Professional Documents
Culture Documents
Ê
Ê
ü ÊÊÊÊ
Adapun rumusan masalahnya yaitu
Bertitik tolak dari beberapa asumsi yang telah dipaparkan dalam latar
belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah penelitian ini dalam
suatu pertanyaan penelitian sebagai berikut: Apakah terdapat pengaruh
yang signifikan aktifitas organisasi kemahasiswaan terhadap prestasi
belajar mahasiswa di STIKes Kuningan (STIKKU) Tahun 2009. Jika ada
seberapa kuat pengaruh tersebut?
ÿ Ê
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui pengaruh
aktifitas organisasi kemahasiswaan dengan prestasi belajar dan
tingkat kesiapan kerja mahasiswa di STIKes Kuningan (STIKKU)
Tahun 2009.
0
Penelitian ini secara khusus bertujuan untuk:
1. Mengetahui gambaran aktifitas organisasi mahasiwa STIKes
Kuningan (STIKKU) Tahun 2009.
2. Mengetahui gambaran prestasi belajar mahasiwa STIKes Kuningan
(STIKKU) Tahun 2009.
3. Mengetahui gambaran tingkat kesiapan kerja mahasiwa STIKes
Kuningan (STIKKU) Tahun 2009.
4. Mengetahui hubungan aktifitas organisasi dengan prestasi belajar
mahasiswa STIKes Kuningan (STIKKU) tahun 2009.
5. Mengetahui hubungan aktifitas organisasi dengan tingkat kesiapan
kerja mahasiswa STIKes Kuningan (STIKKU) tahun 2009.
ÊÊ ÊÿÊÊÊ
Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan suatu artikel ilmiah yang
memperkaya wacana tentang pentingnya integrasi softskills dalam
implementasi kurikulum di perguruan tinggi. Penelitian ini diharapkan
juga dapat menjadi salah satu bahan masukan untuk optimalisasi
pengembangan kegiatan kemahasiswaan baik ko- maupun
ekstrakurikuler di STIKes Kuningan khususnya dan di kampus-kampus
sejenis lain di Jawa Barat, karena sepengetahuan penulis belum pernah
ada kajian yang komprehensif tentang softskills di perguruan tinggi
kesehatan di Jawa Barat.
[
ÊÊ
Penelitian ini diharapkan dapat mendorong optimalisasi sistem
pembinaan kemahasiswaan yang selama ini telah dilakukan, terutama
dalam hal meningkatkan kegiatan kemahasiswaan yang dapat
menunjang secara langsung prestasi akademik mahasiswa secara
berkelanjutan.
0
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi motivator khususnya bagi
para aktifis organisasi kemahasiswaan intrakampus untuk lebih
kreatif dalam menggagas kegiatan kemahasiswaan yang benar-benar
dapat meningkatkan softskills bagi mahasiswa.
è
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu
pengetahuan dengan terjun langsung ke lapangan dan memberikan
pengalaman belajar yang menumbuhkan kemampuan dan
ketrampilan meneliti serta pengetahuan yang lebih mendalam
terutama pada bidang yang dikaji.
o
ÊÊÊÊ
Secara umum yang dimaksud dengan mahasiswa adalah peserta
didik yang terdaftar dan belajar pada perguruan tinggi tertentu.
Peserta didik menurut Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional adalah anggota masyarakat yang
berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran
yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.
Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional tersebut
mengamanatkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional sebagai
berikut:
DzPendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggungjawabdz.
Khusus pada pendidikan tinggi, untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional tersebut diperlukan pembimbingan
kemahasiswaan yaitu pembimbingan seluruh kegiatan mahasiswa
sebagai peserta didik selama dalam proses pendidikan.
Pembimbingan kemahasiswaan pada dasarnya merupakan
pembimbingan pembelajaran agar potensi yang dimiliki oleh
mahasiswa dapat membentuk kompetensi yang berguna dalam
kehidupannya. Acuan untuk pembimbingan kegiatan kemahasiswaan
adalah pasal 1 butir 1 Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan
Nasional, yang menyatakan bahwa pendidikan merupakan usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran, agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Pembimbingan tersebut meliputi kegiatan yang bersifat
kurikuler maupun yang bersifat ko-kurikuler dan ekstra-kurikuler.
