You are on page 1of 14

HUBUNGAN ANTARA HIPERTENSI DAN HIPERTROFI

VENTRIKEL KIRI PADA PASIEN LANSIA DENGAN ATRIAL


FIBRILASI

JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan


guna mencapai gelar sarjana strata-1 pendidikan dokter

BP DAMAYANTI
22010110130190

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014
LEMBAR PENGESAHAN JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

HUBUNGAN ANTARA HIPERTENSI DAN HIPERTROFI VENTRIKEL


KIRI PADA PASIEN LANSIA DENGAN
ATRIAL FIBRILASI

Disusun oleh :

BP DAMAYANTI
22010110130190
Telah disetujui dengan revisi:
Semarang, 22 Juli 2014

Pembimbing,

dr. Charles Limantoro, Sp.PD,K-KV,FINASIM


NIP. 196911152005011002

Ketua Penguji Penguji

dr. Sefri Noventi Sofia, Sp. JP Dr.dr. K.Heri Nugroho Hario Seno, Sp.PD, K-EMD
NIP. 19811302008122003 NIP. 196906032005011001
HUBUNGAN ANTARA HIPERTENSI DAN HIPERTROFI VENTRIKEL
KIRI PADA PASIEN LANSIA DENGAN ATRIAL FIBRILASI

BP Damayanti*, Charles Limantoro**

ABSTRAK
Latar belakang: Atrial fibrilasi (AF) didefinisikan sebagai irama jantung yang
abnormal dengan aktivitas listrik jantung yang cepat dan tidak beraturan. Atrial
fibrilasi dapat disebabkan oleh kelainan struktur jantung. Salah satu penyebab
kelainan struktur jantung adalah hipertensi lama. Hipertensi yang berkepanjangan dan
tidak terkendali dapat mengubah struktur miokard, pembuluh darah dan sistem
konduksi jantung. Perubahan-perubahan ini dapat mengakibatkan kelainan, salah
satunya hipertrofi ventrikel kiri.

Tujuan: Mengetahui hubungan antara hipertensi dan hipertrofi ventrikel kiri pada
pasien lansia dengan atrial fibrilasi.

Metode: Data rekam medis yang dipilih berdasarkan kriteria inklusi yaitu pasien
lansia dengan atrial fibrilasi yang menderita hipertensi dan atau hipertrofi ventrikel
kiri. Data disajikan secara deskriptif kemudian dianalisis dengan metode Chi Square
atau uji FisherExact bila syarat metode Chi Square tidak terpenuhi untuk mengetahui
hubungan antara hipertensi dan hipertrofi ventrikel kiri.

Hasil: Dari data yang didapatkan pada 105 sampel pada pasien lansia (> 60 tahun)
dengan atrial fibrilasi di RSUP Dr. Kariadi Semarang periode 2013 tercatat 67
(63,80%) pasien menderita hipertensi, 36 (34,28%) pasien menderita hipertrofi
ventrikel kiri, dan 2 (1,90%) pasien menderita hipertensi dan atau hipertrofi ventrikel
kiri. Selanjutnya tidak didapatkan adanya hubungan yang bermakna antara hipertensi
dan hipertrofi ventrikel kiripada pasien lansia dengan atrial fibrilasi (p=0,204).

Kesimpulan: Pada penelitian ini didapatkan adanya hubungan yang tidak bermakna
antara hipertensi dan hipertrofi ventrikel kiri pada pasien lansia dengan atrial
fibrilasidan didapatkan prosentase pada lansia dengan atrial fibrilasi yang menderita
hipertensi lebih tinggi dari pada hipertrofi ventrikel kiri.

Kata kunci: Hipertensi, hipertrofi ventrikel kiri, atrial fibrilasi pada lansia.
*
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
**
Staf Pengajar Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro
HUBUNGAN ANTARA HIPERTENSI DAN HIPERTROFI VENTRIKEL
KIRI PADA PASIEN LANSIA DENGAN ATRIAL FIBRILASI

BP Damayanti*, Charles Limantoro **

ABSTRACT
Background: Atrial fibrillation (AF) is defined as abnormal cardiac rhythm with fast
and irregular cardiac electrical activity. Atrial fibrillation may be caused by cardiac
structure abnormalities. One of the cardiac structure abnormalities causes is chronic
hypertension. Prolonged and uncontrolled hypertension may change myocardial
structure, blood vessels and heart conduction system. These changes may cause
abnormalities, for example left ventricular hyperthropy.

