Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
Abstract
Plague is one of zoonotic disease. Plague caused by an enterobacteriae Yersinia pestis,
transmitted to human by fleas (Xenopsylla cheopis) bite. Plague were included of re-
emerging disease, a disease that can emerge anytime and potential being an outbreak, it
also included of Public Health Emergency of International Concern (PHEIC). The main
cause of re-emerging disease of vector borne disease possible directly caused by
insecticide resistance. Bendiocarb, carbaryl, deltamethrin, diazinon, diflubenzuron, and
fenitrothion are insecticides which use to control fleas. Insecticide resistance were not
give a contribution to an emerge of any diseases, but possible to pursue disease vector
control program. There were four provinces in Indonesia being an area of plague
monitoring. Disease control carried out by reducing population of fleas. Yersinia pestis
using rats as its host and human could be infected by flea bites. An outbreak of plague
was initiated by an epizootie on rats. Reducing fleas population and diminishing flea bites
were the goals of fleas control, also the plague transmission from rodents to others or
human can be blocked. So, controlling fleas population was the main vector control
program to overcome plague infection.
Abstrak
Penyakit pes merupakan salah satu penyakit zoonosis, disebabkan oleh enterobakteria
Yersinia pestis, dapat menular ke manusia melalui gigitan pinjal (Xenopsylla cheopis).
Pes termasuk penyakit re-emerging diseases, yaitu penyakit yang dapat sewaktu-waktu
muncul kembali sehingga berpotensi untuk menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan
termasuk dalam Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) atau
Kedaruratan Kesehatan yang meresahkan dunia. Penyebab utama re-emergence of
vector borne disease diperkirakan terjadi akibat resistensi insektisida. Resistensi tidak
berkontribusi terhadap terjangkitnya suatu penyakit, tetapi dimungkinkan menyebabkan
hambatan pada program pengendalian penyakit. Insektisida yang dipergunakan untuk
pengendalian pinjal antara lain adalah bendiocarb, carbaryl, deltamethrin, diazinon,
diflubenzuron, dan fenitrothion. Terdapat empat wilayah Provinsi di Indonesia yang
menjadi daerah pengawasan pes. Penanggulangan penyakit diupayakan dengan
melakukan pengendalian terhadap pinjal. Yersinia pestis menggunakan tikus sebagai
inang. Apabila seekor tikus menderita pes, manusiapun dapat terinfeksi oleh gigitan pinjal.
Tujuan utama pengendalian pinjal adalah menurunkan populasi pinjal dan mengurangi
kontak gigitan pinjal. Upaya pengendalian dilakukan untuk mencegah tejadinya penularan
pes dari rodensia satu ke rodensia lain atau dari rodensia ke manusia, sehingga
SPIRAKEL, Vol.7 No.1, Juni 2015: 27-37 Resistensi Penggunaan Insektisida …(Dyah MS)
DOI : 10.22435/spirakel.v7i1.6141.27-37
Naskah masuk: 9 Maret 2015; Review I: 9 Maret 2015; Review II: 30 Maret 2015; Layak Terbit: 16 Juni 2015
pinjal, X. cheopis. Penelitian telah pada pinjal ini pada pemakaian di suatu
dilakukan di beberapa tempat di berbagai tempat yang dilakukan dengan
negara di dunia kecuali di Ekuador. penyemprotan dalam skala besar secara
Pernah dilaporkan bahwa terdapat rutin selama bertahun-tahun di suatu
kegagalan penggunaan DDT untuk negara atau di negara lain yang
mengontrol X. cheopis. Hasil penelitian melakukan program pengendalian
di laboratorium dilaporkan bahwa ada terhadap eradikasi malaria atau
peningkatan kemampuan resistensi arthropod borne disease lain.15,17
terhadap DDT sebesar 2-3 kali yang
Meskipun pada masa sekarang
terjadi pada 4-7 generasi. Penggunaan
telah dilakukan program pemantauan
metode teknik Busvine & Nash untuk
penggunaan jangka panjang DDT,
mengevaluasi LC50, maka memperoleh
dieldrin, dan ɤ-BHC untuk memastikan
hasil 0,4% DDT, 0,06% ɤ-BHC, dan
suseptibilitas terhadap pinjal,
0,15% malathion untuk spesies yang ada
sebagaimana yang telah dilakukan
di Calcutta India.18,19,20
terhadap nyamuk. Penemuan prosedur
Data-data mengenai prosedur yang standar untuk mengetahui level
pengamatan resistensi insektisida resistensi insektisida terhadap pinjal
terhadap insekta ini secara fisiologis perlu untuk diketahui. Metode test yang
jarang ditemukan. Hal ini diperkirakan dikembangkan untuk mengetahui level
karena kejadian penyakit plague yang resistensi insektisida terhadap pinjal
disebabkan oleh vektor X. cheopis ini adalah dengan melakukan prosedur tes
telah lama turun secara drastis dan suseptibilitas.17
hampir tidak pernah muncul lagi kejadian
WHO tidak menerapkan standar
penyakit pes di dunia, sehingga sangat
prosedur tes suseptibilitas sebagaimana
sedikit sekali penggunaaan insektisida
halnya pada tes suseptibilitas nyamuk.
