You are on page 1of 30

A.

JUDUL
PENGARUH PENGELOLAAN MODAL KERJA SEBAGAI SARANA
UNTUK MENINGKATKAN PROFITABILITAS PADA KOPERASI
CAHAYA ABADI PERIODE TAHUN 2008 - 2016

B. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pada era saat ini banyak perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam
jasa keuangan bermunculan, baik perusahaan yang bergerak dibidang
perbankan, maupun koperasi. Perusahaan-perusahaan tersebut harus mampu
bersaing dalam melakukan usahanya guna pencapaian tujuan perusahaan yaitu
mendapatkan suatu profit dari usahanya tersebut. Apabila perusahaan tidak
mampu dalam persaingan bisnis yang ketat ini, maka satu per satu perusahaan
tersebut akan gulung tikar. Maka dari itu, perusahaan jasa keuangan harus
mampu terus menerus meningkatkan dan memperbaiki kinerjanya secara
keseluruhan, seperti dalam bidang permodalan serta pengelolaan modal kerja.
Dengan adanya perusahaan jasa keuangan seperti koperasi sangat
dibutuhkan masyarakat pada saat ini. Dimana masyarakat yang membutuhkan
bantuan keuangan kepada koperasi sudah sangat dimudahkan, baik dari segi
persyaratan maupun besarnya dana yang diajukan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat tersebut. Mudahnya akses masyarakat terhadap koperasi membuat
koperasi harus membenahi dan memikirkan bagaimana mendapatkan
permodalan dan mengelola permodalan agar sirkulasi keuangan yang dimiliki
oleh koperasi tersebut dapat berjalan sesuai dengan aturan yang sudah
disepakati.
Dalam masyarakat Indonesia terdapat tiga macam sumber usaha
ekonomi nasional yaitu sektor BUMN, BUMS dan sektor Koperasi. Dari
ketiga pelaku ekonomi tersebut diharapkan untuk dapat menjadi tulang
punggung perekonomian nasional yaitu koperasi. Menurut Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992, tentang perkoperasian secara jelas
disebutkan Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang

1
2

atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan


prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas
azas kekeluargaan.
Koperasi dipandang sebagai lembaga yang menjalankan suatu kegiatan
tertentu, dan kegiatan usaha tersebut diperlukan oleh masyarakat. Kegiatan
usaha yang dimaksud dapat berupa pelayanan kebutuhan keuangan atau
perkreditan, atau kegiatan pemasaran atau kegiatan lain. Hal ini dapat dilihat
pada peran beberapa koperasi kredit dalam menyediakan dana yang relative
mudah bagi anggotanya dibandingkan dengan prosedur yang harus ditempuh
untuk memperoleh dana dari bank.
Masalah yang dihadapi masyarakat Indonesia saat ini adalah masih
rendahnya tingkat kesadaran untuk berkoperasi secara positif. Untuk
mengantisipasinya dengan melalui program pembangunan memberikan
prioritas utama pada sektor ekonomi yaitu koperasi yang dijadikan tulang
punggung perekonomian Indonesia, karena masa depan demokrasi ekonomi
Indonesia tidak dapat dipisahkan dari keberadaan koperasi di negeri ini. Pada
dasarnya koperasi merupakan organisasi swasta yang terbentuk secara
sukarela oleh orang-orang yang mempunyai persamaan kepentingan, dengan
maksud mengurusi kepentingan para anggotanya serta menciptakan
keuntungan timbal balik bagi anggota koperasi maupun koperasi itu sendiri.
Dengan memperhatikan kedudukan koperasi maka peranan koperasi
sangatlah penting dalam menumbuhkan dan mengembangkan potensi ekonomi
yang mempunyai ciri-ciri demokratis, kebersamaan, kekeluargaan dan
keterbukaan. Dalam hal ini koperasi seharusnya memilki ruang gerak dan
kesempatan usaha yang luas yang menyangkut kepentingan ekonomi. Karena
itu koperasi harus dapat menghasilkan keuntungan dalam mengembangkan
organisasi dan usahanya. Setiap usaha yang dilakukan oleh koperasi selalu
mengharapkan perkembangan yang maju, maka koperasi memerlukan dana
untuk membiayai keperluan-keperluan operasional dan investasi. Sehingga
koperasi harus dapat menetukan jumlah dana yang dibutuhkan dan cara
memperolehnya. Harus diakui bahwa untuk mengembangkan koperasi secara
3

baik sesuai dengan yang diharapkan, maka pengelolaannya juga harus baik.
Artinya koperasi tidak dapat berdiri tegak dan kuat tanpa adanya pengelolaan
yang baik dan sehat. Koperasi dituntut sedemikian itu karena kedudukannya
saat ini bukan hanya mengejar asas kekeluargaan dan kegotong-royongan
tetapi perlu menjalankan fungsinya demi kesejahteraan anggotanya. Dengan
kata lain walaupun koperasi bukan kumpulan modal tetapi harus memiliki
modal untuk berkembang agar memperoleh keuntungan dimasa yang akan
datang.
Untuk memperoleh keuntungan tidak lepas dari upaya efisiensi dalam
koperasi itu sendiri, karena dengan tingkat efisiensi yang tinggi maka koperasi
akan memperoleh profitabilitas yang tinggi pula. Namun kebanyakan koperasi
belum mampu mengadministrasikan kegiatannya dengan baik sehingga
penyediaan data untuk pengambilan keputusan juga belum lengkap, termasuk
dalam pengambilan keputusan dalam hal pengelolaan dana.
Dana yang dimaksud diperoleh dari pemasukan pemilik usaha dan
sumber-sumber lainnya. Dalam penggunaan dana, koperasi harus mampu
mengalokasikan secara efisien serta dapat menekan biaya-biaya sehingga akan
dapat meningkatkan laba atau profitabilitas. Jadi efisiensi yang dimaksud
adalah bagaimana koperasi mampu menghasilkan laba (Profitabilitas) dengan
kekayaan atau modal yang dimiliki baik dari modal asing maupun modal
sendiri.
Profitabilitas koperasi akan diperoleh tidak terlepas dari upaya
efisiensi dalam koperasi itu sendiri, karena semakin tinggi tingkat efisiensi
akan membawa koperasi pada pencapaian profitabiltas usaha yang tinggi juga.
Efisiensi dapat dicapai selain dengan penekanan terhadap biaya operasional
juga dengan mempercepat tingkat pengelolaan modal kerja. Masa pengelolaan
modal kerja ini menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan modal kerja
tersebut. Semakin cepat masa pengelolaan modal kerja semakin efisien
penggunaan modal kerja. Dengan demikian tingkat pengelolaan modal kerja
memberikan pengaruh terhadap efisiensi usaha koperasi yang diwujudkan
dalam profitabilitas.
4

