Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
OLEH
1
ANALISIS PERENCANAAN DAN PENGADAAN
OBAT DENGAN SISTEM E-CATALOGUE
DI PUSKESMAS DEMPO
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mendapatkan Gelar (S1)
Sarjana Kesehatan Masyarakat Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sriwijaya
OLEH
1
ADMINISTRASI KEBIJAKAN DAN KESEHATAN
Vidia Lestari
ABSTRAK
Proses perencanaan dan pengadaan menjadi bagian yang begitu penting dalam
pengelolaan obat untuk menunjang ketersediaan obat di Puskesmas. Sejak adanya
Era JKN, pengadaan obat yang dilaksanakan berdasarkan e-Catalogue dengan
menggunakan metode pembelian secara elektronik (e-Purchasing). Puskesmas
Dempo Palembang merupakan salah satu puskesmas yang sudah menerapkan
sistem e-Catalogue. Dua tahun sejak diberlakukannya JKN pada awal tahun 2014,
kasus over dan defisit stock obat masih sering ditemukan khususnya di Puskesmas
Dempo. Kebijakan terkait dengan pengadaan obat dengan e-Catalogue masih
belum dilakukan pembahasan secara mendalam untuk mengetahui perubahan
sistem pelayanan kesehatan khususnya pelayanan kefarmasian.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis informasi mengenai proses
pelaksanaan perencanaan dan pengadaan obat dengan sistem e-Catalogue di
Puskesmas Dempo.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan
deskriptif. Informan yang dipilih menggunakan teknik purposive sampling.
Hasil penelitian ini bahwa perencanaan obat dengan sistem e-Catalogue dilakukan
oleh apoteker dengan menggunakan metode konsumsi sebagai perhitungan yang
bersumber pada LPLPO. Pengadaan obat dengan e-Catalogue dilakukan secara
offline jika sewaktu-waktu stok obat benar-benar kosong dan sangat dibutuhkan
dengan mengirimkan surat pesanan kepada PBF.
Kesimpulan penelitian, perencanaan dan pengadaan obat di Puskesmas Dempo
Palembang sudah berjalan sesuai dengan Standar Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 30 Tahun 2014.
Saran penelitian ini sebaiknya diadakan monitoring dan evaluasi secara berkala
oleh pimpinan puskesmas terkait pelaksanaan e-Catalogue.
iii
HEALTH POLICY AND ADMINISTRATION
Vidia Lestari
ABSTRACT
Planning and procurement were important part of logistic management to support the
availability of drugs in public health center. Since the era of National Health Insurance
(JKN), drug procurement with e-Catalogues system is done by using electronically
purchase method (e-Purchasing). Dempo Primary Health Center is one of the public
health centers that have implemented the e-Catalogue system. Two years since the
enactment of National Health Insurance (JKN) in the beginning of 2014, drug over and
deficit stock still in common, especially in the Dempo Primary Health Center. The
policies related to the drug procurement by e-Catalogue still not be discussed in depth
discussion to know the changes of pharmaceutical services in the health care system.
The aim of this study was to analyze the information about the implementation of drug
planning and procurement by e-Catalogue system in Dempo Primary Health Center. This
study used qualitative research method by using descriptive approach. The informants33
were selected by purposive sampling method.
The results of this study showed that the drug planning by using e-Catalogue system was
done by pharmacist using consumption method as a calculation in drug need which is
based on LPLPO. Drug procurement with e-Catalogue system was done in offline by
sending a letter to the PBF if the drug stock completely empty and desperately needed.
The conclusion of this study was drug planning and procurement in the Dempo Primary
Health Center has already appropriated according to the Standards of Pharmaceutical
Services in the Primary Health Center that already set in the Health Minister Regulation
of the Republic of Indonesia Number 30 of 2014.
Suggestions: This study should be done by monitoring and regular evaluation with the
health center leaders related to the implementation of the e-Catalogue.
iv
v
vi
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswi
Tengah, Lampung
Riwayat Pendidikan :
1
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Alhamdulillahirabbil „alamiin.
Puji syukur kehadirat Allah SWT., yang telah memberikan ridha serta
Skripsi ini dibuat untuk memenuhi syarat mata kuliah Skripsi pada semester VIII
dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati
1. Kedua orang tuaku, Ibu dan Bapak serta adikku terimakasih sudah menjadi
dua orang terhebat dalam hidup penulis dan selalu memberikan cinta, doa,
2. Bapak Iwan Stia Budi, S.KM, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kesehatan
3. Ibu Elvi Sunarsih, S.KM, M.Kes, selaku Kepala Program Studi Ilmu
ix
4. Ibu Asmaripa Ainy, S.Si, M.Kes, selaku dosen pembimbing I yang telah
Skripsi.
Skripsi.
7. Ibu drg. Novi Ariati, selaku Manager Internal di Puskesmas Dempo yang
penelitian saya.
8. Ibu Merry, S.KM, selaku Kasubag Tata Usaha yang telah mengarahkan
10. Yuk Putri, S.KM, selaku asisten apoteker di Puskesmas Dempo yang telah
saya.
11. Seluruh informan dari Dinas Kesehatan Kota Palembang maupun dari
Pedagang Besar Farmasi (Kimia Farma dan Indo Farma) yang telah
x
12. Teman sekaligus sahabat Rozy Ahimsyah Pratama S.E, terimakasih atas
Mona, Anis, Nike, Silvia, Hany, Desvi, Amel, Dea dan seluruh mahasiswa
15. Seluruh pihak yang terlibat dan berkontribusi dalam proses pembuatan dan
penyusunan Proposal Skripsi ini, yang tidak dapat saya jabarkan satu per
satu.
Saran dan kritik yang bersifat membangun sangat Penulis harapkan demi
kesempurnaan Skripsi di masa yang akan datang. Semoga Skripsi ini dapat
Penulis
xi
DAFTAR ISI
xii
2.4 E-Purchasing ………………………................................. 26
2.4.1 Definisi E-Purchasing ……...................................... 26
2.4.2 Pengadaan Obat Secara Prosedur E-Purchasing ...... 26
2.4.3 Alur Proses E-Purchasing ……………..................... 28
2.5 E-Catalogue Obat ............................................................. 28
2.5.1 Definisi E-Catalogue Obat ...................................... 28
2.5.2 Tujuan E-Catalogue Obat ........................................ 28
2.5.3 Manfaat E-Catalogue Obat ...................................... 29
2.5.4 Pelaksanaan E-Catalogue Obat ............................... 29
2.6 Penelitian Terdahulu …………………………………….. 30
2.6 Kerangka Teori ................................................................. 35
BAB III KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH .............. 37
3.1 Kerangka Pikir .................................................................. 37
3.2 Definisi Istilah ................................................................... 38
BAB IV METODE PENELITIAN .................................................... 40
4.1 Desain Penelitian .............................................................. 40
4.2 Informan Penelitian ........................................................... 40
4.3 Jenis, Cara dan Alat Pengumpulan Data .......................... 40
4.3.1 Jenis Pengumpulan Data .......................................... 40
4.3.2 Cara Pengumpulan Data ........................................... 41
4.3.3 Alat pengumpulan Data ........................................... 41
4.4 Pengolahan Data ............................................................... 42
4.5 Validasi Data ..................................................................... 44
4.6 Analisa dan Penyajian Data .............................................. 45
BAB V HASIL PENELITIAN …………………………………….. 47
5.1 Gambaran Umum Puskesmas Dempo ………………….. 47
5.2 Hasil Penelitian. ………………………………………… 52
BAB VI PEMBAHASAN …………………………………………… 64
6.1 Keterbatasan Penelitian …………………………………. 64
6.2 Pembahasan …………………………………………….. 64
BAB VII KESIMPULAN dan SARAN ……………………………… 79
DAFTAR PUSTAKA ........................................................... 81
LAMPIRAN ........................................................................... 74
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 5.3 Karakteristik Informan dari Dinas Kesehatan Kota Palembang .... 45
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
DAFTAR ISTILAH
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Universitas Sriwijaya
3
Universitas Sriwijaya
4
Tabel 1.1
Persediaan dan Pemakaian Obat di Puskesmas Dempo Tahun 2015
Hidrokortison Oksimetazolin tts Vit. B
krim 2.5 % hidung (Iliadin Kompleks tab
Drops)
Triwulan Persediaan 192 30 22000
I Pemakaian 112 1 17500
(%) 41.6% (over) 96.6% (over) 20.45% (over)
Triwulan Persediaan 240 29 18100
II Pemakaian 24 4 8600
(%) 90% (over) 86.2% (over) 52.4% (over)
Triwulan Persediaan 312 25 16300
III Pemakaian 110 8 10800
(%) 64.7% (over) 68% (over) 33.7% (over)
Persediaan 250 37 19100
Triwulan
Pemakaian 58 11 13600
IV
(%) 76.8% (over) 70.2% (over) 28.8% (over)
Universitas Sriwijaya
5
Universitas Sriwijaya
6
obat menjadi masalah di Puskesmas Dempo. Hal ini ditunjukkan pada data
persediaan dan pemakaian obat di Puskesmas Dempo tahun 2015 pada
Triwulan I, Hidrokortison krim 2.5 % (over stock 41.6%), Oksimetazolin
tts hidung (Iliadin Drops) (over stock 90.6%), Vit B Kompleks (over stock
20.45%). Triwulan II Hidrokortison krim 2.5 % (over stock 90%),
Oksimetazolin tts hidung (Iliadin Drops) (over stock 56.2%), Vit B
Kompleks (over stock 52.4%). Triwulan III Hidrokortison krim 2.5 %
(over stock 64.7%), Oksimetazolin tts hidung (Iliadin Drops) (over stock
68%), Vit B Kompleks (over stock 33.7%). Triwulan IV Hidrokortison
krim 2.5 % (over stock 76.8%), Oksimetazolin tts hidung (Iliadin Drops)
(over stock 70.2%), Vit B Kompleks (over stock 28.8%). Berdasarkan
data tersebut, ketersediaan obat di Puskesmas harus lebih diperhatikan
khususnya dua tahun terakhir sejak di berlakukannya E-Catalogue obat.
Pengadaan obat berbasis sistem informasi melalui E-Catalogue bertujuan
untuk memperbaiki tingkat efisiensi proses pengadaan. Namun, dalam
praktiknya masih saja ditemukan masalah mengenai ketersediaan obat di
Puskesmas. Padahal, perencanaan dan pengadaan obat menjadi tahap awal
dalam pengelolaan obat untuk menunjang ketersediaan obat yang tepat.
Maka Peneliti merumuskan masalahnya pada perencanaan dan pengadaan
dengan sistem E-catalogue di Puskesmas Dempo.
Universitas Sriwijaya
7
Universitas Sriwijaya
8
Universitas Sriwijaya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
9
10
Universitas Sriwijaya
11
Universitas Sriwijaya
12
a) Metode Konsumsi
Perhitungan dengan metode konsumsi adalah perhitungan
berdasarkan atas analisa konsumsi obat pada tahun sebelumnya.
Untuk menghitung jumlah obat yang dibutuhkan dengan metode
konsumsi perlu diperhatikan beberapa faktor antara lain:
1) pengumpulan dan pengolahan data,
2) analisa data untuk informasi dan evaluasi,
3) perhitungan perkiraan kebutuhan obat,
4) penyesuaian jumlah kebutuhan obat dengan alokasi dana
yang tersedia.
Untuk memperoleh data kebutuhan obat yang mendekati ketepatan,
perlu dilakukan analisa trend pemakaian obat 3 (tiga) tahun
sebelumnya atau lebih. Data yang perlu dipersiapkan untuk
perhitungan dengan metode konsumsi:
Universitas Sriwijaya
13
1) Daftar obat.
2) Stok awal.
3) Penerimaan.
4) Pengeluaran.
5) Sisa stok.
6) Obat hilang/rusak, kadaluarsa.
7) Kekosongan obat.
8) Pemakaian rata-rata/pergerakan obat pertahun.
9) Waktu tunggu.
10) Stok pengaman.
11) Perkembangan pola kunjungan.
Menurut Masnir (2012) langkah-langkah perhitungan kebutuhan
konsumsi adalah :
1) Tentukan periode perencanaan
2) Buat dan isi format mutasi barang
3) Hitung jumlah kebutuhan, yaitu :
a) Hitung penggunaan perbulan = jumlah pemakaian/bulan
pemakaian
b) Hitung jumlah pemakaian selama kekosongan obat
c) Hitung kebutuhan lead time
d) Hitung kebutuhan life saving
e) Hitung total kebutuhan periode ke depan dengan
memperhatikan kenaikan kunjungan
4) Hitung jumlah pesanan
5) Jumlah pesanan = Jumlah kebutuhan – (sisa-yang rusak)
a) Hitung jumlah harga setiap item = jumlah x harga satuan
b) Hitung total harga kebutuhan
Perhitungan metode konsumsi dapat dihitung dengan rumus :
Universitas Sriwijaya
14
Universitas Sriwijaya
15
a) 0 s/d 4 tahun.
b) 5 s/d 14 tahun.
c) 15 s/d 44 tahun.
d) ≥45 tahun.
