You are on page 1of 10

Jurnal Anestesiologi Indonesia

PENELITIAN
Perbedaan Tekanan Balon Pipa Endotrakeal Setelah Perubahan Posisi
Supine ke Lateral Decubitus Pada Pasien yang Menjalani Anestesi
Umum

The ETT Baloon Pressure changes in patient repotition from supine to


lateral decubitus under general anesthesia

Anton Wuri Handayanto* , Hari Bagianto*, Mohammad Isngadi*

*Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FK Unibraw/ RSUD dr. Saiful Anwar, Malang

ABSTRACT
Background: Endotracheal tube (ETT) cuff pressure will cause complications when
given more or less than the recommended safe limits. These pressure changes,
can be caused by a change in patiens position.
Objectives: This study aims to know the cuff pressure difference of endotracheal
tube after position changes from supine to lateral decubitus.
M e t h o d s : This study is an experimental clinical trial to determine the difference
of endotracheal tube cuff pressure after position changes from supine to lateral
decubitus in patients undergoing general anesthesia. Samples were taken by
consecutive sampling in one group (n = 40). Variables measured in this study is the
cuff pressure during supine position and after position changes to lateral decubitus
position.
Results: There was 40 subject joined in this study. The mean of ETT cuff
pressure in supine p o s i t i o n w a s 25±0,00 mmHg and 31,3±2,88 in lateral
decubitus position. There is significant difference in ETT cuff pressure between supine
position and lateral decubitus position (p=0,00). At which time the ETT cuff pressure
is higher when positioned in lateral decubitus than supine position.
Conclusion: There are significant differences in ETT cuff pressure after
changing position of the patient from supine to lateral decubitus. This change
causes an increase in cuff pressure was statistically significant. Based on this study,
it is advisable to use a ETT cuff gauge in every act of general anesthesia with ETT
intubation, especially for operations that require long surgery with lateral decubitus
position, to ensure the cuff pressure was always within safe limits. So that the
complications of cuff pressure did not occur beyond safe limits and patient safety is
maintained.
Keywords: Endotracheal Tube, The ETT Cuff Pressure, Supine Position, Lateral
Decubitus

ABSTRAK
Latar belakang: Tekanan balon pipa endotrakeal (ETT) akan menimbulkan
komplikasi bila diberikan lebih atau kurang dari batas aman yang
direkomendasikan. Perubahan tekanan ini, dapat disebabkan oleh perubahan
posisi.

Volume V, Nomor 1, Tahun 2013 35


Jurnal Anestesiologi Indonesia

T u j u a n : Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan tekanan balon ETT


setelah perubahan posisi supine ke lateral decubitus.
Metode: Penelitian ini merupakan uji klinis eksperimental untuk mengetahui
perbedaan tekanan balon ETT setelah perubahan posisi supine ke lateral decubitus
pada pasien yang menjalani anestesi umum. Sampel diambil dengan cara
consecutive sampling dalam satu kelompok (n=40). Variabel yang diukur pada
penelitian ini adalah tekanan balon ETT pada saat posisi supine dan pada saat
setelah posisi lateral decubitus.
Hasil: Didapatkan sampel sebanyak 40 subjek. Rerata tekanan balon
ETT pada posisi supine adalah 25±0,00 mmHg dan pada posisi lateral
decubitus 31,3±2,88 mmHg. T erdapat perbedaan yang signifikan pada tekanan
balon ETT saat diposisikan supine dan later al decubitus (p=0,00), dimana pada
saat diposisikan lateral decubitus tekanan balon ETT lebih tinggi daripada tekanan
balon ETT saat diposisikan supine.
S i m p u l a n : Terdapat perbedaan yang signifikan pada tekanan balon ETT setelah
perubahan posisi pasien dari supine ke lateral decubitus. Perubahan posisi ini
terbukti dapat meningkatkan tekanan balon ETT. Berdasarkan penelitian ini,
disarankan perlu penggunaan alat pengukur tekanan balon ETT pada setiap
tindakan anestesi umum dengan intubasi ETT khususnya untuk operasi yang
memerlukan posisi pasien lateral decubitus, guna memastikan tekanan balon ETT
selalu dalam batas aman. Sehingga komplikasi akibat tekanan balon ETT diluar
batas aman tidak terjadi dan keamanan pasien tetap terjaga.
Kata Kunci: pipa endotrakeal, tekanan balon ETT, posisi supine, lateral decubitus