dalam skala besar dalam upaya untuk
Sehingga beberapa peneliti melakukan
mengontrol populasi pinjal.
tes suseptibilitas sesuai metode masing-
Penggunaan insektisida dalam masing. Beberapa metode yang
berbagai produk lebih banyak dipergunakan pada awalnya adalah
diaplikasikan pada upaya eradikasi penentuan 10-15 % kematian pada
kejadian malaria maupun arthropod pengendalian pinjal, tetapi pada saat
borne disease lain. Tidak menutup aplikasi, kematian pengendalian
kemungkinan penggunaan insektisida mengalami penurunan bahkan mencapai
dalam lingkup luas, terutama DDT. nilai nol. Rat-traps yang diberi umpan
Penggunaan DDT ini memiliki collateral ditempatkan di rumah-rumah, lumbung,
effect untuk mereduksi kepadatan pinjal dan tempat-tempat lain pada saat sore
pada batas kritisnya dalam transmisi hari. Kemudian pada pagi hari setelah
penyaklit plague. Oleh sebab itu perangkap dan tikus di dalam perangkap
penggunaan bahan insektisida juga diambil dan diletakkan di tas kain yang
berpengaruh pada upaya penurunan diikat secara kuat dengan tujuan untuk
insidensi penyakit pes meskipun di menahan supaya pinjal tikus tidak lepas
daerah endemis. Dilain pihak, pada saat dibawa dalam perjalanan ke
penggunaan bahan insektisida laboratorium. Di laboratorium , kemudian
berpotensi untuk meningkatkan kain yang lembut diletakkan di meja.
resistensi pinjal. Apabila diaplikasikan Perangkap tikus idikeluarkan dari tas-
pada suatu waktu di satu atau dua kain satu persatu, perangkap tikus yang
kejadian sporadik pes secara lokal, serta kosong dipisahkan dan goyang-goyang
dimungkinkan akan terjadi epidemi maka di kain lembut untuk mendapatkan pinjal
akan sulit dilakukan pengendalian yang mungkin tertinggal di perangkap
dengan menggunakan insektisida yang tikus.11,17
sama. Sehingga penting sekali untuk
Tikus dikeluarkan dengan
melakukan pengecekan secara regular
menggunakan kain dan di pegang pada
atau teratur level resistensi insektisida
SPIRAKEL, Vol.7 No.1, Juni 2015: 27-37 Resistensi Penggunaan Insektisida …(Dyah MS)
DOI : 10.22435/spirakel.v7i1.6141.27-37
telinga dan ekor sementara pinjal akan breeding. Pinjal–pinjal yang telah
terjatuh di kain lembut yang telah terpapar oleh insektisida spray yang
disediakan di meja. Meskipun kain biasa dipergunakan untuk nyamuk,
lembut telah dipergunakan, pinjal-pinjal sehingga pinjal yang terpapar bisa
mampu melompat melarikan diri saat beradaptasi dengan insektisida yang
akan diambil. Sehingga saat melakukan dipergunakan. 17,19,21
sisiran pada tikus dilakukan pada dua
Resistensi pada pinjal dapat terjadi
tabung uji yang saling terhubung (end to
pada tingkatan resistensi tinggi,
end), supaya pinjal tidak akan mampu
resistensi sedang, dan suseptibel.