3) Menyediakan data masing-masing penyakit pertahun untuk
seluruh populasi pada kelompok umur yang ada.
4) Menghitung frekuensi kejadian masing-masing penyakit
pertahun untuk seluruh populasi pada kelompok umur yang ada.
5) Menghitung jenis, jumlah, dosis, frekuensi dan lama pemberian
obat menggunakan pedoman pengobatan yang ada.
6) Menghitung jumlah yang harus diadakan untuk tahun anggaran
yang akan datang
4. Tahap Proyeksi Kebutuhan Obat
Proyeksi Kebutuhan Obat adalah perhitungan kebutuhan obat
secara komprehensif dengan mempertimbangkan data pemakaian obat
dan jumlah sisa stok pada periode yang masih berjalan dari berbagai
sumber anggaran (Kepmenkes RI, 2008).
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah :
a) Menetapkan perkiraan stok akhir periode yang akan datang.
Stok akhir diperkirakan sama dengan hasil perkalian antara
waktu tunggu dengan estimasi pemakaian rata-rata/bulan
ditambah stok pengaman.
b) Menghitung perkiraan kebutuhan pengadaan obat periode tahun
yang akan datang. Perkiraan kebutuhan pengadaan obat tahun
yang akan datang dapat dirumuskan sebagai berikut :
Rumus :
a=b+c+d–e–f
Universitas Sriwijaya
16
Universitas Sriwijaya
17
Universitas Sriwijaya
18
b. Analisa VEN.
Salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi penggunaan dana
obat yang terbatas adalah dengan mengelompokkan obat yang
didasarkan kepada dampak tiap jenis obat pada kesehatan. Semua
jenis obat yang tercantum dalam daftar obat dikelompokkan
kedalam tiga kelompok berikut :
1) Kelompok V :
Adalah kelompok obat yang vital, yang termasuk dalam
kelompok ini antara lain :
a) Obat penyelamat (life saving drugs).
b) Obat untuk pelayanan kesehatan pokok (vaksin, dll).
c) Obat untuk mengatasi penyakit-penyakit penyebab kematian
terbesar.
2) Kelompok E :
Adalah kelompok obat yang bekerja kausal, yaitu obat yang
bekerja pada sumber penyebab penyakit.
3) Kelompok N :
Merupakan obat penunjang yaitu obat yang kerjanya ringan dan
biasa dipergunakan untuk menimbulkan kenyamanan atau untuk
mengatasi keluhan ringan.
Penggolongan obat sistem VEN dapat digunakan untuk :
a) Penyesuaian rencana kebutuhan obat dengan alokasi dana yang
tersedia. Obat-obatan yang perlu ditambah atau dikurangi dapat
didasarkan atas pengelompokan obat menurut VEN.
b) Dalam penyusunan rencanakebutuhan obat yang masuk
kelompok V agar diusahakan tidak terjadi kekosongan obat.
Untuk menyusun daftar VEN perlu ditentukan lebih dahulu
kriteria penentuan VEN. Kriteria sebaiknya disusun oleh suatu
tim. Dalam menentukan kriteria perlu dipertimbangkan kondisi
dan kebutuhan masing-masing wilayah.
Kriteria yang disusun dapat mencakup berbagai aspek antara lain:
a) Klinis
Universitas Sriwijaya
19
b) Konsumsi
c) Target kondisi
d) Biaya
Langkah-langkah menentukan VEN yaitu :
a) Menyusun kriteria menentukan VEN
b) Menyediakan data pola penyakit
c) Merujuk pada pedoman pengobatan
Universitas Sriwijaya
20
1) Pembelian
a) Pelelangan (tender)
b) Pemilihan langsung
c) Penunjukan langsung
2) Swakelola Produksi
Kriterianya adalah obat lebih murah jika diproduksi sendiri.
a) Obat tidak terdapat dipasaran atau formula khusus Rumah Sakit
b) Obat untuk penelitian
3) Kerjasama dengan pihak ketiga
Universitas Sriwijaya
21
a) Sumbangan
b) Lain-lain
2. Pemilihan pemasok
Pemilihan pemasok adalah penting karena dapat mempengaruhi
kualitas dan kuantitas obat dan perbekalan kesehatan.
Persyaratan pemasok antara lain :
1) Memiliki izin Pedagang Besar Farmasi ( PBF ) yang masih berlaku.
Pedagang Besar Farmasi terdiri pusat maupun cabang. Izin
Pedagang Besar Farmasi pusat dikeluarkan oleh Departemen
Kesehatan sedangkan izin untuk Pedagang Besar Farmasi Cabang
dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi.
2) Pedagang Besar Farmasi (PBF) harus memiliki dukungan dari
Industri Farmasi yang memiliki sertifikat CPOB (Cara Pembuatan
Obat yang Baik) bagi masing-masing jenis sediaan obat yang
dibutuhkan.
3) Pedagang Besar Farmasi harus memiliki reputasi yang baik dalam
bidang pengadaan obat, misalnya dalam pelaksanaan kerjanya tepat
waktu.
4) Pemilik dan atau Apoteker/Asisten Apoteker penanggungjawab
Pedagang Besar Farmasi tidak sedang dalam proses pengadilan
atau tindakan yang berkaitan dengan profesi kefarmasian.
5) Mampu menjamin kesinambungan ketersediaan obat sesuai dengan
masa kontrak.
3. Penentuan waktu pengadaan dan kedatangan obat
Waktu pengadaan dan kedatangan obat dari berbagai sumber
anggaran perlu ditetapkan berdasarkan hasil analisa dari data:
a) Sisa stok dengan memperhatikan waktu (tingkat kecukupan obat
dan perbekalan kesehatan).
b) Jumlah obat yang akan diterima sampai dengan akhir tahun
anggaran.
c) Kapasitas sarana penyimpanan.
d) Waktu tunggu.
Universitas Sriwijaya
22
Universitas Sriwijaya
23
Universitas Sriwijaya
24
Universitas Sriwijaya
25
4. Disediakan harus akurat dan disajikan secara cepat dan tepat waktu
dengan mendayagunakan teknologi informasi dan komunikasi.
5. Pengelolaan informasi kesehatan harus dapat memadukan
pengumpulan datamelalui cara-cara rutin (yaitu pencatatan dan
pelaporan) dan cara-cara non rutin (yaitu survei dan lain-lain).
6. Akses terhadap informasi kesehatan harus memperhatikan aspek
kerahasiaan yang berlaku dibidang kesehatan dan kedokteran.
Universitas Sriwijaya
26
2.4 E-Purchasing
Universitas Sriwijaya
27
Universitas Sriwijaya
28
Universitas Sriwijaya
29
Universitas Sriwijaya
30
Universitas Sriwijaya
32
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Terdahulu
No Tahun Peneliti Judul Masalah Desain Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
dan Penerbit Penelitian Penelitian
1 Universitas Umi Athijah, Perencanaan Untuk Pengambilan data Kebutuhan obat di Mendapatkan Melakukan
Airlangga Elida Zairina dan Pengadaan mendapatkan menggunakan Puskesmas masih gambaran tentang perbandingan
dan Anila Obat di gambaran tentang kuisioner dan belum terpenuhi perencanaan dan tentang
Impian Puskesmas perencanaan dan checklist yang dengan baik pengadaan obat di perencanaan dan
Sukorini, (2009) Surabaya Timur pengadaan obat telah divalidasi terutama karena Puskesmas pengadaan obat
dan Selatan di Puskesmas faktor pengadaan sebelum dan
dan hanya sesudah JKN
sebagian kecil dengan metode
pengelola obat penelitian
yang melakukan kualitatif dengan
pengecekan obat pendekatan
secara lengkap deskriptif melalui
teknik analisis
data observasi
partisipatif
2 Universitas Mangindara, Analisis Untuk Jenis penelitian Pengelolaan obat Menggunakan Untuk
Hassanudin Darmawansyah, Pengelolaan menganalisis ini adalah terkait pengadaan, metode penelitian menganalisis
Nurhayani dan Obat di proses penelitian dan yang sama dengan proses
Balqis, (2011) Puskesmas pengelolaan obat kualitatif dengan pendistribusian penelitian ini pengelolaan obat,
Kampala yang meliputi pendekatan sudah memenuhi namun hanya
Kecamatan perencanaan, deskriptif melalui standar pada proses
Sinjai Timur pengadaan, teknik indepth pengelolaan obat perencanaan dan
Kabupaten penyimpanan dan interview dan di puskesmas pengadaan obat
Universitas Sriwijaya
33
3 Universitas Andryani Hubungan Untuk melihat Penelitian ini Penerapan e- Penggunaan E- Pembahasan lebih
Gajah Mada Ningsih, (2015) Penerapan hubungan merupakan katalog baik Catalogue pada ditekankan pada
Elektronik penerapan e- penelitian secara e- proses pengadaan perbedaan
Katalog katalog terhadap deskriptif analitik Purchasing dan obat proses
Terhadap efisiensi dengan desain manual- perencanaan dan
Efisiensi pengadaan dan survey cross Purchasing pengadaan obat
Pengadaan dan ketersediaan obat sectional. Data meliputi indikator sebelum dan
Ketersediaan di RSUD Kelas B diambil secara persiapan, sesudah JKN
Obat di RSUD Yogyakarta. kuantitatif dengan pelaksanaan, dan
Kelas B menggunakan manfaat kendala
Yogyakarta kuesioner dengan memiliki
responden hubungan yang
Farmasi dan signifikan dengan
Pelaksana efisiensi
Pengadaan dan pengadaan dan
Perawat. ketersediaan obat
di RSUD Kelas B
di Yogyakarta.
4 Universitas Sutriatmoko, Analisis Untuk Metode penelitian Manajemen dan Penerapan E- Pembahasan lebih
Gajah Mada (2015) Penerapan E- mengetahui menggunakan kontrol data, Procurement Obat ditekankan pada
Procurement bagaimana metode penelitian kualitas hasil dan Dengan Prosedur perbedaan
Obat Dengan variabel deskriptif analitik produksi, dan E-Purchasing proses
Prosedur E- manajemen dan melalui survei hubungan dengan Berdasar E- perencanaan dan
Purchasing kontrol data, cross sectional. mitra kerja secara Catalogue pengadaan obat
Berdasar E- kualitas hasil dan Pengambilan data parsial sebelum dan
Universitas Sriwijaya
34
Universitas Sriwijaya
2.6 Kerangka Teori
Gambar 2.5
Siklus Manajemen Pengelolaan Obat
menurut Permenkes RI No 30 tahun 2014
Tahap perencanaan obat antara lain: Tahap pengadaan obat antara lain :
35
36
PROSES
FEEDBACK
Gambar 2.6
Kerangka Teori modifikasi dari
Teori Pendekatan Sistem O’Brien dan Markas (2008) dan Permenkes RI No.63
Tahun 2014
Universitas Sriwijaya
BAB III
KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH
Berdasarkan kerangka teori yang sudah dijelaskan pada BAB II, maka
berikut gambaran kerangka pikir penelitian yang mampu menggambarkan
bentuk dan pelaksanaan perencanaan dan pengadaan obat dengan sistem E-
Catalogue :
Gambar 3.1
Kerangka Pikir modifikasi dari
Teori Pendekatan Sistem O’Brien dan Markas (2008) dan Permenkes RI No.63
Tahun 2014
37
38
1. Perencanaan obat adalah suatu proses kegiatan seleksi obat dan perbekalan
kesehatan untuk menentukan jumlah obat dalam rangka pemenuhan
kebutuhan kebutuhan Puskesmas (Kemkes RI, 2008). Perencanaan obat
meliputi beberapa tahap yaitu, pemilihan jenis obat, kompilasi pemakaian
obat, perhitungan jumlah kebutuhan obat, proyeksi kebutuhan obat dan
penyesaian rencana pengadaan obat.
2. Pengadaan obat adalah kegiatan untuk memenuhi kebutuhan operasional
yang telah ditetapkan di dalam fungsi perencanaan (Depkes RI, 2008).
Pengadaan obat meliputi beberapa tahap yaitu, pemilihan metode
pengadaan, pemilihan pemasok, penentuan waktu dan kedatangan obat,
pemantauan status pesanan dan penerimaan serta pemeriksaan obat.
Universitas Sriwijaya
39
Universitas Sriwijaya
BAB IV
METODE PENELITIAN
a. Data Primer
40
41
b. Data Sekunder
Universitas Sriwijaya
42
Tabel 4.1
Daftar Informan dan Wawancara Mendalam
No Informan Jumlah Informasi yang ingin diperoleh
Informan
1. Kepala Puskesmas 1 Standar Operasional Prosedur tahun
Dempo 2015 dan lembar evaluasi dan
pengawasan
2 Kepala instalasi farmasi 1 Dokumen data perencanaan kebutuhan
di Puskesmas Dempo obat, data pengawasan dan evaluasi
pemakaian obat, Standar Operasional
Prosedur SOP) tahun 2015.
