You are on page 1of 29

LAPORAN PENDAHULUAN

FIBROSARCOMA

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Stase Keperawatan Paliatif


Program Profesi Ners Angkatan XXXVI Fakultas Keperawatan Universitas
Padjadjaran

DISUSUN OLEH :

Siti Hartinah
220112180096

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXXVI


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2019
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Teori Tentang Penyakit


1. Definisi
Sarkoma adalah kanker yang perkembangannya dimulai di jaringan lunak
tubuh (Ranchod & Pietrangelo, 2017). Fibrosarkoma adalah neoplasma ganas
yang berasal dari sel mesenkim, dimana secara histologi sel yang dominan adalah
sel fibroblas. Pembelahan sel yang tidak terkontrol dapat menginvasi jaringan
lokal atau pun bermetastase jauh ke bagian tubuh yang lain (Krygier et al., 2009).
Perkembangan fibrosarcoma mulai dari jaringan fibrosa yang membungkus
tendon, ligamen, dan otot. Meskipun dapat berasal dari area mana pun di tubuh,
fibrosarcoma paling sering terjadi di kaki atau batang tubuh (Ranchod &
Pietrangelo, 2017).

2. Epidemiologi
Fibrosarcoma mewakili sekitar 5 persen dari sarkoma tulang primer.
Insidensi fibromasarcoma dapat terbilang sangat jarang, mempengaruhi sekitar 1
dari 2 juta orang (Ranchod & Pietrangelo, 2017). Fibrosarkoma merupakan
keganasan yang sering terjadi terutama akibat paparan radiasi. Sebagian besar
kasus mengenai usia diantaran 30-50 tahun dengan proporsi jumlah laki-laki yang
lebih dominan terkena. Seseorang dengan riwayat infark tulang atau iradiasi
merupakan faktor risiko pada fibrosarkoma sekunder. Fibrosarkoma pada grade
yang tinggi merupakan faktor risiko yang signifikan untuk terjadi metastasis dan
kekambuhan lokal (McCance & Huether, 2010).

3. Etiologi
Penyebab pasti dari fibrosarkoma belum diketahui, namun ada beberapa
faktor yang sering berkontribusi seperti faktor radiasi yang menyebabkan adanya
perubahan genetik oleh karena hilangnya alel, poin mutasi, dan translokasi
kromosom. Selain beberapa penyebab di atas, fraktur tulang, penyakit paget, dan
operasi patah tulang juga dapat menimbulkan fibrosarkoma sekunder (McCance
& Huether, 2010).

4. Klasifikasi
Menurut Boston’s Children Hospital (2018) terdapat dua bentuk
fibrosarcoma:
1. Fibrosarcoma infantil atau kongenital adalah sarkoma jaringan lunak
yang paling umum ditemukan pada anak-anak di bawah satu
tahun.Fibrosarcoma bentuk ini biasanya tumbuh lambat, dan cenderung
lebih jinak daripada fibrosarcoma pada anak yang lebih tua.
2. Fibrosarkoma bentuk dewasa dapat terjadi pada anak-anak yang lebih
tua dan pada remaja, kira-kira antara usia 10 dan 15. Lebih agresif
daripada fibrosarcoma infantil dan umumnya melibatkan perawatan
yang lebih kompleks.
Berikut ini merupakan tahapan fibrosarcoma (Ranchod & Pietrangelo,
2017):
a. Tahap 1
1A: Tumor low-grade, berukuran 5 cm atau lebih kecil.
1B: Tumor low-grade, berukuran lebih besar dari 5 cm.
b. Tahap 2
2A: Tumor mid atau high-grade, berukuran 5 cm atau lebih kecil.
2B: Tumor mid atau high-grade, berukuran lebih besar dari 5 cm.
c. Tahap 3
Tumor high-grade berukuran lebih besar dari 5 cm, atau berada dalam
kelas dan ukuran apa pun, ditambah itu telah menyebar ke kelenjar
getah bening yang ada di dekatnya (stadium lanjut 3).
d. Tahap 4
Tumor primer, semua tingkatan dan ukuran, tetapi kanker telah
menyebar ke bagian tubuh yang jauh.
5. Patofisiologi
Fibrosarkoma dapat terjadi akibat pengaruh paparan radiasi dari lingkungan
yang mengakibatkan terjadinya translokasi kromosom pada sekitar 90% kasus. X-
radiation dan gamma radiation paling berpotensi menyebabkan kerusakan
jaringan. Ionisasi radiasi menyebabkan terjadinya perubahan genetik yang
meliputi mutasi gen, mutasi mini-satellit (perubahan jumlah DNA sequences),
formasi mikronukleus (tanda kehilangan atau kerusakan kromosom), aberasi
kromosomal (struktur dan jumlahnya), perubahan ploidi (jumlah dan susunan
kromosom), DNA stand breaks dan instabilitas kromosom. Ionisasi radiasi
mempengaruhi semua fase dalam siklus sel, namun fase G2 merupakan yang
paling sensitif.
Sepanjang hidup sel pada sumsum tulang, mukosa usus, epitelium testikular
seminuferus, folikel ovarium rentan mengalami trauma dan sebagai akibatnya
akan selalu mengalami proses mitosis. Iradiasi selama proses mitosis
mengakibatkan aberasi kromosomal. Tingkat kerusakan bergantung pada
intensitas, durasi, dan kumulatif dari radiasi.
DNA dapat mengalami kerusakan secara langsung maupun tidak langsung
melalui interaksi dengan reactive products yang berupa radikal bebas.
Pengamatan terhadap kerusakan DNA diduga sebagai hasil perbaikan DNA atau
sebagai akibat dari replikasi yang salah. Perubahan ekspresi gen memicu
timbulnya suatu tumor. Sebagai akibat paparan x-radiation dan gamma radiation
sangat kuat berkorelasi terhadap timbulnya keganasan atau kanker. Kerusakan
DNA yang dimanifestasikan dalam bentuk translokasi kromosom gene COL1A1
pada kromosom 17 dan gen platelet-derived growth factor B pada kromosom 22
mengakibatkan terjadinya keganasan pada jaringan fibrous. Perubahan
fibrosarkoma dicirikan dengan pertumbuhan pola herringbone yang nampak pada
klasik fibrosarkoma (McCance, & Huether, 2010; Wong, 2008).
6. Manifestasi klinis
Gejala pada fibrosarkoma pada awal mulanya sering tidak tampak atau
tanpa dirasakan adanya nyeri. Biasanya tumor baru tampak setelah timbul gejala
dan teraba suatu benjolan. Pada lesi yang besar terjadi peregangan pada kulit dan
nampak mengkilat berwarna keunguan. Pada massa yang sangat besar terjadi
pelebaran pembuluh darah vena (Sriwibowo, 2005).
Rasa sakit, bengkak, dan kehilangan rentang gerak adalah gejala yang
paling umum, tetapi gejala tersebut bisa dialami di setiap sarkoma tulang (Krygler
& Lewis, 2018). Macmillan Cancer Support (2016) menyebutkan bahwa pasien
fibrosarcoma mungkin saja dapat mengalami:
a. Nyeri terus-menerus di daerah tumor, yang mungkin terasa seperti
keseleo
b. Bengkak di sekitar tulang
c. Kesulitan untuk menggerakkan sendi atau anggota tubuh
d. Mati rasa di area tubuh, karena tumor menekan saraf
e. Tulang rapuh, mudah patah, karena tulang telah dilemahkan oleh kanker
Tanda dan gejala fibrosarkoma sulit dibedakan dari tumor lainnya sehingga
diperlukan pemeriksaan jaringan dengan mikroskop agar didapatkan grade dan
staging dari fibrosarkoma.
Tabel 1. Grading (Derajat Keganasan)
TNM two – grade System Three – grade System Four – grade system
Low – grade Grade I Grade I
Grade II
High – grade Grade II Grade III
Grade III Grade IV

