You are on page 1of 11

PENGARUH PENAMBAHAN BEBERAPA DOSIS INOKULAN CAMPURAN

AIR CUCIAN BERAS DAN BUAH BUSUK TERHADAP HASIL


PENGOMPOSAN SAMPAH ORGANIK
(STUDI KASUS TPST SAMPANGAN)

Luna Oktariani, Dr. Dra. Nur Endah Wahyuningsih, MS*), Ir. Tri Joko, M.Si.*)
Peminatan Kesehatan Lingkungan
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro

ABSTRACT
The biggest source of waste generates in Semarang City was from organic material that is equal
to 61.85% of the total amount of waste. Composting is a recycling process of organic waste into a ready-
made fertilizer which conducted by community. The purpose of the study was to analyze the differences
of added mixed inoculant dose of rice water (residue) and decayed fruits to the Carbon (C)/Nitrogen (N)
ratio and the levels of N, Phosphorus (P), Potassium (K) results in aerobic composting the organic waste.
This study was an explanatory research (research explanation) experiment, the plan of study was a true
experiment with the post-test only control group design with 3 treatments and 9 repetitions. Variation
number 1 for the treatment was 5 kg of organic waste + 0.5 kg of humus soil + 15ml of inoculant dose.
Variation number 2 was 5 kg of organic waste + 0.5 kg of humus soil + 20ml of inoculant dose. Variation
number 3 was 5 kg of organic waste + 0.5 kg of humus soil + 25ml of inoculant dose. The population of
study was all the organic waste in TPST Sampangan. Samples were taken by probability sampling method
with quota sampling technique. The data were analyzed descriptively and analytically. Results showed
that the average compost produced using three dose variations of treatment were foster the composting
which takes 21 days for the process compared with composting without treatment which takes 27 days for
the process. Also obtained from the results that C/N ratio for each dose (3ml, 4ml, 5ml) showed the
amount of 12,05; 13,23; 11,80 which were meet the requirement of SNI (Standar Nasional Indonesia –
Indonesia’s National Standard) number 19-7030-2004. Data were analyzed using normality test (Shapiro
Wilk), Homogeneity Test (Levence test), One Way ANOVA with 0,05 of the significance level. From the
dependent variable data that was analyzed, it was proven that the result of composting with the addition
of all variation dose only affects to the P elements.

Keywords : compost , compost inoculants

ABSTRAK

Sumber timbulan sampah di Kota Semarang terbanyak berasal dari sampah organik yaitu sebesar
61,85%. Pengomposan adalah mendaur ulang kembali sampah organik yang ada di masyarakat menjadi
pupuk yang siap pakai. Tujuan penelitian adalah menganalisis perbedaan penambahan dosis inokulan
campuran cucian beras dan buah busuk terhadap rasio Karbon (C)/Nitrogen (N) dan kadar N, Fosfor (P),
Kalium (K) hasil pengomposan sampah organik secara aerob. Penelitian ini merupakan eksperimen
dengan jenis explanatory research (penelitian penjelasan), rancangan penelitian yang digunakan adalah
true eksperiment dengan desain post test only control group dengan 3 perlakuan dan 9 pengulangan.
Perlakuan tersebut yaitu variasi 1 sampah organik 5 kg + 0,5 kg tanah humus + dosis inokulan 15ml.
Variasi 2 yaitu 5 kg + 0,5 kg tanah humus + dosis inokulan 20ml. Variasi 3 yaitu 5 kg + 0,5 kg tanah
humus + dosis inokulan 25ml. Populasi penelitian adalah seluruh sampah organik di TPST Sampangan.
Sampel diambil secara probability sampling dengan teknik quota sampling. Analisis data dilakukan secara
deskriptif dan analitik. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata kompos dengan perlakuan ketiga variasi
dosis matang lebih cepat yaitu pada hari ke-21 jika dibandingkan dengan kompos tanpa perlakuan yang
matang pada hari ke-27. Dari hasil yang diperoleh C/N rasio pada dosis 3ml, 4ml, 5ml masing-masing
yaitu sebesar 12,05; 13,23; 11,80 dimana sudah memenuhi standar SNI 19-7030-2004. Data yang
diperoleh dianalisis dengan Uji Normalitas (Shapiro Wilk), Uji Homogenitas (Levence test), One Way
Anova dengan taraf signifikansi 0,05. Dari data variabel terikat yang dianalisis terbukti bahwa hasil
pengomposan pada semua pemberian variasi dosis hanya berpengaruh pada unsur P.