PENDAHULUAN

Penguasaan pengelolaan jalan nafas dan pembedahan atau perawatan


merupakan kemampuan yang penting pasien sakit kritis di unit rawat
bagi seorang anestesiolog. intensif untuk kepentingan pengelolaan
Pengetahuan tentang anatomi jalan jalan nafas (airway management) dan
nafas atas, penguasaan peralatan, nafas buatan (Ventilasi Mekanik).2
teknik terkini dan komplikasinya
Seiring dengan berkembangnya ilmu
merupakan hal yang harus dikuasai
anestesi, teknologi ETT juga telah
untuk kepentingan keamanan pasien.
berkembang dengan tersedianya
Termasuk juga dalam hal pengetahuan
berbagai macam ETT, yang berbeda
tentang pipa endotrakeal, penggunaan
bahan material, desain bentuk dan tipe
dan komplikasinya.1
balon ETT. Sebagai contoh, bahan ETT
Pipa Endotrakeal atau Endotracheal paling banyak saat ini digunakan
tube, disingkat sebagai ETT, adalah berasal dari PVC, ETT dengan
salah satu alat yang digunakan untuk desain khusus (Contoh: RAE – Right
mengamankan jalan nafas atas. Dalam Angle Endotracheal Tube) dan
prakteknya, ETT digunakan atas ditemukannya teknologi high volume
indikasi kepentingan anestesi umum low pressure cuff system. 3 Berbagai ETT

36 Volume V, Nomor 1, Tahun 2013


Jurnal Anestesiologi Indonesia

ini digunakan sesuai indikasi untuk berpengaruh pada tekanan ventilasi.2


mempermudah tindakan operasi dan Bila dikaitkan dengan hukum Boyle,
keamanan pasien. Namun risiko akibat yang mengatakan bahwa penurunan
pengembangan balon ETT yang tidak volume suatu gas di dalam ruang
tepat, tetap bisa terjadi. Hal ini penting tertutup pada suhu yang konstan akan
karena perubahan tekanan balon ETT berbanding terbalik dengan tekanan
yang melebihi dari atau di bawah yang terjadi pada gas tersebut, pada
batas aman (20-30 cmH--2O) akan posisi lateral decubitus terjadi
mempunyai komplikasi tersendiri.4 penurunan volume pada paru depe nden
Tekanan balon ETT yang berlebihan yang mengakibatkan peningkatan
akan menimbulkan risiko trauma pada tekanan ventilasi dan resistensi airway.5
dinding trakea dan sebaliknya Peningkatan tekanan ini akan mendesak
tekanan di bawah batas aman akan ke semua struktur di dalam paru
memperbesar risiko aspirasi.2 meliputi dinding alveoli, bronkiolus,
bronki, bronkus, trakea dan termasuk
Posisi pada pasien yang menjalani
dinding balon ETT. Balon ETT yang
anestesi umum dengan intubasi
memiliki struktur dinding yang lebih
memiliki peran penting saat operasi
lunak dibanding trakea akan
dan seringkali memberikan dampak
mengalami penekanan dan berlaku
perubahan fisiologis. Perubahan terjadi
pula hukum Boyle pada balon ETT,
baik pada pasien saat operasi dalam
sehingga tekanan balon ETT akan
posisi supine maupun posisi
terjadi perubahan. Menurut penelitian
lateral decubitus, yang berupa
Armando Carlos, dkk pada tahun 2008
perubahan kardiovaskuler dan ventilasi
dalam penelitiannya mengemukakan
paru. Pada posisi lateral decubitus
perubahan posisi dapat menyebabkan
(operasi dada, struktur retroperitoneal
variasi tekanan balon ETT yang
atau panggul) berkaitan dengan kondisi
signifikan pada pasien dalam
paru yang tidak fisiologis. Adanya
ventilasi mekanik sebagai akibat
ventilasi mekanik, kombinasi faktor
kompresi dan dekompresi balon ETT
berat satu sisi mediastinum dan tidak
saat proses perubahan dari posisi semi
proposionalnya tekanan ke cephalad
fowler 35° ke posisi lateral decubitus.6
dari isi abdomen akan menyebabkan
ventilasi ya n g berlebihan Walaupun saat ini telah berkembang
( o v e r v e nt i l at i o n ) d ar i paru teknologi balon ETT yang lebih aman
nondependen dan aliran darah bagi pasien, n amun perubahan
pulmoner (pulmonary blood flow) tekanan balon ETT sebagai akibat
akan lebih banyak ke arah paru perubahan posisi dari posisi supine ke
dependen yang kurang ventilasi posisi lateral decubitus pada pasien
(underventilated) sebagai akibat yang menjalani anestesi umum belum
pengaruh gravitasi. Hal ini juga akan banyak dipublikasikan dan belum pernah