Tabel 2. Stage Grouping


Stage IA T1a N0, Nx M0 Low grade
T1b N0, Nx M0
Stage IB T2a N0, Nx M0
T2b N0, Nx M0
Stage IIA T1a N0, Nx M0 High Grade
T1b N0, Nx M0
Stage IIB T2a N0, Nx M0
Stage IIIB T2b N0, Nx M0
Stage IV Any T N1 M0 Any grade
Any T Any N M1 Any grade
Keterangan :
1 Primary Tumor
Tx Primary tumor canot be assessed
T0 No evidence of primary tumor
T1 Tumor 5 cm or less in greatest dimension
T1a Superficial tumor
T1b Deep tumor
T2 Tumor more than 5 cm in greatest dimension
T2a Superficial tumor
T2b Deep tumor
N Regional Lymph Nodes
Nx Regional lymph nodes cannot be assessed
N0 No regional lymph node metastasis
N1 Regional lymph node metastasis
M Distant metastasis
Mx Distant metastasis cannot be assessed
M0 No distant metastasis
M1 Distant metastasis

7. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan pada kasus fibrosarkoma meliputi
(Sjamsuhidajat & de Jong, 2007):
a. Foto Rontgen
Pada foto rontgen biasanya tampak massa isodens berlatar belakang
bayangan otot. Selain itu juga bisa menunjukkan reaksi tulang akibat
invasi tumor jaringan lunak seperti destruksi, reaksi periosteal atau
remodeling tulang.
b. Ultrasonografi
Pada pemeriksaan tumor jaringan lunak, ultrasonografi memiliki dua
peran utama yaitu dapat membedakan tumor kistik atau padat dan
mengukur besarnya tumor.
c. CT-scan
Pada kasus fibrosarkoma pemeriksaan CT-scan biasanya digunakan
untuk mendeteksi klasifikasi dan osifikasi serta melihat metastase
tumor di tempat lain.
d. MRI
MRI merupakan modalitas diagnostik terbaik untuk mendeteksi,
karakterisasi, dan menentukan stadium tumor. MRI mampu
membedakan jaringan tumor dengan otot di sekitarnya dan dapat
menilai terkenatidaknya komponen neurovaskuler yang penting dalam
limb salvage surgery. MRI juga bisa digunakan untuk mengarahkan
biopsi, merencanakan teknik operasi, mengevaluasi respon kemoterapi,
penentuan ulang stadium, dan evaluasi jangka panjang terjadinya
kekambuhan lokal.
e. Histopatologi
Pemerikaan histopatologi dilakukan dengan melakukan biopsi. Biopsi
terbuka meliputi incisi dan eksisi. Incisi dilakukan bila ukuran tumor
lebih dari 3 cm sementara pemeriksaan eksisi dilakukan jika ukuran
tumor kurang dari 3cm. Biopsi tertutup meliputi core biopsy / Tru-cut
biopsy dan biopsi aspirasi jarum halus
Pada gambaran histologi fibrosarkoma memiliki pola pertumbuhan
fascicula sel berbentuk fusiform ataupun spindle. Batas antar sel
nampak tidak jelas dengan sedikit sitoplasma dan serabut kolagen
membentuk anyaman paralel. Histologi grading terutama berdasarkan
derajat selularitas, diferensiasi sel, gambaran mitotik dan jumlah
kolagen yang dihasilkan oleh sel nekrosisnya (Wong, 2008). Pada grade
rendah nampak sel spindle yang beraturan dalam fasikula dengan
selularitas rendah sampai sedang dan nampak seperti herringbone.
Terdapat nuklear pleomorfisme derajat rendah dan jarang bermitosis
dan nampak stroma kolagen. Pada grade tinggi terlihat nuclear
pleomorfisme yang tajam, selularitas lebih luas, dan mitosis atypical.
Nukleus dapat berbentuk spindle, oval atau bulat. Penampilan histologi
fibrosarkoma grade tinggi mirip dengan tumor lainnya seperti
malignant fibrous histiocytoma, liposarcoma atau synovial sarcoma.
8. Penatalaksanaan farmakologi dan non farmakologi
Penatalaksanaan pada pasien fibrosarcoma didasarkan dari banyak faktor
seperti (Ranchod & Pietrangelo, 2017):
a. Kelas, ukuran, dan lokasi tumor primer
b. Sejauh mana kanker telah menyebar
c. Usia dan kesehatan umum pasien
d. Riwayat kesehatan sebelumnya
Surgical resection dengan wide margins adalah penatalaksanaan yang biasa
dilakukan. Pada fibrosarkoma dengan low grade operasi biasanya adekuat,
meskipun kekambuhan lokal terjadi dalam 11% pada pasien. Sedangkan pada
fibrosarkoma dengan high grade sering membutuhkan preoperatif atau anjuvant
chemotherapi setelah operasi untuk memenuhi kelangsungan hidup. Kemoterapi
merupakan hal yang kontroversial namun kemoterapi baik digunakan dalam lesi
tulang.
Dalam penatalaksanaan fibrosarcoma kadang diperlukan amputasi untuk
menciptakan margin yang aman tapi dengan pertimbangan berupa :
a. Massa jaringan lunak luas dan atau dengan adanya keterlibatan kulit
b. Keterlibatan arteri atau nervus utama
c. Keterlibatan tulang yang luas yang mengharuskan whole bone resection
d. Rekuren tumor yang sebelumnya sudah di radiasi adjuvant.
Pendekatan baru pada fibrosarcoma yaitu pengangkatan dengan
pembedahan dengan mengisolasi dan disambung ke sirkuit ekstrakorporal dengan
pengaturan suhu dan oksigenasi. Dalam hal ini toksisitas dapat dihindari karena
adanya isolasi (Meyers, 2008; Moreland, 2004).
B. Clinical Pathway

Radiasi sinar-X
dan sinar gamma

Translokasi
kromosom

Ansietas
Abrasi
kromosom
Kurang
Pre-operatif
Pertumbuhan pengetahuan
jaringan
Tindakan
abnormal pada
pembedahan Resiko infeksi
jaringan fibrosa Intra-operatif
untuk area
menghilangkan pembedahan
Fibrosarcoma tumor

Post-operatif Efek sedasi,


Tumor menekan Sulit unttuk anasthesia,
saraf menggerakkan analgesi
anggota tubuh
Merangsang Risiko jatuh
pusat nyeri di Hambatan
SSP mobilitas fisik