Kata kunci : kompos, inokulan kompos

*) Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro 1


*) Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro 2
PENDAHULUA TPST perhari yang berupa
N Sampangan atau dihasilkan untuk mikroorganisme
Kota yang bernama setiap orang lokal atau yang
Semarang TPST Ngudi mencapai 0,002 biasa disebut Mol.
merupakan kota kamulyan terletak m3/hari (Profil Untuk membuat
besar di Indonesia di Kelurahan TPST Sampangan, Mol dibutuhkan 3
dengan jumlah Sampangan yang 2011). Timbulan bahan utama yaitu
penduduk merupakan salah sampah yang Karbohidrat,
mencapai 1,51 juta satu dari 8 dihasilkan oleh Glukosa, dan
jiwa pada tahun kelurahan yang kelurahan Sumber bakteri.
2009. Angka ini masuk dalam sampangan Karbohidrat
terus meningkat wilayah di berpengaruh besar dibutuhkan
dan pada tahun Kecamatan terhadap produksi bakteri/
2011 telah Gajahmungkur. sampah di Kota mikroorganisme
mencapai 1,54 juta Luas wilayah Semarang[3]. sebagai sumber
jiwa dengan Kelurahan Pengompo energi. Untuk
dimana Sampangan adalah san adalah menyediakan
pertumbuhan 96 Km2. Secara mendaur ulang karbohidrat bagi
tercatat bahwa administratif kembali sampah mikroorganisme
pertumbuhan Kelurahan organik yang ada bisa diperoleh dari
penduduk pada Sampangan di masyarakat air cucian beras,
tahun 2009 terbagi dalam 7 menjadi pupuk nasi bekas/ nasi
sebesar 1,71% dan wilayah Rukun yang siap pakai. basi, singkong,
mulai melambat di Warga (RW) dan Proses kentang, gandum,
tahun berikutnya 50 Rukun pengomposan dedak/ bekatul dll.
menjadi 1,11% Tetangga ( RT). dapat dipercepat Glukosa juga
pada tahun 2011. Jumlah penduduk dengan sebagai sumber
Dengan luas pada pertengahan menggunakan energi bagi
wilayah sekitar tahun 2008 bioaktivator mikroorganisme
377 Km2, maka sebanyak 8.921 perombak bahan yang bersifat
setiap Km2 jiwa dengan organik [4]. Dalam spontan. Glukosa
ditempati jumlah KK upaya bisa didapat dari
penduduk sebanyak 1.818 pengomposan gula pasir, gula
sebanyak 4.604 KK. Kepadatan sampah organik, merah, molases,
orang pada tahun penduduknya diperlukan sebuah air gula, air
2011[1]. mencapai 89 jiwa inokulan untuk kelapa, air nira,
Sumber- per Km2. Rata-rata dijadikan sebagai dll. Sumber
sumber timbulan jumlah sampah aktivator yang Bakteri
sampah di Kota yang dihasilkan akan mempercepat (mikroorganisme
Semarang oleh warga terjadinya lokal)
terbanyak berasal Kelurahan pengomposan mengandung
dari sampah Sampangan (RW karena banyak
organik yaitu II, III dan V), pengomposan mikroorganisme
sebesar 61,85% khususnya warga secara tradisional yang bermanfaat
dan sisanya di dekat lokasi akan akan bagi tanaman
berasal dari TPST, adalah memerlukan antara lain buah-
sampah non sekitar 0,003 waktu selama 3-6 buahan busuk,
3
organik dan lain- m /hari dan bulan. sayur-sayuran
lainnya[2]. sampah organik Bioaktivator dapat busuk, keong mas,
*) Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro 3
nasi, rebung en(N) dan kadar 15ml. 4L yaitu 5 V dengan masing-
bambu, bonggol N, Fosfor(P), kg + 0,5 kg tanah masing jumlah
pisang, urine Kalium(K) hasil humus + dosis penduduk
kelinci, pucuk pengomposan inokulan 20ml. 5L sebanyak 446,
daun labu, tapai sampah organik yaitu 5 kg + 0,5 kg 539, dan 2.141
singkong dan buah secara aerob. tanah humus + jiwa, yang artinya
maja. Biasaya Penelitian ini dosis inokulan sebanyak 3.126
dalam Mol tidak diharapkan kelak 25ml. Populasi jiwa ikut berperan
hanya dapat membantu penelitian adalah dalam
mengandung 1 masyarakat untuk seluruh sampah terkumpulnya
jenis menangani organik di TPST sampah yang ada
