Professional Documents
Culture Documents
PEMBAHASAN
2. Anatomi Fisiologi
Susunan saraf adalah sistim yang mengontrol tubuh kita yang terus menerus
menerima, menghantarkan dan memproses suatu informasi dan bersama sistim
hormon, susunan saraf mengkoordinasikan semua proses fungsional dari berbagai
jaringan tubuh, organ dan sistim organ manusia.
a. Susunan saraf sadar (Voluntary nervous system) mengontrol fungsi yang
dikendalikan oleh keinginan atau kemauan kita. Saraf ini mengontrol otot
rangka dan menghantarkan impuls sensori ke otak. Melalui saraf ini kita dapat
melakukan gerakan aktif dan menyadari keadaan diluar tubuh kita dan secara
sadar mengendalikannya.
b. Susunan saraf otonom/ tak sadar (automatic nervous system) saraf ini menjaga
organ tubuh bagian dalam supaya berfungsi dengan baik seperti : hati, paru-
paru, jantung dan saluran cerna. Fungsi dasar yang penting bagi kehidupan
seperti makan, metabolisme, sirkulasi darah dan pernafasan dikendalikan
dengan bantuan susunan saraf otonom. Susunan saraf otonom dibagi menjadi
susunan saraf simpatik (menyebabkan tubuh dalam keadaan aktif) dan
susunan saraf para simpatik (sistim pengontrol konstruktif dan
menyenangkan).
Serebrum terdiri dari dua hemisfer yaitu kiri dan kanan, empat lobus yaitu:
a. Lobus frontal berfungsi mengontrol perilaku individu, membuat
keputusan, kepribadian dan menahan diri.
b. Lobus parietal merupakan lobus sensori berfungsi
menginterpretasikan sensasi, berfungsi mengatur individu mampu
mengetahui posisi dan letak bagian tubuhnya.
c. Lobus temporal berfungsi menginterpretasikan sensasi kecap, bau,
pendengaran dan ingatan jangka pendek.
d. Lobus oksipital bertanggung jawab menginterpretasikan
penglihatan
Otak menerima 20% dari curah jantung dam memerlukan sekitar 20%
pemakaian oksigen tubuh dan sekitar 400 kilokalori energi setiap harinya. Otak
merupakan jaringan yang peling banyak memakai energi dalam seluruh tubuh dan
terutama berasal dari proses metabolisme oksidasi glukosa.
Dan 65% dari kebutuhan glukosa tubuh digunakan untuk metabolisme otak yang
mana 90% aerobic dan 10% anairobik.
Bila otak tidak mendapat aliran darah selama 3 – 6 menit akan timbul
gangguan fungsional dan kerusakan structural secara menetap. Otak berfungsi
sebagai pusat integrasi dan koordinasi organ-organ sensorik dan sistim efektor
perifer tubuh, sebagai pengatur informasi yang masuk, simpanan pengalaman,
impuls yang keluar dan tingkah laku. Dari dalam ke arah luar otak diselubungi
oleh tiga lapisan meningen, lapisan pelindung yang paling luar adalah tengkorak.
Otak bukan masa yang uniform, melainkan suatu organ yang sangat
kompleks. Secara fungsional dan anatomis otak dibagi menjadi tiga bagian yaitu
a. Batang otak yang menghubungkan medulla spinalis dengan serebrum
terdiri dari medulla oblongat, pons dan mesensefalon (otak tengah).
1) Medulla oblongata adalah bagian otak yang langsung
menyambung dengan medulla spinalis. Berkas saraf yang berjalan
disini berasal dari serebrum dan berfungsi untuk pergerakan otot
rangka. Di medulla oblongata berkas ini menyebrang ke sisi yang
berlawanan yang disebut jalan/ traktus poramidalis. Itu sebabnya
jika kerusakan otak bagian kiri akan menyebabkan kelumpuhan
bagian kanan tubuh dan sebaliknya. Selain traktus piramidalis ada
kelumpuhan sel-sel saraf yang terdapat di medulla oblongata yakni
pusat otot yang mengontrol fungsi vital seperti pernafasan, denyut
jantung dan tonus pembuluh darah.
2) Pons berupa ninti (neucleus). Pons merupakan switch dari jalur
yang menghubungkan korteks serebri dan serebllum.
