Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Destria Nurul Winda
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat ALLAH SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat melesaikan penyusunan makalah
kuliah Toksikologi.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih sedalam dalamnya kepada semua
pihak yang telah membantu hingga selesainya makalah ini. Sebagai manusia biasa kami tidak
akan luput dari kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan makalah ini. Baik isi atau
penggunaa bahasa maupun kelengkapan dalam mencantumkan daftar pustaka. Oleh karena itu
saya mengharapkan kritik dan saran membangun dari segala pihak untuk penyempurnaan
Akhirnya saya harap semoga makalah sederhana ini bermanfaat bagi kemajuan ilmu
pengetahuan.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................ i
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Untuk kehidupan makhluk hidup reproduksi tidak bersifat vital artinya tanpa
adanya proses reproduksi makhluk hidup tidak mati. Akan tetapi bila makhluk tidup
tidak dapat bereproduksi maka kelangsungan generasi makhluk hidup tersebut
terancam dan punah, karena tidak dapat dihasilkan keturunan (anak) yang merupakan
sarana untuk melanjutkan generasi. Oleh sebab itu, sangatlah penting bagi kita untuk
mengetahui apa dan bagaimana itu sex dalam system reproduksi kita.
Fisiologis sistem reproduksi antara pria dan wanita berbeda, tetapi sistem pada
kedua jenis kelamin tersebut dikendalikan oleh suatu zat kimia yang disebut hormon.
Hormon adalah zat kimia yang disekresi oleh kelenjar dalam tubuh dan
mengendalikan sel-sel lain dalam tubuh. Sekresi hormon dikendalikan oleh sistem
saraf pusat (SSP). Toksisitas reproduktif didalamnya mencakup efek-efek yang
merugikan fungsi seksual dan fertilitas pria dan wanita sekaligus efek yang dapat
mengganggu perkembangan normal baik sebelum maupun sesudah kelahiran.
1
Pada laki-laki, hormon mengendalikan perkembangan organ-organ reproduksi
dan pembentukan sperma (spermatogenesis). Pada perempuan, hormon mengendalikan
organ-organ reproduksi, siklus reproduktif perempuan, persiapan rahim untuk
kehamilan dan laktasi. Hormon juga memainkan peranan yang sangat penting dalam
kehamilan dan perkembangan janin.
Bahan kimia beracun dapat merusak kemampuan kita melahirkan anak yang
sehat. Masalah kesehatan reproduksi bukan saja mempengaruhi wanita untuk dapat
melahirkan anak dalam usia produktif, tetapi dapat pula mempengaruhi laki-laki dan
wanita setiap saat dalam hidup mereka.
2
disebut Endocrine Disrupts Chemical (EDC) dimana hal tersebut dapat berdampak
buruk bagi perkembangan kesehatan reproduksi manusia.
Bahan berbahaya yang terdapat di tempat kerja juga dapat secara tidak langsung
membahayakan keluarga mereka yang berada dirumah. Beberapa bahan berbahaya
dapat secara tidak sengaja terbawa ke rumah tanpa disadari para pekerja dan
mempengaruhi kesehatan reproduksi sang istri atau kesehatan janin yang dikandungnya
atau anggota keluarga lain yang masih muda. Sebagai contoh, timbal dapat terbawa
pulang oleh pekerja melalui kulit, rambut, baju, sepatu, kotak peralatan kerja, atau
kendaraan yang dibawa ke tempat kerja, padahal timbal tersebut dapat menyebabkan
keracunan pada anggota keluarga dan bisa menyebabkan neurobehavioral dan gangguan
pertumbuhan pada janin
3
BAB II
PEMBAHASAN
Sistem reproduksi adalah suatu rangkaian dan interaksi organ dan zat dalam
organisme yang dipergunakan untuk berkembang biak. Sistem reproduksi berbeda
antara laki-laki dan perempuan.
