You are on page 1of 184

ANALISIS PERENCANAAN DAN PENGADAAN

OBAT DENGAN SISTEM E-CATALOGUE


DI PUSKESMAS DEMPO

SKRIPSI

OLEH

NAMA : VIDIA LESTARI


NIM : 10121001019

PROGRAM STUDI (S1) KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016

1
ANALISIS PERENCANAAN DAN PENGADAAN
OBAT DENGAN SISTEM E-CATALOGUE
DI PUSKESMAS DEMPO

SKRIPSI
Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mendapatkan Gelar (S1)
Sarjana Kesehatan Masyarakat Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sriwijaya

OLEH

NAMA : VIDIA LESTARI


NIM : 10121001019

PROGRAM STUDI (S1) KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016

1
ADMINISTRASI KEBIJAKAN DAN KESEHATAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Skripsi, 19 Juli 2016

Vidia Lestari

Analisis Perencanaan dan Pengadaan Obat dengan Sistem e-Catalogue di


Puskesmas Dempo

xv + 80 halaman, 6 tabel, 8 gambar, 11 lampiran

ABSTRAK

Proses perencanaan dan pengadaan menjadi bagian yang begitu penting dalam
pengelolaan obat untuk menunjang ketersediaan obat di Puskesmas. Sejak adanya
Era JKN, pengadaan obat yang dilaksanakan berdasarkan e-Catalogue dengan
menggunakan metode pembelian secara elektronik (e-Purchasing). Puskesmas
Dempo Palembang merupakan salah satu puskesmas yang sudah menerapkan
sistem e-Catalogue. Dua tahun sejak diberlakukannya JKN pada awal tahun 2014,
kasus over dan defisit stock obat masih sering ditemukan khususnya di Puskesmas
Dempo. Kebijakan terkait dengan pengadaan obat dengan e-Catalogue masih
belum dilakukan pembahasan secara mendalam untuk mengetahui perubahan
sistem pelayanan kesehatan khususnya pelayanan kefarmasian.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis informasi mengenai proses
pelaksanaan perencanaan dan pengadaan obat dengan sistem e-Catalogue di
Puskesmas Dempo.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan
deskriptif. Informan yang dipilih menggunakan teknik purposive sampling.
Hasil penelitian ini bahwa perencanaan obat dengan sistem e-Catalogue dilakukan
oleh apoteker dengan menggunakan metode konsumsi sebagai perhitungan yang
bersumber pada LPLPO. Pengadaan obat dengan e-Catalogue dilakukan secara
offline jika sewaktu-waktu stok obat benar-benar kosong dan sangat dibutuhkan
dengan mengirimkan surat pesanan kepada PBF.
Kesimpulan penelitian, perencanaan dan pengadaan obat di Puskesmas Dempo
Palembang sudah berjalan sesuai dengan Standar Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 30 Tahun 2014.
Saran penelitian ini sebaiknya diadakan monitoring dan evaluasi secara berkala
oleh pimpinan puskesmas terkait pelaksanaan e-Catalogue.

Kata kunci : perencanaan, pengadaan, e-Purchasing, e-Catalogue


Kepustakaan : 76 (1992-2015)

iii
HEALTH POLICY AND ADMINISTRATION

FACULTY OF PUBLIC HEALTH


SRIWIJAYA UNIVERSITY
Thesis, July 19, 2016

Vidia Lestari

Analysis of Drug Planning and Procurement with e-Catalogue System in


Dempo Primary Health Center

xv + 80 pages, 6 tables, 8 figures, 11 attachments

ABSTRACT

Planning and procurement were important part of logistic management to support the
availability of drugs in public health center. Since the era of National Health Insurance
(JKN), drug procurement with e-Catalogues system is done by using electronically
purchase method (e-Purchasing). Dempo Primary Health Center is one of the public
health centers that have implemented the e-Catalogue system. Two years since the
enactment of National Health Insurance (JKN) in the beginning of 2014, drug over and
deficit stock still in common, especially in the Dempo Primary Health Center. The
policies related to the drug procurement by e-Catalogue still not be discussed in depth
discussion to know the changes of pharmaceutical services in the health care system.
The aim of this study was to analyze the information about the implementation of drug
planning and procurement by e-Catalogue system in Dempo Primary Health Center. This
study used qualitative research method by using descriptive approach. The informants33
were selected by purposive sampling method.
The results of this study showed that the drug planning by using e-Catalogue system was
done by pharmacist using consumption method as a calculation in drug need which is
based on LPLPO. Drug procurement with e-Catalogue system was done in offline by
sending a letter to the PBF if the drug stock completely empty and desperately needed.
The conclusion of this study was drug planning and procurement in the Dempo Primary
Health Center has already appropriated according to the Standards of Pharmaceutical
Services in the Primary Health Center that already set in the Health Minister Regulation
of the Republic of Indonesia Number 30 of 2014.
Suggestions: This study should be done by monitoring and regular evaluation with the
health center leaders related to the implementation of the e-Catalogue.

Keywords : planning, procurement, e-Purchasing, e-Catalogue


Bibliography : 76 (1992-2015)

iv
v
vi
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Vidia Lestari

Tempat, Tanggal Lahir : GPM, 04 Maret 1994

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pekerjaan : Mahasiswi

Alamat Rumah : Perum PT.GPM Housing I Block E.116,

Seputih Mataram, Bandar Mataram, Lampung

Tengah, Lampung

Riwayat Pendidikan :

1. TK Gula Putih Mataram


2. SD Gula Putuh Mataram
3. SMP Gula Putih Mataram
4. SMA Sugar Group
5. S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya

1
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu‟alaykum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillahirabbil „alamiin.

Puji syukur kehadirat Allah SWT., yang telah memberikan ridha serta

petunjuk-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Skripsi tentang “Analisis

Perencanaan dan Pengadaan dengan Sistem e-Catalogue di Puskesmas Dempo”.

Skripsi ini dibuat untuk memenuhi syarat mata kuliah Skripsi pada semester VIII

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya.

Dalam penyelesaian proposal ini, Penulis banyak mendapatkan bimbingan

dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati

Penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tuaku, Ibu dan Bapak serta adikku terimakasih sudah menjadi

dua orang terhebat dalam hidup penulis dan selalu memberikan cinta, doa,

kasih sayang, serta dukungan moral maupun materi selama ini.

2. Bapak Iwan Stia Budi, S.KM, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sriwijaya.

3. Ibu Elvi Sunarsih, S.KM, M.Kes, selaku Kepala Program Studi Ilmu

Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya.

ix
4. Ibu Asmaripa Ainy, S.Si, M.Kes, selaku dosen pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan, motivasi maupun solusi selama penyusunan

Skripsi.

5. Ibu Dian Safriantini, S.KM, M.PH, selaku dosen pembimbing II yang

telah memberikan bimbingan, motivasi maupun solusi selama penyusunan

Skripsi.

6. Seluruh dosen dan staff Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sriwijaya yang telah membantu dalam penyusunan Skripsi.

7. Ibu drg. Novi Ariati, selaku Manager Internal di Puskesmas Dempo yang

telah meluangkan waktunya dan bersedia menjadi informan dalam

penelitian saya.

8. Ibu Merry, S.KM, selaku Kasubag Tata Usaha yang telah mengarahkan

saya selama penelitian di Puskesmas Dempo.

9. Yuk Fanny Citra Dewi, S.Farm (Apt), selaku apoteker di Puskesmas

Dempo yang telah meluangkan waktunya dan bersedia menjadi informan

dalam penelitian saya.

10. Yuk Putri, S.KM, selaku asisten apoteker di Puskesmas Dempo yang telah

meluangkan waktunya dan bersedia menjadi informan dalam penelitian

saya.

11. Seluruh informan dari Dinas Kesehatan Kota Palembang maupun dari

Pedagang Besar Farmasi (Kimia Farma dan Indo Farma) yang telah

membantu dalam peyusunan Skripsi.

x
12. Teman sekaligus sahabat Rozy Ahimsyah Pratama S.E, terimakasih atas

segala bentuk bantuan, dukungan dan motivasinya.

13. Rekan-rekan seperantauan sekaligus keluarga kedua di Adinda 15, Afni

Rakhmania, Meti Herdayanti, Azkia Irvana Yesha, Trinurjannah,

Frillandini Ayu Paramudita, Vini Ira dan Pratiwi Rahmayanti, atas

persaudaraannya, motivasi, semangat, dukungan, dan kebersamaannya.

14. Rekan-rekan seperjuangan sekaligus asisten penelitian, Annisa, Yunis,

Mona, Anis, Nike, Silvia, Hany, Desvi, Amel, Dea dan seluruh mahasiswa

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya angkatan 2012, atas

persaudaraannya, semangat, dukungan, dan kebersamaannya.

15. Seluruh pihak yang terlibat dan berkontribusi dalam proses pembuatan dan

penyusunan Proposal Skripsi ini, yang tidak dapat saya jabarkan satu per

satu.

Saran dan kritik yang bersifat membangun sangat Penulis harapkan demi

kesempurnaan Skripsi di masa yang akan datang. Semoga Skripsi ini dapat

bermanfaat bagi pembaca. Aamiin.

Wassalamu‟alaykum warahmatullahi wabarakatuh.

Indralaya, Juli 2016

Penulis

xi
DAFTAR ISI

Halaman Sampul Luar ............................................................. i


Abstrak ……………………………………………………… ii
Halaman Pengesahan ……………………………………….. iv
Halaman Persetujuan ............................................................... v
Halaman Persetujuan Bebas Plagiarisme ................................ vi
Kata Pengantar ......................................................................... vii
Daftar Isi .................................................................................. x
Daftar Tabel ............................................................................. xii
Daftar Gambar ......................................................................... xiii
Daftar Istilah ………………………………………………… xiv
Daftar Lampiran ...................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................. 1
1.2 Pembatasan Masalah ......................................................... 4
1.3 Rumusan Masalah ............................................................. 4
1.4 Tujuan Penelitian ………………………………………… 5
1.4.1 Tujuan Umum .......................................................... 5
1.4.2 Tujuan Khusus ......................................................... 5
1.5 Manfaat ............................................................................. 5
1.5.1 Mahasiswa ............................................................... 5
1.5.2 Fakultas Kesehatan Masyarakat .............................. 6
1.5.3 Puskesmas Dempo ................................................... 6
1.6 Ruang Lingkup Penelitian ................................................ 6
1.6.1 Lingkup Lokasi ....................................................... 6
1.6.2 Lingkup Materi ........................................................ 6
1.6.3 Lingkup Waktu ........................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7
2.1 Perencanaan Obat ............................................................. 7
2.1.1 Definisi Perencanaan Obat ...................................... 7
2.1.2 Tujuan Perencanaan Obat ........................................ 7
2.1.3 Manfaat Perencanaan Obat ...................................... 7
2.1.4 Langkah-langkah Perencanaan Obat ....................... 8
2.2 Pengadaan Obat ................................................................ 17
2.2.1 Definisi Pengadaan Obat ......................................... 11
2.2.2 Fungsi dan Tujuan Pengadaan Obat ........................ 17
2.2.3 Langkah-langkah Pengadaan Obat .......................... 18
2.3 Sistem Informasi Kesehatan 22
2.3.1 Definisi Sistem Informasi Kesehatan ...................... 22
2.3.2 Tujuan Sistem Informasi Kesehatan......................... 23
2.3.3 Prinsip-prinsip Sistem Informasi 24
Kesehatan ………………........................................
2.3.4 Komponen Sistem Informasi Kesehatan .................. 25
2.3.5 Manfaat Sistem Informasi Kesehatan …………….. 25

xii
2.4 E-Purchasing ………………………................................. 26
2.4.1 Definisi E-Purchasing ……...................................... 26
2.4.2 Pengadaan Obat Secara Prosedur E-Purchasing ...... 26
2.4.3 Alur Proses E-Purchasing ……………..................... 28
2.5 E-Catalogue Obat ............................................................. 28
2.5.1 Definisi E-Catalogue Obat ...................................... 28
2.5.2 Tujuan E-Catalogue Obat ........................................ 28
2.5.3 Manfaat E-Catalogue Obat ...................................... 29
2.5.4 Pelaksanaan E-Catalogue Obat ............................... 29
2.6 Penelitian Terdahulu …………………………………….. 30
2.6 Kerangka Teori ................................................................. 35
BAB III KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH .............. 37
3.1 Kerangka Pikir .................................................................. 37
3.2 Definisi Istilah ................................................................... 38
BAB IV METODE PENELITIAN .................................................... 40
4.1 Desain Penelitian .............................................................. 40
4.2 Informan Penelitian ........................................................... 40
4.3 Jenis, Cara dan Alat Pengumpulan Data .......................... 40
4.3.1 Jenis Pengumpulan Data .......................................... 40
4.3.2 Cara Pengumpulan Data ........................................... 41
4.3.3 Alat pengumpulan Data ........................................... 41
4.4 Pengolahan Data ............................................................... 42
4.5 Validasi Data ..................................................................... 44
4.6 Analisa dan Penyajian Data .............................................. 45
BAB V HASIL PENELITIAN …………………………………….. 47
5.1 Gambaran Umum Puskesmas Dempo ………………….. 47
5.2 Hasil Penelitian. ………………………………………… 52
BAB VI PEMBAHASAN …………………………………………… 64
6.1 Keterbatasan Penelitian …………………………………. 64
6.2 Pembahasan …………………………………………….. 64
BAB VII KESIMPULAN dan SARAN ……………………………… 79
DAFTAR PUSTAKA ........................................................... 81
LAMPIRAN ........................................................................... 74

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ....................................................................... 28

Tabel 4.1 Daftar Informan dan Wawancara Mendalam .................................. 39


Tabel 5.1 Data Sarana Kesehatan Puskesmas Dempo Palembang .................
42
Tabel 5.2 Karakteristik Informan dari Puskesmas Dempo Palembang ........ 45

Tabel 5.3 Karakteristik Informan dari Dinas Kesehatan Kota Palembang .... 45

Tabel 5.4 Karakteristik Informan dari Pedagang Besar Farmasi ................... 46

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Siklus Perencanaan Obat ........................................................... 8

Gambar 2.2 Siklus Pengadaan Obat ..............................................................


20
Gambar 2.3 Alur Proses E-Purchasing .........................................................
25
Gambar 2.4 Alur Proses Penyusunan E-Catalogue ...................................... 27
Gambar 2.5 Komponen Sistem Informasi Kesehatan .................................. 30
Gambar 2.6 Siklus Manajemen Obat ............................................................. 36
Gambar 2.7 Kerangka Teori ........................................................................... 37
Gambar 3.1 Kerangka Pikir ...........................................................................
38

xv
DAFTAR ISTILAH

JKN : Jaminan Kesehatan Nasional


PBF : Pedagang Besar Farmasi
IF : Instalasi Farmasi
GFK : Gudang Farmasi Kota
CDOB : Cara Distribusi Obat yang Baik
FKTP : Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
LPLPO : Lembar Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Informed Consent

Lampiran 2 Pedoman Wawancara Mendalam

Lampiran 3 Pedoman Observasi

Lampiran 4 Pedoman Checklist

Lampiran 5 Surat Keterangan Telah Selesai Penelitian

Lampiran 6 Matriks Wawancara Mendalam Pihak Puskesmas Dempo


Palembang
Lampiran 7 Matriks Wawancara Mendalam Pihak Dinas Kesehatan Kota
Palembang

Lampiran 8 Matriks Wawancara Mendalam Pihak Pedagang Besar Farmasi

Lampiran 9 Struktur Organisasi Puskesmas Palembang

Lampiran 10 Data Sumber Daya Manusia (SDM) Puskesmas Dempo


Palembang

Lampiran 11 Proses Kegiatan Wawancara Mendalam

xvii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang


menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perorangan tingkat pertama dengan lebih mengutamakan upaya promotif
dan preventif (Permenkes RI No. 75 tahun 2014). Selain itu, Puskesmas
juga merupakan unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kab/Kota yang
bertanggung jawab terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu.
Pelayanan kesehatan puskesmas harus ditunjang dengan pelayanan
kefarmasian yaitu manajemen pengelolaan obat yang baik. Pengelolaan
obat merupakan suatu rangkaian kegiatan yang mencakup perencanaan,
pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat yang dikelola secara
optimal untuk menjamin tercapainya ketepatan jumlah dan jenis obat.
Sesuai dengan penelitian Mangindra (2012), bahwa tujuan pengelolaan
obat adalah tersedianya obat baik mengenai jenis, jumlah maupun
kualitas secara efektif dan efisien, tanpa mengabaikan mutu pelayanan
kepada perorangan.
Proses perencanaan dan pengadaan menjadi bagian yang begitu
penting dalam pengelolaan obat untuk menunjang ketersediaan obat di
Puskesmas. Perencanaan obat merupakan suatu proses kegiatan seleksi
obat untuk menentukan jenis dan jumlah obat dalam rangka pemenuhan
kebutuhan obat di Puskesmas. Perencanaan kebutuhan obat di Puskesmas
dilaksanakan oleh pengelola obat. Hal ini sejalan dengan penelitian
Mangindara (2012) bahwa perencanaan kebutuhan obat di Puskesmas
direncanakan oleh penanggung jawab obat secara berkala setiap periode
yaitu dalam setahun akan dilakukan empat kali. Kegiatan perencanaan
obat di puskesmas meliputi pemilihan jenis obat, kompilasi pemakaian
obat, perhitungan jumlah kebutuhan obat, proyeksi kebutuhan obat dan
penyesuaian rencana pengadaan obat (Kemenkes RI, 2010).

1
2

Pengadaan obat merupakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan


operasional yang telah ditetapkan di dalam fungsi perencanaan.
Sementara itu kegiatan dari proses pengadaan obat di puskesmas meliputi
pemilihan metode pengadaan, pemilihan pemasok, pemantauan status
pesanan, penentuan waktu pengadaan dan kedatangan obat serta
penerimaan dan pemeriksaan obat (Kemenkes RI, 2010).
Berdasarkan Perpres Nomor 70 Tahun 2012 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana disebutkan bahwa pengadaan
barang/ jasa di instansi pemerintahan dilakukan secara manual.
Pengadaan barang/jasa melalui sistem manual maksudnya bahwa
Puskesmas secara rutin setiap tiga bulan sekali mendapat stok obat dari
gudang farmasi kota (GFK). Pemerintah yaitu Dinas Kesehatan Kab/Kota
bertanggung jawab atas ketersediaan, keterjangkauan dan pemerataan
obat esensial yang dibutuhkan masyarakat.
Pada awal tahun 2014 tepat pada tanggal 1 Januari Pemerintah
Indonesia melalui Kementerian Kesehatan mengoperasikan Program
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Sistem pelayanan kesehatan di
Indonesia akan mengalami perubahan besar dengan diberlakukannya
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) (Kemenkes RI, 2014). Begitupun
dengan sistem pelayanan kefarmasiaan yang mencakup manajemen
pengelolaan obat di tingkat rumah sakit maupun puskesmas.
Menurut Surat Edaran NOMOR KF/MENKES/167/III/2014
tentang pengadaan obat yang dilaksanakan berdasarkan E-Catalogue
dengan menggunakan metode pembelian secara elektronik (E-
Purchasing) (Kemenkes RI, 2014). E-purchasing adalah tata cara
pembelian barang/jasa melalui sistem E-Catalogue yang diselenggarakan
oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP). E-
Catalogue obat adalah sistem informasi elektronik yang memuat daftar,
jenis, spesifikasi teknis dan harga obat dari berbagai penyedia
barang/jasa (Arif, 2014).
Pengadaan obat berdasarkan E-Catalogue dilaksanakan di seluruh
satuan kerja di bidang kesehatan baik pusat maupun daerah dan Fasilitas

Universitas Sriwijaya
3

Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) maupun Fasilitas Kesehatan Rujukan


Tingkat Lanjutan yang bekerja sama dengan Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan (Kemenkes RI, 2014). Terkait dengan
kebijakan pengadaan obat berdasarkan E-Catalogue, 39 Puskesmas di
bawah wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Palembang.
Puskesmas Dempo Palembang merupakan salah satu puskesmas
yang sudah menerapkan sistem E-catalogue sebagai bahan pertimbangan
perencanaan dan pengadaan kebutuhan obat. Puskesmas Dempo
merupakan Puskesmas bertaraf ISO dengan daftar kunjungan pasien
terbanyak yang menyelenggarakan program pelayanan Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN). Oleh karena itu, pemakaian akan obat di
Puskesmas Dempo juga relatif banyak.
Sebagai Puskesmas percontohan di bawah wilayah kerja Dinas
Kesehatan Kota Palembang, Puskesmas Dempo jelas memperhatikan
tentang manajemen pengelolaan obat yang baik. Hal ini dapat terlihat
bahwa Puskesmas Dempo sudah memiliki apoteker dan asisten apoteker
sebagai pengelola obat dan penanggung jawab kefarmasian. Selain itu,
apoteker juga merupakan PPK yang nantinya berkoordinasi langsung
dengan gudang farmasi kota (GFK) maupun pedagang besar farmasi
(PBF) terkait pengadaan obat.
Dua tahun sejak diberlakukannya JKN pada awal tahun 2014, kasus
over dan defisit stock obat masih sering ditemukan khususnya di
Puskesmas Dempo. Kasus over stock terjadi karena persediaan melebihi
jumlah pemakaian obat. Kasus defisit stock terjadi karena pemakaian
melebihi jumlah persediaan. Defisit stock juga bisa terjadi ketika
permintaan kebutuhan obat oleh pihak Puskesmas kepada GFK tidak
sesuai dengan permintaan yang ditulis di lembar LPLPO. Berikut adalah
data pelaporan persediaan dan pemakaian obat di Puskesmas Dempo
tahun 2015 :

Universitas Sriwijaya
4

Tabel 1.1
Persediaan dan Pemakaian Obat di Puskesmas Dempo Tahun 2015
Hidrokortison Oksimetazolin tts Vit. B
krim 2.5 % hidung (Iliadin Kompleks tab
Drops)
Triwulan Persediaan 192 30 22000
I Pemakaian 112 1 17500
(%) 41.6% (over) 96.6% (over) 20.45% (over)
Triwulan Persediaan 240 29 18100
II Pemakaian 24 4 8600
(%) 90% (over) 86.2% (over) 52.4% (over)
Triwulan Persediaan 312 25 16300
III Pemakaian 110 8 10800
(%) 64.7% (over) 68% (over) 33.7% (over)
Persediaan 250 37 19100
Triwulan
Pemakaian 58 11 13600
IV
(%) 76.8% (over) 70.2% (over) 28.8% (over)

Hidrokortison krim 2.5 %, Oksimetazolin tts hidung (Iliadin Drops)


dan Vit B Kompleks merupakan beberapa contoh obat generik yang
kebutuhan penggunaannya tidak bisa lepas dari masyarakat.
Hidrokortisom krim 2.5 % adalah salep kortikosteroid topikal yang
digunakan sebagai anti-inflamasi untuk perawatan berbagai gangguan
kulit seperti alergi, peradangan lokal, bengkak, gatal, dan kemerahan
yang terjadi pada berbagai kondisi. Penggunaan obat ini harus dengan
resep dokter, sehingga ketersediaannya di Puskesmas harus diperhatikan,
mengingat sebagian besar wilayah Palembang merupakan daerah sungai
dan rawa-rawa. Hygiene sanitasi yang buruk dapat menimbulkan
berbagai masalah kulit pada masyarakat.
Vit B Kompleks adalah obat yang paling sering dikeluarkan
sebagai obat resep di Puskesmas Dempo. Hal ini terlihat bahwa Vit B
Kompleks merupakan obat dengan pemakaian terbanyak baik di tahun
2015 maupun di tahun-tahun sebelumnya. Vit B Kompleks merupakan
kelompok vitamin yang larut dalam air dan memiliki banyak manfaat
bagi kesehatan. Keistimewaan ini menjadikan Vit B Kompleks sering
digunakan sebagai obat pengganti obat lain di Puskesmas Dempo
sehingga persediaannya sering mengalami defisit stock.

Universitas Sriwijaya
5

Penerapan sistem E-Catalogue obat diharapkan mampu mengatasi


masalah kekosongan obat sehingga pemenuhan ketersediaan kebutuhan
obat akan lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Menurut survei awal
yang sudah dilaksanakan oleh Peneliti di Puskesmas Dempo bahwa
asisten apoteker mengatakan “Semenjak diberlakukannya Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) perencanaan dan pengadaan obat di
puskesmas mengalami sedikit perubahan. Pengadaan obat sudah bisa
menggunakan E-Catalogue untuk pemesanannya. Kemudian pihak PBF
yang datang langsung ke puskesmas untuk mengantarkan pesanan.
Penerapan E-Catalogue memang menguntungkan tapi kasus kekosongan
obat juga masih sering terjadi karena obat yang tidak tersedia di GFK
maupun PBF”.
Dalam praktiknya beberapa pihak mulai dari pihak pemegang
program sampai pihak penyedia obat masih beradaptasi dalam
menjalankan kebijakan baru tersebut. Kebijakan terkait dengan
pengadaan obat dengan E-Catalogue masih belum dilakukan pembahasan
secara mendalam untuk mengetahui perubahan sistem pelayanan
kesehatan khususnya pelayanan kefarmasian. Sehingga penting untuk
melakukan evaluasi terkait dengan perencanaan obat yang dapat
dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan terkait pengadaan obat di
Puskesmas sehingga masalah kekosongan obat tidak terjadi lagi.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti ingin mengkaji
tentang perencanaan dan pengadaan obat dengan sistem E-catalogue di
Puskesmas Dempo.

1.2. Rumusan Masalah

Puskesmas Dempo sudah menerapkan metode pengadaan obat dengan


sistem E-Catalogue sejak tahun 2014. Namun, dalam pelaksanaannya
beberapa pihak mulai dari PPK sampai pihak penyedia obat masih
beradaptasi dalam menjalankan kebijakan baru tersebut dan masalah
defisit dan over stock masih sering terjadi. Kasus over dan defisit stock

Universitas Sriwijaya
6

obat menjadi masalah di Puskesmas Dempo. Hal ini ditunjukkan pada data
persediaan dan pemakaian obat di Puskesmas Dempo tahun 2015 pada
Triwulan I, Hidrokortison krim 2.5 % (over stock 41.6%), Oksimetazolin
tts hidung (Iliadin Drops) (over stock 90.6%), Vit B Kompleks (over stock
20.45%). Triwulan II Hidrokortison krim 2.5 % (over stock 90%),
Oksimetazolin tts hidung (Iliadin Drops) (over stock 56.2%), Vit B
Kompleks (over stock 52.4%). Triwulan III Hidrokortison krim 2.5 %
(over stock 64.7%), Oksimetazolin tts hidung (Iliadin Drops) (over stock
68%), Vit B Kompleks (over stock 33.7%). Triwulan IV Hidrokortison
krim 2.5 % (over stock 76.8%), Oksimetazolin tts hidung (Iliadin Drops)
(over stock 70.2%), Vit B Kompleks (over stock 28.8%). Berdasarkan
data tersebut, ketersediaan obat di Puskesmas harus lebih diperhatikan
khususnya dua tahun terakhir sejak di berlakukannya E-Catalogue obat.
Pengadaan obat berbasis sistem informasi melalui E-Catalogue bertujuan
untuk memperbaiki tingkat efisiensi proses pengadaan. Namun, dalam
praktiknya masih saja ditemukan masalah mengenai ketersediaan obat di
Puskesmas. Padahal, perencanaan dan pengadaan obat menjadi tahap awal
dalam pengelolaan obat untuk menunjang ketersediaan obat yang tepat.
Maka Peneliti merumuskan masalahnya pada perencanaan dan pengadaan
dengan sistem E-catalogue di Puskesmas Dempo.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum


Untuk menganalisis informasi mengenai proses pelaksanaan
perencanaan dan pengadaan obat dengan sistem E-catalogue di
Puskesmas Dempo

1.3.2. Tujuan Khusus


1. Menganalisis proses perencanaan obat dengan sistem E-
catalogue yang meliputi: pemilihan jenis obat, kompiliasi

Universitas Sriwijaya
7

pemakaian obat, perhitungan jumlah kebutuhan obat, proyeksi


kebutuhan obat dan penyesuaian rencana pengadaan obat.
2. Menganalisis proses pengadaan obat dengan sistem E-catalogue
yang meliputi: pemilihan metode pengadaan, pemilihan
pemasok, pemantauan status pesanan, penentuan waktu
pengadaan dan kedatangan obat serta penerimaan dan
pemeriksaan obat.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Akademis


Manfaat akademis dari penelitian ini adalah untuk menambah
ilmu dan pengetahuan yang mendalam mengenai kesiapan
perencanaan dan pengadaan obat dengan sistem E-catalogue di
Puskesmas Dempo.

1.4.2. Manfaat Praktis


Memberikan masukan tentang perencanaan dan pengadaan obat
dengan sistem E-catalogue yang sudah diterapkan kepada
Puskesmas Dempo guna meningkatkan pelayanan terhadap kendali
mutu dan biaya serta pengelolaan obat yang efektif dan efisien
sehingga ketersediaan obat terjamin.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

1.5.1. Lingkup Sosial


Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Dempo Palembang
yang terletak di Jl. Kolonel Atmo No.861, 17 Ilir, Ilir Timur I, Kota
Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia.

1.5.2. Lingkup Materi


Penelitian ini akan menganalisisperencanaan dan pengadaan
obat dengan sistem E-catalogue di Puskesmas Dempo.

Universitas Sriwijaya
8

1.5.3. Lingkup Waktu


Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2016.

Universitas Sriwijaya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perencanaan Obat

2.1.1 Definisi Perencanaan Obat


Perencanaan kebutuhan obat merupakan proses kegiatan dalam
pemilihan jenis, jumlah, dan harga perbekalan farmasi yang sesuai
dengan kebutuhan dan anggaran, untuk menghindari kekosongan obat
dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan. Dasar
dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi,
epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi disesuaikan
dengan anggaran persediaan (Kemkes RI, 2008)

2.1.2 Tujuan Perencanaan Obat


Adapun tujuan perencanaan obat berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No.1121 Tahun 2008 antara lain :
1. Mengetahui jenis dan jumlah obat yang tepat sesuai dengan kebutuhan,
2. Menghindari terjadinya kekosongan obat,
3. Meningkatkan penggunaan obat yang rasional,
4. Meningkatkan efisiensi penggunaan obat.

2.1.3 Manfaat Perencanaan Obat


Beberapa manfaat perlunya perencanaan obat berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1121 Tahun 2008
adalah :
1. Menghindari tumpang tindih penggunaan anggaran.
2. Keterpaduan dalam evaluasi, penggunaan dan perencanaan.
3. Kesamaan persepsi antara pemakai obat dan penyedia anggaran.
4. Estimasi kebutuhan obat lebih tepat.
5. Koordinasi antara penyedia anggaran dan pemakai obat.

9
10

6. Pemanfaatan dana pengadaan obat dapat lebih optimal.

2.1.4 Langkah-langkah Perencanaan Obat


Perencanaan kebutuhan obat merupakan kegiatan utama sebelum
melakukan proses pengadaan obat.