Aktivasi
mediator nyeri

Nyeri akut
C. Fase Paliative
a. Konsep Paliative
Pelayanan paliatif pasien kanker adalah pelayanan
terintegrasi oleh tim paliatif untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien dan memberikan dukungan bagi keluarga yang menghadapi
masalah yang berhubungan dengan kondisi pasien dengan
mencegah dan mengurangi penderitaan melalui identifikasi dini,
penilaian yang seksama serta pengobatan nyeri dan masalah-
masalah lain, baik masalah fisik, psikososial dan spiritual, serta
pelayanan masa dukacita bagi keluarga (Kementerian Kesehatan
RI, 2015).
Perawatan paliatif juga mencakup pelayanan terintegrasi
antara dokter, perawat, pekerja sosial, psikolog, konselor spiritual,
relawan, apoteker dan profesi lain yang diperlukan. Pendekatan
paliatif yang perlu diperhatikan, yaitu: 1) komunikasi antar tim, 2)
manajemen nyeri, 3) bimbingan dan pertimbangan budaya dalam
pengambilan keputusan, dan 4) dukungan emosional dan spiritual
bagi pasien dan keluarga (Kementerian Kesehatan RI, 2013).
Perawatan paliatif diberikan sejak diagnosa ditegakkan
sampai akhir hayat. Artinya tidak memperdulikan pada stadium
dini atau lanjut, masih bisa disembuhkan atau tidak, mutlak
perawatan paliatif harus diberikan kepada penderita. Perawatan
paliatif tidak berhenti setelah penderita meninggal, tetapi masih
diteruskan dengan memberikan dukungan kepada anggota keluarga
yang berduka (Kementerian Kesehatan RI, 2013).
Kementerian Kesehatan RI (2013) juga menjelaskan bahwa
prinsip pelayanan paliatif pasien kanker, yaitu: 1) menghilangkan
nyeri dan gejala fisik lain, 2) menghargai kehidupan dan
menganggap kematian sebagai proses normal, 3) tidak bertujuan
mempercepat atau menunda kematian, 4) mengintegrasikan aspek
psikologis, social dan spiritual, 5) memberikan dukungan agar
pasien dapat hidup seaktif mungkin, 6) memberikan dukungan
kepada keluarga sampai masa dukacita, 7) menggunakaan
pendekatan tim untuk mengatasi kebutuhan pasien dan
keluarganya, 8) menghindari tindakan sia-sia.
Menurut Kementerian Kesehatan RI (2015) selain kepada
penderitanya, perawatan paliatif juga memberi dukungan kepada
seluruh anggota keluarga dan pelaku rawat lainnya.
kegiatan/aktivitas paliatif yang diberikan oleh petugas kesehatan
kepada keluarga, yaitu membantu keluarga memahami pilihan
perawatan yang tersedia, meningkatkan kehidupan sehari-hari
penderita, mengurangi kekhawatiran dari orang yang dicintai
(asuhan keperawatan keluarga) dan memberi kesempatan sistem
pendukung yang berharga.
b. Konsep Berduka/Kehilangan Pada Pasien Paliative
Setelah didiagnosa kanker payudara, walaupun masih
stadium dini, umumnya penderita akan gangguan ideal diri, syok
dan takut, serta memunculkan suatu penolakan emosi yang begitu
hebat. Keadaan tersebut membuatn pasien banyak pikiran, mulai
merasa tidak sempurna lagi bahkan sampai merasa malu terhadap
suaminya jika pasien sudah menikah. Bahkan, masalah psikologis
tersebut akan bertambah setelah pasien melakukan pembedahan
mastektomi, individu merasakan kekhawatiran tentang bentuk
tubuh yang dinilai tidak seimbang karena merasa kehilangan
anggota tubuhnya, kehilangan kepercayaan diri, merasa menjadi
orang lain karena adanya perubahan secara fisik, menurunnya self-
esteem (Rahmadhani, 2016).
Kehilangan adalah suatu situasi aktual maupun potensial
yang dapat dialami individu ketika terjadi perubahan dalam atau
berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada,baik sebagian atau
keseluruhan (Sari, 2015). Beberapa tahap proses kehilangan
diantaranya fase akut yang berlangsung selama 4 – 8 minggu
setelah kematian,yang terdiri atas tiga proses yaitu syok dan tidak
percaya, perkembangan kesadaran,serta restitusi serta fase jangka
panjang yaitu berlangsung selama satu sampai dua tahun atau lebih
lama dan reaksi berduka yang tidak terselesaikan akan menjadi
penyakit yang tersembunyi dan termanifestasi dalam berbagai
gejala fisik (Nihayati , 2015).
Kubler-Ross tahun 1969 mengungkapkan bahwa tahapan
kehilangan yang dihadapi oleh pasien kanker terdiri dari 5 tahap,
yaitu Penyangkalan dan penolakan diri (denial), kemarahan
(anger), penawaran (bargaining), depresi (depresi), penerimaan
(Acceptance)
c. Peran Perawat dalam Perawatan Paliative
Menurut Kementerian Kesehatan RI (2015) perawat harus
memiliki pengetahuan dan keterampilan sesuai prinsip-prinsip
pengelolaan paliatif. Perawat paliatif bertanggung jawab dalam
penilaian, pengawasan, dan pengelolaan asuhan keperawatan
pasien paliatif.
1) Perawat sebagai koordinator layanan paliatif
Menyiapkan pelaksanaan program paliatif, baik rawat jalan,
rawat inap atau rawat rumah. Menyiapkan peralatan medis yang
diperlukan. Mendistribusikan dan menghubungi tenaga
pelaksana kepada anggota tim atau ke unit layanan lain.
Menyusun jadwal kunjungan dan tenaga paliatif yang
diperlukan. Mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan program
paliatif.
2) Perawat sebagai tenaga pelaksana
Menerima permintaan asuhan keperawatan dari koordinator
program paliatif. Berkoordinasi dengan anggota tim lain.
Menganalisa, menegakkan dan melakukan asuhan keperawatan
sesuai kebutuhan dan kondisi pasien. Menginformasikan dan