Universitas Sriwijaya
43
B. Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data yang
menyajikan gambaran realistik perilaku dan kejadian, untuk
menjawab pertanyaan dan untuk melakukan evaluasi sebagai
pengukuran terhadap aspek tertentu dan melakukan umpan balik
(Herdiansyah, 2010). Observasi dilakukan dengan pengamatan
kegiatan perencanaan dan pengadaan obat di Puskesmas Dempo
Palembang dengan menggunakan lembar observasi yang
berbentuk pedoman checklist untuk melihat pelaksanaan kegiatan.
C. Telaah Dokumen
Sebagian besar data tersimpan dalam bahan yang berbentuk
dokumentasi berupa Laporan LPLPO, kartu stock dan lainnya.
Sifat utama dari data ini tidak terbatas pada ruang dan waktu
sehingga memberi peluang terhadap peneliti untuk mengetahui
hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam (Saryono, 2011).
Pemeriksaan dokumen dilakukan dengan pedoman telaah
dokumen yang berupa checklist kelengkapan dokumen untuk
memastikan keakuratan hasil penelitian yang telah didapatkan.
Universitas Sriwijaya
44
Universitas Sriwijaya
45
a. Triangulasi sumber, yaitu dengan melakukan cross check ulang data antara
informan satu dengan informan lainnya.
b. Triangulasi metode, yaitu dengan menggunakan berbagai metode dalam
teknik pengumpulan data. Metode yang digunakan adalah wawancara
mendalam, observasi dan telaah dokumen.
c. Triangulasi data, yaitu dengan meminta pendapat dari para ahli yang
berada di lingkup Universitas Sriwijaya yaitu dosen Manajemen Logistik
dengan tujuan untuk menghindari subjektifitas pada analisis data. Selain
itu dengan mengumpulkan jurnal-jurnal, berita maupun artikel terkait
penelitian.
Universitas Sriwijaya
BAB V
HASIL PENELITIAN
46
47
Juni 1988, oleh walikota Bapak Kholil Aziz setelah dilakukan rehab
gedung untuk yang pertama kali.
a. Visi
Visi dari Puskesmas Dempo Palembang yaitu Mewujudkan
Kesehatan Masyarakat yang Optimal di Wilayah Kerja.
b. Misi
Misi dari Puskesmas Dempo Palembang, antara lain:
Universitas Sriwijaya
48
Universitas Sriwijaya
49
Pimpinan Puskesmas
Sekretaris
Universitas Sriwijaya
50
Tabel 5.4
Karakteristik Informan dari Puskesmas Dempo Palembang
No Inisial Jabatan Pendidikan Jenis Umur Lama
Kelamin Bekerja
1 NV Manger Internal S2 Perempuan 52 9 Tahun
Puskesmas (Kesmas)
Dempo
2 FN Apoteker S1 Perempuan 34 2 Tahun
(Farmasi)
Apoteker
3 PR Asisten Apoteker S1 Perempuan 28 9 Tahun
(Kesmas)
Universitas Sriwijaya
51
Universitas Sriwijaya
52
Universitas Sriwijaya
53
Universitas Sriwijaya
54
Universitas Sriwijaya
55
Universitas Sriwijaya
56
Universitas Sriwijaya
57
Universitas Sriwijaya
58
Universitas Sriwijaya
59
2. Pemilihan Pemasok
Menurut informasi yang didapat dari hasil wawancara mendalam
oleh informan didapatkan penjelasan mengenai pemilihan pemasok
atau distributor (PBF) di Puskesmas Dempo. Berikut penyataan
informan :
Universitas Sriwijaya
60
Universitas Sriwijaya
61
Universitas Sriwijaya
62
Universitas Sriwijaya
BAB VI
PEMBAHASAN
6.2 Pembahasan
63
64
Distributor Dinas
Kesehatan
Universitas Sriwijaya
65
Universitas Sriwijaya
66
Universitas Sriwijaya
67
Universitas Sriwijaya
68
Universitas Sriwijaya
69
item selain itu pihak dinas kesehatan juga tidak mengecek kembali
terhadap LPLPO puskesmas yang dikirimkan setiap bulannya.
Menurut penelitian Hidayat (2016) menyatakan bahwa metode
perencanaan obat yang dilakukan selama ini di Puskesmas Tanah
Garam adalah metode konsumsi yaitu berdasarkan dengan
pemakaian sebelumnya dan kadang sesuai dengan perkiraan saja. Hal
ini sejalan dengan hasil penelitian Hartono (2007) tentang metode
perencanaan di Puskesmas Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya yaitu
bahwa dasar yang digunakan untuk merencanakan kebutuhan obat
adalah data konsumsi periode sebelumnya. Kelebihan metode
konsumsi yaitu :
a) Datanya akurat, metode paling murah
b) Kekurangan dan kelebihan obat yanga sangat kecil.
Kekurangan metode konsumsi yaitu:
a) Data konsumsi, obat dan jumlah kontak pasien sulit
b) Tidak dapat untuk dasar penggunaan obat dan perbaikan
preskripsi
c) Kekurangan, kelebihan dan kehilangan obat sulit diandalkan
d) Tidak perlu catatan morbiditas yang baik
Universitas Sriwijaya
70
Universitas Sriwijaya
71
Universitas Sriwijaya
72
Universitas Sriwijaya
73
Universitas Sriwijaya
74
Universitas Sriwijaya
75
2. Pemilihan Pemasok
Pemilihan pemasok adalah penting karena dapat mempengaruhi
kualitas dan kuantitas obat dan perbekalan kesehatan. Puskesmas
Dempo Palembang melakukan pemilihan terhadap penyedia obat
(PBF) sebelum melakukan pemesanan. Salah satu kriterianya adalah
Pedagang Besar Farmasi (PBF) harus memiliki dukungan dari
Industri Farmasi yang memiliki sertifikat CDOB (Cara Distribusi
Obat yang Baik). Selain itu, PBF harus memiliki reputasi yang baik
dalam bidang pengadaan obat, misalnya dalam pelaksanaan kerjanya
tepat waktu. Hal ini sesuai dengan penelitian Endianingsih (2015)
bahwa Penyedia obat harus memiliki sertifikat CDOB sebagai salah
satu syarat pemasok.
Puskesmas Dempo Palembang sudah tepat dalam memilih
penyedia obat karena sudah memperhatikan adanya sertifikat CDOB
Universitas Sriwijaya
76
Universitas Sriwijaya
77
Universitas Sriwijaya
78
Universitas Sriwijaya
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian Analisis Perencanaan dan Pengadaan Obat dengan Sistem
E-Catalogue di Puskesmas Dempo dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Perencanaan Obat
Metode perencanaan yang dilakukan Puskesmas Dempo Palembang
menerapkan sistem sentralisasi. Pemilihan jenis obat berdasarkan
FORNAS di E-Catalogue dilakukan oleh Kepala IF Dinas Kesehatan
Kota, kompilasi obat menggunakan LPLPO, perhitungan kebutuhan obat
menggunakan metode konsumsi, jumlah kebutuhan melalui GFK setiap
tiga bulan sekali, sedangkan untuk kebutuhan yang sifatnya mendadak
menggunakan RKO setiap bulan dan disesuaikan dengan dana puskesmas
yang tersedia. Kasus overs stock sering terjadi karena adanya perencanaan
kebutuhan yang kurang teliti akibat perhitungan jumlah kebutuhan obat
yang ditambah 10% dari perhitungan kebutuhan periode sebelumnya oleh
karena pihak GFK selalu berkoordinasi dengan pihak puskesmas guna
meminimalisir kasus over stock dan adanya pertemuan secara rutin terkait
pemenuhan logistik obat.
2. Pengadaan Obat
Pengadaan yang diterapkan di Puskesmas Dempo Palembang
menggunakan sistem pengadaan langsung yaitu GFK memberikan stok
obat setiap triwulan berdasarkan permintaan. GFK berperan penting dalam
proses pengadaan obat di Puskesmas. Pemenuhan dengan RKO diperlukan
adanya pemilihan pemasok untuk pengadaan obat melalui E-Catalogue
dengan sistem offline yaitu mengirimkan surat pesanan kepada PBF,
pemantauan status pesanan dilakukan via telepon oleh apoteker, penentuan
waktu kedatangan obat adalah satu hari sampai satu minggu tergantung
dari stok obat yang ada di gudang farmasi kota maupun distributor,
79
80
7.2 Saran
Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA
Andita, Defi. 2013. Koordinasi Dalam Pengajuan Klian Rawat Inap Tingkat
Lanjut(RITL) Peserta Askes Sosial di RSUP Moh.Hoesin Palembang
Tahun 2013. [Skripsi]. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sriwijaya. Indralaya.
Alimul, Aziz. 2010. Metode Penelitian Kebidanan & Teknik Analisis Data.
Jakarta : Salemba.
Arif, F. 2014. Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Melalui E-Purchasing.
Disampaikan pada Sosialisasi Penerapan e-Katalog Obat. Bandung,
15 April, 2014. Diunduh dari https://www.binfar.kemkes.go.id/
Athijah, U., Zairina, E., Sukorini, A.I., Rosita, E.M., Putri, A.P. 2010.
Perencanaan dan Pengadaan Obat di Puskesmas Surabaya Timur dan
Selatan. Jurnal Farmasi Indonesia Volume 5 (1). hal. 15-23
Baaman Hariyadi. 2009. Studi Manajemen Obat di Instalasi Gudang
Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo.
81
82
Universitas Sriwijaya
83
Herman, Max Joseph., Rini Sasanti Handayani & Selma Arsit Siahaan.
2013. Kajian Praktik Kefarmasian Apoteker pada Tatanan Rumah
Sakit. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 7, No. 8.
Universitas Sriwijaya
84
Universitas Sriwijaya
85
Rumbay, I.N., Kanduo, G.D. & Soleman, T., 2015. Analisis Perencanaan
Obat di Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa Tenggara. JIKMU, 5,
pp.469-78.
Siregar, C.J.P., & Amalia, L. 2004. Farmasi Rumah Sakit, Teori dan
Penerapan. Cetakan ke-7. EGC, Jakarta.
Universitas Sriwijaya
86
Universitas Sriwijaya
87
LAMPIRAN
Universitas Sriwijaya
88
INFORMED CONSENT
PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Selamat Pagi/Siang/Sore
Dengan hormat,
Perkenalkan nama saya Vidia Lestari mahasiswi angkatan 2012 Peminatan AKK,
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sriwijaya. Saya bermaskud
melakukan penelitian mengenai “Analisis Perencanaan dan Pengadaan Obat
Dengan Sistem E-Catalogue di Puskesmas Dempo”. Penelitian ini dilakukan
sebagai tahap akhir dalam penyelesaian studi di Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sriwijaya.
Saya berharap bapak/ibu bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian ini.
Proses pengambilan data dalam penelitian ini melalui prosedur wawancara,
dengan pertanyaan –pertanyaan yang diajukan secara umum berkaitan dengan
perencanaan dan pengadaan obat. Pada metode pengambilan data ini, keterangan
secara mendalam dan menyeluruh menjadi tujuan penelitian. Oleh karena itu
ketersediaan waktu bapak/ibu sangat diharapkan.
Semua informasi yang bapak/ibu berikan akan diolah hanya untuk kepentingan
penelitian dan terjamin kerahasiaannya.
( responden )
Universitas Sriwijaya
89
B. Pelaksanaan
Identitas informan
1. Nama :
......................................................................................
2. Pendidikan :
......................................................................................
3. Jabatan :
......................................................................................
4. Lamanya Jabatan :
......................................................................................
5. No. Telepon :
......................................................................................
Keterangan Pewawancara
1. Nama :
......................................................................................
2. Hari/Tanggal :
......................................................................................
3. Tempat Wawancara :
....................................................................................
Universitas Sriwijaya
90
Universitas Sriwijaya
91
Universitas Sriwijaya
92
Universitas Sriwijaya
93
Universitas Sriwijaya
94
B. Pelaksanaan
Identitas informan
1. Nama :
......................................................................................
2. Pendidikan :
......................................................................................
3. Jabatan :
......................................................................................
4. Lamanya Jabatan :
......................................................................................
5. No. Telepon :
......................................................................................
Keterangan Pewawancara
1. Nama :
......................................................................................
2. Hari/Tanggal :
......................................................................................
3. Tempat Wawancara :
......................................................................................
Universitas Sriwijaya
95
Universitas Sriwijaya
96
Universitas Sriwijaya
97
Universitas Sriwijaya
98
B. Pelaksanaan
Identitas informan
1. Nama :
......................................................................................
2. Pendidikan :
......................................................................................
3. Jabatan :
......................................................................................
4. Lamanya Jabatan :
......................................................................................
5. No. Telepon :
......................................................................................
Keterangan Pewawancara
1. Nama :
......................................................................................
2. Hari/Tanggal :
......................................................................................
3. Tempat Wawancara :
......................................................................................
Universitas Sriwijaya
99
Universitas Sriwijaya
100
Universitas Sriwijaya
101
No Pertanyaan
1 Tahap pemilihan metode pengadaan
Bagaimana pelaksanaan pemilihan metode pengadaan obat?
