Professional Documents
Culture Documents
Entropion
Oleh:
Preseptor:
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Entropion”
Shalawat beriring salam semoga disampaikan kepada Rasulullah SAW beserta
keluarga, sahabat dan umat beliau.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR GAMBAR iv
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Batasan Masalah 1
1.3 Tujuan Penulisan 1
1.4 Manfaat Penulisan 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1 Anatomi Palpebra 3
2.2 Entropion 3
2.3.1 Definisi 6
2.3.2 Epidemiologi 6
2.3.3 Klasifikasi 7
2.3.4 Gejala Klinis 7
2.3.5 Diagnosis 8
2.3.6 Diagnosis Banding 11
2.3.7 Tatalaksana 11
2.3.8 Komplikasi 16
2.3.9 Prognosis 18
BAB III LAPORAN KASUS 18
BAB VI DISKUSI 24
DAFTAR PUSTAKA
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1
1.4 Metode Penulisan
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi Palpebra
sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan kornea. Palpebra
merupakan alat menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata terhadap
Palpebra mempunyai lapis kulit yang tipis pada bagian depan sedang di
bagian belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal.
3
Konjungtiva tarsal melalui forniks menutup bulbus okuli. Konjungtiva merupakan
membuka mata.
musin.1
4
2.2. Entropion
2.2.1. Definisi
Entropion adalah pelipatan palpebra ke arah dalam dapat involusional
(spastik,senilis), sikatrikal, atau kongenital. Entropion dapat menyebabkan
kerusakan kornea dan konjungtiva yang menyebabkan abrasi kornea, jaringan
parut, penipisan kornea dan neovaskularisasi kornea. Pada kasus lanjut, bisa ada
risiko ulkus kornea dan perforasi.3,4
2.2.2. Epidemiologi
Entropion kelopak mata bawah lebih sering terjadi daripada entropion
kelopak mata atas. Entropion pada kelopak mata bawah lebih sering karena proses
involusional pada proses penuaan, sedangkan pada kelopak mata atas sering
karena sikatrikal seperti akibat trakoma. Entropion dapat terjadi unilateral maupun
bilateral. Dalam sebuah penelitian pada 25.000 orang di atas 60 tahun, entropion
involusional ditemukan pada 2,1% pasien. Prevalensi meningkat dengan usia:
0,9% untuk pasien berusia 60-69 tahun, 2,1% untuk 70-79, dan 7,6% untuk
mereka yang berusia di atas 80 tahun. Penyakit bilateral tiga kali lebih umum
daripada unilateral. Entropion lebih sering terjadi pada wanita, dengan prevalensi
2,4%, daripada pria, prevalensi 1,9%. Entropion involusional memiliki prevalensi
2,4% pada kulit putih dan 0,8% pada kulit hitam.4
2.2.3. Klasifikasi
Berdasarkan etiologi entropion dapat diklasifikasikan menjadi
1. Entropion involusional
Entropion involusional adalah yang paling sering dan menurut defenisi terjadi
akibat proses penuaan. Gangguan ini selalu mengenai palpebra inferior dan
terjadi akibat melemahnya otot-otot refraktor palpebra inferior, migrasi otot
orbkularis praseptal ke atas, dan menekuknya tepi tarsus posterior. 3
5
Gambar 2.2 Entropion Involusional
2. Entropion Sikatrik
Entropion sikatrikal dapat mengenai palpebra superior atau inferior diseabkan
karena adanya jaringan parut di konjungtiva atau tarsus. Kelainan ini paling
sering ditemukan pada radang kronis seperti trakoma. 3
3. Entropion Kongenital
Entropion kongenital merupakan entropion yang didapat sejak lahir dan
umumnya terjadi pada kelopak mata bawah. Kentropion kongenital jarang
terjadi dan harus dibedakan dengan epiblefaron kongenital. Pada entropion
kongenital, tepian palpebra memutar ke arah kornea. Pada epiblefaron, kulit
dan otot pretarsalnya menyebabkan bulu mata memutari tepi tarsus. 3
6
Gambar 2.4 Entropion Kongenital
4. Entropion Spastik akut
Entropion spastik akut biasanya terjadi pada iritasi maupun inflamasi okuli
dimana terjadi pembengkakan pada kelopak mata dan spasme otot
orbikularis.4
7
Gambar 2.6 Gejala Klinis Entropion
2.2.5. Diagnosis
8
1. Snap back test:
9
Gambar 2.9 Lateral distraction test (lateral canthal laxity test)
4. Blink test:
Entropion dapat tidak tampak, sehingga perlu tes provokasi, yaitu meminta
pasien untuk menatap ke bawah, kemudian palpebra superior ditahan setinggi
mungkin oleh pemeriksa, kemudian pasien diminta memejamkan matanya serapat
mungkin. Tes ini dapat dilakukan dengan atau tanpa instilasi zat anestetik
tetrakain.