mikroorganisme masalah Sampangan. di TPST
tetapi beberapa persampahan di Sampel diambil Sampangan.
mikroorganisme Kota Semarang secara probability Sedangkan di
diantaranya dengan sampling dengan kelurahan
Rhizobium sp, pengaplikasian teknik quota Sampangan sendiri
Azospirillium sp, sistem 3R sampling. Analisis terdapat 7 RW
Azotobacter sp, khususnya data dilakukan dengan jumlah
Pseudomonas sp, pengomposan seacara deskriptif penduduk
Bacillus sp dan dengan dan analitik. Data sebanyak 8.921.
bakteri pelarut menggunakan yang diperoleh Kelurahan
[4]
phospat . inokulan yang dianalisis dengan Sampangan
Pemilihan sangat sederhana Uji Normalitas merupakan bagian
inokulan ini dan terjangkau. (Shapiro Wilk), Uji dari kecamatan
berdasarkan Homogenitas Gajahmungkur
dengan kegunaan BAHAN DAN (Levence Test), yang jumlah
dan ketersediaan METODE ANOVA dengan penduduknya
air cucian beras Penelitian Nilai probabilitas mencapai 63.380
dan buah-buahan ini merupakan ≤ 0,05, maka Ho pada tahun 2012.
yang membusuk eksperimen ditolak dan F Kelurahan
yang ada di dengan jenis hitung > F tabel Gajahmungkur
masyarakat explanatory maka Ho ditolak. menyumbang
sangatlah research Pengujian kadar 181,15 m3 dari
melimpah (penelitian N, P, K pada 4.209,01 m3
sehingga dapat penjelasan), laboratorium produksi sampah
digunakan sebagai Rancangan menggunakan di Semarang setiap
inokulan alternatif. penelitian yang metode Horwitz harinya. TPST
Tujuan dari digunakan adalah (2000), dan Sampangan sendiri
penelitian ini true eksperiment sedangkan kadar C dalam
adalah dengan desain post menggunakan pengelolaannya
menganalisis test control group metode Walldey & setiap hari dibantu
perbedaan dengan 3 Black. oleh 2 orang
penambahan dosis perlakuan dan 9 petugas rutin yang
inokulan pengulangan. HASIL DAN bertanggung jawab
campuran cucian Perlakuan tersebut PEMBAHASAN atas proses
beras dan buah yaitu 3L sampah Terdapat 6 pengomposan.
busuk terhadap organik 5 kg + 0,5 RT pada RW II, 6 Dengan jumlah
rasio kg tanah humus + RT pada RW III, penduduk
Karbon(C)/Nitrog dosis inokulan dan 9 RT pada RW mencapai 1,55 juta
*) Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro 4
jiwa, kota tanah), tidak penelitian ml yaitu secara
Semarang berbau, terjadi berlangsung berturut-turut
memiliki 16 penyusutan berat, cenderung sering 55,63 ; 55,78 ;
kecamatan dan dan tekstur seperti hujan, walaupun 54,44 % dan
177 kelurahan. tanah. tong komposter kontrol 62,00 %.
Jika diasumsikan Dalam berada pada Dari hasil tersebut
setiap kelurahan hasil pengukuran tempat yang yang didapatkan
memiliki 2 TPST, suhu yang terlindungi dan maka masih dapat
maka akan didapatkan rata- tidak terkena air, dikatakan bahwa
dibutuhkan sekitar rata hari pertama tetapi cuaca telah proses
354 TPST di kota varian dosis 3 ml, merubah suhu pengomposan
Semarang untuk 4 ml, dan 5 ml udara menjadi masih memiliki
dapat mengelola secara berturut- sedikit lebih tingkat
sampah yang ada turut yaitu 31,56; rendah sehingga kelembaban yang
dan dibutuhkan 32,33; 30o C dan temperatur pada tinggi. Namun saat
minimal 708 suhu kontrol yaitu proses pengambilan
petugas untuk 35o C. Pada hari pengomposan sampel untuk uji
mengelola proses kedua rata-rata kurang maksimal. laboratorium, 3
pengomposan didapatkan hasil Jumlah dan tinggi sampel dengan
pada seluruh TPST dosis 3, 4, 5 secara sampah sangat perlakuan diambil
di kota Semarang. berturut-turut yaitu mempengaruhi pada hari ke-21
Penelitian 34,11; 34,16; temperatur dengan
ini dilakukan di 34,06o C dan hari kompos, semakin kelembaban pada
