You are on page 1of 5

Idea Nursing Journal Wilda Mahdani

ISSN : 2087-2879
 

AGEN INFEKSI PENYEBAB INFLAMASI GRANULOMATOSA

Infection Agents that cause Granulomatosa Inflamation

Wilda Mahdani
Bagian Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
Microbiology Department, Faculty of Medicine, Syiah Kuala University, Banda Aceh
E-mail: dr_wilda@yahoo.co.id

ABSTRAK
Inflamasi granulomatosa merupakan pola khas dari inflamasi kronik yang dapat dijumpai pada keadaan
infeksi maupun non-infeksi. Inflamasi ini ditandai adanya granuloma. Granuloma dapat ditimbulkan oleh
berbagai agen infeksi, setiap mikroorganisme menunjukkan karakteristik berbeda. Pewarnaan rutin kadang
kala memberikan teka-teki diagnostik yang hanya dapat diselesaikan dengan menggunakan teknik pewarnaan
khusus yang dirancang untuk menunjukkan mikroorganisme tertentu. Tulisan ini bertujuan untuk
memberikan informasi tentang mikroorganisme yang dapat menjadi etiologi inflamasi granulomatosa pada
jaringan dan menjadi referensi mengenai diagnosis infeksi pada jaringan. Identifikasi mikroorganisme
penyebab infeksi sangat penting untuk mengarahkan klinisi pada terapi yang tepat.

Kata Kunci: Inflamasi granulomatosa, mikroorganisme, teknik pewarnaan khusus

ABSTRACT
Granulomatous inflammation is a distinctive pattern of chronic inflammation that can be seen in either
infectious or non-infectious conditions. This inflammation is characterized by granulomas. Granulomas can
be caused by various infectious agents, any microorganisms exhibit different characteristics. Routine
staining sometimes provide diagnostic puzzle that can only be solved by using special staining techniques
designed to demonstrate specific microbe. This paper aims to provide information about microorganisms
that can cause granulomatous inflammation in tissues and also as a reference to the diagnosis of tissue
infection. Identification of causing microorganisms is essential to direct clinicians on appropriate therapy.

Keywords: Granulomatous inflammation, microorganism, special staining techniques

PENDAHULUAN
Sejumlah teknik dikembangkan untuk pewarnaan khusus seperti Ziehl-Neelsen
mengungkapkan organisme penyebab (ZN), Grocott - Gomori Methenamine
infeksi jaringan, di antaranya secara Silver (GMS) dan Periodic Acid Schiff
pewarnaan histologi serta kultur. Evaluasi (PAS) terutama sangat penting untuk
histopatologi terhadap spesimen eksisi evaluasi lesi kronik yang hanya
jaringan memiliki peran sangat penting mengandung sejumlah kecil organisme
dalam manajemen penyakit keganasan, hidup (Brewer & Weed, 1976).
namun masih sedikit publikasi mengenai Tulisan ini bertujuan untuk
peranannya dalam manajemen penyakit memberikan informasi tentang
infeksi (Wilson & Winn, 2008). mikroorganisme yang dapat menjadi etiologi
Diagnosis infeksi jaringan merupakan dari suatu inflamasi granulomatosa pada
suatu tantangan, berkaitan dengan jaringan dan menjadi referensi mengenai
banyaknya diagnosis banding. Riwayat diagnosis infeksi jaringan. Tulisan ini juga
penyakit dan pemeriksaan fisik sangatlah dapat menjadi acuan dalam rangka
penting. Uji diagnostik yang sering pemeriksaan, diagnosis dan penatalaksanaan
dilakukan antara lain meliputi kultur, pasien. Identifikasi mikroorganisme
sitologi aspirasi jarum halus (Fine Needle penyebab infeksi sangat penting untuk
Aspiration Cytology/FNAC), biopsi jaringan mengarahkan pasien agar mendapatkan
dan teknik Polymerase Chain Reaction terapi yang tepat. Selain itu, tulisan ini juga
(PCR) (Majeed & Bukhari, 2011). Teknik diharapkan dapat meningkatkan pemahaman

