Professional Documents
Culture Documents
RINGKASAN
Nenek moyang bangsa Indonesia diduga kuat oleh para Arkeolog adalah
ras Austronesia. Ras ini mendarat di Kepulauan Nusantara, dan memulai
peradaban neolitik. Bukti arkeologi menunjukkan bahwa budaya neolitik dimulai
sekitar 5000 tahun lalu di kepulauan Nusantara. Bersamaan dengan budaya baru
ini bukti antropologi menunjukkan muncul juga manusia dengan ciri fisik
Mongoloid. Populasi Mongoloid ini menyebar di kawasan Nusantara sekitar 5000
sampai 3000 tahun lalu dengan membawa bahasa Austronesia dan teknologi
pertanian.
1
Koordinator Tim Penelusuran Peninggalan Kerajaan Kandis di Lubuk Jambi Negeri Gajah
Tunggal, Kecamatan Kuantan Mudik Kabupaten Kuantan Singingi Propinsi Riau
2
PENDAHULUAN
Bangsa nenek moyang ini telah memiliki peradaban yang cukup baik,
mereka paham cara bertani yang lebih baik, ilmu pelayaran bahkan astronomi.
Mereka juga sudah memiliki sistem tata pemerintahan sederhana serta memiliki
pemimpin (raja kecil). Kedatangan imigran dari India pada abad-abad akhir
Sebelum Masehi memperkenalkan kepada mereka sistem tata pemerintahan yang
lebih maju (kerajaan).
Kepulauan Nusantara saat ini paling tidak ada 50 populasi etnik yang
mendiaminya, dengan karakteristik budaya dan bahasa tersendiri. Sebagian besar
dari populasi ini dengan cirri fisik Mongoloid, mempunyai bahasa yang tergolong
dalam satu keluarga atau filum bahasa. Bahasa mereka merupakan bahasa-bahasa
Austronesia yang menunjukkan mereka berasal dari satu nenek moyang.
3
Sedangkan di Indonesia bagian timur terdapat satu populasi dengan bahasa-bahasa
yang tergolong dalam berbagai bahasa Papua.
Hasil penelitian Alan Wilson tentang asal usul manusia di Amerika Serikat
(1980-an) menunjukkan bahwa manusia modern berasal dari Afrika sekitar
150.000-200.000 tahun lampau dengan kesimpulan bahwa hanya ada satu pohon
filogenetik DNA mitokondria, yaitu Afrika. Hasil penelitian ini melemahkan teori
bahwa manusia modern berkembang di beberapa penjuru dunia secara terpisah
(multi origin). Oleh karena itu tidak ada kaitannya manusia purba yang fosilnya
ditemukan diberbagai situs di Jawa (homo erectus, homo soloensis,
mojokertensis) dan di Cina (Peking Man) dengan perkembangan manusia modern
(homo sapiens) di Asia Timur. Manusia purba ini yang hidup sejuta tahun yang
lalu merupakan missing link dalam evolusi. Saat homo sapiens mendarat di
Kepulauan Nusantara, pulau Sumatra, Jawa dan Kalimantan masih tergabung
dengan daratan Asia sebagai sub-benua Sundaland. Sedangkan pulau Papua saat
itu masih menjadi satu dengan benua Australia sebagai Sahulland.
4
tersebar dari Madagaskar di barat hingga Pulau Paskah di Timur. Bahasa tersebut
kini dituturkan oleh lebih dari 300 juta orang. Pendapat Umar Anggara Jenny dan
Harry Truman tentang sebaran dan pengaruh bahasa dan bangsa Austronesia ini
juga dibenarkan oleh Abdul Hadi WM (Samantho, 2009).
Dari kedua teori tentang asal usul manusia yang mendiami Nusantara ini,
benua Sunda-Land merupakan benang merahnya. Pendekatan analisis
filologis, antropologis dan arkeologis dari kerajaan Nusantara kuno serta analisis
hubungan keterkaitan satu dengan lainnya kemungkinan besar akan menyingkap
kegelapan masa lalu Nusantara. Penelitian ini bertujuan untuk menelusuri
peradaban awal Nusantara yang diduga adalah kerajaan Kandis.
