You are on page 1of 9

BAB V

TUGAS KHUSUS
Analisa Pengaruh Tekanan Cone pada Screw Press Terhadap Kadar
Oil Loses / Oil in fiber
5.1.Latar Belakang
Target utama yang harus dicapai pada pabrik kelapa sawit adalah
memperoleh rendemen minyak sawit dan inti sawit yang maksimal.Untuk
memperoleh rendemen yang maksimal maka ada beberapa hal yang harus
dikendalikan seperti, kapasitas olah, losees produksi dan mutu produksi. Oleh karena
itu perlu diperhatikan kemampuan alat pengolahan untuk menghasilkan kapasitas
olah optimal dan losses yang rendah untuk menghasilkan mutu produksi yang
memenuhi standar.

Screw press merupakan suatu alat yang sering digunakan dalam dunia
Industri, baik industri besar, menengah dan juga industri kecil. Screw press tidak
hanya digunakan dalam pengolahan CPO, pembuatan makanan juga mesin press
ini sering digunakan, sebagai contoh pemerasan air tebu.Screw press adalah alat
yang sangat penting dalam pabrik kelapa sawit, sebab apabila screw press ini
mengalami masalah, maka pengolahan pengepresan minyak CPO jadi terganggu
dan mengakibatkan hasil minyak CPO yang dihasilkan menjadi lebih sedikit dan
pemisahan antara cangkang dengan fibre tidak maksimal.

Kehilangan minyak (oil losses) selalu terjadi setiap proses produksi


Minyak dan merupakan hal yang biasa jika losses inti tersebut masih dalam batas
standar yang di tentukan oleh pabrik. Salah satu stasiun yang mengalami
kehilangan minyak adalah Stasiun press (Press Station) dari pengaruh tekanan
screw press. Kehilangan minyak yang terjadi di sebabkan oleh kurangnya
efesiensi kerja pada saat proses pengepresan yang tidak sempurna dapat
menimbulkan banyaknya minyak yang tersisa didalam fibre.
5.2.Tujuan dan Ruang Lingkup
Tugas khusus ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tekanan screw
press terhadap kehilangan minya yang terdapat pada stasiun pengempaan di PKS
Murini Samsam dengan melakukan diskusi serta pengujian. Ruang lingkup tugas
khusus ini meliputi analisa kehilangan kernel dari tekanan screw press

