You are on page 1of 2

Self regulation lazimnya diterjemahkan sebagai “mengatur diri sendiri” Artinya setiap orang harus

bisa menjadi polisi untuk dirinya sendiri dengan mentaati sejumlah peraturan yang mengatur
dirinya. Dan dalam banyak hal kita memiliki peraturan-peraturan tersebut pada diri kita baik yang
datang dari diri sendiri maupun dari luar. Dalam diri sendiri sebenarnya regulasi yang bisa
diterapkan untuk menjaga diri dari berbagai hal yang mengganggunya, atau juga regulasi yang
menyangkut pertumbuhan dari pengembangan diri. Misalnya nasihat orang bijak : Jika anda ingin
sehat maka, makan yang bergizi istirahat yang cukup, olah raga yang teratur dan jangan berfikir
berat. Ketika anda ingin hidup sehat, maka ikutilah cara-cara hidup orang sakit, dan kalau anda
sakit, maka ikutilah nasehat dokter dan lain-lain sebagainya. Sedangkan regulasi yang datang dari
luar itu berupa petunjuk –petunjuk agama yang memuat berbagai peraturan untuk mengatur diri
kita. Misalnya : makan yang halal dan baik, jangan berlebihan, bersifat qona’ah, jangan rakus,
mensyukuri nikmat, menikamati ujian , jangan sombong rendah hati, jangan dusta, bhakti kepada
orang tua, mengabdi kepada Yang Maha Kuasa, sabar sholat dan do’a. Serta masih banyak lagi
regulasi yang berkenaan dengan hidup kita, termasuk berbuat baik pada sesama. Regulasi-regulasi
seperti ini tentunya mempunyai makna dan manfaat sekaligus juga ada dampak negatifnya kalau
tidak diataati. Makna regulasi-regulasi ini harus dipahami sebagai bentuk proteksi diri secra dini
agar tetap terjaga dari segala sesuatu yang merusaknya. Adapun manfaat regulasi-regulasi seperti
ini juga tidak diragukan lagi, yaitu untuk menumbuh kembangkan potensi diri menjadi sosok
manusia yang berguna bagi diri dan sesama kalau kita mentaati regulasi – regulasi tersebut. Akan
tetapi kalau kita mengabaikannya, maka yang muncul kemudian adalah dampak negatif yang
membahayakan bagi diri sendiri maupun terhadap sesama.
Persoalan yang cukup pelik adalah maukah kita mentaati semua regulasi yang berkaitan dengan
pengaturan diri sendiri ? atau mengabaikannya ? Hemat saya, kita harus mentaati semua regulasi
tersebut karena sangat bermanfaat bagi pertumbuhun dan pengembangan diri. Tetapi boleh jadi ada
yang tidak mau mentaatinya dengan alasan dan atas nama kebebasan , lalu pertanyaan yang segera
menyusulnya adalah adakah kebebasan manusia tanpa batas? Maka yang namanya melampaui
batas itulah membuat manusia atau diri ini menjadi tersiksa dengan merasakan berbagai akibat dari
bebas tanpa batas tersebut. Disinilah kepatuhan tulus atas semua regulasi yang berkenaan dengan
diri sendiri menjadi sangat penting untuk kita semua. Dan seandainya saja masing-masing diri
memiliki kepatuhan tulus tersebut selain dirinya selamat, aman, juga masyarakat akan merasakan
keselamatan dan keamanan. Hal ini berarti diri sendiri telah banyak memberi kontribusi kebaikan
pada sesama yang pada akhirnya menciptakan perdamaian yang disebut dengan : gemah ripah loh
jinawi, toto tentrem kerto raharjo atau baldah al thaiyyib wa rabb al-Gafur.
Oleh karena itu kejujuran merespon semua regulasi yang berkenaan diri kita sangat diperlukan
untuk membangun diri yang lebih baik . Tanpa itu maka diri sendiri kan merasakan berbagai
penderitaan yang tidak berkesudahan dalam hidup ini hingga ajal menjemputnya. Maka memahami
secara mendalam, merenung secara sadar dan memberikan jawaban positif terhadap satu
pertanyaan Yang Maha Kuasa didalam Al-qur’an :” Mengapa kamu suruh orang lain berbuat
kebajikan, sedang kamu melupakan dirimu sendiri padahal kamu membaca al-kitab, maka tidakah
kamu berfikir ? (QS Al-baqarah : 44). Begitu dalam makna pertanyaan ini, dan kalau kita bisa
menjawabnya dengan jujur bahwa kita menyuruh orang lain berbuat kebajikan tanpa kita
melupakan kebajikan itu untuk diri sendiri , maka kita yang paling merasakan kebahagiaan didalam
hidup ini. Semoga kita bisa dan mari kita belajar menjawab pertanyaan tersebut dengan
menghadirkan kebaikan untuk diri sendiri maupun terhadap sesama.

You might also like