Gambar 2.1. Siklus Perencanaan Obat berdasarkan Kepmenkes RI


No. 1121 Tahun 2008

Langkah-langkah yang diperlukan dalam kegiatan perencanaan


kebutuhan obat (Kepmenkes RI, 2008) sebagai berikut :
1. Tahap Pemilihan Obat
Fungsi pemilihan/seleksi obat adalah untuk menentukan jenis
obat yang benar-benar diperlukan sesuai dengan pola penyakit. Dasar-
dasar seleksi kebutuhan obat meliputi :
a) Obat dipilih berdasarkan seleksi ilmiah, medis dan statistik yang
memberikan efek terapi jauh lebih baik dibandingkan dengan
risiko efek samping yang ditimbulkan.
b) Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin untuk menghindari
duplikasi dan kesamaan jenis. Apabila jenis obat dengan indikasi
sama dalam jumlah banyak, maka kita memilih berdasarkan
“drug of choice” dari penyakit yang prevalensinya tinggi.
c) Jika ada obat baru, harus ada bukti yang spesifik untuk terapi
yang lebih baik.
d) Menghindari penggunaan obat kombinasi, kecuali jika obat
kombinasi tersebut mempunyai efek yang lebih baik dibanding
obat tunggal.
Selain itu ada beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan sebagai
acuan dasar pemilihan obat yaitu :

Universitas Sriwijaya
11

a) Obat merupakan kebutuhan untuk sebagian besar populasi


penyakit.
b) Obat memiliki keamanan dan khasiat yang didukung dengan bukti
ilmiah.
c) Obat memiliki manfaat yang maksimal dengan resiko yang
minimal.
d) Obat mempunyai mutu yang terjamin baik ditinjau dari segi
stabilitas maupun bioavailabilitasnya.
e) Biaya pengobatan mempunyai rasio antara manfaat dan biaya
yang baik.
f) Bila terdapat lebih dari satu pilihan yang memiliki efek terapi
yang serupa maka pilihan diberikan kepada obat yang :
1) Sifatnya paling banyak diketahui berdasarkan data ilmiah.
2) Sifat farmakokinetiknya diketahui paling banyak
menguntungkan.
3) Stabilitas yang paling baik.
4) Paling mudah diperoleh.
g) Harga terjangkau.
h) Obat sedapat mungkin sediaan tunggal.
Pemilihan obat didasarkan pada Obat Generik terutama yang
tercantum dalam Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) dengan
berpedoman pada harga yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan yang
masih berlaku.
2. Tahap Kompilasi Pemakaian Obat
Kompilasi pemakaian obat adalah rekapitulasi data pemakaian
obat di unit pelayanan kesehatan, yang bersumber dari Laporan
Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO). Kompilasi
pemakaian obat dapat digunakan sebagai dasar untuk menghitung stok
optimum (Kepmenkes RI, 2008).
Beberapa informasi yang diperoleh dari kompilasi pemakaian
obat (Kepmenkes RI, 2008) adalah :

Universitas Sriwijaya
12

a) jumlah pemakaian tiap jenis obat pada masing-masing unit


pelayanan kesehatan,
b) persentase (%) pemakaian tiap jenis obat terhadap total
pemakaian setahun seluruh unit pelayanan kesehatan,
c) pemakaian rata-rata untuk setiap jenis obat pada tingkat
kabupaten/kota.
Manfaat informasi yang diperoleh dari kompilasi pemakaian obat
diantaranya adalah sebagai sumber data dalam menghitung kebutuhan
obat untuk pemakaian tahun mendatang dan menghitung
stok/persediaan pengaman dalam rangka mendukung penyusunan
rencana distribusi.
3. Tahap Perhitungan Kebutuhan Obat
Menentukan kebutuhan obat merupakan tantangan berat yang
senantiasa dihadapi oleh apoteker dan tenaga farmasi yang bekerja di
sarana pelayanan kesehatan. Dalam merencanakan kebutuhan obat
perlu dilakukan perhitungan secara tepat. Perhitungan kebutuhan obat
dapat dilakukan dengan menggunakan metode konsumsi dan atau
metode morbiditas (Kepmenkes RI, 2008) :

a) Metode Konsumsi
Perhitungan dengan metode konsumsi adalah perhitungan
berdasarkan atas analisa konsumsi obat pada tahun sebelumnya.
Untuk menghitung jumlah obat yang dibutuhkan dengan metode
konsumsi perlu diperhatikan beberapa faktor antara lain:
1) pengumpulan dan pengolahan data,
2) analisa data untuk informasi dan evaluasi,
3) perhitungan perkiraan kebutuhan obat,
4) penyesuaian jumlah kebutuhan obat dengan alokasi dana
yang tersedia.
Untuk memperoleh data kebutuhan obat yang mendekati ketepatan,
perlu dilakukan analisa trend pemakaian obat 3 (tiga) tahun
sebelumnya atau lebih. Data yang perlu dipersiapkan untuk
perhitungan dengan metode konsumsi:

Universitas Sriwijaya
13

1) Daftar obat.
2) Stok awal.
3) Penerimaan.
4) Pengeluaran.
5) Sisa stok.
6) Obat hilang/rusak, kadaluarsa.
7) Kekosongan obat.
8) Pemakaian rata-rata/pergerakan obat pertahun.
9) Waktu tunggu.
10) Stok pengaman.
11) Perkembangan pola kunjungan.
Menurut Masnir (2012) langkah-langkah perhitungan kebutuhan
konsumsi adalah :
1) Tentukan periode perencanaan
2) Buat dan isi format mutasi barang
3) Hitung jumlah kebutuhan, yaitu :
a) Hitung penggunaan perbulan = jumlah pemakaian/bulan
pemakaian
b) Hitung jumlah pemakaian selama kekosongan obat
c) Hitung kebutuhan lead time
d) Hitung kebutuhan life saving
e) Hitung total kebutuhan periode ke depan dengan
memperhatikan kenaikan kunjungan
4) Hitung jumlah pesanan
5) Jumlah pesanan = Jumlah kebutuhan – (sisa-yang rusak)
a) Hitung jumlah harga setiap item = jumlah x harga satuan
b) Hitung total harga kebutuhan
Perhitungan metode konsumsi dapat dihitung dengan rumus :

Universitas Sriwijaya
14

b) Metode Morbiditas atau Epidemiologi


Perhitungan kebutuhan obat dengan metode morbiditas
adalah kebutuhan obat berdasarkan pola penyakit. Faktor yang
perlu diperhatikan adalah perkembangan pola penyakit dan lead
time (Kepmenkes RI, 2008).
Menurut Masnir (2012) beberapa data yang dibutuhkan dalam
perhitungan kebutuhan dengan metode morbiditas antara lain :
1) Kasus penyakit
2) Jumlah setiap kasus periode sebelumnya
3) Standar diagnosa dan terapi
a) Jenis obat yang digunakan
b) Dosis cepat yang digunakan
c) Lamanya pengobatan
4) Formularium
5) Kartu stok.
Langkah-langkah perhitungan metode morbiditas (Kepmenkes RI,
2008) adalah :
1) Menetapkan pola morbiditas penyakit berdasarkan kelompok
umur - penyakit.
Kegiatan yang harus dilakukan adalah pengisian (formulir 4)
terlampir dengan masing-masing kolom diisi:
a) Kolom 1 : Nomor urut.
b) Kolom 2 : Nomor kode penyakit.
c) Kolom 3 : Nama jenis penyakit diurutkan dari atas
dengan jumlah paling besar.
d) Kolom 4 : Jumlah penderita anak dibawah 5 tahun.
e) Kolom 5 : Jumlah penderita dewasa.
f) Kolom 6 : Jumlah total penderita anak dan dewasa.
2) Menyiapkan data populasi penduduk.
Komposisi demografi dari populasi yang akan diklasifikasikan
berdasarkan jenis kelamin untuk umur antara :

Universitas Sriwijaya
15

a) 0 s/d 4 tahun.
b) 5 s/d 14 tahun.
c) 15 s/d 44 tahun.
d) ≥45 tahun.
3) Menyediakan data masing-masing penyakit pertahun untuk
seluruh populasi pada kelompok umur yang ada.
4) Menghitung frekuensi kejadian masing-masing penyakit
pertahun untuk seluruh populasi pada kelompok umur yang ada.
5) Menghitung jenis, jumlah, dosis, frekuensi dan lama pemberian
obat menggunakan pedoman pengobatan yang ada.
6) Menghitung jumlah yang harus diadakan untuk tahun anggaran
yang akan datang
4. Tahap Proyeksi Kebutuhan Obat
Proyeksi Kebutuhan Obat adalah perhitungan kebutuhan obat
secara komprehensif dengan mempertimbangkan data pemakaian obat
dan jumlah sisa stok pada periode yang masih berjalan dari berbagai
sumber anggaran (Kepmenkes RI, 2008).
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah :
a) Menetapkan perkiraan stok akhir periode yang akan datang.
Stok akhir diperkirakan sama dengan hasil perkalian antara
waktu tunggu dengan estimasi pemakaian rata-rata/bulan
ditambah stok pengaman.
b) Menghitung perkiraan kebutuhan pengadaan obat periode tahun
yang akan datang. Perkiraan kebutuhan pengadaan obat tahun
yang akan datang dapat dirumuskan sebagai berikut :
Rumus :

a=b+c+d–e–f

a = Perkiraan kebutuhan pengadaan obat tahun yang akan


datang.
b = Kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan untuk sisa periode
berjalan (sesuai tahun anggaran yang bersangkutan).

Universitas Sriwijaya
16

c = Kebutuhan obat untuk tahun yang akan datang.


d = Perkiraan stok akhir tahun (waktu tunggu dan stok
pengaman).
e = Stok awal periode berjalan atau sisa stok per 31 Desember
tahun sebelumnya di unit pengelola obat.
f = Rencana penerimaan obat pada periode berjalan (Januari s/d
Desember ).
c) Menghitung perkiraan anggaran untuk total kebutuhan obat
dengan cara :
1) Melakukan analisis ABC – VEN.
2) Menyusun prioritas kebutuhan dan penyesuaian
kebutuhan dengan anggaran yang tersedia.
d) Pengalokasian kebutuhan obat berdasarkan sumber anggaran
dengan melakukan kegiatan :
1) Menetapkan kebutuhan anggaran untuk masing-masing
obat berdasarkan sumber anggaran.
2) Menghitung persentase belanja untuk masing-masing
obat terhadap masing-masing sumber anggaran.
3) Menghitung persentase anggaran masing-masing obat
terhadap total anggaran dari semua sumber.
e) Mengisi lembar kerja perencanaan pengadaan obat, dengan
menggunakan formulir lembar kerja perencanaan pengadaan
obat
5. Tahap Penyesuaian Rencana Pengadaan Obat.
Dengan melaksanakan penyesuaian rencana pengadaan obat
dengan jumlah dana yang tersedia maka informasi yang didapat
adalah jumlah rencana pengadaan, skala prioritas masing-masing jenis
obat dan jumlah kemasan, untuk rencana pengadaan obat tahun yang
akan datang. Beberapa teknik manajemen untuk meningkatkan
efektivitas dan efisiensi penggunaan dana dalam perencanaan
kebutuhan obat (Kepmenkes RI, 2008) dengan cara :
a. Analisa ABC.

Universitas Sriwijaya
17

Berdasarkan berbagai pengamatan dalam pengelolaan obat,


yang paling banyak ditemukan adalah tingkat konsumsi pertahun
hanya diwakili oleh relatif sejumlah kecil item. Sebagai contoh,
dari pengamatan terhadap pengadaan obat dijumpai bahwa
sebagian besar dana obat (70%) digunakan untuk pengadaan, 10%
dari jenis/item obat yang paling banyak digunakan sedangkan
sisanya sekitar 90% jenis/item obat menggunakan dana sebesar
30%. Oleh karena itu analisa ABC mengelompokkan item obat
berdasarkan kebutuhan dananya, yaitu :
1) Kelompok A :
Adalah kelompok jenis obat yang jumlah nilai rencana
pengadaannya menunjukkan penyerapan dana sekitar 70%
dari jumlah dana obat keseluruhan.
2) Kelompok B :
Adalah kelompok jenis obat yang jumlah nilai rencana
pengadaannya menunjukkan penyerapan dana sekitar 20%.
3) Kelompok C :
Adalah kelompok jenis obat yang jumlah nilai rencana
pengadaannya menunjukkan penyerapan dana sekitar 10%
dari jumlah dana obat keseluruhan.
Langkah-Langkah menentukan kelompok A, B dan C.
1) Hitung jumlah dana yang dibutuhkan untuk masing-masing obat
dengan cara mengalikan kuantum obat dengan harga obat
2) Tentukan rankingnya mulai dari yang terbesar dananya sampai
yang terkecil
3) Hitung persentasenya terhadap total dana yang dibutuhkan
4) Hitung kumulasi persennya
5) Obat kelompok A termasuk dalam kumulasi 70%
6) Obat kelompok B termasuk dalam kumulasi > 70% s/d 90%
7) Obat kelompok C termasuk dalam kumulasi > 90% s/d 100%

Universitas Sriwijaya
18

b. Analisa VEN.
Salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi penggunaan dana
obat yang terbatas adalah dengan mengelompokkan obat yang
didasarkan kepada dampak tiap jenis obat pada kesehatan. Semua
jenis obat yang tercantum dalam daftar obat dikelompokkan
kedalam tiga kelompok berikut :
1) Kelompok V :
Adalah kelompok obat yang vital, yang termasuk dalam
kelompok ini antara lain :
a) Obat penyelamat (life saving drugs).
b) Obat untuk pelayanan kesehatan pokok (vaksin, dll).
c) Obat untuk mengatasi penyakit-penyakit penyebab kematian
terbesar.
2) Kelompok E :
Adalah kelompok obat yang bekerja kausal, yaitu obat yang
bekerja pada sumber penyebab penyakit.
3) Kelompok N :
Merupakan obat penunjang yaitu obat yang kerjanya ringan dan
biasa dipergunakan untuk menimbulkan kenyamanan atau untuk
mengatasi keluhan ringan.
Penggolongan obat sistem VEN dapat digunakan untuk :
a) Penyesuaian rencana kebutuhan obat dengan alokasi dana yang
tersedia. Obat-obatan yang perlu ditambah atau dikurangi dapat
didasarkan atas pengelompokan obat menurut VEN.
b) Dalam penyusunan rencanakebutuhan obat yang masuk
kelompok V agar diusahakan tidak terjadi kekosongan obat.
Untuk menyusun daftar VEN perlu ditentukan lebih dahulu
kriteria penentuan VEN. Kriteria sebaiknya disusun oleh suatu
tim. Dalam menentukan kriteria perlu dipertimbangkan kondisi
dan kebutuhan masing-masing wilayah.
Kriteria yang disusun dapat mencakup berbagai aspek antara lain:
a) Klinis

Universitas Sriwijaya
19

b) Konsumsi
c) Target kondisi
d) Biaya
Langkah-langkah menentukan VEN yaitu :
a) Menyusun kriteria menentukan VEN
b) Menyediakan data pola penyakit
c) Merujuk pada pedoman pengobatan

2.2 Pengadaan Obat

2.1.1 Definisi Pengadaan Obat


Pengadaan obat adalah upaya pemenuhan kebutuhan obat sesuai
dengan jenis, jumlah dan mutu yang telah direncanakan sesuai kebutuhan
pembangunan kesehatan. Pengadaan merupakan proses untuk penyediaan
obat yang dibutuhkan di unit pelayanan kesehatan (Depkes RI, 2008).

2.1.2 Fungsi dan Tujuan Pengadaan Obat


Fungsi pengadaan adalah merupakan usaha-usaha dan kegiatan-
kegiatan untuk memenuhi kebutuhan operasional yang telah ditetapkan di
dalam fungsi perencanaan,penentuan kebutuhan (dengan peramalan yang
baik), maupun penganggaran. Di dalam pengadaan dilakukan proses
pelaksanaan rencana pengadaan dari fungsi perencanaan dan penentuan
kebutuhan, serta rencana pembiayaan dari fungsi penganggaran.
Pelaksanaan dari fungsi pengadaan dapat dilakukan dengan pembelian,
pembuatan, penukaran ataupun penerimaan sumbangan (hibah, misal
untuk rumah sakit umum) (Depkes RI, 2008).
Menurut Depkes RI (2008) bahwa tujuan pengadaan obat adalah :
1. Tersedianya obat dengan jenis dan jumlah yang cukup sesuai
dengan kebutuhan pelayanan kesehatan
2. Mutu obat terjamin
3. Obat dapat diperoleh pada saat dibutuhkan

Universitas Sriwijaya
20

2.1.3 Langkah-langkah Pengadaan Obat


Pengadaan merupakan proses untuk penyediaan obat yang
dibutuhkan di unit pelayanan kesehatan. Proses pengadaan dikatakan
baik apabila tersedianya obat dengan jenis dan jumlah yang cukup sesuai
dengan mutu yang terjamin serta dapat diperoleh pada saat diperlukan.

Gambar 2.2. Siklus Pengadaan Obat berdasarkan Kepmenkes RI


No. 1121 Tahun 2008

Langkah-langkah yang diperlukan dalam kegiatan pengadaan


kebutuhan obat antara lain :
1. Pemilihan metode pengadaan
Terdapat banyak mekanisme metode pengadaan obat, baik dari
pemerintah, organisasi non pemerintahan dan organisasi pengadaan
obat lainnya. Sesuai dengan Keputusan Presiden No. 18 Tahun 2000
tentang Pedoman Pelakasanaan Barang dan Jasa Instansi Pemerintah,
metode pengadaan perbekalan farmasi di setiap tingkatan pada sistem
kesehatan dibagi menjadi 5 kategori metode pengadaan barang dan
jasa, yaitu :

1) Pembelian
a) Pelelangan (tender)
b) Pemilihan langsung
c) Penunjukan langsung
2) Swakelola Produksi
Kriterianya adalah obat lebih murah jika diproduksi sendiri.
a) Obat tidak terdapat dipasaran atau formula khusus Rumah Sakit
b) Obat untuk penelitian
3) Kerjasama dengan pihak ketiga

Universitas Sriwijaya
21

a) Sumbangan
b) Lain-lain
2. Pemilihan pemasok
Pemilihan pemasok adalah penting karena dapat mempengaruhi
kualitas dan kuantitas obat dan perbekalan kesehatan.
Persyaratan pemasok antara lain :
1) Memiliki izin Pedagang Besar Farmasi ( PBF ) yang masih berlaku.
Pedagang Besar Farmasi terdiri pusat maupun cabang. Izin
Pedagang Besar Farmasi pusat dikeluarkan oleh Departemen
Kesehatan sedangkan izin untuk Pedagang Besar Farmasi Cabang
dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi.
2) Pedagang Besar Farmasi (PBF) harus memiliki dukungan dari
Industri Farmasi yang memiliki sertifikat CPOB (Cara Pembuatan
Obat yang Baik) bagi masing-masing jenis sediaan obat yang
dibutuhkan.
3) Pedagang Besar Farmasi harus memiliki reputasi yang baik dalam
bidang pengadaan obat, misalnya dalam pelaksanaan kerjanya tepat
waktu.
4) Pemilik dan atau Apoteker/Asisten Apoteker penanggungjawab
Pedagang Besar Farmasi tidak sedang dalam proses pengadilan
atau tindakan yang berkaitan dengan profesi kefarmasian.
5) Mampu menjamin kesinambungan ketersediaan obat sesuai dengan
masa kontrak.
3. Penentuan waktu pengadaan dan kedatangan obat
Waktu pengadaan dan kedatangan obat dari berbagai sumber
anggaran perlu ditetapkan berdasarkan hasil analisa dari data:
a) Sisa stok dengan memperhatikan waktu (tingkat kecukupan obat
dan perbekalan kesehatan).
b) Jumlah obat yang akan diterima sampai dengan akhir tahun
anggaran.
c) Kapasitas sarana penyimpanan.
d) Waktu tunggu.

Universitas Sriwijaya
22

4. Pemantauan status pesanan


Pemantauan status pesanan bertujuan untuk :
a) Mempercepat pengiriman sehingga efisiensi dapat ditingkatkan.
b) Pemantauan dapat dilakukan berdasarkan kepada sistem VEN.
c) Petugas Instalasi Farmasi memantau status pesanan secara berkala.
d) Pemantauan dan evaluasi pesanan harus dilakukan dengan
memperhatikan :
1) Nama obat
2) Satuan kemasan
3) Jumlah obat diadakan
4) Obat yang sudah diterima
5) Obat yang belum diterima
5. Penerimaan dan pemeriksaan obat

Penerimaan dan pemeriksaan merupakan salah satu kegiatan


pengadaan agar obat yang diterima sesuai dengan jenis, jumlah dan
mutunya berdasarkan dokumen yang menyertainya dilakukan oleh
panitia penerima yang salah satu anggotanya adalah tenaga farmasi.
Pemeriksaan mutu obat dilakukan secara organoleptik, khusus
pemeriksaan label dan kemasan perlu dilakukan pencatatan terhadap
tanggal kadaluarsa, nomor registrasi dan nomor batch terhadap obat
yang diterima.
Bila terjadi keraguan terhadap mutu obat dapat dilakukan
pemeriksaan mutu di Laboratorium yang ditunjuk pada saat
pengadaan dan merupakan tanggung jawab pemasok yang
menyediakan.

2.3 Sistem Informasi Kesehatan

2.3.1 Definisi Sistem Informasi Kesehatan


Sistem Informasi Kesehatan adalah seperangkat tatanan yang
meliputi data, informasi, indikator, prosedur, perangkat, teknologi, dan
sumber daya manusia yang saling berkaitan dan dikelola secara terpadu

Universitas Sriwijaya
23

untuk mengarahkan tindakan atau keputusan yang berguna dalam


mendukung pembangunan kesehatan. (Permenkes RI, 2014).
Menurut WHO, sistem informasi kesehatan merupakan salah satu
dari 6 “building block” atau komponen utama dalam sistem kesehatan
di suatu Negara. Keenam komponen (building block) sistem kesehatan
tersebut adalah:
1. Service delivery (pelaksanaan pelayanan kesehatan)
2. Medical product, vaccine, and technologies (produk medis, vaksin,
dan teknologi kesehatan)
3. Health worksforce (tenaga medis)
4. Health system financing (sistem pembiayaan kesehatan)
5. Health information sistem (sistem informasi kesehatan) Leadership
and governance (kepemimpinan dan pemerintah)

2.3.2 Tujuan Sistem Informasi Kesehatan


Melalui hasil pengembangan sistem informasi diatas, maka diharapkan
dapat menghasilkan hal-hal sebagai berikut:
1. Perangkat lunak tersebut dikembangkan sesuai dengan standar yang
ditentukan oleh pemerintah daerah.
2. Dengan menggunakan open system tersebut diharapkan jaringan
akan bersifat interoperable dengan jaringan lain.
3. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan mensosialisasikan
dan mendorong pengembangan dan penggunaan Local Area
Network di dalam kluster unit pelayanan kesehatan baik pemerintah
dan swasta sebagai komponen sistem di masa depan.
4. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan mengembangkan
kemampuan dalam teknologi informasi video, suara, dan data
nirkabel universal di dalam Wide Area Network yang efektif,
homogen dan efisien sebagai bagian dari jaringan sistem informasi
pemerintah daerah.
5. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan merencanakan,
mengembangkan dan memelihara pusat penyimpanan data dan

Universitas Sriwijaya
24

informasi yang menyimpan direktori materi teknologi informasi


yang komprehensif.
6. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan secara proaktif
mencari, menanalisis, memahami, menyebarluaskan dan
mempertukarkan secara elektronis data/informasi bagi seluruh
stakeholders
7. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan memanfaatkan
website dan access point lain agar data kesehatan dan kedokteran
dapat dimanfaatkan secara luas dan bertanggung jawab dan dalam
rangka memperbaiki pelayanan kesehatan sehingga kepuasan
pengguna dapat dicapai sebaik-baiknya
8. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan merencanakan
pengembangan manajemen SDM sistem informasi mulai dari
rekrutmen, penempatan, pendidikan dan pelatihan, penilaian
pekerjaan, penggajian dan pengembangan karir.
9. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan mengembangkan
unit organisasi pengembangan dan pencarian dana bersumber
masyarakat yang berkaitan dengan pemanfaatan dan penggunaan
data/informasi kesehatan dan kedokteran.
10. Dapat digunakan untuk mengubah tujuan, kegiatan, produk,
pelayanan organisasi, untuk mendukung agar organisasi dapat
meraih keunggulan kompetitif.

2.3.3 Prinsip-prinsip Sitem Informasi Kesehatan


1. Mencakup seluruh data yang terkait dengan kesehatan, baik yang
berasal dari sektor kesehatan atau pun dari berbagai sektor
pembangunan lain.
2. Mendukung proses pengambilan keputusan diberbagai jenjang
administrasi kesehatan.
3. Disediakan sesuai dengan kebutuhan informasi untuk pengambilan
kepeutusan.

Universitas Sriwijaya
25

4. Disediakan harus akurat dan disajikan secara cepat dan tepat waktu
dengan mendayagunakan teknologi informasi dan komunikasi.
5. Pengelolaan informasi kesehatan harus dapat memadukan
pengumpulan datamelalui cara-cara rutin (yaitu pencatatan dan
pelaporan) dan cara-cara non rutin (yaitu survei dan lain-lain).
6. Akses terhadap informasi kesehatan harus memperhatikan aspek
kerahasiaan yang berlaku dibidang kesehatan dan kedokteran.

2.3.4 Komponen Sistem Informasi Kesehatan


Berikut komponen Sistem Informasi Kesehatan :

Gambar 2.5 Komponen Sistem Informasi Kesehatan

2.3.5 Manfaat Sitem Informasi Kesehatan


Begitu banyak manfaat Sistem Informasi Kesehatan yang dapat
membantu para pengelola program kesehatan, pengambil kebijakan dan
keputusan pelaksanaan di semua jenjang administrasi (kabupaten atau
kota, propvinsi dan pusat) dan sistem dalam hal berikut :
1. Mendukung manajemen kesehatan
2. Mengintervensi masalah kesehatan berdasarkan prioritas
3. Pembuatan keputusan dan pengambilan kebijakan kesehatan
berdasarkan bukti (evidence-based decision)
4. Mengalokasikan sumber daya secara optimal
5. Membantu peningkatan efektivitas dan efisiensi
6. Membantu penilaian transparansi

Universitas Sriwijaya
26

2.4 E-Purchasing

2.4.1 Definisi E-Purchasing


E-Purchasing, adalah tata cara pembelian barang/jasa melalui
sistem katalog elektronik (E-Catalogue) yang diselenggarakan oleh
LKPP. E-Purchasing diselenggarakan dengan tujuan untuk
mewujudkan terciptanya proses pemilihan barang/jasa secara langsung
melalui sistem katalog elektronik, sehingga memungkinkan semua Unit
Layanan Pengadaan (ULP)/Pejabat Pengadaan dapat memilih
barang/jasa pada pilihan terbaik, serta efisiensi biaya dan waktu proses
pemilihan barang/jasa dari sisi penyedia barang/jasa dan pengguna
(Permenkes RI, 2014).

2.4.2 Pengadaan Obat dengan Prosedur E-Purchasing


E-Purchasing berdasarkan sistem E-Catalogue obat dilaksanakan
oleh PPK dan Pokja ULP atau Pejabat Pengadaan melalui aplikasi E-
Purchasing pada website Layanan Pengadaan Secara Elektronik
(LPSE), sesuai Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah Nomor 17 Tahun 2012 tentang E-Purchasing.
Tahapan yang dilakukan dalam E-Purchasing Obat adalah sebagai
berikut:
1. Pokja ULP/Pejabat Pengadaan membuat paket pembelian obat dalam
aplikasi E-Purchasing berdasarkan Daftar Pengadaan Obat. Paket
pembelian obat dikelompokkan berdasarkan penyedia
2. Pokja ULP/Pejabat Pengadaan selanjutnya mengirimkan permintaan
pembelian obat kepada penyedia obat/Industri Farmasi yang terdaftar
pada e-catalogue.
3. Penyedia obat/Industri Farmasi yang telah menerima permintaan
pembelian obat melalui E-Purchasing dari Pokja ULP/Pejabat
Pengadaan memberikan persetujuan atas permintaan pembelian obat
dan menunjuk distributor/PBF. Apabila menyetujui, penyedia
obat/Industri Farmasi menyampaikan permintaan pembelian kepada

Universitas Sriwijaya
27

distributor/PBF untuk ditindaklanjuti. Apabila menolak, penyedia


obat/Industri Farmasi harus menyampaikan alasan penolakan.
4. Persetujuan penyedia obat/Industri Farmasi kemudian diteruskan
oleh Pokja ULP/Pejabat Pengadaan kepada PPK untuk
ditindaklanjuti. Dalam hal permintaan pembelian obat mengalami
penolakan dari penyedia obat/Industri Farmasi, maka ULP
melakukan metode pengadaan lainnya sesuai Peraturan Presiden
Nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Perpres Nomor 70 Tahun
2012 .
5. PPK selanjutnya melakukan perjanjian/kontrak jual beli terhadap
obat yang telah disetujui dengan distributor/PBF yang ditunjuk oleh
penyedia obat/Industri Farmasi.
6. Distributor/PBF kemudian melaksanakan penyediaan obat sesuai
dengan isi perjanjian/kontrak jual beli.
7. PPK selanjutnya mengirim perjanjian pembelian obat serta
8. melengkapi riwayat pembayaran dengan cara mengunggah (upload)
pada aplikasi E-Purchasing.
9. PPK melaporkan item dan jumlah obat yang ditolak atau tidak
dipenuhi oleh penyedia obat/Industri Farmasi kepada kepala LKPP
c.q. Direktur Pengembangan Sistem Katalog , tembusan kepada
Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan c.q Direktur
Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan paling lambat 5 (lima)
hari kerja.

Universitas Sriwijaya
28

2.4.3 Alur Proses E-Purchasing Obat

Gambar 2.3. Alur Proses E-Purchasing Obat

2.5 E-Catalogue Obat

2.5.1 Definisi E-Catalogue Obat


Katalog Elektronik (E-Catalogue) adalah sistem informasi
elektronik yang memuat daftar, jenis, spesifikasi teknis, dan harga
barang tertentu dari berbagai Penyedia Barang/Jasa Pemerintah yang
diatur tata cara pembeliannya dengan menggunakan E-Purchasing
(Permenkes RI, 2014).

2.5.2 Tujuan E-Catalogue Obat


Berdasarkan Permenkes RI (2014). Pengadaan barang/jasa secara
elektronik bertujuan untuk :
1. meningkatkan transparansi dan akuntabilitas,
2. meningkatkan akses pasar dan persaingan usaha yang sehat,
3. memperbaiki tingkat efisiensi proses pengadaan,
4. mendukung proses monitoring dan audit, serta
5. memenuhi kebutuhan akses informasi yang real time guna
mewujudkan clean and good government dalam pengadaan
barang/jasa pemerintah.

Universitas Sriwijaya
29

2.5.3 Manfaat E-Catalogue Obat


Penerapan E-Catalogue dalam pengadaan barang/jasa pemerintah akan
memberikan berbagai manfaat (Permenkes RI, 2014) antara lain :
1. E-Catalogue menjadikan proses pengadaan barang/jasa di sektor
publik lebih efisien, karena waktu pengadaan yang pendek dan
persaingan sehat rekanan akan menguntungkan pemerintah dalam
mendapatkan harga terbaik.
2. E-Catalogue juga dapat meningkatkan transparansi, karena dalam
koneksi Internet semua ISP dapat memberikan harga layanan
secara terbuka. Sehingga, masalah kebocoran anggaran yang
sering terjadi dalam pengadaaan barang/jasa bisa ditekan. E-
Catalogue yang menyederhanakan proses akan mengundang
semakin banyak rekanan untuk berpartisipasi.
3. E-Catalogue telah menghilangkan administrasi dan proses
pengadaan barang/jasa yang cenderung rumit (red tape)

2.5.4 Pelaksanaan E-Catalogue Obat


Pada fase awal pelaksanaan pengadaan obat dengan E-Catalogue
pemerintah pusat telah melakukan sosialisasi terkait dengan kebijakan
baru tersebut. Pengadaan obat dengan E-Catalogue telah diadopsi oleh
432 Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit Pemerintah di seluruh
Indonesia, 29 industri farmasi yang bertindak sebagai pihak penyedia
obat dan dalam katalog obat elektronik tersebut telah mencakup 326
sediaan obat generik (Kemenkes RI, 2014). Berikut adalah gambaran
alur proses penyusunan E-Catalogue :

Universitas Sriwijaya
30

Gambar 2.4. Alur Proses Penyusunan E-Catalogue


2.6 Penelitian Terdahulu

Dasar atau acuan yang berupa teori-teori atau temuan-temuan melalui


hasil berbagai penelitian sebelumnya merupakan hal yang sangat perlu dan
dapat dijadikan sebagai data pendukung. Salah satu data pendukung yang
menurut peneliti perlu dijadikan bagian tersendiri adalah penelitian terdahulu
yang relevan dengan permasalahan yang sedang dibahas dalam penelitian ini.
Dalam hal ini, fokus penelitian terdahulu yang dijadikan acuan adalah terkait
dengan masalah manajemen pengelolaan obat dan implementasi dari E-
Catalogue.
Oleh karena itu, peneliti melakukan langkah kajian terhadap beberapa
hasil penelitian berupa tesis dan jurnal-jurnal melalui internet. Selanjutnya
membuat skematis hasil penelitian tersebut dalam sebuah tabel yang disusun
berdasarkan tahun penelitian dari yang terdahulu hingga yang terkini. Untuk
memudahkan pemahaman terhadap bagian ini, dapat dilihat pada tabel 2.1
berikut:

Universitas Sriwijaya
32

Tabel 2.1
Hasil Penelitian Terdahulu

No Tahun Peneliti Judul Masalah Desain Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
dan Penerbit Penelitian Penelitian

1 Universitas Umi Athijah, Perencanaan Untuk Pengambilan data Kebutuhan obat di Mendapatkan Melakukan
Airlangga Elida Zairina dan Pengadaan mendapatkan menggunakan Puskesmas masih gambaran tentang perbandingan
dan Anila Obat di gambaran tentang kuisioner dan belum terpenuhi perencanaan dan tentang
Impian Puskesmas perencanaan dan checklist yang dengan baik pengadaan obat di perencanaan dan
Sukorini, (2009) Surabaya Timur pengadaan obat telah divalidasi terutama karena Puskesmas pengadaan obat
dan Selatan di Puskesmas faktor pengadaan sebelum dan
dan hanya sesudah JKN
sebagian kecil dengan metode
pengelola obat penelitian
yang melakukan kualitatif dengan
pengecekan obat pendekatan
secara lengkap deskriptif melalui
teknik analisis
data observasi
partisipatif

2 Universitas Mangindara, Analisis Untuk Jenis penelitian Pengelolaan obat Menggunakan Untuk
Hassanudin Darmawansyah, Pengelolaan menganalisis ini adalah terkait pengadaan, metode penelitian menganalisis
Nurhayani dan Obat di proses penelitian dan yang sama dengan proses
Balqis, (2011) Puskesmas pengelolaan obat kualitatif dengan pendistribusian penelitian ini pengelolaan obat,
Kampala yang meliputi pendekatan sudah memenuhi namun hanya
Kecamatan perencanaan, deskriptif melalui standar pada proses
Sinjai Timur pengadaan, teknik indepth pengelolaan obat perencanaan dan
Kabupaten penyimpanan dan interview dan di puskesmas pengadaan obat

Universitas Sriwijaya
33

Sinjai Tahun pendistribusian di observasi kecuali dengan


2011 Puskesmas penyimpanan. membandingkan
Kampala saat sebelum dan
Kecamatan Sinjai sesudah Era JKN
Timur Kabupaten
Sinjai Tahun
2011

3 Universitas Andryani Hubungan Untuk melihat Penelitian ini Penerapan e- Penggunaan E- Pembahasan lebih
Gajah Mada Ningsih, (2015) Penerapan hubungan merupakan katalog baik Catalogue pada ditekankan pada
Elektronik penerapan e- penelitian secara e- proses pengadaan perbedaan
Katalog katalog terhadap deskriptif analitik Purchasing dan obat proses
Terhadap efisiensi dengan desain manual- perencanaan dan
Efisiensi pengadaan dan survey cross Purchasing pengadaan obat
Pengadaan dan ketersediaan obat sectional. Data meliputi indikator sebelum dan
Ketersediaan di RSUD Kelas B diambil secara persiapan, sesudah JKN
Obat di RSUD Yogyakarta. kuantitatif dengan pelaksanaan, dan
Kelas B menggunakan manfaat kendala
Yogyakarta kuesioner dengan memiliki
responden hubungan yang
Farmasi dan signifikan dengan
Pelaksana efisiensi
Pengadaan dan pengadaan dan
Perawat. ketersediaan obat
di RSUD Kelas B
di Yogyakarta.

4 Universitas Sutriatmoko, Analisis Untuk Metode penelitian Manajemen dan Penerapan E- Pembahasan lebih
Gajah Mada (2015) Penerapan E- mengetahui menggunakan kontrol data, Procurement Obat ditekankan pada
Procurement bagaimana metode penelitian kualitas hasil dan Dengan Prosedur perbedaan
Obat Dengan variabel deskriptif analitik produksi, dan E-Purchasing proses
Prosedur E- manajemen dan melalui survei hubungan dengan Berdasar E- perencanaan dan
Purchasing kontrol data, cross sectional. mitra kerja secara Catalogue pengadaan obat
Berdasar E- kualitas hasil dan Pengambilan data parsial sebelum dan

Universitas Sriwijaya
34

Catalogue Di produksi, dan dengan metode berpengaruh sesudah JKN


Dinas hubungan dengan survei terhadap kinerja e-
Kesehatan mitra kerja menggunakan procurement obat
Kabupaten/Kota berpengaruh pada kuesioner dengan dengan prosedur
Di Jawa Tengah kinerja e- skala Likert e-purchasing
procurement obat bernilai 1-4. berdasarkan e-
dengan prosedur catalogue
e-purchasing
berdasarkan e-
catalogue, dan
kinerja e-
procurement obat
berpengaruh pada
efisiensi
pengadaan obat.

Universitas Sriwijaya
2.6 Kerangka Teori

Berdasarkan Permenkes RI/No. 30/2014 tentang Standar Pelayanan


Kefarmasian di Puskesmas bahwa manajemen pengelolaan obat di Puskesmas
meliputi perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, pengendalian, pencatatan, pelaporan dan pengarsipan serta
pemantauan dan evaluasi pengelolaan.