10
elastis, akibatnya terjadi peningkatan laxitas horizontal palpebra dan atrofi tarsus.
Namun, entropion juga dapat memiliki tarsus yang menebal, mungkin disebabkan
inflamasi atau disinsersi M. rectractor palpebra.6
Trikiasis
Trikiasis adalah penggesekan bulu mata pada kornea dan dapat disebabkan
oleh entropion, epiblefaron, atau hanya pertumbuhan yang salah arah. Keadaan ini
menyebabkan iritasi kornea dan mendorong terjadinya ulserasi. Penyakit-penyakit
peradangan kronik palpebra, seperti blefaritis dapat menyebabkan terjadinya parut
folikel bulu mata dan nantinya menyebabkan pertumbuhan yang salah arah.
Distichiasis
Distichiasis adalah suatu kondisi yang ditandai dengan adanya bulu mata
tambahan, yang sering tumbuh dari muara kalenjar meibom. Kelainan ini bisa
kongenital atau disebabkan oleh perubahan-perubahan metaplastik kalenjar-
kalenjar di tepi palpebra.
Epiblefaron
2.2.7 Tatalaksana
Non medikamentosa
Terapi non farmakologis dengan menarik kulit palpebra ke arah pipi sehingga
menjauh dari bola mata dapat mengurangi gejala sementara terutama untuk
involusi atau spastik entropion.9
Medikamentosa
Berupa obat tetes mata yang bersifat lubikasi yang bertujuan melindungi kornea
sebelum tindakan definitif (operasi).10
11
Operasi
Operasi merupakan terapi definitif untuk entropion. Pembedahan untuk memutar
keluar kelopak mata efektif untuk semua jenis entropion. Pemiliha prosedur
pembedahan tergantung pada penyebab yang mendasari.8 Intervensi bedah
diindikasikan jika salah satu dari gejala berikut muncul persisten yaitu iritasi
okular berulang, konjungtivitis bakteri, refleks hipersekresi air mata, superfisial
keratopati, risiko ulserasi dan keratitis mikroba.5 Beberapa tindakan operasi yang
dapat dilakukan adalah :
Entropion Kongenital
Entropion kongenital dapat diperbaiki dengan pemasangan kembali fasia
kapsulopalpebra. Prosedur ini dilakukan untuk mengencangkan kelopak mata
anak-anak yang horizontal secara tidak serentak. Perbaikan epiblefaon diperlukan
jika ada bukti keratopati atau jika gejalanya simptomatik.
Entropion akut spastik
Suntikan toksin botulinum selalu efektif untuk paralisi orbikularis. Efek toksin
botulinum bertahan hanya sekitar 3 bulan, tetapi entropion tidak akan terulang
walaupun efeknya menghilang.1
Entropion involusional
1. Perbaikan fasia kapsulopalpebra.9
Metode perbaikan entropion ini berdasarkan jenis dan tingkatan masalah. Salah
satu perbaikan fasia kapsulopalpebra dapat menggunakan teknik inferior
refraktorplication. Setelah anestesi lokal, suatu goresan subsiliar dibuat 2 mm di
bawah luka dari bawah punctum menuju cabang cantal. Penutup kulit yang kecil
disayat ke bawah di atas tarsus, dan potongan otot orbikularis pretarsal disayat
sampai batas tarsus. Septum orbita digores dan dibuka, sehingga tepi fasia
kapsulopalpebra yang tipis dapat terlihat. Dengan adanya bantalan inferior orbita,
yang kondisinya sama dengan keadaan kelopak mata bawah terhadap levator,
dapat ditutup dengan empat jahitan sesuai dengan struktur mata. Suatu potongan
tarsal yang mengarah ke samping menunjukkan kelemahan kelopk mata bawah
dan potongan tersebut sesuai dengan banyaknya ketegangan kelopak. Tiga jahitan
dengan silk 6.0 digunakan untuk menyambung kembali fasia kapsulopalpebra
bawah dengan perbatasan tarsal. Kelopak mata tidak harus selalu dikoreksi dan
12
banyaknya jumlah fasia kapsulopalpebral dapat dikonfirmasi dengan melakukan
follow up pasien. Kulit muka yang ditutup dengan jahitan 6.0 biasa, dan jumlah
tepi fasia kapsulopalpebral harus disatukan dengan tiga jahitan pusat untuk
mencegahnya otot orbikularis.