Probe :
1. Siapa yang melakukan pemilihan metode pengadaan?
2. Kapan biasanya GFK menerima laporan jumlah pemakain obat?
3. Apakah ada permasalahan dalam proses pelaksanaannya ?
2 Tahap pemilihan pemasok
Bagaimana cara pemilihan pemasok obat?
Probe :
1. Darimana GFK mendapat drop obat?
2. Kapan biasanya melakukan drop obat ke Puskesmas?
3. Jika GFK tidak men-drop obat ke Puskesmas, apakah boleh membeli dari PBF
cabang ?
4. Jika tidak, mengapa demikian ?
5. Apakah ada permasalahan dalam koordnisainya?
6. Bagaimana proses pemesanan obat ke pemasok melalui E-Catalogue?
7. Bagaimana dengan sistem pemesanan manual setiap triwulan?Apakah masih
dilakukan?
3 Tahap penentuan waktu pengadaan dan kedatangan obat
Bagaimana cara penentuan waktu dan kedatangan obat?
Probe :
1. Berapa lama waktu yang dibutuhkan GFK untuk mendapat stok obat dari pusat?
2.Bagaimana bila terjadi minimnya anggaran dengan banyaknya jumlah kebutuhan obat
yang harus dipesan?
3. Adakah sarana penyimpanan obat yang telah dipesan?
4. Bagaimana dengan adanya dana kapitasi oleh peserta BPJS, apakah hal tersebut
masuk
ke rencana penganggaran pemesanan obat?
5. Apakah terdapat hambatan dalam prosesnya?
4 Tahap pemantauan status pesanan
Bagaimana proses pemantauan status pesanan obat?
Probe :
1. Kapan biasanya petugas memantau status pesanan?
2. Apakah ada evaluasi terhadap status pesanan?
3. Bagaimana koordinasi dengan pihak Puskesmas?
4. Jika ada, bagaimana prosesnya?
5. Apakah sering terjadi pemesanan yang tidak sesuai dengan yang diminta?
6. Apakah ada hambatan lain dalam pemantauan status pesanan?
Universitas Sriwijaya
102
Universitas Sriwijaya
103
B. Pelaksanaan
Identitas informan
1. Nama :
......................................................................................
2. Pendidikan :
......................................................................................
3. Jabatan :
......................................................................................
4. Lamanya Jabatan :
......................................................................................
5. No. Telepon :
......................................................................................
Keterangan Pewawancara
1. Nama :
......................................................................................
2. Hari/Tanggal :
......................................................................................
3. Tempat Wawancara :
......................................................................................
Universitas Sriwijaya
104
Universitas Sriwijaya
105
Universitas Sriwijaya
106
No Pertanyaan
1 Tahap pemilihan metode pengadaan
Bagaimana pelaksanaan pemilihan metode pengadaan obat?
Probe :
1. Siapa yang melakukan pemilihan metode pengadaan?
2. Kapan biasanya GFK menerima laporan jumlah pemakain obat?
3. Apakah ada permasalahan dalam proses pelaksanaannya ?
4. Apa yang Anda ketahui tentang sistem E-Catalogue?
5 .Apa yang terlampir dalam E-Catalogue?
6. Bagaimana SOP pelaksanaan E-Catalogue ke Puskesmas?
7. Apa kebijakan terkait E-Catalogue?
2 Tahap pemilihan pemasok
Bagaimana cara pemilihan pemasok obat?
Probe :
1. Darimana GFK mendapat drop obat?
2. Kapan biasanya melakukan drop obat ke Puskesmas?
3. Jika GFK tidak men-drop obat ke Puskesmas, apakah boleh membeli dari PBF
cabang ?
4. Jika tidak, mengapa demikian ?
5. Apakah ada permasalahan dalam koordnisainya?
6. Bagaimana proses pemesanan obat ke pemasok melalui E-Catalogue?
7. Bagaimana dengan sistem pemesanan manual setiap triwulan?Apakah masih
dilakukan?
3 Tahap penentuan waktu pengadaan dan kedatangan obat
Bagaimana cara penentuan waktu dan kedatangan obat?
Probe :
1. Berapa lama waktu yang dibutuhkan GFK untuk mendapat stok obat dari
pusat?
2.Bagaimana bila terjadi minimnya anggaran dengan banyaknya jumlah
kebutuhan obat
yang harus dipesan?
3. Adakah sarana penyimpanan obat yang telah dipesan?
4. Bagaimana dengan adanya dana kapitasi oleh peserta BPJS, apakah hal
tersebut masuk
ke rencana penganggaran pemesanan obat?
5. Apakah terdapat hambatan dalam prosesnya?
4 Tahap pemantauan status pesanan
Bagaimana proses pemantauan status pesanan obat?
Probe :
1. Kapan biasanya petugas memantau status pesanan?
2. Apakah ada evaluasi terhadap status pesanan?
3. Bagaimana koordinasi dengan pihak Puskesmas?
4. Jika ada, bagaimana prosesnya?
5. Apakah sering terjadi pemesanan yang tidak sesuai dengan yang diminta?
6. Apakah ada hambatan lain dalam pemantauan status pesanan?
Universitas Sriwijaya
107
Universitas Sriwijaya
108
B. Pelaksanaan
Identitas informan
1. Nama :
......................................................................................
2. Pendidikan :
......................................................................................
3. Jabatan :
......................................................................................
4. Lamanya Jabatan :
......................................................................................
5. No. Telepon :
......................................................................................
Keterangan Pewawancara
1. Nama :
......................................................................................
2. Hari/Tanggal :
......................................................................................
3. Tempat Wawancara :
......................................................................................
Universitas Sriwijaya
109
Universitas Sriwijaya
110
Universitas Sriwijaya
111
PEDOMAN OBSERVASI
Pelaksanaan
No Jenis Kegiatan Keterangan
Ya Tidak
1 Pemeriksaan dokumen data √ Ada, dilakukan setiap akan
perencanaan obat melakukan perencanaa obat
2 Pemeriksaan kelengkapan √ Perekapan dilakukan tiap bulan
LPLPO namun permintaannya dilakukaan
setiap triwulan
3 Pemeriksaan buku permintaan √ Dilakukan setiap akan pengadaan
dan penerimaan obat obat
4 Pemeriksaan kartu stock obat √ Dilakukan setiap hari
Universitas Sriwijaya
112
Pelaksanaan
No Jenis Kegiatan Keterangan
Ya Tidak
1 Laporan Pemakaian dan √ Ada, dan rekapan tiap
Lembar Permintaan Obat triwulannya lengkap.
(LPLPO) tahun 2012-2015
2 Dokumen data perencanaan √ Ada, namun kurang lengkap
obat tahun 2015
3 Kartu stock obat tahun 2015 √ Ada dan sangat lengkap untuk
setiap stok akhir masing-masing
obat
4 Buku Defacta tahun 2015 √ Ada, namun pencatatannya
kurang lengkap.
5 Data permintaan obat √ Ada, berbentuk faktur, surat
berdasarkan E-Catoalgue pemesanan dan kwitansi
tahun 2015 pembayaran
6 Form atau dokumen √ Pengawasan dan evaluasi
pengawasan dan evaluasi dilakukan oleh pimpinan namun,
tahun 2015 kelengkapan berkas di unit obat
tidak ada
7 Daftar Obat Esensial Nasional √ Apoteker velum mendapat
(DOEN) tahun 2015 DOEN yang terbaru dari Dinas
Kesehatan
8 Standar Operasional Prosedur √ Ada
(SOP) tahun 2012-2015
9 Daftar belanja kebutuhan obat √ Ada
Universitas Sriwijaya
113
Universitas Sriwijaya
114
Universitas Sriwijaya
115
A. Perencanaan Obat
Kategori Coding Analisis
Pemilihan jenis obat Proses pemilihan obat oleh apoteker. Pemilihan jenis
Seleksi obat dilakukan oleh apoteker. obat dilakukan oleh
Pedoman pemilihan obat petugas apoteker
menggunakan FORNAS Daftar obat di E-
Catalogue mengacu
Daftar obat di E-Catalogue mengacu
pada FORNAS pada pedoman
daftar obat yang
E-Catalogue memuat daftar obat ada di Formularium
generik Nasional
Lebih dominan obat generik (FORNAS).
dibanding obat paten
Kompilasi pemakaian obat Melihat dari LPLPO dan kartu stock Kompilasi
pemakaian obat
GFK menerima laporan dari dilihat dari hasil
puskesmas berupa LPLPO rekapan kartu stock
Perekapan laporan dilakukan setiap dan LPLPO.
bulan Rekapan tersebut
Rekapan laporan dikirimkan ke dinas dilaporkan kepada
kesehatan setiap bulannya Dinas Kesehatan
Kota Palembang
sebagai laporan
bulanan pemakaian
jumlah obat.
Perhitungan jumlah Perhitungan menggunakan metode Perhitungan
kebutuhan obat konsumsi kebutuhan
Melihat dari pemakaian 3 bulan menggunakan
sebelumnya metode konsumsi.
Bersumber dari LPLPO dan kartu dilihat dari
stock pemakaian obat 3
Mengajukan permintaan ke GFK bulan sebelumnya
setiap 3 bulan pada rekapan
LPLPO.
Universitas Sriwijaya
116
Universitas Sriwijaya
117
B. Pengadaan Obat
Kategori Coding Analisis
Pemilihan metode Mengajukan permintaan ke GFK Puskesmas
pengadaan terlebih dahulu mengajukan
Jika terjadi kekosongan obat di GFK, permintan obat ke
boleh memesan ke PBF GFK terlebih
Jika stock obat habis sebelum jatuh
dahulu, kemudian
bulan pengadaan, boleh membeli ke
PBF jika terdapat
Menggunakan metode konsumsi beberapa obat yang
sebagai dasar perhitungan pengadaan tidak diberikan
E-Catalogue berupa daftar harga obat maka Puskesmas
yang sudah ditetapkan oleh boleh memesan
pemerintah obat ke PBF lewat
Puskesmas membeli obat ke PBF E-Catalogue. E-
secara manual Catalogue hanya
Puskesmas mengirimkan surat digunakan sebagai
pesanan pedoman untuk
melihat daftar
harga obat,
pembeliannya
melalui pengiriman
surat pemesanan.
Universitas Sriwijaya
118
Penentuan waktu dan Puskesmas tidak menunggu terlalu Jika tidak terdapat
kedatangan obat lama untuk kedatangan obat masalah di gudang
Obat bisa datang ke puskesmas di hari obat PBF, maka
yang sama puskesmas tidak
Jika stok obat di gudang obat PBF
membutuhkan
tersedia, puskes bisa menerima obat
keesokan harinya waktu yang lama
untuk kedatangan
obat. Kedatangan
obat paling cepat
pada siang atau
sore hari ketika saat
hari yang sama
dilakukan
pemesanan.
Universitas Sriwijaya
119
TRASNKRIP WAWANCARA
Umur : 52 tahun
A. Perencanaan Obat
1. Pemilihan Obat
Pewawancara
Baik Ibu, saya Vidia Lestari, mahasiswa yang ssedang melakukan penelitian
mengenai Analisis Perencanaan dan Pengadaan Obat dengan Sistem e-
Catalogue di Puskesmas Dempo. Langsung ke pertanyaan awal ya yuk tentang
perencanaan obat, yaitu pada tahap pemilihan obat. Disini siapa yang
melakukan pemilihan obat untuk perencanaan kebutuhan?
Universitas Sriwijaya
120
Responden NV
Pewawancara
Kemudian, apakah ada pedoman dalam pemilihan obat yang harus digunakan
ya bu?
Responden NV
Puskes diberi buku pedoman berupa DOEN dan FORNAS untuk pemilihan
obat. Memang sudah ketetapan dari pemerintah untuk daftar obat yang dapat
digunakan.
Pewawancara
Responden NV
Responden NV
Universitas Sriwijaya
121
Langsung tanya dengan apoteker. Tapi kita biasanya liat dari jumlah konsumsi
pemakaian obat terbanyak.
Pewawancara
Responden NV
Responden NV
B. Pengadaan Obat
Responden NV
Universitas Sriwijaya
122
2. Pemilihan Pemasok
Pewawancara
Bagaimana pemilihan distributor untuk pengadaan dengan sistem e-Catalogue
di puskesmas?
Responden NV
Puskesmas dalam melihat penyedia obat biasanya melihat distributor yang
sudah memiliki sertifikat CPOB. Karena sebenarnya sertifikat tersebut yang
paling penting untuk melihat apakah distributor tersebut layak atau tidak untuk
kerjasama dalam pengadaan obat.
Responden NV
Segala yang berhubungan dengan pemesanan langsung dilakukan oleh apoteker
di unit obat puskesmas. Dia yang bertanggung jawab terhadap NVoses
pengadaan dengan penyedia obat.
Responden NV
Langsung tanya ke bagian unit obat saja ya.
Universitas Sriwijaya
123
Responden NV
Langsung tanya ke bagian unit obat saja ya.