Kegiatan yang bersifat kurikuler bertujuan untuk memenuhi standar
kurikulum bidang keilmuan yang didukung oleh kegiatan ko -kurikuler
dan ekstra-kurikuler, sehingga tujuan pendidikan nasional
sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang tentang Sistem
Pendidikan Nasional dapat tercapai.
Yang dimaksud dengan kegiatan kemahasiswaan adalah kegiatan
kemahasiswaan yang bersifat ko-kurikuler dan ekstra-kurikuler,
dengan tujuan mendorong perubahan sikap mahasiswa menjadi
dewasa khususnya dalam bidang keilmuan, tingkah laku dan
0
Berbagai kegiatan kemahasiswaan yang ditawarkan oleh
institusi seharusnya mengacu pada visi dan misi institusi. Visi dan
misi tersebut kemudian dijabarkan ke dalam berbagai bentuk
program. Selanjutnya, berdasarkan program-program tersebut
ditentukan skala prioritas yang menjadi pedoman pembimbingan
kemahasiswaan.
Skala prioritas tidak saja ditentukan berdasarkan prestasi
keberhasilan, jumlah mahasiswa yang terlibat, serta jumlah dan
frekuensi kegiatan kemahasiswaan, tetapi juga ditentukan
berdasarkan manfaat yang diperoleh baik untuk kepentingan individu
maupun institusi. Semua kegiatan kemahasiswaan ini dilaksanakan
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh setiap institusi
dengan melakukan xenchmark. Untuk mengukur tingkat
keberhasilannya, setiap kegiatan kemahasiswaan harus dapat
dikuantifikasi dan dievaluasi secara periodik. Hal ini selain untuk
mempermudah pelaksanaan evaluasi itu sendiri, juga agar standar
tersebut dapat ditingkatkan secara bekelanjutan (continuous
improvement). Makin tinggi standar yang digunakan, makin tinggi pula
mutu kegiatan kemahasiswaan yang dilakukan.
Sebelum menetapkan standar mutu bagi kegiatan
kemahasiswaan, terlebih dahulu ditentukan jenis-jenis kegiatan yang
dapat diselenggarakan. Penentuan jenis kegiatan ini sangat
dipengaruhi oleh sifat atau kekhasan perguruan tinggi, dan
persepsinya terhadap pembentukan citra lulusannya. Penetapan jenis
kegiatan kemahasiswaan tersebut kemudian diikuti dengan
penetapan standar mutu masing-masing kegiatan yang dapat terdiri
atas standar operasional dan standar keberhasilan.
Penetapan jenis kegiatan kemahasiswaan hendaknya mengacu
pada visi dan misi perguruan tinggi, yang kemudian diturunkan
menjadi visi dan misi dalam pembimbingan kemahasiswaan. Kegiatan
kemahasiswaan diadakan dengan pertimbangan bahwa kegiatan
tersebut akan memberikan kontribusi terhadap upaya pewujudan
suasana akademis yang kondusif yang mampu meningkatkan
^
¦
Standar mutu suatu kegiatan ditentukan dengan mengacu
kepada sasaran yang ingin dicapai oleh suatu kegiatan. Sebagai
contoh, ! di bawah ini dapat dijadikan standar pada
keempat bidang kegiatan kemahasiswaan:
1) Bidang penalaran.
Keikutsertaan mahasiswa dalam kegiatan ilmiah di luar
kegiatan akademik, dapat diselenggarakan satu kali dalam satu
tahun, baik di dalam maupun di luar kampus. Pelatihan
diperlukan untuk meningkatkan mutu hasil kegiatan bidang
penalaran.
2) Bidang minat, bakat, dan kegemaran
Mencakup beberapa kegiatan seperti Pramuka, Resimen
Mahasiswa, pers kampus, pencinta alam, korps sukarela Palang
Merah Indonesia, olahraga dan kesenian. Standar kualitas
kegiatan ini dapat ditentukan dari keteraturan dalam
melakukan kegiatan latihan. Dapat pula dimasukkan
persentase kehadiran anggota dalam mengikuti kegiatan,
maupun peranserta tim dalam kesempatan-kesempatan
tertentu.
