Professional Documents
Culture Documents
Panduan Wawancara
SURVEY RUMAH TANGGA PENERIMA MANFAAT
Preliminary Impact NUSP-2
I. PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 2
II. METODE PENGUMPULAN DATA ............................................................................................. 4
Teknik Wawancara Dalam Pengumpulan Data ...................................................................... 5
Pengendalian Mutu Data ...................................................................................................... 12
III. ORGANISASI DI LAPANGAN ................................................................................................... 15
Tugas Pewawancara.............................................................................................................. 15
Tugas Koordinator Lapangan ................................................................................................ 15
IV. PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER ....................................................................................... 15
Petunjuk Umum ..................................................................................................................... 15
Petunjuk Khusus Pengisian Form Survei Teknis ..................................................................... 18
Petunjuk Khusus Pengisian Kuesioner Sosial Ekonomi Rumah Tangga ... Error! Bookmark not
defined.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Form sampling Responden
Lampiran 2. Kuesioner Survei Rumah Tangga
Lampiran 3. Kode Provinsi, Kab/Kota, Kecamatan dan Desa/Kelurahan Lokasi Survei
1
I. PENDAHULUAN
Kegiatan pengumpulan data merupakan salah satu bagian penting dari rangkaian
kegiatan survei yang menentukan diperolehnya data yang akurat dan valid. Pengumpulan
data dapat dilakukan melalui berbagai cara, tergantung dari tujuan penelitian serta faktor-
faktor teknis lain dalam pelaksanaan penelitian. Berbagai macam teknik pengumpulan data
antara lain: wawancara, pengukuran dan pemeriksaan. Dalam pelaksanaan, pengumpulan
data dilakukan dengan wawancara, Wawancara bertujuan mengumpulkan informasi
dengan cara bertanya secara langsung kepada responden menggunakan kuesioner
terstruktur yang dilengkapi dengan buku pedoman pengisian kuesioner.
2
Gambar 1 Konsep Situasi lapangan
Situasi wawancara:
Waktu
Tempat
Kehadiran orang ketiga
Sikap masyarakat
Pewawancara: Responden:
Karakteristik sosial Karakteristik sosial
Ketrampilan mewawancarai Kemampuan menangkap
Motivasi pertanyaan
Rasa aman Kemampuan menjawab pertanyaan
Isi kuesioner:
Peka untuk ditanyakan
Sukar ditanyakan
Tingkat minat
Sumber kekhawatiran
3
II. METODE PENGUMPULAN DATA
Survey dilakukan selama 6 (enam) bulan pada Juli hingga Desember 2019. Proses
pengumpulan data dilakukan secara intensif selama 3 bulan oleh tenaga peneliti lapangan.
Pengumpulan data akan dilakukan di 20 Kota/Kabupaten yang tersebar di 12 (dua belas)
provinsi. Daftar kota/kabupaten lokasi survey secara rinci dapat dilihat pada Tabel 1.
Survei Rumah Tangga yang dimaksud adalah proses pengumpulan data rumah tangga
untuk dilakukan wawancara secara terstruktur seputar aset, infrastruktur, kepuasan
terhadap infrastruktur kondisi lingkungan kumuh, terjadinya genangan air, sanitasi, air
bersih, drainase, jalan, PHBS, Morbiditas, tanggap gender, kelembagaan, dan kegiatan
ekonomi. di rumah tangga. Target grup responden pada survei terdiri dari 2 kategori, yaitu
(1) Grup rumah tangga penerima manfaat program, NUSP-2 dan (2) Grup rumah tangga
4
kontrol. Maksud dari grup rumah tangga calon penerima manfaat adalah kelompok rumah
tangga sample yang dipilih secara acak dari rumah tangga yang telah dikunjungi pada
listing rumah tangga MBR. Sedangkan, maksud dari rumah tangga kontrol adalah rumah
tangga yang berada di lokasi non program tetapi memiliki karakteristik rumah tangga yang
tidak berbeda dengan rumah tangga grup pertam.
Jumlah rumah tangga yang akan dikunjungi pada survei pada masing-masing keluraha
adalah sama. Dan sebagaimana halnya dengan kontrol. Jumlah sample rumah tangga
survey baik di setiap kota/kabupaten dilihat secara rinci pada Tabel 2.
