Professional Documents
Culture Documents
A. LATAR BELAKANG
Kebangkitan nasional merupakan tonggak pertama pergerakan rakyat yang
mengantar ke depan pintu gerbang kemerdekaan. Kohesi sosial yang semula berdasarkan
unsur-unsur primordial (suku, bahasa, tradisi, agama) menjadi perasaan senasib sebagai
bangsa terjajah. Rakyat Hindia Belanda memimpikan sebuah masa depan bersama untuk
mengatur diri sendiri sebagai warga merdeka. Seabad kemudian dibutuhkan nasionalisme
yang sama kuatnya ketika melawan pemerintah kolonial. Dulu Hindia Belanda, dengan
kekayaan alam, menjadi potensi ekonomi dunia yang memasok sumber bahan mentah, tetapi
tanpa kepemimpinan dalam perdagangan internasional. Untuk saat ini, dapat dikatakan
situasinya tak jauh berbeda. Indonesia tetap menarik karena kekayaan alamnya, tetapi posisi
tawarnya di pasar global masih terbilang lemah. Semestinya globalisasi dimaknai
kepentingan kita sebagai bangsa. Semua itu karena nasionalisme baru dipahami sebatas
semangat kebangsaan dan geopolitik. Kita belum menjadikan nasionalisme sebagai prinsip
politik praktis sesuai dengan realitas bangsa dalam kemajemukannya dan kini dalam
keterpurukannya. Sebagai bangsa, kita belum termotivasi membangun negeri dan merebut
peluang ekonomi di era globalisasi.
Involusi nasionalisme
Seperti ada yang salah dengan perjalanan nasionalisme kita. Rasa senasib seperti semasa
pergerakan dan kemerdekaan, dewasa ini dirasa kian menipis. Persatuan nasional yang
dibangun dengan susah payah dalam perkembangannya menunjukkan tanda-tanda
kemunduran. Jika hal ini tidak mendapat sentuhan revitalisasi nasionalisme, maka akan sulit
diprediksikan seperti apa masa depan Indonesia. Ibarat tubuh tanpa roh. Gramatika berbangsa
kita bukan bagaimana menjadi “bangsa besar”, tetapi memelihara kultur feodal “orang
besar”. Sesekali kita boleh bernostalgia dengan romantisme kejayaan bangsa semasa
Sriwijaya dan Majapahit. Namun, realitas 70 tahun merdeka kita lebih dipermainkan
kapitalisme global ketimbang menjadi salah satu pemain.
Terpuruk lama, Indonesia dalam bayang-bayang negara gagal. Di tengah proses involusi
itu muncul nasionalisme dadakan yang janggal (freak nationalism), yang justru menggerogoti
kesatuan bangsa. Seperti nasionalisme kedaerahan, nasionalisme kesukuan, nasionalisasi
dan/atau nasionalisme religius. Warisan nasionalisme para pendiri republik tiba-tiba menjadi
asing di negeri sendiri. Parahnya lagi, para elite politik menikmati keterkotakkan rakyat demi
melanggengkan administrasi pemerintahan yang korup.
keadilan sosial, tercipta kesenjangan sosial. Pembangunan harus bertumpu pada penghargaan
atas manusia dan kemanusiaan karena negara memang harus menghormati, melindungi, dan
memenuhi hak-hak dasar manusia.
Atas dasar hal di atas inilah, dibutuhkan suatu perubahan yang mendasar dalam
menentukan karakter kepemimpinan kearah kehidupan bangsa yang bermartabat dan
berdaulat dengan perebutan kepemimpinan etika dan moral agar berbagai stigma buruk yang
selama ini mencederai kalangan kelompok pemuda kembal imemperoleh kepercayaannya
oleh masyarakat seperti di sandang pada awal kejayaan gerakan moral kelompok intelektual
muda pada era awal pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Melalui kegiatan
Pelatihan Kader Dasar (PKD XXIX) di harapkan mampu memproduksi kader yang berakter.
Membentuk kader dengan kepemimpinan moral yang tinggi, yang memiliki kemampuan
mengarahkan roda kehidupan bangsa sesuai dengan Visi dan tujuan PMII, yaitu “komitmen
memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia” (AD/ ART Pasal 4).
B. LANDASAN KEGIATAN
1. Al Qur’an dan Al Hadits
2. Pancasiladan UUD 1945
3. Nilai Dasar Pergerakan (NDP) PMII
4. AD/ART PMII
5. Hasil-Hasil Program Kerja PK. PMII BRAWIJAYA 2016/2017
D. TUJUAN KEGIATAN
Secara umum, PKD bertujuan membentuk dan mempersiapkan kader sebagai calon
pemimpin bangsa. Adapun karakter yang ingin dibentuk adalah karakter kepemimpinan
moral bangsa, yakni kader dengan karakter pelopor, pembaharu, dan creator yang mampu
memberikan kontribusi terhadap kepemimpinan moral bangsa. Singkatnya, seperti berikut.
