta dalam proses
lebih tinggi dibandingkan di negara-negara penyembuhan.
dengan populasi laki-laki disunat mencapai Dari zaman dahulu, madu merupakan
80 %. Berdasarkan hasil penelitian afrika makanan yang sangat digemari dan
selatan, pria yang menjali sunat resiko digunakan sebagai obat. Ditemukan dalam
terkena HIV 76 % lebih rendah dari yang lukisan-lukisan dalam piramida Mesir
tidak disunat (Nur Khasanah, 2015). yang menggambarkan penggunaan madu
sebagai makanan dan obat-obatan. Juga di
Saat ini belum ada data statistik yang dalam koleksi George Eber yang dilukis
menyebutkan lama penyembuhan pasien 3.500 tahun yang lalu dalam satu jenis
sirkumsisi baik yang menggunakan salep rumput menerangkan bahwa madu bisa
antibiotik maupun yang tidak digunakan untuk mengobati luka-luka,
menggunakan salep antibiotik. Namun dari merangsang urinasi, dan mempermudah
studi awal menunjukkan bahwa lama pengeluaran isi perut. Pada tahun 1993 Dr.
penyembuhan luka post sirkumsisi dengan Efan melakukan riset, ia mengobati 20
salep antibiotok lebih cepat dari pada yang orang pasien ia memberikan kumuran
tidak menggunakan (Nur Khasanah, 2015). madu selain memberikan antibiotik
Hasil penelitian yang dilakukan, (Sri melalui mulut. Ia melakukan cara ini
Hananto Ponco Nugroho) dalam “Jurnal sebagai cara yang lebih unggul dari
Pengaruh Mendengarkan Bacaan Al- pengobatan tradisional (Aris Budi Susilo,
Qur’an Terhadap Penyembuhan Luka Post 2014).
Sirkumsisi Dibalai Pengobatan Keuntungan klinik penggunaan madu
Lamongan”, Vol.01, No.XVII, Maret 2014. dalam perawatan luka maligna yaitu
pada 15 anak post sirkumsisi, di dapatkan mampu membebaskan mikroba,
10 anak post sirkumsisi (66,67%) melepaskan jaringan nekrotik, dan bekerja
mengalami proses penyembuhan yang sebagai anti inflamasi. Madu juga telah
lambat dan 5 anak (33,33%) sembuh tepat digunakan sejak beberapa abad yang lalu
waktu. Jadi dalam penelitian ini masih dan semakin populer penggunaannya saat
ini, karena mampu melawan bakteri yang tersebut terbiasa memakai madu sebagai
resisten terhadap antibiotik. Madu yang obat, baik itu untuk luka, penyakit maupun
memberikan lingkungan hipersomatik untuk dikomsumsi saja.
pada luka mampu menghambat Dari studi awal yang calon peneliti
pertumbuhan baketri dan membantu lakukan kepada 7 orang perawat yang
debridement luka. Madu juga dapat sudah sering dan telah berpengalaman
melepas hidrogen peroksida secara melakukan sirkumsisi atau khitan di
perlahan pada luka sebagai agen anti wilayah kerja puskesmas Matakali, yang
bekteri (Septa Wahyu Irhamni, 2012). dimana 5 diantaranya mengatakan lama
Di Sulawesi Barat sendiri utamanya sembuhnya luka post sirkumsisi itu 8 hari,
di Polewali Mandar madu telah dipercaya dan 2 diantanya mengatakan < 8 hari,
dan diyakini mampu mengobati berbagai dengan menggunakan salep antibiotik. Dan
jenis penyakit bahkan digunakan sebagai sembuh disini dimaksudkan ketika lukanya
obat luka misalnya, luka bakar, luka akibat benar-benar telah kering. Jadi rata-rata
tersiram air panas dll. Hingga saat ini lama sembuhnya luka post sirkumsisi
madu masih dipercaya di mandar sebagai mencapai 8 hari.