2.1.1. Sistem Reproduksi pada Laki-laki
Organ reproduksi bagian dalam wanita terdiri dari ovarium, dan saluran
indung telur (saluran kelamin). Ovarium atau indung telur berjumlah sepasang,
berbentuk oval dengan panjang 3-4 cm. Ovarium berada di dlaam rongga badan,
5
di daerah pinggang. Ovarium berpern secara bergantian untuk menghasilkan
ovum atau sel telur. Umumnya setiap ovarium menghasilkan ovum setiap 28 hari.
Oviduk berjumlah sepasang (di kanan dan kiri ovarium) dengan panjang sekitar
ovum yang di lepaskan oleh ovarium. Ovum yang di tangkap oleh infundibulum
akan masuk ke oviduk. Oviduk berfungsi untuk menyalurkan ovum dan ovarium
menuju uterus.
Uterus merupakan rongga pertemuan oviduk kanan dan kiri yang berbentuk
seperti buah pir dan bagian bawahnya mengecil yang di sebut serviks atau leher
terjadi fertilisasi.
berikut:
Lebar kira-kira 5 cm
6
Terletak di antara kandungan urin dan poros usus. Terdiri dari badan rahim (
Dasar rahim
Bagian dari badan rahim yang terletak antara kedua pangkal saluran telur.
Rongga rahim
Berbentuk segitiga, lebar di daerah dasar rahim dan sempit ke arah leher rahim.
Hubungan antara rongga rahim kedalam vagina disebut mulut rahim luar (ostium
uteri eksternum )
Dinding rahim
Terutama terdiri dari otot polos yang disusun sedemikian rupa hingga dapat
mendorong isinya keluar pada waktu persalinan. Uterus terdiri dari dinding
berupa lapisan jaringan yng tersusun dari beberapa lapis otot polos dan lapisan
darah. Lapisan endometrium akan menebal pada saat ovulasi ( pelepasan ovum
dari ovarium) dan akan meluruh pada saat menstruasi. Kelanjtan saluran
7
Vagina merupakan saluran akhir dari saluran reproduksi bagian dalam pada
wanita. Vagina bermuara pada pulva yang merupakan alat ovulsi pada wanita.
selaput berlendir, bagian terluar berupa otot, dan bagian terdalam berupa
jaringan ikat berserat. Dinding depan liang sanggama (9 cm) lebih pendek dari
dinding belakang (11 cm). Pada puncak liang sanggama menonjol leher rahim
(serviks uteri) yang disebut porsio uteri. Selaput berlendir (membran mukosa)
dihasilkan oleh kelenjar Bartholin. Jaringan otot dan jaringan ikat berserat
bersifat elastis yang berperan untuk melebarkan uterus saat janin akan dilahirkan
dibawah sel epitel terdapat anyaman serabut elastis halus yang padat. Pada
3. Tunika adventitia, merupakan lapisan tipis yang terdiri dari jaringan ikat
8
c. Ovarium (indung telur)
Ada dua indung telur kanan dan kiri berbentuk seperti kemiri pipih. Ovarium
kuning (korpus luteum), badan putih (korpus albikans). Indung telur membentuk
Indung telur mengeluarkan telur (ovum) setiap bulan silih berganti kanan dan
kiri. Pada saat telur dikeluarkan wanita tersebut dalam masa subur. Produksi
tuba fallopi dan ikut serta menyangga indung telur. Bagian ini sensitif terhadap
wanita berada dirongga panggul. Setiap individu wanita mempunyai bentuk dan
ukuran rongga panggul (velvis) yang berbeda satu sama lain. Bentuk dan ukuran
pada panggul ini pula untuk mengukur usia kehamilan seorang wanita.
9
Alat kelamin wanita bagian luar
Organ reproduksi bagian luar pada wanita berupa vulva. Vulva merupakan celah
paling luar dari organ kelamin wanita. Vulva terdiri dari mons pubis. Mons
pubis atau mons veneris merupakan daerah atas dan terluar dari vulva yang
banyak mengandung jaringan lemak. Pada masa pubertas daerah ini mulai
ditumbuhi oleh rambut. Dibawah mons pubis terdapat lipatan labium mayora
atau bibir besar yang berjumlah sepasang. Didalam labium mayora terdapat
lipatan labium minora atau bibir kecil yang berjumlah sepasang. Labium mayora
mayora dan labium minora pada bagian atas labium membentuk tonjolan kecil
Klitoris merupakan organ erektil yang dapat disamakan dengan penis pada pria.