Profitabilitas adalah membandingkan antara laba dengan aktiva atau


modal yang menghasilkan laba tersebut. Profitabilitas yang tinggi akan dapat
mendukung kegiatan operasional secara maksimal. Profitabilitas sangat
tergantung pada modal mana yang akan diperhitungkan. Modal secara
keseluruhan adalah modal kerja.
Modal kerja merupakan dana yang tertanam dalam unsur-unsur aktiva
lancar. Modal kerja terdiri dari kas, piutang dan persediaan. Djumingan (2009)
menyatakan kas merupakan bentuk aktiva yang paling likuid, yang bisa
dipergunakan untuk memenuhi kewajiban financial perusahaan. Selain kas,
komponen lainnya adalah piutang, yang timbul karena adanya penjualan kredit
maka semakin besar pula investasi dalam piutang dan akibatnya resiko atau
biaya yang akan dikeluarkan akan semakin besar pula.
Komponen modal kerja yang lain dalam penelitian ini adalah
persediaan, juga merupakan elemen utama dari modal kerja, karena jumlahnya
cukup besar dalam suatu perusahaan, jenis persediaan yang ada dalam
perusahaan tergantung dari jenis perusahaan.
Untuk mengetahui tingkat efektivitasnya dapat diukur dari tingkat
pengelolaannya. Pengelolaan modal kerja dimulai saat kas diinvestasikan
dalam komponen-komponen modal kerja sampai kembali menjadi kas.
Semakin pendek periode pengelolaan modal kerja berarti semakin cepat atau
semakin tinggi tingkat pengelolaan modal kerja dan semakin efisien
penggunaaan modal kerja sehingga dapat meningkatkan profitabilitas.
Seperti pada Koperasi Cahaya Abadi Banyuwangi yang beranggotakan
para masyarakat kecamatan Banyuwangi dan sekitarnya. Koperasi ini bergerak
dibidang pinjaman lunak bagi masyarakat yang membutuhkan. Anggota atau
masyarakat yang meminjam uang kedalam koperasi dapat mendaftarkan diri
menjadi anggota, jika pinjaman tidak begitu besar masyarakat langsung dapat
menerima pinjaman dari koperasi, namun jika pinjaman yang diinginkan
masyarakat diatas 1 juta, maka masyarakat dapat memberikan jaminan berupa
BPKB.
5

Masalah yang timbul pada koperasi adalah keuntungan yang diterima


koperasi masih rendah. Rendahnya keuntungan yang diterima koperasi bisa
disebabkan berbagai hal, ini bisa disebabkan dari pengeluaran yang tinggi
ataupun memang modal yang digunakan tidak dapat dikelola secara teratur.
Dalam hal ini Koperasi belum pernah mengadakan evaluasi keuntungan
koperasi melalui tingkat pengelolaan modal kerjanya. Maka dalam hal ini
perlu adanya penelitian mengapa keuntungan yang diterima koperasi masih
rendah yaitu melalui pengaruh pengelolaan modal kerjanya.
Dari latar belakang yang dikemukakan diatas maka penulis melakukan
penelitian dengan judul “PENGARUH PENGELOLAAN MODAL KERJA
SEBAGAI SARANA UNTUK MENINGKATKAN PROFITABILITAS
PADA KOPERASI CAHAYA ABADI”

2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas pada penelitian ini adalah
a. Apakah perputaran kas dan perputaran piutang berpengaruh secara
simultan terhadap profitabilitas di Koperasi Cahaya Abadi ?
b. Apakah perputaran kas berpengaruh secara parsial terhadap profitabilitas
di Koperasi Cahaya Abadi ?
c. Apakah perputaran piutang berpengaruh secara parsial terhadap
profitabilitas di Koperasi Cahaya Abadi ?

3. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini hanya membahas tentang Perputaran
Kas dan Perputaran Piutang terhadap profitabilitas di Koperasi Cahaya Abadi

4. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah di uraikan diatas, maka tujuan
penelitian ini adalah :
6

a. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh perputaran kas dan


perputaran piutang secara simultan terhadap profitabilitas di Koperasi
Cahaya Abadi.
b. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh perputaran kas secara
parsial terhadap profitabilitas di Koperasi Cahaya Abadi.
c. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh perputaran piutang secara
parsial terhadap profitabilitas di Koperasi Cahaya Abadi.

5. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, maka hasil penelitian ini
diharapkan berguna sebagai berikut:
a. Manfaat Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam menambah wawasan
pengetahuan dalam bidang penelitian dan untuk mengetahui pengelolaan
modal kerja sebagai sarana untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan.
b. Manfaat Bagi Perusahaan
Sebagai sumbangan pemikiran bagi pimpinan perusahaan dalam
melaksanakan pengelolaan modal kerja sehingga perusahaan dapat
meningkatkan profitabilitas.

C. TINJAUAN PUSTAKA
1. Penelitian Terdahulu
Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang mengangkat tema
pengelolaan modal kerja, dalam meningkatkan profitabilitas perusahaan.
Penelitian-penelitian tersebut diantaranya :
a. Rahwan (2016) yang mengangkat judul “Ánalisis Pengelolaan Modal
Kerja Untuk Meningkatkan Profitabilitas (ROA dan ROE) Pada Koperasi
Mekar”. Dalam penelitian tersebut menggunakan dua variabel yaitu
variabel bebas adalah modal kerja, sedangkan variabel terikatnya adalah
profitabilitas dengan indikator ROA dan ROE. Adapun model penelitian
yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah Ex Post Facto,
7

sedangkan pendekatan yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif.