obat luka yang dapat menyembuhkan Dari masalah diatas peneliti tertarik
dengan cepat dan sebagai obat berbagai untuk meneliti dan mengetahui seberapa
penyakit serta diperkuat dengan adanya cepat penyembuhan luka post sirkumsisi
berbagai penelitian tentang madu yang pada anak dengan menggunakan olesan
mebuktikan bahwa madu mampu madu (Terstandarisasi) serta
mempercepat proses penyembuhan pada membandingkannya dengan salep
luka. Dari beberapa orang tua di Desa antibiotic yang telah digunakan diwilayah
Patampanua Kecamatan Matakali kerja puskemas matakali Kab.Polewali
Kabupaten Polewali Mandar yang calon Mandar.
peneliti wawancara, 4 dari 5 orang tua

METODE PENELITIAN Pada penelitian ini populasinya adalah


Jenis dan Metode Penelitian dua kelompok anak post sirkumsisi yang
Rancangan penelitian ini adalah masing-masing berjumlah 1 orang anak.
penelitian kualitatif dengan desain studi Adapun rencana penelitian adalah sampai
kasus yaitu suatu proses naturalistik karena luka post sirkumsisinya sembuh. Dengan
penelitiannya dilakukan pada kondisi yang jumlah anak post sirkumsisi yakni 2 orang
alamiah untuk mendapatkan pemahaman anak yang berada di Desa Patampanua
yang lebih baik mengenai orang atau Kec.Matakali Kab.Polewali Mandar.
obyek yang di teliti (M. Sopiyudin D,
2012). Sampel
Dalam penelitian ini menggunakan Dalam penelitian ini, sampel yang
kelompok perlakuan yakni, kelompok diambil berdasarkan kriteria-kriteria :
perlakuan pemberian olesan madu dan Kriteria inklusi
kelompok pemberian olesan salep Kriteria inklusi merupakan kriteria dimana
antibiotic pada anak luka post subjek peneliti mewakili sampel penelitian
sirkumsisi. yang memenuhi syarat sebagai sampel
Lokasi dan Waktu Penelitian (Agus Riyanto, 2011).
Penelitian ini telah dilaksanakan di Anak post sirkumsisi/khitan
Puskesmas Pekkabata pada bulan Februari yang kooperatif bersedia untuk
sampai Mei Tahun 2017. dijadikan sampel penelitian.
Populasi dan Sampel Anak post sirkumsisi yang
berada di desa Patampanua kec.
Populasi Matakali kab. Polewali Mandar.
Anak usia 8 tahun. Anak post sirkumsisi/khitan
Kriteria eksklusi yang tidak berada di desa
Anak post sirkumsisi/khitan Patampanua kec. Matakali kab.
yang tidak bersedia untuk dijadikan Polewali Mandar.
sampel penelitian Anak usia < 8.
HASIL DAN PEMBAHASAN relevan dengan tujuan penlitian sebelum
Hasil Penelitian dianalisis lebih lanjut. Adapun variabel
Analisa Univariat yang akan dimaksud dalam analisis adalah
Analisis Univariat dilakukan untuk sebagai berikut :
menilai distribusi frekuensi Variabel yang
Tabel 4.1
Distribusi Responden berdasarkan jenis pendidikan
No Pendidikan Frekuensi %
1 TS 1 50
2 SD 1 50
Total 2 100
Sumber : Data Primer 2017
Berdasarkan sekolah (TS), dan 1
tabel 4.1, diketahui dari responden (50%)
2 responden, 1 sekolah dasar (SD).
responden (50%) tidak
Tabel 4.2
Distribusi responden berdasarkan pemberian olesan
No Jenis Olesan Frekuensi %
1 Madu Terstandarisasi 1 50
2 Salep Antibiotik 1 50
Total 2 100
Sumber : Data Primer 2017
Berdasarkan menggunakan olesan
tabel 4.2, diketahui dari madu terstandarisasi,
2 responden, 1 dan 1 responden (50%)
responden (50%) olesan salep antibiotik.
Analisa Bivariat
Analisis bivariat ini dilakukan dengan maksud untuk mempelajari hubungan antar
variabel sosial yang terdiri dari beberapa sub variabel.
Tabel 4.3
Analisis pemberian olesan madu “terstandarisasi” dan salep antibiotic
terhadap lama penyembuhan luka post sirkumsisi di Desa Patampanua
Kec.Matakali Kab.Polewali Mandar.