3) Mesensefalon merupakan bagian otak yang sempit terletak antara
medulla oblongata dan diensefalon. Pada mesensefalon terdapat
formation retikularis, suatu rangkaian penting yang antara lain
mengatur irama tidur dan bantun, mengontrol refleks menelan dan
muntah.
b. Otak kecil (cerebelum) Cerebellum terletak dibelakang fossa krenialis
dan melekat ke bagian belakang batang otak. Cerebllum berperan penting
dalam menjaga keseimbangan dan mengatur koordinasi gerakan yang
diterima dari segmrn posterior medulla spinalis yang memberi informasi
tentang keregangan otot dan tanda serta posisi-posisi sendi.
c. Otak besar (cerebrum). Cerebrum adalah bagian otak yang paling besar
dan terbagi atas dua belahan yaitu : hemisper kiri dan kanan. Sebagian dari
kedua hemisper dipisahkan oleh pistula longitudinal dan sebagian
dipersatukan oleh pita serabut saraf yang melebar (korpus kolosum).
d. Diensefalon, Dibagi menjadi empat wilayah :
1). Thalamus
Thalamus merupakan stasiun pemancar yang menerima impuls
ageren dari seluruh tubuh lalu memprosesnya dan meneruskannya ke
segmen otak yang lebih tinggi.
Kapsula interna yang terletak disekitar thalamus berupa berkas
saraf penting yang datang dari serebri dan dikompres kedalam rongga
yang kecil.
2). Hipotalamus
Hypothalamus merupakan pusat pengontrol susunan saraf otonom
juga mempengaruhi metabolisme, observasi makanan dan mengatur
suhu tubuh, karena letaknya sangat dekat dengan kelenjar pitviteri.
3) Subtalamus
Fungsinya belum dapat dimengerti sepenuhnya, tetapi lesi pada
subtalamus dapat menimbulkan diskenisia diamatis yang disebut
nemibalismus yang ditandai oleh gerakan kaki atau tangan yang
terhempas kuat pada satu sis tubuh. Gerakan infontuler biasanya lebih
nyata pada tangan dan kaki.
4) Epitalamus
Epitalamus dengan sistim limbic dan berperan pada beberapa
dorongan emosi dasar dan integrasi informasi olfaktorius.
3. Etiologi
Penyeban tumor otak belum diketahui pasti, tapi dapat diperkirakan karena :
a. Genetik
Tumor susunan saraf pusat primer nerupakan komponen besar dari
beberapa gangguan yang diturunkan sebagi kondisi autosomal, dominant
termasuk sklerasis tuberose, neurofibromatosis.
b. Kimia dan Virus
Pada binatang telah ditemukan bahwa karsinogen kimia dan virus
menyebabkan terbentuknya neoplasma primer susunan saraf pusat tetapi
hubungannya dengan tumor pada manusia masih belum jelas.
c. Radiasi
Pada manusia susunan saraf pusat pada masa kanak-kanak menyebablkan
terbentuknya neoplasma setelah dewasa.
d. Trauma
Trauma yang berulang menyebabkan terjadinya meningioma (neoplasma
selaput otak). Pengaruh trauma pada patogenesis neoplasma susunan saraf pusat
belum diketahui.
4. Klasifikasi
Glioma Jumlah ½ tumor otak Tumbuh pada tiap jaringan dari otak.
Infiltrasi dari terutama ke jaringan hemisfer cerebral. Tumbuh sangat cepat,
sebagian orang bias hidup beberapa bulan sampai tahun.
Meningoma 13 % sampai 18 % tumor primer intracranial Tumbuh dari
selaput meningeal otak. Biasanya jinak tapi bisa berubah menjadi maligna.
Biasanya berkapsul dan penyembuhan melaui bedah sangat mungkin.
Pertumbuhan kembali mungkin
Tumor Pituitari Tumor pada semua kelompok umur, tapi lebih sering
pada wanita. Tumbuh dari berbagai jenis jaringan. Pendekatan pembedahan
biasanya berhasil. Kekambuhan kembali mungkin.Neuroma (Schwannoma,
neuro)
Neuroma akustik sangat sering Tumbuh dari sel-sel Schwann di dalam
meatus auditori pada bagian vestibular saraf cranial III. Biasanya jinak bisa
berubah menjadi maligna. Akan tmbuh kembali bila tidak terangkat lengkap.
Reseksi bedah sukar karena lokasinya.
Tumor Metastase Dari 2 % sampai 20 % penderita kanker terjadi
metastase ke otak Sel kanker menjangkau otak lewat sistem sirkulasi. Reaksi
bedah sangat sukar, pemgobatan kurang berhasil. Pemulihan dibawah satu tahun
atau dua tahun tidak biasa.
5. Patofisiologi
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologik progresif. Gangguan
neurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh dua faktor :
gangguan fokal disebabkan oleh tumor dan kenaikan tekanan intracranial.
Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak, dan
infiltrasi atau invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan
neuron.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang
bertumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri
pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan
mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan serebrovaskuler primer.