TINJAUAN PUSTAKA
5
diperdebatkan. Zaman Hindu/Budha juga telah ditemukan bukti sejarah walaupun
tidak sejelas zaman setelahnya. Zaman sebelum Hindu/Budha masih dalam teka-
teki besar, maka dalam menjawab ketidakjelasan ini dapat dilakukan dengan
analisa keterkaitan antar kerajaan. Urutan tahun berdiri kerajaan di Indonesia
dapat dilihat pada tabel berikut.
6
40. Kesultanan Berau Berau 1432 M
41. Kerajaan Wajo Wajo, Sulawesi Selatan 1450 M
42. Kerajaan Tanah Hitu Ambon, Maluku 1470 M
43. Kesultanan Demak Demak, Jawa Tengah 1478 M
44. Kerajaan Inderapura Pesisir Selatan, Sumbar 1500-an M
45. Kesultanan Pasir/Sadurangas Pasir, Kalimantan Selatan 1516 M
46. Kerajaan Blambangan Banyuwangi, Jawa Timur 1520-an M
47. Kesultanan Tidore Tidore, Maluku Utara 1521 M
48. Kerajaan Sumedang Larang Jawa Barat 1521 M
49. Kesultanan Bacan Bacan, Maluku 1521 M
50. Kesultanan Banten Banten 1524 M
51. Kesultanan Banjar Kalimantan Selatan 1526 M
52. Kesultanan Cirebon Jawa Barat 1527 M
53. Kesultan Sambas Sambas, Kalimantan Barat 1590-an M
54. Kesultanan Asahan Asahan 1630 M
55. Kesultanan Bima Bima 1640 M
56. Kerajaan Adonara Adonara, Jawa Barat 1650 M
57. Kesultanan Gowa Goa, Makasar 1666 M
58. Kesultanan Deli Deli, Sumatra Utara 1669 M
59. Kesultanan Palembang Palembang 1675 M
60. Kerajaan Kota Waringin Kalimantan Tengah 1679 M
61. Kesultanan Serdang Serdang, Sumatra Utara 1723 M
62. Kesultanan Siak Sri Indrapura Siak, Riau 1723 M
63. Kasunanan Surakarta Solo, Jawa Tengah 1745 M
64. Kesltn. Ngayogyakarto Hadiningrat Yogyakarta 1755 M
65. Praja Mangkunegaran Jawa Tengah-Yogyakarta 1757 M
66. Kesultanan Pontianak Kalimantan Barat 1771 M
67. Kerajaan Pagatan Tanah Bumbu, Kalsel 1775 M
68. Kesultanan Pelalawan Pelalawan, Riau 1811 M
69. Kadipaten Pakualaman Yogyakarta 1813 M
70. Kesultanan Sambaliung Gunung Tabur 1810 M
71. Kesultanan Gunung Tabur Gunung Tabur 1820 M
72. Kesultanan Riau Lingga Lingga, Riau 1824 M
73. Kesultanan Trumon Sumatra Utara 1831 M
74. Kerajaan Amanatum NTT 1832 M
75. Kesultanan Langkat Sumatra Utara 1877 M
76. Republik Indonesia Kepulauan Nusantara 17-8-1945
Sumber: http://www.wikipedia.com (dengan olahan), *Tahun berdiri berdasarkan tombo adat
Dalam catatan sejarah terdapat informasi yang terputus antara zaman pra
sejarah dengan zaman Hindu/Budha. Namun dari Tabel 1 diatas dapat diperoleh
gambaran bahwa peradaban Nusantara kuno bermula di Sumatra bagian tengah
dan ujung barat pulau Jawa. Dari abad ke-1 sampai abad ke-4 daerah yang dihuni
meliputi Jambi (kerajaan Melayu Tua), Lampung (Kepaksian Skala Brak Kuno),
dan Banten (kerajaan Salakanegara). Untuk mengetahui peradaban awal
7
Nusantara kemungkinan besar dapat diketahui melalui analisa keterkaitan tiga
kerajaan tersebut.