Universitas Sriwijaya
124
TRASNKRIP WAWANCARA
Umur : 35 tahun
Jabatan : Apoteker
A. Perencanaan Obat
1.Pemilihan Obat
Pewawancara
Baik yuk, saya Vidia Lestari, mahasiswa yang ssedang melakukan penelitian
mengenai Analisis Perencanaan dan Pengadaan Obat dengan Sistem e-
Catalogue di Puskesmas Dempo. Langsung ke pertanyaan awal ya yuk tentang
perencanaan obat, yaitu pada tahap pemilihan obat. Disini siapa yang
melakukan pemilihan obat untuk perencanaan kebutuhan?
Universitas Sriwijaya
125
Responden FN
Yang melakukan proses pemilihan obat apotekernya, yaitu saya sendiri.
Pewawancara
Kemudian, apakah ada pedoman dalam pemilihan obatnya?
Responden FN
Pedoman pemilihan obat pake FORNAS. Fornas selalu ada pembaharuan
setiap 3 tahun sekali atau tidak tentu.
Respnden FN
Kompilasi pemakaian obat ngeliatnya dari LPLPO dan kartu stock. Kita buat
LPLPO juga berdasarkan kartu stocknya.
Pewawancara
Kapan biasanya untuk pelaporan?
Responden FN
Rekapan laporannya setiap bulan di laporkan ke GFK (Gudang Farmasi Kota)
yang berada di KM 5 belakang Rumah Sakit Mata. Melihat kekosongan obat
juga dari kartu stock, kalo misalnya kosong berarti kita minta untuk bulan
berikutnya.
Responden FN
Perhitungan jumlah kebutuhan obat menggunakan metode konsumsi
berdasarkan pemakaian 3 bulan sebelumnya. Kebutuhan bulan ini kita
menghitung dari 3 bulan setelah pemakaian. Pengambilan obat harus dilakukan
3 bulan sekali tapi apabila kita ada kejadian luar biasa (KLB) ke obat kita
kehabisa padahal belum 3 bulan, berarti kita bisa minta lagi GFK tapi itu jadi
bon obat buat kita.
Pewawancara
Universitas Sriwijaya
126
Responden FN
Maksud bon obat disini adalah kita melakukan permintaan tersendiri nanti
ditandatangani ke pimpinan baru dikasih ke GFK, kemudian tergantung dari
gudang berapa ngasihnya.
Pewawancara
Perhitungan kebutuhan obat ngeliatnya darimana yuk?
Responden FN
Perhitungan kebutuhan obat melihat dari jumlah pemakaian obat di kartu stock.
Setiap hari ada penggunaan obat kemudian dicatat pada Buku Lidi. Di dalam
buku lidi dihitung untuk penggunaan setiap harinya, misal Amoxcylin berapa,
Paracetamol berapa, setiap hari ada rekapannya berdasarkan resep. Kemudian
penggunaan setiap hari dihitung pada akhir bulan.
Responden FN
Setiap bulan kita selalu mengecek stok obat dan membuat laporan terhadap
obat mana yang kosong dan masih tersedia, kemudian kita melakukan
pengadaan. Evaluasi terhadap dana yang terbatas, jadi kalo bisa ada yang
diganti dengan fungsi guna obat yang sama misalnya CTM sama dengan
Tetrigin, berarti kita gak perlu beli Tetrigin karena bisa diganti dengan CTM
dan dananya bisa buat beli obat yang lain.
Pewawancara
Maksudnya diganti dengan obat lain tapi fungsi guna sama, itu bagaimana yuk?
Responden FN
Yang didahulukan yang penting dulu, maksudnya yang memang paling
dibutuhkan oleh Puskesmas itu yang didahulukan. Tapi kalo pemakaian negara,
kita mungkin belinya sedikit, pokoknya yang didahulukan obat yang sering
rutin keluar seperti Paracetamol atau CTM dan biasanya obat-obat generik. Jadi
kita liat dulu nih antara Paracetamol dan Ibuprofen kan fungsinya sama nih.
Misalnya Ibuprofen gak ada, tapi stok Paracetamol masih banyalk, jadi kita gak
perlu beli Ibuprofen. Terus kita melihat dari banyaknya kebutuhan penggunaan
pasiesn tapu juga harus sesuai dengan anggaran Puskesmas. Kita harus
Universitas Sriwijaya
127
menghitung bener-bener berapa box obat untuk pemakaian, jadi kita beli sesuai
keperluan kita dan mungkin dilebihkan 10% dari pemakaian itu.
Responden FN
Penggaranan itu pertahun, tapi kan bisa ada perubahan anggaran.
Pewawancara
Bagaimana proses perubahan anggaran yuk?
Responden FN
Kita mengajukan lagi ke bendahara anggaran misalnya kita di kasih dana
belanja 15 juta ternyata dalam 6 bulan banyak kekosongan obat di GFK, jadi
mau gak mau kita harus beli tapi dana yang di kasih sudah habis dan kita
ngomong dulu ke bandahara anggaran, nanti mereka menganggarkan lagi kira-
kira berapa yang dibutuhkan dalam waktu berapa bulan lagi obat itu akan
datang, misalnya 3 bulan nih jadi nanti 3 bulan lagi akan diadakan pengaggaran
lagi berapa yang bisa kita gunakan. Kita harus menyesuaikan dengan anggaran
kebutuhan obat di puskesmas.
Pewawancara
Bagaimana dengan penganggaran kalau pake sistem e-Catalogue? Kan sistem
e-Catalogue menggunakan dana kapitasi dari peserta BPJS, apakah benar yuk?
Responden FN
Karena kita mengacu pada harga E-Catalogue, jadi kita pembeliannya harus
sesuai dengan harga yang ditentukan di E-Catalogue misalnya pernah nih kita
beli Zinkid tapi ternyata PBF ngasihnya harga reguler bukan harga E-
Catalogue, itu kita bisa komplain sama PBFnya dengan mengganti fakturnya
sesuai harga E-Catalogue karena sebelum kita membeli obat itu membuat
perjanjian untuk menggunakan harga E-Catalogue. Berapa persen dana kapitasi
BPJS digunakan untuk pengadaan obat. Dana kapitasi BPJS sebagai tambahan
untuk anggaran kebutuhan obat puskesmas.
Universitas Sriwijaya
128
B. Pengadaan Obat
Responden FN
Pemilihan metode pengadaan menggunakan metode konsumsi.
Pewawancara
Bagaimana alur pengadaan yang sekarang yuk? Kan sudah ada e-Catalogue,
apakah masih mendapat dropping obat ke dinas kesehatan?
Responden FN
Kita melakukan permintaan dulu ke GFK berapa kebutuhan yang kita butuhkan
bila ada kekosongan obat di GFK kita bisa membeli obat di distributor.
Pewawancara
Sebenarnya, apa yang dimaskud dengan e-Catalogue?
e-Catalogue adalah daftar obat2an yang sudah dapat diperjualkan sesuai
dengan tujuan pemerintah pusat dan harganya pun sudah diatur oleh
pemerintah pusat. e-Catalogue itu kan system yang berisi daftar obat beserta
harganya. Kebanyakan obat-obat generik tapi obat paten juga ada. Harga di e-
Catalogue juga murah. PBF mengacu pada harga e-catalogue.
Pewawancara
Pengadaan e-Catalogue di puskesmas bagaimana yuk?
Responden FN
Pihak puskesmas hanya melihat harganya saja di e-Catalogue bukan beli lewat
e- Catalogue. Misal kita download harga-harga di e-Catalogue kemudian kita
Universitas Sriwijaya
129
print lalu kita butuhnya apa kemudian kita liat harganya di e-catalogue, nanti
kita beli sama distributornya ya sesuai dengan harga e-Catalogue. Misalnya
Zinkid Syrup. Zinkyd Syrup kan obat paten berarti kita harus liat harganya
sesuai dengan E-Catalogue jadi pembeliannya harus sesuai dengan harga E-
Catalogue. Jadi pihak puskes belinya lewat manual melalui surat pemesanan
atas sepengetahuan pimpinan kemudian ditujukan ke PBF.
Pewawancara
Apakah terdapat masalah saat pengadaan dalam sistem e-Catalogue?
Responden FN
Masalahnya ada pada selisih harga, kita kan mengacu pada harga di e-
Catalogue namun PBF menggunakan harga regular itu bisa kita complain,
kemudian distributor mengganti fraktur tersebut dengan harga yang sesuai
dengan e-Catalogue.
Pewawancara
Apakah boleh melakukan cancel pesanan?
Responden FN
Iya boleh, namun hanya pada obat yang memang saat kita pesan, stocknya
tidak mencukupi atau kosong di PBF, jadi kita boleh cancel pesanan dan
membeli di PBF lain.
2. Pemilihan Pemasok
Pewawancara
Bagaimana pemilihan distributor untuk pengadaan dengan sistem e-Catalogue?
Responden FN
Kita lihat daftar obat di E-Catalogue dan di dalam E-Catalogue tersebut
terdapat distributor penyedia obat yang kita butuhkan misalnya Ibuprofen yang
memasoknya Indofarma berarti kita mesennya ke Indofarma. Puskes
bekerjasama dengan IGM dan Kimia Farma.
Pewawancara
Universitas Sriwijaya
130
Responden FN
Distributor yang selalu ke Puskes untuk mengambil surat pemesanan dan
mereka juga yang mengantar obatnya dan menagihnya, pokoknya Puskesmas
tinggal terima barang.
Pewawancara
Apakah pihak puskesmas melihat adanya sertifikat CPOB pada distributor?
Iya, puskesmas melihat distributor yang sudah besar dan memiliki sertifikat
CPOB.
Pewawancara
Bagaimana jika obat yang dibutuhkan tidak tersedia di PBF? Apakah boleh
membeli di PBF lain? Apakah boleh juga melakukan cancel pesanan?
Responden FN
Jika obat yang dibutuhkan tidak tersedia di salah satu PBF, Puskesmas mencari
lagi ke distributor yang menyediakan obat. Namun hanya pada obat yang
memang saat kita pesan, stocknya tidak mencukupi atau kosong di PBF, jadi
jika obat yang dibutuhkan tidak tersedia di salah satu PBF, Puskes boleh
mencari lagi ke distributor yang menyediakan obat.
Pewawancara
Bagaimana sistem pembeliannya yuk? Apakah sistem cash atau transfer?
Responden FN
Untuk proses pembelian itu menggunakan sistem bon obat. Pertamanya kita
cash sebelum melakukan MOU, setelah itu kita bisa melakukan bon obat, bisa
sampe 1 bulan.
Responden FN
Pemantauan status pesanan oleh apoteker.
Pewawancara
Universitas Sriwijaya
131
Responden FN
Sebelum kita pesen kita menelfon dulu dengan PBF untuk obat-obat yang akan
dipesan, kemudian mereka datang mengambil surat pesanan, dan mereka sudah
menyiapkan obat-obatnya lewat telfon tadi. Kita memantaunya melalui via
telfon kepada PBF.
Responden FN
Jadi misalnya kita mesen obat hari ini, besok atau lusa sudah diantarkan ke
Puskesmas. Terkadang, kita pesen hari ini, hari ini juga sudah bisa kita terima.
Puskes tidak pernah menunggu terlalu lama untuk kedatangan obat.
Responden FN
Begitu datang, sales yang mengantar pesanan sama-sama melakukan
pengecekan obat bersama apoteker. Pengecekan terhadap jumlah pesanan obat
dan tanggal kaduluarsa obat. Selama ini, tidak pernah terjadi ketidaksesuaiaan
dalam penerimaan obat karena PBF selalu mengantarkan obat sesuai pesanan.
Universitas Sriwijaya
132
TRASNKRIP WAWANCARA
Umur : 28 tahun
C. Perencanaan Obat
6. Pemilihan Obat
Pewawancara
Baik yuk, saya Vidia Lestari, mahasiswa yang ssedang melakukan penelitian
mengenai Analisis Perencanaan dan Pengadaan Obat dengan Sistem e-
Catalogue di Puskesmas Dempo. Langsung ke pertanyaan awal ya yuk tentang
perencanaan obat, yaitu pada tahap pemilihan obat. Disini kapan biasa
dilakukan proses perencanaan obat?
Universitas Sriwijaya
133
Responden PR
Proses perencanaan obat setiap 3 bulan sekali, tetapi di laporan dibuat 1 bulan
sekali.
Pewawancara
Siapa yang melakukan pemilihan obat untuk perencanaan kebutuhan?
Responden PR
Pemilihan jenis obat di Puskesmas Dempo sesuai kebutuhan dan dilakukan
oleh petugas apoteker ialah Yuk Fanny.
Pewawancara
Kemudian, apakah ada pedoman dalam pemilihan obatnya?
Responden PR
Pedoman obat kita melihat dari FORNAS, biasanya dikasih dari Dinkes.
Pewawancara
Bagaimana pelaksanaan pemilihan jenis obat di Puskesmas Dempo?
Responden PR
Jenis-jenis obat sudah didistribusikan dari dinkes tetapi berdasarkan kebutuhan.
Pewawancara
Pada penggunaan system e-catalogue ada perubahan pemilihan jenis obat
tidak?
Responden PR
Tidak, karena kita menggunakan obat-obat generic semua. E-catalogue obat-
obatnya generik semua.
