Professional Documents
Culture Documents
2, Juli 2015 : 55 – 62 55
ABSTRACT
The aim of the research was to determine the effectiveness of biological control agens to the population of pests
and their natural enemies in cabbage crops in agricultural land Kalibaru kulon Kab. Banyuwangi. The research
was conducted by randomized complete block design with with five replications. The treatments were control as
P0, Heterorhabditis sp. as P1, Bacillus thuringiensis as P2, Profenofos as P3, Beauveria bassiana as P4, Red
bacteria as P5. Data were obtained from observations of pest population and their natural enemies, as well as the
percentage decrease in the population of pests and their natural enemies. Data were analyzed using ANOVA and
LSD were tested further by 5%. The results showed that Heterorhabditis sp. was the most effective agents to
control populations of Plutella xylostela Linn. and Crocidolomia pavonana Zell., this is also indicated by a
decrease in pest population of Plutella xylostela by 54.66% and amounted to 47.9% Crocidolomia pavonana.
Aplication biological agens was not affect the population of natural enemies Coccinela repanda, and Verania sp.
Plutella xylostella Linn dan Crocidolomia dengan 10 tanaman contoh pada tiap plot perlakuan.
binotalis Zell. Pengamatan populasi dilakukan satu hari sebelum
Pengendalian hayati merupakan salah satu aplikasi (H-1) dan tiga hari setelah aplikasi (H+3).
teknik Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Pelaksanaan penelitian meliputi pengolahan
tanah, pembuatan bedengan, pemupukan, aplikasi
lebih difokuskan terhadap pengendalian Trichoderma sp. dan decomposer, penanaman kubis,
bersifat biologi dan beberapa cara lainnya yang penyiraman dan penyiangan, aplikasi agens
tidak atau sedikit mengganggu keseimbangan pengendali hayati, aplikasi profenofos. Parameter
alami yaitu pada ekosistem pertanian terjaga pengamatan dengan menghitung jumlah populasi
keseimbangan antara populasi hama dan hama Plutella xylostella Linn. dan Crocidolomia
populasi musuh alaminya (Untung, 1996). pavonana Zell. tiga hari sebelum aplikasi agens
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hayati dan profenofos dan tiga hari sesudah aplikasi
efektivitas aplikasi agens pengendali hayati sebanyak 10 tanaman sampel dari 50 tanaman pada
terhadap populasi hama Plutella xylostella setiap perlakuan, menghitung jumlah populasi
musuh alami tiga hari sebelum aplikasi agens hayati
Linn., Crocidolomia pavonana Zell. dan musuh dan profenofos dan tiga hari sesudah aplikasi
alaminya, serta pengaruhnya terhadap hasil sebanyak 10 tanaman sampel dari 50 tanaman pada
produksi kubis di Desa Kalibaru Kulon, Kab. setiap perlakuan, menghitung penurunan populasi
Banyuwangi. hama Plutella xylostella Linn. dan Crocidolomia
pavonana Zell dengan menggunakan rumus :
METODE AB
PenurunanPopulasi x100 0 0
Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2013 B
sampai dengan April 2014, bertempat di lahan Keterangan:
pertanian di desa Kalibaru Kulon, Kab. Banyuwangi. A = Data pengamatan H – 1 sebelum aplikasi
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah B = Data pengamatan H + 3 setelah aplikasi
tanaman kubis varietas green coronet, nematoda Data yang diperoleh dari hasil pengamatan
entomopathogen Heterorhabditis sp., bakteri dianalisis menggunakan analisis varian dan untuk
Bacillus thuringiensis, jamur Beauveria bassiana, membandingkan antara masing – masing perlakuan
bakteri merah Serratia spp., insektisida sintetik dengan kontrol digunakan uji LSD taraf kepercayaan
Profenofos, decomposer, Trichoderma sp., dan 5 %.
pupuk organik.
Penelitian dilaksanakan menggunakan
Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari
HASIL DAN PEMBAHASAN
6 perlakuan termasuk kontrol dengan 5 kelompok
ulangan, dengan perlakuan sebagai berikut: APLIKASI PERLAKUAN AGENS
P0 = Kontrol PENGENDALI HAYATI TERHADAP
P1 = Heterorhabditis sp. biakan Nemadic
®10.000.000 IJ/15l air
POPULASI HAMA P. XYLOSTELLA
P2 = Bacillus thuringiensis (merk dagang Thuricide Hasil pengamatan populasi P. xylostella pada
®) 28 g / l4 l air tanaman kubis, ditinjau dari angka rata-ratanya
P3 = Profenofos 21 ml /14 l air (Tabel 1) menunjukkan bahwa pada tanaman
P4 = Jamur Beauveria bassiana (Bio Insektisida kubis umur 55hst pada perlakuan
Ass 725) 3g / 15 l air Heterorhabditis sp. menunjukkan populasi
P5 = Bakteri merah ( Serratia spp. ) 70 ml / 14 l air terendah (0.2)/10 tanaman dari hama
Metode pengamatan secara mutlak dengan P.xylostella.
menghitung populasi hama persatuan plot perlakuan.