Aim: To associated of hypertension and left ventricular hyperthrophy in elderly


patients with atrial fibrillation

Methods: Medical records were chosen based on inclusion criteria which are elderly
patients with atrial fibrillation suffering from hypertension or left ventricular
hypertrophy. Data were descriptively presented and analyzed using Chi square
method or Fisher Exact method if the condition of Chi Square was not fulfilled to
determine the correlation between hypertension and left ventricular hypertrophy.

Results: From 105 elderly patients (>60 years old) with atrial fibrillation in Dr.
Kariadi Semarang Hospital year 2013, there were 67 (63.80%) patients suffering
from hypertension and 36 (34.28%) with left ventricular hypertrophy, and for 2
(1,90%) patients with hypertension and or left ventricular hypertrophy. Furthermore,
there were no significant correlation between hypertension and left ventricular
hypertrophy to elderly patients with atrial fibrillation (p=0.204).

Conclusion: In this study,there was no significant association between hypertension


and left ventricular hypertrophy in elderly patients with atrial fibrillation.It was
concluded that the percentage of atrial fibrillation patients with hypertension was
higher compared to those with left ventricular hypertrophy.

Keywords: Hypertension, left ventricular hypertrophy, atrial fibrillation in elderly

*Undergraduate student of Faculty of Medicine Diponegoro University


**Department of Internal medicine of Faculty of Medicine Diponegoro University
PENDAHULUAN
Atrial fibrilasi (AF) didefinisikan sebagai irama jantung yang abnormal
dengan aktivitas listrik jantung yang cepat dan tidak beraturan.Hal ini mengakibatkan
atrium bekerja terus menerus menghantarkan impuls ke nodus AV (atrioventrikuler)
sehingga respon ventrikel menjadi ireguler. Kejadian atrial fibrilasi meningkat
dengan bertambahnya usia. Umumnya terjadi pada usia di atas 50 tahun.1

Pada abad ke-21 ini jumlah angka kejadian pada pasien dengan diagnosa atrial
fibrilasi semakin meningkat. Angka kejadian atrial fibrilasi di dunia pada tahun 2010
diperkirakan 2,66 miliar dan pada tahun 2050 diperkirakan sejumlah 12 miliar jiwa.
Dalam dua periode ini angka kematian akibat atrial fibrilasi selalu meningkat. Atrial
fibrilasi lebih banyak dijumpai pada laki-laki dibandingkan wanita, walaupun
terdapat keperpustakaan yang mengatakan tidak terdapat perbedaan jenis kelamin
yang mempengaruhi prevalensi atrial fibrilasi.2

Kejadian atrial fibrilasi dapat terjadi pada jantung dengan struktur anatomi
normal, namun umumnya lebih sering terjadi pada keadaan kelainan struktur penyakit
jantung.3 Penyebab atrial fibrilasi yang paling sering terjadi adalah akibat penyakit
jantung iskemik, penyakit jantung hipertensi, kelainan katup mitral, perikarditis,
kardiomiopati, emboli paru, pneumonia, penyakit paru obstruksi kronik, kor
pulmonal. Pada beberapa kasus, atrial fibrilasi tidak ditemukan penyebabnya.4

Atrial fibrilasi merupakan salah satu penyebab kematian. Atrial fibrilasi juga
dapat memberikan komplikasi dan kegawatan berupa terjadinya stroke, demensia,
gagal jantung dan kematian.5,6 Akibat yang ditimbulkan oleh atrial fibrilasi akan
meningkatkan risiko terjadinya stroke pada pasien pasca mengalami atrial fibrilasi
dan juga meningkatkan risiko terjadinya kematian. Selain itu, pasien pasca atrial
fibrilasi akan mengalami penurunan kualitas hidup.6

