You are on page 1of 19

2019

Panduan Wawancara
SURVEY RUMAH TANGGA PENERIMA MANFAAT
Preliminary Impact NUSP-2

Di Wilayah Sumatera Utara , jambi, Sumatera Selatan,


Bengkulu, Kepri Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Banten, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, NTB,
Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Maluku
Daftar Isi

I. PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 2
II. METODE PENGUMPULAN DATA ............................................................................................. 4
Teknik Wawancara Dalam Pengumpulan Data ...................................................................... 5
Pengendalian Mutu Data ...................................................................................................... 12
III. ORGANISASI DI LAPANGAN ................................................................................................... 15
Tugas Pewawancara.............................................................................................................. 15
Tugas Koordinator Lapangan ................................................................................................ 15
IV. PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER ....................................................................................... 15
Petunjuk Umum ..................................................................................................................... 15
Petunjuk Khusus Pengisian Form Survei Teknis ..................................................................... 18
Petunjuk Khusus Pengisian Kuesioner Sosial Ekonomi Rumah Tangga ... Error! Bookmark not
defined.

LAMPIRAN
Lampiran 1. Form sampling Responden
Lampiran 2. Kuesioner Survei Rumah Tangga
Lampiran 3. Kode Provinsi, Kab/Kota, Kecamatan dan Desa/Kelurahan Lokasi Survei

1
I. PENDAHULUAN
Kegiatan pengumpulan data merupakan salah satu bagian penting dari rangkaian
kegiatan survei yang menentukan diperolehnya data yang akurat dan valid. Pengumpulan
data dapat dilakukan melalui berbagai cara, tergantung dari tujuan penelitian serta faktor-
faktor teknis lain dalam pelaksanaan penelitian. Berbagai macam teknik pengumpulan data
antara lain: wawancara, pengukuran dan pemeriksaan. Dalam pelaksanaan, pengumpulan
data dilakukan dengan wawancara, Wawancara bertujuan mengumpulkan informasi
dengan cara bertanya secara langsung kepada responden menggunakan kuesioner
terstruktur yang dilengkapi dengan buku pedoman pengisian kuesioner.

A. Faktor yang mempengaruhi hasil wawancara


Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi yang hasilnya
ditentukan oleh berbagai faktor, yaitu: pewawancara, responden, materi pertanyaan
(kuesioner/ daftar pertanyaan) dan situasi wawancara.
Agar hasil wawancara mempunyai mutu yang baik, pewawancara harus
menyampaikan pertanyaan pada responden dengan baik dan jelas. Kalau perlu
pewawancara harus menggali lebih lanjut jawaban responden yang belum jelas (probing)
sehingga responden mau menjawab dengan jujur. Pada hal-hal tertentu pewawancara tidak
boleh melakukan probing atau mendiskusikan dengan responden seperti pada pertanyaan
kesehatan mental yang harus ditanyakan sesuai dengan narasi pertanyaannya.
Perbedaan karakteristik pewawancara dengan responden sering juga sangat
mempengaruhi hasil wawancara. Seorang pewawancara dari tingkat sosial tinggi harus
dapat menyesuaikan diri dengan responden yang mempunyai tingkat sosial rendah,
sehingga kecanggungan dalam pelaksanaan wawancara yang mengakibatkan responden
enggan memberikan informasi/ fakta yang sebenarnya, dapat dihindari.
Materi pertanyaan yang disampaikan dalam wawancara juga dapat mempengaruhi
hasil wawancara. Pertanyaan yang peka/ sensitif sering menyebabkan responden
merasa enggan untuk menjawab, sehingga kemungkinan jawaban bukan fakta yang
sebenarnya. Misalnya pertanyaan kesehatan mental. Oleh sebab itu pertanyaan yang
peka/sensitif ditanyakan pada akhir wawancara.
Situasi atau lingkungan wawancara seperti waktu, tempat, keberadaan orang ketiga
dan sikap masyarakat setempat terhadap pelaksanaan survei juga dapat mempengaruhi
hasil wawancara. Dengan demikian keterampilan dan kemampuan pewawancara untuk
beradaptasi dengan responden dan lingkungan menjadi kunci dalam keberhasilan
wawancara dan validitas data yang tinggi. Bagan yang digambarkan oleh Warwick (1975)
menjelaskan keterkaitan berbagai faktor tersebut.

2
Gambar 1 Konsep Situasi lapangan

Situasi wawancara:
 Waktu
 Tempat
 Kehadiran orang ketiga
 Sikap masyarakat

Pewawancara: Responden:
 Karakteristik sosial  Karakteristik sosial
 Ketrampilan mewawancarai  Kemampuan menangkap
 Motivasi pertanyaan
 Rasa aman  Kemampuan menjawab pertanyaan

Isi kuesioner:
 Peka untuk ditanyakan
 Sukar ditanyakan
 Tingkat minat
 Sumber kekhawatiran

3
II. METODE PENGUMPULAN DATA

Survey dilakukan selama 6 (enam) bulan pada Juli hingga Desember 2019. Proses
pengumpulan data dilakukan secara intensif selama 3 bulan oleh tenaga peneliti lapangan.
Pengumpulan data akan dilakukan di 20 Kota/Kabupaten yang tersebar di 12 (dua belas)
provinsi. Daftar kota/kabupaten lokasi survey secara rinci dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Lokasi Baseline Survey Penerima Manfaat 2019