A. Perkenalan
Salah satu kunci keberhasilan suatu survei terletak pada proses wawancara agar didapatkan
informasi sesuai dengan yang diinginkan melalui kuesioner yang telah disusun secara
terstruktur. Sebelum dapat melakukan wawancara, tentunya seorang pewawancara harus
5
melakukan pengenalan diri terlebih dahulu kepada responden dan meminta izin untuk
melakukan wawancara. Sebagai orang asing bagi responden, proses pengenalan diri
menjadi bagian yang penting untuk mendapatkan kesediaan responden diwawancarai.
Seringkali kegagalan pada wawancara dimulai pada proses pengenalan diri dan
permohonan izin. Hal ini disebabkan pewawancara tidak dapat meyakinkan responden
tentang pentingnya hasil dari data yang diperoleh, tidak dapat menjamin kerahasiaan data
atau pewawancara tidak bersikap sopan dan respek pada responden. Penolakan akan
mempertinggi kemungkinan bias data, serta pemborosan biaya dan waktu. Untuk
mengantisipasi kemungkinan penolakan pada proses perkenalan sehingga wawancara
dapat dilangsungkan, pewawancara harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
6
diwawancarai di desa ini hanya SAMPEL rumah tangga termasuk rumah tangga
responden.
Hak dan kewajiban responden
Jelaskan bahwa responden berhak untuk menolak atau jika bersedia diwawancarai,
responden berhak untuk tidak menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tidak
berkenan dijawab. Jika responden telah menyatakan kesediaan untuk melakukan
wawancara, untuk semua data yang responden bersedia berikan, maka responden
wajib memberikan data/jawaban yang sebenarnya. Berikan nama, alamat, dan
nomor telepon yang bisa responden hubungi, jika responden mempunyai keluhan
terhadap pewawancara atau proses wawancara.
Memilih waktu yang tepat untuk melakukan wawancara
Usahakan memilih waktu wawancara yang nyaman untuk responden, dengan cara
menyesuaikan waktu wawancara dengan jadwal responden.
7
kalimat pengantar ini. Jangan terlalu panjang dan bertele-tele. Hal ini akan
menyebabkan responden mengalami kebosanan.
Saat membacakan pertanyaan, pandangan mata sebaiknya jangan hanya terarah
pada kuesioner, tapi juga ke responden. Hal ini penting, untuk dapat mengetahui
bagaimana respon dari responden, apakah ia memperhatikan atau tidak, dapat
mengikuti pertanyaan yang dibacakan atau tidak, atau dia merasa bosan, dll.
Cara membacakan ini sebaiknya dilatihkan sebelum pergi ke lapangan. Uji cobakan ke
orang lain, agar dapat mengukur intonasi atau nada yang jelas buat orang lain untuk
mengerti pertanyaan yang dibacakan.
C. Cara Probing
Seringkali respon dari responden tidak sesuai dengan pertanyaan atau jawaban yang
dibutuhkan. Untuk mendapatkan jawaban yang sesuai dengan pertanyaan dibutuhkan
ketrampilan pewawancara dalam menggali informasi lebih dalam. Cara menggali informasi
lebih mendalam ini dalam teknik wawancara disebut “probing”.
Probing ada dua jenis, yaitu: probing yang sifatnya bertanya dan probing yang sifatnya
konfirmasi. Berikut keterangan yang lebih rinci tentang cara-cara yang sebaiknya dilakukan
untuk mengajukan pertanyaan atau melakukan probing dengan baik.
a. Probing yang bersifat bertanya
Probing jenis ini dilakukan jika responden tidak mengerti terhadap pertanyaan,
mengajukan jawaban tidak tahu atau memberikan informasi yang tidak sesuai atau
tidak konsisten dengan hal yang sedang ditanyakan. Probing yang paling banyak
dilakukan oleh enumerator adalah ketika ia mendapatkan jawaban tidak tahu dari
8
responden. Jarang ada yang melakukan probing untuk menanyakan informasi yang
terlalu singkat atau tidak konsisten dengan yang ditanyakan.
b. Probing yang bersifat konfirmasi
Probing jenis ini dilakukan jika jawaban responden untuk pertanyaan sebelumnya
berkaitan atau bahkan bertentangan dengan jawaban responden untuk pertanyaan
yang sedang diajukan. Untuk dapat mengajukan atau melakukan probing ini maka
pewawancara harus mampu memperhatikan dan mengingat jawaban yang diberikan
oleh responden sebelumnya. Harap diingat, agar menggunakan kata-kata atau
intonasi suara yang tidak berkesan menginterogasi. Mulailah dengan kata
permohonan maaf untuk menjaga responden tidak tersinggung.