Analisis data menggunakan laporan neraca dan laporan sisa hasil usaha
untuk menghitung Return On Asset dan Return On Equity. Hasil dari
penelitian tersebut mengatakan bahwa modal kerja pada Koperasi
“MEKAR” dapat dikelola dengan baik sehingga terjadi kenaikan
profitabilitas dengan terbukti tingkat profitabilitas Return On Assets
sebesar 8.80% dan Return On Equity sebesar 12,60% termasuk kategori
baik. Pada tahun 2014 terjadi penurunan modal kerja sehingga tingkat
profitabilitas Return On Assets sebesar 10,70% termasuk kategori sangat
baik dan Return On Equity sebesar 15,28% masuk kategori baik.
Sedangkan pada tahun 2015 modal kerja mengalami kenaikan sehingga
tingkat profitabilitas Return On Assets sebesar 10,70% dan Return On
Equity sebesar 15,28% termasuk kategori baik. Dari analisis yang
dilakukan peneliti pada waktu itu dapat diketahui terjadi fluktuasi modal
kerja yang menyebabkan peningkatan dan penurunan profitabilitas.
b. Isnaini (2015) dalam judul “Pengelolaan Modal Kerja Untuk
Meningkatkan Profitabilitas (Studi pada UD. Warna Jaya Periode 2012-
2014)”. Penelitian tersebut menggunakan pendekatan kuantitatif atau field
research dengan variabel modal kerja sebagai variabel bebasnya,
sedangkan profitabilitas sebagai variabel terikatnya. Hasil penelitian
tersebut mengatakan bahwa hasilnya bertolak belakang dengan teori yang
ada, hasil penelitian menunjukkan tingkat Net Working Capital yang
meningkat pada tahun 2013-2014 tidak diimbangi dengan peningkatan
laba perusahaan pada tahun 2013-2014. Hal ini disebabkan adanya
kenaikan harga bahan pokok produksi yang menunjukkan naiknya tingkat
pembelian pada tahun 2014 dan berimbas pada meningkatnya beban pokok
penjualan, disisi lain pada tahun 2013-2014 perusahaan memprediksi jika
pada tahun 2015 akan terjadi peningkatan produksi, oleh karena itu
perusahaan merekrut karyawan tetap, sehingga menyebabkan terjadinya
penambahan karyawan tetap yang menyebabkan naiknya beban operasi
yang berimbas menjadi turunnya laba bersih.
8

c. Nurhayati (2010) dengan judul “Pengaruh Pengelolaan Modal Kerja


Terhadap Rentabilitas pada BNI Syariah”. Dalam penelitian tersebut
membahas tentang adanya hubungan pengelolaan modal kerja dengan
fungsi modal kerja dalam menghasilkan pendapatan. Variabel independen
yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah modal kerja sedangkan
variabel dependen yang digunakan adalah rentabilitas. Metode penelitian
yang digunakan adalah metode deskriptif, dengan perhitungan statistik
korelasi dan determinasi yang pengujiannya menggunakan uji t dan uji f
dengan tingkat signifikansi atau taraf nyata 5%. Hasil penelitian tersebut
memperlihatkan bahwa nilai koefisien korelasi pada unit Usaha Syariah
PT. Bank Negara Indonesia (Persero) adalah rendah dan bersifat positif
sebesar 0,353. Berdasarkan uji koefisien determinasi menunjukkan bahwa
tingkat ROA dipengaruhi sebesar 12,4% oleh modal kerja. Untuk
mengetahui perkembangan modal kerja yang baik tidak hanya dilihat dari
peningkatan modal kerjanya, tetapi dikaitkan pula oleh seluruh aset yang
lain yang turut serta dalam menghasilkan pendapatan bagi Bank. Sehingga
dapat disimpulkan modal kerja selama kurun waktu tiga tahun secara
keseluruhan menunjukkan adanya peningkatan. Hal ini berarti pengelolaan
modal kerja bank dilakukan secara efektif dan efisien.
Dari beberapa penelitian terdahulu mengenai pengelolaan modal, baik
yang mempengaruhi profitabilitas maupun rentabilitas, dapat diambil
kesimpulan bahwa pengelolaan modal kerja yang baik, efektif, dan efisien
akan menghasilkan profitabilitas yang baik pula. Pada dasarnya perusahaan
menginginkan tingkat profitabilitas yang tinggi sebagai tolak ukur bahwa
perusahaan tersebut dalam kondisi ekonomi yang sehat.

2. Landasan Teori
2.1. Pengertian Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan merupakan proses merencanakan,
melaksanakan dan mengendalikan pemanfaatan sumber daya keuangan dalam
kegiatan entitas secara efisien dan efektif, dalam kerjasama secara terpadu
9

dengan fungsi-fungsi lainnya seperti riset dan penelitian, produksi, pemasaran


dan sumber daya manusia.
Menurut Martono dan Agus Harjito (2001:3), “manajemen keuangan
adalah segala aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan bagaimana
memperoleh dana, menggunakan dana, dan mengelola asset sesuai tujuan
perusahaan secara menyeluruh”.
Menurut Sule dan Saefullah (2005:15), “manajemen keuangan adalah
kegiatan manajemen berdasarkan fungsinya yang pada intinya berusaha
memastikan bahwa kegiatan bisnis yang dilakukan mampu mencapai
tujuannya secara ekonomi, yang diukur berdasarkan profit”.

2.2. Fungsi Manajemen Keuangan


Fungsi manajenem keuangan merupakan keputusan utama yang harus
dilakukan oleh suatu perusahaan.
Ada beberapa fungsi manajemen keuangan menurut Sutrisno (2009:3).
Tiga fungsi utama dalam manajemen keuangan, yaitu :
a. Keputusan Investasi (Investment Decision)
Keputusan inventasi adalah masalah bagaimana manajer keuangan harus
mengalokasikan dana ke dalam bentuk-bentuk investasi yang akan dapat
mendatangkan keuntungan di masa yang akan datang. Bentuk, macam,
dan komposisi dari investasi tersebut akan mempengaruhi dan menunjang
tingkat keuntungan di masa depan.
b. Keputusan Pendanaan
Keputusan pendanaan ini sering disebut sebagai kebijakan struktur modal.
Pada keputusan ini manajer keuangan dituntut untuk mempertimbangkan
dan menganalisis kombinasi dari sumber-sumber dana yang ekonomis
bagi perusahaan guna membelanjai kebutuhan-kebutuhan investasi serta
kegiatan usahanya.
c. Keputusan Deviden (Devidend Policy)
Keputusan deviden merupakan keputusan manajemen keuangan untuk
menentukan besarnya prosentase laba yang dibagikan kepada para
10

pemegang saham dalam bentk cash dividend, stabilitas dividen yang


dibagikan, dividen saham (stock dividend), pemecahan saham (stock
split), serta penarikan kembali saham yang beredar yang semuanya
ditujukan untuk meningkatkan kemakmuran para pemegang saham.
Maka penerapan proses manajemen dalam bidang keuangan tentunya
disertai dengan tujuan tertentu, yaitu agar berbagai aktivitas yang
dilakukan oleh perusahaan dapat berjalan sebaik-baiknya.

2.3. Tujuan Manajemen Keuangan


Manajemen keuangan sebagai aktivitas memperoleh dana,
menggunakan dana, dan mengelola asset secara efisien membutuhkan tujuan
atau sasaran.
Menurut Martono dan Agus (2010:13) “tujuan manajemen keuangan
adalah memaksimumkan nilai perusahaan (memaksimumkan kemakmuran
pemegang sahan) yang diukur dari harga saham perusahaan”.
Sedangkan menurut Yulianto (2010:132) “tujuan manajemen keuangan
yaitu memaksimalkan kekayaan pemegang saham dalam jangka panjang.
Tetapi bukan untuk memaksimalkan ukuran-ukuran akuntansi seperti laba
bersih atau EPS”.
Menurut Husnan (2008:6) “tujuan manajemen keuangan adalah untuk
mengambil keputusan-keputusan yang benar, keputusan yang benar adalah
untuk memaksimumkan perusahaan”.