Gambar 2.5
Siklus Manajemen Pengelolaan Obat
menurut Permenkes RI No 30 tahun 2014

Tahap perencanaan obat antara lain: Tahap pengadaan obat antara lain :

• Pemilihan jenis obat • Pemilihan metode pengadaan


• Kompiliasi pemakaian obat • Pemilihan pemasok
• Perhitungan jumlah kebutuhan • Pemantauan status pesanan
obat • enentuan waktu pengadaan dan
• Proyeksi kebutuhan obat kedatangan obat
• Penyesuaian rencana pengadaan • Penerimaan dan pemeriksaan
obat obat

35
36

Fokus utama dari penelitian ini adalah untuk mengkaji bagaimana


perencanaan dan pengadaan dengan sistem E-catalogue sebagai upaya untuk
membantu pemahaman terhadap konsep-konsep yang terkait dalam
pembahasannya.
LINGKUNGAN LUAR

PROSES

INPUT A. Perencanaan Obat


1. Pemilihan jenis obat
1. Perangkat 2. Kompiliasi pemakaian
sistem E- obat
Catalogue 3. Perhitungan jumlah
a) Daftar obat, kebutuhan obat
b) Jenis obat, 4. Proyeksi kebutuhan
c) Spesifikasi obat
teknis 5. Penyesuaian rencana
d) Harga obat pengadaan obat
2. SOP
OUTPUT
pelaksaaan E- B. Pengadaan Obat
Catalogue
a) Pra-catalog 1. Pemilihan metode
Ketersediaan
b) Framework pengadaan
2. Pemilihan pemasok Obat
contract
3. Pemantauan status Over Stock
c) E-Catalogue
d) E-Purchasing pesanan
3. Kebijakan E- 4. Penentuan waktu
Catalogue pengadaan dan
a) Perpres No 70 kedatangan obat
Tahun 2012
5. Penerimaan dan
Pasal 110
pemeriksaan obat
b) Permenkes No
63 Tahun 2014
3. SDM
a) PPK
b) Penyedia obat
c) Pemerintah
(Dinas
Kesehatan
Kab/Kota)
4. Dana
a) Anggaran pokok
Puskesmas
b) Dana kapitasi
BPJS

FEEDBACK

Gambar 2.6
Kerangka Teori modifikasi dari
Teori Pendekatan Sistem O’Brien dan Markas (2008) dan Permenkes RI No.63
Tahun 2014

Universitas Sriwijaya
BAB III
KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH

3.1. Kerangka Pikir

Berdasarkan kerangka teori yang sudah dijelaskan pada BAB II, maka
berikut gambaran kerangka pikir penelitian yang mampu menggambarkan
bentuk dan pelaksanaan perencanaan dan pengadaan obat dengan sistem E-
Catalogue :

INPUT PROSES OUTPUT

1. Perangkat A. Perencanaan Obat


sistem E- 1. Pemilihan jenis obat Ketersediaan
Catalogue 2. Kompiliasi pemakaian obat
2. SOP obat
pelaksaaan E- 3. Perhitungan jumlah
kebutuhan obat
Catalogue
4. Proyeksi kebutuhan
3. Kebijakan E- obat
Catalogue 5. Penyesuaian rencana
4. SDM pengadaan obat
5. Dana
B. Pengadaan Obat
1. Pemilihan metode
pengadaan
2. Pemilihan pemasok
3. Pemantauan status
pesanan
4. Penentuan waktu
pengadaan dan
kedatangan obat
5. Penerimaan dan
pemeriksaan obat

Gambar 3.1
Kerangka Pikir modifikasi dari
Teori Pendekatan Sistem O’Brien dan Markas (2008) dan Permenkes RI No.63
Tahun 2014

37
38

Empat kelompok faktor penelitian ini adalah perencanaan obat, pengadaan


obat dan sistem E-Catalogue. Penjabarannya sebagai berikut:
1. Perencanaan Obat
Perencanaan obat adalah suatu proses kegiatan seleksi obat dan perbekalan
kesehatan untuk menentukan jumlah obat dalam rangka pemenuhan
kebutuhan obat di Puskesmas.
2. Pengadaan Obat
Pengadaan obat adalah kegiatan untuk memenuhi kebutuhan operasional
yang telah ditetapkan di dalam fungsi perencanaan.
3. E-Catalogue Obat
E-catalogue obat adalah sistem informasi elektronik yang memuat daftar,
jenis, spesifikasi teknis dan harga obat dari berbagai penyedia barang/jasa.
4. Sistem Informasi Kesehatan
Sistem Informasi Kesehatan adalah seperangkat tatanan yang meliputi
data, informasi, indikator, prosedur, perangkat, teknologi, dan sumber daya
manusia yang saling berkaitan dan dikelola secara terpadu untuk
mengarahkan tindakan atau keputusan yang berguna dalam mendukung
pembangunan kesehatan.

3.2 Definisi Istilah

1. Perencanaan obat adalah suatu proses kegiatan seleksi obat dan perbekalan
kesehatan untuk menentukan jumlah obat dalam rangka pemenuhan
kebutuhan kebutuhan Puskesmas (Kemkes RI, 2008). Perencanaan obat
meliputi beberapa tahap yaitu, pemilihan jenis obat, kompilasi pemakaian
obat, perhitungan jumlah kebutuhan obat, proyeksi kebutuhan obat dan
penyesaian rencana pengadaan obat.
2. Pengadaan obat adalah kegiatan untuk memenuhi kebutuhan operasional
yang telah ditetapkan di dalam fungsi perencanaan (Depkes RI, 2008).
Pengadaan obat meliputi beberapa tahap yaitu, pemilihan metode
pengadaan, pemilihan pemasok, penentuan waktu dan kedatangan obat,
pemantauan status pesanan dan penerimaan serta pemeriksaan obat.

Universitas Sriwijaya
39

3. E-catalogue obat adalah sistem informasi elektronik yang memuat daftar,


jenis, spesifikasi teknis dan harga obat dari berbagai penyedia barang/jasa
(Permenkes RI, 2014).
4. E-purchasing adalah tata cara pembelian barang/jasa melalui sistem e-
catalogue yang diselenggarakan oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) (Permenkes RI, 2014).
5. Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah sekumpulan aturan yang
dipakai untuk mewujudkan pemrosesan data dan pembangkitan keluaran
yang dikehedaki.
6. Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan
rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan/kepemimpinan dan cara
bertindak (Balai Pustaka, 2007).
7. Sumber Daya Manusia adalah semua pihak yang bertanggung jawab
dalam pengembangan sistem informasi, pemrosesan, dan penggunaan
keluaran sistem informasi
8. Dana adalah suatu rencana yan disusun secara sistematis dalam bentuk dan
dinyatakan dalam unit moneter yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan
untuk jangka waktu (periode) tertentu di masa yang akan datang.
9. Defisit stock adalah jumlah ketersediaan obat yang mengalami kekurangan
dari jumlah pemakaian.
10. Over stock adalah jumlah ketersediaan obat yang melebihi jumlah
pemakaiannya.

Universitas Sriwijaya
BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan


deskriptif melalui teknik analisis data observasi partisipatif, wawancara
mendalam dan telaah dokumen.

4.2. Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini adalah SDM di Puskesmas Dempo


Palembang yang terlibat dalam proses perencanaan dan pengelolaan obat
antara lain ; kepala Dinas Kesehatan Kota Palembang, kepala instalasi
gudang farmasi Kota Palembang, kepala pedagang besar farmasi (PBF),
kepala Puskesmas Dempokepala instalasi farmasi, apoteker dan asisten
apoteker di Puskesmas Dempo. Pemilihan informan dilakukan dengan
menggunakan teknik purposive sampling. Informan yang dipilih adalah
yang mengetahui permasalah dengan jelas, dapat dipercaya untuk menjadi
sumber data yang baik serta mampu mengemukakan pendapat secara baik
dan benar (Sugiyono, 2008).

4.3. Jenis, Cara dan Alat Pengumpulan Data

4.3.1 Jenis Pengumpulan Data

a. Data Primer

Pengumpulan data primer dengan melakukan indepth interview


(wawancara mendalam) kepada informan penelitian. Selain itu dengan
menggunakan checklist dari hasil triangulasi atau gabungan
pengamatan terstruktur data sekunder.

40
41

b. Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder didapat dari arsip dokumen


Puskesmas Dempo antara lain ; buku Defacta, dokumen data
perencanaan obat, LPLPO, buku permintaan dan penerimaan obat,
kartu stok tahun 2015 dan dokumen data permintaan obat
berdasarkan E-Catalogue tahun 2015.

4.3.2 Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian kualitatif ini


dengan menggunakan 3 cara yaitu :

A. Wawancara Mendalam (Indepth Interview)


Wawancara mendalam adalah proses memperoleh
keterangan untuk tujan penelitian dengan cara tanya jawab sambil
bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang-
orang yang diwawancarai dimana informan terlibat dalam
kehidupan sosial yang relatif lama (Saryono, 2011). Pengambilan
data melalui wawancara mendalam bertujuan untuk menggali
informasi mengenai proses pelaksanaan perencanaan dan
pengadaan obat dengan sistem E-Catalogue di Puskesmas
Dempo.
Wawancara mendalam ini dilakukan dengan pihak
Puskesmas Dempo oleh peneliti yang dibantu oleh asisten
penelitian untuk membantu mencatat dan merekam proses
wawancara. Metode ini dilakukan menggunakan pedoman
wawancara, kamera, alat tulis dan buku catatan (field note).
Adapun informan yang akan berlaku sebagai responden penelitian
yaitu :

Universitas Sriwijaya
42

Tabel 4.1
Daftar Informan dan Wawancara Mendalam
No Informan Jumlah Informasi yang ingin diperoleh
Informan
1. Kepala Puskesmas 1 Standar Operasional Prosedur tahun
Dempo 2015 dan lembar evaluasi dan
pengawasan
2 Kepala instalasi farmasi 1 Dokumen data perencanaan kebutuhan
di Puskesmas Dempo obat, data pengawasan dan evaluasi
pemakaian obat, Standar Operasional
Prosedur SOP) tahun 2015.

3 Apoteker 1 Buku defacta, LPLPO tahun 2012-


2015, lembar permintaan obat melalui
E-Catalogue tahun 2015, data
kebutuhan obat berdasarkan pola
penyakit, Kartu stock obat tahun 2015,
catatan harian pemakaian obat tahun
105 dan DOEN tahun 2015
4 Asisten apoteker 1

5 Kepala Dinas Kesehatan 1 Standar Operasional Prosedur tahun


Kota Palembang 2015 dan lembar evaluasi dan
pengawasan
6 Kepala gudang farmasi 1 Dokumen data perencanaan kebutuhan
Kota Palembang obat, data pengawasan dan evaluasi
pemakaian obat, Standar Operasional
Prosedur SOP) tahun 2015.

7 Kepala pedagang besar 1 Sertifikat CPOB, data pemakaian obat


farmasi (PBF) melalui E-Catalogue

Universitas Sriwijaya
43

B. Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data yang
menyajikan gambaran realistik perilaku dan kejadian, untuk
menjawab pertanyaan dan untuk melakukan evaluasi sebagai
pengukuran terhadap aspek tertentu dan melakukan umpan balik
(Herdiansyah, 2010). Observasi dilakukan dengan pengamatan
kegiatan perencanaan dan pengadaan obat di Puskesmas Dempo
Palembang dengan menggunakan lembar observasi yang
berbentuk pedoman checklist untuk melihat pelaksanaan kegiatan.
C. Telaah Dokumen
Sebagian besar data tersimpan dalam bahan yang berbentuk
dokumentasi berupa Laporan LPLPO, kartu stock dan lainnya.
Sifat utama dari data ini tidak terbatas pada ruang dan waktu
sehingga memberi peluang terhadap peneliti untuk mengetahui
hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam (Saryono, 2011).
Pemeriksaan dokumen dilakukan dengan pedoman telaah
dokumen yang berupa checklist kelengkapan dokumen untuk
memastikan keakuratan hasil penelitian yang telah didapatkan.

4.3.3 Alat Pengumpulan Data

Alat yang digunakan peneliti dalam penelitian ini antara lain


kamera, perekam suara, fieldnote, pena, pensil dll.

4.4 Pengolahan Data


Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan metode perbandingan
tetap (constant comparative method) yaitu analisis data secara tetap
membandingkan satu informasi dengan informasi yang lain, dan secara tetap
membandingkan kategori dengan kategori lainnya. Langkah-langkahnya
adalah sebagai berikut :
a. Pengumpulan data

Universitas Sriwijaya
44

Tahapan pertama yang dilakukan adalah pengumpulan data.


Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam kepada
informan penelitian dan telaah dokumen dari hasil observasi di lokasi
penelitian.
b. Reduksi data
Reduksi data merupakan proses penyempurnaan data, baik pengurangan
terhadap data yang kurang perlu atau tidak relevan maupun penambahan
terhadap data yang dirasa masih kurang. Reduksi data yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah Peneliti melakukan seleksi data dengan cara
mengkategorikan dan mengelompokkan data di lapangan terkait tahapan
pada proses perencanaan dan pengadaan obat di Puskesmas Dempo yang
lebih penting bermakna dan relevan dengan permasalahn dan tujuan
penelitian.
c. Penyajian data
Penyajian data diarahkan agar data hasil reduksi yan telah diseleksi.
Penyajian data ditampilkan secara sistematik. Peneliti mengembangkan
sebuah deskripsi informasi tersusun untuk menarik kesimpulan dalam
bentuk matriks wawancara maupun tabel yang disertai narasi.
d. Penarikan kesimpulan atau verifikasi
Penarikan kesimpulan merupakan proses perumusan makna dari hasil
penelitian yang diungkapkan dengan narasi. Peneliti berusaha membuat
kesimpulan seobyektif mungkin sehingga dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah.

4.5 Validasi Data


Validasi/keabsahan data pada penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong,
2005). Teknik trangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :

Universitas Sriwijaya
45

a. Triangulasi sumber, yaitu dengan melakukan cross check ulang data antara
informan satu dengan informan lainnya.
b. Triangulasi metode, yaitu dengan menggunakan berbagai metode dalam
teknik pengumpulan data. Metode yang digunakan adalah wawancara
mendalam, observasi dan telaah dokumen.
c. Triangulasi data, yaitu dengan meminta pendapat dari para ahli yang
berada di lingkup Universitas Sriwijaya yaitu dosen Manajemen Logistik
dengan tujuan untuk menghindari subjektifitas pada analisis data. Selain
itu dengan mengumpulkan jurnal-jurnal, berita maupun artikel terkait
penelitian.

4.6 Analisa dan Penyajian Data


Data yang didapat dari hasil wawancara mendalam dianalisis dengan
menggunakan teknik analisa kualitatif. Dalam teknik kualitatif digunakan
proses berpikir induktif, artinya dimulai dari keputusan-keputusan khusus
(data yang terkumpul) kemudian diambil kesimpulan secara umum
(Notoadmodjo, 2010).
Hasil penelitian tersebut disajikan dalam bentuk narasi impresionis yaitu
gaya penulisan yang menceritakan kembali pengalaman dan impresi peneliti
selama berada di lapangan. Agar hasil penelitian terinci, obyektif dan netral,
peneliti menambahkan kuotasi yakni kutipan-kutipan pernyataan informan
dalam bentuk asli untuk mendeskripsikan hasil penelitian. Penelitian ini juga
dilengkapi dengan matriks wawancara maupun tabel yang disusun untuk
mempermudah pemahaman dan penarikan kesimpulan (Mardiana, 2012).

Universitas Sriwijaya
BAB V
HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Puskesmas Dempo

5.1.1 Wilayah dan Geografi


Puskesmas Dempo merupakan salah satu Puskesmas Induk di
Kecamatan Ilir Timur I yang mempunyai 3 puskesmas dan juga
merupakan Puskesmas Koordinator untuk kecamatan Ilir Timur I
dengan luas wilayah kerja 283,4 Ha meliputi dataran rendah dan
sebagian kecil pinggiran sungai. Puskesmas Dempo memiliki wilayah
kerja meliputi delapan kelurahan, yaitu:
1. Kelurahan 13 Ilir,
2. Kelurahan 14 Ilir,
3. Kelurahan 15 Ilir,
4. Kelurahan 16 Ilir,
5. Kelurahan 17 Ilir,
6. Kelurahan 18 Ilir,
7. Kelurahan Kepandean baru dan
8. Kelurahan 20 Ilir.
Perbatasan Puskesmas Dempo dengan wilayah sekitarnya yaitu:
a. Utara : Kecamatan Sekip Jaya dan Talang Aman
b. Selatan : Seberang Ulu II dan Sungai Musi
c. Timur : Kecamatan Ilir Timur II
d. Barat : Kecamatan Ilir Barat I
Puskesmas Dempo sebagai unit pelayanan kesehatan dalam
pelaksanaan pelayanan pembangunan kesehatan terdepan dan pelayanan
tingkat dasar yang mandiri, dan bertanggung jawab terhadap kesehatan
masyarakat yang optimal khususnya di kecamatan Ilir Timur I
Palembang. Puskesmas Dempo diresmikan kembali pada tanggal 18

46
47

Juni 1988, oleh walikota Bapak Kholil Aziz setelah dilakukan rehab
gedung untuk yang pertama kali.

5.1.2 Sarana dan Prasarana


Data sarana kesehatan yang berada di wilayah kerja Puskesmas
Dempo Palembang dapat dilihat pada tabel 5.1 sebagai berikut :
Tabel 5.1
Data Sarana Kesehatan Puskesmas Dempo Palembang
Deskripsi Jumlah per Kelurahan Jml
13 14 15 16 17 18 20 Ilir KB
Ilir Ilir Ilir Ilir Ilir Ilir D-1
Pengobatan Tradisional 0 0 0 0 0 0 0 0 0
RS Pemerintah 0 0 0 0 0 0 0 0 0
RS Swasta 0 0 0 0 0 0 1 0 1
Balai Kesehatan 1 0 0 0 2 0 0 0 3
Praktik Dr Umum 1 0 12 0 1 0 1 0 16
Praktik Dr Gigi 0 0 4 2 3 0 4 0 13
Praktik Dr Bersama 0 0 2 0 3 0 1 0 6
Laboratorium 0 0 2 0 2 0 1 0 5
Kesehatan
Jumlah Apotek 0 0 6 7 7 1 2 2 25
Jumlah Optik 0 0 0 2 8 4 0 0 14
Jumlah Toko Obat 0 0 1 8 3 3 0 0 15
Sumber : Profil Puskesmas Dempo Palembang Tahun 2015

5.1.3 Visi, Misi dan Motto Puskesmas Dempo

a. Visi
Visi dari Puskesmas Dempo Palembang yaitu Mewujudkan
Kesehatan Masyarakat yang Optimal di Wilayah Kerja.
b. Misi
Misi dari Puskesmas Dempo Palembang, antara lain:

Universitas Sriwijaya
48

1. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan lingkungan


dengan pemberdayaan masyarakat untuk perilaku hidup bersih
dan sehat.
2. Meningkatkan profesionalisme provider.
3. Meningkatkan pelayanan kesehatan sesuai standar yang telah
ditetapkan.
4. Meningkatkan kemitraan dengan semua pihak.
c. Motto
Motto dari Puskesmas Dempo Palembang yaitu “Melayani dengan
IKHLAS”.

5.1.4 Sumber Daya Manusia Puskesmas Dempo


Ketenagaan di Puskesmas Dempo terdiri dari 37 orang baik dari
bidang kesehatan maupun non kesehatan. Selain itu, ketenagakerjaan
terdiri dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) maupun Non PNS. Puskesmas
Dempo memliki tiga orang dokter umum, satu orang dokter gigi, satu
orang dokter spesialis anak, satu orang spesialis SPOG, satu orang
spesialis PD, lima orang bidan, satu orang tenaga apoteker, dan tenaga
kesehatan lainnya yang membantu dalam pelayanan kesehatan. Data
sumber daya manusia di Puskesmas Dempo Palembang dapat dilihat
pada tabel 5.2 di lampiran

5.1.5 Struktur Organisasi Puskesmas Dempo


Struktur Organisasi Puskesmas Dempo saat ini terdiri dari
Pimpinan Puskesmas yang dibantu oleh Manager Internal untuk
pelaksanaan dan koordinasi antar unit di Puskesmas. Selain itu dibantu
dengan Kepala Subbagian Tata Usaha dan Sekretaris, ditambah dengan
3 (tiga) orang Koordinator yaitu Koordinator Survey, Koordinator
Audit dan Koordinator Pelayanan Kesehatan, serta Kepala Puskesmas
Pembantu 13 Ilir dan beberapa satuan unit kerja lainnya. Struktur
organisasi di Puskesmas Dempo Palembang dapat dilihat pada
lampiran.

Universitas Sriwijaya
49

Pimpinan Puskesmas

Manger Internal Kasubag. TU

Sekretaris

Koor.Audit Koor.Survey Kepegawaian Inventaris Keuangan


n
Sumber : Profil Puskesmas Dempo Palembang Tahun 2015

5.1.6 Gambaran Umum Unit Obat di Puskesmas Dempo Palembang


Penelitian mengenai “Analisis Perencanaan dan Pengadaan Obat
Dengan Sistem E-Catalogue di Puskesmas Dempo”, ini dilakukan pada
instalasi farmasi atau unit obat. Instalasi Farmasi sebagai salah satu
bagian di Puskesmas Dempo Palembang merupakan unit pelayanan
pengelolaan sumber daya (SDM, sarana prasarana, sediaan farmasi dan
perbekalan kesehatan serta administrasi) dan pelayanan farmasi klinik
(penerimaan resep, peracikan obat, penyerahan obat, informasi obat dan
pencatatan/penyimpanan resep) dengan memanfaatkan tenaga, dana,
prasarana, sarana dan metode tatalaksana yang sesuai dalam upaya
mencapai tujuan yang ditetapkan.

5.1.7 Karakteristik Informan

Karakteristik informan penelitian ini berjumlah 7 orang, yang


terdiri dari 3 (tiga) orang petugas Puskesmas Dempo yang merupakan
informan kunci, 2 (dua) orang petugas Dinas Kesehatan Kota
Palembang dan 2 (dua) orang petugas Pedagang Besar Farmasi (PBF)
yang merupakan informan pendukung. Berikut tabel yang menunjukkan
informan berdasarkan karakteristiknya dapat dilihat sebagai berikut :

Universitas Sriwijaya
50

Tabel 5.4
Karakteristik Informan dari Puskesmas Dempo Palembang
No Inisial Jabatan Pendidikan Jenis Umur Lama
Kelamin Bekerja
1 NV Manger Internal S2 Perempuan 52 9 Tahun
Puskesmas (Kesmas)
Dempo
2 FN Apoteker S1 Perempuan 34 2 Tahun
(Farmasi)
Apoteker
3 PR Asisten Apoteker S1 Perempuan 28 9 Tahun
(Kesmas)

Dari Tabel 5.4 dapat diambil kesimpulan bahwa komposisi petugas


di Puskesmas Dempo sudah sesuai dengan Permenkes RI Nomor 34
Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
bahwa penyelenggaraan kefarmasian di puskesmas harus dikelola oleh
seorang apoteker dan seorang tenaga kefarmasian. Hal ini sangat
berpengaruh pada penjaminan mutu pelayanan kefarmasian di
Puskesmas Dempo.
Tabel 5.5
Karakteristik Informan dari Dinas Kesehatan Kota Palembang
No Inisial Jabatan Pendidikan Jenis Umur Lama
Kelamin Bekerja
1 AN Kepala Dinas S2 Laki-laki 58 3 Tahun
Kesehatan Kota (Kesmas)
Palembang

Universitas Sriwijaya
51

2 TN Kepala Seksi S1 Perempuan 46 5 Tahun


Farmasi (Farmasi)
Apoteker

Dari Tabel 5.5 dapat diambil kesimpulan bahwa petugas di Dinas


Kesehatan Kota Palembang sudah sesuai dengan standar kompetensi
yang ada, yakni persyaratan petugas harus dengan basis pendidikan di
bidang kesehatan. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kinerja petugas
dalam menjalankan tugasnya.
Tabel 5.6
Karakteristik Informan dari Pedagang Besar Farmasi
No Inisial Jabatan Pendidikan Jenis Umur Lama
Kelamin Bekerja
1 EF Kepala Cabang S1 Farmasi Laki-laki 38 9 Tahun
Indo Farma (Apoteker)
2 HR Kepala Cabang S1 Farmasi Laki-laki 35 1 Bulan
Kimia Farma (Apoteker)

Dari Tabel 5.6 dapat diambil kesimpulan bahwa petugas di


Pedagang Besar Farmasi (PBF) sudah sesuai dengan standar
kompetensi yang ada, yakni persyaratan petugas harus dengan basis
pendidikan di bidang kesehatan. Hal ini sangat berpengaruh terhadap
kinerja petugas dalam menjalankan tugasnya.

5.2 Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari tanggal 06 Juni sampai dengan tanggal 17


Juni 2016 di Puskesmas Dempo Palembang. Setelah melalui proses
wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumen, diperoleh hasil
penelitian sebagai berikut :

5.2.1 Perencanaan Obat

Universitas Sriwijaya
52

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan dalam


perencanaan dan pengadaan obat dengan sistem E-Catalogue di
Puskesmas Dempo bahwa proses perencanaan obat melalui beberapa
tahapan, yang dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Pemilihan Jenis Obat


Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan bahwa
tahap awal pada proses perencanaan obat adalah dengan melakukan
proses pemilihan jenis obat yang akan digunakan sebagai kebutuhan.
Proses pemilihan jenis obat dilakukan oleh seorang apoteker, hal ini
sesuai dengan pernyataan :

“…proses pemilihan obat apotekernya (FN).”


“….seleksi obatnya dilakukan oleh petugas apoteker
(PR).”

Pemilihan jenis obat pada proses perencanaan melalui sistem E-


Catalogue di Puskesmas Dempo sudah berdasarkan standar
kefarmasian yaitu mengacu pada daftar obat yang ada Formularium
Nasional (FORNAS).

“Pedoman pemilihan obat pake FORNAS... (FN).”


“…melihat dari FORNAS sebagai pedoman…
(PR).”
“…daftar obat di E-Catalogue mengacu pada
FORNAS (AN).”
“…obat-obat yang ada di E-Catalogue harus sesuai
dengan FORNAS (TN)…”

Dari hasil telaah dokumen terdapat buku Formularium Nasional


yang diberikan oleh Dinas Kesehatan Kota Palembang sebagai acuan
penetapan penggunaan obat dalam JKN untuk menjamin
ketersediaan obat yang berkhasiat, aman dan bermutu.

Universitas Sriwijaya
53

Obat-obat yang berada di E-Catalogue biasanya adalah obat-obat


generik, sesuai dengan pernyataan informan :

“…...biasanya paling banyak obat generik


dibanding obat paten (FN).”
“…menggunakan obat-obat generik semua…
(PR).”

Berdasarkan penjelasan dari informan tersebut dapat dijelaskan


bahwa pelaksanaan proses perencanaan pemilihan jenis obat di
Puskesmas Dempo dilakukan oleh petugas apoteker. Proses
perencanaan pemilihan jenis obat melalui E-Catalogue mengacu
pada daftar jenis obat yang ada di E-Catalogue dengan berpedoman
pada Formularium Nasional (FORNAS) dan biasanya obat-obat yang
terdaftar pada E-Catalogue lebih dominan berupa obat-obat generik.

2. Kompilasi Pemakaian Obat


Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan bahwa
kompilasi pemakaian obat di Puskesmas Dempo dapat dilihat dari
rekapan pemakaian obat yang ada di kartu stock dan LPLPO, ini
sesuai dengan pernyataan :

“Kompilasi pemakaian obat ngeliatnya dari LPLPO


dan kartu stock (FN).”
“Pemakaian jumlah obat diliat dari kartu stock dan
LPLPO (PR).”

Dari hasil telaah dokumen tampak bahwa kartu stock obat


digunakan untuk melihat stock terakhir dari jumlah pemakaian obat
setiap harinya.
Dari hasil observasi didapatkan bahwa pemeriksaan kartu stock
obat dan kelengkapan LPLPO dilakukan oleh apoteker. Pengecekan
terhadap stock obat langsung dilakukan oleh apoteker sendiri. Dalam
hal ini, asisten apoteker membantu dalam perekapan laporan LPLPO
dan mencatat data stock obat terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa

Universitas Sriwijaya
54

peran apoteker sangat penting dalam proses perencanaan obat,


sedangkan peran asisten apoteker hanya membantu dalam perekapan
laporan dan perekapan data kebutuhan obat.
Hasil rekapan pemakaian obat dari Puskesmas Dempo akan
dilaporkan ke GFK (gudang farmasi kota). Pelaporan dilakukan
sebelum tanggal 10 setiap bulannya.

“Rekapan laporannya setiap bulan dilaporkan ke


GFK… (FN).”
“Setiap bulan direkap dan nanti dilaporkan ke
dinas (PR).”
“…kami menerima LPLPO setiap bulannya dari
Puskesmas (TN).”

Berdasarkan hasil wawancara mendalam, telaah dokumen dan


observasi dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan proses perencanaan
kompilasi pemakaian obat di Puskesmas Dempo bersumber pada
pemakaian obat di kartu stock untuk setiap harinya. Kartu stock
dikumpulkan dan dilakukan perekapan terhadap pemakaian obat
dalam bentuk laporan LPLPO. Laporan tersebut yang nantinya akan
diberikan pada gudang farmasi kota (GFK) untuk dilakukan proses
pengadaan obat. Apoteker mengambil peran penting dalam
pelaksanaan perencanaan obat di Puskesmas.

3. Perhitungan Jumlah Kebutuhan Obat


Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan
proses perhitungan jumlah kebutuhan obat dilakukan oleh apoteker
dan dibantu oleh asisten apoteker. Pehitungan jumlah kebutuhan obat
di unit obat Puskesmas Dempo menggunakan metode konsumsi
dengan melihat pemakaian jumlah obat tiga bulan sebelumnya
berdasarkan daftar obat, stok awal, penerimaan, pengeluaran, sisa
stok, obat hilang atau kaduluarsa, pemakaian rata-rata dan
perkembangan pola kunjungan, sesuai dengan pernyataan informan :

Universitas Sriwijaya
55

“…menggunakan metode konsumsi berdasarkan


pemakaian 3 bulan sebelumnya (FN).”
“…yaitu metode konsumsi melihat dari pemakaian
obat 3 bulan sebelumnya (PR).”

Perhitungan menggunakan metode konsumsi dilihat berdasarkan


pemakaian obat setiap harinya di kartu stock. Penggunaan obat akan
direkap dan dimasukkan ke dalam Buku Defacta. Berdasarkan telaah
dokumen yang dilakukan peneliti, bahwa kartu stock digunakan
sebagai catatan perhitungan kebutuhan, contoh bentuk kartu stock
dapat dilihat pada bagian Lampiran.

4. Proyeksi Kebutuhan Obat


Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan bahwa
dalam tahap proyeksi kebutuhan obat di Puskesmas Dempo,
dilakukan pengecekan terhadap stock obat, sesuai dengan pernyataan
informan :

“Setiap bulan kita selalu mengecek stok obat


evaluasi terhadap dana dan jumlah kebutuhan
obat… (FN).”
“Tiap bulan kita selalu mengecek stock obat (PR).”

Selain itu, dilakukan evaluasi dana anggaran untuk kebutuhan


obat. Pada tahap proyeksi kebutuhan obat, jika terjadi keterbatasan
dana, maka Apoteker akan melakukan penggantian obat dengan
fungsi guna obat yang sama, Maksudnya adalah obat yang stocknya
kosong baik di GFK maupun di PBF akan diganti dengan obat yang
stock obatnya masih ada di gudang obat Puskesmas Dempo.

“Evaluasi terhadap dana yang terbatas, jadi kalo


bisa ada yang diganti dengan fungsi guna obat
yang sama… (FN).”
“Kalau terjadi minimnya anggaran, solusinya
adalah obatnya diganti dengan obat yang sejenis.
Maksudnya, obat-obat dengan fungsi guna yang
sama (PR).”

Universitas Sriwijaya
56

Berdasarkan penjelasan dari informan dapat dijelaskan bahwa


pada pelaksanaan proyeksi kebutuhan obat dilakukan pengecekan
terhadap stock obat setiap bulannya. Pengecekan dan perhitungan
kebutuhan obat dilihat dari pemakaian jumlah obat setiap harinya di
Buku Defacta. Selanjutnya, dilakukan evaluasi terhadap dana
anggaran untuk kebutuhan obat. Jika terjadi minimnya jumlah
anggaran, maka pihak unit obat akan melakukan penggantian fungsi
guna obat agar kebutuhan obat pasien terpenuhi.

5. Penyesuaian Rencana Pengadaan Obat


Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan tahap
terakhir pada proses perencanaan adalah penyesuaian rencana
pengadaan obat. Puskesmas Dempo. Rencana pengadaan yaitu
dengan sistem manual yang artinya pihak puskesmas mengirimkan
laporan permintaan rutin setiapp tiga bulan sekali ke GFK dan
melalui sistem E-Catalogue.

Penyesuain rencana pengadaan juga harus memperhatikan


rencana anggaran yang sudah ditetapkan oleh puskesmas. Oleh
karena itu, pada tahap ini apoteker harus bekerja sama dengan
bendahara puskesmas untuk membahas rencana kerja anggaran obat,
sesuai dengan pernyataan :

“Penyesuaian rencana pengadaan harus melihat


dari anggaran kebutuhan obat puskesmas (NV).”
Kita harus menyesuaikan dengan anggaran
kebutuhan obat di puskesmas (FN).”

Perencanaan dengan sistem E-Catalogue menggunakan dana


alokasi dari pemerintah yang dalam hal ini adalah dana kapitasi dari
peserta BPJS, sesuai dengan pernyataan informan :

“Berapa persen dana kapitasi BPJS digunakan


untuk pengadaan obat (FN).”

Universitas Sriwijaya
57

“Ada, beberapa persen…(PR).”

Kesesuaian rencana pengadaan ini harus benar-benar


diperhatikan dengan penganggaran yang telah ditetepkan
oleh Puskesmas untuk kebutuhan obat guna meminimalisir
kasus-kasus defisit maupun over stock yang terjadi.

5.2.2 Pengadaan Obat

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan dalam


perencanaan dan pengadaan obat dengan sistem E-Catalogue di
Puskesmas Dempo bahwa proses pengadaan obat melalui beberapa
tahapan, yang dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Pemilihan Metode Pengadaan


Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan bahwa
setelah dilakukan proses perencanaan obat maka tahap selanjutnya
adalah memilih metode pengadaan. Puskesmas Dempo Palembang
mengajukan permintaan rutin ke Instalasi GFK setiap 3-4 bulan
sekali dan boleh mengajukan permintaan khusus untuk membeli di
penyedia obat (PBF) jika sewaktu-waktu stok obat itu benar-benar
kosong dan sangat dibutuhkan.
Proses pemilihan metode pengadaan dengan sistem E-Catalogue
yaitu dengan melakukan pembelian secara manual sistem offline
dengan pemesanan langsung ke penyedia obat, hal ini sesuai dengan
pernyataan :

“Kita melakukan permintaan dulu ke GFK berapa


kebutuhan yang kita butuhkan bila ada kekosongan
obat di GFK kita bisa membeli obat di distributor.
(FN).”
“Kita masih melakukan permintaan ke GFK, baru
jika kalo stok obat sudah habis atau di GFK tidak
tersedia kita boleh beli di PBF. (PR).”

Universitas Sriwijaya
58

E-Catalogue obat hanya digunakan sebagai acuan penetapan


harga obat-obat generik maupun paten yang sudah ditentukan oleh
Kementrian Kesehatan. Tujuan dari E-Catalogue itu sendiri adalah
untuk mempermudah dalam proses pembelian obat ke distributor.
Berikut pernyataan informan mengenai hal tersebut.

“E-Catalogue adalah daftar obat-obatan yang


sudah dapat diperjualkan sesuai dengan tujuan
pemerintah pusat dan harganya pun sudah diatur
oleh pemerintah pusat (FN).”
“E-Catalogue hanya berupa daftar-daftar obat
agar kita bisa membeli dengan mudah, efisien,
efektif, murah harganya (PR).”
“E-Catalogue adalah pengadaan obat yang sudah
terstandarisasi baik harga maupun jenis yang akan
dipakai yang artinya obatnya sudah melalui kendali
mutu, dan kemudian harganya sudah kompetitif
yang sudah ditentukan oleh pemerintah (AN).”
“E-Catalogue sebagai acuan untuk melihat daftar
harga obat. Harga yang tertera di E-Catalogue
sudah pasti karena sudah ditetapkan oleh
pemerintah (TN).”