JENIS OLESAN
No
Madu (terstandarisasi) Stadium Salep antibiotik Stadium
1 Hari 1 IV Hari 1 IV
2 Hari 2 IV Hari 2 IV
3 Hari 3 IV Hari 3 IV
4 Hari 4 IV Hari 4 III
5 Hari 5 III Hari 5 III
6 Hari 6 III Hari 6 III
7 Hari 7 III Hari 7 II
8 Hari 8 II Hari 8 II
9 Hari 9 II Hari 9 II
10 Hari 10 II Hari 10 I
11 Hari 11 I
Sumber : Data Primer 2017
Berdasarkan tabel 4.3, diketahui derajat IV, proses inflamasi pada hari
dari 2 responden, 1 responden ketiga luka derajat IV, proses inflamasi
menggunakan olesan madu terstandarisasi pada hari keempat luka derajat III, proses
mengalami penyembuhan luka post inflamasi pada hari kelima luka derajat III,
sirkumsisi selama 11 hari, dimana proses proses inflamasi pada hari keenam luka
inflamasi pada hari pertama mencapai luka derajat III, hari ketujuh proses granulasi
derajat/stadium IV, proses inflamasi pada mulai terbentuk dengan derajat luka III,
hari kedua mencapai luka derajat IV, proses granulasi pada hari kedelapan
proses inflamasi pada hari ketiga luka derajat luka II, proses granulasi pada hari
derajat IV, proses inflamasi pada hari kesembilan derajat luka II, dan pada hari
keempat luka derajat III, proses inflamasi kesepuluh telah mencapai proses maturasi
pada hari kelima luka derajat III, proses dengan luka stadium I. Dimana
inflamasi pada hari keenam luka derajat penggunaan olesan salep antibiotik ini satu
III, hari ketujuh proses granulasi mulai hari lebih cepat dari pada menggunakan
terbentuk dengan derajat luka III, proses madu terstandarisasi (PUP, 2007).
granulasi pada hari kedelapan derajat luka
II, proses granulasi pada hari kesembilan Jadi dari tabel analisa data diatas
derajat luka II, proses granulasi pada hari dapat diketahui bahwa tidak terlalu banyak
kesepuluh stadium II, dan pada hari perbedaan yang dapat kita lihat dari kedua
kesebelas mencapai proses maturasi penggunaan olesan tersebut dikarenakan
dengan luka sudah mencapai stadium I. hanya terjadi perbedaan sehari saja dalam
proses penyembuhan lukanya namun yang
Dan 1 responden dengan olesan patut diperhatikan disini adalah proses
salep antibiotik mengalami penyembuhan inflamasi pada penggunaan olesan madu
luka post sirkumsisi selama 10 hari, yakni 6 hari lebih lama dibandingkan
dimana proses inflamasi pada hari pertama dengan penggunaan olesan salep antibiotik
mencapai luka derajat/stadium IV, proses yakni cuman 4 hari.
inflamasi pada hari kedua mencapai luka

PEMBAHASAN hidup. Sifat ini terdapat pada madu murni


Untuk pembahasan ini dibagi sedangkan pada madu campuran bakteri
kedalam dua bagian yaitu pembahasan masih bisa hidup. Madu mempunyai sifat
mengenai efektifitas madu terhadap higroskofis menarik air dari lingkungan
penyembuhan luka dan efektifitas salep sekitarnya.
antibiotic terhadap penyembuhan luka Dengan sifat higroskofis ini madu
pada anak post sirkumsisi. dapat dipakai untuk mengompres luka luar
Pemberian Olesan Madu seperti borok akibat infeksi. Luka-luka
“terstandarisasi” yang bersifat basah akan lebih cepat kering
Salah satu sifat madu adalah karena air dipermukaan bagian tubuh yang
perservatif atau bersifat mengawetkan, luka akan ditarik oleh madu. (Septa
dimana madu mempunyai sifat osmolastis Wahyu Irhamni, 2012).
yang tinggi sehingga bakteri sulit untuk
Madu yang memberikan Dimana pada penelitian ini
lingkungan hipersomatik pada luka penggunaan salep lebih cepat sembuh dari
mampu menghambat pertumbuhan baketri pada penggunaan madu. yang dapat
dan membantu debridement luka. Madu disimpulkan bahwa hasil penelitian ini
juga dapat melepas hidrogen peroksida pemberian olesan salep antibiotik
secara perlahan pada luka sebagai agen terhadap lama penyembuhan luka post
anti bekteri. Sehingga penggunaan madu sirkumsisi lebih efektif dibandingkan
dalam perawatan luka maligna yaitu dengan pemberian olesan madu
mampu membebaskan mikroba, terstandarisasi.