2.4. Modal
Modal adalah hak atau bagian yang dimiliki olerh perusahaan.
Komponen modal terdiri dari modal setor, agio saham, laba yang ditahan,
cadangan laba dan lainnya (Kasmir, 2010:81)
Menurut Brigham (2006:62) modal adalah jumlah dari hutang
jangka panjang, saham preferen dan ekuitas saham biasa atau mungkin
pos-pos tersebut plus hutang jangka pendek yang dikenakan bunga.
11

Modal dapat diperoleh melalui tiga bentuk utama : utang, saham


preferen, dan ekuitas biasa, dimana ekuitas berasal dari penerbitan saham
baru dan laba ditahan (Brigham, 2011:3)
a. Jenis-jenis Modal
Berdasakan jenisnya, modal dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
1) Modal Asing
Modal asing diartikan sebagai modal yang berasal dari luar
perusahaan yang sifatnya sementara bekerja dalam perusahaan, dan
bagi perusahaan yang bersangkutan modal tersebut merupakan
“hutang” , yang pada saatnya harus dibayar kembali (Riyanto,
2001:227). Modal asing dibagi menjadi tiga :
a) Utang Jangka Pendek (short term debt) merupakan utang yang
jangka waktunya pendek, yaitu kurang dari satu tahun. Yang
termasuk modal jenis ini adalah kredit rekening korang, kredit
dari penjual, kredit dari pembeli, dan kredit wesel.
b) Utang Jangka Menengah (intermediate term debt) merupakan
utang yang jangka waktunya antara satu sampai sepuluh tahun.
Yang termasuk modal jenis ini adalah term loan dan leasing.
c) Utang Jangka Panjang (long term debt) , merupakan utang yang
jangka waktunya lebih dari sepuluh tahun. Yang termasuk
modal jenis ini adalah pinjaman obligasi dan hipotek.
2) Modal Sendiri
Modal sendiri merupakan modal yang berasal dari pemilik
perusahaan dan yang tertanam di dalam perusahaan untuk waktu
yang tidak tertentu lamanya (Riyanto 2001:240). Modal sendiri
terdiri dari tiga jenis yaitu :
3) Modal Saham
a. Saham Biasa
Para pemegang saham biasa akan mendapat deviden tiap akhir
tahun pembukuan, apabila perusahaan mendapat keuntungan
saja, namun apabila perusahaan mengalami kerugian maka para
12

pemegang saham tidak akan mendapat deviden dan mengenai


hal tersebut terdapat ketentuan hukumnya, yaitu bahwa
perusahaan yang mengalami kerugian itu belum ditutup maka
selama itu pula perusahaan tidak diperbolehkan membayar
deviden.
b. Saham Preferen
Saham preferen merupakan saham yang disertai dengan
preferensi tertentu diatas saham biasa dalam hal pembagian
deviden, pembagian kekayaan.
4) Cadangan
Cadangan dibentuk dari keuntungan yang diperoleh perusahaan
selama beberapa waktu yang lampau dari tahun yang berjalan.
Cadangan yang termasuk dalam modal sendiri misalnya cadangan
ekspansi, cadangan modal kerja, cadangan selisih kurs, cadangan
untuk menampung hal-hal atau kejadian yang tidak diduga
sebelumnya.
5) Laba ditahan
Keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan yang sebadian
dibayarkan sebagai deviden dan sebagian lagi ditahan perusahaan.
Apabila perusahaan belum mempunyai tujuan tertentu mengenai
penggunaan keuntungan tersebut, maka keuntungan tersebut
merupakan “keuntungan yang ditahan” (retained earning).

2.5. Modal Kerja


Modal kerja menurut Harahap (2008:288) yaitu : Aktiva Lancar
dikurangi dengan hutang lancar. Modal kerja ini merupakan ukuran tentang
keamanan dari kepentingan kreditur jangka pendek. Modal kerja bisa juga
dianggap sebagai dana yang tersedia untuk diinvestasikan dalam aktiva
tidak lancar atau untuk membayar hutang tidak lancar. Kenaikan dalam
modal kerja terjadi apabila aktiva menurun atau dijual atau karena kenaikan
13

dalam hutang jangka panjang dan modal. Penurunan dalam modal kerja
timbul akibat aktiva tidak lancar naik atau dibeli atas hutang jangka panjang
dan modal naik.
Menurut Harmono (2009:193) Modal kerja adalah aktiva lancar,
sedangkan komponen aktiva lanacar meliputi kas dan setara kas, piutang,
persediaan dan aktiva lancar lainnya, pengelolaan modal kerja dapat
diartikan sebagai pengelolaan terhadap komponen – komponen aktiva
lancar.
Menurut Agnes Sawir (2003: 129) Modal kerja adalah keseluruhan
aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, atau dapat pula dimaksudkan
sebagai dana yang harus tersedia untuk membiayai kegiatan operasi
perusahaan sehari-hari.
Modal kerja merupakan modal yang digunakan perusahaan untuk
menopang kegiatan operasinya sehari-hari. Menurut Jumingan (2006:66),
definisi modal kerja yang lazin digunakan, yaitu :
a. Modal kerja adalah kelebihan aset lancar terhadap liabilitas lancar.
Kelebihan ini disebut modal kerja bersih. Kelebihan ini merupakan
jumlah aset lancar yang berasal dari liabilitas jangka panjang dan modal
sendiri. Definisi ini bersifat kualitatif karena menunjukkan kemungkinan
tersedianya aset lancar yang lebih besar daripada liabilitas jangka
pendek dan menunjukkan tingkat keamanan bagi kreditur jangka pendek
serta menjamin kelangsungan usaha di masa yang akan datang.
b. Modal kerja adalah jumlah dari aset lancar. Jumlah ini merupakan modal
kerja bruto. Definisi ini bersifat kuantitatif karena menunjukkan jumlah
dana yang digunakan untuk maksud-maksud operasi jangka pendek.
Waktu tersedianya modal kerja akan tergantung pada macam dan tingkat
likuiditas dari unsur-unsur aset lancar misalnya kas, surat-surat
berharga, piutang dan persediaan.
c. Menurut konsep fungsional, modal kerja adalah jumlah dana yang
digunakan selama periode akuntansi yang dimaksudkan untuk
menghasilkan pendapatan jangka pendek yang sesuai dengan maksud
14