Sementara dari hasil telaah dokumen kelengkapan berkas tampak


bahwa petugas apoteker mencetak daftar harga obat yang ada di E-
Catalogue sebagai pedoman penetapan penggunaan harga obat.
Kemudian, untuk proses pengadaannya pihak Puskesmas Dempo
melakukan pembelian secara manual ke distributor lewat surat
pemesanan, hal ini sesuai dengan pernyataan :

“Jadi pihak puskes belinya lewat manual melalui


surat pemesanan atas sepengetahuan pimpinan
kemudian ditujukan ke PBF (FN).”
“Puskesmas mengirimkan surat pemesanan ke
distributor… (HR).”
“Puskesmas Dempo mengirimkan surat pemesanan
yang dikirimkan ke distributor (EF).”

Universitas Sriwijaya
59

Sementara itu dari hasil telaah dokumen didapatkan bahwa surat


pemesanan obat yang ditujukan ke distributor harus diketahui oleh
pimpinan puskesmas. Surat pemesanan digunakan sebagai bukti
pembelian obat yang nantinya akan digabungkan dengan fraktur dari
distributor bahwasannya obat yang dipesan sudah diterima oleh
pihak puskesmas.
Dari hasil wawancara mendalam dan telaah dokumen, dapat
diambil kesimpulan bahwa Puskesmas Dempo masih menggunakan
metode pengadaan dengan metode konsumsi. Tidak ada perbedaan
metode pengadaan yang digunakan meskipun sudah melalui sistem
E-Catalogue. E-Catalogue digunakan sebagai pedoman untuk
melihat daftar harga obat dan pemesanannya melalui surat
pemesanan yang dikirimkan ke distributor.

2. Pemilihan Pemasok
Menurut informasi yang didapat dari hasil wawancara mendalam
oleh informan didapatkan penjelasan mengenai pemilihan pemasok
atau distributor (PBF) di Puskesmas Dempo. Berikut penyataan
informan :

“…melihat distributor yang sudah memiliki


sertifikat CDOB (NV).”
“Puskesmas melihat distributor yang sudah besar
dan memiliki sertifikat CDOB (FN).”
“Distibutor tersebut sudah memiliki sertifikat
CDOB (PR).”

Berdasarkan pernyataan tersebut didapatkan informasi bahwa


pemilihan PBF untuk bisa melakukan kerjasama dalam proses
pengadaan obat di Puskesmas Dempo adalah yang sudah memiliki
sertifikat CDOB.
Jika ternyata dalam pengadaan obat yang kita butuhkan tidak
terdapat di salah satu PBF, maka puskesmas boleh mencari

Universitas Sriwijaya
60

distributor lain yang menyediakan obat. Hal ini sesuai dengan


pernyataan :
“Jika obat yang dibutuhkan tidak tersedia di salah
satu PBF, Puskesmas mencari lagi ke distributor
yang menyediakan obat (FN).”
“Jika ternyata stoknya kosong di distributor, kita
mencari distributor lain (PR).”

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dan telaah dokumen


didapatkan kesimpulan bahwa pemilihan distributor di Puskesmas
Dempo melihat dari riwayat distributor. Pihak Puskesmas
mengutamakan distributor yang sudah besar dan memiliki sertifikat
CDOB.

3. Pemantauan Status Pesanan


Berdasarkan hasil wawancara mendalam didapatkan informasi
bahwa sebelum mengirimkan surat pemesanan ke distributor.
Pemantauan pesanan langsung dilakukan oleh apoteker.

“Segala yang berhubungan dengan pemesanan


langsung dilakukan oleh apoteker… (NV).”
“Pemantauan status pesanan oleh apoteker (FN).”

Koordinasi pihak puskesmas dengan distributor terkait


pemesanan adalah apoteker menelfon terlebih dahulu untuk
menanyakan ketersediaan obat di distributor, hal ini sesuai dengan
pernyataan :

“Sebelum kita pesen kita menelfon dulu dengan


PBF untuk obat-obat yang akan dipesan… (FN).”
“…Puskesmas biasanya menelfon sebelum
memberikan surat pemesanan… (EF).”
“Apoteker puskesmas menelfon pihak kami sebelum
mengirimkan surat pemesanan… (HR).”

Dari hasil observasi tampak bahwa apoteker melakukan


koordinasi pemesanan melalui telepon dengan pihak PBF. Sehingga

Universitas Sriwijaya
61

peranan petugas apoteker sangat penting dalam memantau status


pesanan.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dan observasi dapat
disimpulkan bahwa koordinasi yang terjadi antar petugas apoteker
dengan pihak PBF dilakukan melalui telepon dalam pemantauan
status pesanan.

4. Penentuan Waktu Pengadaan dan Kedatangan Obat


Berdasarkan hasil wawancara mendalam didapatkan informasi
bahwa tidak dibutuhkan waktu yang lama untuk kedatangan obat
setelah melalui proses pemesanan. Kedatangan obat paling cepat sore
hari untuk bisa diterima jika petugas apoteker puskesmas melakukan
pemesanan pada pagi hari. Namun, jika terjadi masalah ketersediaan
obat di gudang obat PBF, obat bisa diterima di puskesmas paling
lambat 2 hari dari hari pemesanan.
“Jadi misalnya kita mesen obat hari ini, besok atau
lusa sudah diantarkan ke Puskesmas. Terkadang,
kita pesen hari ini, hari ini juga sudah bisa kita
terima (FN).”
“…hari ini pesen hari ini juga bisa langsung
datang pesanannya… (PR).”
“Jika obatnya tersedia di gudang, biasanya Puskes
bisa menerima obat besoknya… (EF).”
“…biasanya hari ini dia pesan, bisa langsung kita
antar atau paling lambat besok paginya (HR).”

Menurut penjelasan dari informan dapat disimpulkan bahwa


pihak Puskesmas Dempo tidak pernah menunggu terlalu lama untuk
kedatangan obat kecuali jika ketersediaan stock obat di PBF
mengalami kekosongan berarti pihak puskesmas harus melakukan
pembelian di PBF lain yang menyediakan obat tersebut.

5. Penerimaan dan pemeriksaan obat

Universitas Sriwijaya
62

Berdasarkan hasil wawancara mendalam didapatkan informasi


bahwa pemeriksaan pesanan obat yang diantarkan oleh petugas
distributor langsung dilakukan pengecekan oleh apoteker.
Pengecekan dilakukan untuk melihat kesesuaian jumlah obat yang
dipesan dan tanggal kedaluwarsa obat.

“…pengecekan obat bersama apoteker. Pengecekan


terhadap jumlah pesanan obat dan tanggal
kaduluarsa obat (FN).”
“…pengecekan terhadap tanggal kaduluarsanya…
(PR).”
“…sampai di Puskesmas biasanya langsung
diterima apoteker dan melakukan pengecekan…
(EF).”
“Apoteker Puskesmas biasanya langsung
melakukan pengecekan jika pesanan sudah datang
(HR).”

Menurut penjelasan informan dapat disimpulkan bahwa


penerimaan dan pemerikasaan obat dilakukan oleh seorang apoteker
yang dibantu dengan petugas distributor yang mengantar untuk
sama-sama melakukan pengecekan terhadap pesanan obat.

Universitas Sriwijaya
BAB VI
PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian

Dikarenakan kesibukan dan jadwal pertemuan yang terkadang tidak


terduga adanya salah satu informan yaitu Kepala Puskesmas Dempo yang belum
bisa dilakukan wawancara mendalam. Oleh karena itu, pihak Puskesmas Dempo
menyarankan Manager Internal Puskesmas Dempo sebagai pengganti informan
penelitian. Manager Internal Puskesmas Dempo adalah seseorang yang paling
tepat dikarenakan beliau salah satu seseorang yang mengetahui keadaan internal
Puskesmas termasuk pelaksanaan, informasi dan aktifitas mengenai Puskesmas
Dempo. Selain itu, beliau merupakan seseorang yang ditunjuk untuk menghadiri
rapat internal maupun eksternal dan ikut membantu dalam urusan yang
menyangkut penatalaksanaan Puskesmas Dempo bersama Kepala Puskesmas.

Dalam penelitian ini diperlukan pemahamamn yang mendalam


menyangkut berbagai teori yang diperlukan. Sementara kepustakaan mengenai
perencanaan dan pengadaan obat dengan sistem E-Catalogue masih terbatas
dikarenakan penerapan E-Catalogue yang dikeluarkan pemerintah baru berjalan
dua tahun dan efektif penerapannya di instansi kesehatan baru sekitar satu tahun.

6.2 Pembahasan

6.2.1 Perencanaan Obat

Dalam menjalankan manajemen logistik obat, Puskesmas Dempo


Palembang diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 30 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas. Proses perencanaan adalah cara atau
langkah-langkah yang harus dilalui atau proses dalam membuat suatu
rencana untuk mencapai tujuan tertentu.

63
64

Adapun yang langkah-langkah dalam perencanaan pengadaan obat


di Dinas Kesehatan sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI NO
1121/Menkes/SK/XII/2008 yaitu: tahap pemilihan obat, tahap
kompilasi pemakaian obat, tahap perhitungan obat, tahap proyeksi
kebutuhan obat dan tahap penyesuaian rencana pengadaan obat.

6. Pemilihan Jenis Obat


Pada tahap pemilihan obat dilakukan proses seleksi obat untuk
menentukan jenis obat yang benar-benar diperlukan sesuai dengan
pola penyakit. Fungsi pemilihan adalah untuk menentukan apakah
perbekalan farmasi benar-benar diperlukan sesuai dengan jumlah
pasien/kunjungan dan pola penyakit di rumah sakit (Depkes RI,
2008).
Pemilihan jenis obat dengan sistem E-Catalogue di lakukan
oleh petugas Dinas Kesehatan yang bertanggung jawab terhadap
kebutuhan obat dan bahan habis pakai di tingkat puskesmas yaitu
Kepala Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan. Pemilihan obat harus
disesuaikan dengan daftar obat esensial yang sudah ditetapkan
pemerintah yang ada E-Catalogue. Menurut Kepmenkes RI Nomor
312 Tahun 2013 tentang Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN)
menyatakan bahwa obat yang digunakan dalam program yang telah
memenuhi kriteria obat esensial yang ada dalam DOEN. Obat
esensial adalah obat terpilih yang paling dibutuhkan untuk
pelayanan kesehatan, mencakup upaya diagnosis, profilaksis, terapi
dan rehabilitasi, yang diupayakan tersedia di fasilitas kesehatan
sesuai dengan fungsi dan tingkatnya. Alur perencanaan obat dari
Puskesmas ke Dinas sebagai berikut :

LPLPO unit Puskesmas LPLPO


obat Puskesmas
puskesmas

Distributor Dinas
Kesehatan

Universitas Sriwijaya
65

Berdasarkan alur di atas bahwa unit obat puskesmas


mengirimkan perencanaan obat yang dibutuhkan ke Dinas Kesehatan
melalui IF Dinas Kesehatan. Kepala IF Dinas Kesehatan melakukan
pengecekan terhadap LPLPO puskesmas yang nantinya akan
disetujui oleh Kepala Dinas Kesehatan. Kepala Dinas Kesehatan
melakukan pelelangan dengan sistem tender terbuka kepada
distributor. Distributor akan mengirimkan CV perusahaan dan
kemudian dipilih distributor yang menawarkan obat dengan harga
yang sesuai dengan anggaran serta tentunya atas persetujuan Kepala
Dinas Kesehatan. Perencanaan obat dengan sistem E-Catalogue
melalui Kepala IF Dinas Kesehatan Kota yang melakukan proses
seleksi dengan memerhatikan kebutuhan obat apa saja yang
diperlukan untuk setiap puskesmas dan disesuaikan dengan yang
sudah tersedia di E-Catalogue. Petugas akan login ke website E-
Catalogue dengan menggunakan username dan password sehingga
dalam hal ini Kepala IF Dinas Kesehatan Kota berperan penting
terhadap perencanaan kebutuhan obat di Puskesmas.
Proses seleksi obat untuk perencanaan kebutuhan di puskesmas
dilakukan oleh seorang tenaga ahli kefarmasian yaitu apoteker. Hal
ini sesuai dengan Permenkes No. 30 Tahun 2014 yang menyatakan
bahwa apoteker atau kepala ruang farmasi di puskesmas mempunyai
tugas dan tanggung jawab untuk menjamin terlaksananya
pengelolaan obat yang baik. Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI
Nomor 51 tahun 2009 menyatakan bahwa dalam menjalankan
pekerjaan kefarmasian pada fasilitas pelayanan kefarmasian,
apoteker dapat dibantu oleh apoteker pendamping dan atau tenaga
teknis kefarmasian. Puskesmas Dempo memiliki satu orang apoteker
yang dibantu oleh satu orang asisten apoteker dalam pelaksanaan
pemilihan obat untuk perencanaan kebutuhan.
Sejalan dengan Imron (2009) bahwa perencanaan kebutuhan
obat harus melibatkan beberapa petugas khususnya di gudang obat.
Penelitian Athjiah (2010) juga menyatakan bahwa pengelolaan

Universitas Sriwijaya
66

sediaan farmasi dilakukan di fasilitas produksi, fasilitas distribusi


atau penyaluran dan fasilitas pelayanan sediaan farmasi. Pengelolaan
tersebut dilakukan oleh tenaga kefarmasian yaitu apoteker dan
tenaga teknis kefarmasian. Menurut penelitian Herman (2013) peran
apoteker tidak hanya menjual obat tetapi lebih kepada menjamin
ketersediaan obat berkualitas yang cukup, aman, tepat dengan harga
terjangkau serta informasi yang memadai serta pemantauan dan
evaluasi penggunaan.
Itu artinya Puskesmas Dempo sudah sesuai dengan prosedur
yang ditetapkan oleh pemerintah bahwa pelaksanaan pemilihan obat
dilakukan oleh apoteker dan asisten apoteker. Namun, apoteker
yang ada di unit obat Puskesmas Dempo Palembang hanya satu dan
sekaligus merupakan Kepala IFRS sehingga beban kerja yang
diterima lebih berat karena meskipun terdapat satu orang asisten
apoteker tidak bisa mengambil alih keputusan terhadap pengelolaan
obat di puskesmas.
Pemilihan jenis obat harus sesuai dengan pedoman daftar obat
yang telah ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan. Menurut
Permenkes No. 30 Tahun 2014 menyatakan bahwa proses seleksi
obat dan bahan medis habis pakai juga harus mengacu pada Daftar
Obat Esensial Nasional (DOEN) dan Formularium Nasional.
Puskesmas Dempo sudah sesuai dengan standar kefarmasian
puskesmas yang mengacu pada Formularium Nasional (FORNAS)
untuk membantu dalam proses pemilihan obat. Namun, apoteker
juga harus memperhatikan pedoman daftar obat yang ada pada
DOEN untuk lebih meningkatkan ketepatan, keamanan,
kerasionalan penggunaan dan pengelolaan obat

7. Kompilasi Pemakaian Obat


Kompilasi pemakaian obat adalah rekapitulasi data pemakaian
obat di unit pelayanan kesehatan, yang bersumber dari Laporan
Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO). Kompilasi

Universitas Sriwijaya
67

pemakaian obat dapat digunakan sebagai dasar untuk menghitung


stok optimum (Kepmenkes RI, 2008).
Berdasarkan penelitian Rumbay (2015) tentang Analisis
Perencanaan Obat di Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa
Tenggara bahwa sumber data yang digunakan dinas kesehatan
berawal dari data puskesmas yang ada di Kabupaten Minahasa
Tenggara yaitu resep obat dari apotek dan kartu persediaan di
gudang obat di puskesmas. Jumlah pemakaian obat tersebut dicatat
dalam laporan pemakaian obat bulanan yaitu Laporan Pemakaian
dan Laporan Permintaan Obat (LPLPO), selanjutnya data pemakaian
obat dalam LPLPO direkapitulasi dalam laporan perssediaan akhir
tahun. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data yang
digunakan dinas kesehatan ialah LPLPO yang diambil dari tiap
puskesmas di Kabupaten Minahasa Tenggara.
Puskesmas Dempo Palembang menggunakan LPLPO sebagai
sumber data dalam perhitungan pemakaian obat. Hal ini sejalan
dengan penelitian Djuna (2012) bahwa tahap persiapan perencanaan
obat Puskesmas Labakkang melakukan pengamatan terhadap
kebutuhan obat bulan sebelumnya yang terdapat di Lembar
Permintaan dan Lembar Pemakaian Obat (LPLPO).
Untuk mendapatkan obat, maka petugas di unit obat Puskesmas
Dempo Palembang harus membuat Laporan Pemakaian dan Lembar
Permintaan Obat (LPLPO). Laporan Pemakaian dan Lembar
Permintaan Obat (LPLPO) harus dibuat selama tiga bulan sekali atau
dengan kata lain sistem pemesanan obat dan bahan medis habis pakai
yaitu menggunakan Periodic System.
Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO)
merupakan laporan total pemakaian serta total kebutuhan obat dan
bahan medis habis pakai yang dibutuhkan oleh unit obat Puskesmas
Dempo Palembang. Apoteker membuat perencanaan kebutuhan obat
dengan menggunakan metode konsumsi, yaitu berdasarkan analisis
konsumsi logistik periode sebelumnya.

Universitas Sriwijaya
68

Apoteker melakukan rekapitulasi pemakaian obat periode


sebelumnya dalam bentuk laporan yaitu LPLPO. LPLPO diajukan ke
dinas kesehatan melalui bagian farmasi, selanjutnya bagian farmasi
akan membuat Rencana Kebutuhan Obat (RKO) Publik
Kabupaten/Kota.

8. Perhitungan Jumlah Kebutuhan Obat


Estimasi kebutuhan obat melalui metode perhitungan
diperlukan supaya obat disediakan dalam jumlah yang cukup.
Menurut buku Pedoman Kerja Puskesmas jilid I menyatakan bahwa
perhitungan jumlah kebutuhan obat di pelayanan kesehatan dapat
dilaksanakan dengan metode konsumsi dan atau metode
epidemologi..
Metode konsumsi didasarkan kepada analisa data penggunaan
obat tahun-tahun sebelumnya, meliputi estimasi jumlah kontak
pasien, pemakaian tiap jenis obat per tahun, pemakaian rata-rata tiap
jenis obat per 1000 kontak pasien, sisa stok obat, harga patokan obat,
dan sumber dana. Metode epidemiologi didasarkan kepada frekuensi
penyakit atau jumlah penduduk yang akan dilayani dan pengobatan
yang digunakan.
Puskesmas Dempo menggunakan metode konsumsi untuk
perhitungan jumlah kebutuhan obat. Secara umum metode konsumsi
memproyeksikan kebutuhan berdasarkan analisa data konsumsi
periode sebelumnya. Dalam hal ini petugas di unit obat melihat
daftar pemakaian obat terbanyak pada periode terakhir dan stok obat
yang telah kosong. Setelah total kebutuhan didapatkan maka Laporan
Pemakaian dan Permintaan Obat (LPLPO) ditandatangani oleh
petugas apoteker dan disetujui oleh pimpinan Puskesmas, maka
LPLPO siap dikirimkan ke dinas kesehatan. Terkadang, apoteker
kurang memperhatikan perhitungan kebutuhan dengan metode
konsumsi dan memberikan perkiraan akan kebutuhan selanjutnya
sehingga sering terjadi penumpukan obat (over stock) di beberapa

Universitas Sriwijaya
69

item selain itu pihak dinas kesehatan juga tidak mengecek kembali
terhadap LPLPO puskesmas yang dikirimkan setiap bulannya.
Menurut penelitian Hidayat (2016) menyatakan bahwa metode
perencanaan obat yang dilakukan selama ini di Puskesmas Tanah
Garam adalah metode konsumsi yaitu berdasarkan dengan
pemakaian sebelumnya dan kadang sesuai dengan perkiraan saja. Hal
ini sejalan dengan hasil penelitian Hartono (2007) tentang metode
perencanaan di Puskesmas Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya yaitu
bahwa dasar yang digunakan untuk merencanakan kebutuhan obat
adalah data konsumsi periode sebelumnya. Kelebihan metode
konsumsi yaitu :
a) Datanya akurat, metode paling murah
b) Kekurangan dan kelebihan obat yanga sangat kecil.
Kekurangan metode konsumsi yaitu:
a) Data konsumsi, obat dan jumlah kontak pasien sulit
b) Tidak dapat untuk dasar penggunaan obat dan perbaikan
preskripsi
c) Kekurangan, kelebihan dan kehilangan obat sulit diandalkan
d) Tidak perlu catatan morbiditas yang baik

Metode konsumsi ini didasarkan atas analisis data konsumsi


obat tahun sebelumnya dengan berbagai penyesuaian dan koreksi.
Perhitungan dengan metode konsumsi di Puskesmas Dempo dapat
dihitung dengan rumus :

Penentuan jumlah kebutuhan yang dilakukan dalam


merencanakan kebutuhan obat di Puskesmas Dempo Palembang
tersebut sudah tepat. Kementrian Kesehatan dalam pedoman

Universitas Sriwijaya
70

pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan menyebutkan


bahwa untuk penentuan jumlah obat yang dibutuhkan berdasarkan
metode konsumsi memperhatikan beberapa data seperti : daftar obat,
stok awal, penerimaan, pengeluaran, sisa stok, obat hilang atau
kaduluarsa, pemakaian rata-rata dan perkembangan pola kunjungan.

9. Proyeksi Kebutuhan Obat


Proyeksi Kebutuhan Obat adalah perhitungan kebutuhan obat
secara komprehensif dengan mempertimbangkan data pemakaian
obat dan jumlah sisa stok pada periode yang masih berjalan dari
berbagai sumber anggaran (Kepmenkes RI, 2008).
Proses proyeksi kebutuhan obat dilakukan berdasarkan
perhitungan jumlah kebutuhan obat dan disesuaikan dengan
anggaran puskesmas. Anggaran Puskesmas Dempo bersumber dari
pemerintah yaitu APBN, APBD dan dana kapitasi JKN. Anggaran
untuk perencanaan kebutuhan dengan sistem E-Catalogue
menggunakan dana kapitasi JKN. Dana kapitasi JKN adalah dana
yang dibayarkan oleh BPJS Kesehatan kepada puskesmas sebagai
penyelenggara pelayanan kesehatan bagi peserta JKN. Sumber dana
kapitasi berasal dari hasil pengelolaan dan pengembangan dana iuran
peserta JKN oleh BPJS Kesehatan. Tarif kapitasi JKN untuk setiap
puskesmas ditentukan oleh BPJS Kesehatan dan Dinas Kesehatan
melalui mekanisme seleksi dan kredensial dengan mengacu pada
Peraturan BPJS Kesehatan Nomor 2 Tahun 2015 tentang Norma
Penetapan Besaran Kapitasi dan Pembayaran Kapitasi Berbasis
Pemenuhan Komitmen Pelayanan pada Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama. Dana kapitasi JKN dibayarkan dimuka setiap bulan tanpa
memperhitungkan banyaknya pasien peserta JKN yang berobat dan
jenis pelayanan kesehatan yang diberikan oleh puskesmas. Dari dana
kapitasi inilah pemerintah daerah, melalui puskesmas, memperoleh
dana untuk pelayanan kesehatan kepada pasien peserta program
JKN.

Universitas Sriwijaya
71

Dana kapitasi JKN dikelola dan dimanfaatkan oleh puskemas sesuai


dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
pengelolaan keuangan daerah.
Jika anggaran untuk perencanaan kebutuhan minim, maka
bendahara puskesmas melakukan pembaharuan anggaran yang
diajukan ke pimpinan puskesmas. Hal ini sejalan dengan penelitian
Suciati (2006) bila dirasa pembelian sudah cukup besar dan dana
yang tersedia terbatas, bagian keuangan akan melakukan koordinasi
dengan bagian logistik dan instalasi farmasi untuk kemungkinan
adanya penundaan pemesanan barang, untuk lebih memprioritaskan
obat dengan pemesanan cito. Adapun untuk obat yang masih dapat
disubstitusi, proses pengadaan biasanya ditunda dahulu.
Penundaan pemesanan barang yang terjadi ketika minimnya
anggaran mengakibatkan adanya kekosongan obat tertentu sehingga
muncul defisit stock. Meskipun adanya tindakan subtitusi fungsi
guna obat yang dilakukan apoteker untuk mengurangi adanya
kekosongan obat, namun hal itu dirasa kurang efektif karena akan
menimbulkan over stock pada beberapa obat tertentu yang kurang
dibutuhkan.
Sebaiknya, petugas di unit obat Puskesmas Dempo harus lebih
memperhatikan lagi dalam perhitungan jumlah kebutuhan obat agar
didapat perencanaan kebutuhan yang tepat. Selain itu,
diikutsertakannya bendahara puskesmas untuk menjalin koordinasi
yang baik dalam memaksimalkan anggaran kebutuhan obat di
puskesmas.

5. Penyesuaian Rencana Pengadaan Obat


Setelah melakukan perencanaan kebutuhan obat, selanjutnya
adalah melakukan penyesuaian rencana kebutuhan dengan metode
pengadaan dengan memperhatikan anggaran yang telah diteteapkan
oleh puskesmas. Metode pengadaan yang diterapkan oleh Puskesmas
Dempo adalah dengan metode langsung melalui permintaan rutin

Universitas Sriwijaya
72

setiap triwulan ke GFK dan pembelian secara langsung ke PBF


dengan sistem E-Catalogue. Katalog Elektronik (E-Catalogue)
adalah sistem informasi elektronik yang memuat daftar, jenis,
spesifikasi teknis, dan harga barang tertentu dari berbagai Penyedia
Barang/Jasa Pemerintah yang diatur tata cara pembeliannya dengan
menggunakan E-Purchasing (Permenkes RI, 2014).
Penyesuaian rencana pengadaan dilakukan untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan dana dalam
perencanaan kebutuhan obat. Pengadaan sistem E-Catalogue mampu
meminimalisir biaya dan waktu pemesanan sehingga lebih efektif
dan efisien.

6.2.2 Pengadaan Obat

Dalam menjalankan manajemen logistik obat, Puskesmas Dempo


Palembang diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 30 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas. Proses perencanaan adalah cara atau
langkah-langkah yang harus dilalui atau proses dalam membuat suatu
rencana untuk mencapai tujuan tertentu.
Adapun yang langkah-langkah dalam perencanaan pengadaan obat
di Dinas Kesehatan sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI NO
1121/Menkes/SK/XII/2008 yaitu: tahap pemilihan metode pengadaan,
tahap pemilihan pemasok, tahap pemantauan status pesanan, tahap
penentuan waktu dan kedatangan obat dan tahap penerimaan dan
pemeriksaan obat.

1. Pemilihan metode pengadaan


Metode pengadaan yang diterapkan di Puskesmas Dempo
adalah metode langsung melalui permintaan rutin ke Instalasi GFK
setiap 3-4 bulan sekali dan boleh langsung membeli obat dengan
sistem E-Catalogue pada Pedagang Besar Farmasi (PBF) jika
sewaktu-waktu stok obat itu benar-benar kosong dan sangat

Universitas Sriwijaya
73

dibutuhkan. Hal ini sejalan dengan penelitian Mangindara (2012)


bahwa metode yang digunakann dalam pengadaan obat di Puskesmas
Kampala yaitu sesuai dengan kebutuhan tahun sebelumnya dengan
menggunakan Lembar Permintaan dan Lembar Pemakaian Obat
kemudian ke dinas kesehatan (Gudang Farmasi Kab/Kota) setiap
pertriwulan. Selain itu, tidak semua obat yang diminta tersedia oleh
dinas kesehatan.
Berdasarkan penelitian Djuna (2012) bahwa pengadaan obat
harus memperhatikan dan mempertimbangkan bahwa obat yang
diminta atau diadakan sesuai dengan jenis dan jumlah obat yang
telah direncanakan. Pengadaan atau permintaan obat di puskesmas
dilakukan melalui Dinas Kesehatan Kota dan Gudang Farmasi
Kabupaten (GFK) dengan mengajukan lembar permintaan dan
lembar pemakaian obat (LPLPO).
Pengadaan obat di unit obat Puskesmas Dempo Palembang
masih melalui LPLPO yang ditujukan ke dinas kesehatan (GFK)
setiap 3-4 bulan sekali. Jika ditemukan beberapa obat yang tidak
tersedia di GFK, pihak puskesmas boleh mengajukan pemesanan ke
penyedia obat (PBF). Pengadaan obat setiap triwulan tergantung
pada pola pemakian pada tahun-tahun sebelumnya dan
menyesuaikan anggaran. Dinas Kesehatan Kota selalu melakukan
koordinasi kepada pihak puskesmas terkait penggantian obat yang
kosong. Subtitusi ini dilakukan karena beberapa stok obat yang tidak
ada di distributor sehingga digantikan dengan obat lain yang
memiliki fungsi guna obat yang sama dan juga tetap memerhatikan
kualitas dan mutu obat. Selain itu, pihak Dinas Kesehatan Kota juga
rutin mengadakan pertemuan setiap bulannya apabila terjadi
penggunaan obat baru untuk pengadaan obat.
Pengadaan dengan sistem E-Catalogue dilakukan secara offline
dengan mengirimkan surat pemesanan kepada PBF. E-Catalogue
dijadikan acuan oleh apoteker untuk melihat daftar harga obat yang
akan dipesan. E-Catalogue mampu meminimalisir biaya dan waktu

Universitas Sriwijaya
74

dalam pengadaan obat karena harga obat generik yang ditetapkan


pemerintah di E-Catalogue sangat murah namun juga tidak
menhilangkan kuallitas dari mutu obat.
Sejalan dengan penelitian Rosmasnia et al (2015) bahwa
Perencanaan kebutuhan obat di Puskesmas dilaksanakan dengan dua
cara yaitu perencanaan obat dengan mengajukan usulan kepada
Dinas Kesehatan Kota Surabaya per tahunnya dan mengajukan
usulan permintaan kepada Gudang Farmasi Kota Surabaya setiap dua
bulan sekali. Menurut penelitian Maimun (2008) menyatakan bahwa
pengadaan di IFRS Darul Istiqomah dilakukan dengan pembelian
langsung dalam hal ini pemesanan dilakukan langsung oleh kepala
IFRS kepada distributor atau Pedagang Besar Farmasi/PBF melalui
tahapan sebagai berikut:
a) Mencatat perbekalan farmasi yang habis/hampir
habis/diperlukan pada buku order
b) Pemesanan ke distributor/ PBF dilakukan melalui telephone
atau salesman
c) Pesanan ditulis pada surat pesanan
d) Perbekalan farmasi yang dikirim dari PBF dicocokkan
dengan surat pesanan dan faktur
e) Faktur ditandatangani. diberi nama, tanggal, dan SIK.
Perbekalan farmasi dimasukkan ke gudang dan dicatat pada
buku penerimaan obat.
E-Catalogue dapat didefinisikan sebagai sebuah tempat
penyimpanan elektronik informasi tentang barang, produk ataupun
jasa. Melalui E-Catalogue, pengguna jasa dapat memastikan bahwa
penawaran yang dismpaikan oleh vendor telah memnuhi atau tidak
sesuai dengan standar yang ditetapkan. E-Catalogue mengatur
informasi rinci mengenai produk dan layanan yang ditawarkan,
mengkalsifikasikan, mengkategorikan dan mendistribusikan informasi
prpoduk dengan benar. E-Catalogue tidak terbatas hanya menyediakan
informasi rinci tetapi juga memberikan manfaat karena memberikan

Universitas Sriwijaya
75

peluang menerima order pembelian secara mudah dan menghemat


biaya. Struktur kalalog akan membantu pengguna untuk
mengelompokkan barang ataupun obat menjadi jauh lebih mudah
sehinga membuatnya mudah diakses.
Peran E-Catalogue sendiri adalah hanya sebagai acuan dari
penggunaan sistem informasi yang berisikan daftar harga obat generic
maupun paten yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Dalam
praktiknya, peran faskes swasta (puskesmas) tidak bisa melakukan
pengadaan melalui E-Catalogue secara online karena E-Catalogue
hanya dapat diakses oleh Dinas Kesehatan Kab/Kota. Faskes swasta
(puskesmas) melaksanakan pengadaan secara offline (manual)
langsung kepada penyedia obat (PBF). Namun, ini tidak mengurangi
kebermanfaatan E-Catalogue dalam membantu pengadaan obat. E-
Catalogue memuat daftar harga obat yang relative sangat murah
sehingga puskesmas mampu menjangkau pembelian obat ke penyedia
dan mampu meminimalisir biaya akan anggaran obat karena dibantu
dengan adanya dana kapitasi BPJS.

2. Pemilihan Pemasok
Pemilihan pemasok adalah penting karena dapat mempengaruhi
kualitas dan kuantitas obat dan perbekalan kesehatan. Puskesmas
Dempo Palembang melakukan pemilihan terhadap penyedia obat
(PBF) sebelum melakukan pemesanan. Salah satu kriterianya adalah
Pedagang Besar Farmasi (PBF) harus memiliki dukungan dari
Industri Farmasi yang memiliki sertifikat CDOB (Cara Distribusi
Obat yang Baik). Selain itu, PBF harus memiliki reputasi yang baik
dalam bidang pengadaan obat, misalnya dalam pelaksanaan kerjanya
tepat waktu. Hal ini sesuai dengan penelitian Endianingsih (2015)
bahwa Penyedia obat harus memiliki sertifikat CDOB sebagai salah
satu syarat pemasok.
Puskesmas Dempo Palembang sudah tepat dalam memilih
penyedia obat karena sudah memperhatikan adanya sertifikat CDOB

Universitas Sriwijaya
76

sebagai salah satu dari kriteria pemasok. Sebelum menjadi penyedia


obat yang tetap, pihak Puskesmas Dempo Palembang mengadakan
MOU dengan mengisi beberapa formulir dan surat perjanjian untuk
kerja sama. Kemudian, jika semua prosedur sudah dijalankan dengan
baik, pihak Puskesmas Dempo Palembang bisa sewaktu-waktu
melakukan pemesanan ke penyedia obat tersebut.

3. Pemantauan status pesanan


Pemantauan status pesanan dilakukan agar terjalinnya
komunikasi yang baik guna mencegah terjadinya ketidaksesuaian
terhadap pesanan. Pemantauan status pesanan langsung dilakukan
oleh apoteker. Apoteker melakukan pemantauan terhadap pesanan
via telepon atau bisa datang langsung ke GFK untuk sekaligus
mengecek ketersediaan obat yang diminta.
Pemantauan terhadap status pesanan terhadap pengadaan secara
offline lewat E-Catalogue juga dilakukan via telepon dengan
menanyakan ketersediaan obat yang dipesan dan kedatangan obat.
Pemantauan status pesanan via telepon dapat menjadi kendala
apabila sinyal provider mengalami gangguan sehingga dirasa tidak
efektif.