melompat keluar dari tabung. Kemudian
Resistensi tinggi dapat terjadi pada saat
pinjal yang tertangkap dikumpulkan di
dipaparkan dengan menggunakan DDT,
tabung uji yang telah terdapat kertas
resistensi medium dapat terjadi pada ɤ–
bersih pada tiap sisi tabung. Sepuluh
BHC ataupun Dieldrin. Resistensi pinjal
pinjal diletakkan pada tiap sisi tabung
terhadap insektisida tergantung pula
dan ditutup dengan menggunakan kain
pada jumlah frekuensi paparan
dan karet. Hal ini dilakukan supaya pinjal
insektisida dengan pinjal tersebut.
yang tertangkap dapat diminimalisir
Semakin sering suatu jenis insektisida,
mengalami luka dan menurunkan angka
maka semakin mudah bagi pinjal untuk
kematian pinjal yang tertangkap. Setelah
mengembangkan kemampuan untuk
mendapatkan pinjal yang cukup
beradaptasi dan menjadi resisten
(membutuhkan waktu 3-4 jam untuk
tehadap insektisida. Sehingga perlu
mengkoleksi sekitar 300-400 pinjal)
adanya suatu pengecekan rutin terhadap
mereka kemudian di paparkan dengan
bahan-bahan insektisida yang
menggunakan insektisida dengan cara
dipergunakan pada suatu daerah untuk
tabung digoyang-goyang secara halus
mengetahui level resistensi pinjal
supaya pinjal jatuh kebawah, dan
terhadap insektisida.15,17
kemudian kertas bersih bisa diambil lalu
diganti dengan menggunakan Prediksi mengenai adaptasi
insecticide-impregnated paper (0,5 inchi secara molekuler masih sering
x I inchi). Pada saat akhir paparan diperdebatkan. Ketika terjadi proses
(selama satu jam atau sesuai yang evolusi gen dengan menghasilkan efek
diperkirakan) insecticide-impregnated perubahan, pada saat itu pula
paper diambil dan pinjal dipindah ke diasumsikan semua gen terlibat dalam
tabung lain yang terdapat kertas bersih perubahan tersebut. Namun, adaptasi
lalu diobservasi selama 24 jam untuk dengan latar belakang disebabkan oleh
mengetahui tingkat kematian. Pada gen, selama ini hanya diketahui terjadi
mulut tabung ditutup menggunakan kain pada organisme yang berukuran kecil.
dan karet. Pada saat periode paparan, Pada evolusi hospes parasit, dimana
pinjal akan kontak dengan kertas dimungkinkan terjadi interaksi evolusi
sepanjang waktu. Metode ini menyeluruh, interaksi gen dengan gen
menggambarkan bahwa prosedur di atas yang kemudian diikuti pada siklus
bekerja dengan baik dan mortalitas dari diprediksikan terjadi perubahan pada
pengendalian rendah.17,19 keduanya, yaitu pada sistem hewan dan
tanaman. Mekipun begitu, umumnya
Setelah data jumlah kematian
interaksi antara insekta dan herbivora
didapatkan, tiap batch direbus secara
dibanding pada tanaman terhadap
terpisah dengan menggunakan 10%
insekta, tanaman mempunyai
potassium hydroxide selama setengah
kemampuan interaksi melebihi yang
sampai satu jam dan pinjal kemudian
terjadi pada insekta herbivora.18,21
diidentifikasi dengan mikroskop. Pinjal
yang masih hidup dimungkinkan resisten Na, K-ATPase, atau pompa
terhadap insektisida yang dipergunakan. sodium, merupakan ion transmembran
Kemampuan resistensi ini bisa terjadi enzim dan merupakan ion pembawa
karena adanya mutasi maupun selektif utama pada jaringan hewan yang
SPIRAKEL, Vol.7 No.1, Juni 2015: 27-37 Resistensi Penggunaan Insektisida …(Dyah MS)
DOI : 10.22435/spirakel.v7i1.6141.27-37