You are on page 1of 10

MOBILISASI DAN IMMOBILISASI

Hanny Handiyani, SKp, M.Kep.

OBJEKTIF
Setelah menyelesaikan pokok bahasan ini, peserta didik mampu:
- mendefinisikan beberapa terminasi kunci terkait mobilisasi
- menggambarkan konsep dasar dalam mobilisasi: fungsi skeletal, otot skeletal, dan sistem saraf
dalam mengatur pergerakan; pengaruh fisiologik, dan patologik pada kesegarisan tubuh dan
mobilisasi sendi; perubahan fungsi fisiologik dan psikososial yang berhubungan dengan
immobilisasi
- mengkaji klien dengan gangguan mobilisasi
- merumuskan diagnosa keperawatan yang benar untuk masalah mobilisasi
- menulis rencana keperawatan untuk gangguan mobilisasi
- melakukan latihan rentang pergerakan sendi aktif/ pasif (praktikum)
- melakukan teknik positioning/ perubahan posisi klien di tempat tidur (praktikum)
- melakukan teknik ambulasi bagi klien (praktikum)
- mengevaluasi rencana keperawatan untuk masalah mobilisasi

KATA KUNCI
- mekanika tubuh
- body alignment/ kesegarisan tubuh atau postur
- keseimbangan tubuh
- berat
- friksi
- propiosepsi

SUMBER
Carpenito, L.J. (1999). Nursing care plans and documentation: Nursing diagnoses and
collaborative problems. (third edition). Philadelphia: Lippincott.
Craven, R.F., Hirnle, C.J. (2000). Fundamentals of nursing: Concepts, process, and practice. (fifth
edition). California: Addison, Wesley Publishing Co.
Leahy, J.M.& Kizilay, P.E. (1998). Foundation of nursing practice: A nursing approach. USA:
WB Saunders Company.
1

MOBILISASI DAN IMMOBILISASI


Hanny Handiyani, SKp, M.Kep.
ILUSTRASI
Anda seorang perawat di ruang rawat bedah ortopedi dan bertanggung jawab untuk merawat enam
klien. Klien anda Tn. A (20 tahun) telah dirawat di ruang tersebut selama tujuh hari dengan diagnosa
medis fraktur femur sepertiga distal dekstra pascaoperasi pemasangan fiksasi internal hari keenam.
Klien takut untuk menggerakkan anggota tubuhnya karena nyeri. Punggung, bokong, dan tumitnya
tampak merah karena lama tertekan. Dokter bedahnya juga telah menginstruksikannya untuk latihan
berjalan. Anda mencoba membantu klien tersebut berjalan, namun karena beban klien terlalu berat,
anda mengalami kesulitan untuk melakukannya. Sebagai perawat, apa yang harus anda perhatikan
dan lakukan untuk mengatasi masalah tersebut?

TERMINASI KUNCI
Mekanika tubuh adalah suatu usaha sistem muskuloskeletal dan sistem saraf yang terkoordinasi
untuk mempertahankan keseimbangan, postur, dan kesegarisan tubuh selama mengangkat,
membungkuk, bergerak, dan melakukan aktifitas sehari-hari. Penggunaan mekanika tubuh yang
sesuai dapat mengurangi risiko injuri sistem muskuloskeletal dan memfasilitasi pergerakan tubuh
yang memungkinkan mobilisasi fisik tanpa ketegangan otot, dan menggunakan energi otot yang
berlebihan.

Kesegarisan tubuh atau postur berhubungan dengan posisi sendi, tendon, ligament, dan otot ketika
posisi berdiri, duduk, dan berbaring. Kesegarisan tubuh yang benar mengurangi ketegangan pada
struktur muskuloskeletal, mempertahankan tonus otot secara adekuat, dan menunjang
keseimbangan.

Kesegarisan tubuh menunjang keseimbangan tubuh. Keseimbangan adalah kemampuan untuk


mencapai dan mempertahankan postur tubuh tetap tegak melawan gravitasi (duduk atau berdiri)
sebaik mungkin untuk mengatur seluruh keterampilan aktifitas fisik (Glick, 1992 dikutip dari Kozier,
1997). Keseimbangan diatur oleh serebelum dan telinga dalam (kanalis semisirkuler). Tanpa
keseimbangan ini, pusat gravitasi akan berubah, gaya gravitasi meningkat, dan konsekuensinya
menyebabkan risiko jatuh dan injuri. Keseimbangan tubuh diperoleh dengan adanya dasar
pendukung yang luas, pusat gravitasi berada pada dasar pendukung, dan garis vertikal dapat
digambar dari pusat gravitasi melalui dasar pendukung, postur yang benar (lurus) dan pusat gravitasi
yang lebih rendah.
2

Berat adalah gaya pada tubuh yang menggunakan gravitasi. Ketika suatu objek diangkat,
pengangkat harus mengetahui berat objek dan mengetahui pusat gravitasinya. Pada objek yang
simetri, pusat gravitasi berada tepat pada pusat objek. Pada manusia, pusat gravitasinya biasanya
berada pada 55-57% tinggi badannya ketika berdiri dan berada di tengah-tengah. Gaya berat selalu
mengarah ke bawah, hal ini menjadi alasan mengapa objek yang tidak seimbang itu jatuh.