utama didirikannya perusahaan tersebut. Modal kerja menurut definisi


fungsional tersebut adalah kas, piutang dan persediaan. Adapun aset
lancar seperti surat-surat berharda dan keuntungan dalam piutang
digolongkan sebagai modal kerja potensial. Aset tidak lancar seperti
tanah, bangunan, mesin dan lain-lain digolongkan sebagai non working
capital.
2.5.1. Manfaat Modal Kerja
Modal kerja yang cukup akan menguntungkan perusahaan, di
samping memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi secara
ekonomis atau efisien dan perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan
juga akan memberikan beberapa manfaat. Menurut Munawir (2004: 116)
manfaat modal kerja tersebut adalah:
a. Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya
nilai dari aktiva lancar
b. Modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan untuk membayar
semua kewajiban-kewajiban tepat pada waktunya
c. Modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan untuk memelihara
“credit standing” perusahaan yaitu penilaian pihak ketiga, misalnya
bank dan para kreditor akan kelayakan perusahaan untuk menghadapi
situasi darurat seperti dalam hal terjadi: pemogokan, banjir, dan
kebakaran.
d. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup
untuk melayani para konsumennya
e. Memungkinkan perusahaan untuk memberikan syarat kredit kepada
para pembeli. Kadang-kadang perusahaan harus memberikan kepada
para pembelinya syarat kredit yang lunak dalam usaha membantu para
pembeli yang baik untuk membiayai perusahaannya.
f. Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih
efisien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang ataupun
jasa yang dibutuhkan.
15

2.5.2. Sumber Modal Kerja


Sumber modal kerja perusahaan umumnya dari hasil oprasi
perusahaan, misalnya, jumlah laba bersih yang tertera dalam laporan
perhitungan laba rugi,cadangan depresiasi, dan amortisasi. Jumlah modal
kerja dapat pula berasal dari keuntungan yang ditahan (rentained earning).
Jadi, adanya laba yang tidak diambil oleh pemegang saham, berarti laba
tersebut dapat menambah modal kerja perusahaan.
Menurut Kasmir (2010:219) kebutuhan akan modal kerja mutlak
disediakan perusahaan dalam berbagai bentuk. Untuk memenuhi
kebutuhan tersebut diperlukan sumber modal kerja yang dapat dicari dari
berbagai sumber yang ada. Namun dalam pemilihan sumber modal harus
memerhatikan untung ruginya pemilihan sumber modal kerja tersebut.
Pertimbangan ini perlu dilakukan agar tidak menjadi beban perusahaan ke
depan atau akan menimbulkan masalah yang tidak diinginkan.
2.5.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja
Faktor – faktor yang mempengaruhi modal kerja menurut Kasmir
(2010:217) adalah sebagai berikut :
a. Sifat dan jenis perusahaan.
Modal kerja dari suatu perusahaan jasa relatif akan lebih rendah dari
pada kebutuhan modal kerja perusahaan industri. Perusahaan jasa
biasanya menginvestasikan sebagian besar modal – modalnya pada
aktiva tetap yang digunakan untuk tujuan pelayanan kepada
masyarakat. Sebaliknya perusahaan industri harus mengadakan
investasi yang cukup besar dalam aktiva lancar perusahaan agar
perusahaannya tidak mengalami kesulitan dalam menjalankan
oprasinya.
b. Syarat Kredit
Syarat kredit atau penjualan yang dibayarnya dilakukan dengan dicicil
(angsur) juga sangat mempengaruhi modal kerja. Jika syarat kredit
yang diterima pada waktu pembelian menguntungkan, semakin sedikit
uang kas yang disediakan untuk diinvestasikan dalam persedian barang
16

dagangan. Apabila pembelian barang dilakukan dalam waktu yang


pendek sesudah barang diterima, maka diperlukan lebih banyak uang
kas dan oleh karna itu lebih banyak lagi modal kerja.
c. Waktu Produksi
Waktu yang diperlukan untuk memproduksi dan memperoleh barang
yang akan dijual serta harga saham persatuan dari barang tersebut.
Semakin panjang waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh barang,
maka makin besar pula modal kerja yang dibutuhkan. Selain itu harga
pokok persatuan barang yang semakin besar juga akan membutuhkan
modal kerja makin besar pula.
d. Tingkat Perputaran Persediaan
Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan (dijual dan diganti
kembali) maka jumlah modal kerja yang dibutuhkan perusahaan
semakin rendah. Pengendalian yang efektif diperlukan untuk
memelihara jumlah, jenis dan kualitas barang yang sesuai dan untuk
mengatur investasi dalam persediaan. Lebih cepat persediaan berputar,
maka lebih sedikit resiko kerugian karena persediaan tersebut dapat
berakibat pada terjadinya perubahan permintaan atau perubahan modal.
2.5.4. Manajemen Modal Kerja
Pengertian manajemen modal kerja menurut Kasmir (2010:210)
adalah sebagai “Modal kerja merupakan suatu pengelolaan investasi
perusahaan dalam asset jangka pendek (current assets)”. Artinya
bagaimana mengelola investasi dalam aktiva lancar perusahaan.
Manajemen modal kerja melibatkan sebagian besar jumlah asset
perusahaan. Bahkan terkadang abgi perusahaan tertentu jumlah lebih
aktiva lancar lebih dari setengah jumlah investasinya tertanam dalam
perusahaan.
Kekurangan modal kerja dalam meningkatkan penjualan dan
produksi akan berakibat pada hilangnya potensi pendapatan atau laba yang
mungkin diperoleh sehingga timbul pula kemungkinan perusahaan akan
17

terseret ke dalam keadaan insolvent (tidak mampu membayar kewajiban-


kewajiban yang sudah jatuh tempo).
Perusahaan yang tidak memiliki modal kerja yang cukup, tidak
akan mampu melunasi kewajiban jangka pendeknya tepat waktu dan akan
dihadapkan pada masalah likuiditas. Pentingnya manajemen modal kerja
didasari oleh alasan seperti yang dikemukakan oleh Martono (2004: 73)
berikut ini:
a. Aktiva lancar dari perusahaan baik manufaktur maupun jasa memiliki
jumlah yang cukup besar dibanding dengan jumlah aktiva secara
keseluruhan.
b. Untuk perusahaan kecil, hutang jangka pendek merupakan sumber
utama bagi pendanaan eksternal. Perusahaan seperti ini, tidak memiliki
akses pada pasar modal untuk pendanaan jangka panjangnya.
c. Manajer keuangan dan anggotanya perlu memberikan porsi waktu
yang sesuai dalam pengelolaaan tentang hal-hal yang berkaitan dengan
modal kerja.
d. Keputusan modal kerja berdampak langsung pada tingkat risiko, laba,
dan harga saham perusahaan.
e. Adanya hubungan langsung antara pertumbuhan penjualan dengan
kebutuhan dana untuk membelanjai aktiva lancar.
3. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan sutau perusahaan untuk
menghasilkan laba yang dapat digunakan dalam keberlangsungan
usahanya. Profitabilitas juga digambarkan sebagai prestasi dari sebuah
perusahaan karena profitabilitas dapat digunakan sebagai bahan evaluasi
atas efektifitas pengelolaan suatu badan usaha. Suatu perusahaan harus
berada dalam keadaan yang menguntungkan, tanpa adanya keuntungan
maka, perusahaan sulit untuk melanjutkan usahanya. Jadi perhitungan
profitabilitas dimaksudkan untuk mengetahui sampai seberapa jauh
manajemen perusahaan mengendalikan usaha secara efisien.
18