8
Dengan demikian seolah-olah perpindahan Kerajaan Malayu Kuno pra-
Sriwijaya bergeser dari arah barat ke timur mengikuti pendangkalan Teluk Wen
yang disebabkan oleh sedimen terbawa oleh sungai terutama Batang Tembesi.
Hubungan dagang secara langsung terjadi dalam perdagangan dengan negeri-
negeri di luar di sekitar Teluk Wen dan Selat Malaka maka besar kemungkinan
negeri Koying berada di sekitar Alam Kerinci.
9
Dalam catatan Kitab Tiongkok kuno yang disalin oleh Groenevelt kedalam
bahasa Inggris bahwa antara tahun 454 dan 464 Masehi disebutkan kisah sebuah
Kerajaan Kendali yang terletak di antara pulau Jawa dan Kamboja. Hal ini
membuktikan bahwa pada abad ke 3 telah berdiri Kerajaan Sekala Brak Kuno
yang belum diketahui secara pasti kapan mulai berdirinya. Kerajaan Sekala Brak
menjalin kerjasama perdagangan antar pulau dengan Kerajaan Kerajaan lain di
Nusantara dan bahkan dengan India dan Negeri Cina.
Kerajaan Salakanegara
Kerajaan Salakanagara (Salaka=Perak) atau Rajatapura termasuk kerajaan
Hindu. Ceritanya atau sumbernya tercantum pada Naskah Wangsakerta. Kerajaan
ini dibangun tahun 130 Masehi yang terletak di pantai Teluk Lada (wilayah
Kabupaten Pandeglang, Banten). Raja pertamanya yaitu Dewawarman yang
memiliki gelar Prabu Darmalokapala Dewawarman Haji Rakja Gapura Sagara
yang memerintah sampai tahun 168 M.
Dalam Babad suku Sunda, Kota Perak ini sebelumnya diperintah oleh
tokoh Aki Tirem Sang Aki Luhur Mulya atau Aki Tirem, waktu itu kota ini
namanya Pulasari. Aki Tirem menikahkan putrinya yang bernama Pohaci Larasati
dengan Dewawarman. Dewawarman ini sebenarnya Pangeran yang asalnya dari
negri Palawa di India Selatan. Daerah kekuasaan kerajaan ini meliputi semua
pesisir selat Sunda yaitu pesisir Pandeglang, Banten ke arah timur sampai
Agrabintapura (Gunung Padang, Cianjur), juga sampai selat Sunda hingga
Krakatau atau Apuynusa (Nusa api) dan sampai pesisir selatan Swarnabumi
(pulau Sumatra). Ada juga dugaan bahwa kota Argyre yang ditemukannya
Claudius Ptolemalus tahun 150 M itu kota Perak atau Salaknagara ini. Dalam
berita Cina dari dinasti Han, ada catatan dari raja Tiao-Pien (Tiao=Dewa,
Pien=Warman) dari kerajaan Yehtiao atau Jawa, mengirim utusan/duta ke Cina
tahun 132 M.
10
Mitologi Minangkabau
11
Setelah Raja Iskandar wafat, ketiga putranya berangkat menuju daerah
yang ditunjukkan oleh ayahnya. Maharaja Diraja membawa mahkota yang
bernama “mahkota senggahana”, Maharaja Depang membawa senjata bernama
“jurpa tujuh menggang”, Maharaja Alif membawa senjata bernama “keris
sempana ganjah iris” dan lela yang tiga pucuk. Sepucuk jatuh ke bumi dan
sepucuk kembali ke asalnya jadi mustika dan geliga dan sebuah pedang yang
bernama sabilullah.