Volume V, Nomor 1, Tahun 2013 37


Jurnal Anestesiologi Indonesia

diteliti khususnya di RSU Saiful dan disiapkan untuk anestesi umum.


Anwar, Malang. Untuk itu perlu Dipasang perlengkapan monitoring
dilakukan penelitian dengan harapan anestesi standar, disiapkan pipa
dapat digunakan sebagai salah satu endotrakeal yang seragam, yaitu dari
dasar pertimbangan dalam melakukan jenis yang bersifat kinking Tracheal
tindakan anestesi umum untuk Tube–Rusch T M dengan ukuran
menghindari komplikasi akibat diameter internal 7,0–8,0 mm. Ukuran
tekanan balon ETT yang berlebih atau ETT dipilih dengan metode fifth finger
kurang dari batas aman. estimation sesuai masing-masing
sampel. Anestesi umum dimulai dengan
METODE
induksi intravena: fentanyl 1-2 µg/
Penelitian ini adalah uji klinis kgBB, propofol 1,5-2,5 mg/kgBB,
eksperimental untuk mengetahui dan atracurium 0,5 mg/kgBB. Setelah
perubahan tekanan balon ETT setelah 3 menit dengan pernafasan bantuan
perubahan posisi supine ke lateral (assisted sampai dengan controlled
decubitus pada pasien yang menjalani ventilation), dilakukan single attempt
anestesi umum. Populasi subjek intubation. Segera setelah intubasi
penelitian yang digunakan adalah endotrakheal berhasil dilakukan, balon
populasi terjangkau yaitu pasien yang ETT dikembangkan menggunakan
menjalani operasi elektif metode minimal occlusive volume
menggunakan jenis anestesi umum technique. Diperiksa simetris kanan
dengan teknik intubasi di Gedung kiri, kemudian dilakukan fiksasi pada
Instalasi Bedah Sentral, RSU dr.Saiful ETT. Pasien diposisikan pada posisi
Anwar Malang.yang memenuhi kriteria supine. Diukur kembali tekanan balon
inklusi. ETT dengan Cuff Inflator Pressure
Gauge dan ditambah atau dikurangi
Subjek diambil dengan cara volume balón ETT sampai tercapai
consecutive sampling sebanyak 28 tekanan di dalam balon 25 cmH2O (18
orang, dengan kriteria inklusi yaitu: laki mmHg). Pengukuran dilakukan pada
-laki atau perempuan dewasa berumur siklus end expiration dari ventilasi
>18 tahun yang menjalani operasi elektif manual dan kondisi tanpa PEEP. Setelah
menggunakan anestesi umum dengan data tekanan balón ETT posisi supine
intubasi, status fisik ASA I – II. Kriteria didapatkan, maka posisi pasien segera
eksklusi yaitu: pasien dengan dengan diposisikan lateral decubitus.
riwayat penyakit paru obstruktif, edema Kemudian tekanan darah diukur s e tiap
paru, kehamilan dan kemungkinan 5 m e ni t unt uk m e m a s t i k an
intubasi sulit. hemodinamik tetap stabil. Kemudian
diukur tekanan balon ETT dengan Cuff
Pasien yang terpilih sebagai subjek
Inflator Pressure Gauge. Pengukuran
penelitian, dimasukkan kamar operasi
dilakukan pada siklus end expiration