Kode Propinsi Kode Kabupaten
01 Sumatra Utara 01 Tanjung Balai 01. Sei Raja 03. Selat Tanjung Medan
02. Sei Merbau 04. Kuala Silo Bestari
02 Jambi 02 Tanjung 05. Berakit Itam Kiri 07. Tungal Harapan
Jabung Barat 06. Tungkal III 08. Patunas
03 Sumatera 03 Palembang 09. Kemang Agung 11. 11 Ulu
Selatan 10. 13 Ulu
04 Bengkulu 04 Bengkulu 12. Panorama 14. Sawah Lebar Baru
13, Sawah Lebar 15. Bajak
05 Lampung 05 Bandar 16. Gedong Pakuan 19. Kota Karang
Lampung 17.Bumi Raya 20. Srengsem
18. Suka Menanti Baru 21. Sukaraja
06 Kep Riau 06 Batam 22. Tanjung Piayu 23. Sungai Lekop
07 Jawa Barat 07 Sukabumi 24. Suka Karya 26. Cikondang
25. Cisarua 27. Tipar
08 JawaTengah 08 Pekalongan 28. Pasir Kraton Kramat 30. Pabjang Baru
29. Pedukuhan Keraton
09 Semarang 31. Makang Wetan 34. Jabungan
32. Rowosari 35. Tri Mulyo
33. Kuningan 36. Tanjung Mas
09 Jawa Timur 10 Pasuruan 37. Tanjung Mas 39. Kebon Sari
38. Ngempalrejo 40. Gading Rejo
10 Banten 11 Serang 41. Cipocok Jaya
11 Kalimantan 12 Banjarmasin 42. Kelayan Timur 43. Murung Raya
Selatan
12 Kalimatan 13 Palangkaraya 44. Kereng Bangkirai
Tengah
14 Kapuas 45. Selat Barat
46. Selat Utara 47. Selat Dalam
13 NTB 15 Bima 48. Jatibaru 49. Paruga
14 Sulawesi 16 Kendari 50. Korumba 52. Tondonggeu
Tenggara 51. Lolalara
15 Sulawesi Selatan 17 Makasar 53. Batua 56. Panambungan
54.Tamarunang 57. Bontorannu
55.Taman Larea 58. Layang
18 Palopo 59. Dangerakko 61. Ponjale
60. Surutanga
19 Bone 62. Lonrae
16 Maluku 20 Ambon 63. Kel Batu Meja 65. Rijal
64. Pandan Kasturi 66. Batu Merah

Survei Rumah Tangga yang dimaksud adalah proses pengumpulan data rumah tangga
untuk dilakukan wawancara secara terstruktur seputar aset, infrastruktur, kepuasan
terhadap infrastruktur kondisi lingkungan kumuh, terjadinya genangan air, sanitasi, air
bersih, drainase, jalan, PHBS, Morbiditas, tanggap gender, kelembagaan, dan kegiatan
ekonomi. di rumah tangga. Target grup responden pada survei terdiri dari 2 kategori, yaitu
(1) Grup rumah tangga penerima manfaat program, NUSP-2 dan (2) Grup rumah tangga

4
kontrol. Maksud dari grup rumah tangga calon penerima manfaat adalah kelompok rumah
tangga sample yang dipilih secara acak dari rumah tangga yang telah dikunjungi pada
listing rumah tangga MBR. Sedangkan, maksud dari rumah tangga kontrol adalah rumah
tangga yang berada di lokasi non program tetapi memiliki karakteristik rumah tangga yang
tidak berbeda dengan rumah tangga grup pertam.

Jumlah rumah tangga yang akan dikunjungi pada survei pada masing-masing keluraha
adalah sama. Dan sebagaimana halnya dengan kontrol. Jumlah sample rumah tangga
survey baik di setiap kota/kabupaten dilihat secara rinci pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Sample Rumah Tangga Baseline Survey


Jumlah RT Jumlah Jumlah Sample
NO Kabupaten/Kota Penerima Sample Survei penerima Manfaat
Manfat Survei Treatmean Kontrol
1 2 3 4 6 5 7
1 TanjungBalai 150 6,1 120 30
2 Tanjung Jabung Barat 150 6,1 120 30
3 Palembang 120 4,5 90 30
4 Bengkulu 150 6,1 120 30
5 Lampung 210 9,1 180 30
6 Batam 90 3,0 60 30
7 Sukabumi 150 6,1 120 30
8 Pekalongan 120 4,5 90 30
9 Semarang 210 9,1 180 30
10 Pasuruan 150 6,1 120 30
11 Serang 60 1,5 30 30
12 Banjarmasin 90 3,0 60 30
13 Palangkaraya 60 1,5 30 30
14 Kapuas 120 4,5 90 30
15 Bima 90 3,0 60 30
16 Kendari 120 4,5 90 30
17 Makasar 210 9,1 180 30
18 Palopa 120 4,5 90 30
19 Bone 60 1,5 30 30
20 Ambon 150 6,1 120 30
Total 2580 100,0 1980 600

Teknik Wawancara Dalam Pengumpulan Data

A. Perkenalan

Salah satu kunci keberhasilan suatu survei terletak pada proses wawancara agar didapatkan
informasi sesuai dengan yang diinginkan melalui kuesioner yang telah disusun secara
terstruktur. Sebelum dapat melakukan wawancara, tentunya seorang pewawancara harus

5
melakukan pengenalan diri terlebih dahulu kepada responden dan meminta izin untuk
melakukan wawancara. Sebagai orang asing bagi responden, proses pengenalan diri
menjadi bagian yang penting untuk mendapatkan kesediaan responden diwawancarai.

Seringkali kegagalan pada wawancara dimulai pada proses pengenalan diri dan
permohonan izin. Hal ini disebabkan pewawancara tidak dapat meyakinkan responden
tentang pentingnya hasil dari data yang diperoleh, tidak dapat menjamin kerahasiaan data
atau pewawancara tidak bersikap sopan dan respek pada responden. Penolakan akan
mempertinggi kemungkinan bias data, serta pemborosan biaya dan waktu. Untuk
mengantisipasi kemungkinan penolakan pada proses perkenalan sehingga wawancara
dapat dilangsungkan, pewawancara harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