mengedukasi pelaku rawat atau penanggung jawab pasien.
Melaporkan setiap perkembangan pasien kepada dokter
penanggung jawab dan koordinator program paliatif. Evalusi
asuhan keperawatan yang telah dilakukan secara langsung atau
tidak langsung melalui laporan harian pelaku rawat.
Mengusulkan asuhan keperawatan baru atau lanjutan kepada
dokter penanggung jawab atau koordinator bila diperlukan.
Merubah asuhan keperawatan sesuai kesepakatan dan
persetujuan dokter penanggung jawab serta menginformasikan
kepada pelaku rawat. Melakukan pencatatan dan pelaporan.
Mengontrol pemakaian obat dan pemeliharaan alat medis
3) Perawat Homecare
Menerima permintaan perawatan homecare dari dokter
penanggung jawab pasien melalui koordinator program paliatif.
Berkoordinasi dan menganalisa program homecare dan dokter
penanggung jawab dan koordinator program paliatif.
Melakukan asuhan keperawatan sesuai program yang
direncanakan. Reevaluasi atau evaluasi asuhan keperawatan
yang telah dilaksanakan. Melaporkan setiap perkembangan
pasien kepada dokter penangung jawab pasien. Mengusulkan
asuhan keperawatan baru bila diperlukan. Melaksanakan
pencatatan dan pelaporan.
4) Pelaku rawat (caregiver)
Melakukan atau membantu pasien melakukan perawatan diri
dan kegiatan sehari hari (memandikan, memberi makan,
beraktifitas sesuai kemampuan pasien, dll). Memberikan obat
dan tindakan keperawatan sesuai anjuran dokter. Melaporkan
kondisi pasien kepada perawat. Mengidentifikasi dan
melaporkan gejala fisik dan gejala lain kepada perawat
D. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,
alamat, dan lain-lain.
b. Keluhan Utama
Pasien fibrosarcoma mungkin datang dengan keluhan nyeri tulang yang
disertai dengan adanaya pembengkakan.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Perlu ditanyakan kapan terjadi dan bagaimana sifat pertumbuhan
benjolan, keluhan yang berhubungan dengan infiltrasi dan penekanan
terhadap jaringan sekitar, dan ketuhan yang berhubungan dengan
metastasis jauh.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Ditanyakan riwayat kesehatan pasien, tertama untuk penyakit – penyakit
yang dapat memperberat kondisinya saat ini, misalnya memiliki DM.
Dapatkan juga informasi sejak mulai kapan dan bagaimana riwayat
pengobatannya.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Ditanyakan apakah ada keluarga yang memiliki penyakit yang sama
ataupun menderita tumor atau kanker jenis yang lain. Ditanyakan juga
penyakit – penyakit menular dan menurun yang diderita oleh keluarga
yang lain seperti hipertensi, DM, Gangguan Jantung, Astma, TBC, dll.
f. Pengkajian Keperawatan
1) Persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan
Menjelaskan tentang bagaimana pendapat pasien maupun keluarga
mengenai apakah kesehatan itu dan bagaimana pasien dan keluarga
mempertahankan kesehatannya.
2) Pola nutrisi/metabolik
Terdiri dari antropometri yang dapat dilihat melalui lingkar lengan
atau nilai IMT, biomedical sign merupakan data yang diperoleh
dari hasil laboratorium yang menunjang, clinical sign merupakan
tanda-tanda yang diperoleh dari keadaan fisik pasien yang
menunjang, diet pattern merupakan pola diet atau intake makanan
dan minuman yang dikonsumsi.
3) Pola eliminasi: BAB dan BAK (frekuensi, jumlah, warna,
konsistensi, bau, karakter)
4) Pola aktivitas & latihan: Activity Daily Living, status oksigenasi,
fungsi kardiovaskuler, terapi oksigen.
5) Pola tidur & istirahat : durasi, gangguan tidur, keadaan bangun
tidur
6) Pola kognitif & perceptual : fungsi kognitif dan memori, fungsi dan
keadaan indera
7) Pola persepsi diri : gambaran diri, identitas diri, harga diri, ideal
diri, dan peran diri
8) Pola seksualitas & reproduksi : pola seksual dan fungsi reproduksi
9) Pola peran & hubungan
10) Pola manajemen & koping stres
11) Sistem nilai dan keyakinan : oleh pasien maupun masyarakat
g. Pemeriksaan fisik
Hasil pemeriksaan fisik tergantung pada tingkat keganasan tumor serta
apakah tumor sudah bermetastase atau belum. Pada pasien yang
mengalami fibrosarkoma, saat pemeriksaan inspeksi akan terlihat
adanya pembengkakan di bagian fibrosarcoma yang mungkin disertai
dengan nyeri.
2. Diagnosa keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut (00256)
Definisi: pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan berkaitan
dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau yang digambarkan
sebagal kerusakan; awitan yang tiba-tiba atau lambat dengan intensitas
ringan hingga berat, dengan berakhirnya dapat diantisipasi atau diprediksi,
dan dengan durasi kurang dari 3 bulan.
Batasan karakteristik.
- Perubahan selera makan
- Perubahan pada parameter fisiologis
- Diaforesis
- Perilaku distraksi
- Bukti nyeri dengan menggunakan standar daftar periksa nyeri untuk
pasien yang tidak dapat mengungkapkannya
- Fokus menyempit
- Sikap melindungi area nyeri
- Perilaku protektif
- Laporan tentang perilaku nyeri/ perubahan aktivitas
- Dilatasi pupil
- Keluhan tentang intensitas menggunakan standar skala nyeri
- Keluhan tentang karakteristik nyeri dengan menggunakan standar
instrumen nyeri
- Fokus pada diri sendiri
- Perilaku ekspresif
- Ekspresi wajah nyeri
- Sikap tubuh melindungi
- Putus asa