4. Penentuan waktu dan kedatangan obat


Puskesmas Dempo mengajukan pemesanan ke GFK setiap
triwulan. Apoteker puskesmas datang langsung ke GFK untuk
memberikan LPLPO dan kemudian Kepala IF Dinas Kesehatan yang
dibantu tenaga farmasi di gudang obat memeriksa ketersediaan obat.
Obat yang tersedia bisa langsung diangkut melalui mobil dinas.
Sejalan dengan penelitian Mangindara (2012) pada penentuan waktu
dan kedatangan obat di Puskesmas Kampala diadakan setiap triwulan
tapi kadang kala kedatangan obatnya sesuai dengan permintaan obat
yang pada saat itu mendesak.

Universitas Sriwijaya
77

Pengadaan melalui sistem E-Catalogue, pihak puskesmas


hanya menunggu obat yang telah dipesan kepada penyedia obat
(PBF). Sales dari PBF akan mengantar pesanan langusng ke
puskesmas. Tidak perlu waktu yang lama untuk kedatangan obat.
Jika memang sudah tersedia di gudang obat PBF bisa langsung
diantar ke puskesmas. Waktu tunggu (lead time) untuk obat dapat
diterima oleh puskesmas adalah satu hari sampai satu pecan
tergantung ketersediaan obat di gudang obat.
Namun biasanya sering terjadi masalah jika obat yang dipesan
oleh puskesmas tidak tersedia di penyedia obat, maka puskesmas
harus menunggu sampai obat itu tersedia. Hal ini yang menyebabkan
terjadinya kekosongan obat di puskesmas. Tetapi hal tersebut dapat
diatasi dengan memilih penyedia obat yang lain yang memang
terdapat stok yang cukup terhadap obat yang kita butuhkan.

5. Penerimaan dan pemeriksaan obat


Penerimaan dan pemeriksaan merupakan salah satu kegiatan
pengadaan agar obat yang diterima sesuai dengan jenis, jumlah, dan
mutunya berdasarkan dokumen yang menyertainya dilakukan oleh
panitia penerima yang salah satu anggotanya adalah tenaga farmasi.
Apoteker di Puskesmas Dempo Palembang bersama dengan tenaga
farmasi di GFK melakukan pemeriksaan terhadap pemesanan obat.
Pemeriksaan dilakukan dengan melihat tanggal kadaluarsa, nama
obat, jumlah obat yang dipesan dan kerusakan obat. Selain itu
dilakukan validasi terhadap data obat dan penggunannya. Hal ini
penting dilakukan karena jika ada perbedaan berarti ada yang
terbuang atau ada yang menggunakan obat tetapi lupa
tercatat.Validasi dilakukan untuk pembuktian bahwa obat terjamin
mutu dan kebsahannya.
Mangindara (2012) bahwa penerimaan dan pemeriksaan obat di
Puskesmas Kampala di mulai dari dinas kesehatan diperiksa terlebih
dahulu kemudian diperiksa kembali di gudang puskesmas serta di

Universitas Sriwijaya
78

catat di dalam pembukuan. Obat tersebut diangkut dengan mobil


dinas. Menurut penelitian Athijan et.al (2010) bahwa pengecekan
saat penerimaan obat adalah bagian dari proses pengadaan dan
merupakan perosedur yang harus dilakukan untuk menjamin
ketersediaan obat yang dibutuhkan dan kualitasnya. Item pengecekan
obat saat penerimaan meliputi nama obat, jumlah, bentuk sediaan,
kekuatan, tanggal kadaluarsa, nomor batch, dan kerusakan obat.
Penerimaan dan pemeriksaan obat yang dipesan melalui offline
dengan sistem E-Catalogue pada penyedia obat (PBF) dilakukan
oleh apoteker atau asisten apoteker yang dibantu oleh sales PBF
yang mengantar obat ke Puskesmas. Bila terjadi ketidaksesuaian
terhadap obat yang dipesan maka pihak PBF akan mengganti faktur
yang baru dan mengirim kembali pesanan obat yang sesuai. Untuk
mengatasi masalah tersebut, seharusnya apoteker melakukan
koordinasi dengan pihak PBF melalui via telepon untuk
meminimalisir adanya kesalahan dalam penerimaan obat.

Universitas Sriwijaya
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian Analisis Perencanaan dan Pengadaan Obat dengan Sistem
E-Catalogue di Puskesmas Dempo dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Perencanaan Obat
Metode perencanaan yang dilakukan Puskesmas Dempo Palembang
menerapkan sistem sentralisasi. Pemilihan jenis obat berdasarkan
FORNAS di E-Catalogue dilakukan oleh Kepala IF Dinas Kesehatan
Kota, kompilasi obat menggunakan LPLPO, perhitungan kebutuhan obat
menggunakan metode konsumsi, jumlah kebutuhan melalui GFK setiap
tiga bulan sekali, sedangkan untuk kebutuhan yang sifatnya mendadak
menggunakan RKO setiap bulan dan disesuaikan dengan dana puskesmas
yang tersedia. Kasus overs stock sering terjadi karena adanya perencanaan
kebutuhan yang kurang teliti akibat perhitungan jumlah kebutuhan obat
yang ditambah 10% dari perhitungan kebutuhan periode sebelumnya oleh
karena pihak GFK selalu berkoordinasi dengan pihak puskesmas guna
meminimalisir kasus over stock dan adanya pertemuan secara rutin terkait
pemenuhan logistik obat.
2. Pengadaan Obat
Pengadaan yang diterapkan di Puskesmas Dempo Palembang
menggunakan sistem pengadaan langsung yaitu GFK memberikan stok
obat setiap triwulan berdasarkan permintaan. GFK berperan penting dalam
proses pengadaan obat di Puskesmas. Pemenuhan dengan RKO diperlukan
adanya pemilihan pemasok untuk pengadaan obat melalui E-Catalogue
dengan sistem offline yaitu mengirimkan surat pesanan kepada PBF,
pemantauan status pesanan dilakukan via telepon oleh apoteker, penentuan
waktu kedatangan obat adalah satu hari sampai satu minggu tergantung
dari stok obat yang ada di gudang farmasi kota maupun distributor,

79
80

penerimaan dan pemeriksaan pesanan langsung oleh apoteker dan dibantu


dengan petugas yang mengantar pesanan dan dilakukan pengecekan
terhadap kerusakan, tanggal kedaluwarsa dan keabsahan validitas obat.
Pengadaan dengan sistem E-catalogue menjadi alternatif pemecahan
masalah dari dropping obat yang saat ini hanya menggunakan LPLPO ke
Gudang Farmasi Kota (GFK).

7.2 Saran

1. Kepada apoteker Puskesmas Dempo agar lebih memperhatikan


perhitungan menggunakan metode konsumsi guna memperoleh ketepatan
dalam perhitungan jumlah kebutuhan sehingga tidak terjadi over stock
pada beberapa item obat.
2. Kepada Puskesmas Dempo agar mengaplikasikan software yang dapat
berfungsi sebagai media perhitungan jumlah kebutuhan obat secara efektif
dan efisien untuk ketepatan dalam perencanaan guna meminimalisir kasus
over stock.
3. Kepada Gudang Farmasi Kota (GFK) agar membuat sistem E-Catalogue
dengan item berdasarkan DOEN atau FORNAS sehingga Puskesmas
mampu mengetahui transparansi jumlah obat dan dapat
dipertanggungjawabkan mengenai ketersediannya.
4. Kepada Pedagang Besar Farmasi diharapkan melakukan evaluasi atau
monitoring terkait pengecekan stok obat yang ada di gudang obat sesuai
dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1148/MENKES/PER/VI/2011 tentang Pedagang Besar Farmasi,
5. Pedagang Besar Farmasi sebaiknya memberikan harga obat yang sudah
ditetapkan oleh pemerintah sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 1148/MENKES/PER/VI/2011 tentang Pedagang Besar Farmasi,
karena dalam praktiknya masih sering ditemukan beberapa distributor
yang tidak menggunakan harga E-Catalogue sehingga hal ini menjadi
memperlambat proses pengadaan karena komplain dari pihak puskesmas
dan harus mengganti faktur pesanan yang baru yang sesuai dengan harga
E-Catalogue.

Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Fauziah Abdullah. 2015. “Analisis Pelaksanaan Rujukan Rawat Jalan


Tingkat Pertama Peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
Di Puskesmas Siko Dan Puskesmas Kalumata Kota Ternate Tahun
2014”, JIKMU Jurnal, [ on line ], vol.5, no.3. Dari
http://ejournal.unsrat.ac.id/.

Adiatmoko, S.N. 2012. Analisis Perencanaan Kebutuhan Obat Untuk UPT.


Puskesmas di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Pangkal Pinang,
TAPM. Universitas Terbuka Pangkal Pinang

Andita, Defi. 2013. Koordinasi Dalam Pengajuan Klian Rawat Inap Tingkat
Lanjut(RITL) Peserta Askes Sosial di RSUP Moh.Hoesin Palembang
Tahun 2013. [Skripsi]. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sriwijaya. Indralaya.

Alimul, Aziz. 2010. Metode Penelitian Kebidanan & Teknik Analisis Data.
Jakarta : Salemba.
Arif, F. 2014. Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Melalui E-Purchasing.
Disampaikan pada Sosialisasi Penerapan e-Katalog Obat. Bandung,
15 April, 2014. Diunduh dari https://www.binfar.kemkes.go.id/

Arif, F. 2014. Pemanfaatan E-Catalogue Alat Kesehatan Khususnya Alat


Kesehatan Dalam Negeri Untuk Pengadaan Alat Kesehatan Di
Fasilitas Kesehatan. Disampaikan pada Kegiatan Analisa Dan
Evaluasi Hasil Pemetaan Sarana Produksi Alat Kesehatan Dan
Laboratorium Uji Alat Kesehatan Direktorat Bina Produksi Dan
Distribusi Alat Kesehatan. Jogjakarta, 30 Mei. 2014. Diunduh dari
https://www.binfar.kemkes.go.id/

Athijah, U., Zairina, E., Sukorini, A.I., Rosita, E.M., Putri, A.P. 2010.
Perencanaan dan Pengadaan Obat di Puskesmas Surabaya Timur dan
Selatan. Jurnal Farmasi Indonesia Volume 5 (1). hal. 15-23
Baaman Hariyadi. 2009. Studi Manajemen Obat di Instalasi Gudang
Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo.

Bungin. Burhan. 2006. Analisis Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman


Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi.
Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa.

Depkes RI. 2007. Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Jakarta:


Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal

81
82

Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Departemen Kesehatan.


Jakarta.

________. 1991. Pedoman Kerja Puskesmas jilid 1. Jakarta: Departemen


Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan. Jakarta.

________. 2003. Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan


Kesehatan di Puskesmas. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat
Kesehatan. Departemen Kesehatan. Jakarta.

________. 2004. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta: Departemen


Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan. Jakarta.

________. 2008. Daftar Obat Esensial Nasional 2008. Jakarta: Departemen


Kesehatan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Pelayanan
Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Departemen Kesehatan. Jakarta.

________. 2014. Sistem Informasi Kesehatan. Jakarta: Departemen


Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan. Jakarta.

________. 2004. Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan


Perbekalan Kesehatan di Puskesmas. Jakarta: Direktorat Jenderal Pelayanan
Kefarmasian dan Alat Kesehatan

________. 2008. Pedoman Teknis Pengadaan Obat Publik dan Perbekalan


Kesehatan Untuk Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. 2014. Keputusan Direktur


Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Nomor
HK.o2.03/III/1346/2014 tentang Pedoman Penerapan Formularium
Nasional. Jakarta: Dirjen Binfar dan Alkes

Djaelani, Aunu Rofiq. 2013. Teknik Pengumpulan Data Dalam Penelitian


Kualitatif. Semarang.
Djuna, Sarlin, Muh. Alwy Arifin & Darmawansyah. 2012. “Studi
Manajemen Pengelolaan Obat Di Puskesmas Labakkang Kabupaten
Pangkep”.

Endianingsih, Dian. 2015. Peran e-Catalogue dalam Pengadaan Elektronik.


Jurnal Kalibrasi. ISSN : 2302-7320 Vol. 13 No. 1 2015 . Sekolah
Tinggi Ilmu Garut.

Imron, Mochammad. 2009. Manajemen Logistik Rumah Sakit. Jakarta :


Sagung Seto.

Universitas Sriwijaya
83

Hartano, J.P. 2007. Analisis Proses Perencanaan Kebutuhan Obat Publik


Untuk Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD) di Puskesmas Se-Wilayah
Kerja Dinas Kesehatan kota Tasikmalaya. Tesis. Universitas
Diponegoro. Semarang

Herdiansyah, H. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : Salemba


Humanika.

Herman, Max Joseph., Rini Sasanti Handayani & Selma Arsit Siahaan.
2013. Kajian Praktik Kefarmasian Apoteker pada Tatanan Rumah
Sakit. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 7, No. 8.

Hidayat, Antoni. 2016. “Perencanaan Antibiotika Berdasarkan Kombinasi


Metode Konsumsi Dengan Analisis Abc Serta Reorder Point (Rop)
Terhadap Nilai Persediaan Dan Turn Over Ratio (Tor) Di Puskesmas
Tanah Garam Kota Solok”. e-Skripsi [ on line ]. Dari
http://scholar.unand.ac.id/id/eprint/5276

Kementrian Kesehatan RI. 2008. Pedoman Teknis Pengadaan Obat Publik


Dan Perbekalan Kesehatan Untuk Pelayanan Kesehatan Dasar.
Kementrian Kesehatan. Jakarta.

________. 2013. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 48 Tahun 2013


tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan Obat dengan Prosedur e-
Purchasing berdasarkan e-Catalogue.

________. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014


tentang Puskesmas.

Keputusan Menteri Kesehatan. 2013. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor


328 tentang Formularium Nasional.

________. 2013. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 312 tentang Daftar


Obat Esensial Nasional (DOEN).

Khariza, Hubaib Alif. 2015. “Program Jaminan Kesehatan Nasional: Studi


Deskriptif Tentang Faktor-Faktor Yang Dapat
MempengaruhiKeberhasilan Implementasi Program Jaminan
Kesehatan Nasional Di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya”,
Kebijakan dan Manajemen Publik Jurnal, [ on line ], vol.3, no.1. Dari
http://journal.unair.ac.id/.

Komariah, Sekar. 2015. “Perencanaan Komunikasi Badan Penyelenggara


Jaminan Sosial (BPJS) Kota Balikpapan Dalam Mensosialisasikan
Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Kepada Masyarakat
Kota Balikpapan”, eJurnal Ilmu Komunikasi, [ on line ], vol.3, no.2.
Dari http://ejournal.ilkom.fisip-unmul.ac.id/.

Universitas Sriwijaya
84

Kulo, Debby. Massie, R. G. A. & Kandou, G. D. 2014. “Pengelolaan dan


Pemanfaatan Dana Yang Berasal Dari Program Jaminan Kesehatan
Nasional di RSUD Datoe Binangkang Kabupaten Bolaang
Mongondow”, JIKMU Jurnal, [ on line ], vol.4, no.4. Dari
http://download.portalgaruda.org/.

Maimun, A., 2008. Perencanaan Obat Antibiotik Berdasarkan Kombinasi


Metode Konsumsi dengan Analisis ABC dan Reorder Point Terhadap
Nilai Persediaan dan Turn Over Ratio di Instalasi Farmasi RS Darul
Istiqomah Kaliwungu Kendal. Tesis. Program Pasca Sarjana,
Universitas Diponegoro, Semarang.

Mangindara, dkk. 2011. Analisis Pengelolaan Obat di Puskesmas Kampala


Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai Tahun 2011. Universitas
Hassanudin.
Manso, J.F. Jonathan, A. Sowornu, S.S. (2013).Assesment of Logistics
Management in Ghana Health Service. International Journal of
Business and Social Research (IJBSR). Vol 3 (8): 75-87.

Mardiana. 2012. Analisis Pendistribusian MP-ASI GAKIN Berdasarkan


Supply Chain Management (Manajemen Rantai) Di Wilayah Kerja
Dinas Kesehatan Kabupaten Ogan Ilir Tahun 2012. [Skripsi]. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya. Indralaya.

Masnir, Alwi. 2012. Manajemen Logistik Kesehatan. Departemen


Pendidikan Nasional Universitas Sriwijaya.
Mellen, R.C. & Pudjirahardjo, W.J., 2013. Faktor Penyebab dan Kerugian
Akibat Stockout dan Stagnant Obat di Unit Logistik RSU Haji
Surabaya. Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia, 1, pp.99-107
Miles, Matthew B., Huberman, A. Michael. 2007. Analisis Data Kualitatif.
Jakarta : UI Press.

Moleong, Lexy. J. 2005. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung : Rosda.

Ningsih, Andriyani. 2015. Hubungan Penerapan Elektronik Katalog


Terhadap Efisiensi Pengadaan dan Ketersediaan Obat di RSUD Kelas
B Yogyakarta, [Tesis]. Universitas Gajah Mada.

Notoadmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Cetakan Kedua


Edisi Revisi. Jakarta : Reinke Cipta.

Republik Indonesia. 2004. Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang


Sistem Jaminan Sosial Nasional.

________. 2009. UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta:


Pemerintah RI.

Universitas Sriwijaya
85

________. 2012. Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang


Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010
tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah.

________. 2012. Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan


Barang/Jasa Pemerintah Nomor 17 Tahun 2012 tentang E-purchasing.
Rosmasnia, Fenty Ayu., Stefanus Supriyanto. 2015.” Analisis Pengelolaan
Obat Sebagai Dasar Pengendalian Safety Stock Pada Stagnant Dan
Stockout Obat”. Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia. Vol.03
Nomor 1. Universitas Airlangga.

Rumbay, I.N., Kanduo, G.D. & Soleman, T., 2015. Analisis Perencanaan
Obat di Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa Tenggara. JIKMU, 5,
pp.469-78.

Rustiyanto, E. 2011. Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit. Cetakan 80


Pertama. Penerbit Goysen Publishing :Yogyakarta.

Sabrina, Qisthi.2015. “Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional


(Jkn) Dalam Peningkatan Kualitas Pelayanan Kesehatan Di RSU Haji
Surabaya”, Kebijakan dan Manajemen Publik Jurnal, [ on line ],
vol.3, no. 2. Dari http://journal.unair.ac.id/.

Saryono. 2011. Penelitian Kualitatif, Dasar dan Aplikasi. Malang : YA3.


Seto, S., Nita, Y., Triana, L. (2012). Manajemen Farmasi Lingkup: Apotek,
Farmasi, Rumah Sakit, Pedagang Besar Farmasi, Instalasi Farmasi.
Edisi Tiga. Surabaya: Airlangga University Press.

Setyowati, J.D.& Purnomo, W., 2004. Analisis Kebutuhan Obat Dengan


Metode Konsumsi Dalam Rangka Memenuhi Kebutuhan Obat Di Kota
Kediri. Jurnal Administrasi Kebijakan Kesehatan. V(02): 188-195.

Suciati. S. Adisasmito.W. Analisis Perencanaan Obat BerdasarkanABC


Indeks Krirtis Di Instalasi Farmasi. Jurnal Manajemen
PelayananKesehatan. 2006; 09 : 19-26.

S, Seto., Yunita, N. & Lily, T. 2004. Manajemen Farmasi Lingkup: Apotek,


Farmasi Rumah Sakit, Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi.
Cetakan ke- 1. Surabaya: Airlangga University Press.
Silalahi, B.N.B. Prinsip Manajemen Rumah Sakit. Lembaga Pengembangan
Manajemen Indonesia. Jakarta. 1989.

Siregar, C.J.P., & Amalia, L. 2004. Farmasi Rumah Sakit, Teori dan
Penerapan. Cetakan ke-7. EGC, Jakarta.

Universitas Sriwijaya
86

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Edisi 4.


Bandung : CV Alvabeta.

Sutriatmoko. 2015. Analisis Penerapan E-Procurement Obat Dengan


Prosedur E-Purchasing Berdasar E-Catalogue Di Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota Di Jawa Tengah [Tesis]. Universitas Gajah Mada.

Tasin, Rillya Y. 2014. “Proses Perencanaan Kebutuhan Obat Publik Untuk


Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD) Di Puskesmas Wilayah Kerja
Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Sangihe” JIKMU Jurnal, [ on
line ], vol.4, no.3. Dari http://ejournal.unsrat.ac.id/.

Wijono. 1997. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Surabaya:


Airlangga University Press.
Zulhaswita. 2015. Analisis Perencanaan Obat dan Perbekalan Kesehatan
Puskesmas Kota Padang Periode Tahun 2012-2013. Tesis. Fakultas
Farmasi Universitas Andalas

Universitas Sriwijaya
87

LAMPIRAN

Universitas Sriwijaya
88

INFORMED CONSENT
PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Selamat Pagi/Siang/Sore
Dengan hormat,

Perkenalkan nama saya Vidia Lestari mahasiswi angkatan 2012 Peminatan AKK,
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sriwijaya. Saya bermaskud
melakukan penelitian mengenai “Analisis Perencanaan dan Pengadaan Obat
Dengan Sistem E-Catalogue di Puskesmas Dempo”. Penelitian ini dilakukan
sebagai tahap akhir dalam penyelesaian studi di Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sriwijaya.
Saya berharap bapak/ibu bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian ini.
Proses pengambilan data dalam penelitian ini melalui prosedur wawancara,
dengan pertanyaan –pertanyaan yang diajukan secara umum berkaitan dengan
perencanaan dan pengadaan obat. Pada metode pengambilan data ini, keterangan
secara mendalam dan menyeluruh menjadi tujuan penelitian. Oleh karena itu
ketersediaan waktu bapak/ibu sangat diharapkan.
Semua informasi yang bapak/ibu berikan akan diolah hanya untuk kepentingan
penelitian dan terjamin kerahasiaannya.

Palembang, April 2016

( responden )

Universitas Sriwijaya
89

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM


ANALISIS PERENCANAAN DAN PENGADAAN OBAT DENGAN
SISTEM E-CATALOGUE DI PUSKESMAS DEMPO

Informan : Kepala Puskesmas Dempo

A. Petunjuk Umum Wawancara Mendalam


1. Ucapkan terima kasih atas kesediaan informan.
2. Sebelum melakukan wawancara perkenalkan diri peneliti dan
mempersilahkan informan untuk mengisi identitas diri.
3. Jelaskan maksud dan tujuan wawancara secara singkat.
4. Minta izin kepada informan tentang penggunaan alat komunikasi
selama wawancara seperti : alat perekam, buku catatan, dll.
5. Wawancara langsung dilakukan oleh peneliti.
6. Wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah
disiapkan dalam pedoman wawancara mendalam.
7. Pewawancara mencatat suasana wawancara : gambaran umum, tingkah
laku dan ekspresi informan secara tepat dan benar.
8. Menggunakan pertanyaan terbuka.
9. Informan bebas untuk menyampaikan pendapat.
10. Jawaban atau tanggapan informan tidak ada yang salah atau yang benar
karena hanya bertujuan untuk penelitian.
11. Semua keterangan akan dijamin kerahasiaannya.
12. Wawancara menggunakan alat perekam untuk memudahkan
pendokumentasian.
13. Semua pertanyaan yang ada di dalam pedoman ini harus diperoleh
jawabannya dari informan. Dari jawaban informan, gali dan
kembangkan pertanyaan lagi sesuai keperluan studi ini.

B. Pelaksanaan
 Identitas informan
1. Nama :
......................................................................................
2. Pendidikan :
......................................................................................
3. Jabatan :
......................................................................................
4. Lamanya Jabatan :
......................................................................................
5. No. Telepon :
......................................................................................
 Keterangan Pewawancara
1. Nama :
......................................................................................
2. Hari/Tanggal :
......................................................................................
3. Tempat Wawancara :
....................................................................................

Universitas Sriwijaya
90

Lembar Pertanyaan untuk bagian Perencanaan Obat


No Pertanyaan
1 Tahap pemilihan jenis obat
Bagaimana pelaksanaan pemilihan jenis obat dalam proses perencanaan obat di
Puskesmas Dempo?
Probe :
1. Kapan dilakukan proses perencanaan obat?
2. Apa pedoman yang digunakan dalam proses pemilihan obat?
3. Siapa yang melakukan proses pemilihan obat di Puskesmas?
4. Bagaimana bila terjadi minimnya anggaran dengan banyaknya jumlah
kebutuhan obat
yang harus dipesan?
5. Apakah ada permasalahan dalam pemilihan obat?

2 Tahap kompilasi pemakaian obat


Bagaimana pelaksanaan kompilasi pemakaian obat dalam proses perencanaan
obat di Puskesmas Dempo?
Probe :
1. Apakah ada permasalahan dalam proses kompilasi pemakaian obat?

3 Tahap perhitungan jumlah kebutuhan obat


Bagaimana pelaksanaan perhitungan jumlah kebutuhan obat dalam proses
perencanaan obat di Puskesmas Dempo?
Probe :
1. Metode apa yang digunakan dalam perhitungan jumlah kebutuhan obat?
2. Data apa yang diperlukan untuk perhitungan jumlah kebutuhan obat?
3. Apakah ada permasalahan dalam proses perhitungan jumlah kebutuhan obat?

4 Tahap proyeksi kebutuhan obat


Bagaimana pelaksanaan proyeksi kebutuhan obat dalam proses perencanaan obat
di Puskesmas Dempo?
Probe :
1. Apakah ada permasalahan dalam proses perhitungan proyeksi kebutuhan
obat?

5 Tahap penyesuaian rencana pengadaan obat


Bagaimana pelaksanaan penyesuaian rencana pengadaan obat dalam proses
perencanaan obat di Puskesmas Dempo?
Probe :
1. Metode apa yang digunakan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi
penggunaan dana dalam perencanaan kebutuhan obat?
2. Apa yang dilakukan apabila dana yang tersedia tidak sesuai(kurang) dengan
jumlah
rencana pengadaan obat?
3. Bagaimana dengan adanya dana kapitasi oleh peserta BPJS, apakah hal
tersebut
masuk ke rencana penganggaran pemesanan obat?

Universitas Sriwijaya
91

4. Apakah terdapat hambatan dalam prosesnya?

Universitas Sriwijaya
92

Lembar Pertanyaan untuk bagian Pengadaan Obat


No Pertanyaan
1 Tahap pemilihan metode pengadaan
Bagaimana pelaksanaan pemilihan metode pengadaan obat di Puskesmas
Dempo?
Probe :
1. Metode apa yang digunakan di Puskesmas Dempo?
2. Bagaimana alur koordinasi untuk pengadaan obat?
3. Apakah yang Anda ketahui tentang E-Catalogue?
4. Bagaimana alur koordinasi pengadaan obat melalui E-Catalogue?
5.Siapa pihak PPK dalam pengadaan obat melalui E-Catalogue?
6. Apakah ada permasalahan dalam proses pelaksanaannya?
4. Apa yang Anda ketahui tentang sistem E-Catalogue?
5 .Apa yang terlampir dalam E-Catalogue?
6. Bagaimana SOP pelaksanaan E-Catalogue ke Puskesmas?
7. Apa kebijakan terkait E-Catalogue?
2 Tahap pemilihan pemasok
Bagaimana cara pemilihan pemasok obat di Puskesmas Dempo?
Probe :
1. Jika Gudang Farmasi Kota tidak men-drop obat, bagaimana dengan
ketersediaan obat?
2. Berapa PBF di Kota Palembang yang bekerja sama dengan Puskesmas
Dempo dalam
proses pengadaan obat?
3. Apakah pemasok sudah memiliki sertifikat CPOB ?
4. Bila terjadi kekosongan obat atau obat tidak diproduksi di salah satu PBF,
apa yang
dilakukan pihak Puskesmas Dempo?
5. Bagaimana proses pemesanan obat melalui E-Catalogue?

3 Tahap penentuan waktu pengadaan dan kedatangan obat


Bagaimana cara penentuan waktu dan kedatangan obat di Puskesmas Dempo?
Probe :
1. Apakah ada permasalahan dalam penentuan waktu dan kedatangan obat?
2.Bagaiamana proses pembayaran obat melalui E-Catalogue?
4 Tahap pemantauan status pesanan
Bagaimana proses pemantauan status pesanan obat di Puskesmas Dempo?
Probe :
1. Kapan biasanya petugas memantau status pesanan?
2. Apakah ada evaluasi terhadap status pesanan?
3. Bagaimana koordinasi dengan pihak PBF?
4. Apakah sering terjadi pemesanan yang tidak sesuai dengan yang diminta?
5. Apakah ada hambatan lain dalam pemantauan status pesanan?

Universitas Sriwijaya
93

5 Tahap penerimaan dan pemeriksaan obat


Bagaimana proses penerimaan dan pemeriksaan obat di Puskesmas Dempo?
Probe :
1. Siapa yang menerima dan memeriksa obat?
2. Bagaimana apabila ditemukan pesanan obat yang tidak sesuai?
3. Bagaimana apabila pemberian obat tidak sesuai dengan permintaan?
4. Apakah sering terjadi kesalahpahaman dalam prosesnya?
5. Apakah E-Catalogue menjawab solusi permasalahan ketersedian obat?

Universitas Sriwijaya
94

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM


ANALISIS PERENCANAAN DAN PENGADAAN OBAT DENGAN
SISTEM E-CATALOGUE DI PUSKESMAS DEMPO

Informan : Asisten Apoteker di Puskesmas Dempo

A. Petunjuk Umum Wawancara Mendalam


1. Ucapkan terima kasih atas kesediaan informan.
2. Sebelum melakukan wawancara perkenalkan diri peneliti dan
mempersilahkan informan untuk mengisi identitas diri.
3. Jelaskan maksud dan tujuan wawancara secara singkat.
4. Minta izin kepada informan tentang penggunaan alat komunikasi selama
wawancara seperti : alat perekam, buku catatan, dll.
5. Wawancara langsung dilakukan oleh peneliti.
6. Wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan
dalam pedoman wawancara mendalam.
7. Pewawancara mencatat suasana wawancara : gambaran umum, tingkah
laku dan ekspresi informan secara tepat dan benar.
8. Menggunakan pertanyaan terbuka.
9. Informan bebas untuk menyampaikan pendapat.
10. Jawaban atau tanggapan informan tidak ada yang salah atau yang benar
karena hanya bertujuan untuk penelitian.
11. Semua keterangan akan dijamin kerahasiaannya.
12. Wawancara menggunakan alat perekam untuk memudahkan
pendokumentasian.
13. Semua pertanyaan yang ada di dalam pedoman ini harus diperoleh
jawabannya dari informan. Dari jawaban informan, gali dan kembangkan
pertanyaan lagi sesuai keperluan studi ini.

B. Pelaksanaan
 Identitas informan
1. Nama :
......................................................................................
2. Pendidikan :
......................................................................................
3. Jabatan :
......................................................................................
4. Lamanya Jabatan :
......................................................................................
5. No. Telepon :
......................................................................................
 Keterangan Pewawancara
1. Nama :
......................................................................................
2. Hari/Tanggal :
......................................................................................
3. Tempat Wawancara :
......................................................................................

Universitas Sriwijaya
95

Lembar Pertanyaan untuk bagian Perencanaan Obat


No Pertanyaan
1 Tahap pemilihan jenis obat
Bagaimana pelaksanaan pemilihan jenis obat dalam proses perencanaan obat di
Puskesmas Dempo?
Probe :
1. Kapan dilakukan proses perencanaan obat?
2. Apa pedoman yang digunakan dalam proses pemilihan obat?
3. Siapa yang melakukan proses pemilihan obat di Puskesmas?
4. Bagaimana bila terjadi minimnya anggaran dengan banyaknya jumlah
kebutuhan obat
yang harus dipesan?
5. Apakah ada permasalahan dalam pemilihan obat?

2 Tahap kompilasi pemakaian obat


Bagaimana pelaksanaan kompilasi pemakaian obat dalam proses perencanaan
obat di Puskesmas Dempo?
Probe :
1. Apakah ada permasalahan dalam proses kompilasi pemakaian obat?

3 Tahap perhitungan jumlah kebutuhan obat


Bagaimana pelaksanaan perhitungan jumlah kebutuhan obat dalam proses
perencanaan obat di Puskesmas Dempo?
Probe :
1. Metode apa yang digunakan dalam perhitungan jumlah kebutuhan obat?
2. Data apa yang diperlukan untuk perhitungan jumlah kebutuhan obat?
3. Apakah ada permasalahan dalam proses perhitungan jumlah kebutuhan obat?

4 Tahap proyeksi kebutuhan obat


Bagaimana pelaksanaan proyeksi kebutuhan obat dalam proses perencanaan obat
di Puskesmas Dempo?
Probe :
1. Apakah ada permasalahan dalam proses perhitungan proyeksi kebutuhan
obat?

5 Tahap penyesuaian rencana pengadaan obat


Bagaimana pelaksanaan penyesuaian rencana pengadaan obat dalam proses
perencanaan obat di Puskesmas Dempo?
Probe :
1. Metode apa yang digunakan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi
penggunaan dana dalam perencanaan kebutuhan obat?
2. Apa yang dilakukan apabila dana yang tersedia tidak sesuai(kurang) dengan
jumlah
rencana pengadaan obat?
3. Bagaimana dengan adanya dana kapitasi oleh peserta BPJS, apakah hal
tersebut
masuk ke rencana penganggaran pemesanan obat?

Universitas Sriwijaya
96

Lembar Pertanyaan untuk bagian Pengadaan Obat


No Pertanyaan
1 Tahap pemilihan metode pengadaan
Bagaimana pelaksanaan pemilihan metode pengadaan obat di Puskesmas Dempo?
Probe :
1. Metode apa yang digunakan di Puskesmas Dempo?
2. Bagaimana alur koordinasi untuk pengadaan obat?
3. Apakah yang Anda ketahui tentang E-Catalogue?
4. Bagaimana alur koordinasi pengadaan obat melalui E-Catalogue?
5.Siapa pihak PPK dalam pengadaan obat melalui E-Catalogue?
6. Apakah ada permasalahan dalam proses pelaksanaannya?

2 Tahap pemilihan pemasok


Bagaimana cara pemilihan pemasok obat di Puskesmas Dempo?
Probe :
1. Jika Gudang Farmasi Kota tidak men-drop obat, bagaimana dengan
ketersediaan obat?
2. Berapa PBF di Kota Palembang yang bekerja sama dengan Puskesmas Dempo
dalam
proses pengadaan obat?
3. Apakah pemasok sudah memiliki sertifikat CPOB ?
4. Bila terjadi kekosongan obat atau obat tidak diproduksi di salah satu PBF, apa
yang
dilakukan pihak Puskesmas Dempo?
5. Bagaimana proses pemesanan obat melalui E-Catalogue?

3 Tahap penentuan waktu pengadaan dan kedatangan obat


Bagaimana cara penentuan waktu dan kedatangan obat di Puskesmas Dempo?
Probe :
1. Apakah ada permasalahan dalam penentuan waktu dan kedatangan obat?
2.Bagaiamana proses pembayaran obat melalui E-Catalogue?

4 Tahap pemantauan status pesanan


Bagaimana proses pemantauan status pesanan obat di Puskesmas Dempo?
Probe :
1. Kapan biasanya petugas memantau status pesanan?
2. Apakah ada evaluasi terhadap status pesanan?
3. Bagaimana koordinasi dengan pihak PBF?
4. Apakah sering terjadi pemesanan yang tidak sesuai dengan yang diminta?
5. Apakah ada hambatan lain dalam pemantauan status pesanan?