 Beri kesan pertama yang baik


Ketika pertama kali bertemu dengan responden, ciptakan hubungan yang
bersahabat sebelum wawancara dimulai. Keberhasilan suatu proses wawancara
tergantung pada hubungan baik yang diciptakan dengan responden. Tingkah laku
pewawancara yang sopan dan cara pendekatan yang benar dapat menjamin suatu
interaksi yang menyenangkan antara pewawancara dengan responden.
 Identitas diri
Pewawancara harus menjelaskan nama, instansi yang menugaskan pewawancara,
dan tugas yang harus dilakukan. Untuk lebih meyakinkan, maka tunjukkan surat
tugas, surat izin dari pihak yang berwenang, dan berikan nomor dan alamat dari
pihak yang dapat dihubungi jika responden mempunyai keluhan atau pertanyaan
tentang pewawancara atau survei.
Bukalah wawancara dengan senyuman dan sapaan seperti “Assalamualaikum”,
“Selamat pagi/siang/sore”, kemudian lanjutkan “Mohon maaf…..saya mengganggu” dan
langsung memperkenalkan diri, misalnya: “Nama saya……Saya adalah salah seorang
petugas survei yang sedang bekerja dengan Ditjen PU Cipta Karya, dan PT.Ciriajasa
Engenering Counsultan, Saya ingin menanyakan beberapa pertanyaan mengenai
lingkungan, pengelolaan air limbah, sarana lingkungan dan kesehatan keluarga. Jawaban dari
Bapak/Ibu/Saudara sangat berharga untuk perbaikan program pemerintah yang sedang
direncanakan, terutama program untuk kepentingan masyarakat banyak.”
 Tujuan kedatangan
Jelaskan bahwa pewawancara akan melakukan wawancara untuk pengumpulan
data, jelaskan tujuan dari SURVEI RUMAH TANGGA, dan gambaran tentang apa
yang akan ditanyakan secara umum.
 Jaminan tentang kerahasiaan data
Pewawancara harus berhasil meyakinkan responden bahwa seluruh data/informasi
yang diberikan oleh responden akan dijaga kerahasiaannya, dan hanya digunakan
untuk keperluan analisis data survei.
 Bagaimana responden bisa terpilih untuk diwawancarai
Jelaskan bahwa rumah tangga responden terpilih secara acak dari sekian banyak
rumah tangga yang ada di desa. Bila perlu jelaskan bahwa informasi yang responden
berikan adalah mewakili seluruh warga di desa tersebut, dan jelaskan bahwa yang

6
diwawancarai di desa ini hanya SAMPEL rumah tangga termasuk rumah tangga
responden.
 Hak dan kewajiban responden
Jelaskan bahwa responden berhak untuk menolak atau jika bersedia diwawancarai,
responden berhak untuk tidak menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tidak
berkenan dijawab. Jika responden telah menyatakan kesediaan untuk melakukan
wawancara, untuk semua data yang responden bersedia berikan, maka responden
wajib memberikan data/jawaban yang sebenarnya. Berikan nama, alamat, dan
nomor telepon yang bisa responden hubungi, jika responden mempunyai keluhan
terhadap pewawancara atau proses wawancara.
 Memilih waktu yang tepat untuk melakukan wawancara
Usahakan memilih waktu wawancara yang nyaman untuk responden, dengan cara
menyesuaikan waktu wawancara dengan jadwal responden.

B. Cara Membacakan Pertanyaan

Seringkali cara membacakan pertanyaan pada kuesioner mempengaruhi dapat atau


tidaknya responden dalam menjawab pertanyaan yang diajukan. Berikut adalah cara
membacakan pertanyaan yang disarankan:
 Bacakan pertanyaan sesuai dengan apa yang tertera pada kuesioner. Jangan mencoba
untuk menjelaskan sebelum membaca terlebih dahulu pertanyaan. Penjelasan
dibutuhkan hanya jika responden tidak mengerti pertanyaan.
 Jaga intonasi suara ketika membacakan pertanyaan agar suara terdengar jelas dan
dapat diikuti oleh responden. Jangan terlalu pelan atau terlalu cepat. Seringkali
responden tidak dapat menjawab karena tidak terlalu jelas mendengarkan
pertanyaan yang dibacakan oleh pewawancara.
 Nada bertanya sebaiknya diatur seperti orang yang mengobrol biasa. Jangan terlalu
kaku mengikuti intonasi bertanya dalam metode baku tata bahasa. Jangan terlalu
formal. Nada bertanya ini penting untuk menjaga kenyamanan responden. Jika
terlalu kaku, responden akan merasa diinterogasi dan cepat merasa bosan atau
capek.
 Berikan tekanan pada bagian-bagian yang ditanyakan, atau ulangi kata-kata penting
yang menjadi batasan pertanyaan atau batasan waktu yang digunakan oleh
pertanyaan. Contoh: “Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengambil air dari
sumber air tersebut untuk sekali jalan?” Kata-kata yang dicetak tebal sebaiknya diberi
tekanan khusus, sehingga responden memperhatikan kata-kata tersebut.
 Ketika memasuki satu seksi baru, bacakan kalimat pengantar yang biasanya dicetak
sebelum memasuki seksi. Ini tujuannya adalah untuk mengarahkan konsentrasi
responden pada topik seksi yang akan ditanyakan. Atau jika tidak tersedia, maka
ceritakan tentang tujuan atau topik seksi yang akan ditanyakan. Contoh:
“Selanjutnya, saya akan menanyakan tentang sumber air utama rumah tangga Bapak/Ibu
untuk keperluan sehari-hari, seperti minum, masak, mandi dan cuci”. Jika ada batasan
waktu, ulangi atau tegaskan batasan waktu yang digunakan. Ini gunanya untuk
membantu responden dalam mengingat. Namun harap diingat, agar membatasi

7
kalimat pengantar ini. Jangan terlalu panjang dan bertele-tele. Hal ini akan
menyebabkan responden mengalami kebosanan.
 Saat membacakan pertanyaan, pandangan mata sebaiknya jangan hanya terarah
pada kuesioner, tapi juga ke responden. Hal ini penting, untuk dapat mengetahui
bagaimana respon dari responden, apakah ia memperhatikan atau tidak, dapat
mengikuti pertanyaan yang dibacakan atau tidak, atau dia merasa bosan, dll.
Cara membacakan ini sebaiknya dilatihkan sebelum pergi ke lapangan. Uji cobakan ke
orang lain, agar dapat mengukur intonasi atau nada yang jelas buat orang lain untuk
mengerti pertanyaan yang dibacakan.