Berlayarlah bahtera yang membawa ketiga orang putra itu ke arah timur,
menuju pulau Langkapuri. Setibanya di dekat pulau Sailan ketiga saudara itu
berpisah, Maharaja Depang terus ke Negeri Cina, Maharaja Alif kembali ke negeri
Ruhum, dan Maharaja Diraja melanjutkan pelayaran ke tenggara menuju sebuah
pulau yang bernama Jawa Alkibri atau disebut juga dengan Pulau Emas (Andalas
atau Sumatra sekarang). Setelah lama berlayar kelihatanlah puncak gunung
merapi sebesar telur itik, maka ditujukan bahtera kesana dan berlabuh didekat
puncak gunung itu. Seiring menyusutnya air laut mereka berkembang di sana.
Dari keterangan Tambo itu tidak ada dikatakan angka tahunnya hanya
dengan istilah “Masa dahulu kala” itulah yang memberikan petunjuk kepada kita
bahwa kejadian itu sudah berlangsung sangat lama sekali, sedangkan waktu yang
mencakup zaman dahulu kala itu sangat banyak sekali dan tidak ada kepastiannya.
Kita hanya akan bertanya-tanya atau menduga-duga dengan tidak akan mendapat
jawaban yang pasti. Di kerajaan Romawi atau Cina memang ada sejarah raja-raja
yang besar, tetapi raja mana yang dimaksudkan oleh Tambo tidak kita ketahui.
Dalam hal ini rupanya Tambo Alam Minangkabau tidak mementingkan angka
tahun selain dari mementingkan kebesaran kemasyuran nama-nama rajanya.
2
Dikumpulkan dari cerita yang diwarisi secara turun temurun oleh Penghulu Adat Lubuk Jambi
12
bagian selatan belahan bumi. Karena perubahan pergerakan kulit bumi, maka ada
benua-benua yang tenggelam ke dasar lautan dan timbul pulau-pulau yang
berserakan. Pulau Perca ini timbul terputus-putus berjejer dari utara ke selatan
yang dibatasi oleh laut. Pada waktu itu Pulau Sumatera bagaikan guntingan kain
sehingga pulau ini diberi nama Pulau Perca. Pulau Sumatera telah melintasi
sejarah berabad-abad lamanya dengan beberapa kali pergantian nama yaitu: Pulau
Perca, Pulau Emas (Swarnabumi), Pulau Andalas dan terakhir Pulau Sumatra.
13
Maharaja Diraja) dan gelar lainnya adalah Datuk Rajo Tunggal (lebih akrab
dipanggil). Datuk Rajo Tunggal memiliki senjata kebesaran yaitu keris berhulu
kepala burung garuda yang sampai saat ini masih dipegang oleh Danial gelar
Datuk Mangkuto Maharajo Dirajo. Datuk Rajo Tunggal menikah dengan putri
yang cantik jelita yang bernama Bunda Pertiwi. Bunda Pertiwi bersaudara dengan
Bunda Darah Putih. Bunda Darah Putih yang tua dan Bunda Pertiwi yang bungsu.
Setelah Maharaja Diraja wafat, Datuk Rajo tunggal menjadi raja di kerajaan
Kandis. Bunda Darah Putih dipersunting oleh Datuk Bandaro Hitam. Lambang
kerajaan Kandis adalah sepasang bunga raya berwarna merah dan putih.
Kehidupan ekonomi kerajaan Kandis ini adalah dari hasil hutan seperti
damar, rotan, dan sarang burung layang-layang, dan dari hasil bumi seperti emas
dan perak. Daerah kerajaan Kandis kaya akan emas, sehingga Rajo Tunggal
memerintahkan untuk membuat tambang emas di kaki Bukit Bakar yang dikenal
dengan tambang titah, artinya tambang emas yang dibuat berdasarkan titah raja.
Sampai saat ini bekas peninggalan tambang ini masih dinamakan dengan tambang
titah.
Dt. Rajo Tunggal memerintah dengan adil dan bijaksana. Pada puncak
kejayaannya terjadilah perebutan kekuasaan oleh bawahan Raja yang ingin
berkuasa sehingga terjadi fitnah dan hasutan. Orang-orang yang merasa mampu
dan berpengaruh berangsur-angsur pindah dari Bukit Bakar ke tempat lain di
14
antaranya ke Bukit Selasih dan akhirnya berdirilah kerajaan Kancil Putih di Bukit
Selasih tersebut.