Friksi (gaya gesek) adalah gaya yang terjadi pada gerakan benda yang berlawanan. Perawat dapat
mengurangi friksi dengan mengikuti beberapa prinsip dasar, antara lain meminimalkan permukaan
tubuh (menyilangkan lengan klien di dada), meminimalkan beban, menggunakan kekuatan dan
gerakan klien saat mengangkat (ajak klien berpartisipasi), mengangkat menggunakan pull sheet.

KONSEP DASAR MOBILISASI


Mobilisasi atau kemampuan seseorang untuk bergerak bebas merupakan salah satu kebutuhan dasar
manusia yang harus terpenuhi. Tujuan mobilisasi adalah memenuhi kebutuhan dasar (termasuk
melakukan aktifitas hidup sehari-hari dan aktifitas rekreasi), mempertahankan diri (melindungi diri
dari trauma), mempertahankan konsep diri, mengekspresikan emosi dengan gerakan tangan non
verbal. Immobilisasi adalah suatu keadaan di mana individu mengalami atau berisiko mengalami
keterbatasan gerak fisik. Mobilisasi dan immobilisasi berada pada suatu rentang. Immobilisasi
dapat berbentuk tirah baring yang bertujuan mengurangi aktivitas fisik dan kebutuhan oksigen tubuh,
mengurangi nyeri, dan untuk mengembalikan kekuatan. Individu normal yang mengalami tirah
baring akan kehilangan kekuatan otot rata-rata 3% sehari (atropi disuse).

Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem otot, skeletal, sendi,
ligament, tendon, kartilago, dan saraf. Otot Skeletal mengatur gerakan tulang karena adanya
kemampuan otot berkontraksi dan relaksasi yang bekerja sebagai sistem pengungkit. Ada dua tipe
kontraksi otot: isotonik dan isometrik. Pada kontraksi isotonik, peningkatan tekanan otot
menyebabkan otot memendek. Kontraksi isometrik menyebabkan peningkatan tekanan otot atau
kerja otot tetapi tidak ada pemendekan atau gerakan aktif dari otot, misalnya, menganjurkan klien
untuk latihan kuadrisep. Gerakan volunter adalah kombinasi dari kontraksi isotonik dan isometrik.
Meskipun kontraksi isometrik tidak menyebabkan otot memendek, namun pemakaian energi
meningkat. Perawat harus mengenal adanya peningkatan energi (peningkatan kecepatan pernafasan,
fluktuasi irama jantung, tekanan darah) karena latihan isometrik. Hal ini menjadi kontra indikasi
pada klien yang sakit (infark miokard atau penyakit obstruksi paru kronik).
3

Postur dan Gerakan Otot merefleksikan kepribadian dan suasana hati seseorang dan tergantung pada
ukuran skeletal dan perkembangan otot skeletal. Koordinasi dan pengaturan dari kelompok otot
tergantung dari tonus otot dan aktifitas dari otot yang berlawanan, sinergis, dan otot yang melawan
gravitasi. Tonus otot adalah suatu keadaan tegangan otot yang seimbang. Ketegangan dapat
dipertahankan dengan adanya kontraksi dan relaksasi yang bergantian melalui kerja otot. Tonus otot
mempertahankan posisi fungsional tubuh dan mendukung kembalinya aliran darah ke jantung.
Immobilisasi menyebabkan aktifitas dan tonus otot menjadi berkurang.

Skeletal adalah rangka pendukung tubuh dan terdiri dari empat tipe tulang: panjang, pendek, pipih,
dan ireguler (tidak beraturan). Sistem skeletal berfungsi dalam pergerakan, melindungi organ vital,
membantu mengatur keseimbangan kalsium, berperan dalam pembentukan sel darah merah.