Universitas Sriwijaya
97

5 Tahap penerimaan dan pemeriksaan obat


Bagaimana proses penerimaan dan pemeriksaan obat di Puskesmas Dempo?
Probe :
1. Siapa yang menerima dan memeriksa obat?
2. Bagaimana apabila ditemukan pesanan obat yang tidak sesuai?
3. Bagaimana apabila pemberian obat tidak sesuai dengan permintaan?
4. Apakah sering terjadi kesalahpahaman dalam prosesnya?

Universitas Sriwijaya
98

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM


ANALISIS PERENCANAAN DAN PENGADAAN OBAT DENGAN
SISTEM E-CATALOGUE DI PUSKESMAS DEMPO

Informan : Kepala Dinas Kesehatan Kab/Kota

A. Petunjuk Umum Wawancara Mendalam


1. Ucapkan terima kasih atas kesediaan informan.
2. Sebelum melakukan wawancara perkenalkan diri peneliti dan
mempersilahkan informan untuk mengisi identitas diri.
3. Jelaskan maksud dan tujuan wawancara secara singkat.
4. Minta izin kepada informan tentang penggunaan alat komunikasi
selama wawancara seperti : alat perekam, buku catatan, dll.
5. Wawancara langsung dilakukan oleh peneliti.
6. Wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah
disiapkan dalam pedoman wawancara mendalam.
7. Pewawancara mencatat suasana wawancara : gambaran umum,
tingkah laku dan ekspresi informan secara tepat dan benar.
8. Menggunakan pertanyaan terbuka.
9. Informan bebas untuk menyampaikan pendapat.
10. Jawaban atau tanggapan informan tidak ada yang salah atau yang
benar karena hanya bertujuan untuk penelitian.
11. Semua keterangan akan dijamin kerahasiaannya.
12. Wawancara menggunakan alat perekam untuk memudahkan
pendokumentasian.
13. Semua pertanyaan yang ada di dalam pedoman ini harus diperoleh
jawabannya dari informan. Dari jawaban informan, gali dan
kembangkan pertanyaan lagi sesuai keperluan studi ini.

B. Pelaksanaan
 Identitas informan
1. Nama :
......................................................................................
2. Pendidikan :
......................................................................................
3. Jabatan :
......................................................................................
4. Lamanya Jabatan :
......................................................................................
5. No. Telepon :
......................................................................................
 Keterangan Pewawancara
1. Nama :
......................................................................................
2. Hari/Tanggal :
......................................................................................
3. Tempat Wawancara :
......................................................................................

Universitas Sriwijaya
99

Lembar Pertanyaan untuk bagian Perencanaan Obat


No Pertanyaan
1 Tahap pemilihan jenis obat
Bagaimana pelaksanaan pemilihan jenis obat untuk proses perencanaan obat di
Puskesmas Dempo?
Probe :
1. Siapa yang bertanggung jawab dalam proses pemilihan obat di GFK?
2. Apa kriteria obat yang boleh digunakan sebagai kebutuhan?
3. Kapan dilaksanakan proses pemilihan obat?
4. Apakah ada permasalahan dalam pemilihan obat?
5. Apa pedoman yang digunakan untuk proses perencanaan obat?

2 Tahap kompilasi pemakaian obat


Bagaimana pelaksanaan kompilasi pemakaian obat untuk proses perencanaan obat
di Puskesmas Dempo?
Probe :
1. Sumber data apa yang digunakan untuk melihat pemakaian obat di Puskesmas
Dempo?
2. Siapa yang menerima laporan pemakaian obat di Puskesmas Dempo?
3. Kapan laporan pemakaian obat biasanya diterima oleh GFK?
4. Apakah ada permasalahan dalam proses kompilasi pemakaian obat?

3 Tahap perhitungan jumlah kebutuhan obat


Bagaimana pelaksanaan perhitungan jumlah kebutuhan obat untuk proses
perencanaan obat di Puskesmas Dempo?
Probe :
1. Metode apa yang digunakan dalam perhitungan jumlah kebutuhan obat?
2. Data apa saja yang diperlukan?
3. Sumber dana apa yang dipakai untuk perencanaan obat di GFK?
4. Apakah ada permasalahan dalam proses perhitungan jumlah kebutuhan obat?

4 Tahap proyeksi kebutuhan obat


Bagaimana pelaksanaan proyeksi kebutuhan obat untuk proses perencanaan obat
di Puskesmas Dempo?
Probe :
1. Data apa yang digunakan sebagai bahan pertimbangan perhitungan proyeksi
kebutuhan obat?
2. Bagaimana menghitung rancangan anggaran untuk total kebutuhan obat?
3. Bagaimana pengalokasian kebutuhan obat persumber anggaran?
4. Apakah ada permasalahan dalam proses perhitungan proyeksi kebutuhan
obat?

Universitas Sriwijaya
100

5 Tahap penyesuaian rencana pengadaan obat


Bagaimana pelaksanaan penyesuaian rencana pengadaan obat untuk proses
perencanaan obat di Puskesmas Dempo?
Probe :
1. Apakah ada permasalahan dalam proses penyesuaian rencana pengadaan
obat?
2. Bagaimana dengan perencanaan obat melalui sistem E-Catalogue?Jelaskan
prosesnya
3. Apakah terdapat hambatan dalam prosesnya?

Universitas Sriwijaya
101

Lembar Pertanyaan untuk bagian Pengadaan Obat

No Pertanyaan
1 Tahap pemilihan metode pengadaan
Bagaimana pelaksanaan pemilihan metode pengadaan obat?
Probe :
1. Siapa yang melakukan pemilihan metode pengadaan?
2. Kapan biasanya GFK menerima laporan jumlah pemakain obat?
3. Apakah ada permasalahan dalam proses pelaksanaannya ?
2 Tahap pemilihan pemasok
Bagaimana cara pemilihan pemasok obat?
Probe :
1. Darimana GFK mendapat drop obat?
2. Kapan biasanya melakukan drop obat ke Puskesmas?
3. Jika GFK tidak men-drop obat ke Puskesmas, apakah boleh membeli dari PBF
cabang ?
4. Jika tidak, mengapa demikian ?
5. Apakah ada permasalahan dalam koordnisainya?
6. Bagaimana proses pemesanan obat ke pemasok melalui E-Catalogue?
7. Bagaimana dengan sistem pemesanan manual setiap triwulan?Apakah masih
dilakukan?
3 Tahap penentuan waktu pengadaan dan kedatangan obat
Bagaimana cara penentuan waktu dan kedatangan obat?
Probe :
1. Berapa lama waktu yang dibutuhkan GFK untuk mendapat stok obat dari pusat?
2.Bagaimana bila terjadi minimnya anggaran dengan banyaknya jumlah kebutuhan obat
yang harus dipesan?
3. Adakah sarana penyimpanan obat yang telah dipesan?
4. Bagaimana dengan adanya dana kapitasi oleh peserta BPJS, apakah hal tersebut
masuk
ke rencana penganggaran pemesanan obat?
5. Apakah terdapat hambatan dalam prosesnya?
4 Tahap pemantauan status pesanan
Bagaimana proses pemantauan status pesanan obat?
Probe :
1. Kapan biasanya petugas memantau status pesanan?
2. Apakah ada evaluasi terhadap status pesanan?
3. Bagaimana koordinasi dengan pihak Puskesmas?
4. Jika ada, bagaimana prosesnya?
5. Apakah sering terjadi pemesanan yang tidak sesuai dengan yang diminta?
6. Apakah ada hambatan lain dalam pemantauan status pesanan?

Universitas Sriwijaya
102

5 Tahap penerimaan dan pemeriksaan obat


Bagaimana proses penerimaan dan pemeriksaan obat di Puskesmas Dempo?
Probe :
1. Bagaimana proses pengambilan pesanan?
2. Siapa yang menerima dan memeriksa obat?
3. Apakah sering terjadi kesalahpahaman prosesnya?

Universitas Sriwijaya
103

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM


ANALISIS PERENCANAAN DAN PENGADAAN OBAT DENGAN
SISTEM E-CATALOGUE DI PUSKESMAS DEMPO

Informan : Kepala Instalasi Gudang Farmasi Kab/Kota

A. Petunjuk Umum Wawancara Mendalam


1. Ucapkan terima kasih atas kesediaan informan.
2. Sebelum melakukan wawancara perkenalkan diri peneliti dan
mempersilahkan informan untuk mengisi identitas diri.
3. Jelaskan maksud dan tujuan wawancara secara singkat.
4. Minta izin kepada informan tentang penggunaan alat komunikasi
selama wawancara seperti : alat perekam, buku catatan, dll.
5. Wawancara langsung dilakukan oleh peneliti.
6. Wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah
disiapkan dalam pedoman wawancara mendalam.
7. Pewawancara mencatat suasana wawancara : gambaran umum,
tingkah laku dan ekspresi informan secara tepat dan benar.
8. Menggunakan pertanyaan terbuka.
9. Informan bebas untuk menyampaikan pendapat.
10. Jawaban atau tanggapan informan tidak ada yang salah atau yang
benar karena hanya bertujuan untuk penelitian.
11. Semua keterangan akan dijamin kerahasiaannya.
12. Wawancara menggunakan alat perekam untuk memudahkan
pendokumentasian.
13. Semua pertanyaan yang ada di dalam pedoman ini harus diperoleh
jawabannya dari informan. Dari jawaban informan, gali dan
kembangkan pertanyaan lagi sesuai keperluan studi ini.

B. Pelaksanaan
 Identitas informan
1. Nama :
......................................................................................
2. Pendidikan :
......................................................................................
3. Jabatan :
......................................................................................
4. Lamanya Jabatan :
......................................................................................
5. No. Telepon :
......................................................................................
 Keterangan Pewawancara
1. Nama :
......................................................................................
2. Hari/Tanggal :
......................................................................................
3. Tempat Wawancara :
......................................................................................

Universitas Sriwijaya
104

Lembar Pertanyaan untuk bagian Perencanaan Obat


No Pertanyaan
1 Tahap pemilihan jenis obat
Bagaimana pelaksanaan pemilihan jenis obat untuk proses perencanaan obat di
Puskesmas Dempo?
Probe :
1. Siapa yang bertanggung jawab dalam proses pemilihan obat di GFK?
2. Apa kriteria obat yang boleh digunakan sebagai kebutuhan?
3. Kapan dilaksanakan proses pemilihan obat?
4. Bagaimana proses pemilihan obat melalui E-Catalogue?
5. Apakah ada permasalahan dalam pemilihan obat?
6. Apa pedoman yang digunakan untuk proses perencanaan obat?

2 Tahap kompilasi pemakaian obat


Bagaimana pelaksanaan kompilasi pemakaian obat untuk proses perencanaan obat
di Puskesmas Dempo?
Probe :
1. Sumber data apa yang digunakan untuk melihat pemakaian obat di Puskesmas
Dempo?
2. Siapa yang menerima laporan pemakaian obat di Puskesmas Dempo?
3. Kapan laporan pemakaian obat biasanya diterima oleh GFK?
4. Apakah ada permasalahan dalam proses kompilasi pemakaian obat?

3 Tahap perhitungan jumlah kebutuhan obat


Bagaimana pelaksanaan perhitungan jumlah kebutuhan obat untuk proses
perencanaan obat di Puskesmas Dempo?
Probe :
1. Metode apa yang digunakan dalam perhitungan jumlah kebutuhan obat?
2. Data apa saja yang diperlukan?
3. Sumber dana apa yang dipakai untuk perencanaan obat di GFK?
4. Apakah ada permasalahan dalam proses perhitungan jumlah kebutuhan obat?

4 Tahap proyeksi kebutuhan obat


Bagaimana pelaksanaan proyeksi kebutuhan obat untuk proses perencanaan obat
di Puskesmas Dempo?
Probe :
1. Data apa yang digunakan sebagai bahan pertimbangan perhitungan proyeksi
kebutuhan obat?
2. Bagaimana menghitung rancangan anggaran untuk total kebutuhan obat?
3. Bagaimana pengalokasian kebutuhan obat persumber anggaran?
4. Apakah ada permasalahan dalam proses perhitungan proyeksi kebutuhan
obat?

Universitas Sriwijaya
105

5 Tahap penyesuaian rencana pengadaan obat


Bagaimana pelaksanaan penyesuaian rencana pengadaan obat untuk proses
perencanaan obat di Puskesmas Dempo?
Probe :
1. Apakah ada permasalahan dalam proses penyesuaian rencana pengadaan
obat?
2. Bagaimana dengan perencanaan obat melalui sistem E-Catalogue?Jelaskan
prosesnya
3. Apakah terdapat hambatan dalam prosesnya?

Universitas Sriwijaya
106

Lembar Pertanyaan untuk bagian Pengadaan Obat

No Pertanyaan
1 Tahap pemilihan metode pengadaan
Bagaimana pelaksanaan pemilihan metode pengadaan obat?
Probe :
1. Siapa yang melakukan pemilihan metode pengadaan?
2. Kapan biasanya GFK menerima laporan jumlah pemakain obat?
3. Apakah ada permasalahan dalam proses pelaksanaannya ?
4. Apa yang Anda ketahui tentang sistem E-Catalogue?
5 .Apa yang terlampir dalam E-Catalogue?
6. Bagaimana SOP pelaksanaan E-Catalogue ke Puskesmas?
7. Apa kebijakan terkait E-Catalogue?
2 Tahap pemilihan pemasok
Bagaimana cara pemilihan pemasok obat?
Probe :
1. Darimana GFK mendapat drop obat?
2. Kapan biasanya melakukan drop obat ke Puskesmas?
3. Jika GFK tidak men-drop obat ke Puskesmas, apakah boleh membeli dari PBF
cabang ?
4. Jika tidak, mengapa demikian ?
5. Apakah ada permasalahan dalam koordnisainya?
6. Bagaimana proses pemesanan obat ke pemasok melalui E-Catalogue?
7. Bagaimana dengan sistem pemesanan manual setiap triwulan?Apakah masih
dilakukan?
3 Tahap penentuan waktu pengadaan dan kedatangan obat
Bagaimana cara penentuan waktu dan kedatangan obat?
Probe :
1. Berapa lama waktu yang dibutuhkan GFK untuk mendapat stok obat dari
pusat?
2.Bagaimana bila terjadi minimnya anggaran dengan banyaknya jumlah
kebutuhan obat
yang harus dipesan?
3. Adakah sarana penyimpanan obat yang telah dipesan?
4. Bagaimana dengan adanya dana kapitasi oleh peserta BPJS, apakah hal
tersebut masuk
ke rencana penganggaran pemesanan obat?
5. Apakah terdapat hambatan dalam prosesnya?
4 Tahap pemantauan status pesanan
Bagaimana proses pemantauan status pesanan obat?
Probe :
1. Kapan biasanya petugas memantau status pesanan?
2. Apakah ada evaluasi terhadap status pesanan?
3. Bagaimana koordinasi dengan pihak Puskesmas?
4. Jika ada, bagaimana prosesnya?
5. Apakah sering terjadi pemesanan yang tidak sesuai dengan yang diminta?
6. Apakah ada hambatan lain dalam pemantauan status pesanan?

Universitas Sriwijaya
107

5 Tahap penerimaan dan pemeriksaan obat


Bagaimana proses penerimaan dan pemeriksaan obat di Puskesmas Dempo?
Probe :
1. Bagaimana proses pengambilan pesanan?
2. Siapa yang menerima dan memeriksa obat?
3. Apakah sering terjadi kesalahpahaman prosesnya?
4. Apakah E-Caralogue menjawab solusi dari masalah ketersediaan obat di
Puskesmas?

Universitas Sriwijaya
108

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM


ANALISIS PERENCANAAN DAN PENGADAAN OBAT DENGAN
SISTEM E-CATALOGUE DI PUSKESMAS DEMPO

Informan : Kepala Pedagang Besar Farmasi (PBF)

A. Petunjuk Umum Wawancara Mendalam


1. Ucapkan terima kasih atas kesediaan informan.
2. Sebelum melakukan wawancara perkenalkan diri peneliti dan
mempersilahkan informan untuk mengisi identitas diri.
3. Jelaskan maksud dan tujuan wawancara secara singkat.
4. Minta izin kepada informan tentang penggunaan alat komunikasi
selama wawancara seperti : alat perekam, buku catatan, dll.
5. Wawancara langsung dilakukan oleh peneliti.
6. Wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah
disiapkan dalam pedoman wawancara mendalam.
7. Pewawancara mencatat suasana wawancara : gambaran umum,
tingkah laku dan ekspresi informan secara tepat dan benar.
8. Menggunakan pertanyaan terbuka.
9. Informan bebas untuk menyampaikan pendapat.
10. Jawaban atau tanggapan informan tidak ada yang salah atau yang
benar karena hanya bertujuan untuk penelitian.
11. Semua keterangan akan dijamin kerahasiaannya.
12. Wawancara menggunakan alat perekam untuk memudahkan
pendokumentasian.
13. Semua pertanyaan yang ada di dalam pedoman ini harus diperoleh
jawabannya dari informan. Dari jawaban informan, gali dan
kembangkan pertanyaan lagi sesuai keperluan studi ini.

B. Pelaksanaan
 Identitas informan
1. Nama :
......................................................................................
2. Pendidikan :
......................................................................................
3. Jabatan :
......................................................................................
4. Lamanya Jabatan :
......................................................................................
5. No. Telepon :
......................................................................................
 Keterangan Pewawancara
1. Nama :
......................................................................................
2. Hari/Tanggal :
......................................................................................
3. Tempat Wawancara :
......................................................................................

Universitas Sriwijaya
109

Lembar Pertanyaan untuk bagian Perencanaan Obat


No Pertanyaan
1 Tahap pemilihan jenis obat
Bagaimana pelaksanaan pemilihan jenis obat untuk proses perencanaan obat?
Probe :
1. Apa acuan dasar dalam proses pemilihan obat?
2. Bagaimana kriteria obat yang dapat dilelang oleh Puskesmas?
3. Darimana PBF mendapat sumber obat?
4. Apakah ada permasalahan dalam prosesnya?
2 Tahap kompilasi pemakaian obat
Bagaimana pelaksanaan kompilasi pemakaian obat untuk proses perencanaan
obat?
Probe :
1. Sumber data apa yang digunakan untuk melihat pemakaian obat di Puskesmas
Dempo?
2. Kapan biasanya Puskesmas melakukan pembelian obat? Berapa bulan sekali?
3. Apakah terdapat hambatan dalam prosesnya?
3 Tahap perhitungan jumlah kebutuhan obat
Bagaimana pelaksanaan perhitungan jumlah kebutuhan obat untuk proses
perencanaan obat?
Probe :
1. Apakah PBF Anda sudah memiliki standar gudang obat yang sesuai?
2. Apakah ada permasalahan dalam proses perhitungan jumlah kebutuhan obat?
3. Apakah terdapat hambatan dalam prosesnya?
4 Tahap proyeksi kebutuhan obat
Bagaimana pelaksanaan proyeksi kebutuhan obat untuk proses perencanaan obat?
Probe :
1. Apakah ada permasalahan dalam proses perhitungan proyeksi kebutuhan
obat?
2. Apakah terdapat hambatan dalam prosesnya?
5 Tahap penyesuaian rencana pengadaan obat
Bagaimana pelaksanaan penyesuaian rencana pengadaan obat untuk proses
perencanaan obat?
Probe :
1. Apa yang dilakukan apabila jumlah obat yang diminta Puskesmas tidak
tersedia di
gudang obat?
2. Bagaimana bila dana yang dianggarkan tidak sesuai dengan rencana
pengadaan obat?
3. Apakah ada permasalahan dalam proses penyesuaian rencana pengadaan
obat?

Universitas Sriwijaya
110

Lembar Pertanyaan untuk bagian Pengadaan Obat


No Pertanyaan
1 Tahap pemilihan metode pengadaan
Bagaimana pelaksanaan pemilihan metode pengadaan obat?
Probe :
1. Apa yang Anda ketahui tentang E-Catalogue?
2. Bagaiamana pemesanan obat melalui E-Catalogue?
3. Apakah PBF Anda, memiliki apoteker penanggung jawab?
4. Apakah ada permasalahan dalam proses pelaksanaannya?

2 Tahap pemilihan pemasok


Bagaimana cara pemilihan pemasok obat?
Probe :
1. Ada berapa jumlah PBF di Sumatera Selatan yang sudah menerapkan E-
Catalogue?
2. Apakah Puskesmas Dempo adalah pelanggan tetap?
3. Bagaimana dengan tarif harga obat yang ditawarkan?
4. Apakah perusahaan Anda sudah memiliki sertifikat CDOB?
5. Apa persyaratan/ketentuan untuk mendirikan PBF?
6. Apakah ada permasalahan dalam pemesanannya?
3 Tahap penentuan waktu pengadaan dan kedatangan obat
Bagaimana cara penentuan waktu dan kedatangan obat?
Probe :
1. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mempersiapkan jumlah pesanan?
2. Siapakah yang mengantar pesanan ke Puskesmas?
3. Bagaimana alur pemesanan obat ke PBF?
4. Apakah terdapat hambatan dalam prosesnya?
4 Tahap pemantauan status pesanan
Bagaimana proses pemantauan status pesanan obat?
Probe :
1. Siapa yang melakukan status pesanan?
2. Kapan biasanya petugas memantau status pesanan?
3. Apakah ada evaluasi terhadap status pesanan?
4. Bagaimana koordinasi dengan pihak Puskesmas Dempo?
5. Apakah sering terjadi pemesanan yang tidak sesuai dengan yang diminta?
6. Apakah ada hambatan lain dalam pemantauan status pesanan?

5 Tahap penerimaan dan pemeriksaan obat


Bagaimana proses penerimaan dan pemeriksaan obat?
Probe :
1. Siapa yang menerima dan menyiapkan pesanan obat?
2. Bagaimana apabila ditemukan pesanan yang tidak sesuai?
3. Bagaimana jika terjadi obat yang sudah diterima oleh Puskesmas ternyata
kadaluarsa?
4. Apakah sering terjadi kesalahpahaman prosesnya?

Universitas Sriwijaya
111

PEDOMAN OBSERVASI

ANALISIS PERENCANAAN DAN PENGADAAN OBAT DENGAN


SISTEM E-CATALOGUE DI PUSKESMAS DEMPO

Check List Observasi

Tempat : Puskesmas Dempo Palembang

Pelaksanaan
No Jenis Kegiatan Keterangan
Ya Tidak
1 Pemeriksaan dokumen data √ Ada, dilakukan setiap akan
perencanaan obat melakukan perencanaa obat
2 Pemeriksaan kelengkapan √ Perekapan dilakukan tiap bulan
LPLPO namun permintaannya dilakukaan
setiap triwulan
3 Pemeriksaan buku permintaan √ Dilakukan setiap akan pengadaan
dan penerimaan obat obat
4 Pemeriksaan kartu stock obat √ Dilakukan setiap hari

5 Pemeriksaan data kebutuhan √ Ada, digunakan juga untuk


obat berdasarkan pola sumber perhitungan kebutuhan
penyakit obat
6 Rekap data stok terakhir √ Ada, digunakan untuk
periode sebelumnya perhitungan kebutuhan obat
7 Pemeriksaan kelengkapan √ Ada, setiap akan melakukan
data permintaan obat pengadaan dengan sistem E-
berdasarkan E-Catoalgue Catalogue
8 Pengawasan oleh atasan √ Ada namun tidak berkala

9 Komunikasi informal antar √ Ada, apoteker dan asisten


petugas apoteker bekerjasama dengan
baik

Universitas Sriwijaya
112

PEDOMAN TELAAH DOKUMEN

ANALISIS PERENCANAAN DAN PENGADAAN OBAT DENGAN


SISTEM E-CATALOGUE DI PUSKESMAS DEMPO

Check List Kelengkapan Dokumen

Tempat : Puskesmas Dempo Palembang

Pelaksanaan
No Jenis Kegiatan Keterangan
Ya Tidak
1 Laporan Pemakaian dan √ Ada, dan rekapan tiap
Lembar Permintaan Obat triwulannya lengkap.
(LPLPO) tahun 2012-2015
2 Dokumen data perencanaan √ Ada, namun kurang lengkap
obat tahun 2015
3 Kartu stock obat tahun 2015 √ Ada dan sangat lengkap untuk
setiap stok akhir masing-masing
obat
4 Buku Defacta tahun 2015 √ Ada, namun pencatatannya
kurang lengkap.
5 Data permintaan obat √ Ada, berbentuk faktur, surat
berdasarkan E-Catoalgue pemesanan dan kwitansi
tahun 2015 pembayaran
6 Form atau dokumen √ Pengawasan dan evaluasi
pengawasan dan evaluasi dilakukan oleh pimpinan namun,
tahun 2015 kelengkapan berkas di unit obat
tidak ada
7 Daftar Obat Esensial Nasional √ Apoteker velum mendapat
(DOEN) tahun 2015 DOEN yang terbaru dari Dinas
Kesehatan
8 Standar Operasional Prosedur √ Ada
(SOP) tahun 2012-2015
9 Daftar belanja kebutuhan obat √ Ada

10 SOP Pedagang Besar Farmasi √ Ada,


(PBF)

Universitas Sriwijaya
113

CODING DATA TRANSKRIP PENELITIAN ANALISIS PERENCANAAN


DAN PENGADAAN OBAT DENGAN SISTEM E-CATALOGUE DI
PUSKESMAS DEMPO

A. Perencanaan Obat dengan Sistem E-Catalogue


Kategori Coding Transkrip
Pemilihan jenis obat Proses pemilihan obat oleh apoteker. FN, PR
Seleksi obat dilakukan oleh apoteker. PR
Pedoman pemilihan obat FN, PR
menggunakan FORNAS
Daftar obat di E-Catalogue mengacu AN, TN
pada FORNAS
E-Catalogue memuat daftar obat FN, PR
generik
Lebih dominan obat generik FN
dibanding obat paten
Kompilasi pemakaian obat Melihat dari LPLPO dan kartu stock FN, PR
GFK menerima laporan dari AN, TN
puskesmas berupa LPLPO
Perekapan laporan dilakukan setiap FN, TN
bulan
Rekapan laporan dikirimkan ke dinas FN, PR, AN, TN
kesehatan setiap bulannya
Perhitungan jumlah Perhitungan menggunakan metode FN, PR
kebutuhan obat konsumsi
Melihat dari pemakaian 3 bulan FN, PR
sebelumnya
Bersumber dari LPLPO dan kartu FN, PR
stock
Mengajukan permintaan ke GFK FN
setiap 3 bulan
Proyeksi kebutuhan obat Pengecekan stock obat setiap FN, PR
bulannya
Adanya evaluasi anggaran dan jumlah FN
kebutuhan obat
Penggantian obat sejenis jika dana PR
terbatas
Jika anggaran minim, maka diganti FN
dengan fungsi guna obat
Memprioritaskan obat mana yang TN
harus didahulukan
Penyesuaian rencana Perencanaan obat disesuaikan dengan NV, FN

Universitas Sriwijaya
114

pengadaan anggaran puskesmas


Pengadaan melalui E-Catalogue FN, PR
menggunakan dana kapitasi BPJS

B. Pengadaan Obat dengan Sistem E-Catalogue


Kategori Coding Transkrip
Pemilihan metode Mengajukan permintaan ke GFK FN, PR
pengadaan terlebih dahulu
Jika terjadi kekosongan obat di GFK, FN, AN
boleh memesan ke PBF
Jika stock obat habis sebelum jatuh PR
bulan pengadaan, boleh membeli ke
PBF
Menggunakan metode konsumsi FN, PR
sebagai dasar perhitungan pengadaan
E-Catalogue berupa daftar harga obat FN, PR, AN, TN
yang sudah ditetapkan oleh
pemerintah
Puskesmas membeli obat ke PBF FN
secara manual
Puskesmas mengirimkan surat EF, HR
pesanan
Pemilihan pemasok Melihat distributor yang sudah NV, FN, PR, TN
memiliki sertifikat CPOB
Jika obat tidak tersedia di PBF, boleh FN, PR,
mencari PBF lain
Pemantauan status pesanan Dilakukan oleh apoteker NV, FN, PR
Puskesmas menghubungi via telepon FN,EF, HR
sebelum melakukan pemesanan
Apoteker di gudang obat bertanggung EF, HR
jawab atas status pesanan puskesmas
Penentuan waktu dan Puskesmas tidak menunggu terlalu FN
kedatangan obat lama untuk kedatangan obat
Obat bisa datang ke puskesmas di hari FN, PR
yang sama
Jika stok obat di gudang obat PBF EF, HR
tersedia, puskes bisa menerima obat
keesokan harinya
Penerimaan dan Pengecekan dilakukan oleh apoteker FN, PR, EF, HR
pemeriksaan obat puskesmas
Pengecekan pada tanggal kaduluarsa FN, PR, HR
obat, jumlah obat yang dipesan, dan
kerusakan obat

Universitas Sriwijaya
115

CODING DATA TRANSKRIP PENELITIAN ANALISIS PERENCANAAN


DAN PENGADAAN OBAT DENGAN SISTEM E-CATALOGUE DI
PUSKESMAS DEMPO

A. Perencanaan Obat
Kategori Coding Analisis
Pemilihan jenis obat Proses pemilihan obat oleh apoteker. Pemilihan jenis
Seleksi obat dilakukan oleh apoteker. obat dilakukan oleh
Pedoman pemilihan obat petugas apoteker
menggunakan FORNAS Daftar obat di E-
Catalogue mengacu
Daftar obat di E-Catalogue mengacu
pada FORNAS pada pedoman
daftar obat yang
E-Catalogue memuat daftar obat ada di Formularium
generik Nasional
Lebih dominan obat generik (FORNAS).
dibanding obat paten
Kompilasi pemakaian obat Melihat dari LPLPO dan kartu stock Kompilasi
pemakaian obat
GFK menerima laporan dari dilihat dari hasil
puskesmas berupa LPLPO rekapan kartu stock
Perekapan laporan dilakukan setiap dan LPLPO.
bulan Rekapan tersebut
Rekapan laporan dikirimkan ke dinas dilaporkan kepada
kesehatan setiap bulannya Dinas Kesehatan
Kota Palembang
sebagai laporan
bulanan pemakaian
jumlah obat.
Perhitungan jumlah Perhitungan menggunakan metode Perhitungan
kebutuhan obat konsumsi kebutuhan
Melihat dari pemakaian 3 bulan menggunakan
sebelumnya metode konsumsi.
Bersumber dari LPLPO dan kartu dilihat dari
stock pemakaian obat 3
Mengajukan permintaan ke GFK bulan sebelumnya
setiap 3 bulan pada rekapan
LPLPO.

Universitas Sriwijaya
116

Proyeksi kebutuhan obat Pengecekan stock obat setiap Dilakukan


bulannya pengecekan
Adanya evaluasi anggaran dan jumlah terhadap stock obat
kebutuhan obat setiap bulannnya.
Evaluasi terhadap
Penggantian obat sejenis jika dana
terbatas dana anggaran juga
dilakukan untuk
Jika anggaran minim, maka diganti
dengan fungsi guna obat melihat apakah
terjadi
Memprioritaskan obat mana yang
harus didahulukan ketidaktepatan
jumlah anggaran
dengan kebutuhan
obat. Apoteker
akan melakukan
subtitusi terhadap
obat dengan fungsi
guna yang sama.

Penyesuaian rencana Perencanaan obat disesuaikan dengan Penyesuain rencana


pengadaan anggaran puskesmas pengadaan harus
benar-benar
Pengadaan melalui E-Catalogue memperhatikan
menggunakan dana kapitasi BPJS perhitungan obat
dan detail dari
anggaran
puskesmas.
Pengadaan dengan
sistem E-Catlaogue
menggunakan dana
kapitasi peserta
BPJS.

Universitas Sriwijaya
117

B. Pengadaan Obat
Kategori Coding Analisis
Pemilihan metode Mengajukan permintaan ke GFK Puskesmas
pengadaan terlebih dahulu mengajukan
Jika terjadi kekosongan obat di GFK, permintan obat ke
boleh memesan ke PBF GFK terlebih
Jika stock obat habis sebelum jatuh
dahulu, kemudian
bulan pengadaan, boleh membeli ke
PBF jika terdapat
Menggunakan metode konsumsi beberapa obat yang
sebagai dasar perhitungan pengadaan tidak diberikan
E-Catalogue berupa daftar harga obat maka Puskesmas
yang sudah ditetapkan oleh boleh memesan
pemerintah obat ke PBF lewat
Puskesmas membeli obat ke PBF E-Catalogue. E-
secara manual Catalogue hanya
Puskesmas mengirimkan surat digunakan sebagai
pesanan pedoman untuk
melihat daftar
harga obat,
pembeliannya
melalui pengiriman
surat pemesanan.

Pemilihan pemasok Melihat distributor yang sudah Pemilihan pemasok


memiliki sertifikat CPOB tergantung dari
Jika obat tidak tersedia di PBF, boleh distributor obat
mencari PBF lain mana yang
menyediakan obat
yang kita pesan.
Adanya sertifikat
CPOB juga menjadi
nilai tambah bagi
distributor.

Pemantauan status pesanan Dilakukan oleh apoteker Pemantauan status


Puskesmas menghubungi via telepon pesanan dilakukan
sebelum melakukan pemesanan langsung oleh
Apoteker di gudang obat bertanggung apoteker dengan via
jawab atas status pesanan puskesmas telepon dengan
distributor.

Universitas Sriwijaya
118

Penentuan waktu dan Puskesmas tidak menunggu terlalu Jika tidak terdapat
kedatangan obat lama untuk kedatangan obat masalah di gudang
Obat bisa datang ke puskesmas di hari obat PBF, maka
yang sama puskesmas tidak
Jika stok obat di gudang obat PBF
membutuhkan
tersedia, puskes bisa menerima obat
keesokan harinya waktu yang lama
untuk kedatangan
obat. Kedatangan
obat paling cepat
pada siang atau
sore hari ketika saat
hari yang sama
dilakukan
pemesanan.

Penerimaan dan Pengecekan dilakukan oleh apoteker Pengecekan


pemeriksaan obat puskesmas langsung dilakukan
oleh apoteker dan
Jika apoteker berhalangan hadir atau sales yang
tidak sedang di kantor dilakukan oleh mengantar pesanan
asisten apoteker sebagai pengganti ke puskesmas
Pengecekan pada tanggal kaduluarsa dengan melihat
obat, jumlah obat yang dipesan, dan jumlah pesanan dan
kerusakan obat tanggal kaduluarsa..

Universitas Sriwijaya
119

TRASNKRIP WAWANCARA

PIMPINAN PUSKESMAS DEMPO

Nama responden : Manager Internal NV

Umur : 52 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pendidikan Terakhir : S1 Kedokteran Gigi

Jabatan : Manager Internal

Lama Kerja : 9 tahun

Nama Pewawancara : Vidia Lestari

Tempat : Puskesmas Dempo

Sebelum melakukan wawancara, pewawancara memperkenalkan diri


terlebih dahulu dan menjelaskan tujuan wawancara. Selanjutnya responden
dpersilahkan untuk membaca dan menandatangani informed consent.
Pewawancara meminta ijin untuk merekam percakapan selama dilakukan
wawancara. Responden bersedia jika wawancara direkam, selanjutnya kegiatan
wawancara dilakukan.

A. Perencanaan Obat

1. Pemilihan Obat
Pewawancara

Baik Ibu, saya Vidia Lestari, mahasiswa yang ssedang melakukan penelitian
mengenai Analisis Perencanaan dan Pengadaan Obat dengan Sistem e-
Catalogue di Puskesmas Dempo. Langsung ke pertanyaan awal ya yuk tentang
perencanaan obat, yaitu pada tahap pemilihan obat. Disini siapa yang
melakukan pemilihan obat untuk perencanaan kebutuhan?