TPST Sampangan ketiga yaitu
dan untuk hasil uji 36,06 ; 36,22 ;
Laboratorium 34,78o C
rasio Karbon secara
(C)/Nitrogen(N), berturut-turut,
Fosfor (P), Kalium sedangkan
(K) dilakukan di kontrol selama
laboratorium. hari pertama,
Dalam penelitian kedua, dan
ini parameter yang ketiga yaitu
diukur setiap hari 35, 35, 32o C.
adalah suhu dan dalam proses
kelembaban, pengomposan
sedangkan pH dalam
diukur setiap 5 penelitian ini,
banyak dan tinggi dosis 3 ml yaitu
hari sekali. Untuk suhu tidak dalam
sampah maka 50,89%; dosis 4
berat kompos, C/N keadaan maksimal
temperatur. ml yaitu 50,56%;
rasio, P, K diukur pada tiga hari
Kelembaba dan dosis 5 ml
setelah kompos pertama
n yang didapatkan dengan 48,78%
jadi. Kompos jadi pengomposan
dari hasil sedangkan kontrol
yang dimaksud dikarenakan oleh
pengukuran setiap diambil pada hari
yaitu dengan beberapa hal yaitu
harinya bahwa ke-27
melihat kondisi antara lain cuaca,
rata-rata pengomposan
fisik kompos yang jumlah sampah,
kelembaban dari dengan
berwarna coklat dan tinggi sampah.
dosis 3 ml, 4 ml, 5
kehitaman (seperti Cuaca saat
*) Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro 5
kelembaban banyak yaitu 10%
57,00%. dari jumlah
Kondisi sampah pada awal
kompos yang pengomposan
sangat lembab ini sehingga
juga dipengaruhi komposisi sampah
oleh beberapa tidak begitu
faktor yaitu antara berpengaruh pada
lain cuaca, tingkat yang terlibat penyusutan
komposisi kelembaban. Jenis dalam volume/bobot
sampah, dan jenis tong komposter pengomposan kompos seiring
tong komposter. yang terbuat dari mengubah bahan dengan
Cuaca yang hujan plastik tidak dapat organik menjadi kematangan
terus-menerus saat menyerap licit asam organik. kompos. Besarnya
penelitian yang keluar Pada proses penyusutan
menyebabkan dengan baik. selanjutnya, tergantung pada
suhu udara lebih Walaupun didalam mikroorganisme karakteristik bahan
rendah dari tong sudah diberi dari jenis lain akan mentah dan
biasanya, bata dan dilubangi mengkonversikan tingkat
walaupun sampah untuk asam organik yang kematangan
terlindungi dari air mempermudah telah terbentuk kompos.
hujan, namun keluarnya licit, sehingga bahan Penyusutan
cuaca juga ternyata tidak memiliki derajat berkisar antara 20-
berpengaruh cukup membantu keasaman yang 50%. Apabila
dalam kelembaban dalam mengurangi tinggi mendekati penyusutan masih
pengomposan. kelembaban dalam normal. Oleh kecil/sedikit,
Komposisi sampah proses karena itu dalam kemungkinan
berpengaruh pada pengomposan. penelitian ini nilai proses
proses pH yang pH masih pengomposan
pengomposan, didapatkan seperti terhitung normal. belum selesai dan
sampah yang pada tabel 4.4 dari Penyusutan kompos belum
berasal dari sayur- pengukuran semua berat kompos juga matang. Dalam
sayuran akan lebih variasi dosis 3 ml, digunakan sebagai tabel 4.6. rata-rata
banyak 4 ml, dan 5 ml di pertimbangan penyusutan variasi
mengeluarkan licit setiap minggunya sudah jadinya dosis 3 ml sebesar
sehingga perlu yaitu kisaran 6-7.
diberikan sedikit Dalam standar
sampah yang kualitas pupuk
kering seperti kompos
daun-daunan atau berdasarkan SNI
serbuk gergaji. 19-7030-2004
Dari penelitian ini, nilai pH 6,8-7,49.
komposisi sampah Derajat keasaman
terbanyak yaitu pada awal proses
sayur-sayuran pengomposan
50% namun sudah akan mengalami
diimbangi dengan penurunan karena
pemberian yanah sejumlah
kompos. Terjadi 54%, dosis 4 ml
humus yang cukup mikroorganisme
*) Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro 6
sebesar 55%, dan
dosis 5 ml
sebesar 55%.
Dapat dikatakan
bahwa
penyusutan berat
kompos pada
ketiga perlakuan