38 Volume V, Nomor 1, Tahun 2013


Jurnal Anestesiologi Indonesia

dari ventilasi manual dan kondisi tanpa dibanding sampel laki-laki yang
PEEP. Data yang didapat dicatat berjumlah 18 orang (45.0%).
sebagai data tekanan balon ETT Karakteristik sampel berdasarkan usia
posisi badan lateral decubitus. Jika diperoleh frekuensi terbanyak pada
data telah dicatat maka posisi pasien rentang usia 18-27 tahun (32.5%)
dikembalikan ke posisi sesuai sedangkan frekuensi terkecil terdapat
kebutuhan operasi. pada usia 54-63 tahun (7.5%). Untuk
karakteristik pasien berdasarkan berat
Analisis data penelitian menggunakan
badan diperoleh frekuensi terbanyak
uji statistik yang sesuai untuk data
pada berat badan 61-67 kg, yaitu
hasil penelitian dari kedua variabel
sebanyak 12 orang (30.0%) dan
yang diteliti (posisi pasien saat
frekuensi terkecil terdapat pada berat
operasi dan perubahan tekanan balon
badan 74-80 kg, yaitu sebanyak 3 orang
ETT). Untuk menguji perbedaan
(7.5%). Untuk menguji adanya
tekanan balon ETT yang berskala
perbedaan dan besar perbedaan
numerik setelah perubahan posisi
tekanan balon ETT pasien setelah
pasien saat operasi (supine dan lateral
perubahan posisi supine ke lateral
decubitus) maka pengujian analisa
decubitus, maka dapat digunakan uji t
data dapat menggunakan uji t
yang berpasangan (paired sampel t
berpasangan. Bila syarat uji t
test). Dari Tabel 2 dapat diketahui
berpasangan tidak terpenuhi (data
bahwa hasil rerata tekanan balon ETT
tidak berdistribusi normal) maka
pada posisi supine adalah 25 c mH2O
digunakan uji Wilcoxon. Perbedaan
dengan standar deviasi 0.0, sedangkan
hasil pengukuran antar kelompok diuji
rerata tekanan balon ETT setelah
dengan tingkat kemaknaan p<0,05 dan
pasien diposisikan lateral decubitus
interval kepercayaan 95%.
adalah sebesar 31.3 cmH2O dengan
HASIL standar deviasi 2.88. Dari hasil
perhitungan uji t berpasangan (Tabel
Pada penelitian ini didapatkan 40 3) menunjukkan nilai t sebesar -13.815
sampel, Dari seluruh jumlah tersebut dengan nilai signifikansi sebesar 0.000.
tidak terdapat subjek yang drop out Sehingga dapat disimpulkan bahwa
ataupun dikeluarkan dari perhitungan terdapat perbedaan tekanan balon ETT
dan analisis statistik karena telah pasien setelah perubahan posisi
memenuhi kriteria yang ditetapkan. supine ke lateral decubitus yang
Dari tabel karakteristik demografi bernilai signifikan.
sampel (Tabel 1) dapat diketahui bahwa
karakteristik sampel berdasarkan jenis Berdasarkan Gambar 1
kelamin, diperoleh jenis kelamin menunjukkan tekanan balon ETT
perempuan berjumlah 22 orang pasien setelah perubahan posisi supine
(55. 0%) dim ana l ebih ban yak ke lateral decubitus menunjukkan