13
dengan teknik ini sangatlah tinggi. Jahitan tiga double-kromik 5-0 ditempatkan
horizontal 3 mm melebar ke lateral, tengah, dan medial kelopak mata bawah.
Jahitan melewati forniks sampai batas di bawah perbatasan inferior tarsal lalu
keluar sampai kulit. Masing-masing jahitan ditegangkan untuk koreksi. Berikut
gambar jahitan dengan metode 3 jahitan.
Prosedur Weis. Jika entropionnya asli sikatrik, blefarotomi dan rotasi merginal
(prosedur Weis) efektif untuk memperbaiki kelopak mata atas atau bawah.
Anestesi lokal diberikan pada kelopak mata dan insisi horizontal dibuat 4 mm dari
kelopak sampai kulit dan orbikularis. Dibuat atap marginal yang berada 2-4 mm
dari garis tepi kelopak mata. Kelopak kemudian diangkat, dan dalam hitungan
detik dibuat insisi sampai konjungtiva dan tarsus. Gunting Westcott atau
Tenotomi digunakan untuk memperluas blefarotomi ke medial dan lateral
14
melewati tarsus. Lalu dijahit tiga double-armed dengan silk 6-0 sampai tarsus, ke
atas tarsus yang kemudian keluar melalui kulit dekat bulu mata. Jahitan diikat di
atas kapas untuk melindungi “pemasangan kawat”. Lalu dkoreksi untuk pastinya.
Kulit yang diinsisi ditutup dengan jahitan 6-0 biasa. Jahitan dan kasa penutup
harus diangkat 10-14 hari.1
15
Gambar 2.13. Posterior lamella grafting.
2.2.8 Komplikasi
Konjungtivitis
Entropion dapat menyebabkan konjungtiva menadi merah dan meradang serta
menimbulkan infeksi. Dimana akan terlihat lapisa putih yang transparan pada
mata dan garis pada kelopaknya.
Keratitis
Suatu kondisi dimana kornea meradang. Masuknya bulu mata dan tepi kelopak ke
kornea dapat menimbulkan iritasi dan rasa sakit. Jaringan parut akan terbentuk da
dapat menyebabkan kehilangan penglihatan.
Ulkus Kornea
Ulkus korne adalah ulkus yang terbentuk di kornea, dan biasanya disebabkan oleh
eratitis. Kondisi ini sangat serius karena dapat menyebabkan kehilangan
penglihatan.
Komplikasi bedah termasuk perdarahan, hematoma, infeksi, rasa sakit dan
posisi tarsal yang buruk.1
16
2.2.9 Prognosis
Entropion memiliki prognosis penatalaksanaan yang baik bila dilakukan
pada stadium dini.6
17
BAB 3
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama :Y
Usia : 86 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : IRT
No. RM : 01148203
Masuk RS : 13 Mei 2019
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Kelopak bawah mata kiri tampak melipat ke dalam sejak 1 tahun yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang
Kelopak baawah mata kiri tampak melipat ke dalam sejak 1 tahun yang
lalu
Rasa mengganjal pada mata
Pasien mengeluhkan mata berair
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak memiliki riwayat trauma pada mata
Tidak ada tiwayat operasi sebelumnya
Tidak ada riwayat diabetes melitus
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang pernah mengalami penyakit yang sama seperti
pasien.