Air laut semakin surut sehingga daerah Kuantan makin banyak yang
timbul. Kemudian berdiri pula kerajaan Koto Alang di Botung (Desa Sangau
sekarang) dengan Raja Aur Kuning sebagai Rajanya. Penyebaran penduduk
Kandis ini ke berbagai tempat yang telah timbul dari permukaan laut, sehingga
berdiri juga Kerajaan Puti Pinang Masak/Pinang Merah di daerah Pantai (Lubuk
Ramo sekarang). Kemudian juga berdiri Kerajaan Dang Tuanku di Singingi dan
kerajaan Imbang Jayo di Koto Baru (Singingi Hilir sekarang).
15
METODOLOGI PENELITIAN
16
Gambar 1 Hipotesa Lokasi Istana Dhamna
Gambar 2 Batu Karst yang diduga sebagai pagar lingkar luar kerajaan
17
Pada bukit yang dikelilingi oleh sungai yang sangat jernih, pada bagian
puncaknya ditemukan batu karst yang memenuhi puncak bukit (Gambar 3). Batu
karst itu pada lereng bagian timur dan utara tersingkap, sedangkan lereng selatan
dan barat tertimbun. Lereng tenggara ditemukan seperti tiang batu yang diduga
bekas menara istana (Gambar 4).
18
Pada lereng timur bukit sebelah atas kira-kira 1200 m dari sungai
ditemukan mulut goa yang diduga pintu istana, akan tetapi pintu ini pada bagian
dalam sudah tertutup oleh reruntuhan batu. Pintu goa ini tingginya 5 meter dengan
ruangan di dalamnya sejauh 3 meter, dan dalam goa tersebut terlihat seperti ada
ruangan besar di dalamnya namun sudah tertutup (Gambar 5).
Pada lereng bukit bagian selatan sampai ke barat ditemukan teras sebanyak
tiga tingkat, diduga bekas cincin air (Gambar 6), sementara lereng utara sampai
timur sangat curam dan terlihat seperti terjadi erosi yang parah. Teras ini lebarnya
rata-rata 4 m, jarak antara sungai dengan teras pertama kira-kira 200 m, teras
pertama dengan teras kedua kira-kira 400 m, teras kedua dengan teras ketiga kira-
kira 500 m dan panjang lereng diperkirakan 1500 m. Berdasarkan analisa di peta
bukit ini dari timur ke barat berdiameter 3000 m, dan dari utara ke selatan
berdiameter 3000 m, beda elevasi antara sungai dengan puncak bukit 245 m. Pada
lereng barat daya, kira-kira pada ketinggian lereng 800 m ditemukan mata air
yang mengalir deras. Ukuran ini berdasarkan perkiraan di lapangan dan
pengukuran di peta satelit. Untuk mendapatkan ukuran sebenarnya perlu
pengukuran dilapangan.
19
Gambar 6 Teras yang diduga bekas cincin air
Melihat ciri-ciri atau karakter lokasi, lokasi ini sangat mirip dengan sketsa
kerajaan Atlantis yang ditulis dalam mitologi Yunani “Timeus dan Critias” karya
Plato (360 SM). Mitologi ini menyebutkan “Poseidon mengukir gunung tempat
kekasihnya tinggal menjadi istana dan menutupnya dengan tiga parit bundar
20
yang lebarnya meningkat, bervariasi dari satu sampai tiga stadia dan terpisah
oleh cincin tanah yang besarnya sebanding”. Bangsa Atlantis lalu membangun
jembatan ke arah utara dari pegunungan, membuat rute menuju sisa pulau.