Menurut Sugiyarso dan Winarni (2005:118), “profitabilitas adalah


kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungan dengan
penjualan, total aktiva maupun modal sendiri”. Dari definisi ini terlihat
bahwa sasaran yang akan dicari adalah laba dan pengembalian atas
investasi perusahaan. Kelangsungan hidup perusahaan dipengaruhi oleh
banyak hal antara lain profitabilitas perusahaan itu sendiri.
Brigham dan Houston (2011) menyatakan bahwa definisi
profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan
yang dilakukan oleh perusahaan. Munawir (2010) mengemukakan bahwa
profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh
keunt,ungan (profit) yang berhubungan dengan total aktiva (total assets),
penjualan (sales), dan modal sendiri.
Berdasarkan beberapa definisi diatas penulis merangkum bahwa
profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan
aktiva yang dimiliki maupun dalam pencapaian tujuan atau tingkat
kegiatan perusahaan dalam suatu periode tertentu. Pengukuran
profitabilitas dapat menggunakan beberapa indikator seperti laba operasi,
laba bersih, tingkat kembalian investasi dan tingakt kembalian ekuitas
pemilik.
Menurut Umar (2001:114) menyatakan, profitabilitas adalah
kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba dari setiap penjualan
yang dilakukan. Dapat dikatakan bahwa profitabilitas adalah kemampuan
suatu perusahaan untuk menghasilkan laba berdasarkan besarnya
penjualan, total aktiva, modal jangka panjang, dengan menghubungkan
laba bersih terhadap aktiva atau berdasarkan suatu bisnis dan serangkaian
kebijakan serta keputusan suatu perusahaan.
19

3. Kerangka Pemikiran

Koperasi Cahaya Abadi

Laporan Keuangan

Perputaran Kas (X1) Profitabilitas (Y)


Perputaran Piutang (X2)

Analisis Data Asumsi Klasik


- Regresi Linear Berganda - Uji Heteroskedastisitas
- Uji Hipotesis - Uji Autokorelasi
- Uji f - Uji Multikolinearitas
- Uji t
- Koefisien Determinasi

Pembahasan

Kesimpulan & Saran

Gambar C.1. Kerangka Pemikiran

4. Hipotesis
Dari beberapa permasalahan yang dikemukakan di atas maka
hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut :
a. Diduga perputaran kas dan perputaran piutang berpengarh secara
simultan terhadap profitabilitas pada Koperasi Cahaya Abadi
Banyuwangi
20

b. Diduga perputaran kas berpengaruh secara parsial terhadap


profitabilitas pada Koperasi Cahaya Abadi Banyuwangi
c. Diduga bahwa variabel perputaran piutang berpengaruh secara parsial
terhadap profitabilitas pada Koperasi Cahaya Abadi Banyuwangi

D. METODE PENELITIAN
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang dilakukan berada di Koperasi Cahaya Abadi
yang beralamat di Perumahan Mendut Regency Banyuwangi. Alasan penulis
penulis menggunakan objek penelitian di Koperasi Cahaya Abadi Mendut
Regency Banyuwangi karena memiliki saudara yang bekerja disana.

2. Populasi Dan Sampel


2.1. Populasi
Populasi adalah jumlah keseluruhan objek penelitian. Apabila
seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian,
maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya
juga disebut studi populasi atau studi sensus (Suharsimi, 2002: 108). Menurut
Mudrajad (2003:108) “Populasi adalah suatu kelompok dari elemen
penelitian, dimana elemen adalah unit terkecil yang merupakan sumber dari
data yang diperlukan”. Populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan
triwulan Koperasi Cahaya Abadi selama kurun waktu tiga tahun, periode
2014-2016.
2.2. Sampel
Menurut Mudrajad (2003:107) “Sampel adalah bagian dari populasi
yang diharapkan dapat mewakili populasi penelitian”. Teknik pengambilan
sampel dalam penelitian ini dilakukan secara purposive sampling, yaitu
teknik sampling dengan menggunakan pertimbangan dan batasan tertentu
dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang relevan dengan tujuan
penelitian dan representative sesuai dengan kriteria yang tertentu
(Indriantoro, 2002:115).
21

Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah data yang


tersedia, dan data triwulan periode tahun 2014 – 2016, kriteria yang
digunakan untuk memilih sampel adalah sebagai berikut :
a. Laporan Neraca, Laporan Laba – rugi dan laporan Arus Kas Koperasi
Cahaya Abadi periode 31 Maret 2014 sampai dengan 31 Maret 2016
b. Laporan Neraca, Laporan Laba – rugi dan laporan Arus Kas Koperasi
Cahaya Abadi periode 31 Juni 2014 sampai dengan 31 Juni 2016
c. Laporan Neraca, Laporan Laba – rugi dan laporan Arus Kas Koperasi
Cahaya Abadi periode 31 September 2014 sampai dengan 31 September
2016
d. Laporan Neraca, Laporan Laba – rugi dan laporan Arus Kas Koperasi
Cahaya Abadi periode 31 Desember 2014 sampai dengan 31 Desember
2016

3. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode
dokumentasi dan wawancara dengan mengambil data laporan keuangan dari
Koperasi Cahaya Abadi periode tahun 2014 – 2016.
3.1. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis data
Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif.
Data kuantitatif adalah data yang diukur dalam suatu skala numeric atau
angka (Mudrajad, 2003:125). Data yang diperoleh meliputi laporan
keuangan triwulan perusahaan periode tahun 2014 sampai dengan 2016.
b. Sumber data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer
dimana data primer tersebut didapatkan dari perusahaan langsung berupa
catatan atau laporan keuangan yang telah tersusun dalam arsip
perusahaan. Data primer dalam penelitian ini adalah data laporan
keuangan tahunan dan triwulan yang diperoleh dari perusahaan periode
tahun 2014 sampai dengan 2016.
22