Responden PR
Pemakaian jumlah obat diliat dari kartu stock dan LPLPO. Setiap bulan direkap
dan nanti dilaporkan ke dinas. Misal kita butuh obat apa untuk bulan
berikutnya, stok obat mana yg kosong, kita lihat dari jumlah pemakaian obat
bulan sebelumnya di kartu stock.
Universitas Sriwijaya
134
Responden PR
Perhitungan kebutuhan obat pake metode konsumsi, diliat dari LPLPO, kartu
stok, dan buku register.
Pewawancara
Apakah ada perbedaan metode perhitungan saat sudah menerapkan sistem e-
Catalogue?
Responden PR
Tidak ada perbedaan metode selama memakai e-Catalogue ini, metode yang
digunakan masih sama, yaitu metode konsumsi melihat dari pemakaian obat 3
bulan sebelumnya. Cuma bedanya biasanya kita dapat dari dinas saja, namun
kali ini kita kita bisa membeli sendiri obat ke PBF. Sejauh ini, tidak ada
masalah dalam proses perhitungan jumlah kebutuhan obat.
Pewawancara
Responden PR
Tiap bulan kita selalu mengecek stock obat. Kalau terjadi minimnya anggaran,
maka kita solusinya adalah obatnya diganti dengan obat yang sejenis.
Maksudnya, obat-obat dengan fungsi guna yang sama.
Pewawancara
Maksudnya diganti dengan obat lain tapi fungsi guna sama, itu bagaimana yuk?
Responden PR
Kita lihat yang penting, maksudnya yang memang paling dibutuhkan oleh
Puskesmas itu yang didahulukan.
Universitas Sriwijaya
135
Pewawancara
Bagaimana alur koordinasi pengadaan obat di Puskesmas Dempo?
Responden PR
Alur koordinasi pengadaan obat itu yang pertama kita bikin laporan
perencanaan – minta persetujuan pimpinan apotek – naik ke atas untuk di ACC
– diantar ke gudang farmasi, kemudian akan mendapat jadwal dari gudang
farmasi untuk pengambilan obat.
Pewawancara
Bagaimana pengadaan dengan sistem e-Catalogue?
Responden PR
Pengadaan dengan E-Catalogue kita langsung beli obat yang memang dari
GFK tidak menyediakan atau jika terjadi sewaktu-waktu kekosongan obat pada
beberapa item.
Pewawancara
Bagaimana dengan penganggaran kalau pake sistem e-Catalogue? Kan sistem
e-Catalogue menggunakan dana kapitasi dari peserta BPJS, apakah benar yuk?
Responden PR
Ada, beberapa persen, saya kurang paham untuk lebih jelasnya.
D. Pengadaan Obat
Responden PR
Kita menggunakan metode konsumsi untuk pengadaannya.
Pewawancara
Bagaimana dengan pengadaan melalui e-Catalogue? Apakah ada perbedaan?
Responden PR
Meski sudah ada E-Catalogue, pengadaan kita tidak berubah. E-Catalogue
hanya berupa daftar-daftar obat agar kita bisa membeli dengan mudah, efisien,
Universitas Sriwijaya
136
efektif, murah harganya. Kita masih melakukan permintaan ke GFK, baru jika
kalo stok obat sudah habis atau di GFK tidak tersedia kita boleh beli di PBF.
Pertama kita buat surat permintaan kemudian buat pemesanan ke PBF.
7. Pemilihan Pemasok
Pewawancara
Bagaimana pemilihan distributor untuk pengadaan dengan sistem e-Catalogue
di puskesmas?
Responden PR
Pemilihan distributor yang memang sudah bekerja sama dengan Puskesmas
Dempo contohnya Kimia Farma dan Indofarma.
Pewawancara
Apakah distributor yang sudah bekerjasama dengan puskesmas sudah memiliki
sertifikat CPOB?
Responden PR
Distibutor tersebut sudah memiliki sertifikat CPOB.
Pewawancara
Bagaimana jika obat yang dibutuhkan tidak tersedia di PBF? Apakah boleh
membeli di PBF lain? Apakah boleh juga melakukan cancel pesanan?
Responden PR
Ketika melakukan pengadaan, kita lihat distributor mana yang menyediakan
obat yang kita butuhkan, itulah yang kita pilih. Jika ternyata stoknya kosong di
distributor, kita mencari distributor lain.
Responden PR
Biasanya apoteker yang memantau status pesanan.
Pewawancara
Bagaimana apoteker memantau pesanannya?
Responden PR
Saya kurang paham, langsung saja tanyakan pada apotekernya.
Universitas Sriwijaya
137
Responden PR
Pesanan yang kita pesan hari ini biasanya langsung datang sore harinya jika
kita mengirimkan surat pesanan pagi harinya, tapi jika ada masalah di gudang
obat distributornya paling lama pesanan baru datang dua hari dari tanggal
memesan.
Responden PR
Jika tidak ada apoteker atau apoteker sedang pergi ke luar, biasanya asisten
yang mengecek jika obatnya datang. Kita mengecek jumlah pesanan, tanggal
kaduluarsa, dll.
Universitas Sriwijaya
138
TRASNKRIP WAWANCARA
Umur : 58 tahun
E. Perencanaan Obat
Universitas Sriwijaya
139
Responden AN
E-catalogue obatnya itu kan sesuai dengan kebutuhan masyarakat, daftar obat
di E-Catalogue mengacu pada FORNAS. FORNAS kan sudah standarisasi kalo
di e-catalogue tidak ada, kita bisa pakai itu sebagai pedoman.
Pewawancara
Kemudian, fungsi dari E-Catalogue itu sendiri untuk pihak dinkes ?
Responden AN
Fungsi dari e-catalogue supaya DINKES tidak membeli barang sembarangann
dengan harga yang tidak terkontrol dan adanya e-catalogue harganya terkontrol
dan obatnya bisa standarisasi. Misalnya generik itu kan amoxilm, kalo tidak
ada e-catalogue atau FORNAS nanti orang beli amoxilin, amoklaf yang
harganya mahal-mahal itukan tidak terkontrol.
Responden AN
Nah, GFK untuk menerima laporan jumlah pemakaian obat biasanya melalui
Puskesmas lewat Laporan LB 1 (LPLPO), menerima juga semua data penyakit
dan data obat.
Pewawancara
Kapan gudang farmasi menerima laporan dari puskesmas?
Responden AN
Biasanya kita menerima laporan pemakaian dari puskes sebelum tanggal 5 tiap
bulannya. Dari laporan tersebut kita dapat menghitung berapa jumlah
kebutuhan yang harus direncanakan.
Pewawancara
Apakah ada permasalahan dalam pelaporan ke gudang farmasi?
Responden AN
Tidak ada, karena kita sistemnya ada dua yaitu system langsung online dari
masing-masing puskesmas ke dinkes kota Palembang maupun secara manual,
artinya mereka juga melaporkan pemakaian obat melalui manual.
Universitas Sriwijaya
140
Pewawancara
Kapan biasanya puskesmas mengajukan permintaan ke gudang farmasi kota?
Responden AN
Dari gudang farmasi kota melakukan dropping obat ke puskesmas setiap 3-4
bulan sekali. Namun, mereka melaporkan setiap bulan.
Pewawancara
Untuk perhitungan kebutuhan obatnya bagaimana pak? Menggunakan metode
apa? Perencanaannya berapa bulan sekali
Responden AN
Ada beberapa metode yang digunakan ya dalam menghitung jumlah kebutuhan
obat, untuk lebih jelasnya langsung tanya dengan Bu Tin.
Responden AN
Iya itu kamu bisa tanyakan langsung dengan Ibu Tin. Dia sebagai Kasi Farmasi
di Dinas Kesehatan sekaligus kepala gudang farmasi kota.
Responden AN
Pemesanan obat untuk dinas kesehatan pertahun. Kalo puskesmas mungkin
minta ke kita, iyaa bisa per tiga bulan. Cuma kalo dari dinkes minta ke
penyedia setahun.
Pewawancara
Bagaimana dengan penganggaran untuk kebutuhan obat?
Responden AN
Ya biasanya tahun anggaran setiap 3 bulan, artinya dalam hal rencana kerja
anggaran (RKA) dalam setahun itu setiap 3 bulan.
Universitas Sriwijaya
141
Pewawancara
Bagaimana dengan pengadaan sistem e-Catalogue? Apakah sekarang masih
menggunakan sistem tender?
Responden AN
Iya kita harus mengikuti mengikuti kebijakan pemerintah untuk pembelian obat
melalui e-catalogue.
F. Pengadaan Obat
Responden AN
Yang melakukan pemilihan metode pengadaan ini kalo metode ini artinya
sistem, artinya pemerintah menganjurkan menggunakan E-catalogue. GFK
tidak terlepas dari Dinas Kesehatan sendiri. Sistemnya ada dua yaitu sistem
langsung online dari masing-masing puskesmas ke dinkes kota Palembang
maupun secara manual, artinya mereka juga melaporkan pemakaian obat
melalui manual.
Pewawancara
Definisi E-Catalogue itu sendiri apa sebenarnya pak?
Responden AN
E-catalogue adalah pengadaan obat yang sudah terstandarisasi baik harga
maupun jenis yang akan dipakai yang artinya obatnya sudah melalui kendali
mutu, dan kemudian harganya sudah kompetitif yang sudah ditentukan oleh
pemerintah.
Universitas Sriwijaya
142
Pewawancara
Apa saja yang terdapat dalam website E-Catalogue?
Responden AN
Yang terlampir dalam E-Catalogue adalah jenis obat, jumlah yang akan kita
beli, harga per satuan. Jadi kita tinggal mengklik saja. Misalnya harga antalgin
Rp 10, perlu 100. Jadi otomatis Rp 10.000 yang dibayar, tidak bisa di marhab
tidak bisa difiktif.
Pewawancara
Obat-obat apa saja yang terdapat di E-Catalogue?
Responden AN
Semua obat yang dibutuhkan puskesmas. Kalo misalnya dibutuhkan di
puskesmas tapi belum tersedia di e-catalogue, kita bisa kompensasi pembelian
tanpa melalui e-catalogue karena tidak melanggar UU. Kalo untuk memenuhi
kebutuhan boleh beli di luar e-catalogue.
Pewawancara
E-catalogue sudah berlaku berapa tahun untuk di Palembang?
Responden AN
Untuk efektif, sejak pemerintahan pressiden Jokowi, sekitar tahun 2015.
Pewawancara
Jika dinkes tidak mendrop obat ke Puskesmas, apakah mereka boleh membeli
dari distributor?
Responden AN
Jika GFK tidak mendrop obat, maka puskesmas boleh membeli ke PBF tapi
karena pembelian PBF harus ada permintaan dari seorang apoteker. Kalo
puskesmasnya tidak ada apoteker hanya ada AA, tidak boleh. Kedua untuk
mengurangi dampak pembelian langsung, semuanya harus diatur oleh dinas
kesehatan.
Pewawancara
Apakah E-Catalogue menjawab solusi dari masalah ketersediaan obat
puskesmas?
Universitas Sriwijaya
143
Responden AN
Ya. Solusi dari ketersedian obat iya, solusi dari permainan harga iya. Masalah
bermacam-macam keperluan obat iya.
Responden AN
Sistem tender. Ada beberapa perusahaan obat yang menawarkan obat-obat
yang mau dibeli jadi kita melakukan tender melalui tender terbuka. Artinya,
kami mengajukan apa kebutuhan kami, misalnya ada 10 item. Pertama
pemberitahuan lewat koran, setelah ada di Koran, setelah mereka memasukkan
data-data kurikulim CV perusahaan , kita member tahu mereka bahwa kita mau
membeli obat 1-10 item, misalnya. Kemudian mereka menawarkan berapa
yang merke bisa anggarkan. Artinya dalam pelelanga itu ada aturan-aturan
main biasanya kami akan memakai distributor yang harganya paling mendekati
pagu anggaran dinas terkait, dalam hal ini dinas kesehatan. Misalnya harga
pagu kami 10 juta, yang paling mendekati yang mana (dari tender) ada yang
mungkin 11 juta, 12 juta, 9 juta. Kami pilih yang 9 juta tanpa mengurangi
jumlah serta kualitas meskipun harganya lebih murah dari perkiraan, kita juga
tidak boleh menerima obat yang jumlah dan kualitas tidak sesuai dengan
anggaran yang kita butuhkan.
Pewawancara
Untuk sistem yang sekarang, darimana GFK mendapat drop obat?
Responden AN
Dari pembelian secara E-Catalogue online ke distributor.
Universitas Sriwijaya
144
Responden AN
Pemantuan status pesanan obat dari distributor biasanya langsung dilakukan
oleh Bu Tin sebagai Kepala IFRS dinas kesehatan.
Responden AN
Waktu yang dibutuhkan GFK untuk mendapat obat tergantung pemesanan,
biasanya 1 bulan sudah ada. Kecuali beberapa obat yang tidak diproduksi.
Salah satunya di tahun 2015 OBH kosong. Artinya kami terhambat dengan obat
itu. Artinya yang lain sudah ada 1 bulan – 2 bulan, obat ini tidak ada stok, kami
batalkan.