Pemeriksaan Umum :
18
- Pernafasan : 18 x / menit
- Suhu : 36,6 ⁰C
- Sianosis : Tidak ada
- Edema : Tidak ada
- Anemis : Tidak ada
- Tinggi Badan : 145 cm
- Berat Badan : 40 kg
Dada
19
STATUS OFTALMOLOGI
Tanggal 23 Mei 2019
Oculli Dextra Oculli Sinistra
Visus tanpa koreksi 20/150 PH (-) 20/200 PH (-)
Visus dengan koreksi - -
Refleks fundus (+) (+)
Madarosis (-) Madarosis (-)
Supersilia/silia
Trikiasis (-) Trikiasis (-)
Edema (-) Edema (-)
Palpebra superior
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Edema (-)
Hiperemis (-)
Edema (-)
Fpv 8 mm
Hiperemis (-)
MRD1 2 mm
Palpebra inferior Fpv 6 mm
MRD2 6 mm Cantal laxity lateral
MRD1 1 mm
3mm
MRD2 5 mm
Cantal laxity medial 2mm
Snap back test 2 detik
Apparat Lakrimal Dalam batas normal Hiperlakrimasi
Hiperemis (-),Papil (-), Folikel Hiperemis (-),Papil (-), Folikel (-),
Konjungtiva Tarsalis
(-), Sikatrik (-) Sikatrik (-)
Konjungtiva Forniks Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Hiperemis (), Injeksi Hiperemis (+), Injeksi konjungtiva
Konjungtiva Bulbi
konjungtiva (-), Injeksi siliar (-) (-), Injeksi siliar (-)
Sklera Putih Putih
Kornea Bening Bening
COA Cukup dalam Cukup dalam
Iris Coklat Coklat
Pupil Bulat, reflek +/+, diameter 3mm Bulat, reflek +/+, diameter 3mm
Lensa Keruh subkapsular posterior Keruh subkapsular posterior
Korpus Vitreum Jernih jernih
Fundus
- Media Bening Bening
- Papil Bulat, batas tegas, c/d 0,3-0,4 Bulat, batas tegas, c/d 0,3-0,4
- Pemb. darah Aa : Vv = 2 : 3 Aa : Vv = 2 : 3
- Retina Perdarahan (-) Eksudat (-) Perdarahan (-) Eksudat (-)
- Makula Refleks fovea (+) Refleks fovea (+)
TIO N N
Posisi bola mata N Ortho
Gerakan bola mata Bebas ke segala arah Bebas ke segala arah
20
Gambar
DIAGNOSIS KERJA
Entropion Involusional palpebra inferior OS
DIAGNOSIS BANDING
Trichiasis
Distichiasis
ANJURAN TERAPI
Cendolyteers ed 6x1 OS
Repair entropion
ANJURAN PADA PASIEN
Jangan menggosok-gosok mata
PROGNOSIS :
21
FOLLOW UP
Tanggal 20 Mei 2019
S/ pasien kontrol post repair entropion palpebra nferior dalam lokal anestesi
O/ Status Oftalmologi
Oculli Dextra Oculli Sinistra
Visus tanpa koreksi 20/150 20/200
Visus dengan koreksi - -
Refleks fundus (-) (+)
Madarosis (-) Madarosis (-)
Supersilia/silia
Trikiasis (-) Trikiasis (-)
Edema (-) Edema (-)
Palpebra superior
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Edema (-)
Hecting (+)
Hiperemis (-)
Fpv 8 mm
Palpebra inferior Fpv 8 mm
MRD1 2 mm
MRD1 2 mm
MRD2 6 mm
MRD2 6 mm
Apparat Lakrimal Dalam batas normal Dalam batas normal
Hiperemis (-),Papil (-), Folikel Hiperemis (-),Papil (-), Folikel (-),
Konjungtiva Tarsalis
(-), Sikatrik (-) Sikatrik (-)
Konjungtiva Forniks Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Hiperemis (-), Injeksi Hiperemis (-), Injeksi konjungtiva
Konjungtiva Bulbi
konjungtiva (-), Injeksi siliar (-) (-), Injeksi siliar (-)
Sklera Putih Putih
Kornea Bening Bening
COA Cukup dalam Cukup dalam
Iris Coklat Coklat
Pupil Bulat, reflek +/+, diameter 3mm Bulat, reflek +/+, diameter 3mm
Lensa Keruh subkapsular posterior Keruh subkapsular posterior
Korpus Vitreum jernih jernih
Fundus
- Media Bening Bening
- Papil Bulat, batas tegas, c/d 0,3-0,4 Bulat, batas tegas, c/d 0,3-0,4
- Pemb. darah Aa : Vv = 2 : 3 Aa : Vv = 2 : 3
- Retina Perdarahan (-) Eksudat (-) Perdarahan (-) Eksudat (-)
- Makula Refleks fovea (+) Refleks fovea (+)
TIO N(palpasi) N(palpasi)
Posisi bola mata Ortho Ortho
Gerakan bola mata Bebas ke segala arah Bebas ke segala arah
22
Gambar
23
BAB 4
DISKUSI
24
Daftar Pustaka
1. Ilyas, H. Sidarta. 2009. Ilmu Penyakit Mata, Ed. 3. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI.
9. Woo KI, Yi K, Kim YD. Surgical correction for lower lid epiblepharon in
Asians. Br J Ophthalmol 2000;84:1407–1410
11. http://webeye.ophth.uiowa.edu/eyeforum/cases/220-involutional
entropion.htm – Diakses Juni 2019
25