46  
 
Idea Nursing Journal Vol. IV No. 1 2013

tentang arti penting biopsi jaringan, tersebut antara lain; 1) Infeksi


sehingga tidak ada lagi rasa takut bagi mikobakterium: Karakteristik klasik
pasien untuk menjalani prosedur tersebut. granuloma tuberkulosis adalah nekrosis
kaseosa sentral dikenal sebagai tuberkel.
TINJAUAN KEPUSTAKAAN Area sentral debris granular kaseosa amorf,
Inflamasi Granulomatosa hilangnya detil seluler, dan dijumpai
Inflamasi granulomatosa merupakan bakteri tahan asam. Daerah ini diliputi oleh
pola khas dari inflamasi kronik yang dapat sel epithelioid, limfosit, histiosit, fibroblas,
dijumpai pada keadaan infeksi maupun non- dan kadang-kadang sel giant Langhans.
infeksi. Inflamasi ini ditandai dengan Granuloma kaseosa adalah gambaran klasik,
adanya granuloma yang perkembangannya hal ini tidak selalu ada. 2) Infeksi fungi :
dipengaruhi oleh sejumlah reaksi imunologi. Granuloma fungi dapat berupa kelainan
Granuloma adalah suatu fokus yang terdiri lokal atau sistemik. Infeksi pada orang
atas agregasi makrofag yang mengalami imunokompeten menimbulkan granuloma
transformasi menjadi sel-sel epiteloid, sel epiteloid dan nekrosis koagulatif.
dikelilingi oleh sejumlah leukosit Histoplasmosis dan Coccidiomycosis pada
mononuklear, terutama limfosit dan kadang orang imunodefisien bersifat fulminan,
dijumpai sel-sel plasma (Kumar et al., kumpulan fagosit mononuklear berisi yeast
2010). Granuloma bisa diskret atau dapat dijumpai pada hampir semua
konfluen, pada tipe konfluen sering jaringan, sistem retikuloendotel dipadati
dijumpai nekrosis. Nekrosis luas makrofag mengandung yeast. Infiltrat
menunjukkan banyak mikroorganisme yang neutrofil dapat dijumpai di sekitar
dapat dijumpai (Schwarz,1982). granuloma. Penyakit diseminata
menunjukkan respon inflamasi
granulomatosa, pyogenik, atau campuran.
Lesi pyogenik terutama dijumpai pada
pasien imunosupresi. Identifikasi dengan
pewarnaan GMS dapat membedakannya
dengan granuloma lainnya. 3) Infeksi
bakteri: Lesi infeksi bakteri menunjukkan
gambaran bervariasi secara histologi, berupa
inflamasi akut maupun kronik dengan
komponen grenulomatosa fokal hingga
gambaran granulomatosa predominan.
Gambar 1. Inflamasi granulomatosa (Abbas Nekrosis sentral kaseosa atau purulen
& Licthman, 2005). dekelilingi oleh sel-sel epiteloid dan sel
giant serta fibrosis. Adanya bakteri gram
Etiologi Granuloma negatif intraseluler dalam makrofag atau sel
Gambaran histopatologi berupa giant maupun adanya bakteri ekstraseluler
inflamasi granulomatosa dapat dijumpai dapat menjadi petunjuk diagnosis.
pada berbagai keadaan seperti pada Identifikasi bakteri di jaringan dapat
tuberkulosis, reaksi benda asing, infeksi dilakukan melalui teknik pewarnaan Gram-
fungi, sarcoidosis, cat scratch disease, Twort. 4) Infeksi Treponema: Lesi
leprosy dan brucellosis (Park et al., 2003). mukokutanues sifilis sekunder menunjukkan
Agen infeksi utama penyebab radang kelainan histopatologi berupa infiltrasi
granulomatosa adalah Mycobacterium minimal hingga infiltrasi granulomatosa di
tuberculosis dengan frekuensi 59,4% dan lapisan dermis; infiltrat granulomatosa
fungi dengan frekuensi 20,4% (Majeed & menunjukkan proliferasi endotelial dengan
Bukhari, 2011). infiltrasi sel mononuklear infiltrat sel
Setiap mikroorganisme memiliki plasma, nekrotik sentral, serta gambaran
karakteristik berbeda. Beberapa karakteristik