penentu utama Kandungan


keberhasilan N pada SNI:19-
pengomposan 7030-2004
selain dilihat minimal 0,40%,
secara fisik. Sedangkan N rata-
masih terhitung pada kontrol atau Kandungan rata hasil
normal. tanpa perlakuan C pada SNI:19- pengujian kontrol
Rata-rata masih melebihi 7030-2004 sebesar 0,94%,
uji kadar air di ambang batas. minimal 9,80% dosis 3 ml sebesar
setiap variasi dosis Parameter maksimal 32%, 1,74%, dosis 4 ml
3 ml, 4 ml, 5 ml C, N, P, K diuji di Sedangkan rata- sebesar 1,64%,
seperti pada tabel laboratorium rata C hasil dan dosis 5 ml
4.5 secara setelah kompos pengujian sampel sebesar 1,68%.
berurutan yaitu jadi. Parameter C, penggunaan dosis Hal ini
45,21 ; 43,55 ; N, P diuji di 3 ml sebesar menunjukkan
43,15 % dan Laboratorium 20,51%, dosis 4 bahwa unsur N
kontrol 59,23%. Teknik ml sebesar 21,4%, pada ketiga
Menurut SNI:19- Lingkungan dan dosis sebesar sampel kompos
7030-2004, batas Universitas 5 ml sebesar hasil pengujian
maksimal kadar Diponegoro 19,49% sedangkan masuk dalam
air kompos yang sedangkan untuk kontrol sebesar kategori kompos
diperbolehkan parameter K diuji 12,06%. Hal ini yang baik sesuai
yaitu maksimal di Laboratorium menunjukkan dengan SNI.
50%. Pada data Kimia Analitik bahwa unsur C Kandungan
tersebut Fakultas Sains dan pada ketiga P2O5 atau fosfor
membuktikan Matematika sampel kompos pada SNI:19-
bahwa kadar air Universitas hasil pengujian 7030-2004
pada penelitian ini Diponegoro. masuk dalam minimal 0,10%.
masih dibawah Empat parameter kategori kompos Sedangkan rata-
memenuhi ambang tersebut yang baik sesuai rata hasil
batas dan kadar air merupakan dengan SNI. pengujian kontrol

*) Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro 7


sebesar 1,83%, dosis 3 ml sebesar membutuhkan Indonesia.
dosis 3 ml sebesar 12,05%, dosis 4 waktu selama 27 2009.
[5.]
2,05%, dosis 4 ml ml sebesar hari. Berdasarkan BAPPEDA
sebesar 1,58%, 13,23%, dosis 5 SNI:19-7030- Kota
dan dosis 5 ml ml sebesar 2004, bahwa Semarang.
sebesar 1,65%. 11,80%. Dari semua parameter Buku Putih
Hal ini hasil uji tersebut pada setiap dosis Sanitasi Kota
menunjukkan menunjukkan sudah memenuhi Semarang
bahwa unsur P2O5 bahwa rasio C/N standar. Dari data Tahun 2010
pada ketiga pada ketiga yang diolah Semarang:
sampel kompos sampel kompos menggunakan One BAPPEDA
hasil pengujian masuk dalam Way Anova Kota
masuk dalam ketegori kompos terbukti bahwa Semarang;
kategori kompos yang baik yang perbedaan semua 2010.
[6.]
yang baik sesuai sesuai dengan varian dosis hanya UU No.18
dengan SNI. SNI. Sampah berpengaruh pada Tahun 2008
Kandungan organik rumah unsur P. Tentang
K2O atau kalium tangga yang akan Pengelolaan
pada SNI:19- dikomposkan DAFTAR Sampah.
[7.]
7030-2004 sebaiknya PUSTAKA UU No.18
[1.]
minimal 0,20%. memiliki unsur BPS Kota Tahun 2008.
[8.]
Sedangkan K2O karbon (C) dan Semarang. Simamora S,
rata-rata hasil nitrogen (N) Statistik Salundik,
pengujian kontrol sekitar 20 (atau Daerah Kota Sriwahyuni
sebesar 0,49%, antara 10-20). Jika Semarang dan Surajin.
dosis 3 ml sebesar rasionya tinggi, 2012 Membuat
0,75%, dosis 4 ml proses Semarang: Biogas
0,8%, dan dosis 5 pengomposan BPS Kota Pengganti
ml sebesar 0,83. akan sangat Semarang; Bahan Bakar
Hal ini lambat. Akan 2012. Minyak dan
[2.]
menunjukkan tetapi jika rasio Dinas Gas dari
bahwa unsur K2O terlalu kecil, akan Kebersihan Kotoran
pada ketiga timbul gas dan Ternak.
sampel kompos amoniak yang Pertamanan Agromedia
hasil pengujian menyengat atau Kota Pustaka.
masuk dalam berlebihnya Semarang. ; Bogor ; 2005.
[9.]
kategori kompos pelepasan gas 2011. Gaur, A.C. A
[3.]
yang baik yang yang mengandung Profil TPST Manual of
sesuai dengan N. Sampangan ; Rural
SNI. Rata-rata 2011. Composting.
[4.]
C/N rasio lama waktu Simanungkali FAO. United
pada SNI:19- pengomposan t RDM. Nation
7030-2004 adalah pada masing- Pupuk Rome ; 1983.
[10.]
10 – 20. masing perlakuan Organik dan Himanen M
Sedangkan rata- yaitu 21 hari, hal Pupuk Hayati. et al.
rata rasio C/N ini lebih cepat Informasi Composting
rasio hasil dibandingkan Ringkas Bank of bio=waste,
pengujian kontrol dengan kontrol Pengetahuan aerobic an
sebesar 12,89%, yang Padi anaerobic
*) Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro 8
sludges- Hadioetomo Kebun Cheremisinoff
Effect of (et.al). Jakarta Wamena and R.P.
feedstock on : UI Press ; terhadap Ouellette (ed).
the process 1988 Kematangan p. 68-77;
[15.]
and qulity of Murbandono, Hara 2003.
[23.]
compost. L.H.S. Kompos, serta Murbondo L.
Science Membuat Jumlah Pupuk
Direct ; 2010. Kompos. Mikroba Organik
[11.]
DjuarnaniN, Penebar Pelarut Fosfat Padat,
Kristian BS, Swadaya, dan Penambat Pembuatan
Setiawan. Jakarta ; Nitrogen. Aplikasi.
Cara Tepat 2000. Volume 6, Penebar
[16.]
Membuat Damanhuri E, Nomor 4 Swadaya,
Kompos. Tri P. Halaman 235- Jakarta ;
Agromedia Pengomposan 241; 2005. 2004.
[19.] [24.]
Pustaka. -Composting; Notoatmodjo Gaur AC. A
Jakarta ; 2007.. S. Metodologi Manual of
2005. http://tsabitah. Penelitian Rural
[12.]
Indriani YH. wordpress.co Kesehatan. Composting.
Membuat m . Akses Jakarta : PT FAO/ONDP
Kompos. pada tanggal Rineka Cipta ; Regional
Penebar 14 Oktober 2010 Project
[20.]
Swadaya, 2013. Badan Divition of
[17.]
Jakarta; 2004. Sastraatmadja Standarisasi Microbiology.
[13.]
Perwitasari T. , D.D. S. Nasional ; New Delhi:
Teknik Widawati, 2004 Indian
[21.]