Catatan:
1. Perbedaan antara probing dan pengantar
Perbedaan antara probing dan pengantar cukup jelas. Pengantar pertanyaan pada
setiap bagian diberikan untuk menjelaskan tujuan pertanyaan-pertanyaan yang akan
diajukan. Pengantar diberikan biasanya untuk memusatkan perhatian atau
menyiapkan responden sebelum menjawab seksi tertentu. Pengantar jenis ini
biasanya dengan menjelaskan topik utama seksi atau tujuan. Pengantar juga
9
diberikan untuk pertanyaan yang sensitif (misalnya mengenai harta, masalah
pribadi, pilihan partai/agama). Pengantar jenis ini, biasanya didahului dengan
permohonan maaf. Sedangkan, probing hanya digunakan untuk memperjelas atau
memancing jawaban yang lebih rinci dari responden. Probing hanya dilakukan
setelah mendapatkan jawaban atau respon dari responden.
Untuk sopan santun dan menjaga suasana wawancara, maka akan lebih baik jika
pewawancara dapat merespon sikap atau jawaban responden. Namun, hal ini harus
dilakukan secara hati-hati untuk tetap menjaga kenetralan wawancara. Berikut adalah
beberapa contoh atau hal yang sebaiknya dilakukan dan beberapa contoh tentang hal yang
tidak boleh dilakukan.
10
Hal-hal yang tidak boleh dilakukan:
1. Memberikan komentar yang tidak netral, contoh: “Oh sedikit sekali...”, “Oh menikahnya
masih muda sekali ya Pak...”, “Murah sekali Pak, bayarnya...”, “Kok begitu, Bu?”
2. Memberikan iming-iming atau janji-janji, contoh: “Jika ibu mau diwawancarai, nanti akan
mendapatkan bantuan dari pemerintah”.
3. Melontarkan humor yang tidak sopan atau bersifat SARA (Suku, Agama, Ras).
4. Memberikan sikap/isyarat/bahasa tubuh/ekspresi muka yang tidak netral, contoh:
terlalu lama memandang, menggeleng-gelengkan kepala, mengerutkan kening, dll,
dengan tujuan untuk menunjukkan jawaban responden ‘benar’ atau ‘salah’.
5. Menyarankan sebuah jawaban kepada responden.
6. Menginterpretasi jawaban responden.
7. Menduga jawaban sebelum responden mengungkapkannya.
8. Memberikan pendapat walaupun itu atas permintaan responden.
9. Memberikan pendapat setuju atau tidak setuju terhadap komentar atau pendapat
responden.
10. Menghakimi jawaban responden, apalagi melecehkan.
11. Memberikan penilaian tertentu terhadap responden. Pewawancara tidak boleh
mempunyai penilaian tertentu mengenai kemampuan dan pengetahuan responden.
Jangan mengira bahwa keluarga yang pendidikannya kurang atau buta huruf tidak
tahu mengenai penyediaan air bersih dan sanitasi masyarakat.
11
5. Jawaban yang diberikan oleh responden diharapkan mencerminkan reaksinya sendiri,
tidak terpengaruh oleh pewawancara atau pihak-pihak lain yang mungkin hadir pada
saat wawancara berlangsung. Bila hal tersebut terjadi, pewawancara berusaha untuk
memberikan pengertian kepada orang tersebut agar tidak ikut memberikan jawaban
dengan tidak menyinggung perasaannya, atau mempersilahkan ia pergi. Jika hal
tersebut tidak memungkinkan maka pewawancara harus membuat janji untuk
mengunjungi responden lagi dilain waktu agar responden bisa memperoleh suatu
kebebasan, atau dapat pula membuat janji dengan responden untuk wawancara di
suatu tempat yang telah ditentukan.