Kejadian atrial fibrilasi juga merupakan aritmia yang paling sering dijumpai
dalam praktek sehari-hari dan paling sering menjadi penyebab seseorang harus
menjalani perawatan di rumah sakit.Atrial fibrilasi makin mudah terjadi apabila
terdapat kelainan anatomi jantung. Salah satu penyebab kelainan struktur jantung
adalah hipertensi lama.2

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana dijumpai tekanan darah lebih dari
140/90 mmHg atau lebih untuk usia 13-50 tahun dan tekanan darah mencapai 160/95
mmHg untuk usia di atas 50 tahun. Dan harus dilakukan pengukuran tekanan darah
minimal sebanyak dua kali untuk lebih memastikan keadaan tersebut. Menurut Profil
Data Kesehatan Indonesia tahun 2011 terdapat 80.615 kasus baru pada tahun 2010.
Sebanyak 19.874 harus dirawat di Rumah Sakit dan angka kematian akibat hipertensi
adalah 4,81%.8

Hipertensi dapat disebabkan dan menyebabkan kerusakan berbagai organ


target seperti pembuluh darah, retina, jantung, sistem saraf pusat dan ginjal.3
Hipertensi yang berkepanjangan dan tidak terkendali dapat mengubah struktur
miokard, pembuluh darah dan sistem konduksi jantung. Perubahan-perubahan ini
dapat mengakibatkan kelainan, salah satunya hipertrofi ventrikel kiri. Gangguan
sistem konduksi, dilatasi atrium kiri, disfungsi sistolik dan diastolik juga dapat
mengalami perubahan.Hal ini mempermudah terjadinya aritmia jantung terutama
atrial fibrilasi.9 Sepengetahuan peneliti, belum pernah ada penelitian yang mencari
hubungan antara hipertensi dan hipertrofi ventrikel kiri pada pasien lansia dengan
atrial fibrilasi.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara hipertensi dan


hipertrofi ventrikel kiri pada pasien lansia dengan atrial fibrilasi.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik yang menggunakan data
sekunder dengan rancangan penelitian menggunakanmetode Cross Sectional. Sampel
pada pasien lansia (>60 tahun) dengan atrial fibrilasi yang berobat di RSUP Dr.
Kariadi Semarang pada periode 2013 berdasarkan kriteria inklusi yaitu hipertensi dan
atau hipertrofi ventrikel kiri. Berdasarkan perhitungan besar sampel menggunakan
proporsi tunggal, didapatkan derivat baku normal 5% dan margin of error 10% dan
d
menghasilkan jumlah sampel minimal sebanyak 96 subyek penelitian.
penelitian
Data yang diolah dengan catatanprosentase
prosentase hipertensi dan atau hipertensi
ventrikel kiri pada rekam medik dan disajikan secara deskriptif menggunakan excel
pada komputer. Data
ata dianalisis dan diolah menggunakan uji analitik yaitu uji Fisher
exact atau Chi Square bila sampel tidak terpenuhi . Nilai p dianggap bermakna
apabila p<0,05.

HASIL
Penelitian ini dilakukan menggunakan data rekam medik pasien lansia dengan
atrial fibrilasi dengan atau tanpa hipertensi, hipertrofi ventrikel kiri di Instalasi
Rekam
m Medik RSUP Dr. Kariadi Semarang Periode 2013 sebanyak 105 sampel.
sampel

Perbandingan Prosentase Hipertensi dan Hipertrofi Ventrikel Kiri

70
60
63.8
50
40
30 AF LANSIA
34.28
20
10
1.9
0
Hipertensi HVKi HT dan HVKi

Gambar 1.. Grafik prosentase hipertensi dan hipertrofi ventrikel kiri

Berdasarkan grafik hasil penelitian tersebut didapatkan jumlah pasien


hipertensi pada lansia dengan atrial fibrilasi sebesar 67 (63,80%) pasien. hipertrofi
ventrikel kiri pada lansia dengan atrial fibrilasi sebesar 36 (34,28%) pasien, dan 2
(1,90%) pasien menderita hipertensi dan hipertrofi ventrikel kiri.. Jumlah prosentase
pada kejadian hipertensi lebih banyak dari pada kejadian hipertrofi ventrikel kiri pada
kasus tersebut. Pengambilan sampel hipertensi penelitian ini tidak meninjau adanya
isolated hypertension (hipertensi terisolir). Perbandingan ini
ni dilakukan tanpa melihat
faktor resiko atau penyebab lainnya.