Penempatan tanaman sampel berbentuk diagonal
Jurnal ILMU DASAR Vol. 16 No. 2, Juli 2015 : 55 – 62 57
Tabel 1. Rata – rata jumlah populasi hama P. xylostella /10 tanaman sampel pada berbagai
pengamatan
Tabel 2 Rata – rata jumlah populasi hama C. Pavonana /10 tanaman sampel pada berbagai
pengamatan
Tabel 3 Persentase penurunan hama Plutella xylostella setelah aplikasi Heterorhabditis sp.,
(P1), B. thuringiensis (P2), Profenofos (P3), B. bassiana (P4), dan bakteri merah (P5)
Persentase kematian hama C. pavonana dan akan terhambat jika temperatur berada di
(Tabel 4) Pada umur 62 hst, perlakuan bawah 10°C dan diatas 33°C. Perilaku
Heterorhabditis sp. berbeda nyata dengan Heterorhabditis sp. untuk menemukan inang
kontrol dan menunjukkan penurunan populasi seperti perilaku ‘hunter’ atau penyerang yang
tertinggi (66,7%), dan populasi terendah memiliki kemampuan bergerak yang tinggi.
(-73,3%) pada perlakuan control (P0). Rerata Perkembangbiakan Heterorhabditis sp.
penurunan populasi tertinggi pada perlakuan juga cepat, yang infektif bersifat hermafrodit.
Heterorhabditis sp. Sebesar (47,9%), dan Heterorhabditis sp. memiliki siklus hidup
teendah pada control sebesar (-22,4%). cukup sederhana, yaitu memiliki stadia utama
Pada perlakuan Heterorhabditis sp. lebih telur, juvenile dan dewasa (Bahari, 1999).
efektif mengendalikan populasi hama C. Mekanisme patologi nematoda entomopatogen
pavonana dibandingkan dengan perlakuan pada saat memparasit serangga inang dengan
lainnya. Efektivitas Heterorhabditis sp. jalan penetrasi secara langsung melalui
terhadap pengendalian C. pavonana termasuk kutikula kedalam hemocoel atau melalui
tinggi jika dibandingkan dengan B. lubang – lubang alami seperti spirakel, mulut
thuringiensis. Hal ini membuktikan bahwa dan anus (Sulistyanto, 1996). Sehingga ketika
Heterorhabditis sp. mempunyai daya bunuh Heterorhabditis sp. sudah masuk kedalam
yang tinggi daripada agens pengendali hayati tubuh C. pavonana dan melepaskan bakteri
lainnya. simbionnya yang mampu membunuh C.
Suhu lingkungan penelitian antara 21 – pavonana, kemudian nematoda berkembang
28°C tidak membatasi perkembangan biak di dalam tubuh C. pavonana yang mati,
Heterorhabditis sp. Hal ini sesuai dengan hingga pada tahapan infektif juvenile keluar
pendapat Kaya and Gaugler (1993) bahwa dari cadaver C. pavonana dan mencari inang
temperatur yang sesuai bagi perkembangan yang baru lagi.
nematoda entomopatogen adalah 23 – 28°C
Jurnal ILMU DASAR Vol. 16 No. 2, Juli 2015 : 55 – 62 59
Tabel 5 Rata-rata jumlah populasi musuh alami C, repanda/10 tanaman sampel pada berbagai
pengamatan
Rata - rata populasi musuh alami C, repanda (hari)
Perlakuan Rerata
27 34 41 48 55 62 69 76 83
P0 1,0 a 1,4 a 1,0 bc 1,6 a 1,8 a 1,4 a 1,4 ab 1,2 a 1,2 a 1,3
a ab ab a ab a a a ab
P1 1,2 1,2 1,6 1,4 1,4 1,8 1,6 1,2 1,0 1,4
P2 1,4 a 1,2 ab 1,4 ab 1,2 ab 1,4 ab 1,6 a 2,0 a 0,8 ab 0,8 ab 1,3
b c c c c b b b c
P3 0 0 0,2 0,2 0 0,2 0 0 0 0,07
a ab bc bc bc ab ab ab b
P4 0,8 0,8 0,8 0,6 0,6 1,0 0,8 0,6 0,6 0,7
P5 1,0 a 0,6 bc 0,6 bc 0,4 c 0,6 bc 1,4 a 0,8 ab 1,0 a 0,8 ab 0,8
Notasi angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak
nyata (LSD 5% ),
Tabel 6, Rata-rata jumlah populasi musuh alami Verania sp,/10 tanaman sampel pada berbagai
pengamatan
Rata - rata populasi musuh alami Verania sp, (hari)
Perlakuan Rerata
27 34 41 48 55 62 69 76 83
P0 0,6 a 0,6 ab 1,0 a 1,0 a 1,0 a 1,0 a 0,8 a 0,6 ab 1,0 a 0,8