5.3.Tinjauan Pustaka
Screw press merupakan pengepressan terhadap Berondolan yang homogen
untuk mendapatkan rendemen yang maksimal dan Nut pecah yang
minimal. Screw press juga merupakan mesin yang melanjutkan proses pemisahan
minyak dari digester yang terdiri dari double screw yang membawa massa press
keluar dan diaplikasikan tekanan lawan yang berasal dari hydraulic double cone.
Fungsi dari Screw Press adalah untuk memeras berondolan yang telah dicincang,
dan telah dilumat dari digester untuk mendapatkan minyak kasar. Buah – buah
yang telah diaduk secara bertahap dengan bantuan pisau – pisau pelempar
dimasukkan kedalam feed screw conveyor dan mendorongnya masuk kedalam
mesin pengempa ( twin screw press ). Oleh adanya tekanan screw yang ditahan
oleh cone, massa tersebut diperas sehingga melalui lubang – lubang press
cage minyak dipisahkan dari serabut dan biji. Selanjutnya minyak menuju stasiun
klarifikasi, sedangkan ampas dan biji masuk ke stasiun kernel.
Penggerak poros screw press dilakukan dengan electromotor yang
dipindahkan dengan belt, gigi dan hydroulic. Power dengan putaran sebesar 19-12
rpm untuk menggerakkan alat screw. Efektifitas tekanan ini tergantung pada
tekanan tahanan lawan pada adjusting cone. Tekanan pada Hydraulic Cone yang
sesuai untuk “Single Stage Pressing” diberikan tekanan pada tahap awal 40-50 bar
dan pada Double Pressing menggunakan tekanan pertama 30-35 bar dan pada
pengepressan kedua diberi tekanan 40-50 bar
Untuk menurunkan kadar minyak dalam ampas, tekanan lawan dinaikkan
dengan mengatur Cone, hal ini akan efek samping yaitu ditemukan persentase biji
pecah yang tinggi dan menyebabkan dapat mempercepat kerusakan Screw Press,
bahkan dapat menyebabkan terbakarnya Electromotor.Tekanan kerja Cone yang
rendah akan menghasilkan ampas dengan kadar minyak yang tinggi dengan
sedikit jumlah biji pecah sudah berkurang. Oleh sebab itu pengoperasian screw
press hendaknya dipertimbangkan keuntungan dan kerugian yang diakibatkannya.
Tujuan menstabilkan tekanan pressan adalah :
a. Memperkecil kehilangan minyak dalam ampas, dengan meratanya adonan
masuk kedalam screw press yang diimbangi dengan tekanan stabil maka ekstraksi
minyak akan lebih sempurna, dengan demikian kehilangan minyak akan lebih
rendah.
b. Menurunkan jumlah biji pecah, semakin tinggi variasi tekanan dalam screw
press maka jumlah biji pecah semakin tinggi.
c. Memperpanjang umur teknis. Umur teknis alat seperti crew, cylinder press dan
electromotor lebih tahan lama karena kurangnya goncangan elektrik dan mekanis.
Salah satu hal yang dapat mengurangi produkivitas pengolahan kelapa
sawit yakni masih banyaknya kadar minyak atau kadar minyak yang masih terikut
di dalam fiber atau ampas sisa hasil produksi. Salah satu penyebabnya yakni
kurang optimalnya cone hydraulic dalam memberikan tekanan pada screw,
sehingga proses pengempaan fiber tidak maksimal. Alat ini terdiri dari sebuah
silinder (press cylinder) yang berlubang-lubang dan didalamnya terdapatdua buah
ulir (screw) berlawanan arah berfungsi sebagai pendorong brondolan menuju
konus. Tekanan kempa diatur oleh dua buah konus yang berada pada bagian ujung
pengempa, dapat bergerak maju-mundur secara hidrolis, sehingga dengan adanya
screw dan konus ini menghasilkan tekanan yang sangat tinggi dalam proses
ekstraksi. Proses ekstraksi ini juga harus memenuhi standar parameter mutu press,
berikut parameter mutu tersebut.
Tabel 5.1. Parameter Mutu di Stasiun Press
NO PARAMETER RANGE STANDARD
1 Oil in Fibre (DB) – (Oil Losses) 7-7,5 %
2 Broken Nut <15 %
3 Kernel in Fibre <1.25 %
5.4 Analisa Kehilangan Minyak
a. Alat-alat yang digunakan
1. Neraca Analitikal 0,0001 gr
2. Cawan porselin
3. Heating mantel 6 element + condenser
4. Flat bottom flask
5. Sokhlet + Cellulose timble extraction
6. Oven memert
7. Desikator
8. Kalkulator
9. Alat tulis
b. Bahan yang digunakan
1. Fibre dari screw press
2. Hexane 150 ml
c. Prosedure Analisa Kehilangan Minyak
1. Hamparkan sampel di atas meja analisa Aduk sampel hingga merata
(homogen)
2. Bagi empat sampel dengan ukuran yang sama (metode quartering)
3. Ambil 2 bagian secara menyilang dan lakukan kembali langkah 2 hingga