Frekuensi
uensi dan Karakteristik pada Hipertensi terhadap Hipertrofi Ventrikel Kiri
pada Pasien Lansia dengan
engan Atrial Fibrilasi

68.10% 63.80%
80%
55.60%
60% 44.40%
31.90% 36.20%
40%

20%

0%
Hipertensi Normal
HVKi Non HVKi Total

Gambar 2. Grafik frekuensi dan karakteristik kejadian hipertensi terhadap


hipertrofi ventrikel kiri pada pasien lansia atrial fibrilasi

Berdasarkan grafik penelitian pasien lansia dengan atrial fibrilasi diatas


didapatkan hasil pada pasien hipertensi dengan hipertrofi
ofi ventrikel kiri sebesar 20
(55,60 %) pasien, sedangkan pada pasien hipertensi tanpa hipertrofi ventrikel kiri
sebesar 47 (68,10%) pasien dengan total keseluruhan 67 (63,80%) pasien. Pada
pasien non hipertensi dengan hipertrofi ventrikel kiri sebesar 16 (44,40%),
sedangkan pasien non hipertensi tanpa hipertrofi ventrikel kiri sebesar 22 (31,90%)
pasien dengan total keseluruhan 38 (36,20%) pasien.
Analisis Analitik

Analisa Hubungan antara Kejadian Hipertensi terhadap Hipertrofi Ventrikel


Kiri pada Pasien Lansia dengan Atrial Fibrilasi

Tabel 1. Sebaran hipertensi terhadap kejadian hipertrofi ventrikel kiri pada lansia
dengan atrial fibrilasi

Hipertrofi Ventrikel Kiri


Hipertensi + - Total p‡
N % N % N %
Ya 20 55,6 47 68,1 67 63,8 0,204
Normal 16 44,4 22 31,9 38 36,2
Keterangan :


Pearson Chi Square

Dari tabel di atas didapatkan perhitungan data dari jumlah masing-masing


variabel bebas pada gambar. 7 dengan nilai p > 0,05 yaitu sebesar 0,204. Jadi dapat
disimpulkan tidak terdapat perbedaan bermakna pada kejadian hipertensi terhadap
kejadian hipertrofi ventrikel kiri.

PEMBAHASAN
Pada penelitian ini didapatkan hasil deskriptif hipertensi lebih besar dari pada
hipertrofi ventrikel kiri yang secara teori hipertensi dapat menyebabkan terjadinya
hipertrofi ventrikel kiri denganusaha kompensasi akibat beban tekanan (pressure
overload) atau beban volume (volume overload ) yang mengakibatkan peningkatan
tegangan dinding otot jantung.

Tekanan darah yang meningkat diakibatkan peningkatan resistensi perifer


yang dipengaruhi oleh vasokonstriksi pembuluh darah perifer serta retensi natrium
yang diperantarai oleh sistem RAAS.Resistensi yang meningkat harus diimbangi
dengan kekuatan jantung dalam memompa darah sehingga terjadi kompensasi
simpatis untuk meningkatkan kerja jantung. Kerja jantung meningkat, tekanan darah
pun meningkat. Pada proses yang kronik, otot jantung terutama otot ventrikel kiri
akan mengalami hipertrofi untuk memenuhi demand jaringan.

Pada kasus volume overload, jumlah darah yang masuk saat fase diastole
(preload) ke dalam ventrikel kiri bertambah. Preload yang meningkat tentunya akan
meningkatkan tegangan otot ventrikel sehingga dibutuhkan tenaga yang lebih besar
untuk memompa darah yang lebih banyak. Aktivasi kompensasi simpatis pun terjadi,
kontraktilitas otot ventrikel meningkat sehingga tekanan darah meningkat. Pada
proses kronik akan terjadi hipertrofi otot ventrikel tersebut untuk mengimbangi beban
cairan yang berlebih pada peningkatan tekanan darah.