6. Jangan tergesa-gesa pindah ke pertanyaan yang lain, tetapi berusaha memperoleh
jawaban yang serinci mungkin dan mendekati kebenaran atau kenyataan saat ini. Hal
ini juga untuk memberikan waktu pada responden untuk berpikir. Sikap ketergesa-
gesaan pewawancara dalam melakukan wawancara akan menyebabkan responden
bingung dan sukar mengingat kembali informasi yang akan diberikan.
7. Jangan puas dengan jawaban ”Saya tidak tahu” kecuali pewawancara yakin bahwa
responden benar-benar tidak tahu, bukan sekedar tidak punya waktu yang cukup
untuk berpikir. Buatlah beberapa pertanyaan pancingan atau ilustrasi (probing) untuk
meyakinkan responden benar-benar tidak tahu akan pertanyaan yang telah diajukan.
8. Bila wawancara telah selesai, pewawancara harus melihat kembali semua isian yang
ada di kuesioner, dan pastikan semua pertanyaan di kuesioner telah ditanyakan untuk
menghindari adanya kunjungan ulang akibat beberapa pertanyaan yang lupa atau
terlewat ditanyakan.
9. Tidak dibolehkan menitipkan atau meninggalkan kuesioner pada responden untuk
diisi sendiri (tanpa wawancara) sekalipun atas permintaan responden.
Proses pengendalian mutu data yang dikumpulkan dari setiap lokasi survei dilakukan
melalui cara sbb:
a. Tim pewawancara harus bekerja sama dengan baik selama melaksanakan tugas di
lapangan. Tenaga Ahli (TA) harus dapat membagi tugas lapangan yang seimbang
antar anggota tim.
b. Seluruh kuesioner hasil wawancara yang telah terisi dapat dimasukkan ke dalam
Box nomor 1. Pewawancara harus meneliti kembali hasil wawancara (kuesioner)
sebelum dimasukkan ke Box 1. Pewawancara harus memeriksa dan mengumpulkan
hasil wawancaranya dalam jangka waktu maksimal 1x24 jam.
c. TA juga bertindak sebagai data editor untuk meneliti kelengkapan dan konsistensi
jawaban dari kuesioner yang terkumpul di Box 1. Kuesioner yang lolos uji
penyaringan oleh data editor dapat dimasukkan ke Box nomor 2. Sedangkan
kuesioner yang tidak lolos uji penyaringan harus dikembalikan ke dalam Box 1.
Sebaiknya TA memberikan tanda pada bagian data mana saja dari kuesioner yang
tidak lolos editing. Catatan TA tsb diharapkan dapat membantu pewawancara
dalam memeriksa kembali kelengkapan data hasil wawancaranya. Bila perlu,
pewawancara dapat kembali ke rumah tangga responden yang bersangkutan untuk
bisa melengkapi data.
12
d. Pewawancara harus memeriksa seluruh kuesioner yang berada di Box nomor 1
setiap hari. Hal ini perlu dilakukan untuk memeriksa lolos tidaknya kuesioner hasil
wawancara yang telah dilakukan sebelumnya.
e. TA juga harus melakukan verifikasi atas kebenaran data kuesioner yang terkumpul
di Box 1. Kegiatan verifikasi minimal dilakukan sebanyak 10% dari jumlah sample
rumah tangga pada survei rumah tangga di wilayah masing-masing.
f. Seluruh data kuesioner yang berada di Box nomor 2 dapat segera dimasukkan ke
dalam sistem entry data yang ada. Pemasukan data survei dilakukan dimasing-
masing wilayah survei. Seluruh data kuesioner yang telah lengkap masuk ke sistem
data dapat dimasukkan ke Box nomor 3. Begitu pula sebaliknya, kuesioner yang
menunjukkan adanya ketidaklengkapan data maka harus dikembalikan ke Box
nomor 2 untuk diperiksa kembali oleh TA.
g. Apabila dalam hal-hal tertentu, ada permasalahan terkait pengisian kuesioner
maupun teknis lapangan yang tidak bisa diselesaikan oleh tim, segera hubungi
penanggung jawab teknis kab/kota dari tim konsultan PT CEC.