3) Bidang organisasi
Mahasiswa mengikuti kegiatan organisasi baik yang sifatnya
kepanitiaan maupun kelembagaan, intra maupun ekstra
kampus. Standar mutu kegiatan ini dapat ditentukan dari
jumlah mahasiswa dan frekuensi keterlibatan mahasiswa
dalam aktivitas organisasi.
4) Bidang kesejahteraan dan bakti sosial
Mahasiswa mengikuti kegiatan bakti sosial, baik dalam bentuk
kegiatan terprogram maupun yang insidental, di dalam dan di
luar kampus. Standar kegiatan ini dapat ditentukan
berdasarkan jumlah mahasiswa dan frekuensi kegiatan.
Dosen Pembimbing Kemahasiswaan menetapkan metode
pembimbingan yang efektif dan efisien. Agar dapat
menyelenggarakan proses pembimbingan secara efektif dan
efisien, dosen perlu dibekali dengan keterampilan untuk
menjalankan proses pembimbingan kemahasiswaan. Keterampilan
tersebut dapat diperoleh melalui pelatihan khusus seperti
Pelatihan Orientasi Pengembangan Pembimbing Kemahasiswaan
(OPPEK), Pelatihan Pelatih Orientasi Pengembangan Pembimbing
Kemahasiswaan (PPOPPEK), Mraining for Mrainers bidang
Penalaran, Pelatihan Pemandu Latihan Keterampilan Manajemen
Mahasiswa (PPLKMM) dan pelatihan sejenis lainnya.
Pelatihan-pelatihan tersebut (OPPEK, PPOPPEK dll.) dapat
diselenggarakan oleh Ditjen Dikti maupun oleh perguruan tinggi
c
Semakin positif dan terus termotivasi untuk terus belajar
melalui organisasi, mampu bekerja dalam tim, memiliki jiwa
kepemimpinan, sportif, menghormati norma dan etika yang
berlaku di masyarakat yang secara keseluruhan mendorong
mahasiswa untuk selalu kreatif dan berprestasi.
0
Kegiatan kemahasiswaan yang diikuti mahasiswa harus
meningkatkan semangat belajar, sehingga positif
mempengaruhi prestasi akademis (IPK).
è !!
Para pembimbing harus selalu mencari peluang untuk
meningkatkan kegiatan kemahasiswaan, baik secara kualitatif
maupun kuantitatif, di tingkat lokal, nasional, regional ataupun
internasional.
Tersedianya berbagai fasilitas untuk mendukung kegiatan
kemahasiswaan, seperti sarana olahraga, kesenian, kelompok
belajar, atau kegiatan lain, sejalan dengan skala prioritas yang
tercantum dalam visi dan misi perguruan tinggi. Peningkatan
kualitas kegiatan kemahasiswaan dapat diketahui dari hasil
pengukuran kinerja berbagai kegiatan yang relevan.
Berdasarkan standar yang ditetapkan dapat dilakukan langkah
perencanaan untuk meningkatkan kualitas secara
berkelanjutan dan mengimplementasikannya melalui tindakan
nyata.
Mekanisme pengendalian seperti ini lazim dikenal dalam
manajemen mutu sebagai langkah Ý (Ýlan, o, heck, ction).
Berikut beberapa contoh praktek baik (xest practices) dari langkah
Ý yang dilakukan terhadap kegiatan kemahasiswaan, seperti (1)
keikutsertaan mahasiswa dalam kegiatan kemahasiswaan, (2)
kehadiran dosen dalam proses pembimbingan kegiatan
kemahasiswaan, (3) persentase dosen yang mengikuti OPPK, dan (4)
peningkatan jumlah/jenis kegiatan kemahasiswaan kokurikuler dan
ekstra-kurikuler.