Kejadian hipertensi pada atrial fibrilasi tidak selalu diawali dengan hipertrofi
ventrikel kiri dimana terjadi perbesaran otot ventrikel akibat beban tekanan darah
yang tinggi.Hal ini dikarenakan hipertensi yang berkepanjangan dan tidak terkendali
secara langsung dapat mengubah struktur miokard, pembuluh darah dan sistem
konduksi jantung yang dapat menyebabkan terjadinya atrial fibrilasi.

Perbandingan prosentase kejadian hipertensi yang lebih besar dari pada


kejadian hipertrofi ventrikel kirikemungkinan disebabkan akibat pasien lansia yang
mengalami atrial fibrilasi hanya mengalami hipertensi pada tahap dini dan belum
disertai adanya hipertrofi ventrikel kiri, serta pasien yang telah memiliki riwayat
hipertensi sebelumnya sehingga hipertensi yang muncul bukan hanya akibat dari
atrial fibrilasi melainkan disebabkan oleh faktor lain seperti kondisi pasien saat
periksa ke dokter, pemberian obat, dan riwayat penyakit sebelumnya.

Dari hasil analisis penelitian ini didapatkan nilai p > 0,05 yaitu sebesar 0,204
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara
hipertensi dengan hipertrofi ventrikel kiri. Tidak adanya hubungan yang bermakna
pada penelitian ini dapat disebabkan beberapa faktor. Beberapa faktor tersebut adalah
jumlah pasien lansia dengan atrial fibrilasi yang menderita dan berobat di RSUP Dr.
Kariadi periode 2013 lebih sedikit dibandingkan dengan penelitian sebelumnya,
adanya kemungkinan disebabkan oleh faktor-faktor lain seperti kondisi pasien saat
berobat, pemberian obat, dan riwayat hipertensi sebelumnya.

SIMPULAN DAN SARAN


Pada penelitian ini diperoleh kesimpulantidak didapatkan adanya hubungan
hipertensi dan hipertrofi ventrikel kiri dengan hasil nilai p > 0,05 yaitu sebesar 0,204
yang dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan bermakna diantara keduanya. Perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan data primer untuk
mendapatkan data yang lebih objektif, mempertimbangkan faktor-faktor risiko lain
yang berpengaruh seperti usia, jenis kelamin, riwayat penyakit sebelumnya, dan
penyakit-penyakit yang mempengaruhi seperti diabetes melitus, hiperlipidemia,
obesitas dan stress. Untuk pencatatan data pada catatan medik sebaiknya lebih
lengkap pada hasil pemeriksaan, pemeriksaan penunjang, dan hasil diagnosis.

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kepada Instalasi Rekam Medik
yang memberikan ijin dalam menggunakan hasil rekam medik, dr. Charles
Limantoro, Sp.PD, KKV, FINASIM, Dr. dr. K. Heri Nugroho HS, Sp. PD,KEMD,
FINASIM, dan dr. Sefri Noventi Sofia, Sp.JP yang telah menyediakan waktu, tenaga,
serta pikiran untuk membimbing saya serta memberikan masukan-masukan berharga
dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
DAFTAR PUSTAKA