47  
 
Idea Nursing Journal Wilda Mahdani

Tabel 1. Pola sitomorfologi dari lesi tuberkulosis (Satyanarayana & Kalghatgi, 2011).
Sitomorfologi BTA Keterangan
Kaseasi, granuloma, sel +/- Pola umum
giant
Hanya kaseasi ++ Pada pasien HIV/ AIDS
Hanya granuloma - ZN dan PCR untuk menyingkirkan kemungkinan tuberkulosis sebelum
mempertimbangkan lesi granulomatosa lainnya
Nekrosis kaseosa dan sel +/- Biasanya pada pasien HIV/ AIDS
epiteloid
Nekrosis kaseosa dengan + Biasanya pada pasien HIV/ AIDS
neutrofil
Nekrosis koagulasi +/- Kadang dijumpai pada lesi tuberkulosis
Pola reaktif dengan BTA + Kadang-kadang pada pasien HIV/ AIDS
Hanya agregat makrofag + Pada pasien HIV/ AIDS
 
seluler yang utuh. 5) Infeksi protozoa: Lesi milier paru, eosinofilia, endoftalmitis
leishmaniasis berupa respon granulomatosa ataupun uveitis fokal posterior. 6) Infeksi
kutaneus atau mukokutaneus. Ulserasi kutan virus:Virus campak telah dihubungkan
ditandai infiltrat sel mononuklear. Resolusi sebagai etiopatogenesis sarcoidosis dan
infeksi ditentukan peningkatan jumlah sel T penyakit Crohn. Organ limfoid
CD4+ Leishmania, diikuti respon granuloma menunjukkan hiperplasi folikuler sentral
epiteloid dan sel giant. Fase nodular germinal besar, sel giant multinuklear (sel
leishmniasis dermal postkalaazar ditandai Warthin-Finkeldey) yang memiliki nukleus
dengan ganuloma masif tersusun atas eosinofilik serta badan inklusi. Virus
limfosit, sel plasma, histiosit, dan banyak Epstein Barr penyebab mononukleosis
amastigot Leishmania. Toksoplasmosis infeksiosa berkaitan dengan patogenesis
menunjukkan karakteristik histopatologi beberapa kelainan seperti limfoma Burkitt,
berupa hiperplasi folikuler reaktif, histiosit karsinoma nasofaring, limfoma sel B dan
epiteloid, dan sel monositoid. Sel giant sarcoidosis. Limfosit atipik dapat dijumpai
Langhan jarang dijumpai. pada daerah sinusoid portal dari spesimen
6) Infeksi cacing: Pembentukan biopsi hati, tampak nekrosis parenkim fokal
granuloma merupakan reaksi terhadap telur yang berisi limfosit. Diagnosis spesifik
cacing dan reaksi hipersensitivitas tipe dapat ditegakkan dengan Polymerase Chain
lambat diperantarai sel terhadap determinan Reaction (PCR) (Zumla & James, 1996).
antigen parasit. Tampak sel giant
multinukear dan sejumlah besar eosinofil. Gambaran Granuloma Mikobakterium
Infeksi ini terutama harus dicurigai pada Karakteristik histologi tuberkulosis
anak-anak dengan hepatomegali dan menunjukkan bentukan granuloma oleh
granuloma milier pada biopsi hati, bintik makrofag epiteloid dan sel giant tipe
milier paru, eosinofilia, endoftalmitis Langhan dengan atau tanpa nekrosis
ataupun uveitis fokal posterior. 6) Infeksi kaseosa.
virus: Virus campak telah dihubungkan Gambaran histologi berupa
sebagai etiopatogenesis sarcoidosis dan granuloma kaseosa tidak spesifik untuk
penyakit Crohn. Organ limfoid diagnosis tuberkulosis. Kultur
menunjukkan hiperplasi folikuler sentral mikobakterium dari sputum, urin, cairan
germinal besar, sel giant multinuklear (sel spinal, efusi pleura/ efusi lainnya serta dari
Warthin-Finkeldey) yang memiliki nukleus spesimen biopsi jaringan dapat menjadi
eosinofilik serta badan inklusi. Virus diagnosis definitif. Klinisi harus memiliki
Epstein Barr penyebab mononukleosis tingkat kewaspadaan yang tinggi untuk
infeksiosa berkaitan dengan patogenesis mendiagnosis suatu tuberkulosis
beberapa kelainan seperti limfoma Burkitt, ekstrapulmoner, karena ia dapat menyerupai
anak-anak dengan hepatomegali dan penyakit apapun dalam setiap sistem organ
granuloma milier pada biopsi hati, bintik (Baydur, 1977).