4. Kerangka Konseptual

Perputaran Kas
X1
H1
H3 Profitabilitas
Y
Perputaran Piutang
X2 H2

Gambar D.1. Kerangka Konseptual

5. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel


5.1. Identifikasi Variabel
Variabel dalam penelitian ini menggunakan dua jenis variabel yaitu variabel
dependent (terikat) dan variabel independent (bebas).
1) Variabel Dependen (Y) : Profitabilitas (ROA)
2) Variabel Independen (X) : X1. Perputaran Kas
X2. Perputaran Piutang
5.2. Definisi Operasional Variabel
a. Variabel Dependent (Y)
Variabel dependent dalam penelitian ini adalah profitabilitas yaitu hasil
bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan. Rasio ini menunjukkan
pengaruh gabungan dari likuiditas, manajemen aktiva, dan utang terhadap
hasil operasi. Return On Asset Pengembalian atas total aktiva), merupakan
pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam
menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan jumlah aktiva yang
tersedia didalam perusahaan. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik
keadaan suatu perusahaan.
23

Return On Asset dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :


𝑁𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑇𝑎𝑥𝑒𝑠
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑂𝑛 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡

b. Variabel Independent (X)


1) Perputaran Kas (X1)
Yaitu menunjukkan berapa kali uang kas berputar dalam satu periode
(1 tahun), uang kas disini adalah uang dan surat berharga lainnya yang
disertakan yang dapat digunakan dengan segera. Dengan menggunakan
rumus :
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝐾𝑎𝑠 =
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝐾𝑎𝑠

Penjualan disini dimaksud adalah penjualan bersih, rata-rata


kas merupakan hasil dari saldo kas awal ditambah saldo kas akhir
perusahaan di bagi dua.
2) Perputaran Piutang (X2)
Yaitu kemampuan dana yang tertanam dalam piutang berputar berapa
kali dalam satu periode tertentu melalui penjualan. Tingkat perputaran
piutang dapat dirumuskan sebagai berikut :
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡
𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝐾𝑎𝑠 =
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝐾𝑎𝑠

6. Analisa Data
a. Uji Normalitas Data
Menurut Ghozali (2005:28) “Uji normalitas data adalah langkah awal yang
harus dilakukan untuk setiap analisis multivariable. Pengujian normalitas
penelitian ini dilakukan pada model regresi yaitu dengan pengujian
analisis grafik dengan menggunakan normal probability plot. Dimana jika
data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal,
maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Model regresi yang
baik adalah memiliki distribusi normal atau mendekati normal.
24

Menurut Santoso dan Ashari (2005:231) “pengujian normalitas adalah


pengujian tentang kenormalan distribusi data”. Uji ini merupakan
pengujian yang paling banyak dilakukan untuk analisis statistic
parametrik. Penggunaan uji normalitas karena pada analisis statistic
parametrik, asumsi yang harus dimiliki oleh data adalah bahwa data
tersebut terdistribusi secara normal. Maksud data distribusi secara normal
disini adalah bahwa data akan mengikuti bentuk distribusi normal.
Distribusi normal data dengan bentuk distribusi normal dimana data
memusat pada nilai rata-rata dan medium.
b. Uji Asumsi Klasik
Model regresi akan menghasilkan estimator tidak biasa jika memenuhi
asumsi klasik yaitu bebas multikolinearitas, autokorelasi, dan
heteroskedastisitas. Jika asumsi klasik tidak terpenuhi maka variabel-
variabel yang menjelaskan model jadi tidak efisien. Maksud dan tujuan
dilakukannya pengujian terhadap penyimpangan asumsi klasik yaitu untuk
mengetahui apakah model regresi yang diperoleh mengalami
penyimpangan asumsi klasik atau tidak. Apabila model regresi yang
diperoleh mengalami penyimpangan terhadap salah satu asumsi klasik
yang di ujikan, maka persamaan regresi yang diperoleh tersebut tidak
efisien untuk menggeneralisasikan hasil penelitian berupa sampel ke
popolasi karena terjadi bias yang artinya hasil penelitian bukan semata
pengaruh dari variabe-variabel yang diteliti tetapi ada faktor pengganggu
lainnya yang ikut mempengaruhinya.
c. Uji Autokorelasi
Autokolerasi terjadi apabila ada kolerasi antara anggota sampel yang
diurutkan berdasarkan waktu. Penyimpangan ini biasanya muncul pada
observasi yang menggunakan data time series. Konsekuensi adanya
autokolerasi ini adalah varians sampel tidak dapat menggambarkan varians
populasinya, dan model regresi yang dihasilkan tidak dapat digunakan
uuntuk menaksir nilai variabel dependent pada nilai variabel pada
independent tertentu.
25

Menurut Santosa dan Ashari (2005:240) uji autokolerasi


merupakan pengujian asumsi dalam regresi dimana variabel dependent
tidak berkolerasi dengan dirinya sendiri. Maksud korelasi dengan diri
sendiri adalah bahwa nilai dari variabel dependen tidak berhubungan
dengan nilai variabel itu sendiri, baik nilai periode sebelumnya atau nilai
periode sesudahnya. Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah
dalam sebuah model regresi linear ada korelasi antara kesalahan
pengganggu (error) pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada
periode sebelumnya, jika ada berarti terdapat autokorelasi.
Uji autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan uji Durbin-
Waston (DW) test dengan kriteria :
1) Jika angka Durbin-Waston (DW) dibawah -2, berarti terdapat
autokorelasi.
2) Jika angka Durbin-Waston (DW) diantara -2 sampai +2, berarti tidak
terdapat autokorelasi.
Jika angka Durbin-Waston (DW) diatas +2, berarti terdapat korelasi
negatif.
d. Uji Multikolenieritas
Suatu model regresi mengandung multikolinearitas jika ada hubungan
yang sempurna antara variabel independent atau terdapat korelasi linear.
Konsekuensinya adalah bahwa kesalahan standar estimasi akan cenderung
meningkat dengan bertambahnya variabel independent, tingkat signifikansi
yang digunakan untuk menolak hipotesis nol akan semakin besar, dan
probabilitas menerima hipotesis yang salah juga semakin besar. Sehingga
model regresi yang diperoleh tidak valid untuk menaksir nilai variabel
independent. Menurut Ghazali (2007:110) Multikolinearitas dapat dilihat
dari tolerance dan Variance Inflation (VIP). Nilai Cuttof yang umum
dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai
Tolerance < 0,10 atau sama dengan VIP < 10.
26