1. Berry. A and Padgett, H. (2012). Management of patients with atrial fibrillation:


Diagnosis and Treatment. Nursing Standard/RCN Publishing. 26 (22), 47.
2. Sudoyo Aru W, Setiyohadi B, Alwi I, et al . 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid II. Edisi V. FKUI. Jakarta, Hal 1583-1679
3. Shay, E. P. (2010). Guideiin-Specific Management of Atrial Fibrilation.
Foimulary. 45. www.foimularyjournal.com
4. Patrick Davey. (2006). At a Glance Madicine. Jakarta: Penerbit Erlangga.
5. Benjamin, E. J., Chen, P. S., Bild, D. E. (2009). Prevention of atrial fibrillation:
Report From A National Heart, Lung, and Blood Institute Workshop. Circulation.
119 (4), 606–618
6. Craig, I., Coleman, White, M., Baker, W. L. (2009). An antiarrhythmic agent
forthe management of atrial fibrillation and atrial flutter. Formulary. 44.
www.formularyjoumal.com
7. Sudoyo Aru W, Setiyohadi B, Alwi I, et al . 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid II. Edisi V. FKUI. Jakarta, Hal 1777-78
8. Kementrian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia 2011. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI, 2012.
9. Diamond JA, Phillips RA. Hypertensive Heart Disease. Hypertens Res Vol. 28,
No. 3 (2005). On International journal of obesity. Hypertension research available
at http://www.nature.com/hr/journal/v28/n3/abs/hr200525a.html lastupdate 29
mei 2011
10. Sanfilippo AJ, Abascal VM, Sheehan M, Oertel LB, Harrigan P, Hughes RA dan
Weyman AE (1990). "Atrial enlargement as a consequence of atrial fibrillation
A prospective echocardiographi study" .Circulation 82(3): 792-7.
11. Bellone, A., Etteri, M., Vettorello, M., et all. (2011). Cardioversion of acute atrial
fibrilation in the emergency department: A Prospective Randomized Trial.
Emergency Medicine Journal.
12. Philip, I. A., and Jeremy, P. T. W,. (2010). At Glance Sistem Kardiovaskular.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
13. National Collaborating Center for Chronic Condition. (2006). Atrial fibrillation.
London. National Clinical Guidline for Management in Primary and Secondary
Care. Royal College of Physicians. www.escardio.org
14. Chuchum S. (2010). Cara Praktis Membaca Elektrokardiogram EKG. Jakarta:
Surya Gemilang.
15. The sixth report of the Joint National Committe on prevention, Detection,
Evaluation and Treatment of High Blood Pressure.
16. Camm, A. J., Kirchhof, P., Lip, G. Y., Schotten, U., Irene, S., Ernst, S., Gelder, I.
C. V., et al. (2010). Guidelines for the management of atrial fibrillation: The Task
Force For The Management of Atrial Fibrillation of The European Society of
Cardiology. Europen Heart Journal. 31, 2369-2429
17. Levy, S., Camm, A. J., Saksena, S. (2003). International consensus on
nomenclature and classification of atrial fibrillation. Europace. 5, 119–221.
18. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi konsep klinik proses-proses penyakit bagian
I. Edisi keenam. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2002; 576-611
19. Department Health and Human Services USA. (2010). Atrial Fibrillation Fact
Sheet. CDC. www.stoptheclot.org
20. 1999 World Health Organization – Internatioal Society of Hypertension
Guidelines for The Management of Hypertension Gidelines for the Management
of Hypertension.
21. Irmalita, Nani, H., Ismoyono, Indriwanto, S., Hananto, A., Iwan, D., Daniel, P. L.
T., Dafsah, A. J., Surya, D., Isman, F. (Ed). (2009). Standar Pelayanan Medik
(SPM) Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Edisi III.
Jakarta: RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta
22. ACCF/AHA Pocket Guidelne. (2011). Management of Patients With Atrial
Fibrillation. American: American College of Cardiology Foundation and
American Heart Association. www.heart.org
23. Guyton, Arthur C and Hall JE. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9.
EGC. Jakarta, Hal 151-202
24. Wattigney WA, Mensah GA, Croft JB (2002). “Increased atrial fibrillation
mortality: United States, 1980-1998”. Am. J. Epidemiol. 155 (9): 819-26.
25. Guy, C., Karine, G., and Jean, P. (2002). Atrial fibrillation in the elderly facts and
management. Drugs Aging. 19 (11), 819-846
26. Brunner and Suddarth (2002). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta:
EGC.
27. Kaplan NM. Clinical Hypertension 6th Edit. William dan Wilkins. Baltimore,
Philadelphjia, Hongkong, Munich, Sidney, Tokyo. 1994.
28. Tanuwidjojo S. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertrophy :
Patogenesis, Detection, and Prognosis. Circulation 2000; 1022:470-479

You might also like