C. Cara Probing

Seringkali respon dari responden tidak sesuai dengan pertanyaan atau jawaban yang
dibutuhkan. Untuk mendapatkan jawaban yang sesuai dengan pertanyaan dibutuhkan
ketrampilan pewawancara dalam menggali informasi lebih dalam. Cara menggali informasi
lebih mendalam ini dalam teknik wawancara disebut “probing”.

Kapan probing sebaiknya dilakukan:


1. Ketika mendapatkan jawaban “Tidak tahu” dari responden atau ketika responden
tidak mengerti pertanyaan yang diajukan.
2. Ketika jawaban responden tidak jelas, terlalu singkat atau tidak dapat dimengerti.
Termasuk di dalamnya, jika responden memberikan istilah lokal, singkatan atau
kata-kata yang hanya dimengerti oleh responden.
3. Ketika pertanyaan menanyakan sesuatu yang bersifat pertanyaan terbuka. Contoh
pada bagian mengenai pengetahuan responden mengenai praktek higiene yang baik.
Ada pertanyaan yang bersifat pertanyaan terbuka dan jawaban responden bisa lebih
dari satu. Untuk itu pewawancara perlu melakukan probing untuk memastikan
pengetahuan responden lainnya terkait pertanyaan tsb dan jangan cepat merasa puas
dengan satu jawaban responden. Pewawancara bisa melakukan probing dengan
menanyakan “Selain itu.. masih adakah yang lainnya?”.
4. Ketika responden hanya memberikan range atau jawaban kira-kira. Misal: sekitar 2-3
hari atau sekitar 1-2 juta, dst.
5. Ketika responden melakukan penolakan untuk menjawab. Adakalanya responden
menolak karena pewawancara tidak atau kurang atau bahkan salah dalam
menjelaskan tujuan pertanyaan.

Probing ada dua jenis, yaitu: probing yang sifatnya bertanya dan probing yang sifatnya
konfirmasi. Berikut keterangan yang lebih rinci tentang cara-cara yang sebaiknya dilakukan
untuk mengajukan pertanyaan atau melakukan probing dengan baik.
a. Probing yang bersifat bertanya
Probing jenis ini dilakukan jika responden tidak mengerti terhadap pertanyaan,
mengajukan jawaban tidak tahu atau memberikan informasi yang tidak sesuai atau
tidak konsisten dengan hal yang sedang ditanyakan. Probing yang paling banyak
dilakukan oleh enumerator adalah ketika ia mendapatkan jawaban tidak tahu dari

8
responden. Jarang ada yang melakukan probing untuk menanyakan informasi yang
terlalu singkat atau tidak konsisten dengan yang ditanyakan.
b. Probing yang bersifat konfirmasi
Probing jenis ini dilakukan jika jawaban responden untuk pertanyaan sebelumnya
berkaitan atau bahkan bertentangan dengan jawaban responden untuk pertanyaan
yang sedang diajukan. Untuk dapat mengajukan atau melakukan probing ini maka
pewawancara harus mampu memperhatikan dan mengingat jawaban yang diberikan
oleh responden sebelumnya. Harap diingat, agar menggunakan kata-kata atau
intonasi suara yang tidak berkesan menginterogasi. Mulailah dengan kata
permohonan maaf untuk menjaga responden tidak tersinggung.

Ada beberapa pertanyaan di kuesioner yang saling berhubungan. Seringkali, ketika


menjawab suatu pertanyaan, responden menjawabnya dengan bercerita. Dan saat bercerita
tersebut, kemungkinan ada beberapa pertanyaan yang terjawab sekaligus. Jika menghadapi
hal ini, pewawancara ketika menanyakan pertanyaan yang terkait (yang secara tidak
langsung sudah terjawab), tinggal mengkonfirmasi jawaban responden sebelumnya.
Contoh:
Untuk pertanyaan seksi pengeluaran Rumah Tangga, cara bertanya yang terbaik untuk
membantu responden mengingat pengeluaran keluarga dalam sebulan terakhir adalah
dengan menanyakan siapa saja yang anggota rumah tangganya bekerja dan menghasilkan
upah. Pewawancara tinggal mengkonfirmasi jawaban responden, ketika mulai melakukan
perhitungan tiap anggota rumah tangga yang mempunyai penghasilan: “Tadi Ibu cerita, ada
anggota keluarga yang lain sudah bekerja dan mempunyai penghasilan ya Bu? Siapa saja ?
(TUNGGU JAWABAN RESPONDEN) berapa penghasilannya setiap bulan, berapa rupiah Bu?
(TUNGGU JAWABAN RESPONDEN) Berarti total pendapatan dalam keluaraga sebesar Rp....
ya Bu?”
Contoh lain dari probing konfirmasi:
“Maaf, tadi Ibu menyatakan ...., berarti sekarang ... ya Bu?” atau,
“Maaf, tadi waktu saya menanyakan [ULANG PERTANYAANNYA].... Ibu menerangkan bahwa,
[ULANGI JAWABAN RESPONDEN PERTAMA]....... barusan Ibu cerita bahwa [ULANG
JAWABAN RESPONDEN]... mungkin Ibu bisa menerangkan lebih jauh?”
Harap berhati-hati ketika mengajukan pertanyaan yang membandingkan jawaban
responden untuk satu pertanyaan dengan pertanyaan yang lainnya. Gunakan kata-kata
yang tidak mengkonfrontasi jawaban responden yang satu dengan yang lainnya. Misalnya:
Jangan menggunakan kata-kata “Mana yang benar antara jawaban Ibu untuk pertanyaan ini
dan itu...?” lebih baik menggunakan pertanyaan “Mohon Ibu jelaskan lebih rinci?” Hal ini
dilakukan untuk menjaga agar responden tidak tersinggung atau merasa dikonfrontasi.