1. Mampu mengembangkan kualitas kepemimpinan pergerakan
2. Mampu merancang strategi gerakan jangka pendek dan jangka panjang bagi misi PMII
3. Memiliki kematangan dalam pengetahuan, sikap, dan prilaku organisasi
4. Mampu mengidentifikasi ruang gerak dirinya saat ini dan masa yang akan datang
5. Berkembang sebagai subyek yang percaya pada kapasitas individuallitasnya sekaligus
terikat pada pertaruhan kolektif
PKD 1
HARI/TANGGAL PUKUL MATERI TEMPAT
Jumat, 19.30-21.00 WIB Stadium General Bimbel Ilhami
24 Februari 2017 Jl. Sriwijaya No….
Malang
Rabu, 19.30-21.00 WIB Analisis Wacana Hall Bintang Sembilan
01 Maret 2017 PMII Cabang Kota Malang
Jumat, 19.30-21.00 WIB Antropologi dan Hall Bintang Sembilan
03 Maret 2017 Pengorganisasian PMII Cabang Kota Malang
Kampus
Sabtu, 19.30-21.00 WIB Pengelolaan Opini Hall Bintang Sembilan
04 Maret 2017 dan Gerakan Massa PMII Cabang Kota Malang
Selasa, 19.30-21.00 WIB Studi Advokasi dan Hall Bintang Sembilan
07 Maret 2017 Pendampingan PMII Cabang Kota Malang
Masyarakat
Rabu, 15.30-17.00 WIB Aswaja sebagai PP. Syabilur Rosyad,
08 Maret 2017 Manhaj Al-Fikr Gasek, Malang
PKD 2
Hari : Jum’at—Minggu
Tanggal : 10—12 Maret 2017
Tempat : Villa Kereta Api, Batu, Jawa Timur
F. METODE PELATIHAN
Metode pelatihan yang digunakan PKD XXIX ini antara lain sebagai berikut.
1. Metode Ceramah
Metode ini merupakan metode pembelajaran atau metode pelatihan yang dilakukan
dengan cara penyampaian materi atau informasi secara langsung dari pemateri kepada
peserta, bersifat satu arah.
2. Metode Brainstorming,
Metode brainstorming adalah metode curah pendapat. Artinya pemateri
menyampaikan persoalan kemudian peserta dipancing memberikan umpan balik
dengan menyampaikan ide-ide berupa tanggapan atau penilaian yang berhubungan
dengan pokok bahasan atau permasalahan.
3. Metode Diskusi
Metode diskusi merupakan bentuk integrasi dari dua metode sebelumnya. Metode
diskusi adalah metode yang menuntut peserta untuk berpikir dan memecahkan
persoalan secara kolektif. Dalam hal ini, stimulus tetap dilakukan oleh pemateri
sebagai pemantik.
4. Role Playing Sistem
Metode yang terakhir ini sengaja disusun untuk menindaklanjuti pemahaman yang
sebelumnya telah didapatkan peserta. Metode ini dilakukan dengan cara peserta
mendemonstrasikan pokok bahasan ke dalam praktik-praktik simulasi. Namun,
metode ini tetap sebagai sistem kombinasi materi dengan bentuk game maupun
praktek aplikatif berbasis mainan, dengan harapan akan mempermudah pemahaman
para peserta.
G. MATERI PELATIHAN
1. STADIUM GENERAL
Pokok bahasan
a. Mereview materi-materi Mapaba
b. Mengupas dasar dan tujuan PKD
c. Gambaran umum materi-materi PKD
6. PARADIGMA PMII
Pokok bahasan
a. Pengertian paradigma dan pilihan paradigmatik PMII
b. Kenyataan (Realitas) masyarakat sebagai basis paradigma
c. Paradigma sebagai salah satu landasan strategi dan taktik
gerakan
d. Paradigma PMII sebagai dasar idelogi politik, strategi, dan
taktik gerakan kampus dan masyarakat
7. ANALISIS SOSIAL
Pokok bahasan
a. Realitas masyarakat
b. Prinsip dan model analisa sosial
c. Fungsi analisis sosial untuk menentukan posisi dan strategi gerakan.
d. Perangkat-perangkat analisa sosial
e. Pengertian rekayasa sosial dan perubahan sosial
f. Pengalaman rekayasa sosial di Indonesia
g. Prinsip-prinsip teoritik rekayasa sosial
8. ANALISIS WACANA
Pokok bahasan
a. Pengertian teoritik dan konseptual wacana
b. Prinsip dan metode analisis wacana
c. Menganalisis kepentingan di balik wacana
d. Wacana sebagai alat mencapai misi pergerakan
H. NARA SUMBER
1. Suluh Wahyu Pambudi (Owner Bimbel Ilhami Plus)
2. Mas Riyan*
3. Mas Hesti*
4. Pak Nur Wahid (Pimred Harian Jawa Pos Surabaya)
5. KH. Marzuki Musta’mar (Pengasuh PP. Syabilur Rosyad, Gasek, Malang)
6. Yogi Farobi, S.Sos (Dosen FISIP UB)
7. Kurniawan Muhammad (Direktur Jawa Pos Radar Malang)
8. Mas Tirmidzi*
9. Romo Agus Sunyoto (Penulis Buku ‘Atlas Walisongo’/Ketua PP Lesbumi NU)
10. Nur Aini *
11. Riyan (Peneliti di Avemedia)
12. Fauzan Alfas*
* belum konfirmasi