You are on page 1of 47
ENTER! KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 262/Menkes/SKIII/2010 TENTANG PEDOMAN TERAPI STIMULAS! SENSORIK MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa gangguan perkembangan otak pada anak dapat menyebabkan penurunan fungsi belajar otak yang berpotensi menurunkan kecerdasan, sehingga mengakibatkan gangguan psikososial dalam kehidupan sehari-hari; b. bahwa dalam rangka penanggulangan masalah kesehatan inteligensi pada anak, perlu dikembangkan strategi dan upaya khusus untuk merencanakan, — melaksanakan dan mengevaluasi program penanggulangan secara serasi dan terpadu antar semua pemangku kepentingan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Menteri Kesehatan tentang Pedoman Terapi Stimulasi Sensorik; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3670); 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235);. 3. Undang—Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301); 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 5. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor ene Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor Menetapkan Kesatu Kedua Ketiga Keempat MENTER! KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor veve/Menkes/Per/Xl/2008 tentang Organisasi dan Tate Kerja Departemen Kesehatan sebagaimana telah diubah beberapa all terakhir dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 439/Menkes/Per/VI/2009 tentang Perubahan Kedua.atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor te75/Menkes/Per/XU/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan; 7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1218/SK/Menkes/xiW/2009 tentang | Pedoman Deteksi Gangguan Kesehatan Inteligensi Pada Anak. MEMUTUSKAN: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PEDOMAN TERAPI STIMULASI SENSORIK. Pedoman Terapi Stimulasi Sensorik sebagaimand dimaksud Diktum Kesatu tercantum dalam Lampiran Keputusan ini. Pedoman sebagaimana dimaksud Diktum Kedua agar digunakan sebagai acuan bagi Pemerintah, Pemerintah Provins\ Pemerintah Kabupaten/Kota, tenaga Kesehatan serta masyarakat dalam menjalankan terapi stimulasi sensorik. Keputusan ini mulai beriaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 10 Februari 2010 SEH dr, Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, DR. PH MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Lampiran Keputusan Menteri Kesehatan Nomor _ : 262/Menkes/SK/II/2010 Tanggal : 10 Februari 2010 PEDOMAN TERAPI STIMULAS! SENSORIK PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program sensomotorik adalah stimulasi yang dilakukan melalui sistem persarafan sensorik umum (raba, rasa, gerak, getar, suhu dan nyeri) dan serabut carat sensorik khusus (visual, auditorik, kinestetik) dengan tyjuan untuk memperbaiki seluruh pusat sistem penerimaan reseptif di kortek otak Setiap indera mempunyai alat penerimaan khusus (reseptor) yang berfungs! sebagai penerima rangsangan sensorik, misalnya untuk indera penglihatan disebut reseptor visual. Selain itu, manusia juga memiliki reseptor indera khusus yang merupakan sistem indera gabungan dari beberapa indera sebagal sensomotorik yang ekspresinya disebut sebagai persepsi, yaitu sistem indera taktil dengan reseptor vestibular, dan sistem indera proprioseptif dengan reseptor proprioseptif di sendi-sendi pergelangan. ‘Stimulus yang ditujukan pada panca indera bayi akan direspons secara motorik, sehingga orang lain dapat memahami maksud melalui bahasa tubuh bayi Pemahaman ini bertujuan agar metode sensomotorik dapat membantu anak yang mengalami gangguan perkembangan. ‘wal semua gerakan yang dilakukan anak adalah merupakan gerakan reflek atau gerakan yang tidak beraturan. Gerakan tersebut kemudian berkembang menjadi gerakan yang disadari sehingga anak dapat mengontrol gerakan yang dllakukannya. Tahapan ini disebut tahap perkembangan motorik (koordinasi). Saat gerakan masin dikendalikan oleh gerak reflek, maka gerakan tersebut belum bisa disebut sebagai gerakan koordinasi. Di sisi lain, gerakan reflek merupakan gerakan yang dapat mengontrol tubuh saat berada dalam bahaya. Gerakan ini akan timbul saat gerakan motorik dapat dilakukan anak. Namun demikian gerakan tersebut baru berkembang jika sistem koordinasi mulai berfungsi ‘Tahap perkembangan sistem koordinasi yang berkembang sejak gerakan reflek mulai menghilang dan selesai pada usia 6 tahun: 1. Jika terjadi perkembangan reflek motorik menjadi gerakan otomatis; 2. _Jika terjadi perkembangan motorik kasar, seperti menendang, menangkap bola, beriari, melompat;

You might also like