Catatan:
1. Perbedaan antara probing dan pengantar

Perbedaan antara probing dan pengantar cukup jelas. Pengantar pertanyaan pada
setiap bagian diberikan untuk menjelaskan tujuan pertanyaan-pertanyaan yang akan
diajukan. Pengantar diberikan biasanya untuk memusatkan perhatian atau
menyiapkan responden sebelum menjawab seksi tertentu. Pengantar jenis ini
biasanya dengan menjelaskan topik utama seksi atau tujuan. Pengantar juga

9
diberikan untuk pertanyaan yang sensitif (misalnya mengenai harta, masalah
pribadi, pilihan partai/agama). Pengantar jenis ini, biasanya didahului dengan
permohonan maaf. Sedangkan, probing hanya digunakan untuk memperjelas atau
memancing jawaban yang lebih rinci dari responden. Probing hanya dilakukan
setelah mendapatkan jawaban atau respon dari responden.

2. Perbedaan antara probing dan leading


Secara teori perbedaan antara probing dan leading adalah sangat sederhana, yaitu:
kata-kata atau pertanyaan yang digunakan dalam probing biasanya hanya untuk
memancing jawaban yang lebih jelas dan rinci. Sebaliknya dengan leading, kata-kata
yang digunakan mengarahkan jawaban responden atau membatasi jawaban
responden pada satu arah, lebih sempit dari yang diajukan pertanyaan. Pada
prakteknya, untuk dapat membedakan probing dan leading membutuhkan latihan
yang cukup banyak. Berikut beberapa ciri-ciri leading:
a. Menggunakan kata-kata atau contoh yang menjadi jawaban. Contoh: Untuk
pertanyaan yang menanyakan masalah pengolahan air untuk minum. Probing
yang bersifat leading adalah “Ibu mengolah air minum dengan merebusnya,
mungkin?”
b. Menggunakan kalimat negatif ketika mengkonfirmasi. Contoh: “Kalau dilihat dari
umurnya, sepertinya anak Ibu sudah tidak sekolah lagi, ya?”
c. Menyebutkan nilai satuan. Contoh: “Biaya untuk pembelian air bulan lalu itu ada
sekitar 50.000 ribu rupiah ya Pak?”

D. Cara Merespon Jawaban Responden

Untuk sopan santun dan menjaga suasana wawancara, maka akan lebih baik jika
pewawancara dapat merespon sikap atau jawaban responden. Namun, hal ini harus
dilakukan secara hati-hati untuk tetap menjaga kenetralan wawancara. Berikut adalah
beberapa contoh atau hal yang sebaiknya dilakukan dan beberapa contoh tentang hal yang
tidak boleh dilakukan.

Hal-hal yang sebaiknya dilakukan:


1. Memberikan komentar netral, contoh: “Oh begitu...”, “ya... ya..”.
2. Memberikan sikap netral, contoh: tersenyum, menganggukkan kepala, memiringkan
kepala, dll. Sikap tubuh seperti ini menunjukkan kita memberikan perhatian terhadap
cerita atau jawaban responden.
3. Memberikan kata tanya yang mendorong responden untuk bercerita lebih detail, jika
cerita responden berkaitan dengan materi kuesioner. Misal: “Mengapa begitu?”
“Bagaimana ceritanya?” dll.
4. Respek terhadap responden, salah satunya dengan memperhatikan dan mengingat
jawaban atau cerita responden. Dengan mengingat jawaban atau cerita responden
sebelumnya, seringkali untuk pertanyaan berikutnya enumerator tinggal
mengkonfirmasi saja. Dengan demikian, waktu wawancara dapat dipersingkat.
Respek terhadap responden dapat juga diberikan dengan melihat ke arah responden
ketika ia bercerita atau menjawab.

10
Hal-hal yang tidak boleh dilakukan:
1. Memberikan komentar yang tidak netral, contoh: “Oh sedikit sekali...”, “Oh menikahnya
masih muda sekali ya Pak...”, “Murah sekali Pak, bayarnya...”, “Kok begitu, Bu?”
2. Memberikan iming-iming atau janji-janji, contoh: “Jika ibu mau diwawancarai, nanti akan
mendapatkan bantuan dari pemerintah”.
3. Melontarkan humor yang tidak sopan atau bersifat SARA (Suku, Agama, Ras).
4. Memberikan sikap/isyarat/bahasa tubuh/ekspresi muka yang tidak netral, contoh:
terlalu lama memandang, menggeleng-gelengkan kepala, mengerutkan kening, dll,
dengan tujuan untuk menunjukkan jawaban responden ‘benar’ atau ‘salah’.
5. Menyarankan sebuah jawaban kepada responden.
6. Menginterpretasi jawaban responden.
7. Menduga jawaban sebelum responden mengungkapkannya.
8. Memberikan pendapat walaupun itu atas permintaan responden.
9. Memberikan pendapat setuju atau tidak setuju terhadap komentar atau pendapat
responden.
10. Menghakimi jawaban responden, apalagi melecehkan.
11. Memberikan penilaian tertentu terhadap responden. Pewawancara tidak boleh
mempunyai penilaian tertentu mengenai kemampuan dan pengetahuan responden.
Jangan mengira bahwa keluarga yang pendidikannya kurang atau buta huruf tidak
tahu mengenai penyediaan air bersih dan sanitasi masyarakat.

Hal-hal Penting yang Perlu Diperhatikan dalam Melakukan Wawancara


1. Ciptakan hubungan yang bersahabat sebelum wawancara dimulai. Keberhasilan suatu
proses wawancara tergantung pada hubungan baik yang diciptakan dengan
responden. Tingkah laku pewawancara yang sopan dan cara pendekatan yang benar
dapat menjamin suatu interaksi yang menyenangkan antara pewawancara dengan
responden. Usahakan menggunakan pendekatan empati kepada responden (pahami
situasi lingkungan sosial, budaya, dan ekonomi responden).
2. Pewawancara harus memahami betul kalimat dari pertanyaan-pertanyaan yang ada di
kuesioner agar dapat menanyakannya dengan cara percakapan artinya lancar (tidak
tergagap-gagap).
3. Pewawancara tidak boleh meninggalkan suatu pertanyaan sebelum pewawancara
memperoleh jawaban secara cukup. Pewawancara harus mengetahui secara jelas
maksud responden. Jangan menduga-duga, usahakan agar responden bercerita.
Apabila kemudian responden membicarakan hal-hal yang tidak relevan dengan
pertanyaan, arahkan pembicaraan kembali ke inti pertanyaan. Jangan memberikan
pendapat pewawancara meskipun pewawancara menanyakan tentang apa yang
sedang diceritakan, sebab pendapat pewawancara dapat mempengaruhi kemurnian
pendapat responden.
4. Pewawancara harus memperhatikan dengan seksama semua jawaban yang diberikan
oleh responden, jangan langsung menganggap bahwa bila responden berbicara
banyak itu berarti secara otomatis suatu wawancara yang baik telah tercapai.
Dengarkanlah secara kritis jawaban-jawaban tersebut dan pewawancara harus yakin
bahwa jawaban itu sudah jelas, kalau belum jelas perlu diprobing lagi agar jawaban
yang diinginkan bisa tercapai.