Faktor yang berhubungan


- Agens cedera biologi
- Agens cedera kimiawi
- Agens cedera fisik
2. Hambatan mobilitas fisik (00085)
Definisi:keterbatasan dalam gerakan fisik satu atau lebih ekstremitas secara
mandiri dan terarah.

Batasan karakteristik:
- Hambatan gangguan sikap berjalan
- Hambatan penurunan keterampilan motorik halus
- Hambatan penurunan keterampilan motorik kasar
- Hambatan penurunan rentang gerak
- Hambatan waktu reaksi memanjang
- Hambatan membolak-balik posisi
- Hambatan melakukan aktivitas lain sebagai pengganti pergerakan
- Ketidaknyamanan
- Dyspnea setelah beraktivitas
- Tremor akibat bergerak
- Instabilitas postur
- Gerakan lambat
- Gerakan spastik
- Gerakan tidak terkoordinasi

Faktor yang berhubungan:


- Intoleransi aktivitas
- Ansietas
- Indeks massa tubuh di atas persentil ke-75 sesuai usia
- Kepercayaan budaya tentang aktivitas yang tepat
- Penurunan kekuatan otot
- Penurunan kendali otot
- Penurunan massa otot
- Penurunan ketahanan tubuh
- Depresi
- Disuse
- Kurang dukungan lingkungan
- Kurang pengetahuan tentang nilai aktivitas fisik
- Kaku sendi
- Malnutrisi
- Nyeri
- Fisik tidak bugar
- Keengganan memulai pergerakan
- Gaya hidup kurang gerak

Kondisi terkait:
- Kerusakan integritas struktur tulang
- Gangguan fungsi kognitif
- Gangguan metabolisme
- Kontraktur
- Keterlambatan perkembangan
- Gangguan musculoskeletal
- Gangguan neuromuscular
- Agens farmaseutika
- Program pembatasan gerak
- Gangguan sensori perseptual

3. Ansietas (00146)
Definisi perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai
respons otonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh
individu); perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.
Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu
akan adanya bahaya dan memampukan individu untuk bertindak
menghadapi ancaman.
Batasan karakteristik
Perilaku
a. Agitasi
b. Gelisah
c. Gerakan ekstra
d. Insomnia
e. Kontak mata yang buruk
f. Melihat sepintas
g. Mengekspresikan kekhawatiran karena perubahan dalam peristiwa
hidup
h. Penurunan produktivitas
i. Perilaku mengintai
j. Tampak waspada
Afektif
a. Berfokus pada diri sendiri
b. Distress
c. Gelisah
d. Gugup
e. Kesedihan yang mendalam
f. Ketakutan
g. Menggemerutukkan gigi
h. Menyesal
i. Peka
j. Perasaan tidak adekuat
k. Putus asa
l. Ragu
m. Sangat khawatir
n. Senang berlebihan
Fisiologis
a. Gemetar
b. Peningkatan keringat
c. Peningkatan ketegangan
d. Suara bergetar
e. Tremor
f. Tremor tangan
g. Wajah tegang
4. Resiko infeksi area pembedahan (Domain 11.
Keamanan/Perlindungan, Kelas 2. Infeksi, Kode 00266)
Definisi rentan terhadap invasi organisme patogenik pada area pembedahan
yang dapat mengganggu kesehatan
Faktor risiko
a. Alkoholisme
b. Obesitas
c. Merokok
Populasi beresiko
a. Suhu dingin di ruang operasi
b. Jumlah personel berlebihan selama prosedur bedah
c. Peningkatan pemajanan lingkungan terhadap pathogen
d. Nilai status kesehatan fisik menurut American Society of
Anesthesiologist (ASA) tidak optimal ≥ 2
e. Kontaminasi luka bedah
Kondisi terkait
a. Masalah penyerta
b. Diabetes mellitus
c. Durasi pembedahan
d. Hipertensi
e. Imunosupresi
f. Profilaksis antibiotic tidak adekuat
g. Profilaksis antibiotic tidak efektif
h. Infeksi pada area pembedahan lain
i. Prosedur invasif
j. Osteoarthritis pasca-traumatik
k. Artritis rheumatoid
l. Tipe anesthesia
m. Tipe prosedur bedah
n. Penggunaan implant dan/atau prostesa
5. Resiko jatuh (00155)