Meskipun klitoris secara struktural tidak sama persis dengan penis pada pria,
terdapat pembuluh darah dan ujung saraf-saraf perasa, sehingga saat sensitif saat
hubungan seks.
Pada pulva bermuara dua saluran, yaitu saluran uretra (saluran kencing) dan
saluran kelamin ( vagina). Pada daerah dekat saluran ujung vagina terdapat
merupakan kelenjar yang lebih besar dari Glandula vestibularis minoris, terdapat
dibagian lateral dari vestibulum. Muara kedua kelenjar tersebut pada bagian
11
2.2. Mekanisme Kerja Sistem Reproduksi
Farmakokinetik
Berbeda dengan ovaium, testis dilindungi oleh sawar darah testis (blood
testis barrier) (Lee dan Dixon, 1978). Sawar darah testis merupakan suatu
kompleks sistem multisel yang terdiri atas sel mioid dan membran yang
mengelililngi tubulus seminiferus dan sel Sertoli yang terjalin rapat dalam
tubulus. Tetapi, sawar ini tidak seefektif sistem sawar darah otak. Laju penetrasi
zat kimia ke dalam testis ditentukan oleh bobot molekulnya, koefisien partisinya,
dan ciri-ciri ion.
13
2.3. Efek Yang Terjadi Terhadap Sistem Reproduksi
Selain itu, fungsi reproduksi berada di bawah pengaruh susunan saraf autonom.
Karena itu, obat hipotensif Iosulazin, yang berkerja mengosongkan nor-epinefrin dan
14
menyebabakan kemandulan reversibel pada tikus jantan, mungkin melalui berubahnya
perilaku seksual dan gangguan ejakulasi ( Mesfin dkk., 1989). Guanetidin, obat
hipotensif lain, dapat menyebabakan kemandulan dengan menyebabkan gangguan
pemancaran mani (Palmer, 1976).
a. Atrofi testis
Sumber : zat kimia pada makanan, pestisida, dan logam kadmium (cd)
Toksikan : kadmium(cd)
Mekanisme : pada konsentrasi tertentu kadmiun mematikan sel-sel sperma.
15
Toksikan : dibromokloropopoan ( dbcp )
Mekanisme : mengganggu keseimbangan hipotalamus-hipofisis-testikular.
Sumber : Toluen, asap kendaraan, asap rokok, cat kuku dan larutan pembersih
lain
Gejala :Letih, mengantuk, hilang nafsu makan.
Efek kronis : penurunan signifikan berupa gangguan pada sistem saraf.
Mekaisme : pada lak-laki toluena mampu menembus blood testis barrier
sehingga dapat mengganggu organ testis tersebut. Disamping iitu juga dapat
menurunkan hormon fsh dan lh yang berfungsi menstimuli sel sertoli, ketika
adanya penurunan hormon maka jumlah sel sertoli akan berkurang yang
berakibat terganggunya proses spermato genesis.
c. Impotensi
Sumber : obat-obatan
Gejala : penderita tidak bisa memulai dan mempertahankan ereksi
Toksikan : litium,simetidin dan obat lain
Mekanisme : menyebabkan aliran darah di dalam tubuh yang mengalir ke alat
kelamin pria tidak lancar,dan menyebabkan alat kelamin tidak mampu
berereksi.