Kuesioner
Box Kuesioner
Hasil
Box Kuesioner
Lolos
Box Lengkap &
Sudah
Masuk
1 Wawancara 2 Editing 3 Dalam
database
13
b. Pemeriksaan missing data
c. Pemeriksaan pola skip
d. Pemeriksaan konsistensi jawaban dengan pertanyaan
e. Pemeriksaan konsistensi jawaban antar pertanyaan
.
14
III. ORGANISASI DI LAPANGAN
Berikut ini adalah peran setiap peneliti di lapangan yang bertugas dalam proses
pengumpulan data.
Tugas Pewawancara
1. Pewawancara yang bertugas dalam proses pengumpulan data harus sudah
mengikuti pelatihan enumerator/pewawancara yang diselenggarakan di pusat.
2. Melakukan kunjungan ke rumah tangga sample terpilih berdasarkan data sampling
rumah tangga.
3. Memeriksa kelengkapan pengisian setiap kuesioner, dan apabila ada pertanyaan
yang terlewati, pewawancara diwajibkan menanyakan kembali pada responden.
4. Menyerahkan kuesioner yang sudah lengkap diisi, dan daftar rekapitulasi semua
responden yang telah diwawancarai kepada TA untuk diperiksa kelengkapan
datanya.
Tugas TA (counsultan)
1. Mengikuti pelatihan yang telah ditentukan disetiap wilayah survei.
2. Mengkoordinasikan data rumah tangga calon penerima manfaat setempat untuk
diverifikasi. Bila jumlah rumah.
3. Menentukan sample rumah tangga untuk dikunjungi kembali pada survei rumah
tangga. Pemilihan sample rumah tangga menggunakan metode acak sederhana dari
listing rumah tangga.
4. Melakukan supervisi terhadap pewawancara disetiap wilayah survei.
5. Mempersiapkan kegiatan survei untuk keesokan harinya.
6. Membantu menyelesaikan masalah yang ditemui pewawancara, baik yang terkait
dengan pengisian kuesioner atau masalah teknis lainnya.
7. Memeriksa pengisian kuesioner terutama dalam konsistensi dan kelengkapannya
dari setiap pewawancara. Bila pengisian tidak lengkap atau tidak konsisten maka
harus ditanyakan kembali kepada pewawancara.
8. Bertanggung jawab atas semua data hasil wawancara disetiap wilayah survei.
Petunjuk Umum
A. Jenis-jenis Pertanyaan
Secara garis besar kuesioner survei ini terdiri dari pertanyaan dan jawaban pertanyaan.
Semua pertanyaan yang ada di kuesioner dirancang untuk pelaksanaan wawancara yang
baik dan benar, baik dalam menanyakan kepada responden maupun dalam proses
15
pencatatannya. Hal ini diharapkan dapat menghasilkan proses pengumpulan data yang
berkualitas tinggi. Pertanyaan yang ada di kuesioner survei ini telah didesain untuk
menampung semua kemungkinan jawaban yang diinginkan ke dalam jenis-jenis pilihan
jawaban. Adapun jenis-jenis pertanyaan yang ada di kuesioner survei ini adalah:
Pertanyaan Tertutup (Closed questions)
Pertanyaan yang telah disediakan pilihan jawabannya, yang diperkirakan akan
mampu menampung seluruh jawaban responden. Jawaban pertanyaan dibuat dalam
bentuk pilihan (option) yang disertai kode. Sebagian besar pertanyaan yang ada di
kuesioner ini adalah pertanyaan tertutup, yaitu pertanyaan yang hanya
membutuhkan jawaban 1. Ya atau 2. Tidak. Pewawancara membacakan pertanyaan
kemudian menyerahkan kepada responden untuk memberikan jawaban Ya atau
Tidak, dengan cara melingkari salah satu jawaban yang disebutkan.
Pertanyaan Terbuka (Open-ended questions)
Pertanyaan yang membutuhkan jawaban responden secara tertulis untuk
menjelaskan jawaban yang diinginkan dari pertanyaan, dalam memberikan
pertanyaan seperti ini pewawancara harus menjelaskan secara ringkas tentang
maksud dan tujuan yang diinginkan bila responden mengalami kesulitan dalam
memberikan jawaban.
Diperlukan prosedur penulisan yang seragam untuk mencegah kesalahan akibat tulisan.