Responden AN
Pengambilan pesanan, biasanya distributor akan mengantar ke gudang farmasi,
yang memeriksa adalah petugas kepala seksi farmasi. Jarang terjadi
kesalahpahaman, kecuali jika obatnya kosong.
Universitas Sriwijaya
145
TRASNKRIP WAWANCARA
Umur : 46 tahun
G. Perencanaan Obat
Universitas Sriwijaya
146
Responden TN
Kita itu nggak memilih obat ya,dasar kita itu sudah FORNAS dan DOEN, dan
obat-obat yang ada di E-Catalogue harus sesuai dengan FORNAS, jadi yang
sudah ada di FORNAS dan DOEN sudah jadi kebutuhan dasar yang harus kita
sediakan. FORNAS jadi acuan pemilihan obat dilokalitas pelayanan tingkat
pertama itu adalah FORNAS dan DOEN. Obat yang ada disana maka kita akan
sediakan.
Pewawancara
Apakah FORNAS ada pembaharuan bu?
Responden TN
Pembaharuan DOEN dilakukan kementrian kesehatan,doen itu biasanya
minimal 2 tahun sekali, seperti FORNAS bisa saja setahun bisa 3 kali
pembaruan. Tergantung kebutuhannya, jadi FORNAS itu diperbaharui
tergantung kebutuhannya.
Respnden TN
Kompilasi pemakaian kita liat dari kartu stock dan data pemakaian, kami
menerima LPLPO.
Pewawancara
Kapan biasanya laporan diterima oleh GFK?
Responden TN
Setiap bulannya dari Puskesmas setiap tanggal 10 tiap bulannya oleh orang
gudang itulah yang bertanggung jawab untuk merekap pemakaian obat di
puskesmas, dia bertanggung jawab untuk laporannya,rekap bulanannya.
Responden TN
Metode konsumsi itu memakai jumlah rata-rata pemakaian per bulan di kali
kebutuhannya dikurangi dengan sisa stock nya.Jika hasilnya (-) maka stock nya
lebih.
Universitas Sriwijaya
147
Pewawancara
Perencanaannya berapa bulan sekali?
Responden TN
Awal tahun sudah mulai pengadakan tergantung e cataloge nya jika sudah
keluar maka akan dilaksanakan pengadaan nya.
Pewawancara
Misalnya kan dari lplpo kan ada rekapannya dikirim ke dinkes,siapakah yag
menerima rekapan itu?
Responden TN
Disini kan di gudang, maka orang gudang itulah yang bertanggung jawab untuk
merekap pemakaian obat di puskesmas, dia bertanggung jawab untuk
laprannya,rekap bulanannya.
Responden TN
Kita selalu mengecek stok obat . Jika terjadi minimnya anggaran dengan
banyaknya kebutuhan obat yang harus di pesan maka dananya segitu ya
disesuaikan, maka kita harus melihat prioritas obat mana yang didahulukan.
Pewawancara
Data apa yang digunakan dalam prtimbangan proyeksi kebutuhan?
Responden TN
Maka yang menjadi pertimbangan adalah kartu stock dan data pemakaian.
Pewawancara
Apakah ada permasalahan dalam proses penghitungan proyeksi obat?
Responden TN
Masalahnya Cuma terkait dengan dana yang diberikan.
Universitas Sriwijaya
148
Pewawancara
Bagaimana pengalokasian anggaran untuk kebutuhan?
Responden TN
Pengalokasian kebutuhan obat per sumber anggaran cuma satu yaitu DAK.
Pewawancara
Bagaimana perhitungan anggarannya pak?
Responden TN
Menghitung rancangan anggaran untuk total kebutuhan dengan RKO. Sekarang
kalo pake E-Catalogue ada yang disebut dengan dana kapitasi BPJS.
Pemerintah sudah menetapkan bahwa sebagian dana kapitasi BPJS di gunakan
untuk jasa pelayanan kesehatan termasuk kebutuhan obat.
H. Pengadaan Obat
Responden TN
Sekarang kita sudah tidak menggunakan metode pengadaan, jika di E-
Catalogue sudah ada maka wajib di E- Catalouge. E-Catalogue sebagai acuan
untuk melihat daftar harga obat. Harga yang tertera di E-Catalogue sudah pasti
karena sudah ditetapkan oleh pemerintah
Pewawancara
Kapan dilakukaannya pengadaan obat dengan sistem E-Catalogue?
Responden TN
Awal tahun sudah mulai pengadaaan tergantung E-Catalogue nya jika sudah
keluar maka akan dilaksanakan pengadaan nya.
Pewawancara
Universitas Sriwijaya
149
Responden TN
Jika dengan E-Catalouge kita tinggal pilih.kalau E-Catalogue harganya pasti,
caranya karena E- Catalogue terkait sistem maka kadang kadang jika sistem
tidak lancar ya kita tidak bisa masuk.
Responden TN
Didalam E-Catalogue biasanya udah tersedia tuh distributor mana yang
menyediakan obat yang kita pesan. Maka dialah yang kita ajak kerjasama. Dulu
sebelum ada E-Catalogue kita pake sistem pelelangan umum.
Pewawancara
Biasanya melihat apakah ada sertifikat CPOB?
Responden TN
Iya, dinkes bekerjasama dengan distributor yang memang sudah besar dan
terpercaya termasuk kelengkapan sertifikat CPOB.
Responden TN
Proses pemantauan status pesanan ada semua di E-Purchase. Kalau ke dinkes
maka yang menjadi pesanan adalah ke media/ke pabrik, kalau ke puskesmas
melakukan permintaan ke gudang.
Universitas Sriwijaya
150
Responden TN
Tergantung, kalau sekarang itu sudah ada sistem nya, kalau surat pesanan
diterbitkan maka mereka wajib merespon, biasanya akan disesuaikan.
Responden TN
Pesanan diantar oleh sales dari PBF dan biasanya saya langsung mengecek
pesanan. Kita melihat kesesuaian jumlah obat yang dipesan, tanggal
kaduluarsa, apakah obat tersebut rusak atau tidak.
Universitas Sriwijaya
151
TRASNKRIP WAWANCARA
Umur : 38 tahun
I. Perencanaan Obat
Universitas Sriwijaya
152
obat, yaitu pada tahap pemilihan obat. Disini obat apa saja yang biasanya
digunakan untuk pengadaan?
Responden EF
Lebih dominan ke generik. Karena memang pabrikan kita lebih dominan. Jadi
kita mendistribusikan obat yang pabriknya lebih dominan memproduksi obat-
obat generik. Ada obat patennya, tapi sedikit.
Responden EF
Untuk pemakaian obat tergantung dari mereka berapa banyak yang akan di
pesan ke distributor. Untuk pabrikan sendiri memproduksi kebutuhan obat
sesuai konsumsi masyarakat.
Responden EF
Kita buffer itu biasanya 1.2 dalam artian kata, kebutuhan bulan kemarin
dikalikan 1.2. itulah kebutuhan untuk bulan depan. Jadi 0.2 nya untuk buffer
kalo kelebihan pemakaian bulan kemarin. Tapi kalo ada pembeliannya lebih
meningkat, lebih dari angka yang
Responden EF
Tergantung dari kebutuhan puskesmas karena berbeda-beda. Sistem pengadaan
menggunakan dana dari puskesmas. Puskesmas pesan barang dengan dana 10
juta, kita tetap beli bayaran ke pabrikan. Jadi nanti kewajiban puskesmas
membayar senilai yang kita suplay. Kita Cuma menjembatani karena pabrikan
tidak bisa langsung ke puskesmas.
Universitas Sriwijaya
153
Responden EF
Dulu secara manual sistem tender (menang tender) kalo sekarang sudah enak.
Dari segi teknis lebih mudah jadi kita tidak ribet. Jadi ada orang pesan dari
puskesmas pesan ke kita. Bilang ke pabrikan. Kirim ke sini, kita tinggal kirim
ke puskesmas.
Pewawancara
Kalau sistem tender, bagaimana pelaksanaannya pak?
Responden EF
Kalo sistem tender dulu ada pengumuman dulu dari pemerintah dinas
kesehatan, ada pengumuman lelang, ngikuitin penawaran, kemudian ada lagi
evaluasi penawaran, kontrak, panjang itu. Jadi dari awal pengadaan lelang itu
sampai dengan kontrak sampai pemesanan obat bisa memakan waktu satu
bulan. Itu baru administrasi belum kontrak setelah satu bulan baru pesan
barang. Kalo e-catalogue, baru upload langsung pesan barang. Maksimal 2 hari
kalo barangnya di sini.
J. Pengadaan Obat
Responden EF
Tergantung dari puskesmasnya, kalo seandainya puskesmasnya dari e-
purchasing lewat sistem kita dapat e-purchasing juga di system kita di e-
catalogue versi 3 namanya. Kita dapat e-purchasing, kita ajukan pemesanan ke
pabrikan, barangnya dikirim dari pabrikan baru didistribusikan ke pemesan.
Ada 2 sistem, online yang pakai e-purchasing. Offline, tidak melalui e-
purchasing cuma buat surat pesanan saja tapi itu masih via email, itu
persetujuan dari pabrikan juga. Jadi kalau yang offline tidak perlu e-
purchasing. Mereka buat surat pesanan di email/penyedia disetujui oleh
pabrikan baru diteruskan ke distributor.
Pewawancara
Universitas Sriwijaya
154
Responden EF
E-catalogue adalah pengadaan obat yang melalui aplikasi system di LPPE yang
pengadaanya sendiri itu lelangnya di LKPP dengan pabrikan. Jadi kalo
higienisnya dari distributor. Distributor ditunjuk oleh pabrikan yang
memenangkan tender antara pabrikan dengan LKPP.
Pewawancara
Bagaimana alur pengadaan dengan E-Catalogue dari puskesmas?
Responden EF
Alur pengadaannya yaitu :
dapat surat dari puskesmas – langsung pesan ke pabrikan – pabrikan kirim
barang ke kita – baru kirim barang ke puskesmas. Sisitemnya offline. Kalo
online mereka harus menggunakan e-purchasing, e-purchasing di upload dulu
pakai sistem yang lama.
Pewawancara
Kalau untuk puskesmas dempo menggunakan metode apa?
Responden EF
Masih pakai offline. Puskesmas Dempo mengirimkan surat pemesanan yang
dikirimkan ke distributor.
Pewawancara
Untuk tarif harga yang ditawarkan, biasanya dari e-catalogue pemerintah misal
14.000, dari Indofarma sendiri harus 14.000 atau malah di bawah 14.000?
Responden EF
Harus sama 14.000, harus sesuai dengan tariff yang ada di e-catalogue. Jadi
pemicunya dari harga pemerintah. Harga lelang yang dimenangkan oleh
pabrikan denga LKPP
Pewawancara
Untuk e-catalogue apakah ada permasalahan dalam pelaksanaan di PBF?
Responden EF
Hampir tidak ada karena kita cuma perantara. Pabrikan tidak bisa terjun
langsung ke puskesmas atau rumah sakit, harus melalu distributor. Sedangkan
yang membeli barang itu puskesmas atau rumah sakit membeli ke pabrikan,
Universitas Sriwijaya
155
kita sebagai perantara. Jadi kita dapat pesanan dari puskesmas atau rumah
sakit, kita pesan ke pabrikan. Pabrikan krim barang ke kita, kita kirim barang
ke puskesmas atau rumah sakit.
Pewawancara
Selama koordinasi dari distributor ke pabrikan atau dari distributor ke
puskesmas, apakah ada masalah?
Responden EF
Tidak ada. Mungkin masalahnya itu dibarang, telat masuk. Lebih banyak
masalah pengiriman barang. Kalo kita ditingkat distributor tidak bisa
memaksakan, karena apa yang kita terima itu yang kita kirim.
Pewawancara
Dari tahun berapa menggunakan e-catalogue?
Responden EF
Mulai 2013, tapi yang efektifnya, sejak pemerintahan presiden Jokowi, sekitar
tahun 2015.
Pewawancara
Sebelum tahun 2013 untuk pemesanan bagaimana?
Responden EF
Puskesmas dapat droping dari dinkes. Dinkes pembeliannya melalui pelelangan
umum, indofarma salah satunya.
Responden EF
Persyaratan menjadi distributor adalah salah satunya ada apoteker, ada gedung
(ada dana lokasi, ada dana ruangan). Dari segi factor pendukung, listrik. Kalau
dia mendistribusikan vaksin, harus ada tempat penyimpanan vaksin, kalo dia
cuma obat-obatan biasa, suhunya dilihat. Standar untuk distributor dapat dilihat
dari factor pendukung untuk penyimpanan obat. Dalam artian seperti fallet.
Obat tidak boleh bersentuhan langsung dengan lantai, itu harus pakai falet.
Suhu penyimpanan obat ada suhu maksimalnya, itu temperature harus diatur
Universitas Sriwijaya
156
dalam artian kalo seandainya obat biasanya suhu 30oC kalo cuacanya panas
dalam gudang harung ngapain, pakai blower dan sebagainya. Factor pendukung
lah persyaratannya. Cuacanya nggak boleh panas.