Definisi rentan terhadap peningkatan risiko jatuh yang dapat menyebabkan
bahaya fisik dan gangguan kesehatan
Faktor risiko
Dewasa
a. Penggunaan alat bantu (misal walker, kursi roda, tongkat)
b. Prosthesis ekstremitas bawah
c. Riwayat jatuh
d. Tinggal sendiri
e. Usia ≥ 60 tahun
Kognitif
a. Gangguan fungsi kognitif
Fisiologis
a. Anemia
b. Artritis
c. Diare
d. Defisit proprioseptif
e. Gangguan keseimbangan
f. Gangguan mendengar
g. Gangguan mobilitas
h. Gangguan visual
i. Gangguan pada kaki
j. Hipotensi ortostatik
k. Inkontinensia
l. Kesulitan gaya berjalan
m. Mengantuk
n. Neoplasma
o. Neuropati
p. Penurunan kekuatan ekstremitas bawah
q. Penyakit vaskuler
r. Periode pemulihan pasca operasi
s. Perubahan kadar gula darah
t. Sakit akut
3. Perencanaan/Nursing Care Plan
No. Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC) Paraf
Keperawatan dan
Nama
1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam Manajemen Nyeri (1400)
menunjukkan kriteria hasil 1. Lakukan pengkajian nyeri
Kontrol nyeri (1605) komprehensif yang meliputi lokasi,
No. Indikator Awal Tujuan karakteristik, durasi, frekuensi,
1 2 3 4 5 kualitas, intensitas, dan faktor
1. Mengenali kapan 2 √ pencetus
nyeri terjadi 2. Observasi adanya petunjuk
2. Menggambarkan 2 √
nonverbal mengenai
faktor penyebab
ketidaknyamanan
3. Menggunakan 2 √
tindakan 3. Perawatan analgesik bagi pasien
pencegahan dilakukan dengan pemantauan yang
4. Menggunakan 2 √ ketat
tindakan 4. Kendalikan faktor lingkungan yang
pengurangan nyeri dapat mempengaruhi respon klien
tanpa analgesic
terhadap ketidaknyamanan
5. Melaporkan nyeri 2 √
5. Anjurkan pasien untuk memonitor
yang terkontrol
Keterangan nyeri dan menangani nyeri dengan
1. Tidak pernah menunjukkan tepat
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang-kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan Pemberian analgesik (2210)
5. Secara konsisten menunjukkan 1. Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas dan keparahan nyeri
sebelum mengobati
2. Cek adanya riwayat alergi obat
3. Pilih analgesik atau kombinasi
analgesik yang sesuai ketika lebih
dari satu diberikan
4. Berikan analgesik sesuai waktu
paruhnya, terutama pada nyeri yang
berat
5. Cek perintah pengobatan meliputi
obat, dosis dan frekuensi obat
analgesik yang diresepkan
2. Hambatan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam NIC: terapi aktifitas: ambulasi
mobilitas fisik pasien menunjukkan hasil: (0221)
1. Dorong untuk duduk di tempat
KoordinasiPergerakan (0212) tidur, di samping tempat tidur
Tujuan ("menjuntai"), atau di kursi,
No Indikator
1 2 3 4 5 sebagaimana yang dapat
1. Kontraksi kekuatan otot √ ditoleransi [pasien)
2. Bentuk otot √ 2. Bantu pasien untuk duduk di sisi
3. Kecepatan gerakan √ tempat tidur untuk memfasilitasi
4. Kehalusan gerakan √ penyesuaian sikap tubuh
5. Kontrol gerakan √ 3. Bantu pasien untuk perpindahan,
6. Kemantapan gerakan √ sesuai kebutuhan
7. Keseimbangan gerakan √ 4. Bantu pasien untuk berdiri dan
8. Tegangan otot √ ambulasi dengan jarak tertentu
Gerakan kearah yang dan dengan sejumlah staf tertentu
9. √ 5. Dorong ambulasi independen
diinginkan
Gerakan dengan waktu dalam batas aman
10. √ 6. Dorong pasien untuk "bangkit
yang diinginkan
Gerakan dengan sebanyak dan sesering yang
11. kecepatan yang √ diinginkan" (up ad lib), jika
diinginkan sesuai
Gerakan dengan
12. ketepatan yang √
diinginkan
Keterangan:
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu

3. Ansietas Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam, Pengurangan Kecemasan (5820)
menunjukkan kriteria hasil 1. Gunakan pendekatan yang tenang
Tingkat kecemasan (1211) dan meyakinkan
Tujuan 2. Berada di sisi klien untuk
No. Indikator Awal
1 2 3 4 5 meningkatkan rasa aman dan
1. Tidak dapat 1 √ mengurangi ketakuta
beristirahat 3. Dorong verbalisasi peraas, persepsi
dan ketakutan
2. Meremas-remas 2 √ 4. Dengarkan klien
tangan 5. Puji/kuatkan perilaku yang baik
3. Perasaan gelisah 1 √ secara tepat
Peningkatan koping (5230)
4. Mengeluarkan 1 √
perasaan marah 1. Gunakan pendekatan yang tenang
secara dan memberikan jaminan
berlebihan 2. Berikan suasana penerimaan
5. Rasa takut yang 2 √ 3. Evaluasi kemampuan pasien dalam
disampaikan membuat keputusan
secara lisan 4. Dukung kesabaran dalam
Keterangan :
mengembangkan suatu hubungan
1. Berat
5. Instruksikan pasien untuk
2. Cukup berat
menggunakan teknik relaksasi
3. Sedang sesuai dengan kebutuhan
4. Ringan
5. Tidak ada