melepaskan jaringan nekrotik, dan bekerja KESIMPULAN DAN SARAN
sebagai anti inflamasi juga mampu Kesimpulan
melawan bakteri yang resisten terhadap
antibiotik. Madu mengandung zat Dari hasil penelitian yang
antibakteri sehingga baik untuk mengobati dilakukan ini, ada beberapa kesimpulan
luka luar dan penyakit infeksi (Teguh yang dapat ditarik antara lain :
Hariyanto, 2012).
Efektifitas pemberian
Hasil penelitian diperoleh lama
olesan madu “terstandarisasi”
pemyembuhan luka menggunakan olesan
terhadap lama penyembuhan luka
madu selama 11 hari. yang dapat
post sirkumsisi dimana lama
disimpulkan bahwa tidak terlalu banyak
penyembuhan lukanya mencapai
pengaruh pemberian olesan madu terhadap
11 hari.
lama penyembuhan luka post sirkumsisi.
Efektifitas pemberian
Namun pada proses penyembuhan luka,
olesan salep antibiotic terhadap
fase granulasinya lebih cepat dibandingkan
lama penyembuhan luka post
dengan salep antibiotic
sirkumsisi dimana lama
penyembuhan lukanya mencapai
Pemberian Olesan Salep Antibiotic 10 hari.
Salep digunakan untuk melindungi
Tidak terlalu jauh
atau menutupi kulit, dan untuk menutupi
perbedaan lama/hari penyembuhan
luka. Konsistensinya lembek seperti
luka menggunakan madu
mentega, tetapi jika dioleskan akan
“terstandarisasi” dan salep
mencair pada suhu tubuh. Salep antibiotic
antibiotic terhadap lama
adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh
penyembuhan luka post
fungi dan bakteri, yang memiliki khasiat
sirkumasisi.
mematikan atau menghambat pertumbuhan
Saran
kuman sedangkan toksisitasnya bagi
manusia relatif kecil (DirJen POM, 2007). Berdasarkan penelitian yang telah
Lazimnya antibiotic dibuat secara dilakukan peneliti memberikan saran
mikrobiologi, yaitu fungi dibiakkan dalam sebagai berikut :
tangki-tangki besar bersama zat-zat gizi
khusus. Oksigen atau udara steril Untuk institusi pendidikan
disalurkan kedalam cairan pembiakkan Agar dipergunakan sebagai bahan
guna mempercepat pertumbuhan fungi dan acuan dalam melakukan penelitian lebih
meningkatkan produksi antibiotikumnya. lanjut dan menambahkannya kedalam
Setelah diisolasi dari cairan kultur, materi perkuliahan di institusi/kampus.
antibiotiukum dimurnikan dan aktivitasnya
ditentukan (DirJen POM, 2007). Untuk profesi
Hasil penelitian diperoleh lama Agar perawat lebih meningkatkan
penyembuhan luka menggunakan olesan pelayanan khususnya pada anak luka post
salep antibiotic yakni selama 10 hari.
sirkumsisi dan tidak mengangap remeh Syamsuni, A, H, 2007, Ilmu Resep : EGC,
walaupun itu hanya operasi kecil. Jakarta, Hal 63-80.
Bagi masyarakat tempat penelitian Suranto, Adji, 2015, Khasiat & Manfaat
Agar lebih memperhatikan Madu Herbal, Argomedia Pustaka :
kesehatan dan perawatan kepada anaknya Jakarta.
yang telah dilakukan post sirkumsisi.
Wijdajanti, Nuraini, V, 2008, Obat
Obatan, Edisi Revisi 5, : Kanisius.
DAFTAR PUSTAKA Hal 90-92.