7. Pengujian Hipotesis
Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua pengujian yaitu secara
parsial (Uji t), secara menyeluruh atau simultan (Uji F) dan koefisien
determinasi (R2).
a. Uji t
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi
variabel dependen (Ghozali, 2006). Cara melakukan uji t adalah sebagai
berikut:
1) Membandingkan hasil besarnya peluang melakukan kesalahan (tingkat
signifikansi) yang muncul, dengan tingkat peluang munculnya
kejadian (probabilitas) yang ditentukan sebesar 5% atau 0,05 pada
output, untuk mengambil keputusan menolak atau menerima hipotesis
nol (Ho) :
a) Apabila signifikansi > 0.05 maka keputusannya adalah menerima
Ho dan menolak Ha
b) Apabila signifikansi < 0.05 maka keputusannya adalah menolak
Ho dan menerima Ha
2) Membandingkan nilai statistik t hitung dengan nilai statistik t tabel:
a) Apabila nilai statistik t hitung < nilai statistik tabel, maka Ho
diterima
b) Apabila nilai statistik t hitung > nilai statistik tabel, maka Ho
ditolak
b. Uji f
Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independent secara
bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap variabel dependent. Uji F
dilakukan dengan membandingkan F hitung dan F tabel. Pedoman yang
digunakan untuk menerima atau menolak hipotesis yaitu :
Jika F hitung < F tabel maka HO diterima dan Ha ditolak
Jika F hitung > F tabel maka HO ditolak dan Ha diterima
27

Suatu model dimana variabel terikat tergantung dua atau lebih


bebas. Analisis regresi berganda digunakan untuk mengukur pengaruh
lebih dari satu variabel bebas terhadap variabel terikat.
c. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Uji koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa besar
variasi dalam variabel bebas mampu menjelaskan bersama-sama variabel
terikat atatu seberapa baik model regresi yang telah dibuat tersebut cocok
dengan data yang ada. Semakin besar koefisien determinasinya, maka
semakin baik variabel bebas dalam menjelaskan variabel terikat
(Simamora, 2007:281).
Untuk mengetahui variabel bebas mana yang paling berpengaruh
terhadap variabel terikatnya dapat dilihat dari koefisien korelasi
parsialnya. Variabel bebas yang saling berpengaruh terhadap variabel
terikat dilihat dari koefisien korelasi parsial yang paling besar. Nilai
koefisien determinasi akan berkisar 0 – 1 apabila nilai koefisien
determinasi = 1 menunjukkan 100% total variasi diterangkan oleh varian
bersamaan regresi, atau variabel bebas mampu menerangkan variabel Y
sebesar 100%. Sebaliknya apabila nilai koefisien determinasi = 0
menunjukkan bahwa tidak ada total varian yang diterangkan oleh varian
bebas.
28

E. JADWAL PENELITIAN
Kegiatan Nov Des Jan Feb

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Minggu
Pengajuan Judul
Persiapan Penelitian
Observasi dan
Wawancara
Seminar Proposal
Analisis Data
Pembuatan Laporan
Sidang Skripsi
29

F. DAFTAR PUSTAKA
Agnes, Sawir. 2003. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan
Perusahaan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Agus Harjito dan Martono. 2004. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Ekonisia.
………… 2011. Manajemen Keuangan. Edisi Kedua, Cetakan Pertama.
Yogyakarta: Penerbit EKONISIA.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Bambang, Riyanto. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi
Keempat, Cetakan Ketujuh. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Budi Sentosa Purbayu dan Ashari, 2005. Analisis Statistik dengan Microsoft Escel
dan SPSS. Yogyakarta: ANDI.
Brigham dan Houston. 2006, Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Edisi 10 buku
satu. Jakarta : Salemba Empat.
…………. 2011. Dasar-dasar Manajemen Keuangan Terjemahan. Edisi 10.
Jakarta: Salemba Empat.
Ghozali, Imam, 2005, Aplikasi Analisis Multivariante dengan Program SPSS.
Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
............ 2006. Aplikasi Multivariante dengan Program SPSS (Edisi Ke 4).
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
............ 2007. Analisis Multivariante dengan Program SPSS. Cetakan Empat.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Harahap, Sofyan Syafri. 2008. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Harmono. 2009. Manajemen Keuangan Berbasis Balanced Scorecard
(Pendekatan Teori, Kasus, dan Riset Bisnis). Jakarta: Bumi Aksara.
Husnan, Suad dan Enny Pudjiastuti. 2008. Dasar – dasar Manajemen Keuangan.
Yogyakarta : UPP STIM YKPN
Husein Umar. 2001. Metode Penelitian dan Aplikasi dalam Pemasaran. Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Umum.
Indriantoro N. dan Bambang, 2002. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk
Akuntansi dan Manajemen, Jakarta: BPFE Jakarta.
Isnaini. 2015. Jurnal Skripsi judul “Pengelolaan Modal Kerja Untuk
Meningkatkan Profitabilitas (Studi pada UD. Warna Jaya Periode 2012-
2014)”
Jumingan. 2006. Analisis Laporan Keuangan. Cetakan Pertama. Jakarta: PT.
Bumi Aksara.
………… 2009. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
30

Kasmir, 2010, Pengantar Manajemen Keuangan, Jakarta : Kencana Prenda Media


Group.
Kuncoro, Mudrajad. 2003. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta:
Erlangga.
Martono dan Agus Harjito. 2010. Manajemen Keuangan (Edisi 3) Yogyakarta :
Ekonisia.
Munawir. 2004. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty.
………… 2010. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty.
Nur Indriantoro. 2002. Metode Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan
Manajemen, Cetakan 2. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Nurhayati. 2010. Jurnal Skripsi judul “Pengaruh Pengelolaan Modal Kerja
Terhadap Rentabilitas pada BNI Syariah”
Rahwan. 2016. Jurnal Skripsi judul “Ánalisis Pengelolaan Modal Kerja Untuk
Meningkatkan Profitabilitas (ROA dan ROE) Pada Koperasi Mekar”.
Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-dasar Pembelajaran Perusahaan. Yogyakarta:
BPFE – Yogyakarta.
Santoso. 2005. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, Jakarta : PT
Elex Media Komputindo.
Simamora, Henry. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: STIE
YKPN.
Sule dan Saefullah, 2005. Pengantar Manajemen. Jakarta: Prenada Media Jakarta.
Sugiyarso dan Winarni. 2005. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE
Yogyakarta.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis, Bandung : CV. Alfabeta.
Sutrisno.(2005). Manajemen Keuangan Teori, Konsep, dan Aplikasi. Yogyakarta :
Ekonisi.
Sutrisno. 2007. Manajemen Keuangan Teori, Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta :
Ekonisia.
Sutrisno, Edi. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi pertama. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group
Yulianto. 2010. Dualisme Hukum Normatif dan Empiris. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar Yogyakarta.

You might also like