4. Resiko infeksi Selama dilakukan tindakan keperawatan pasien tidak Kontrol infeksi: intraoperative
area mengalami infeksi, menunjukkan kriteria hasil: 1. Bersihkan debu dan permukaan
pembedahan mendatar dengan pencahyaan di
Keparahan infeksi (0703) ruang operasi
Tujuan 2. Monitor dan jaga suhu ruangan
No. Indikator Awal
1 2 3 4 5 antara 200 dan 240C
1. Kemerahan 3. Monitor dan jaga kelembabab
2. Demam relatif antara 20% dan 60%
3. Nyeri 4. Monitor dan jaga aliran udara yang
4. Malaise berlapis
5. Hilang nafsu 5. Batasi dan kontrol lalu lalang
makan
pengunjung
Keterangan :
6. Verifikasi bahwa antibiotic
1. Berat
profilaksis telah di berikan dengan
2. Cukup berat
tepat
3. Sedang
7. Lakukan tindakan-tindakan
4. Ringan
pencegahan universal
5. Tidak ada
8. Pastikan bahwa ersonel yang akan
melakukan tindakan operasi
mengenakan pakaian yang sesuai
9. Lakukan rancangan tindakan isolasi
yang sesuai
10. Monitor teknik isolasi yang sesuai
11. Verifikasi keutuhan kemasan steril
12. Verifikasi indikator-indikator
sterilisasi
13. Buka persediaan peralattan steril
dengan menggunakan teknik
aseptic
14. Sediakan sikat, jubbah dan sarung
tangan, sesuai kebijakan institusi
15. Bantu pemakaian jubbah dan srung
tangan anggota tim
16. Bantu mengenakan pakaian pasien,
memastikan perlingungan mata,
dan meminimalkan tekanan
terhadap bagian-bagian tubuh
tertentu
17. Pisahkan alat-alat yang steril dan
non steril
18. Monitor area yang steril untuk
menghilangkan ke sterilan dan
penentu waktu istirahat yang benar
sesuai indikasi
19. Jaga keutuhan kateter dan jalus
intravascular
20. Periksa kulit dan jaringan di sekitar
lokasi pembedahan
21. Letakkan handuk basah untuk
mencegah penyatuan cairan
antimikroba
22. Oleskan salep antimikroba pada
lokasi pembedahan sesuai
kebijakan
23. Angkat handuk basah
24. Dapatkan kultur jaringan jika
diperlukan
25. Batasi kontaminasi yang terjadi
26. Berikan terapi antibiotic yang
sesuai
27. Jaga ruangan tetap rapi dan teratur
untuk membatasi kontaminasi
28. Pakai dan amankan pakaian-
pakaian bedah
29. Angkat penutup beserta barang-
barang yang lain untuk membatasi
kontaminasi
30. Bersihkan dan sterilkan instrument
dengan baik
31. Koordinasikan pemberian dan
persiapan ruang operasi untuk
pasien berikutnya
5. Resiko jatuh Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam, Pencegahan jatuh (6490)
menunjukkan kriteria hasil 1. Identifikasi kekurangan kognitif
Kejadian jatuh (1912) atau fisik dari pasien yang mungkin
No. Indikator Awal Tujuan meningkatkan potensi jatuh pada
1 2 3 4 5 lingkungan tertentu
1. Jatuh saat berdiri 2 √ 2. Indentifikasi perilaku dan faktor
2. Jatuh saat duduk 2 √ yang mempengaruhi risiko jatuh
3. Jatuh saat 2 √ 3. Ajarkan pasien untuk beradaptasi
dipindahkan
terhadap modifikasi gaya berjalan
4. Jatuh dari 2 √
yang (telah) disarankan
tempat tidur 4. Letakkan benda-benda dalam
5. Jatuh saat 2 √ jangkauan yang mudah bagi pasien
dipindahkan 5. Monitor kemampuan untuk
Keterangan : berpindah dari tempat tidur ke kursi
1. 10 dan labih atau sebaliknya
2. 7-9
3. 4-6
4. 1-3
5. Tidak ada
DAFTAR PUSTAKA

Boston's Children Hospital. 2018. Fibrosarcoma.


www.childrenshospital.org/conditions-and-
treatments/conditions/f/fibrosarcoma.
Krygier, J.E., et al. 2009. Fibrosarcoma of Bone: Review of A Rare Primary
Malignancy of Bone. http://terryhealey.com/wp-content/Fibrosarcoma.pdf.
Krygler, J., & Lewis, V. 2018. Fibroma of Bone.
http://sarcomahelp.org/fibrosarcoma.html.
Macmillan Cancer Support. 2016. Symptoms of Soft Tissue Sarcomas.
https://www.macmillan.org.uk/information-and-support/soft-tissue-
sarcomas/understanding-cancer/symptoms.html.
McCance, K.L., & Huether, S.E.. 2010. Fibrosarcoma. Pathophysiology The
Biologic for Disease in Adultd and Children. 6th Edition. Canada: Mosby
Elsevier.
Meyers, Steven. P. 2008. Fibrosarcoma, MRI of Bone and Soft Tissue Tumors and
Tumorlik Lessions: Differential Diagnosis and Atlas. Germany: Thieme.
Moreland, L.W. 2004. Fibrosarcoma. Reumatology & Immunology Theraphy.
Newyork: Sprinser.
Ranchod, Y., & Pietrangelo, A. 2017. What is Fibrosarcoma and How is it
Treated. https://www.healthline.com/health/fibrosarcoma.
Sjamsuhidajat, R., & de Jong, W. 2007. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Sriwibowo, Kun. 2005. Akurasi Biopsi Aspirasi Jarum Halus sebagai Sarana
dalam Menegakkan diagnosa Neoplasma Ganas Jaringan Lunak. Bagian
Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Semarang.
http://eprints.undip.ac.id/12551/1/2005PPDS3637.pdf.
Wong, Sandra L. 2008. Diagnosis and Management of Desmoid Tumors and
Fibrosarcoma. Journal of Surgical Oncology. Vol 97. University of
Michigan.
http://deepblue.lib.umich.edu/bitstream/handle/2027.42/58551/20981_ftp.pd
f?sequence=1.

You might also like