Volume V, Nomor 1, Tahun 2013 39


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Tabel 1. Karakteristik Demografis Sampel

Karakteristik Demografi Frekuensi Persentase (%)

Jenis kelamin n:40 100%


Laki-laki 18 45.0%
Perempan 22 55.0%
Umur Pasien n:40 100%
18-<27 th 13 32.5%
27-<36 th 7 17.5%
36-<45 th 8 20.0%
45-<54 th 9 22.5%

54-63 th 3 7.5%

Tabel 2. Karakteristik Berat Badan Sampel

Berat Badan Pasien n:40 100%


48-<54 kg 9 22.5%
54-<61 kg 11 27.5%
61-<67 kg 12 30.0%
67-<74 kg 5 12.5%
74-80 kg 3 7.5%

Tabel 3. Statistika Deskriptif

Keterangan Rerata N Simpangan Baku

Tekanan Balon ETT


Posisi Supine 25.0000 40 .00000

Tekanan Balon ETT Posisi Lat-


eral Decubitus 31.3000 40 2.88409

40 Volume V, Nomor 1, Tahun 2013


Jurnal Anestesiologi Indonesia

bahwa terdapat perbedaan tekanan ETT ke dinding mukosa trakea di


balon ETT sebesar rata-rata 6,3 sekelilingnya.7,8
cmH2O, dimana setelah diposisikan
Dari data hasil penelitian dari 40
lateral decubitus tekanan balon ETT
sampel subyek penelitian, semua
pasien lebih tinggi dibandingkan
sampel mengalami peningkatan tekanan
dengan tekanan balon ETT pasien saat
balon ETT setelah perubahan posisi
posisi supine.
dari supine ke lateral decubitus.
PEMBAHASAN Dimana rerata tekanan balon ETT
saat posisi lateral decubitus sebesar
Tekanan balon ETT pada saat posisi
31.3 cmH2O. Hal ini terjadi Karena
supine diukur dan ditepatkan pada
terdapat perubahan tekanan di dalam
tekanan 25 cmH2O, untuk
paru sebagai akibat perubahan
memperoleh keseragaman nilai
kapasitas dan posisi paru yang semula
tekanan balon ETT yang aman pada
supine menjadi posisi lateral decubitus.
posisi tersebut sebelum
dibandingkan pada posisi lateral Hasil uji t berpasangan antara tekanan
decubitus. Karena menurut penelitian di dalam balon ETT pada posisi
sebelumnya yg dilakukan oleh Sole supine dengan tekanan di dalam
M.L tekanan yang aman dan balon ETT pada posisi lateral
direkomendasikan adalah antara 20-30 decubitus menunjukkan bahwa
cmH2O.4 perubahan posisi dari posisi supine
ke lateral decubitus berpengaruh pada
Pada penelitian ini, tidak digunakan
perubahan tekanan di dalam balon
gas N2O untuk menghindari bias
ETT (p < 0,05), dimana terjadi
yang dapat mempengaruhi tekanan
peningkatan tekanan balon ETT
balon ETT. Hal ini didukung oleh
yang signifikan pada posisi lateral
semua literatur hasil penelitian yang
decubitus. Hasil penelitian ini sesuai
mencari hubungan antara
dengan penelitian oleh Armando Carlos
pengembangan balon ETT dan
dkk pada tahun 2008, dalam
pem ak ai an gas N2O, dim ana
peneli tiann ya me ngemuk ak an
menunjukan terjadi peningkatan
perubahan posisi dapat menyebabkan
tekanan balon ETT akibat difusi gas
variasi tekanan balon ETT yang
N2O ke dalam balon ETT yang
signifikan pada pasien dalam ventilasi
berongga dan berisi udara tersebut
mekanik sebagai akibat kompresi
pada semua subyek dalam penelitian
dan dekompresi balon ETT saat
mereka. Proses difusi mencapai
proses perubahan dari posisi semi
puncaknya pada fase 1 jam pertama
fowler 35° ke posisi lateral
p e n g g u n a a n g a s N 2 O , ya n g 6
decubitus.
selanjutnya turut mengisi dan
meningkatkan tekanan oleh balon Peningkatan tekanan balon ETT pada