Sendi adalah hubungan di antara tulang, diklasifikasikan menjadi:


- Sendi sinostotik mengikat tulang dengan tulang mendukung kekuatan dan stabilitas. Tidak ada
pergerakan pada tipe sendi ini. Contoh: sakrum, pada sendi vertebra
- Sendi kartilaginous/sinkondrodial, memiliki sedikit pergerakan, tetapi elastis dan menggunakan
kartilago untuk menyatukan permukaannya. Sendi kartilago terdapat pada tulang yang
mengalami penekanan yang konstan, seperti sendi, kostosternal antara sternum dan iga.
- Sendi fribrosa/sindesmodial, adalah sendi di mana kedua permukaan tulang disatukan dengan
ligamen atau membran. Serat atau ligamennya fleksibel dan dapat diregangkan, dapat bergerak
dengan jumlah yang terbatas. Contoh: sepasang tulang pada kaki bawah (tibia dan fibula)
- Sendi sinovial atau sendi yang sebenarnya adalah sendi yang dapat digerakkan secara bebas di
mana permukaan tulang yang berdekatan dilapisi oleh kartilago artikular dan dihubungkan oleh
ligamen oleh membran sinovial. Contoh: sendi putar seperti sendi pangkal paha (hip) dan sendi
engsel seperti sendi interfalang pada jari.

Ligamen adalah ikatan jaringan fibrosa yang berwarna putih, mengkilat, fleksibel mengikat sendi
menjadi satu sama lain dan menghubungkan tulang dan kartilago. Ligamen itu elastis dan membantu
fleksibilitas sendi dan memiliki fungsi protektif. Misalnya, ligamen antara vertebra, ligamen non
elastis, dan ligamentum flavum mencegah kerusakan spinal kord (tulang belakang) saat punggung
bergerak.
4

Tendon adalah jaringan ikat fibrosa berwarna putih, mengkilat, yang menghubungkan otot dengan
tulang. Tendon itu kuat, fleksibel, dan tidak elastis, serta mempunyai panjang dan ketebalan yang
bervariasi, misalnya tendon akhiles/kalkaneus.

Kartilago adalah jaringan penghubung pendukung yang tidak mempunyai vaskuler, terutama berada
di sendi dan toraks, trakhea, laring, hidung, dan telinga. Bayi mempunyai sejumlah besar kartilago
temporer. Kartilago permanen tidak mengalami osifikasi kecuali pada usia lanjut dan penyakit,
seperti osteoarthritis.

Sistem saraf mengatur pergerakan dan postur tubuh. Area motorik volunteer utama, berada di
konteks serebral, yaitu di girus prasentral atau jalur motorik.

Propriosepsi adalah sensasi yang dicapai melalui stimulasi dari bagian tubuh tertentu dan aktifitas
otot. Proprioseptor memonitor aktifitas otot dan posisi tubuh secara berkesinambungan. Misalnya:
proprioseptor pada telapak kaki berkontribusi untuk memberi postur yang benar ketika berdiri atau
berjalan. Saat berdiri, ada penekanan pada telapak kaki secara terus menerus. Proprioseptor
memonitor tekanan, melanjutkan informasi ini sampai memutuskan untuk mengubah posisi.

Faktor yang mempengaruhi mobilisasi:


1. Sistem neuromuskular
2. Gaya hidup
3. Ketidakmampuan
4. Tingkat energi
5. Tingkat perkembangan
- Bayi: sistem muskuloskeletal bayi bersifat fleksibel. Ekstremitas lentur dan persendian
memiliki ROM lengkap. Posturnya kaku karena kepala dan tubuh bagian atas dibawa ke
depan dan tidak seimbang sehingga mudah terjatuh.
- Batita: kekakuan postur tampak berkurang, garis pada tulang belakang servikal dan lumbal
lebih nyata
- Balita dan anak sekolah: tulang-tulang panjang pada lengan dan tungkai tumbuh. Otot,
ligamen, dan tendon menjadi lebih kuat, berakibat pada perkembangan postur dan
peningkatan kekuatan otot. Koordinasi yang lebih baik memungkinkan anak melakukan
tugas-tugas yang membutuhkan keterampilan motorik yang baik.
5

- Remaja: remaja putri biasanya tumbuh dan berkembang lebih dulu dibanding yang laki-laki.
Pinggul membesar, lemak disimpan di lengan atas, paha, dan bokong. Perubahan laki-laki
pada bentuk biasanya menghasilkan pertumbuhan tulang panjang dan meningkatnya massa
otot. Tungkai menjadi lebih panjang dan pinggul menjadi lebih sempit. Perkembangan otot
meningkat di dada, lengan, bahu, dan tungkai atas.
- Dewasa: postur dan kesegarisan tubuh lebih baik. Perubahan normal pada tubuh dan
kesegarisan tubuh pada orang dewasa terjadi terutama pada wanita hamil. Perubahan ini
akibat dari respon adaptif tubuh terhadap penambahan berat dan pertumbuhan fetus. Pusat
gravitasi berpindah ke bagian depan. Wanita hamil bersandar ke belakang dan agak
berpunggung lengkung. Dia biasanya mengeluh sakit punggung.
- Lansia: kehilangan progresif pada massa tulang total terjadi pada orangtua.