d. Infertilitas
Sumber: Asap kendaraan bermotor
Toksikan: Timbal (Pb)
Mekanisme: Timbal dapat menyebabkan kelainan pada testis karena efek
timbal pada mekanisme pratestikuler dan testikuler. Pada tingkat pretestikuler
timbal yang tertimbun dalam darah dapat melewati sawar darah otak dan
mengganggu metabolisme sel- sel saraf melalui penghambatan respirasi
mitokondria sel saraf. Hambatan pada tingkat biokimiawi ini dapat
menimbulkan gangguan pada poros Hipotalamus-hipofisis-testis. Dengan
terganggunya poros tersebut menyebabkan terganggunya sekresi hormon-
hormon hipofisis anterior yang penting dalam proses spermatogenesis yaitu
FSH dan LH. Dengan adanya penurunan hormon -hormon tersebut dapat
mengganggu proses spermatogenesis pada testis
16
e. Libido dan impoten : kloropen, mangan (Mn), timbal anorganik dan
organik, metil anorganik, toluena disodianat dan vinil klorida
Efek yang mungkin timbul pada pekerja perempuan cukup bervariasi, seperti:
a) Gangguan Menstruasi: benzena, kloropen,merkurianorganik, PCB, stirena,
Toluena
b) Aborsi atau infertile: gas anestesi, timbal, benzena, TCP,
sitotoksik,etilnoksida, formaldehid.
c) BBLR: karbonmonoksida, formaldehid, PCB,toluena, dan vinil klorida.
d) Bayi lahir premature: timbal,stres dan panas.
e) Kematian ibu: Berilium dan Benzena
f) Keganasan : DES atau virus Hepatitis B
g) Kanker serviks
Sumber : obat-obatan kehamilan dan bahan kimia
Toksikan : dioxin, hpv tipe 16 dan 18.
Mekanisme : infeksi hpv dapat mengakibatkan kanker serviks, karena hpv
melakukan pembajakan sistem genetik sel dengan menggunakan gen e6
yang mendegradasi protein p53. Gejala : keputihan yang sudah
berlebihan,warna cairan nya hijau, saat berhubungan selalu merasakan
sakit,mengalami sakit saat buang kecil.
h) Infertilitas
Sumber : produk makanan/ minuman yang dikalengkan dan makanan/
minuman jajanan yang dijual di pinggir jalan.
Toksikan: timbal, benzene
17
Gejala : sakit selama menstruasi, keguguran berulang-ulang, ketidak
seimbangan hormonal.
Mekanisme : pb dapat menyebabkan menurunnya sistem reproduksi, selain
itu juga dapat mempunyai efek racun terhadap gamet dan dapat
menyebabkan cacat kromosom.
i) Mioma
Toksikan : dioxin
Gejala : pendarahan yang sangat lama
Mekanisme : apabila darah haid jatuh ke pembalut, zat dioxin akan dilepas
melalui proses penguapan. Zat dioxin akan mengenai permukaan vagina lalu
diserap kedalam rahim melalui saluran serviks. Selanjutnya, masuk kedalam
uterus melalui tuba fallopi dan berakhir di ovarium
Kategori Kriteria
Kategori 1 Diketahui atau dianggap sebagai toksik terhadap reproduktif
18
Kategori 1B Dianggap toksik pada reproduksi manusia
19
Kategori 1A Kategori 1B Kategori 2 Kategori tambahan
melalui menyusui
Tidak ada simbol
Bahaya Bahaya Awas Tidak ada kata sinyal
Dapat Dapat Diduga merusak Dapat membahayakan bayi yang
merusak merusak fertilitas atau menyusu
fertilitas fertilitas janin
atau janin atau janin
Abstrak : Tiga puluh tiga kelinci hamil terkena uap dari 10% formaldehida (12 ppm)
selama masa kehamilan untuk mengetahui efeknya pada bayi yang baru lahir. Hasil
penelitian menunjukkan tidak ada aborsi atau kematian janin tetapi ada beberapa
anomali (23,8%) di antara bayi yang baru lahir kelinci yang meliputi: meromelia
pendek ekor (3,4%); selain itu kecil untuk tanggal dan penurunan berat badan bayi
yang baru lahir juga melihat. Temuan ini menunjukkan bahwa formaldehida adalah
agen teratogenik.
Metode dan Cara Kerja : Sebanyak 33 ekor kelinci betina dengan rentang berat badan
antara 1085-1622 g serta berada pada kondisi lingkungan yang sama. Hewan-hewan
ini ditempatkan pada setiap kandang yang sama dan pada suhu berkisar antara 22-270
C, dengan kondisi kandang yang kering tidak lembab. Seluruh hewan uji deberikan
sebanyak 33 ekor yang layak dan sesuai serta tidak ada kelainnan pada hewan yang
akan diuji.