48  
 
Idea Nursing Journal Vol. IV No. 1 2013

Tabel 2. Penyebab dan gambaran imunopatologis dari mikosis granulomatosa (Zumla & James, 1996).
Spesies Fungi Kondisi klinis Gambaran Imunopatologis
Cryptococcus neoformans Cryptococcosis Pneumonia, infark, abses, meningitis,
granuloma, fibrosis
Candida spp. Candidiasis Abses, nekrosis, granuloma
(mukokutaneus atau multisistem)
Sporothrix schenckii Sporotrichosis Granuloma (kutaneus, skeletal)
Histoplasma capsulatum Histoplasmosis Pneumonia, kavitasi, granuloma
Aspergillus spp. Aspergillosis Necrotizing multisystem granulomas
Paracoccidioides brasiliensis South American Pneumonia, kavitasi, granuloma
blastomycosis
Coccidioides immitis Coccidioidomycosis Pneumonia, kavitasi, granuloma, Plak
kutaneus, nodul
Blastomyces dermatitidis Blastomycosis Granuloma, mikroabses, pneumonia,
Penyakit pulmoner atau ekstrapulmoner
kronik
Phialophora spp. Chromoblastomycosis Granuloma (kutaneus)
Pseudallescheria boydii, Mycetoma Granuloma (kulit dan jaringan subkutan)
Madurella spp.
 