Universitas Sriwijaya
120

Responden NV

Semua yang berhubungan dengan pemilihan obat langsung dilakukan oleh


apoteker

Pewawancara

Kemudian, apakah ada pedoman dalam pemilihan obat yang harus digunakan
ya bu?

Responden NV

Puskes diberi buku pedoman berupa DOEN dan FORNAS untuk pemilihan
obat. Memang sudah ketetapan dari pemerintah untuk daftar obat yang dapat
digunakan.

2. Kompilasi Pemakaian Obat

Pewawancara

Biasanya untuk pelaporan ke dinas kesehatan dilakukan berapa bulan sekali ya


bu?

Responden NV

Kita mengirim laporan tiap bulannya ke dinas kesehatan. Laporan tersebut


merupakan rekapan pemakaian obat oleh pasien. Untuk lebih jelasnya langsung
saja ke bagian unit obat ya.

3. Perhitungan Kebutuhan Obat


Pewawancara

Perhitungan kebutuhan obat untuk perencanaan besumber darimana ya bu?

Responden NV

Universitas Sriwijaya
121

Langsung tanya dengan apoteker. Tapi kita biasanya liat dari jumlah konsumsi
pemakaian obat terbanyak.

4. NVoyeksi Kebutuhan Obat

Pewawancara

Selanjutnya, ada tahap NVoyeksi kebutuhan obat. Bagaimana pelaksanaannya


bu?

Responden NV

Langsung tanya ke bagian unit obat saja ya.

5. Penyesuaian Rencana Pengadaan


Pewawancara

Bagaimana penyesuaian rencana pengadaan kebutuhan obat dengan anggaran


puskesmas?

Responden NV

Penyesuaian rencana pengadaan harus melihat dari anggaran kebutuhan obat


puskesmas. Dalam hal ini, apoteker bekerjasama dengan bendahara. Misalnya
terjadi, anggaran yang minim dengan jumlah kebutuhan yang banyak,
bendahara membuat anggaran yang baru atas persetujuan dari pimpinan.

B. Pengadaan Obat

1. Pemilihan Metode Pengadaan


Pewawancara

Metode apa yang digunakan untuk pengadaan obat bu?

Responden NV

Universitas Sriwijaya
122

Karena sudah ada kebiijakan dari pemerintah terkait penggunaan E-Catalogue


maka untuk dalam JKN ini kita boleh melakukan pembelian dengan pihak luar
yaitu distributor. Pengadaan dini sudah berlangsung selama 2 tahun.

2. Pemilihan Pemasok
Pewawancara
Bagaimana pemilihan distributor untuk pengadaan dengan sistem e-Catalogue
di puskesmas?

Responden NV
Puskesmas dalam melihat penyedia obat biasanya melihat distributor yang
sudah memiliki sertifikat CPOB. Karena sebenarnya sertifikat tersebut yang
paling penting untuk melihat apakah distributor tersebut layak atau tidak untuk
kerjasama dalam pengadaan obat.

3. Pemantauan Status Pesanan


Pewawancara
Siapa yang memantau status pesanan obat dari PBF?

Responden NV
Segala yang berhubungan dengan pemesanan langsung dilakukan oleh apoteker
di unit obat puskesmas. Dia yang bertanggung jawab terhadap NVoses
pengadaan dengan penyedia obat.

4. Penentuan Waktu dan Kedatangan Obat


Pewawancara
Bagaimana dengan kedatangan obat bu? Apakah perlu waktu lama untuk
sampai ke puskesmas?

Responden NV
Langsung tanya ke bagian unit obat saja ya.

5. Penerimaan dan Pemeriksaan Obat


Pewawancara

Universitas Sriwijaya
123

Siapa yang mengantarkan pesanan ke puskesmas? Siapa yang memeriksa


pesanan begitu sampai di puskesmas?

Responden NV
Langsung tanya ke bagian unit obat saja ya.

Universitas Sriwijaya
124

TRASNKRIP WAWANCARA

APOTEKER PUSKESMAS DEMPO

Nama responden : Apoteker FN

Umur : 35 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pendidikan Terakhir : S1 Farmasi

Jabatan : Apoteker

Lama Kerja : 2 tahun

Nama Pewawancara : Vidia Lestari

Tempat : Puskesmas Dempo

Sebelum melakukan wawancara, pewawancara memperkenalkan diri


terlebih dahulu dan menjelaskan tujuan wawancara. Selanjutnya responden
dpersilahkan untuk membaca dan menandatangani informed consent.
Pewawancara meminta ijin untuk merekam percakapan selama dilakukan
wawancara. Responden bersedia jika wawancara direkam, selanjutnya kegiatan
wawancara dilakukan.

A. Perencanaan Obat

1.Pemilihan Obat
Pewawancara
Baik yuk, saya Vidia Lestari, mahasiswa yang ssedang melakukan penelitian
mengenai Analisis Perencanaan dan Pengadaan Obat dengan Sistem e-
Catalogue di Puskesmas Dempo. Langsung ke pertanyaan awal ya yuk tentang
perencanaan obat, yaitu pada tahap pemilihan obat. Disini siapa yang
melakukan pemilihan obat untuk perencanaan kebutuhan?

Universitas Sriwijaya
125

Responden FN
Yang melakukan proses pemilihan obat apotekernya, yaitu saya sendiri.

Pewawancara
Kemudian, apakah ada pedoman dalam pemilihan obatnya?

Responden FN
Pedoman pemilihan obat pake FORNAS. Fornas selalu ada pembaharuan
setiap 3 tahun sekali atau tidak tentu.

2.Kompilasi Pemakaian Obat


Pewawancara
Kalau kompilasi pemakaian, obat, bersumber dari apa ya yuk?

Respnden FN
Kompilasi pemakaian obat ngeliatnya dari LPLPO dan kartu stock. Kita buat
LPLPO juga berdasarkan kartu stocknya.

Pewawancara
Kapan biasanya untuk pelaporan?

Responden FN
Rekapan laporannya setiap bulan di laporkan ke GFK (Gudang Farmasi Kota)
yang berada di KM 5 belakang Rumah Sakit Mata. Melihat kekosongan obat
juga dari kartu stock, kalo misalnya kosong berarti kita minta untuk bulan
berikutnya.

3.Perhitungan Kebutuhan Obat


Pewawancara
Untuk perhitungan kebutuhan obatnya bagaimana yuk? Menggunakan metode
apa? Perencanaannya berapa bulan sekali

Responden FN
Perhitungan jumlah kebutuhan obat menggunakan metode konsumsi
berdasarkan pemakaian 3 bulan sebelumnya. Kebutuhan bulan ini kita
menghitung dari 3 bulan setelah pemakaian. Pengambilan obat harus dilakukan
3 bulan sekali tapi apabila kita ada kejadian luar biasa (KLB) ke obat kita
kehabisa padahal belum 3 bulan, berarti kita bisa minta lagi GFK tapi itu jadi
bon obat buat kita.

Pewawancara

Universitas Sriwijaya
126

Maksud bon obat gimana yuk?

Responden FN
Maksud bon obat disini adalah kita melakukan permintaan tersendiri nanti
ditandatangani ke pimpinan baru dikasih ke GFK, kemudian tergantung dari
gudang berapa ngasihnya.

Pewawancara
Perhitungan kebutuhan obat ngeliatnya darimana yuk?

Responden FN
Perhitungan kebutuhan obat melihat dari jumlah pemakaian obat di kartu stock.
Setiap hari ada penggunaan obat kemudian dicatat pada Buku Lidi. Di dalam
buku lidi dihitung untuk penggunaan setiap harinya, misal Amoxcylin berapa,
Paracetamol berapa, setiap hari ada rekapannya berdasarkan resep. Kemudian
penggunaan setiap hari dihitung pada akhir bulan.

4.Proyeksi Kebutuhan Obat


Pewawancara
Selanjutnya, pada tahap proyeksi kebutuhan obat. Bagaimana pelaksanaannya
yuk? Apakah ada pengecekan di gudang obat? Kalau dana anggaran yang
minim tapi kebutuhan obat banyak, bagaimana tindakan apoteker?

Responden FN
Setiap bulan kita selalu mengecek stok obat dan membuat laporan terhadap
obat mana yang kosong dan masih tersedia, kemudian kita melakukan
pengadaan. Evaluasi terhadap dana yang terbatas, jadi kalo bisa ada yang
diganti dengan fungsi guna obat yang sama misalnya CTM sama dengan
Tetrigin, berarti kita gak perlu beli Tetrigin karena bisa diganti dengan CTM
dan dananya bisa buat beli obat yang lain.

Pewawancara
Maksudnya diganti dengan obat lain tapi fungsi guna sama, itu bagaimana yuk?

Responden FN
Yang didahulukan yang penting dulu, maksudnya yang memang paling
dibutuhkan oleh Puskesmas itu yang didahulukan. Tapi kalo pemakaian negara,
kita mungkin belinya sedikit, pokoknya yang didahulukan obat yang sering
rutin keluar seperti Paracetamol atau CTM dan biasanya obat-obat generik. Jadi
kita liat dulu nih antara Paracetamol dan Ibuprofen kan fungsinya sama nih.
Misalnya Ibuprofen gak ada, tapi stok Paracetamol masih banyalk, jadi kita gak
perlu beli Ibuprofen. Terus kita melihat dari banyaknya kebutuhan penggunaan
pasiesn tapu juga harus sesuai dengan anggaran Puskesmas. Kita harus

Universitas Sriwijaya
127

menghitung bener-bener berapa box obat untuk pemakaian, jadi kita beli sesuai
keperluan kita dan mungkin dilebihkan 10% dari pemakaian itu.

5.Penyesuaian Rencana Pengadaan


Pewawancara
Penganggaran puskesmas itu berapa bulan yuk?

Responden FN
Penggaranan itu pertahun, tapi kan bisa ada perubahan anggaran.

Pewawancara
Bagaimana proses perubahan anggaran yuk?

Responden FN
Kita mengajukan lagi ke bendahara anggaran misalnya kita di kasih dana
belanja 15 juta ternyata dalam 6 bulan banyak kekosongan obat di GFK, jadi
mau gak mau kita harus beli tapi dana yang di kasih sudah habis dan kita
ngomong dulu ke bandahara anggaran, nanti mereka menganggarkan lagi kira-
kira berapa yang dibutuhkan dalam waktu berapa bulan lagi obat itu akan
datang, misalnya 3 bulan nih jadi nanti 3 bulan lagi akan diadakan pengaggaran
lagi berapa yang bisa kita gunakan. Kita harus menyesuaikan dengan anggaran
kebutuhan obat di puskesmas.

Pewawancara
Bagaimana dengan penganggaran kalau pake sistem e-Catalogue? Kan sistem
e-Catalogue menggunakan dana kapitasi dari peserta BPJS, apakah benar yuk?

Responden FN
Karena kita mengacu pada harga E-Catalogue, jadi kita pembeliannya harus
sesuai dengan harga yang ditentukan di E-Catalogue misalnya pernah nih kita
beli Zinkid tapi ternyata PBF ngasihnya harga reguler bukan harga E-
Catalogue, itu kita bisa komplain sama PBFnya dengan mengganti fakturnya
sesuai harga E-Catalogue karena sebelum kita membeli obat itu membuat
perjanjian untuk menggunakan harga E-Catalogue. Berapa persen dana kapitasi
BPJS digunakan untuk pengadaan obat. Dana kapitasi BPJS sebagai tambahan
untuk anggaran kebutuhan obat puskesmas.

Universitas Sriwijaya
128

B. Pengadaan Obat

1.Pemilihan Metode Pengadaan


Pewawancara
Metode apa yang digunakan untuk pengadaan obat yuk?

Responden FN
Pemilihan metode pengadaan menggunakan metode konsumsi.

Pewawancara
Bagaimana alur pengadaan yang sekarang yuk? Kan sudah ada e-Catalogue,
apakah masih mendapat dropping obat ke dinas kesehatan?

Responden FN
Kita melakukan permintaan dulu ke GFK berapa kebutuhan yang kita butuhkan
bila ada kekosongan obat di GFK kita bisa membeli obat di distributor.

Pewawancara
Sebenarnya, apa yang dimaskud dengan e-Catalogue?
e-Catalogue adalah daftar obat2an yang sudah dapat diperjualkan sesuai
dengan tujuan pemerintah pusat dan harganya pun sudah diatur oleh
pemerintah pusat. e-Catalogue itu kan system yang berisi daftar obat beserta
harganya. Kebanyakan obat-obat generik tapi obat paten juga ada. Harga di e-
Catalogue juga murah. PBF mengacu pada harga e-catalogue.

Pewawancara
Pengadaan e-Catalogue di puskesmas bagaimana yuk?

Responden FN
Pihak puskesmas hanya melihat harganya saja di e-Catalogue bukan beli lewat
e- Catalogue. Misal kita download harga-harga di e-Catalogue kemudian kita

Universitas Sriwijaya
129

print lalu kita butuhnya apa kemudian kita liat harganya di e-catalogue, nanti
kita beli sama distributornya ya sesuai dengan harga e-Catalogue. Misalnya
Zinkid Syrup. Zinkyd Syrup kan obat paten berarti kita harus liat harganya
sesuai dengan E-Catalogue jadi pembeliannya harus sesuai dengan harga E-
Catalogue. Jadi pihak puskes belinya lewat manual melalui surat pemesanan
atas sepengetahuan pimpinan kemudian ditujukan ke PBF.

Pewawancara
Apakah terdapat masalah saat pengadaan dalam sistem e-Catalogue?

Responden FN
Masalahnya ada pada selisih harga, kita kan mengacu pada harga di e-
Catalogue namun PBF menggunakan harga regular itu bisa kita complain,
kemudian distributor mengganti fraktur tersebut dengan harga yang sesuai
dengan e-Catalogue.

Pewawancara
Apakah boleh melakukan cancel pesanan?

Responden FN
Iya boleh, namun hanya pada obat yang memang saat kita pesan, stocknya
tidak mencukupi atau kosong di PBF, jadi kita boleh cancel pesanan dan
membeli di PBF lain.

2. Pemilihan Pemasok
Pewawancara
Bagaimana pemilihan distributor untuk pengadaan dengan sistem e-Catalogue?

Responden FN
Kita lihat daftar obat di E-Catalogue dan di dalam E-Catalogue tersebut
terdapat distributor penyedia obat yang kita butuhkan misalnya Ibuprofen yang
memasoknya Indofarma berarti kita mesennya ke Indofarma. Puskes
bekerjasama dengan IGM dan Kimia Farma.

Pewawancara

Universitas Sriwijaya
130

Siapa yang mengambil surat pesanan? Apakah pihak puskesmas yang


mengantar ke distributor atau gimana yuk?

Responden FN
Distributor yang selalu ke Puskes untuk mengambil surat pemesanan dan
mereka juga yang mengantar obatnya dan menagihnya, pokoknya Puskesmas
tinggal terima barang.

Pewawancara
Apakah pihak puskesmas melihat adanya sertifikat CPOB pada distributor?
Iya, puskesmas melihat distributor yang sudah besar dan memiliki sertifikat
CPOB.

Pewawancara
Bagaimana jika obat yang dibutuhkan tidak tersedia di PBF? Apakah boleh
membeli di PBF lain? Apakah boleh juga melakukan cancel pesanan?

Responden FN
Jika obat yang dibutuhkan tidak tersedia di salah satu PBF, Puskesmas mencari
lagi ke distributor yang menyediakan obat. Namun hanya pada obat yang
memang saat kita pesan, stocknya tidak mencukupi atau kosong di PBF, jadi
jika obat yang dibutuhkan tidak tersedia di salah satu PBF, Puskes boleh
mencari lagi ke distributor yang menyediakan obat.

Pewawancara
Bagaimana sistem pembeliannya yuk? Apakah sistem cash atau transfer?

Responden FN
Untuk proses pembelian itu menggunakan sistem bon obat. Pertamanya kita
cash sebelum melakukan MOU, setelah itu kita bisa melakukan bon obat, bisa
sampe 1 bulan.

3.Pemantauan Status Pesanan


Pewawancara
Siapa yang memantau status pesanan?

Responden FN
Pemantauan status pesanan oleh apoteker.

Pewawancara

Universitas Sriwijaya
131

Bagaimana apoteker memantau pesanannya?

Responden FN
Sebelum kita pesen kita menelfon dulu dengan PBF untuk obat-obat yang akan
dipesan, kemudian mereka datang mengambil surat pesanan, dan mereka sudah
menyiapkan obat-obatnya lewat telfon tadi. Kita memantaunya melalui via
telfon kepada PBF.

4.Penentuan Waktu dan Kedatangan Obat


Pewawancara
Bagaimana mengenai kedatangan obatnya? Apakah menunggu terlalu lama
untuk pemesanannya?

Responden FN
Jadi misalnya kita mesen obat hari ini, besok atau lusa sudah diantarkan ke
Puskesmas. Terkadang, kita pesen hari ini, hari ini juga sudah bisa kita terima.
Puskes tidak pernah menunggu terlalu lama untuk kedatangan obat.

5.Penerimaan dan Pemeriksaan Obat


Pewawancara
Siapa yang mengantarkan pesanan ke puskesmas? Siapa yang memeriksa
pesanan begitu sampai di puskesmas? Apakah pernah terjadi ketidaksesuaian
pesanan?

Responden FN
Begitu datang, sales yang mengantar pesanan sama-sama melakukan
pengecekan obat bersama apoteker. Pengecekan terhadap jumlah pesanan obat
dan tanggal kaduluarsa obat. Selama ini, tidak pernah terjadi ketidaksesuaiaan
dalam penerimaan obat karena PBF selalu mengantarkan obat sesuai pesanan.

Universitas Sriwijaya
132

TRASNKRIP WAWANCARA

ASISTEN APOTEKER PUSKESMAS DEMPO

Nama responden : Asisten Apoeteker PR

Umur : 28 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pendidikan Terakhir : S1 Kesmas

Jabatan : Asisten Apoteker

Lama Kerja : 9 tahun

Nama Pewawancara : Vidia Lestari

Tempat : Puskesmas Dempo

Sebelum melakukan wawancara, pewawancara memperkenalkan diri


terlebih dahulu dan menjelaskan tujuan wawancara. Selanjutnya responden
dpersilahkan untuk membaca dan menandatangani informed consent.
Pewawancara meminta ijin untuk merekam percakapan selama dilakukan
wawancara. Responden bersedia jika wawancara direkam, selanjutnya kegiatan
wawancara dilakukan.

C. Perencanaan Obat

6. Pemilihan Obat
Pewawancara
Baik yuk, saya Vidia Lestari, mahasiswa yang ssedang melakukan penelitian
mengenai Analisis Perencanaan dan Pengadaan Obat dengan Sistem e-
Catalogue di Puskesmas Dempo. Langsung ke pertanyaan awal ya yuk tentang
perencanaan obat, yaitu pada tahap pemilihan obat. Disini kapan biasa
dilakukan proses perencanaan obat?

Universitas Sriwijaya
133

Responden PR
Proses perencanaan obat setiap 3 bulan sekali, tetapi di laporan dibuat 1 bulan
sekali.

Pewawancara
Siapa yang melakukan pemilihan obat untuk perencanaan kebutuhan?

Responden PR
Pemilihan jenis obat di Puskesmas Dempo sesuai kebutuhan dan dilakukan
oleh petugas apoteker ialah Yuk Fanny.

Pewawancara
Kemudian, apakah ada pedoman dalam pemilihan obatnya?

Responden PR
Pedoman obat kita melihat dari FORNAS, biasanya dikasih dari Dinkes.

Pewawancara
Bagaimana pelaksanaan pemilihan jenis obat di Puskesmas Dempo?

Responden PR
Jenis-jenis obat sudah didistribusikan dari dinkes tetapi berdasarkan kebutuhan.

Pewawancara
Pada penggunaan system e-catalogue ada perubahan pemilihan jenis obat
tidak?

Responden PR
Tidak, karena kita menggunakan obat-obat generic semua. E-catalogue obat-
obatnya generik semua.

7. Kompilasi Pemakaian Obat


Pewawancara
Kalau kompilasi pemakaian, obat, bersumber dari apa ya yuk? Pelaporannya
bagaimana?

Responden PR
Pemakaian jumlah obat diliat dari kartu stock dan LPLPO. Setiap bulan direkap
dan nanti dilaporkan ke dinas. Misal kita butuh obat apa untuk bulan
berikutnya, stok obat mana yg kosong, kita lihat dari jumlah pemakaian obat
bulan sebelumnya di kartu stock.

Universitas Sriwijaya
134

8. Perhitungan Kebutuhan Obat


Pewawancara
Untuk perhitungan kebutuhan obatnya bagaimana yuk? Menggunakan metode
apa?

Responden PR
Perhitungan kebutuhan obat pake metode konsumsi, diliat dari LPLPO, kartu
stok, dan buku register.

Pewawancara
Apakah ada perbedaan metode perhitungan saat sudah menerapkan sistem e-
Catalogue?

Responden PR
Tidak ada perbedaan metode selama memakai e-Catalogue ini, metode yang
digunakan masih sama, yaitu metode konsumsi melihat dari pemakaian obat 3
bulan sebelumnya. Cuma bedanya biasanya kita dapat dari dinas saja, namun
kali ini kita kita bisa membeli sendiri obat ke PBF. Sejauh ini, tidak ada
masalah dalam proses perhitungan jumlah kebutuhan obat.

9. Proyeksi Kebutuhan Obat

Pewawancara

Selanjutnya, ada tahap proyeksi kebutuhan obat. Bagaimana pelaksanaannya


yuk? Apakah ada pengecekan di gudang obat? Kalau dana anggaran yang
minim tapi kebutuhan obat banyak, bagaimana tindakan apoteker?

Responden PR
Tiap bulan kita selalu mengecek stock obat. Kalau terjadi minimnya anggaran,
maka kita solusinya adalah obatnya diganti dengan obat yang sejenis.
Maksudnya, obat-obat dengan fungsi guna yang sama.

Pewawancara
Maksudnya diganti dengan obat lain tapi fungsi guna sama, itu bagaimana yuk?

Responden PR
Kita lihat yang penting, maksudnya yang memang paling dibutuhkan oleh
Puskesmas itu yang didahulukan.

10. Penyesuaian Rencana Pengadaan

Universitas Sriwijaya
135

Pewawancara
Bagaimana alur koordinasi pengadaan obat di Puskesmas Dempo?

Responden PR
Alur koordinasi pengadaan obat itu yang pertama kita bikin laporan
perencanaan – minta persetujuan pimpinan apotek – naik ke atas untuk di ACC
– diantar ke gudang farmasi, kemudian akan mendapat jadwal dari gudang
farmasi untuk pengambilan obat.

Pewawancara
Bagaimana pengadaan dengan sistem e-Catalogue?

Responden PR
Pengadaan dengan E-Catalogue kita langsung beli obat yang memang dari
GFK tidak menyediakan atau jika terjadi sewaktu-waktu kekosongan obat pada
beberapa item.

Pewawancara
Bagaimana dengan penganggaran kalau pake sistem e-Catalogue? Kan sistem
e-Catalogue menggunakan dana kapitasi dari peserta BPJS, apakah benar yuk?

Responden PR
Ada, beberapa persen, saya kurang paham untuk lebih jelasnya.

D. Pengadaan Obat

6. Pemilihan Metode Pengadaan


Pewawancara
Metode apa yang digunakan untuk pengadaan obat yuk?

Responden PR
Kita menggunakan metode konsumsi untuk pengadaannya.

Pewawancara
Bagaimana dengan pengadaan melalui e-Catalogue? Apakah ada perbedaan?

Responden PR
Meski sudah ada E-Catalogue, pengadaan kita tidak berubah. E-Catalogue
hanya berupa daftar-daftar obat agar kita bisa membeli dengan mudah, efisien,

Universitas Sriwijaya
136

efektif, murah harganya. Kita masih melakukan permintaan ke GFK, baru jika
kalo stok obat sudah habis atau di GFK tidak tersedia kita boleh beli di PBF.
Pertama kita buat surat permintaan kemudian buat pemesanan ke PBF.

7. Pemilihan Pemasok
Pewawancara
Bagaimana pemilihan distributor untuk pengadaan dengan sistem e-Catalogue
di puskesmas?

Responden PR
Pemilihan distributor yang memang sudah bekerja sama dengan Puskesmas
Dempo contohnya Kimia Farma dan Indofarma.

Pewawancara
Apakah distributor yang sudah bekerjasama dengan puskesmas sudah memiliki
sertifikat CPOB?

Responden PR
Distibutor tersebut sudah memiliki sertifikat CPOB.

Pewawancara
Bagaimana jika obat yang dibutuhkan tidak tersedia di PBF? Apakah boleh
membeli di PBF lain? Apakah boleh juga melakukan cancel pesanan?

Responden PR
Ketika melakukan pengadaan, kita lihat distributor mana yang menyediakan
obat yang kita butuhkan, itulah yang kita pilih. Jika ternyata stoknya kosong di
distributor, kita mencari distributor lain.

8. Pemantauan Status Pesanan


Pewawancara
Siapa yang memantau status pesanan?

Responden PR
Biasanya apoteker yang memantau status pesanan.

Pewawancara
Bagaimana apoteker memantau pesanannya?

Responden PR
Saya kurang paham, langsung saja tanyakan pada apotekernya.

Universitas Sriwijaya
137

9. Penentuan Waktu dan Kedatangan Obat


Pewawancara
Bagaimana dengan kedatangan obat yuk? Apakah perlu waktu lama untuk
sampai ke puskesmas?

Responden PR
Pesanan yang kita pesan hari ini biasanya langsung datang sore harinya jika
kita mengirimkan surat pesanan pagi harinya, tapi jika ada masalah di gudang
obat distributornya paling lama pesanan baru datang dua hari dari tanggal
memesan.

10. Penerimaan dan Pemeriksaan Obat


Pewawancara
Siapa yang mengantarkan pesanan ke puskesmas? Siapa yang memeriksa
pesanan begitu sampai di puskesmas? Apakah pernah terjadi ketidaksesuaian
pesanan?

Responden PR
Jika tidak ada apoteker atau apoteker sedang pergi ke luar, biasanya asisten
yang mengecek jika obatnya datang. Kita mengecek jumlah pesanan, tanggal
kaduluarsa, dll.

Universitas Sriwijaya
138

TRASNKRIP WAWANCARA

KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA PALEMBANG

Nama responden : Kepala Dinkes AN

Umur : 58 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pendidikan Terakhir : S2 Kesmas

Jabatan : Kepala Dinas Kesehatan

Lama Kerja : 3 tahun

Nama Pewawancara : Vidia Lestari

Tempat : Dinas Kesehatan Kota Palembang

Sebelum melakukan wawancara, pewawancara memperkenalkan diri


terlebih dahulu dan menjelaskan tujuan wawancara. Selanjutnya responden
dpersilahkan untuk membaca dan menandatangani informed consent.
Pewawancara meminta ijin untuk merekam percakapan selama dilakukan
wawancara. Responden bersedia jika wawancara direkam, selanjutnya kegiatan
wawancara dilakukan.

E. Perencanaan Obat

11. Pemilihan Obat


Pewawancara
Baik pak, saya Vidia Lestari, mahasiswa yang ssedang melakukan penelitian
mengenai Analisis Perencanaan dan Pengadaan Obat dengan Sistem e-
Catalogue di Puskesmas Dempo. Langsung ke pertanyaan awal ya pak tentang
perencanaan obat, yaitu pada tahap pemilihan obat. Disini apa pedoman yang
digunakan untuk pemilihan obat di E-Catalogue?

Universitas Sriwijaya
139

Responden AN
E-catalogue obatnya itu kan sesuai dengan kebutuhan masyarakat, daftar obat
di E-Catalogue mengacu pada FORNAS. FORNAS kan sudah standarisasi kalo
di e-catalogue tidak ada, kita bisa pakai itu sebagai pedoman.

Pewawancara
Kemudian, fungsi dari E-Catalogue itu sendiri untuk pihak dinkes ?

Responden AN
Fungsi dari e-catalogue supaya DINKES tidak membeli barang sembarangann
dengan harga yang tidak terkontrol dan adanya e-catalogue harganya terkontrol
dan obatnya bisa standarisasi. Misalnya generik itu kan amoxilm, kalo tidak
ada e-catalogue atau FORNAS nanti orang beli amoxilin, amoklaf yang
harganya mahal-mahal itukan tidak terkontrol.

12. Kompilasi Pemakaian Obat


Pewawancara
Kalau kompilasi pemakaian, obat, bersumber dari apa ya pak?

Responden AN
Nah, GFK untuk menerima laporan jumlah pemakaian obat biasanya melalui
Puskesmas lewat Laporan LB 1 (LPLPO), menerima juga semua data penyakit
dan data obat.

Pewawancara
Kapan gudang farmasi menerima laporan dari puskesmas?

Responden AN
Biasanya kita menerima laporan pemakaian dari puskes sebelum tanggal 5 tiap
bulannya. Dari laporan tersebut kita dapat menghitung berapa jumlah
kebutuhan yang harus direncanakan.

Pewawancara
Apakah ada permasalahan dalam pelaporan ke gudang farmasi?

Responden AN
Tidak ada, karena kita sistemnya ada dua yaitu system langsung online dari
masing-masing puskesmas ke dinkes kota Palembang maupun secara manual,
artinya mereka juga melaporkan pemakaian obat melalui manual.

13. Perhitungan Kebutuhan Obat

Universitas Sriwijaya
140

Pewawancara
Kapan biasanya puskesmas mengajukan permintaan ke gudang farmasi kota?

Responden AN
Dari gudang farmasi kota melakukan dropping obat ke puskesmas setiap 3-4
bulan sekali. Namun, mereka melaporkan setiap bulan.

Pewawancara
Untuk perhitungan kebutuhan obatnya bagaimana pak? Menggunakan metode
apa? Perencanaannya berapa bulan sekali

Responden AN
Ada beberapa metode yang digunakan ya dalam menghitung jumlah kebutuhan
obat, untuk lebih jelasnya langsung tanya dengan Bu Tin.

14. Proyeksi Kebutuhan Obat


Pewawancara
Selanjutnya, pada tahap proyeksi kebutuhan obat. Bagaimana pelaksanaannya
pak? Apakah ada pengecekan di gudang obat?

Responden AN
Iya itu kamu bisa tanyakan langsung dengan Ibu Tin. Dia sebagai Kasi Farmasi
di Dinas Kesehatan sekaligus kepala gudang farmasi kota.

15. Penyesuaian Rencana Pengadaan


Pewawancara
Bagaimana pengadaan obat di dinas kesehatan?

Responden AN
Pemesanan obat untuk dinas kesehatan pertahun. Kalo puskesmas mungkin
minta ke kita, iyaa bisa per tiga bulan. Cuma kalo dari dinkes minta ke
penyedia setahun.

Pewawancara
Bagaimana dengan penganggaran untuk kebutuhan obat?

Responden AN
Ya biasanya tahun anggaran setiap 3 bulan, artinya dalam hal rencana kerja
anggaran (RKA) dalam setahun itu setiap 3 bulan.

Universitas Sriwijaya
141

Pewawancara
Bagaimana dengan pengadaan sistem e-Catalogue? Apakah sekarang masih
menggunakan sistem tender?

Responden AN
Iya kita harus mengikuti mengikuti kebijakan pemerintah untuk pembelian obat
melalui e-catalogue.

F. Pengadaan Obat

11. Pemilihan Metode Pengadaan


Pewawancara
Metode apa yang digunakan untuk pengadaan obat pak?

Responden AN
Yang melakukan pemilihan metode pengadaan ini kalo metode ini artinya
sistem, artinya pemerintah menganjurkan menggunakan E-catalogue. GFK
tidak terlepas dari Dinas Kesehatan sendiri. Sistemnya ada dua yaitu sistem
langsung online dari masing-masing puskesmas ke dinkes kota Palembang
maupun secara manual, artinya mereka juga melaporkan pemakaian obat
melalui manual.

Pewawancara
Definisi E-Catalogue itu sendiri apa sebenarnya pak?

Responden AN
E-catalogue adalah pengadaan obat yang sudah terstandarisasi baik harga
maupun jenis yang akan dipakai yang artinya obatnya sudah melalui kendali
mutu, dan kemudian harganya sudah kompetitif yang sudah ditentukan oleh
pemerintah.

Universitas Sriwijaya
142

Pewawancara
Apa saja yang terdapat dalam website E-Catalogue?

Responden AN
Yang terlampir dalam E-Catalogue adalah jenis obat, jumlah yang akan kita
beli, harga per satuan. Jadi kita tinggal mengklik saja. Misalnya harga antalgin
Rp 10, perlu 100. Jadi otomatis Rp 10.000 yang dibayar, tidak bisa di marhab
tidak bisa difiktif.

Pewawancara
Obat-obat apa saja yang terdapat di E-Catalogue?

Responden AN
Semua obat yang dibutuhkan puskesmas. Kalo misalnya dibutuhkan di
puskesmas tapi belum tersedia di e-catalogue, kita bisa kompensasi pembelian
tanpa melalui e-catalogue karena tidak melanggar UU. Kalo untuk memenuhi
kebutuhan boleh beli di luar e-catalogue.

Pewawancara
E-catalogue sudah berlaku berapa tahun untuk di Palembang?

Responden AN
Untuk efektif, sejak pemerintahan pressiden Jokowi, sekitar tahun 2015.

Pewawancara
Jika dinkes tidak mendrop obat ke Puskesmas, apakah mereka boleh membeli
dari distributor?

Responden AN
Jika GFK tidak mendrop obat, maka puskesmas boleh membeli ke PBF tapi
karena pembelian PBF harus ada permintaan dari seorang apoteker. Kalo
puskesmasnya tidak ada apoteker hanya ada AA, tidak boleh. Kedua untuk
mengurangi dampak pembelian langsung, semuanya harus diatur oleh dinas
kesehatan.

Pewawancara
Apakah E-Catalogue menjawab solusi dari masalah ketersediaan obat
puskesmas?

Universitas Sriwijaya
143

Responden AN
Ya. Solusi dari ketersedian obat iya, solusi dari permainan harga iya. Masalah
bermacam-macam keperluan obat iya.

12. Pemilihan Pemasok


Pewawancara
Sebelum ada E-Catalogue, bagaimana proses pembelian obat?

Responden AN
Sistem tender. Ada beberapa perusahaan obat yang menawarkan obat-obat
yang mau dibeli jadi kita melakukan tender melalui tender terbuka. Artinya,
kami mengajukan apa kebutuhan kami, misalnya ada 10 item. Pertama
pemberitahuan lewat koran, setelah ada di Koran, setelah mereka memasukkan
data-data kurikulim CV perusahaan , kita member tahu mereka bahwa kita mau
membeli obat 1-10 item, misalnya. Kemudian mereka menawarkan berapa
yang merke bisa anggarkan. Artinya dalam pelelanga itu ada aturan-aturan
main biasanya kami akan memakai distributor yang harganya paling mendekati
pagu anggaran dinas terkait, dalam hal ini dinas kesehatan. Misalnya harga
pagu kami 10 juta, yang paling mendekati yang mana (dari tender) ada yang
mungkin 11 juta, 12 juta, 9 juta. Kami pilih yang 9 juta tanpa mengurangi
jumlah serta kualitas meskipun harganya lebih murah dari perkiraan, kita juga
tidak boleh menerima obat yang jumlah dan kualitas tidak sesuai dengan
anggaran yang kita butuhkan.