6. Kondisi patologik:
- Postur abnormal:
a. Tortikolis: kepala miring pada satu sisi, di mana adanya kontraktur pada otot sternoklei
domanstoid
b. Lordosis: kurva spinal lumbal yang terlalu cembung ke depan/ anterior
c. Kifosis: peningkatan kurva spinal torakal
d. Kipolordosis: kombinasi dari kifosis dan lordosis
e. Skolioasis: kurva spinal yang miring ke samping, tidak samanya tinggi hip/ pinggul dan
bahu
f. Kiposkoliosis: tidak normalnya kurva spinal anteroposterior dan lateral
g. Footdrop: plantar fleksi, ketidakmampuan menekuk kaki karena kerusakan saraf peroneal

- Gangguan perkembangan otot, seperti distropsi muskular, terjadi karena gangguan yang
disebabkan oleh degenerasi serat otot skeletal
- Kerusakan sistem saraf pusat
- Trauma langsung pada sistem muskuloskeletal: kontusio, salah urat, dan fraktur.

Respon fisiologik dari perubahan mobilisasi, adalah perubahan pada:


- muskuloskeletal seperti kehilangan daya tahan, penurunan massa otot, atropi dan abnormalnya
sendi (kontraktur) dan gangguan metabolisme kalsium
- kardiovaskuler seperti hipotensi ortostatik, peningkatan beban kerja jantung, dan pembentukan
thrombus
6

- pernafasan seperti atelektasis dan pneumonia hipostatik


- metabolisme dan nutrisi antara lain laju metabolic; metabolisme karbohidrat, lemak dan protein;
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit; ketidakseimbangan kalsium; dan gangguan pencernaan
(seperti konstipasi)
- eliminasi urin seperti stasis urin meningkatkan risiko infeksi saluran perkemihan dan batu ginjal
- integument seperti ulkus dekubitus adalah akibat iskhemia dan anoksia jaringan
- neurosensori: sensori deprivation

Respon psikososial dari antara lain meningkatkan respon emosional, intelektual, sensori, dan
sosiokultural. Perubahan emosional yang paling umum adalah depresi, perubahan perilaku,
perubahan dalam siklus tidur-bangun, dan gangguan koping.

ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN
Pengkajian Ciri Khas Penting Diagnosa Kep

Ukur ROM selama latihan Keterbatasan ROM pada bahu kiri Gangguan
ekstremitas Enggan mencoba menggerakkan bahu kiri mobilisasi fisik
Tanyakan klien tentang Gagal mengkoordinasi ketika melakukan berhubungan
persepsinya terhadap nyeri ROM pada bahu kiri dengan nyeri pada
Tanyakan klien tentang daya Klien mengeluh nyeri seperti tertusuk bahu kiri
tahan dan toleransi aktivitas pada lengan kiri
Klien mengatakan kekuatan otot bahu
kirinya berkurang

Inspeksi keutuhan area kulit Abrasi kulit di perimeter area yang digips Risiko injuri
ekstremitas yang digips Kemampuan untuk mengubah posisi berhubungan
Observasi gaya jalan dan dengan bebas berkurang dengan tekanan
kemampuan bergerak dengan dari gips
bebas
7

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Contoh Diagnosa Keperawatan NANDA yang berhubungan dengan mekanik tubuh yang tidak
sesuai dan gangguan mobilisasi
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan: Gangguan integritas kulit atau risiko gangguan
- Kesegarisan tubuh yang buruk integritas kulit berhubungan dengan/ b.d:
- Penurunan mobilisasi - Pembatasan mobilisasi
- Tekanan pada permukaan kulit
Risiko injuri berhubungan dengan: - Pengurangan kekuatan
- Ketidaklayakan mekanik tubuh
- Ketidaklayakan posisi Perubahan eliminasi urin b.d:
- Ketidaklayakan teknik pemindahan - Pembatasan mobilisasi
- Risiko infeksi
Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan: - Retensi urin
- Pengurangan ROM
- Tirah baring Risiko infeksi berhubungan dengan:
- Penurunan kekuatan - Stasisnya sekresi paru
- Gangguan integritas kulit
Tidak efektifnya bersihan jalan napas b.d: - Stasisnya urin
- Stasisnya sekresi paru
- Ketidaklayakan posisi tubuh Inkontinensia total berhubungan dengan:
- Perubahan pola eliminasi
Tidak efektifnya pola napas b.d: - Pembatasan mobilisasi
- Penurunan pengembangan paru
- Penumpukan sekresi paru Tidak efektifnya koping individu b.d:
- Ketidaklayakan posisi tubuh - Pengurangan tingkat aktivitas
- Isolasi sosial
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan:
- Pola napas asimetris Gangguan pola tidur berhubungan dengan:
- Penurunan pengembangan paru - Pembatasan mobilisasi
- Penumpukan sekresi paru - Rasa tidak nyaman