Mereka menggali kanal besar ke laut, dan di samping jembatan, dibuat gua
menuju cincin batu sehingga kapal dapat lewat dan masuk ke kota di sekitar
pegunungan; mereka membuat dermaga dari tembok batu parit. Setiap jalan
masuk ke kota dijaga oleh gerbang dan menara, dan tembok mengelilingi setiap
cincin kota. Tembok didirikan dari bebatuan merah, putih dan hitam yang berasal
dari parit, dan dilapisi oleh kuningan, timah dan orichalcum (perunggu atau
kuningan). Ada kemiripan mitologi ini dengan mitologi yang ada di Lubuk Jambi.
Ini hanya sebuah dugaan yang belum dibuktikan secara ilmiah, oleh karena
itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Survei arkeologi yang dilakukan ke
lokasi belum bisa menyimpulkan lokasi ini sebagai peninggalan kerajaan karena
belum cukup barang bukti untuk menyimpulkan seperti itu. Namun sudah dapat
dipastikan bahwa daerah tersebut pernah dihuni atau disinggahi manusia dulunya.
21
Analisa Mitologi Minangkabau vs Mitologi Lubuk Jambi
Terlepas dari benar tidaknya sebuah mitologi, kesamaan cerita dalam
mitos tersebut akan mengantarkan pada suatu titik terang. Tambo Minangkabau
begitu indah didengar ketika pesta nikah kawin dalam bentuk pepatah adat
menunjukkan kegemilangan masa lalu. Tambo Minangkabau dan Tombo Lubuk
Jambi, dua cerita yang bertolak belakang. Minangkabau mengatakan bahwa nenek
moyangnya adalah Sultan Maharaja Diraja putra Iskandar Zulkarnain yang
berlabuh di puncak gunung merapi. Air laut semakin surut keturunan Maharaja
Diraja berkembang di sana hingga menyebar kebeberapa daerah di Sumatra. Lain
halnya dengan tambo Lubuk Jambi, tambo itu mengatakan bahwa nenek
moyangnya adalah Maharaja Diraja putra Iskandar Zulkarnain, berlabuh di Bukit
Bakar dan membangun peradaban di sana. Dari Lubuk Jambi keturunan-
keturunannya menyebar ke Minangkabau dan Jambi. Namun tambo tidak
menyebutkan tahun. Itulah sebabnya daerah ini dinamakan Lubuk Jambi yang
berarti asalnya (lubuk) orang-orang Jambi. Menurut ceritanya, Kandis sejak kalah
perang dalam ekspedisi Sintong dan penyembunyian peradaban mereka ceritanya
disampaikan secara rahasia dari generasi ke generasi oleh Penghulu Adat atau
dikenal dalam istilahnya ”Rahasio Penghulu”. Namun kebenaran cerita rahasia ini
perlu dibuktikan.
Dari kedua tambo tersebut di atas, dapat ditarik benang merah yaitu
”sama-sama menyebutkan bahwa nenek moyang mereka adalah Iskandar
Zulkarnain”. Tapi dalam catatan sejarah yang diketahui Iskandar Zulkarnain
(Alexander the Great/ Alexander Agung) tidak mempunyai keturunan.
Plato-Atlantis-Iskandar Zulkarnain-Kandis
Plato, filosof kelahiran Yunani (Greek philosopher) yang hidup 427-347
Sebelum Masehi (SM). Plato adalah salah seorang murid Socrates, filosof arif
bijaksana, yang kemudian mati diracun oleh penguasa Athena yang zalim pada
tahun 399 SM. Plato sering bertualang, termasuk perjalanannya ke Mesir. Pada
tahun 387 SM dia mendirikan Academy di Athena, sebuah sekolah ilmu
pengetahuan dan filsafat, yang kemudian menjadi model buat universitas
22
moderen. Murid yang terkenal dari Academy tersebut adalah Aristoteles yang
ajarannya punya pengaruh yang hebat terhadap filsafat sampai saat ini.
KESIMPULAN
23
UCAPAN TERIMA KASIH
DAFTAR PUSTAKA
Kristy, R (Ed). 2006. Plato Pemikir Etika dan Metafisika. Gramedia. Jakarta.
24