Berikut ini beberapa ketentuan mengenai tata cara pencatatan informasi yang digunakan
dalam survei ini:
a. Setiap pertanyaan ditanyakan persis seperti kalimat yang tertera dalam kuesioner.
b. Jika responden kurang jelas atau tidak mengerti akan maksud pertanyaan yang
disampaikan, pewawancara diharapkan dapat menjelaskan maksud dari pertanyaan
16
tersebut kepada responden sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Penjelasan
tambahan tidak boleh bersifat mengarahkan jawaban responden.
c. Setiap kumpulan kata yang memakai garis miring (/), pilihlah salah satu katu yang
tepat sesuai dengan hubungan keadaan yang dihadapi pewawancara.
d. Bacakan pertanyaan satu per satu secara bergantian untuk setiap kolomnya bila
menemukan tanda kurung berikut ini: [...]. Isikan kata pada judul kolom untuk
melengkapi kalimat pertanyaan.
e. Catatan untuk pewawancara dan kalimat lain yang ditulis dalam huruf besar
(kapital) tidak perlu dibacakan untuk responden.
f. Selalu mematuhi “pola loncat” (tanda skip) yang ada. Ada sebagian pertanyaan
dalam kuesioner yang tidak perlu ditanyakan kepada responden sesuai dengan alur
pertanyaan. Dalam kondisi ini, tinggalkan pertanyaan tsb dan tidak perlu melingkari
kode jawaban apapun (mengosongkan jawaban) pada kolom yang dimaksud.
g. Jika tidak ada perintah loncat, artinya pertanyaan dilanjutkan ke nomor pertanyaan
(baris) berikutnya atau bagian selanjutnya.
h. Tuliskan nama atau keterangan sejelas-jelasnya agar mudah dibaca di tempat yang
tersedia.
i. Lingkari kode jawaban responden yang sesuai.
j. Bila responden menjawab jawaban lainnya, selalu dilanjutkan dengan menuliskan
jawaban yang disebutkan responden pada tempat yang disediakan.
Konversi Waktu
a. Referensi waktu satu tahun (12 bulan) yang lalu, umumnya dihitung sejak 1 Januari
2019 sampai dengan 31 Desember 2019.
b. Referensi waktu satu tahun (12 bulan) terakhir, dihitung mundur sejak satu hari
sebelum wawancara sampai 12 bulan ke belakang.
c. Referensi waktu satu bulan yang lalu, dihitung mulai tanggal 1 s/d 28, 29, 30 dan 31
pada bulan sebelum bulan wawancara, tergantung dari jumlah hari di masing-
masing bulan disesuaikan.
d. Referensi waktu satu bulan terakhir, dihitung mundur sejak satu hari sebelum
wawancara sampai satu bulan ke belakang.
e. Referensi waktu seminggu yang lalu, dihitung mulai dari hari Senin sampai hari
Minggu pada minggu sebelum wawancara.
f. Referensi waktu seminggu terakhir, dihitung mundur sejak satu hari sebelum
wawancara sampai 7 hari ke belakang.
Konversi Umur
Untuk menghitung umur: dihitung berdasarkan ulang tahun terakhir.
Contoh :
a. Ahmad Junaidi lahir pada tanggal 10 April 1967, wawancara dilakukan pada tanggal
25 April 2010, jadi umur Ahmad Junaidi adalah 43 tahun 15 hari maka di kuesioner
diisi 43 tahun. Tapi jika wawancara dilakukan pada tanggal 9 April 2010, umur
Ahmad Junaidi 42 tahun 11 bulan 29 hari, maka di kuesioner diisi 42 tahun.
17
b. Jika responden tidak tahu tanggal lahir, tapi tahu bulan dan tahun maka
perhitungannya berdasarkan bulan lahirnya. Misalnya. Ali Imron lahir bulan Mei
1971, wawancara dilakukan pada tanggal 15 April 2010, jadi umur Ali Imron adalah 38
tahun 10 bulan, maka di kuesioner diisi 38 tahun. Tapi jika wawancara dilakukan
pada tanggal 18 Mei 2010, umur Ali Imron 39 tahun, maka di kuesioner diisi 39 tahun.
LK. LOKASI
18