Serangan kejang sebagai gejala perunahan kepekaan neuron dihubungkan
dengan kompesi invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan otak. Bebrapa
tumor membentuk kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga
memperberat ganggguan neurologist fokal.
Peningkatan tekanan intrakranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor :
bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor, dan
perubahan sirkulasi cairan serebrospinal.
Beberapa tumor dapat menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan
edema yang disebabkan oleh kerusakan sawar darah otak, semuanya
menimbulkan kenaikan volume intracranial dan meningkatkan tekanan
intracranial.
Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel lateral ke ruangan
subaraknoid menimbulkan hidrosefalus. Peningkatan tekanan intracranial akan
membahayakan jiwa. Mekanisme kompensasi memerlukan waktu lama untuk
menjadi efektif dan oleh karena itu tak berguna apabila tekanan intrakranial
timbul cepat.
Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume darah
intracranial, volume cairan serebrospinal, kandungan cairan intrasel dan
mengurangi sel-sel parenkim, kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan
herniasi unkus atau serebelum yang timbul bilagirus medialis lobus temporalis
bergeser ke inferior melalui insisura tentorial oleh massa dalam hemisfer otak.
Herniasi menekan mesensenfalon, menyebabkan hilangnya kesadaran dan
menekan saraf otak ketiga. Kompresi medula oblogata dan henti pernafasan
terjadi dengan cepat.
Perubahan fisiologi lain terjadi akibat peningkatan intracranial yang cepat
adalah bradikardia progresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan nadi), dan
gangguan pernafasan.
6. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala tumor otak sangat bervariasi, tergantung pada tempat lesi
dan kecepatan pertumbuhannya, antara lain :
Daerah Otak Tanda dan Gejala
1. Lobus Frontalis Gangguan kepribadian
Epilepsi
Afasia mototik
Hemiparesis
Ataxia
Gangguan bicara
Gangguan gaya berjalan
2. Lobus Oksipitalis Gangguan penglihatan
3. Lobus Temporalis Halusinasi
Kejang psicomotor
Tinitus (bunyi berdengung atau berdesing)
Kesulitan menyebutkan objek
4. Lobus Parietalis Tidak mampu merekam gambar
Tidak dapat membedakan mana kiri mana kanan.
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Arterigrafi atau Ventricolugram ; untuk mendeteksi kondisi patologi pada
sistem ventrikel dan cisterna.
b. CT – SCAN ; Dasar dalam menentukan diagnosa.
c. Radiogram ; Memberikan informasi yang sangat berharga mengenai struktur,
penebalan dan klasifikasi; posisi kelenjar pinelal yang mengapur; dan posisi
selatursika.
d. Elektroensefalogram (EEG) ; Memberi informasi mengenai perubahan
kepekaan neuron.
e. Ekoensefalogram ; Memberi informasi mengenai pergeseran kandungan intra
serebral.
f. Sidik otak radioaktif ; Memperlihatkan daerah-daerah akumulasi abnormal
dari zat radioaktif. Tumor otak mengakibatkan kerusakan sawar darah otak
yang menyebabkan akumulasi abnormal zat radioaktif.
8. Penatalaksanaan Medis
a. Pembedahan.
Craniotomi
b Radiotherapi
Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang pula
merupakan therapi tunggal. Adapun efek samping : kerusakan kulit di
sekitarnya, kelelahan, nyeri karena inflamasi pada nervus atau otot
pectoralis, radang tenggorkan.
c. Chemotherapy
Pemberian obat-obatan anti tumor yang sudah menyebar dalam aliran darah.
Efek samping : lelah, mual, muntah, hilang nafsu makan, kerontokan
membuat, mudah terserang penyakit.
d. Manipulasi hormonal.
Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk tumor yang sudah
bermetastase.
9. Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat kita temukan pada pasien yang menderita tumor
otak ialah :
a. Gangguan fisik neurologist
b. Gangguan kognitif
c. Gangguan tidur dan mood
d. Disfungsi seksual
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan dan kesehatan
Riwayat keluarga denga tumor
Terpapar radiasi berlebih.