2. Kelompok uji sebanyak 26 ekor kelinci betina yang hamil (yang akan dipapar
formaldehid 10%)
Untuk kelompok yang akan dipapar formaldehid 10% akan dibuat 2-3 kandang dan
akan dipapar formaldehid 10% selama masa kehamilan dengan jumlah pemberian
yang konstan.
Hasil : Dalam pengujian didapat tidak ada satu ekorpun dari kelinci yang mengalami
keguguran selama masa pemamaparan fermaldehid. Didapat 146 ekar dan 38 bayi
kelinci yang baru lahir dari kelompok yang dipapar dan kelompok control. Dari 146
ekor anak kelinci yang baru lahir yang berasal dari kolompok perlakuan didapat
sekitar 52 (35.6 %) ekor bayi kelinci yang lahir nampaki lebih kecil disbanding kan
dengan kelompok control. Sedangkan berat badan janin pada kelompok control
Figure (1): Showing the small for date (left) and normal (right) newborns
21
Figure (2): Showing the meromelia (arrow).
22
Kecacatan yang ditimbulkan sebagai berikut :
1- Meromelia (6.8%) (Figure.2).
Kesimpulan : Eliminasi dan metabolisme dari snyawa formalin ppada janin lebih
lambat daripada induk. Hal ini menyebabkan efek buruk bagi embrio yang
menunjukkan kerusakan sel, serta tingkat kematian yang lebih tinggi. Dan pemamparan
dari formalin selama kehamilan menyebabkan konsentrasi dari DNA dan RNA
menurun.
terjadinya mutasi sel serta kematian dan malformasi. formaldehid mengalami proses
adisi dan kondensasi ( rantai metana ) dan terjadi reaksi terhadap protein dan asam
dimetabolisme menjadi formate dan laktat melalui aldehida. Toksisitas alkohol dan
formalin pada manusia dan hewan termasuk asidosis metabolik. Toksisitas alkohol
Formalin dan alkohol mungkin mempengaruhi embrio dan janin melalui kerusakan
berkembang . Oksigen stres, seperti yang disebabkan oleh generasi radikal bebas, terkait
dengan kematian sel apoptosis dan fragmentasi genom mitokondria. Selain itu,
23
formaldehida melalui generator formaldehida, misalnya alkylating agen, memulai
Dari hasil percobaan ini dapat disimpulkan bahwa formaldehid dapat menyebabkan efek
teratogenik (23,8%) dari kelinci yang baru lahir pada konsentrasi10% (12 ppm). Efek
waktu pemaparan, kekalahan administrasi, subjek materi, variasi individu (manusia atau
24
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem reproduksi pria dan wanita berbeda. Pada reproduksi pria memiliki penis
dan kelenjar testis untuk menghasilkan sperma, kematangan sel sperma ditandai dengan
mimpi basah pada usia pubertas. Pada sistem reproduksi wanita memiliki vagina dan
ovarium untuk menghasilkan ovum. Kematangan sel telur atuovum ditandai menarche
pada usia antara 13-16 tahun. Apabila terjadi pertemuan antara sel sperma dan sel ovum
akan terjadi kehamilan yang akan berkembang menjadi janin.
Janin yang berkembang didalam rahim memiliki ancaman terhadap efek toksik yang
ditimbulkan dari luar. Oleh sebab itu perlu adanya pengetahuan mengenai efek toksik
yang mengancam perkembangan janin. Semoga makalah yang kami susun ini
3.2 Saran
Demi sempurnanya makalah ini kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca agar makalah ini bisa menjadi lebih baik untuk selanjutnya.
Serta dari makalah ini kami menyarankan kepada para pembaca agar lebih memperhatikan
perkembangan janin agar terhindar dari efek toksik, serta memahami alat reproduksi dengan
baik.
25
DAFTAR PUSTAKA
Klaasen, Curtis D., Mary O. Amdur, and John Doull. Toxicology: The Basics science of
press, 1995.
26