Pewawancara
Bagaimana dengan kelengkapan sertifikat CPOB? Apakah indofarma
memilikki sertifikat tersebut?
Responden EF
Selain itu juga, sertifikat CPOB, kalau untuk Palembang, dalam waktu dekat
akan diproses (belum) tapi kalau untuk pusat sudah. Peraturan terbaru setiap
pedagang besar farmasi penanggung jawab harus apoteker, kalau dulu AA.
Pewawancara
Kemudian bagaimana dengan pemilihan distributor di E-Catalogue?
Responden EF
Pemilihan distributor tergantung dari e- catalogue. Kalau e-catalogue satu PBF
dengan PBF lain berbeda-beda. Jadi tergantung mereka kebutuhannya apa. Jadi
kalo mereka butuh produk A, adanya di PBF kita, pasti mereka belinya di PBF
kita, tidak bisa mereka beli di PBF lain
Pewawancara
Apakah puskesmas dempo merupakan pelanggan tetap?
Responden EF
Tergantung, karena kalo e-catalogue satu PBF dengan PBF lain berbeda-beda.
Jadi tergantung mereka kebutuhannya apa. Jadi kalo mereka butuh produk A,
adanya di PBF kita, pasti mereka belinya di PBF kita, tidak bisa mereka beli di
PBF lain
Responden EF
Ada. Jadi sebenarnya bukan evaluasi. Disini ada pesanan dari puskesmas,
Puskesmas biasanya menelfon sebelum memberikan surat pemesanan kita
mensuplay barangnya misalnya 10 item, seandainya barangnya ada 7 item
Universitas Sriwijaya
157
berarti 3 item lagi belum disuplay. Disitu nanti ada monitoringnya, bisa dilihat.
Jadi yang belum dikirim bisa kelihatan. Pihak Puskesmas biasanya
berkoordinasi melalui telepon untuk mengecek pesanan.
Pewawancara
Siapa yang bertanggung jawab dalam memantau pesanan?
Responden EF
Ada, yaitu seorang apoteker penanggung jawab di gudang obat PBF
Pewawancara
Apa criteria penanggung jawab?
Responden EF
Sebenarnya bukan criteria, itu merupakan keharusan. Peraturan terbaru setiap
pedagang besar farmasi penanggung jawab harus apoteker, kalau dulu AA
Pewawancara
Sebenarnya untuk PBF sendiri, tugas apoteker itu bagaimana?
Responden EF
Bertanggung jawab dalam hal distribusi-distribusi masuk dan keluar obat,
secara administrasi pemesanan. Apoteker mengontrol, apakah pemesanan
sudah sesuai apa belum, penandatanganan manufaktur.
Pewawancara
Apakah terdapat masalah dalam pelaksanaannya?
Responden EF
Hambatanya seperti yang dikatakan tadi dari segi pesannya yang lambat datang
dari pabrikan ke distributor.
Responden AN
Pengiriman barang ke puskesmas tidak sampai seminggu, maksimal 2 X 24
jam. Jika obatnya tersedia di gudang, biasanya Puskes bisa menerima obat
besoknya atau hari ini pesan, hari ini dikirim kalo pemesanan pagi. Tapi kalo
pemesanan siang pengirimannya pasti besok. Pemesanannya lewat offline.
Yang mengantar pengantar barang (karyawan indofarma)
Universitas Sriwijaya
158
Pewawancara
Siapa yang mengantarkan pesanan ke gudang farmasi? Siapa yang memeriksa
pesanan begitu sampai? Apakah pernah terjadi ketidaksesuaian pesanan?
Pewawancara
Apakah ada masalah dalam pemesanannya?
Responden EF
Hambatan yang terjadi saat penerimaan obat adalah pemesanan yang telat
masuk. Kalo kita ditingkat distributor tidak bisa memaksakan, karena apa yang
kita terima itu yang kita kirim.
Universitas Sriwijaya
159
TRASNKRIP WAWANCARA
Umur : 35 tahun
K. Perencanaan Obat
Universitas Sriwijaya
160
obat, yaitu pada tahap pemilihan obat. Disini obat apa saja yang biasanya
digunakan untuk pengadaan?
Responden HR
Kalo di E-Catalogue obatnya generik, memang ada yang paten namun lebih
banyak obat generik.
Pewawancara
Kalau kompilasi pemakaian, untuk PBF sendiri pelaksanaannya bagaimana
pak?
Responden HR
Saya kurang paham untuk hal itu, karena saya baru 3 bulan menjabat. Mungkin
menurut saya itu tergantung dari pabrikan, distributor hanya sebagai perantara.
Responden HR
Melihat dari laporan permintaan puskesmas, obat mana yang paling sering
keluar.Kita memperkirakan kelebihan obat ketika memesan ke pabrikan untuk
perencanaan bulan selanjutnya.
Pewawancara
Bagaimana terkait dengan penganggaran obat ke puskesmas?
Responden HR
Kebutuhan obat terkait penganggaran saya kurang tahu, namun kami dikirim
dari pabrik per 2 minggu. Kalo stoknya ada dikirim 2 minggu. Kalo nggak stok,
lama. Itu pihak pabrikan yang tahu anggarannya. Kalo untuk puskesmas,
peganggaran dari mereka kemudian kita terima dan melakukan pengadaan.
Universitas Sriwijaya
161
Responden HR
Pemasarannya online. Jadi pabrikan sudah menang, tinggal pesanannya. Dia
lelang dulu di Jakarta,lelang seluruh obat, berapa item. 100 item misalnya,
dilelang. Yang menang untuk 1 item obat itu siapa untuk di wilayah SumSel.
Misalkan Kimia Farma. Jadi Kimia Farma menunjuk distributor PBF. Kalo
misalkan yang menang Deksa, Deksa nanti menunjuk AHM sebagai PBFnya
untuk mendistribusikan baranganya di Palembang. Yang menang lelang bukan
PBF, tapi pabrik. E-catalogue obat itu dari pabrik, ada Dinas tengahnya PBF.
Fungsi PBF mendistribusikan.dari pabrik kirim ke PBF, PBF ke seluruh
SumSel ini untuk satu produk. Puskesmas dilayani, Dinas dilayani oleh
pabrikan yang menang tender.
L. Pengadaan Obat
Responden HR
Iya. Kalo e-catalogue yang menang Kimia Farma, pabrik Kimia Farma nunjuk
distributor KFPD, PBFnya. Dia melayani seluruh satu provinsi untuk 1 item
produk yang menang. Yang menang ada 10, 10 item itu nanti. Missal Deksa
ada 10, nah itu PBF lain yang mendistribusikan
Pewawancara
Biasanya kalo puskesmas berapa waktu untuk pengadaan obat, apa 3 bulan atau
setiap bulan?
Responden HR
Tergantung stok barang mereka. Kalo mereka stoknya masih ada tidak akan
pesan
Universitas Sriwijaya
162
Pewawancara
Sudah berapa tahun ada e-catalogue?
Responden HR
Dari 2013/2014. Mulai aktif 2013 akhir bulan September. 2014 sudah semua
pakai e-catalogue
Pewawancara
Bagaimana dengan tarif harga yang ditawarkan?
Responden HR
Harga harus sesuai dengan harga yang tercantum di e-catalogue. E-catalogue
kan sudah ada pemenang lelangnya, misalnya harga obat Rp 200, harus sesuai.
Harga biasanya jauh relative lebih murah
Pewawancara
Bagaimana alur pemesanan dari puskesmas ke PBF?
Responden HR
Puskesmas mengirimkan surat pesanan ke distributor, mereka buat pesanan
bukan ke kami tapi ke pabrik jadi pesannya itu ke pabrik kecuali manual. Kalo
manual pake SP biasa aja kayak apotek pesan ke kita dikirim ke sini. Yang
mengantar ada karyawan dari PBF
Pewawancara
Masalah dana, pembayaran e-catalogue itu gimana dari puskesmas ke sini?
Responden HR
Biasanya kalo puskesmas bayar sesuai dengan apa yang difakturkan, harga
sesuai dengan e-catalogue. Bayarnyaa biasanya setelah barang dikirim semua.
Pembayaran tergantung mereka. Kalo mereka cash kami terima cash. Kalo
mereka bayarnya giro kami terima giro. Kalo transfer sesuai nominal. Yang
nggak bisa itu bayar pakai daun, beras, itu nggak bisa.
Universitas Sriwijaya
163
Pewawancara
Persyaratan untuk bisa menjadi distributor itu apa saja ya pak?
Responden HR
Persyaratan menjadi distributor adalah salah satunya ada apoteker, ada gedung
(ada dana lokasi, ada dana ruangan). Dari segi factor pendukung, listrik. Kalau
dia mendistribusikan vaksin, harus ada tempat penyimpanan vaksin, kalo dia
cuma obat-obatan biasa, suhunya dilihat. Standar untuk distributor dapat dilihat
dari factor pendukung untuk penyimpanan obat. Dalam artian seperti fallet.
Obat tidak boleh bersentuhan langsung dengan lantai, itu harus pakai falet.
Suhu penyimpanan obat ada suhu maksimalnya, itu temperature harus diatur
dalam artian kalo seandainya obat biasanya suhu 30oC kalo cuacanya panas
dalam gudang harung ngapain, pakai blower dan sebagainya. Factor pendukung
lah persyaratannya. Cuacanya nggak boleh panas.
Pewawancara
Bagaimana dengan kelengkapan sertifikat CPOB? Apakah kimia farma
memilikki sertifikat tersebut?
Responden HR
Sudah
Pewawancara
Kemudian bagaimana dengan pemilihan distributor di E-Catalogue?
Responden HR
Sebenarnya itu tergantung dari distributor mana yang menyediakan obat yang
dia minta. Jadi itu tergantung dari Puskesmas. Kalo dari kami kami tidak mau
melayani permintaan yang bukan dari apoteker puskesmas. Karena salah satu
syarat e-catalogue ini adalah puskesmas yang memiliki apoteker harus
menerapkan sistem e-catalogue.
Pewawancara
Apakah puskesmas dempo merupakan pelanggan tetap?
Responden HR
Bukan
Universitas Sriwijaya
164
Pewawancara
Biasanya kalo dari puskesmas membeli obat ke sini, ada permasalahan proses
pemesanan tidak?
Responden HR
Kalo tidak ada apoteker tidak akan dilayani.
Pewawancara
Disini apakah PBF ada apotekernya?
Responden HR
Ada. Apoteker bukan sebagai PPK, PPK adanya di Dinas, puskesmas.
Menjabat sebagai pembuat komitmen, jadi di yang membuat anggaran, dia mau
belanja apa. Kalo yang menandatangani adalah ketua cabang
Responden HR
Apoteker puskesmas menelfon pihak kami sebelum mengirimkan surat
pemesanan kemudian yang menerima apoteker distributor. Selanjutnya pesanan
akan dicek di gudang obat kemudian diantarkan oleh petugas.
Pewawancara
Ada sistem cancel tidak jika di pabrikan juga tidak tersedia obat yang diminta?
Responden HR
Bisa dibatalkan. System ini kan intinya memudahkan mereka (Dinas,
puskesmas)
Pewawancara
Siapa yang melakukan pemantauan status pemesanan?
Universitas Sriwijaya
165
Responden HR
Apoteker
Responden HR
Tergantung dari gudang obat, stoknya ada atau tidak. Jika ada, prosesnya tidak
memerlukan waktu yang lama biasanya hari ini dia pesan, bisa langsung kita
antar atau paling lambat besok paginya
Responden HR
Apoteker Puskesmas biasanya langsung melakukan pengecekan jika pesanan
sudah datang dan dibantu oleh pengantar barang dari distributor. Pengecekan
terhadap tanggal kaduluarsa, jumlah pesanan dll.
Pewawancara
Siapa yang mengantarkan pesanan ke gudang farmasi? Siapa yang memeriksa
pesanan begitu sampai? Apakah pernah terjadi ketidaksesuaian pesanan?
Pewawancara
Pernah tidak terjadi pemesanan yang tidak sesuai?
Responden HR
Tidak pernah
Universitas Sriwijaya
166
Universitas Sriwijaya
167
Tabel 5.2
Data Sumber Daya Manusia (SDM) Puskesmas Dempo Palembang
No Jenis Pendidikan Jumlah
1 Dokter Umum 3 orang
2 Dokter Gigi 1 orang
3 Dokter Spesialis anak 1 orang
4 Dokter Spesialis SPOG 1 orang
5 Dokter SpPD 1 orang
6 Bidan 5 orang
7 Akper 9 orang
8 Akademi Gizi 2 orang
9 Sanitarian 2 orang
10 Perawat Gigi 3 orang
11 Analisa Kesehatan 2 orang
12 SMA/LPCK 1 orang
13 SAA 2 orang
14 SKM 4 orang
15 Apoteker 1 orang
Jumlah Pegawai 37 orang
Sumber : Profil Puskesmas Dempo Palembang Tahun 2015
Universitas Sriwijaya
168
Universitas Sriwijaya