Kompos. dan Rachmat. Wulandari C, Agricultural
Workshop Kompos et al. Research
Pendirian sebagai salah Pengaruh Air Institute ;
Kebun Bibit satu pilihan Cucian Beras 1986.
[25.]
Sumber. dalam Merah Dan Balai
Demplot dan penggunaan Beras Putih Penelitian
Feasibility pupuk Terhadap Tanah.
Study untuk organik. Pertumbuhan Analisis
Perkebunan Seminar Dan Hasil Kimia Tanah,
Jarak Pagan Pelatihan Selada Tanaman, Air,
(Jantropa Produk (Lactuca dan Pupuk.
curcas Linn) ; Teknologi Sativa L.); Badan
2003 Unggulan dan 2011. Penelitian dan
[14.] [22.]
Pelczar, Ramah Crawford JH. Pengembanga
Michael J, Lingkungan. Composting n Pertanian
ECS Chan, UNILA of Departemen
Ratna SH. Bandar Agricultural Pertanian,
Dasar-dasar Lampung ; Waste. In Bogor ; 2005.
[26.]
Mikrobiologi 2001. Biotechnolog Ole MBB.
[18.]
Jil. 2/ M:J. Widawati S. y Jurnal
Pelczar dan Daya Pacu Applications Penggunaan
E.C.S Chan; Aktivator and Research, Mikroorganis
Ratna Siri Fungi Asal Paul N, me Bonggol
*) Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro 9
Pisang (Musa Microorganis Pengomposan Bahan
paradisiaca) m 4) Dalam Pada Unit Organik
Sebagai Berbagai Pengomposan sebagai Pilar
Dekomposer Dosis. Rumbai. Pertanian
Sampah Semarang : Jurusan Organik.
Organik. IKIP PGRI Teknik Kimia Simposium
Yogyakarta : Semarang ; Fakultas Nasional
Universitas 2013 Teknik ISSAS:
[29.]
Atma Jaya Hastuti ED. Universitas Pertanian
Yogyakarta ; Aplikasi Riau, Organik,
2013. Kompos Pekanbaru: Bogor. 2004;
[27.]
Pangestuti M. Sampah 58-61. 26-30.
[32.] [34.]
Kajian Organik Verstraete Hartutik S,
Penambahan Berstimulator W.Van Lier, J. Srinatun,
Isolat Bakteri Em4 untuk Pohland, F. Taslimah.
Indigenous Pertumbuhan Tilche, A. Pembuatan
Sampah Kota dan Produksi Mata- Pupuk
Terhadap Tanaman Alvarez, Kompos Dari
Kualitas Jagung (Zea J.Ahring, B. Limbah
Kompos Dari Mays, L) pada Hawkes, Bunga
Berbagai Lahan Kering. D.Cecchi, F. Kenanga dan
Imbangan Semarang ; Moletta,R. & Pengaruh
Seresah Laboratorium Noike,T. Presentase
Kacang Tanah Biologi dan 2000. Zeolit
(Arachis Fungi Development Terhadap
hypogaea) Tumbuhan at the second Ketersediaan
dan Jerami Jurusan International Nitrogen
Padi (Oryza Biologi symposium Tanah. Kimia
sativa. L). FMIPA on anaerobic Anorganik
Surakarta : UNdip. digestion of Jurusan
[30.]
Universitas Bertoldi de solid waste. Kimia
Sebelas Maret M, Vallini G, Biosource Universitas
; 2008 Pera A. The Technology Diponegoro
[28.]
Widaryanto Biology of 73: 287-289. Semarang.
An. C/N- Composting: Semarang: 6-
Rasio A Review. 8.
[35.]
Kompos, Waste Astuti Y, et al.
Kandungan Menegement pengaruh
Fosfor (P), Res. 1: 157- Campuran
Keasaman 176 ; 1983 Feses Sapi
[31.]
(pH), dan Yenie E. Potong dan
Tekstur Kelembaban Feses Kuda
Kompos Hasil Bahan dan Pada Proses
Pengomposan Suhu Kompos Pengomposan
Sampah Sebagai Terhadap
Organik Pasar Parameter Kualitas
[33.]
Dengan Stater yang Suwardi. Kompos.
EM4 Mempengaru Teknologi Jurnal Ilmiah
(Effective hi Proses Pengomposan Ilmu-Ilmu
*) Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro 10
Peternakan. Pusat
Mei, Teknologi
2010;8(6):301 Akselerator
-3. dan Proses
[36.]
Sumanto, et Bahan –
al. Kompos BATAN
Kulit Jarak Yogyakarta, 4
Pagar Sebagai Juli 2012;
Sumber 126-32.
Kalium
Potensial.
Pusat
Penelitian dan
Pengembanga
n Perkebunan.
Balai
Penelitian
Tanah.
Prosiding
Seminar
Nasional
Inovasi
Perkebunan;
2011:129-34.
[37.]
Mulyana N,
Dadang S.
Formulasi
Inokulan
Konsosrsia
Mikroba
Rhizofer
Berbasis
Kompos
Teradiasi.
Pusat Aplikasi
Teknologi
Isotop dan
Radiasi-
BATAN;ISSN
0216-3128.
Prosiding
Pertemuan
dan Presentasi
Ilmiah -
Penelitian
Dasar Ilmu
Pengetahuan
dan Teknologi
Nuklir 2012
*) Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro 11

You might also like