Pewawancara
Untuk sistem yang sekarang, darimana GFK mendapat drop obat?

Responden AN
Dari pembelian secara E-Catalogue online ke distributor.

13. Pemantauan Status Pesanan


Pewawancara
Siapa yang memantau status pesanan?

Universitas Sriwijaya
144

Responden AN
Pemantuan status pesanan obat dari distributor biasanya langsung dilakukan
oleh Bu Tin sebagai Kepala IFRS dinas kesehatan.

14. Penentuan Waktu dan Kedatangan Obat


Pewawancara
Berapa lama distributor mengantarkan pesanannya ke gudang farmasi?

Responden AN
Waktu yang dibutuhkan GFK untuk mendapat obat tergantung pemesanan,
biasanya 1 bulan sudah ada. Kecuali beberapa obat yang tidak diproduksi.
Salah satunya di tahun 2015 OBH kosong. Artinya kami terhambat dengan obat
itu. Artinya yang lain sudah ada 1 bulan – 2 bulan, obat ini tidak ada stok, kami
batalkan.

15. Penerimaan dan Pemeriksaan Obat


Pewawancara
Siapa yang mengantarkan pesanan ke gudang farmasi? Siapa yang memeriksa
pesanan begitu sampai? Apakah pernah terjadi ketidaksesuaian pesanan?

Responden AN
Pengambilan pesanan, biasanya distributor akan mengantar ke gudang farmasi,
yang memeriksa adalah petugas kepala seksi farmasi. Jarang terjadi
kesalahpahaman, kecuali jika obatnya kosong.

Universitas Sriwijaya
145

TRASNKRIP WAWANCARA

KEPALA SEKSI FARMASI DINAS KESEHATAN KOTA PALEMBANG

Nama responden : Kasi Farmasi TN

Umur : 46 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pendidikan Terakhir : S1 Farmasi (Apt)

Jabatan : Kasi Farmasi dan Kepala Instalasi Farmasi GFK

Lama Kerja : 5 tahun

Nama Pewawancara : Vidia Lestari

Tempat : Dinas Kesehatan Kota Palembang

Sebelum melakukan wawancara, pewawancara memperkenalkan diri


terlebih dahulu dan menjelaskan tujuan wawancara. Selanjutnya responden
dpersilahkan untuk membaca dan menandatangani informed consent.
Pewawancara meminta ijin untuk merekam percakapan selama dilakukan
wawancara. Responden bersedia jika wawancara direkam, selanjutnya kegiatan
wawancara dilakukan.

G. Perencanaan Obat

16. Pemilihan Obat


Pewawancara
Baik bu, saya Vidia Lestari, mahasiswa yang sedang melakukan penelitian
mengenai Analisis Perencanaan dan Pengadaan Obat dengan Sistem e-
Catalogue di Puskesmas Dempo. Langsung ke pertanyaan awal ya bu tentang
perencanaan obat, yaitu pada tahap pemilihan obat. Disini siapa yang
melakukan pemilihan obat untuk perencanaan kebutuhan?

Universitas Sriwijaya
146

Responden TN
Kita itu nggak memilih obat ya,dasar kita itu sudah FORNAS dan DOEN, dan
obat-obat yang ada di E-Catalogue harus sesuai dengan FORNAS, jadi yang
sudah ada di FORNAS dan DOEN sudah jadi kebutuhan dasar yang harus kita
sediakan. FORNAS jadi acuan pemilihan obat dilokalitas pelayanan tingkat
pertama itu adalah FORNAS dan DOEN. Obat yang ada disana maka kita akan
sediakan.

Pewawancara
Apakah FORNAS ada pembaharuan bu?

Responden TN
Pembaharuan DOEN dilakukan kementrian kesehatan,doen itu biasanya
minimal 2 tahun sekali, seperti FORNAS bisa saja setahun bisa 3 kali
pembaruan. Tergantung kebutuhannya, jadi FORNAS itu diperbaharui
tergantung kebutuhannya.

17. Kompilasi Pemakaian Obat


Pewawancara
Kalau kompilasi pemakaian, obat, bersumber dari apa ya bu?

Respnden TN
Kompilasi pemakaian kita liat dari kartu stock dan data pemakaian, kami
menerima LPLPO.

Pewawancara
Kapan biasanya laporan diterima oleh GFK?

Responden TN
Setiap bulannya dari Puskesmas setiap tanggal 10 tiap bulannya oleh orang
gudang itulah yang bertanggung jawab untuk merekap pemakaian obat di
puskesmas, dia bertanggung jawab untuk laporannya,rekap bulanannya.

18. Perhitungan Kebutuhan Obat


Pewawancara
Untuk perhitungan kebutuhan obatnya bagaimana bu? Menggunakan metode
apa?

Responden TN
Metode konsumsi itu memakai jumlah rata-rata pemakaian per bulan di kali
kebutuhannya dikurangi dengan sisa stock nya.Jika hasilnya (-) maka stock nya
lebih.

Universitas Sriwijaya
147

Pewawancara
Perencanaannya berapa bulan sekali?

Responden TN
Awal tahun sudah mulai pengadakan tergantung e cataloge nya jika sudah
keluar maka akan dilaksanakan pengadaan nya.

Pewawancara
Misalnya kan dari lplpo kan ada rekapannya dikirim ke dinkes,siapakah yag
menerima rekapan itu?

Responden TN
Disini kan di gudang, maka orang gudang itulah yang bertanggung jawab untuk
merekap pemakaian obat di puskesmas, dia bertanggung jawab untuk
laprannya,rekap bulanannya.

19. Proyeksi Kebutuhan Obat


Pewawancara
Selanjutnya, pada tahap proyeksi kebutuhan obat. Bagaimana pelaksanaannya
bu? Apakah ada pengecekan di gudang obat? Kalau dana anggaran yang minim
tapi kebutuhan obat banyak, bagaimana tindakan ibu?

Responden TN
Kita selalu mengecek stok obat . Jika terjadi minimnya anggaran dengan
banyaknya kebutuhan obat yang harus di pesan maka dananya segitu ya
disesuaikan, maka kita harus melihat prioritas obat mana yang didahulukan.

Pewawancara
Data apa yang digunakan dalam prtimbangan proyeksi kebutuhan?

Responden TN
Maka yang menjadi pertimbangan adalah kartu stock dan data pemakaian.

Pewawancara
Apakah ada permasalahan dalam proses penghitungan proyeksi obat?

Responden TN
Masalahnya Cuma terkait dengan dana yang diberikan.

20. Penyesuaian Rencana Pengadaan

Universitas Sriwijaya
148

Pewawancara
Bagaimana pengalokasian anggaran untuk kebutuhan?

Responden TN
Pengalokasian kebutuhan obat per sumber anggaran cuma satu yaitu DAK.

Pewawancara
Bagaimana perhitungan anggarannya pak?

Responden TN
Menghitung rancangan anggaran untuk total kebutuhan dengan RKO. Sekarang
kalo pake E-Catalogue ada yang disebut dengan dana kapitasi BPJS.
Pemerintah sudah menetapkan bahwa sebagian dana kapitasi BPJS di gunakan
untuk jasa pelayanan kesehatan termasuk kebutuhan obat.

H. Pengadaan Obat

16. Pemilihan Metode Pengadaan


Pewawancara
Bagaimana pemilihan metode pengadaannya?

Responden TN
Sekarang kita sudah tidak menggunakan metode pengadaan, jika di E-
Catalogue sudah ada maka wajib di E- Catalouge. E-Catalogue sebagai acuan
untuk melihat daftar harga obat. Harga yang tertera di E-Catalogue sudah pasti
karena sudah ditetapkan oleh pemerintah

Pewawancara
Kapan dilakukaannya pengadaan obat dengan sistem E-Catalogue?

Responden TN
Awal tahun sudah mulai pengadaaan tergantung E-Catalogue nya jika sudah
keluar maka akan dilaksanakan pengadaan nya.

Pewawancara

Universitas Sriwijaya
149

Bagaimana alur pengadaan dengan E-Catalogue, apakah masih mendapat


dropping obat ke dinas kesehatan?

Responden TN
Jika dengan E-Catalouge kita tinggal pilih.kalau E-Catalogue harganya pasti,
caranya karena E- Catalogue terkait sistem maka kadang kadang jika sistem
tidak lancar ya kita tidak bisa masuk.

17. Pemilihan Pemasok


Pewawancara
Bagaimana pemilihan distributor untuk pengadaan dengan sistem e-Catalogue?

Responden TN
Didalam E-Catalogue biasanya udah tersedia tuh distributor mana yang
menyediakan obat yang kita pesan. Maka dialah yang kita ajak kerjasama. Dulu
sebelum ada E-Catalogue kita pake sistem pelelangan umum.

Pewawancara
Biasanya melihat apakah ada sertifikat CPOB?

Responden TN
Iya, dinkes bekerjasama dengan distributor yang memang sudah besar dan
terpercaya termasuk kelengkapan sertifikat CPOB.

18. Pemantauan Status Pesanan


Pewawancara
Siapa yang memantau status pesanan? Bagaimana pelaksanaannya?

Responden TN
Proses pemantauan status pesanan ada semua di E-Purchase. Kalau ke dinkes
maka yang menjadi pesanan adalah ke media/ke pabrik, kalau ke puskesmas
melakukan permintaan ke gudang.

19. Penentuan Waktu dan Kedatangan Obat


Pewawancara
Bagaimana dengan kedatangan obat di dinkes bu? Apakah memerlukan waktu
yang lama?

Universitas Sriwijaya
150

Responden TN
Tergantung, kalau sekarang itu sudah ada sistem nya, kalau surat pesanan
diterbitkan maka mereka wajib merespon, biasanya akan disesuaikan.

20. Penerimaan dan Pemeriksaan Obat


Pewawancara
Siapa yang mengantarkan pesanan ke puskesmas? Siapa yang memeriksa
pesanan begitu sampai di puskesmas? Apakah pernah terjadi ketidaksesuaian
pesanan?

Responden TN
Pesanan diantar oleh sales dari PBF dan biasanya saya langsung mengecek
pesanan. Kita melihat kesesuaian jumlah obat yang dipesan, tanggal
kaduluarsa, apakah obat tersebut rusak atau tidak.

Universitas Sriwijaya
151

TRASNKRIP WAWANCARA

PEDAGANG BESAR FARMASI INDO FARMA

Nama responden : Pimpinan Indo Farma EF

Umur : 38 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pendidikan Terakhir : S1 Farmasi (Apt)

Jabatan : Pimpinan PBF

Lama Kerja : 9 tahun

Nama Pewawancara : Vidia Lestari

Tempat : Indo Farma

Sebelum melakukan wawancara, pewawancara memperkenalkan diri


terlebih dahulu dan menjelaskan tujuan wawancara. Selanjutnya responden
dpersilahkan untuk membaca dan menandatangani informed consent.
Pewawancara meminta ijin untuk merekam percakapan selama dilakukan
wawancara. Responden bersedia jika wawancara direkam, selanjutnya kegiatan
wawancara dilakukan.

I. Perencanaan Obat

21. Pemilihan Obat


Pewawancara
Baik pak, saya Vidia Lestari, mahasiswa yang ssedang melakukan penelitian
mengenai Analisis Perencanaan dan Pengadaan Obat dengan Sistem E-
Catalogue di Puskesmas Dempo. Saya juga melakukan beberapa wawancara
terhadap pihak yang terkait pelaksanaan E_Catalogue yang salah satunya
adalah pihak PBF. Langsung ke pertanyaan awal ya pak tentang perencanaan

Universitas Sriwijaya
152

obat, yaitu pada tahap pemilihan obat. Disini obat apa saja yang biasanya
digunakan untuk pengadaan?

Responden EF
Lebih dominan ke generik. Karena memang pabrikan kita lebih dominan. Jadi
kita mendistribusikan obat yang pabriknya lebih dominan memproduksi obat-
obat generik. Ada obat patennya, tapi sedikit.

22. Kompilasi Pemakaian Obat


Pewawancara
Kalau kompilasi pemakaian, untuk PBF sendiri pelaksanaannya bagaimana
pak?

Responden EF
Untuk pemakaian obat tergantung dari mereka berapa banyak yang akan di
pesan ke distributor. Untuk pabrikan sendiri memproduksi kebutuhan obat
sesuai konsumsi masyarakat.

23. Perhitungan Kebutuhan Obat


Pewawancara
Kalau perhitungan kebutuhan obat, untuk PBF sendiri pelaksanaannya
bagaimana pak?

Responden EF
Kita buffer itu biasanya 1.2 dalam artian kata, kebutuhan bulan kemarin
dikalikan 1.2. itulah kebutuhan untuk bulan depan. Jadi 0.2 nya untuk buffer
kalo kelebihan pemakaian bulan kemarin. Tapi kalo ada pembeliannya lebih
meningkat, lebih dari angka yang

24. Proyeksi Kebutuhan Obat


Pewawancara
Bagaimana terkait dengan penganggaran obat ke puskesmas?

Responden EF
Tergantung dari kebutuhan puskesmas karena berbeda-beda. Sistem pengadaan
menggunakan dana dari puskesmas. Puskesmas pesan barang dengan dana 10
juta, kita tetap beli bayaran ke pabrikan. Jadi nanti kewajiban puskesmas
membayar senilai yang kita suplay. Kita Cuma menjembatani karena pabrikan
tidak bisa langsung ke puskesmas.

Universitas Sriwijaya
153

25. Penyesuaian Rencana Pengadaan


Pewawancara
Bagaimana pengadaan obat di PBF?

Responden EF
Dulu secara manual sistem tender (menang tender) kalo sekarang sudah enak.
Dari segi teknis lebih mudah jadi kita tidak ribet. Jadi ada orang pesan dari
puskesmas pesan ke kita. Bilang ke pabrikan. Kirim ke sini, kita tinggal kirim
ke puskesmas.

Pewawancara
Kalau sistem tender, bagaimana pelaksanaannya pak?

Responden EF
Kalo sistem tender dulu ada pengumuman dulu dari pemerintah dinas
kesehatan, ada pengumuman lelang, ngikuitin penawaran, kemudian ada lagi
evaluasi penawaran, kontrak, panjang itu. Jadi dari awal pengadaan lelang itu
sampai dengan kontrak sampai pemesanan obat bisa memakan waktu satu
bulan. Itu baru administrasi belum kontrak setelah satu bulan baru pesan
barang. Kalo e-catalogue, baru upload langsung pesan barang. Maksimal 2 hari
kalo barangnya di sini.

J. Pengadaan Obat

21. Pemilihan Metode Pengadaan


Pewawancara
Metode apa yang digunakan untuk pengadaan obat pak dari puskesmas ke
PBF?

Responden EF
Tergantung dari puskesmasnya, kalo seandainya puskesmasnya dari e-
purchasing lewat sistem kita dapat e-purchasing juga di system kita di e-
catalogue versi 3 namanya. Kita dapat e-purchasing, kita ajukan pemesanan ke
pabrikan, barangnya dikirim dari pabrikan baru didistribusikan ke pemesan.
Ada 2 sistem, online yang pakai e-purchasing. Offline, tidak melalui e-
purchasing cuma buat surat pesanan saja tapi itu masih via email, itu
persetujuan dari pabrikan juga. Jadi kalau yang offline tidak perlu e-
purchasing. Mereka buat surat pesanan di email/penyedia disetujui oleh
pabrikan baru diteruskan ke distributor.

Pewawancara

Universitas Sriwijaya
154

Definisi E-Catalogue itu sendiri apa ya pak?

Responden EF
E-catalogue adalah pengadaan obat yang melalui aplikasi system di LPPE yang
pengadaanya sendiri itu lelangnya di LKPP dengan pabrikan. Jadi kalo
higienisnya dari distributor. Distributor ditunjuk oleh pabrikan yang
memenangkan tender antara pabrikan dengan LKPP.

Pewawancara
Bagaimana alur pengadaan dengan E-Catalogue dari puskesmas?

Responden EF
Alur pengadaannya yaitu :
dapat surat dari puskesmas – langsung pesan ke pabrikan – pabrikan kirim
barang ke kita – baru kirim barang ke puskesmas. Sisitemnya offline. Kalo
online mereka harus menggunakan e-purchasing, e-purchasing di upload dulu
pakai sistem yang lama.

Pewawancara
Kalau untuk puskesmas dempo menggunakan metode apa?

Responden EF
Masih pakai offline. Puskesmas Dempo mengirimkan surat pemesanan yang
dikirimkan ke distributor.

Pewawancara
Untuk tarif harga yang ditawarkan, biasanya dari e-catalogue pemerintah misal
14.000, dari Indofarma sendiri harus 14.000 atau malah di bawah 14.000?

Responden EF
Harus sama 14.000, harus sesuai dengan tariff yang ada di e-catalogue. Jadi
pemicunya dari harga pemerintah. Harga lelang yang dimenangkan oleh
pabrikan denga LKPP
Pewawancara
Untuk e-catalogue apakah ada permasalahan dalam pelaksanaan di PBF?

Responden EF
Hampir tidak ada karena kita cuma perantara. Pabrikan tidak bisa terjun
langsung ke puskesmas atau rumah sakit, harus melalu distributor. Sedangkan
yang membeli barang itu puskesmas atau rumah sakit membeli ke pabrikan,

Universitas Sriwijaya
155

kita sebagai perantara. Jadi kita dapat pesanan dari puskesmas atau rumah
sakit, kita pesan ke pabrikan. Pabrikan krim barang ke kita, kita kirim barang
ke puskesmas atau rumah sakit.

Pewawancara
Selama koordinasi dari distributor ke pabrikan atau dari distributor ke
puskesmas, apakah ada masalah?

Responden EF
Tidak ada. Mungkin masalahnya itu dibarang, telat masuk. Lebih banyak
masalah pengiriman barang. Kalo kita ditingkat distributor tidak bisa
memaksakan, karena apa yang kita terima itu yang kita kirim.

Pewawancara
Dari tahun berapa menggunakan e-catalogue?

Responden EF
Mulai 2013, tapi yang efektifnya, sejak pemerintahan presiden Jokowi, sekitar
tahun 2015.

Pewawancara
Sebelum tahun 2013 untuk pemesanan bagaimana?

Responden EF
Puskesmas dapat droping dari dinkes. Dinkes pembeliannya melalui pelelangan
umum, indofarma salah satunya.

22. Pemilihan Pemasok


Pewawancara
Persyaratan untuk bisa menjadi distributor itu apa saja ya pak?

Responden EF
Persyaratan menjadi distributor adalah salah satunya ada apoteker, ada gedung
(ada dana lokasi, ada dana ruangan). Dari segi factor pendukung, listrik. Kalau
dia mendistribusikan vaksin, harus ada tempat penyimpanan vaksin, kalo dia
cuma obat-obatan biasa, suhunya dilihat. Standar untuk distributor dapat dilihat
dari factor pendukung untuk penyimpanan obat. Dalam artian seperti fallet.
Obat tidak boleh bersentuhan langsung dengan lantai, itu harus pakai falet.
Suhu penyimpanan obat ada suhu maksimalnya, itu temperature harus diatur

Universitas Sriwijaya
156

dalam artian kalo seandainya obat biasanya suhu 30oC kalo cuacanya panas
dalam gudang harung ngapain, pakai blower dan sebagainya. Factor pendukung
lah persyaratannya. Cuacanya nggak boleh panas.

Pewawancara
Bagaimana dengan kelengkapan sertifikat CPOB? Apakah indofarma
memilikki sertifikat tersebut?

Responden EF
Selain itu juga, sertifikat CPOB, kalau untuk Palembang, dalam waktu dekat
akan diproses (belum) tapi kalau untuk pusat sudah. Peraturan terbaru setiap
pedagang besar farmasi penanggung jawab harus apoteker, kalau dulu AA.

Pewawancara
Kemudian bagaimana dengan pemilihan distributor di E-Catalogue?

Responden EF
Pemilihan distributor tergantung dari e- catalogue. Kalau e-catalogue satu PBF
dengan PBF lain berbeda-beda. Jadi tergantung mereka kebutuhannya apa. Jadi
kalo mereka butuh produk A, adanya di PBF kita, pasti mereka belinya di PBF
kita, tidak bisa mereka beli di PBF lain

Pewawancara
Apakah puskesmas dempo merupakan pelanggan tetap?

Responden EF
Tergantung, karena kalo e-catalogue satu PBF dengan PBF lain berbeda-beda.
Jadi tergantung mereka kebutuhannya apa. Jadi kalo mereka butuh produk A,
adanya di PBF kita, pasti mereka belinya di PBF kita, tidak bisa mereka beli di
PBF lain

23. Pemantauan Status Pesanan


Pewawancara
Apakah ada evaluasi terhadap status pesanan pesanan di gudang obat PBF?

Responden EF
Ada. Jadi sebenarnya bukan evaluasi. Disini ada pesanan dari puskesmas,
Puskesmas biasanya menelfon sebelum memberikan surat pemesanan kita
mensuplay barangnya misalnya 10 item, seandainya barangnya ada 7 item

Universitas Sriwijaya
157

berarti 3 item lagi belum disuplay. Disitu nanti ada monitoringnya, bisa dilihat.
Jadi yang belum dikirim bisa kelihatan. Pihak Puskesmas biasanya
berkoordinasi melalui telepon untuk mengecek pesanan.

Pewawancara
Siapa yang bertanggung jawab dalam memantau pesanan?

Responden EF
Ada, yaitu seorang apoteker penanggung jawab di gudang obat PBF

Pewawancara
Apa criteria penanggung jawab?

Responden EF
Sebenarnya bukan criteria, itu merupakan keharusan. Peraturan terbaru setiap
pedagang besar farmasi penanggung jawab harus apoteker, kalau dulu AA

Pewawancara
Sebenarnya untuk PBF sendiri, tugas apoteker itu bagaimana?

Responden EF
Bertanggung jawab dalam hal distribusi-distribusi masuk dan keluar obat,
secara administrasi pemesanan. Apoteker mengontrol, apakah pemesanan
sudah sesuai apa belum, penandatanganan manufaktur.

Pewawancara
Apakah terdapat masalah dalam pelaksanaannya?

Responden EF
Hambatanya seperti yang dikatakan tadi dari segi pesannya yang lambat datang
dari pabrikan ke distributor.

24. Penentuan Waktu dan Kedatangan Obat


Pewawancara
Berapa lama distributor mengantarkan pesanannya ke gudang farmasi?

Responden AN
Pengiriman barang ke puskesmas tidak sampai seminggu, maksimal 2 X 24
jam. Jika obatnya tersedia di gudang, biasanya Puskes bisa menerima obat
besoknya atau hari ini pesan, hari ini dikirim kalo pemesanan pagi. Tapi kalo
pemesanan siang pengirimannya pasti besok. Pemesanannya lewat offline.
Yang mengantar pengantar barang (karyawan indofarma)

Universitas Sriwijaya
158

25. Penerimaan dan Pemeriksaan Obat


Pewawancara
Siapa yang menerima jumlah pesanan, menerima SP dari puskesmas?
Responden EF
Penerima obat dari pabrikan ke distributor iyalah pihak gudang Logistic tapi
tetap diketahui apoteker. Kalau di puskesmas setelah barang dikirim sampai di
Puskesmas biasanya langsung diterima apoteker dan melakukan pengecekan

Pewawancara
Siapa yang mengantarkan pesanan ke gudang farmasi? Siapa yang memeriksa
pesanan begitu sampai? Apakah pernah terjadi ketidaksesuaian pesanan?

Pewawancara
Apakah ada masalah dalam pemesanannya?

Responden EF
Hambatan yang terjadi saat penerimaan obat adalah pemesanan yang telat
masuk. Kalo kita ditingkat distributor tidak bisa memaksakan, karena apa yang
kita terima itu yang kita kirim.

Universitas Sriwijaya
159

TRASNKRIP WAWANCARA

PEDAGANG BESAR FARMASI KIMIA FARMA

Nama responden : Pimpinan Kimia Farma HR

Umur : 35 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pendidikan Terakhir : S1 Farmasi (Apt)

Jabatan : Pimpinan PBF

Lama Kerja : 1 bulan

Nama Pewawancara : Vidia Lestari

Tempat : Kimia Farma

Sebelum melakukan wawancara, pewawancara memperkenalkan diri


terlebih dahulu dan menjelaskan tujuan wawancara. Selanjutnya responden
dpersilahkan untuk membaca dan menandatangani informed consent.
Pewawancara meminta ijin untuk merekam percakapan selama dilakukan
wawancara. Responden bersedia jika wawancara direkam, selanjutnya kegiatan
wawancara dilakukan.

K. Perencanaan Obat

26. Pemilihan Obat


Pewawancara
Baik pak, saya Vidia Lestari, mahasiswa yang ssedang melakukan penelitian
mengenai Analisis Perencanaan dan Pengadaan Obat dengan Sistem E-
Catalogue di Puskesmas Dempo. Saya juga melakukan beberapa wawancara
terhadap pihak yang terkait pelaksanaan E_Catalogue yang salah satunya
adalah pihak PBF. Langsung ke pertanyaan awal ya pak tentang perencanaan

Universitas Sriwijaya
160

obat, yaitu pada tahap pemilihan obat. Disini obat apa saja yang biasanya
digunakan untuk pengadaan?

Responden HR
Kalo di E-Catalogue obatnya generik, memang ada yang paten namun lebih
banyak obat generik.

27. Kompilasi Pemakaian Obat

Pewawancara
Kalau kompilasi pemakaian, untuk PBF sendiri pelaksanaannya bagaimana
pak?

Responden HR
Saya kurang paham untuk hal itu, karena saya baru 3 bulan menjabat. Mungkin
menurut saya itu tergantung dari pabrikan, distributor hanya sebagai perantara.

28. Perhitungan Kebutuhan Obat


Pewawancara
Kalau perhitungan kebutuhan obat, untuk PBF sendiri pelaksanaannya
bagaimana pak?

Responden HR
Melihat dari laporan permintaan puskesmas, obat mana yang paling sering
keluar.Kita memperkirakan kelebihan obat ketika memesan ke pabrikan untuk
perencanaan bulan selanjutnya.

29. Proyeksi Kebutuhan Obat

Pewawancara
Bagaimana terkait dengan penganggaran obat ke puskesmas?

Responden HR
Kebutuhan obat terkait penganggaran saya kurang tahu, namun kami dikirim
dari pabrik per 2 minggu. Kalo stoknya ada dikirim 2 minggu. Kalo nggak stok,
lama. Itu pihak pabrikan yang tahu anggarannya. Kalo untuk puskesmas,
peganggaran dari mereka kemudian kita terima dan melakukan pengadaan.

Universitas Sriwijaya
161

30. Penyesuaian Rencana Pengadaan


Pewawancara
Bagaimana pengadaan obat di PBF dengan E-Catalogue?

Responden HR
Pemasarannya online. Jadi pabrikan sudah menang, tinggal pesanannya. Dia
lelang dulu di Jakarta,lelang seluruh obat, berapa item. 100 item misalnya,
dilelang. Yang menang untuk 1 item obat itu siapa untuk di wilayah SumSel.
Misalkan Kimia Farma. Jadi Kimia Farma menunjuk distributor PBF. Kalo
misalkan yang menang Deksa, Deksa nanti menunjuk AHM sebagai PBFnya
untuk mendistribusikan baranganya di Palembang. Yang menang lelang bukan
PBF, tapi pabrik. E-catalogue obat itu dari pabrik, ada Dinas tengahnya PBF.
Fungsi PBF mendistribusikan.dari pabrik kirim ke PBF, PBF ke seluruh
SumSel ini untuk satu produk. Puskesmas dilayani, Dinas dilayani oleh
pabrikan yang menang tender.

L. Pengadaan Obat

26. Pemilihan Metode Pengadaan


Pewawancara
Apakah pengadaan obat di dinas kesehatan juga lewat PBF ya?

Responden HR
Iya. Kalo e-catalogue yang menang Kimia Farma, pabrik Kimia Farma nunjuk
distributor KFPD, PBFnya. Dia melayani seluruh satu provinsi untuk 1 item
produk yang menang. Yang menang ada 10, 10 item itu nanti. Missal Deksa
ada 10, nah itu PBF lain yang mendistribusikan

Pewawancara
Biasanya kalo puskesmas berapa waktu untuk pengadaan obat, apa 3 bulan atau
setiap bulan?

Responden HR
Tergantung stok barang mereka. Kalo mereka stoknya masih ada tidak akan
pesan

Universitas Sriwijaya
162

Pewawancara
Sudah berapa tahun ada e-catalogue?

Responden HR
Dari 2013/2014. Mulai aktif 2013 akhir bulan September. 2014 sudah semua
pakai e-catalogue

Pewawancara
Bagaimana dengan tarif harga yang ditawarkan?

Responden HR
Harga harus sesuai dengan harga yang tercantum di e-catalogue. E-catalogue
kan sudah ada pemenang lelangnya, misalnya harga obat Rp 200, harus sesuai.
Harga biasanya jauh relative lebih murah

Pewawancara
Bagaimana alur pemesanan dari puskesmas ke PBF?

Responden HR
Puskesmas mengirimkan surat pesanan ke distributor, mereka buat pesanan
bukan ke kami tapi ke pabrik jadi pesannya itu ke pabrik kecuali manual. Kalo
manual pake SP biasa aja kayak apotek pesan ke kita dikirim ke sini. Yang
mengantar ada karyawan dari PBF

Pewawancara
Masalah dana, pembayaran e-catalogue itu gimana dari puskesmas ke sini?

Responden HR
Biasanya kalo puskesmas bayar sesuai dengan apa yang difakturkan, harga
sesuai dengan e-catalogue. Bayarnyaa biasanya setelah barang dikirim semua.
Pembayaran tergantung mereka. Kalo mereka cash kami terima cash. Kalo
mereka bayarnya giro kami terima giro. Kalo transfer sesuai nominal. Yang
nggak bisa itu bayar pakai daun, beras, itu nggak bisa.

27. Pemilihan Pemasok

Universitas Sriwijaya
163

Pewawancara
Persyaratan untuk bisa menjadi distributor itu apa saja ya pak?

Responden HR
Persyaratan menjadi distributor adalah salah satunya ada apoteker, ada gedung
(ada dana lokasi, ada dana ruangan). Dari segi factor pendukung, listrik. Kalau
dia mendistribusikan vaksin, harus ada tempat penyimpanan vaksin, kalo dia
cuma obat-obatan biasa, suhunya dilihat. Standar untuk distributor dapat dilihat
dari factor pendukung untuk penyimpanan obat. Dalam artian seperti fallet.
Obat tidak boleh bersentuhan langsung dengan lantai, itu harus pakai falet.
Suhu penyimpanan obat ada suhu maksimalnya, itu temperature harus diatur
dalam artian kalo seandainya obat biasanya suhu 30oC kalo cuacanya panas
dalam gudang harung ngapain, pakai blower dan sebagainya. Factor pendukung
lah persyaratannya. Cuacanya nggak boleh panas.

Pewawancara
Bagaimana dengan kelengkapan sertifikat CPOB? Apakah kimia farma
memilikki sertifikat tersebut?

Responden HR
Sudah

Pewawancara
Kemudian bagaimana dengan pemilihan distributor di E-Catalogue?

Responden HR
Sebenarnya itu tergantung dari distributor mana yang menyediakan obat yang
dia minta. Jadi itu tergantung dari Puskesmas. Kalo dari kami kami tidak mau
melayani permintaan yang bukan dari apoteker puskesmas. Karena salah satu
syarat e-catalogue ini adalah puskesmas yang memiliki apoteker harus
menerapkan sistem e-catalogue.

Pewawancara
Apakah puskesmas dempo merupakan pelanggan tetap?

Responden HR
Bukan

Universitas Sriwijaya
164

Pewawancara
Biasanya kalo dari puskesmas membeli obat ke sini, ada permasalahan proses
pemesanan tidak?

Responden HR
Kalo tidak ada apoteker tidak akan dilayani.

Pewawancara
Disini apakah PBF ada apotekernya?

Responden HR
Ada. Apoteker bukan sebagai PPK, PPK adanya di Dinas, puskesmas.
Menjabat sebagai pembuat komitmen, jadi di yang membuat anggaran, dia mau
belanja apa. Kalo yang menandatangani adalah ketua cabang

28. Pemantauan Status Pesanan


Pewawancara
Bagaimana pihak puskes memantau status pesanan mereka ke PBF?

Responden HR
Apoteker puskesmas menelfon pihak kami sebelum mengirimkan surat
pemesanan kemudian yang menerima apoteker distributor. Selanjutnya pesanan
akan dicek di gudang obat kemudian diantarkan oleh petugas.

Pewawancara
Ada sistem cancel tidak jika di pabrikan juga tidak tersedia obat yang diminta?

Responden HR
Bisa dibatalkan. System ini kan intinya memudahkan mereka (Dinas,
puskesmas)

Pewawancara
Siapa yang melakukan pemantauan status pemesanan?

Universitas Sriwijaya
165

Responden HR
Apoteker

29. Penentuan Waktu dan Kedatangan Obat


Pewawancara
Berapa lama distributor mengantarkan pesanannya ke gudang farmasi?

Responden HR
Tergantung dari gudang obat, stoknya ada atau tidak. Jika ada, prosesnya tidak
memerlukan waktu yang lama biasanya hari ini dia pesan, bisa langsung kita
antar atau paling lambat besok paginya

30. Penerimaan dan Pemeriksaan Obat


Pewawancara
Siapa yang menerima jumlah pesanan, menerima SP dari puskesmas?

Responden HR
Apoteker Puskesmas biasanya langsung melakukan pengecekan jika pesanan
sudah datang dan dibantu oleh pengantar barang dari distributor. Pengecekan
terhadap tanggal kaduluarsa, jumlah pesanan dll.

Pewawancara
Siapa yang mengantarkan pesanan ke gudang farmasi? Siapa yang memeriksa
pesanan begitu sampai? Apakah pernah terjadi ketidaksesuaian pesanan?

Pewawancara
Pernah tidak terjadi pemesanan yang tidak sesuai?

Responden HR
Tidak pernah

Universitas Sriwijaya
166

Universitas Sriwijaya
167

Gambar 5.1 Struktur Organisasi Puskesmas Dempo


Palembang

Tabel 5.2
Data Sumber Daya Manusia (SDM) Puskesmas Dempo Palembang
No Jenis Pendidikan Jumlah
1 Dokter Umum 3 orang
2 Dokter Gigi 1 orang
3 Dokter Spesialis anak 1 orang
4 Dokter Spesialis SPOG 1 orang
5 Dokter SpPD 1 orang
6 Bidan 5 orang
7 Akper 9 orang
8 Akademi Gizi 2 orang
9 Sanitarian 2 orang
10 Perawat Gigi 3 orang
11 Analisa Kesehatan 2 orang
12 SMA/LPCK 1 orang
13 SAA 2 orang
14 SKM 4 orang
15 Apoteker 1 orang
Jumlah Pegawai 37 orang
Sumber : Profil Puskesmas Dempo Palembang Tahun 2015

Universitas Sriwijaya
168

PROSES KEGIATAN WAWANCARA MENDALAM

Universitas Sriwijaya

You might also like