a ab ab a a ab a ab ab
P1 0,6 0,6 0,8 0,6 1,0 0,6 0,8 0,4 0,6 0,6
P2 0,2 a 0a 0,4 bc 0,6 a 0,8 a 0,4 bc 0,8 a 0,8 a 0,8 ab 0,5
P3 0a 0a 0c 0b 0b 0c 0b 0b 0c 0
a ab ab a ab ab a ab ab
P4 0,4 0,4 0,8 0,8 0,4 0,6 0,6 0,4 0,6 0,6
P5 0,2 a 0,8 b 0,6 ab 0,6 a 0,6 ab 0,2 bc 0,4 ab 0,4 ab 0,4 bc 0,5
Notasi angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak
nyata ( LSD 5% )
Tabel 7. Rata – rata Persentase Penurunan Populasi Musuh Alami C, repanda dan Verania
sp, setelah Aplikasi Heterorhabditis sp, (P1), B, thuringiensis (P2), Profenofos (P3),
B, bassiana (P4), dan Bakteri merah (P 5)
sebesar 5,2 kg/10 krop kubis, B, bassiana menghasilkan berat krop kubis sebesar 1,86
(P4) menghasilkan berat krop kubis sebesar kg/10 krop kubis (Gambar 1).
1,72 kg/10 krop kubis, Bakteri merah (P 5 )
Perlakuan kontrol memiliki berat basah diambil dari hama wereng batang coklat
terendah dengan 1,47 kg / 10 krop kubis, dan (WBC) sehingga Bakteri merah lebih
perlakuan Heterorhabditis sp, (P1) efektif untuk pengendalian hama-hama pada
menghasilkan berat krop kubis tertinggi tanaman padi, Oleh karena tidak efektif
sebesar 6,12 kg/10 krop kubis, secara dalam pengendalian hama kubis P, xylostella
keseluruhan hasil berat basah krop kubis ini dan C, pavonana maka mengakibatkan
masih rendah, Faktor yang mempengaruhi kegagalan pembentukan krop kubis yang dapat
kecilnya berat basah krop kubis pada perlakuan mengakibatkan rendahnya hasil produksi kubis.
agens pengendali hayati adalah adanya
ketergantungan tanah terhadap suplai nutrisi KESIMPULAN
dari pupuk sintetik yang berupa unsur N, P, K,
yang seimbang yang sering diberikan oleh Berdasarkan hasil penelitian dapat
petani, disimpulkan bahwa di Desa Kalibaru Kulon
Prinsip pengendalian menggunakan agens Kecamatan Kalibaru Kabupaten Banyuwangi:
pengendali hayati membutuhkan waktu yang Aplikasi Heterorhabditis sp, efektif
cukup lama untuk beradaptasi dengan mengendalikan P, xylostella dan C, pavonana
lingkungan aplikasi, Adaptasi yang dimaksud dan tidak menurunkan populasi musuh alami
meliputi adaptasi oleh tanah, serta agens tanaman kubis.
pengendali hayati yang diaplikasikan (Salikin Aplikasi agens pengendali hayati pada plot
& Karwan, 2003). perlakuan tidak berpengaruh terhadap populasi
Pengaplikasian agens pengendali hayati musuh alami hama tanaman kubis.
yang kurang efektif dapat mengakibatkan Aplikasi Profenofos tidak aman bagi
kerusakan daun dan titik tumbuh yang perkembangan musuh alami Coccinela
berlanjut pada ketidakmampuan tanaman repanda dan Verania sp, pada tanaman kubis,
membentuk krop, Berat basah krop kubis yang Perlakuan agens pengendali hayati memberikan
diberi perlakuan menggunakan B, bassiana dan pengaruh yang sama terhadap berat basah krop
Bakteri merah sangat rendah hampir sama kubis.
dengan berat basah krop kubis pada
kelompok kontrol, hal ini disebabkan karena B, DAFTAR PUSTAKA
bassiana walaupun memiliki kisaran inang
yang luas pada serangga sasaran tetapi Bahari, R,1999, Inventarisasi, Isolasi dan
isolatnya diambil dari hama bubuk buah kopi, Identifikasi Nematoda Entomopatogen
sehingga B, bassiana lebih efektif dalam Steinernema spp,, dan Heterorhabditis
pengendalian hama- hama pada tanaman kopi spp,, pada Tanaman Hortikultura di Jawa
dan cacao, Sedangkan Bakteri merah isolatnya Timur, Tidak dipublikasikan, Skripsi,
62 Aplikasi Agen Pengendali Hayati... (Helmi, dkk)