Gambaran Granuloma Fungi mikobakterium, fungi, parasit, proses imun,
Agen infeksi penyebab inflamasi serta penyebab yang belum diketahui seperti
granulomatosa yang penting kedua adalah pada sarcoidosis. Granuloma dapat
fungi (Majeed & Bukhari, 2011). Laporan ditimbulkan oleh berbagai agen infeksi.
infeksi fungi semakin meningkat dalam Setiap mikroorganisme memiliki
beberapa tahun terakhir ini. Hal ini karakteristik berbeda. Agen infeksi utama
berhubungan dengan peningkatan jumlah penyebab inflamasi granulomatosa adalah
host immunocompromised, penggunaan Mycobacterium tuberculosis dan fungi. Cara
antibiotik secara luas, aplikasi teknik yang paling efektif untuk isolasi dan
diagnostik dan terapeutik invasif yang identifikasi spesies mikroba adalah
semakin sering digunakan di klinik (Chen et mempelajari pola pertumbuhan dan
al.,2011). morfologinya secara in vitro. Penegakan
diagnosis etiologi inflamasi granulomatosa
Diagnosis Etiologi Inflamasi pada spesimen biopsi jaringan dengan teknik
Granulomatosa pewarnaan khusus dapat menjadi dasar
Cara yang paling efektif untuk isolasi penentuan pengobatan pasien, karena
dan identifikasi spesies mikroba adalah pengobatan pasien dengan infeksi mikroba
mempelajari pola pertumbuhan dan tertentu akan jauh berbeda dengan
morfologi secara in vitro. Pemeriksaan pengobatan pasien dengan infeksi mikroba
klinis awal dan pemeriksaan spesimen jenis lainnya.
secara makroskopis dapat memberikan Teknik pewarnaan khusus seperti ZN,
petunjuk adanya proses infeksi. Spesimen GMS/PAS, dan lain sebagainya dapat
dapat menunjukkan area konsolidasi, kaseasi digunakan untuk menegakkan diagnosis
atau nekrosis, radang, pus, atau granuloma. etiologi infeksi jaringan yang akan
Pewarnaan rutin kadang kala memberikan mengarahkan pasien pada diagnosis dan
teka-teki diagnostik yang hanya dapat terapi yang sesuai. Klinisi perlu
diselesaikan dengan menggunakan teknik meningkatkan kecurigaannya terhadap
pewarnaan khusus yang dirancang untuk adanya infeksi jaringan jika pada penilaian
menunjukkan jenis mikroba tertentu makroskopik pada lesi dijumpai area
(Stevens, 2004). konsolidasi, kaseasi atau nekrosis, radang,
pus, granuloma, ataupun perdarahan disertai
KESIMPULAN material nekrotik, serta jika dijumpai granul-
Penyebab timbulnya granuloma granul menyerupai butiran pasir.
sangat beragam, meliputi bahan anorganik,

49  
 
Idea Nursing Journal Wilda Mahdani

KEPUSTAKAAN Park, D.Y., Kim, J.Y., Choi, K.U., Lee, J.S.,


Abbas, A.K., & Litchman, A.H. (2005). Lee, C.H., Sol, M.Y., & Suh, K.S.
Cellular and molecular immunology. (2003). Comparison of polimerase
Pensylvania : Elsevier. chain reaction with histopathologic
features for diagnosis of tuberculosis
Baydur, A. (1977). The spectrum of in formalin-fixed, paraffin-embedded
extrapulmonary tuberculosis. The histologic specimens. Archive of
Western Journal of Medicine , 126, Pathology Laboratory Medical
253-262. Journal, 127, 326-330.

Brewer, N.S., & Weed, L.A. (1976). Satyanarayana, S., & Kalghatgi, A.T.
Diagnostic tissue microbiology (2011). Utility of fine needle
methods. Human Pathology , 7, 141- aspiration cytology in the diagnosis of
149. infective lesions. Diagnostic
Histopathology, 17, 301-312.
Chen, X.Y., Li, H.P., Zhang, R.X., & Lu, Schwarz, J. (1982). The diagnosis of deep
S.H. (2011). Fungal granuloma of mycoses by morphologic methods,
mediastinal lymph nodes in an Progress in Pathology, 13, 519-533.
immunocompetent host. China
Medical Journal, 124(15), 2396-2399. Stevens, S. (2004). The demonstration of
microorganisms in tissue section.
Kumar, V., Abbas, A.K., & Fausto, N. Dikutip pada tanggal 1 April 2012
(2010). Robbins and Cotran dari http:// users .adam. com. au/
pathologic basis of diseases (8 ed). royellis/morg.htm
Pensylvania : Elsevier.
Wilson, M.L., & Winn, W. (2008).
Majeed, M.M., & Bukhari, M.H. (2011), ‘Laboratory diagnosis of bone, joint,
Evaluation for granulomatous soft tissue and skin infection’,
inflammation on fine needle Clinical Infectious Diseases, no.46,
aspiration cytology using special pp. 453-457.
stain. Pathology Research
International, 851524, 1-8. Zumla, A., & James, D.G. (1996).
Granulomatous infection; etiology
and classification. Clinical Infectious
Diseases, 23, 146-158.

50  
 

You might also like