Asror, Miftahul & Farida, Yuli, 2010, Aris Budi Susilo, 2014. Perbandingan
Rahasia Sunah : Mengungkap Perawatan Luka Menggunakan
Hikmah Di Balik Sunnah Fitrah, povidone Iodine 10% Dan NACL
Madania : Jombang. Hal 87-103. 0,9% Terhadap Proses
Penyembuhan Luka Sirkumsisi Di
Dahlan, Sopiyudin, M, 2012, Langkah- Klinik Anugrah Sehat Sendang
langkah Membuat Proposal Agung Lampung Tengah. Jurnal
Penelitian Bidang Kedokteran dan Keperawatan Indonesia, Vol 12,
Kesehatan, Seri 3 Evidedence No 1. Hal 1-12.
Based Medicine : Edisi 2, Sagung
Seto : Jakarta. Azhar, Milian, 2012. Pengaruh Sirkumsisi
Terhadap Terjadinya Isk Pada
DepKes, RI, DirJen, POM, 2007, Anak Usia Sekolah Dasar Di
Kompendia Obat Bebas, Sagung Denpasar. Jurnal Keperawatan
Seto : Jakarta. Indonesia, Volume 12, No. 1.
Maret 12. Hal 34-39
Hariyanto, Teguh, 2012, Budi Daya Lebah
Madu, Caraka Darma Aksara : Harsono, Anik Suwarni, Lilis Murtutik,
Mataram, NTB. 2009. Perbandingan Penyembuhan
Luka Post Sirkumsisi Dengan
Indrawati, dkk, 2008, Bahan Kimia Obat, Menggunakan Metode Eletro
Artha Rivera : Bandung. Couter Dan Metode Konvensional
Pada Pasien Sirkumsisi Di
Junaedi, Iskandar, 2011, Pedoman
Poliklinik Morodadi Boyolali.
Pertolongan Pertama Yang Harus
Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia
Dilakukan saat Gawat Dan
Vol. 1, No.1, Februari 2011.
Darurat Medis, Andi Offset :
Yogyakarta. Nur Azhar, 2010. Hubungan dukungan
keluarga dengan motivasi anak
Najmah, 2011, Managemen & Analisa
Usia sekolah (7-12 tahun) untuk
Data Kesehatan : Kombinasi Teori
melakukan sirkumsisi. Berita ilmu
Dan Aplikasi SPSS : Medical Book,
keperawatan ISSN 1997-2697,
Nuha Medika : Yogyakarta.
Vol.1 No 4.
Nursalam, 2008, Konsep Dan Penerapan
Nur Khasanah, 2015. Pengaruh Pemberian
Metodologi Penelitian ilmu
Informasi Terhadap Tingkat
Keperawatan, Salemba Medika :
Kecemasan Pada Anak Sebelum
Jakarta.
Khitan di Pondok Khitan R.
Riyanto, Agus, 2011, Aplikasi Metodologi Isnanta Wonosidi Lor Wates.
Penelitian Kesehatan : Medical FIKKES Jurnal Keperawatan Vol.
Book, Nuha Medika : Yogyakarta. 1 No 2.
Septa Wahyu Irhamni, 2012. Lindungi Keperawatan Indonesia, Vol 11,
Risiko AID, WHO akui pentingnya No 1.
Khitan kaum pria. Jurnal
Kebidanan Vol IV. No. 01. Adika Mianoki, 2014, Ensiklopedi Khitan
Kupas Tuntas Pembahasan Khitan Dalam
Sri Hananto Ponco Nugroho, 2014. Tinjauan Syariat Dan Medis, upload 07 /
Pengaruh Mendengarkan Bacaan 2015, Dilihat 9 Januari 2017,
Al-Qur’an Terhadap Penyembuhan <http://tabayyunnews.com/wp-
Luka Post Sirkumsisi Dibalai content/uploads/2015/07/ensiklopedi-
Pengobatan Lamongan. Vol.01, khitan-kesehatan-muslim.pdf>.
No.XVII.
Wikipedia. Sunat. Halaman ini terakhir
Zulfa, Elly Nurachmah, Dewi Gayatri, diubah pada 2 April 2016, pukul
2008. Perbandingan penyembuhan 13.32. Dilihat 9 Januari 2017.
luka terbuka menggunakan balutan https://id.wikipedia.org/wiki/Sunat.
madu atau balutan normal salin-
povidone iodine. Jurnal

You might also like