Risiko kurangnya volume cairan b.d penurunan


asupan cairan
8

PERENCANAAN

Contoh Rencana Keperawatan pada gangguan mobilitas fisik


Diagnosa Keperawatan: gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri bahu kiri
Definisi: gangguan mobilitas fisik merupakan kondisi individu menunjukkan keterbatasan
kemampuan dalam mobilitas fisik secara bebas
Tujuan Hasil yang diharapkan Intervensi Rasional

Klien akan mencapai Klien akan ROM pada Usulkan pemberian Aktivitas analgesik
ROM normal (fleksi kesatuan ekstremitas analgesik 30 menit akan maksimal pada
dan ekstensi 1800) atas sebelum latihan ROM saat klien memulai
bahu kiri dalam 4 latihan
bulan
Klien akan Ajarkan klien untuk Pendidikan membuat
menunjukkan aktivitas latihan ROM spesifik klien mempunyai
perawatan diri pada bahu dan lengan kesempatan dan
menggunakan lengan kiri pengetahuan untuk
kiri dalam 2 hari menjaga dan
meningkatkan ROM
(Lehmkuhl et al, 1990)

Klien akan mengikuti Buat jadual latihan Hal ini akan


program latihan secara aktif antara waktu mendukung frekuensi
teratur pada saat makan dan mandi latihan yang
pulang berpengaruh pada
kesatuan dan
pengurangan risiko
perkembangan
kontraktur

Rencana keperawatan didasari oleh satu atau lebih tujuan-tujuan berikut:


1. mempertahankan kesegarisan tubuh yang sesuai
2. mencapai kembali kesegarisan tubuh atau tingkat optimal kelurusan tubuh
3. mengurangi cidera pada kulit dan sistem musculoskeletal dari ketidaktepatan mekanika atau
kesegarisan tubuh
4. mencapai ROM penuh atau optimal
5. mencegah kontraktur
6. menjaga kepatenan jalan napas
7. mencapai ekspansi paru dan pertukaran gas optimal
8. memobilisasi sekresi jalan napas
9. menjaga fungsi kardiovaskuler
9

10. meningkatkan toleransi aktivitas


11. mencapai pola eliminasi normal
12. menjaga pola tidur normal
13. mencapai sosialisasi
14. mencapai kemandirian penuh dalam aktivitas perawatan diri
15. mencapai stimulasi fisik dan mental

IMPLEMENTASI

Lihat penuntun praktikum

Kriteria dasar cara mengangkat berikut ini:


1. Posisi berat. Berat yang akan diangkat sebaiknya sedekat mungkin dengan pengangkat.
Tempatkan obyek sedemikian rupa sehingga menggunakan kekuatan mengangkat yang dimiliki
perawat
2. Tinggi obyek. Tinggi yang paling baik untuk diangkat sebaiknya vertikal yaitu sedikit di atas
dari tinggi pertengahan seseorang dengan lengan menggantung sejajar siku.
3. Posisi tubuh. Jika posisi tubuh pengangkat bervariasi dengan tugas mengangkat yang berbeda-
beda, ikuti petunjuk umum yang dapat dipakai untuk sebagian besar keadaan. Tubuh
diposisikan dengan tubuh tegak sehingga kelompok otot-otot multipel bekerja sama dengan
cara yang tepat
4. Berat maksimum. Setiap perawat sebaiknya tahu berat maksimum yang aman untuk
membawa- aman bagi perawat dan klien. Obyek yang terlalu berat adalah jika beratnya sama
dengan atau lebih dari 35% berat badan orang yang mengangkat. Oleh karena itu, perawat yang
beratnya 130 lb (59,1 kg) sebaiknya tidak mencoba mengangkat orang imobilisasi yang
beratnya 100 lb (45,5 kg). Meskipun perawat mungkin mampu melakukannya, hal ini akan
berisiko menjatuhkan klien atau menyebabkan cidera punggung perawat.

EVALUASI

Sesuaikan dengan tujuan

You might also like