11
5. Jawaban yang diberikan oleh responden diharapkan mencerminkan reaksinya sendiri,
tidak terpengaruh oleh pewawancara atau pihak-pihak lain yang mungkin hadir pada
saat wawancara berlangsung. Bila hal tersebut terjadi, pewawancara berusaha untuk
memberikan pengertian kepada orang tersebut agar tidak ikut memberikan jawaban
dengan tidak menyinggung perasaannya, atau mempersilahkan ia pergi. Jika hal
tersebut tidak memungkinkan maka pewawancara harus membuat janji untuk
mengunjungi responden lagi dilain waktu agar responden bisa memperoleh suatu
kebebasan, atau dapat pula membuat janji dengan responden untuk wawancara di
suatu tempat yang telah ditentukan.
6. Jangan tergesa-gesa pindah ke pertanyaan yang lain, tetapi berusaha memperoleh
jawaban yang serinci mungkin dan mendekati kebenaran atau kenyataan saat ini. Hal
ini juga untuk memberikan waktu pada responden untuk berpikir. Sikap ketergesa-
gesaan pewawancara dalam melakukan wawancara akan menyebabkan responden
bingung dan sukar mengingat kembali informasi yang akan diberikan.
7. Jangan puas dengan jawaban ”Saya tidak tahu” kecuali pewawancara yakin bahwa
responden benar-benar tidak tahu, bukan sekedar tidak punya waktu yang cukup
untuk berpikir. Buatlah beberapa pertanyaan pancingan atau ilustrasi (probing) untuk
meyakinkan responden benar-benar tidak tahu akan pertanyaan yang telah diajukan.
8. Bila wawancara telah selesai, pewawancara harus melihat kembali semua isian yang
ada di kuesioner, dan pastikan semua pertanyaan di kuesioner telah ditanyakan untuk
menghindari adanya kunjungan ulang akibat beberapa pertanyaan yang lupa atau
terlewat ditanyakan.
9. Tidak dibolehkan menitipkan atau meninggalkan kuesioner pada responden untuk
diisi sendiri (tanpa wawancara) sekalipun atas permintaan responden.

Pengendalian Mutu Data

Proses pengendalian mutu data yang dikumpulkan dari setiap lokasi survei dilakukan
melalui cara sbb:
a. Tim pewawancara harus bekerja sama dengan baik selama melaksanakan tugas di
lapangan. Tenaga Ahli (TA) harus dapat membagi tugas lapangan yang seimbang
antar anggota tim.
b. Seluruh kuesioner hasil wawancara yang telah terisi dapat dimasukkan ke dalam
Box nomor 1. Pewawancara harus meneliti kembali hasil wawancara (kuesioner)
sebelum dimasukkan ke Box 1. Pewawancara harus memeriksa dan mengumpulkan
hasil wawancaranya dalam jangka waktu maksimal 1x24 jam.
c. TA juga bertindak sebagai data editor untuk meneliti kelengkapan dan konsistensi
jawaban dari kuesioner yang terkumpul di Box 1. Kuesioner yang lolos uji
penyaringan oleh data editor dapat dimasukkan ke Box nomor 2. Sedangkan
kuesioner yang tidak lolos uji penyaringan harus dikembalikan ke dalam Box 1.
Sebaiknya TA memberikan tanda pada bagian data mana saja dari kuesioner yang
tidak lolos editing. Catatan TA tsb diharapkan dapat membantu pewawancara
dalam memeriksa kembali kelengkapan data hasil wawancaranya. Bila perlu,
pewawancara dapat kembali ke rumah tangga responden yang bersangkutan untuk
bisa melengkapi data.

12
d. Pewawancara harus memeriksa seluruh kuesioner yang berada di Box nomor 1
setiap hari. Hal ini perlu dilakukan untuk memeriksa lolos tidaknya kuesioner hasil
wawancara yang telah dilakukan sebelumnya.
e. TA juga harus melakukan verifikasi atas kebenaran data kuesioner yang terkumpul
di Box 1. Kegiatan verifikasi minimal dilakukan sebanyak 10% dari jumlah sample
rumah tangga pada survei rumah tangga di wilayah masing-masing.
f. Seluruh data kuesioner yang berada di Box nomor 2 dapat segera dimasukkan ke
dalam sistem entry data yang ada. Pemasukan data survei dilakukan dimasing-
masing wilayah survei. Seluruh data kuesioner yang telah lengkap masuk ke sistem
data dapat dimasukkan ke Box nomor 3. Begitu pula sebaliknya, kuesioner yang
menunjukkan adanya ketidaklengkapan data maka harus dikembalikan ke Box
nomor 2 untuk diperiksa kembali oleh TA.
g. Apabila dalam hal-hal tertentu, ada permasalahan terkait pengisian kuesioner
maupun teknis lapangan yang tidak bisa diselesaikan oleh tim, segera hubungi
penanggung jawab teknis kab/kota dari tim konsultan PT CEC.