Volume V, Nomor 1, Tahun 2013 41


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Tabel 4 Hasil Uji t Berpasangan (Paired Sample t Test)

Keterangan t p Value Kesimpulan

(Sig. 2-tailed)

Tekanan Balon ETT Posisi Supine –


Tekanan Balon ETT Posisi Lateral -13.815 0,000 Terdapat perbedaan yang
Decubitus signifikan

Gambar 1. Grafik Perbandingan Tekanan Balon ETT Pasien pada Saat


Diposisikan Supine dan Lateral Decubitus

40

35 31.3

30
25
25
20

15

10

Tekanan Balon ETT Supine Tekanan Balon ETT Lateral Decubitus

42 Volume V, Nomor 1, Tahun 2013


Jurnal Anestesiologi Indonesia

penelitian ini, dari 25 cmH2O pada (underventilated) sebagai akibat


posisi supine menjadi 31.3 cmH2O pengaruh gravitasi. Hal ini juga akan
pada posisi lateral decubitus tidak berpengaruh pada tekanan ventilasi.2
akan memberikan implikasi klinis Bila dikaitkan dengan hukum B oyle,
kepada pasien, karena tekanan dinding yang mengatakan bahwa penurunan
trakea yang pernah dilaporkan dapat volume suatu gas di dalam ruang
menghambat aliran darah kapiler tertutup pada suhu yang konstan akan
dan berpotensi men yebabkan berbanding terbalik dengan tekanan
kerusakan pada trakea adalah kurang yang terjadi pada gas tersebut, 5 pada
lebih 48 cmH2O, namun tekanan posisi lateral decubitus terjadi
balon ETT lebih dari 34 cmH2O penurunan volume pada paru dependen
sudah dapat menyebabkan penurunan yang mengakibatkan peningkatan
perfusi ke trakea.9,10 Oleh karena itu tekanan ventilasi dan resistensi
perlu pengisian dan pengukuran airway. Peningkatan tekanan ini
tekanan balon ETT dalam rentang akan mendesak ke semua struktur di
batas yang aman pada saat posisi dalam paru meliputi dinding alveoli,
supine, dan pengukuran setelah bronkiolus, bronki, bronkus, trakea dan
perubahan posisi ke lateral decubitus termasuk dinding balon ETT. Balon
harus dilakukan lagi agar komplikasi ETT yang memiliki struktur dinding
tekanan balon ETT tidak terjadi.11,12 yang lebih lunak dibanding trakea
akan mengalami penekanan dan
Peningkatan tekanan balon ETT
berlaku pula hukum boyle pada
pada posisi lateral decubitus pada
balon ETT, sehingga tekanan balon
penelitian ini juga didukung oleh
ETT akan terjadi perubahan berupa
dasar literatur, sesuai yang
peningkatan yang signifikan.
dinyatakan sebelumnya bahwa pada
posisi lateral decubitus (operasi SIMPULAN
dada, struktur retroperitoneal atau
Perubahan posisi pasien dari supine ke
panggul) berkaitan dengan kondisi
lateral decubitus terbukti dapat
paru yang tidak fisiologis. Adanya
meningkatkan tekanan balon ETT
ventilasi mekanik, kombinasi faktor
secara signifikan. Pada setiap tindakan
berat satu sisi mediastinum dan tidak
anestesi umum dengan intubasi ETT
proposionalnya tekanan ke cephalad
khususnya untuk operasi yang
dari isi abdomen akan menyebabkan
memerlukan posisi pasien lateral
ventilasi yang berlebihan
decubitus yang lama perlu disesuaikan
(overventilation) dari paru
kembali tekanan balon ETT dengan
nondependen dan aliran darah
benar (suara udara bocor hilang) dan
pulmoner (pulmonary blood flow)
bila perlu dapat digunakan alat
akan lebih banyak ke arah paru
pengukur tekanan balon ETT guna
dependen yang kurang ventilasi
memastikan tekanan balon ETT selalu