didapat berat sekitar 1 kg.
4. Timbang sampel hingga didapat berat 1 kg
5. Timbang flat bottom flask kosong, catat beratnya (BFK).
6. Timbang cawan kosong, catat beratnya.
7. Tekan tombol tare dan display menunjukkan angka nol
8. Masukan sample (fiber) seberat 10 gram (BS).
9. Masukkan sampel ke dalam oven dengan suhu 150 selama 2-3 jam.
10. Setelah 2-3 jam dinginkan sampel ke dalam desikator selama 15 menit.
11. Sampel dimasukkan kedalam timbel lalu ditutup dengan menggunakan
kapas
12. Timbang gelas labu kosong lalu isi dengan N-hexane 150 ml.
13. Dimasukkan timbel kedalam soklet lalu diekstraksi selama 4 jam dengan
memakai kondensor sebagai pendingin dan hotplate sebagai pemanas
14. Setelah 4 jam, bongkar sokhlet, Tuangkan cairan hexane dan keluarkan
timbel dari soklet
15. Distilasi N-Hexane yang telah bercampur dengan minyak sampai minyak
dan N-Hexane terpisah
16. Dimasukkan gelas labu yang berisi minyak kedalam oven dengan suhu
150oC selama 2 jam
17. Dikeluarkan gelas labu dari dalam oven, kemudian didinginkan
18. Labu kemudian ditimbang (BA)
𝐵𝑀𝐴
𝑲𝒆𝒉𝒊𝒍𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝑴𝒊𝒏𝒚𝒂𝒌 (%) = ( ) 𝑥100%
𝐵𝑆
𝐵𝑀𝐴 = 𝐵𝐴 − 𝐵𝐹𝐾
Keterangan :
BFK = berat flat bottom flask kosong
BS = berat sampel (10 gr)
BA = berat minyak + flat botom flask
BMA = berat minyak akhir
5.6 Hasil dan Pembahasan
Hasil perhitungan tekanan screw press terhadap kehilangan minyak dapat
dilihat pada tabel 5.1
OIL 6 Februari 2019 7 Februari 2019 8 Februari 2019
LOSES SP1 SP2 SP1 SP2 SP1 SP2
Tekanan 35 35 40 40 45 45
(Bar)
Sampel 10 10 10 10 10 10
(gr)
Minyak 0,841 0,854 0,812 0,826 0,782 0,774
(gr)
Losses 8,41 8,54 8,12 8,26 7,82 7,74
(%)
Persentase minyak dalam ampas press pada proses pengepresan yang di
dapat dari data adalah rata-rata 7,7-8,5 %.. Namun akan lebih baik jika persentase
minyak yang terdapat pada ampas press sedikit atau lebih rendah. Karena apabila
persentase minyak dalam ampas press terlalu tinggi maka rendemen yang
dihasilkan oleh pabrik kelapa sawit lebih kecil pula. Persentase minyak dalam
ampas press yang didapat dari data tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu tekanan kerja screw press, tipe screw press dan air pengencer.
Persentase minyak dalam ampas press tersebut kurang sesuai dengan
standar pabrik yaitu < 7,5 %.Berdasarkan tekanan kerja screw press, diperhatikan
2 faktor yaitu tekanan lawan dan stabilitas tekanan. Menurut faktor tekanan
lawan, menurunkan kadar minyak dalam ampas tekanan lawan dilakukan dengan
menaikkan tekanan dengan mengatur cone, namun hal ini akan menyebabkan
ditemukan presentae biji pecah yang tinggi dan dapat mempercepat kerusakan
screw press. Bahkan dapat menyebabkan kebakaran electromotor screw press.
Sedangkan jika tekanan kerja cone yang rendah akan menghasilkan ampas dengan
kadar minyak yang tinggi dengan sedikit jumlah biji yang pecah sudah berkurang.
Oleh sebab itu pengoperasian screw press harus benar-benar dipertimbangkan
keuntungan dan kerugian yang diakibatkannya. Selain itu, kerusakan cone yang
terjadi di pabrik sering dibiarkan begitu saja tanpa diperbaiki. Selain tekanan
lawan, stabilitas tekan juga harus diperhatikan dengan cara melakukan suatu
sistem interlocking antara power penggerak screw dengan hydraulic cone.
Sehingga akan memperkecil persentase minyak dalam ampas, dengan meratanya
adonan masuk ke dalam screw press yang diimbangi dengan tekanan stabil maka
ekstraksi minyak akan lebih sempurna, dengan demikian persentase minyak dalam
ampas akan lebih rendah.
8.6

8.4

8.2
Oil Losses (%)

8
Screw Press 1
7.8
Screw Press 2
7.6

7.4

7.2
35 40 45
Tekanan (Bar)

Gambar 5.1 Grafik Analisa Oil Losses Ampas Screw Press


Berdasarkan hasil analisa dapat disimpulkan bahwa hubungan antara tekanan
cone dengan persentase oil losses berbanding terbalik yakni semakin besar
tekanan,maka semakin sedikit juga oil losses yang dihasilkan.Apabila Oil Losses
kurang dari 7 maka akan mempengaruhi hasil dari broken nut di kernel.
LAMPIRAN A

DOKUMENTASI

A.1 A.2
Heating mantel 6 element + condenser Minyak Hasil Ekstraksi

A.3 A.4
Gelas Labu Sokhlet dan Timbel
A.5 A.6

Oven memert Desikator

You might also like