Kuesioner
Box Kuesioner
Hasil
Box Kuesioner
Lolos
Box Lengkap &
Sudah
Masuk
1 Wawancara 2 Editing 3 Dalam
database

Gambar 1. Skema Proses Pengendalian Mutu Data

Tata Cara Pemeriksaan Kuesioner


Proses pemeriksaan kuesioner merupakan tahap kritis dalam rangka pengendalian mutu
data yang dikumpulkan. Oleh sebab itu, pastikan bahwa enumerator sudah melakukan
pemeriksaan pada kuesioner sebelum meninggalkan rumah responden. Hal ini dilakukan
untuk mencegah terjadinya kunjungan kedua pada rumah tangga yang sama untuk
melengkapi data. Meski demikian, pemeriksaan harus dilakukan secara cepat tetapi teliti
agar responden tidak merasa terganggu. Sedangkan pemeriksaan secara terperinci dapat
dilanjutkan di basecamp.
Tujuan dilakukannya pemeriksaan sendiri (self checking) adalah untuk memastikan:
a. Semua jawaban yang tertulis dapat dibaca dengan jelas oleh orang lain
b. Tidak ada pertanyaan yang belum atau terlewat ditanyakan (missing)
c. Tidak ada bagian yang salah skip
d. Tidak ada jawaban yang tidak tepat dengan pertanyaan
e. Tidak ada jawaban yang tidak cocok antar pertanyaan
Adapun tahap pemeriksaan adalah sebagai berikut:
a. Pemeriksaan tulisan

13
b. Pemeriksaan missing data
c. Pemeriksaan pola skip
d. Pemeriksaan konsistensi jawaban dengan pertanyaan
e. Pemeriksaan konsistensi jawaban antar pertanyaan
.

14
III. ORGANISASI DI LAPANGAN

Berikut ini adalah peran setiap peneliti di lapangan yang bertugas dalam proses
pengumpulan data.

Tugas Pewawancara
1. Pewawancara yang bertugas dalam proses pengumpulan data harus sudah
mengikuti pelatihan enumerator/pewawancara yang diselenggarakan di pusat.
2. Melakukan kunjungan ke rumah tangga sample terpilih berdasarkan data sampling
rumah tangga.
3. Memeriksa kelengkapan pengisian setiap kuesioner, dan apabila ada pertanyaan
yang terlewati, pewawancara diwajibkan menanyakan kembali pada responden.
4. Menyerahkan kuesioner yang sudah lengkap diisi, dan daftar rekapitulasi semua
responden yang telah diwawancarai kepada TA untuk diperiksa kelengkapan
datanya.

Tugas TA (counsultan)
1. Mengikuti pelatihan yang telah ditentukan disetiap wilayah survei.
2. Mengkoordinasikan data rumah tangga calon penerima manfaat setempat untuk
diverifikasi. Bila jumlah rumah.
3. Menentukan sample rumah tangga untuk dikunjungi kembali pada survei rumah
tangga. Pemilihan sample rumah tangga menggunakan metode acak sederhana dari
listing rumah tangga.
4. Melakukan supervisi terhadap pewawancara disetiap wilayah survei.
5. Mempersiapkan kegiatan survei untuk keesokan harinya.
6. Membantu menyelesaikan masalah yang ditemui pewawancara, baik yang terkait
dengan pengisian kuesioner atau masalah teknis lainnya.
7. Memeriksa pengisian kuesioner terutama dalam konsistensi dan kelengkapannya
dari setiap pewawancara. Bila pengisian tidak lengkap atau tidak konsisten maka
harus ditanyakan kembali kepada pewawancara.
8. Bertanggung jawab atas semua data hasil wawancara disetiap wilayah survei.

IV. PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER

Sebelum melakukan wawancara, enumerator perlu memperhatikan petunjuk di bawah ini.

Petunjuk Umum
A. Jenis-jenis Pertanyaan
Secara garis besar kuesioner survei ini terdiri dari pertanyaan dan jawaban pertanyaan.
Semua pertanyaan yang ada di kuesioner dirancang untuk pelaksanaan wawancara yang
baik dan benar, baik dalam menanyakan kepada responden maupun dalam proses

15
pencatatannya. Hal ini diharapkan dapat menghasilkan proses pengumpulan data yang
berkualitas tinggi. Pertanyaan yang ada di kuesioner survei ini telah didesain untuk
menampung semua kemungkinan jawaban yang diinginkan ke dalam jenis-jenis pilihan
jawaban. Adapun jenis-jenis pertanyaan yang ada di kuesioner survei ini adalah:
 Pertanyaan Tertutup (Closed questions)
Pertanyaan yang telah disediakan pilihan jawabannya, yang diperkirakan akan
mampu menampung seluruh jawaban responden. Jawaban pertanyaan dibuat dalam
bentuk pilihan (option) yang disertai kode. Sebagian besar pertanyaan yang ada di
kuesioner ini adalah pertanyaan tertutup, yaitu pertanyaan yang hanya
membutuhkan jawaban 1. Ya atau 2. Tidak. Pewawancara membacakan pertanyaan
kemudian menyerahkan kepada responden untuk memberikan jawaban Ya atau
Tidak, dengan cara melingkari salah satu jawaban yang disebutkan.
 Pertanyaan Terbuka (Open-ended questions)
Pertanyaan yang membutuhkan jawaban responden secara tertulis untuk
menjelaskan jawaban yang diinginkan dari pertanyaan, dalam memberikan
pertanyaan seperti ini pewawancara harus menjelaskan secara ringkas tentang
maksud dan tujuan yang diinginkan bila responden mengalami kesulitan dalam
memberikan jawaban.