Volume V, Nomor 1, Tahun 2013 43


Jurnal Anestesiologi Indonesia

dalam batas aman. Sehingga Anaesthetists. 2nd Edition. Cambridge


University Press, UK. p. hal.1:1-2.
komplikasi akibat tekanan balon ETT 6. Armando Carlos Franco de Godoy,
diluar batas aman tidak terjadi dan Ronan Jose Vieira, Eduardo Mello De
Capitani, Endotracheal tube cuff pressure
keamanan pasien tetap terjaga Dalam alteration after changes in position in
hal ini perlu dilakukan penelitian patients under mechanical ventilation. J
selanjutnya untuk mengetahui Bras Pneumol. 2008; 34(5):294-297.
7. O‟Donnell J.H. Orotracheal tube intra cuff
mekanisme perubahan dan faktor- pressure initially and during anesthesia
faktor lain yang mempengaruhi including nitrous oxide. CRNA : Clin Forum
Nurse Anesthetist, 1995;6:79-85; 2000
perubahan tekanan balon ETT. 8. Bensaid S, Duvaldestin P, Lieutaud T,
Menival V, Saidi N, Tu HN, Nitrous oxide
DAFTAR PUSTAKA increase endotracheal cuff pressure and the
incidence of tracheal lesions in anesthetized
1. Morgan G.E., Mikhail M.S., Murray M.J. patients. Anesth Analg. 1999;89:187-190.
2006. Clinical Anesthesiology. 4th ed. 9. Stewart S.L., Secrest J.A., Norwood B.R. A
McGraw-Hill Co, Inc, New York. comparison of endotracheal tube cuff
2. Stackho u se. R A, Lo fo sino A, pressures using estimation techniques and
Air wa y Ma nage men t. I n: Miller RD, direct intracuff measurement. AANA J,
P red o MC( ed ) : B asic o f Anest hesia 2003;71(6):443-47.
6 t h ed i. P hilad elp hia: Elsevier 2 0 1 1 10. Dobrin P., Canfield T. Cuff endotracheal
p .2 28 -3 0 tubes : mucosal pressure and tracheal blood
3. Tracheal tubes and associated equipment. flow. Am J Surg, 1977;133:562-7.
Understanding anesthesia eqiupment 5th ed 11. Sengupta P., Sessler D.I., Maglinger P.
Philadelphia: Lippincot William & Endotracheal tube cuff pressure in three
Wilkins.2008 hospitals, and the volume required to
4. Sole M.L., Penoyer D.A., Su X.G., et produce an appropriate cuff pressure. BMC
al. Assessment of Endotracheal Cuff Anesth, 2004;4:1-6.
Pressure by Continuous Monitoring: A 12. Fernandez R., Blanch L., Mancebo J.
Pilot Study. Am J Crit Care, 2009;18: Endotracheal tube cuff presure assessment:
133-143. pitfalls of finger estimation and need for
5. Dolenska, Sylva. 2006. Basic Science For objective measurement. Critical Care Med,
1990;18:1423-1426.

44 Volume V, Nomor 1, Tahun 2013

You might also like