Adanya riwayat masalah visual-hilang ketajaman penglihatan dan
diplopia
Kecanduan Alkohol, perokok berat
Terjadi perasaan abnormal
Gangguan kepribadian / halusinasi
b. Pola nutrisi metabolik
Riwayat epilepsi
Nafsu makan hilang
Adanya mual, muntah selama fase akut
Kehilangan sensasi pada lidah, pipi dan tenggorokan
Kesulitan menelan (gangguan pada refleks palatum dan Faringeal)
c. Pola eliminasi
Perubahan pola berkemih dan buang air besar (Inkontinensia)
Bising usus negative
d. Pola aktifitas dan latihan
Gangguan tonus otot terjadinya kelemahan otot, gangguan tingkat
kesadaran
Resiko trauma karena epilepsy
Hamiparase, ataksia
Gangguan penglihatan
Merasa mudah lelah, kehilangan sensasi (Hemiplefia)
e. Pola tidur dan istirahat
Susah untuk beristirahat dan atau mudah tertidur
f. Pola persepsi kognitif dan sensori
Pusing
Sakit kepala
Kelemahan
Tinitus
Afasia motorik
Hilangnya rangsangan sensorik kontralateral
Gangguan rasa pengecapan, penciuman dan penglihatan
Penurunan memori, pemecahan masalah
kehilangan kemampuan masuknya rangsang visual
Penurunan kesadaran sampai dengan koma.
Tidak mampu merekam gambar
Tidak mampu membedakan kanan/kiri
g. Pola persepsi dan konsep diri
Perasaan tidak berdaya dan putus asa
Emosi labil dan kesulitan untuk mengekspresikan
h. Pola peran dan hubungan dengan sesama
Masalah bicara
Ketidakmampuan dalam berkomunikasi ( kehilangan komunikasi verbal/
bicara pelo )
i. Reproduksi dan seksualitas
Adanya gangguan seksualitas dan penyimpangan seksualitas
Pengaruh/hubungan penyakit terhadap seksualitas
j. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stres
Adanya perasaan cemas,takut,tidak sabar ataupun marah
Mekanisme koping yang biasa digunakan
Perasaan tidak berdaya, putus asa
Respon emosional klien terhadap status saat ini
Orang yang membantu dalam pemecahan masalah
Mudah tersinggung
k. Sistem kepercayaan
Agama yang dianut, apakah kegiatan ibadah terganggu
2. Diagnosa Keperawatan
DP Pre-Operasi
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual, muntah dan tidak nafsu makan / pertumbuhan
sel-sel kanker
2. Nyeri kepala berhubungan dengan proses pertumbuhan
sel-sel kanker pada otak/mendesak otak.
3. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan
gangguan pergerakan dan kelemahan.
4. Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan
kerusakan sirkulasi serebral.
5. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan,
perubahan peran, perubahan citra diri
6. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan penanganan
penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi
7. Kecemasan berhubungan dengan rencana pembedahan
DP Post-Operasi
1. Nyeri yang berhubungan dengan efek dari pembedahan
2. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan
peran, perubahan citra diri.
3. Kurang pengetahuan tentang tumor otak yang berhubungan dengan
ketidaktahuan tentang sumber informasi
4. Kecemasan yang berhubungan dengan penyakit kronis dan masa depan
yang tidak pasti.
3. Rencana Keperawatan
Dp. Pre-Operasi
Dp 1. Nyeri berhubungan dengan proses pertumbuhan sel-sel kanker
Tujuan : Nyeri berkurang sampai hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan
Hasil yang diharapkan : Nyeri berkurang sampai dengan hilang
Rencana Tindakan:
1. Kaji karakteristik nyeri, lokasi, frekfensi
R/ mengtahui tingkat nyeri sebagai evaluasi untuk intervensi selanjutnya
2. Kaji faktor penyebab timbul nyeri (takut , marah, cemas)
R/ dengan mengetahui faktor penyebab nyeri menentukan tindakan untuk
mengurangi nyeri
4. Ajarkan tehnik relaksasi tarik nafas dalam
R/ tehnik relaksasi dapat mengatsi rasa nyeri
5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik
R/ analgetik efektif untuk mengatasi nyeri
DP Post Operai
DP 1 : Nyeri yang berhubungan dengan efek dari pembedahan.
Tujuan : Nyeri berkurang sampai hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria Hasil :
- Pasien dapat menjalani aktivitas tanpa merasa nyeri
- Ekspresi wajah rileks
- Klien mendemonstrasikan ketidaknyamananya hilang
Rencana Keperawatan :
1. Kaji tingkat nyeri (lokasi, durasi, intensitas, kualitas) tiap 4 – 6 jam
R/ : Sebagai indikator awal dalam menentukan intervensi berikutnya
2. Kaji keadaan umum pasien dan TTV
R/ : Sebagai indikator awal dalam menentukan intervensi berikutnya
3. Beri posisi yang menyenangkan bagi pasien
R/ : Untuk membantu pasien dalam pengontrolan nyeri
4. Beri waktu istrahat yang banyak dan kurangi pengunjung sesuai keinginan
pasien
R/ : Dapat menurunkan ketidaknyamanan fisik dan emosional
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
R/ : Membantu dalam penyembuhan pasien