B. Tata Cara Pengisian Kuesioner


Dalam mengisi kuesioner tentang informasi yang diperoleh dari responden diperlukan
prosedur pencatatan yang seragam dilakukan dengan baik dan benar. Meskipun
sesungguhnya mencatat jawaban responden adalah suatu pekerjaan yang mudah dan
sederhana, namun pada kenyataannya sering ditemukan kesalahan yang dibuat oleh
pewawancara.
Beberapa kesalahan yang mungkin terjadi:
a. Tulisan tidak jelas atau tidak mengikuti ketentuan penulisan
Jika pengumpulan data dilakukan oleh banyak orang atau enumerator, maka akan
banyak juga variasi pada penulisan. Oleh sebab itu, semakin besar jumlah
enumerator yang digunakan di lapangan, maka semakin ketat juga aturan penulisan.
Tujuan inti dari aturan penulisan ini, agar data dapat dibaca oleh pemeriksa data
atau orang yang bertugas mengentri dengan benar. Kesalahan baca dapat berakibat
kesalahan dalam mengentri data tersebut.
b. Jawaban tidak sesuai dengan pertanyaan
c. Jawaban tidak sesuai dengan jawaban dengan pertanyaan lain (inkonsistensi
antarvariabel)
d. Tidak mengikuti skip pattern di kuesioner

Diperlukan prosedur penulisan yang seragam untuk mencegah kesalahan akibat tulisan.
Berikut ini beberapa ketentuan mengenai tata cara pencatatan informasi yang digunakan
dalam survei ini:
a. Setiap pertanyaan ditanyakan persis seperti kalimat yang tertera dalam kuesioner.
b. Jika responden kurang jelas atau tidak mengerti akan maksud pertanyaan yang
disampaikan, pewawancara diharapkan dapat menjelaskan maksud dari pertanyaan

16
tersebut kepada responden sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Penjelasan
tambahan tidak boleh bersifat mengarahkan jawaban responden.
c. Setiap kumpulan kata yang memakai garis miring (/), pilihlah salah satu katu yang
tepat sesuai dengan hubungan keadaan yang dihadapi pewawancara.
d. Bacakan pertanyaan satu per satu secara bergantian untuk setiap kolomnya bila
menemukan tanda kurung berikut ini: [...]. Isikan kata pada judul kolom untuk
melengkapi kalimat pertanyaan.
e. Catatan untuk pewawancara dan kalimat lain yang ditulis dalam huruf besar
(kapital) tidak perlu dibacakan untuk responden.
f. Selalu mematuhi “pola loncat” (tanda skip) yang ada. Ada sebagian pertanyaan
dalam kuesioner yang tidak perlu ditanyakan kepada responden sesuai dengan alur
pertanyaan. Dalam kondisi ini, tinggalkan pertanyaan tsb dan tidak perlu melingkari
kode jawaban apapun (mengosongkan jawaban) pada kolom yang dimaksud.
g. Jika tidak ada perintah loncat, artinya pertanyaan dilanjutkan ke nomor pertanyaan
(baris) berikutnya atau bagian selanjutnya.
h. Tuliskan nama atau keterangan sejelas-jelasnya agar mudah dibaca di tempat yang
tersedia.
i. Lingkari kode jawaban responden yang sesuai.
j. Bila responden menjawab jawaban lainnya, selalu dilanjutkan dengan menuliskan
jawaban yang disebutkan responden pada tempat yang disediakan.

Konversi Waktu
a. Referensi waktu satu tahun (12 bulan) yang lalu, umumnya dihitung sejak 1 Januari
2019 sampai dengan 31 Desember 2019.
b. Referensi waktu satu tahun (12 bulan) terakhir, dihitung mundur sejak satu hari
sebelum wawancara sampai 12 bulan ke belakang.
c. Referensi waktu satu bulan yang lalu, dihitung mulai tanggal 1 s/d 28, 29, 30 dan 31
pada bulan sebelum bulan wawancara, tergantung dari jumlah hari di masing-
masing bulan disesuaikan.
d. Referensi waktu satu bulan terakhir, dihitung mundur sejak satu hari sebelum
wawancara sampai satu bulan ke belakang.
e. Referensi waktu seminggu yang lalu, dihitung mulai dari hari Senin sampai hari
Minggu pada minggu sebelum wawancara.
f. Referensi waktu seminggu terakhir, dihitung mundur sejak satu hari sebelum
wawancara sampai 7 hari ke belakang.

Konversi Umur
Untuk menghitung umur: dihitung berdasarkan ulang tahun terakhir.
Contoh :
a. Ahmad Junaidi lahir pada tanggal 10 April 1967, wawancara dilakukan pada tanggal
25 April 2010, jadi umur Ahmad Junaidi adalah 43 tahun 15 hari maka di kuesioner
diisi 43 tahun. Tapi jika wawancara dilakukan pada tanggal 9 April 2010, umur
Ahmad Junaidi 42 tahun 11 bulan 29 hari, maka di kuesioner diisi 42 tahun.

17
b. Jika responden tidak tahu tanggal lahir, tapi tahu bulan dan tahun maka
perhitungannya berdasarkan bulan lahirnya. Misalnya. Ali Imron lahir bulan Mei
1971, wawancara dilakukan pada tanggal 15 April 2010, jadi umur Ali Imron adalah 38
tahun 10 bulan, maka di kuesioner diisi 38 tahun. Tapi jika wawancara dilakukan
pada tanggal 18 Mei 2010, umur Ali Imron 39 tahun, maka di kuesioner diisi 39 tahun.

Petunjuk Khusus Pengisian Form Survei Teknis

LK. LOKASI

No Variabel Kode/Rentang Variabel Deskripsi Variabel/Pedoman


 Kode: Isikan dengan 10 digit angka sesuai
Provinsi, Kab/Kota, dengan kode lokasi survei di pojok
Kecamatan, Desa/Kel, kanan atas halaman muka.
 2 (dua) digit pertama adalah
untuk kode provinsi
 Digit ketiga dan keempat adalah
untuk kode kota/kab
 Digit kelima, keenam dan ketujuh
adalah untuk kode kecamatan
 Digit kedelapan, kesembilan dan
kesepuluh adalah untuk kode
kelurahan/desa
Kode provinsi hingga
desa/kelurahan dapat dilihat secara
rinci di Lampiran 3.
LK01 Nama dan kode Lingkari dan tulis kode provinsi di
provinsi kolom yang tersedia.
LK02 Nama dan kode Lingkari dan tulis kode kab/kota di
kab/kota kolom yang tersedia.
LK03 Nama dan kode Tuliskan nama dan kode kecamatan
kecamatan lokasi survei teknis di kolom yang
tersedia.
LK04 Nama dan kode Tuliskan nama dan kode
kel/desa kelurahan/desa lokasi survei teknis
di kolom yang tersedia.

18

You might also like