è
Belajar adalah suatu tingkah laku atau kegiatan dalam rangka
mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitif (pengetahuan),
afektif (sikap) maupun psikomotorik (keterampilan) (Darsono,
2000:64). Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan bahkan membentuk suatu hirarki. Sebagai tujuan yang
hendak dicapai, ketiganya harus tampak sebagai hasil belajar
mahasiswa di kampus.
c0
dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh pendidik.
Dengan demikian prestasi belajar merupakan hasil yang telah
dicapai oleh peserta didik di dalam kegiatan belajar mengajar yang
ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai dari hasil evaluasi
yang diberikan oleh pendidik (guru atau dosen).
Prestasi belajar ini dapat dilihat secara nyata berupa skor
atau nilai setelah mengerjakan suatu tes. Tes yang digunakan
untuk menentukan prestasi belajar merupakan suatu alat untuk
mengukur aspek - aspek tertentu dari siswa misalnya
pengetahuan, pemahaman atau aplikasi suatu
konsep.(http://sobatbaru.blogspot.com/2008/06/ ). Pelaksanaan
penilaian dapat dilakukan secara langsung pada saat peserta didik
melakukan aktivitas belajar, maupun secara tidak langsung melalui
bukti hasil belajar sesuai dengan kriteria kinerja (performance
criteria).
a. Faktor internal, yaitu faktor dari dalam diri siswa yang meliputi
kondisi fisiologis dan psikologis siswa.
Kondisi fisiologis mahasiswa mencakup kebugaran kondisi
umum fisiologis dan tonus (tegangan otot), serta tingkat
kesehatan indera penglihatan dan indera pendengaran. Apabila
dalam belajarnya, mahasiswa tidak mengalami gangguan
kesehatan akan lebih mungkin siswa tersebut mencapai
prestasi belajar yang baik. Tentu saja hal ini akan bergantung
dengan aspek-aspek lainnya. Kondisi psikologis yang dapat
mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa diantaranya adalah
intelegensi, motivasi berprestasi, minat, kemandirian, dan
keadaan emosi mahasiswa.
b. Faktor eksternal, yaitu faktor dari luar diri siswa, yang meliputi
kondisi lingkungan sosial dan non -sosial.
http://ejournal.gunadarma.ac.id/file/A14.pdf
$
À
Kini banyak pihak mulai ramai membicarakan peran soft skills
dalam kaitannya dengan kesuksesan dunia kerja. Soft skills adalah
kemampuan di luar kemampuan teknis dan akademis, yang lebih
mengutamakan kemampuan intra dan interpersonal. Secara garis
besar dapat digolongkan menjadi 2 (dua) kategori yaitu: intrapersonal
dan interpersonal skill. Intrapersonal skills mencakup beberapa
c^
ÿÊÊÊÊ
¦
Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian korelasional dimana
peneliti bermaksud mencari hubungan antara variabel aktifitas
organisasi kemahasiswaan dengan prestasi belajar dan tingkat
kesiapan kerja pada mahasiswa STIKes Kuningan. Adapun rancangan
penelitian yang digunakan adalah cross-sectional, dimana peneliti
melakukan penelitian baik terhadap variabel bebas maupun variabel
terikat dalam satu satuan waktu atau bersamaan.
0
Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa STIKes Kuningan
yaitu 354 orang dan yang menjadi sampel penelitian adalah seluruh
mahasiswa STIKes Kuningan Program Reguler yaitu 286 orang.
Adapun ukuran sampel (sample size)-nya dihitung berdasarkan rumus
Slovin dalam Notoatmodjo (2003), yaitu
n = N/1+N(d 2),
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa
angket (kuesioner) yang terdiri dari pertanyaan terbuka dan
pertanyaan tertutup. Instrumen yang akan digunakan dilakukan uji
validitas dan reliabilitas dulu kepada 30 orang populasi mahasiswa
STIKes Mahardika Cirebon yang memiliki 2 (dua) program studi yang
sama seperti di STIKes Kuningan (STIKKU).
[
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data
primer dikumpulkan melalui survey yang dilakukan peneliti dengan
menggunakan angket (kuesioner) kepada sampel yang telah
ditetapkan sebelumnya. Selain itu, data sekunder diambil melalui
berbagai dokumen yang telah tersedia seperti dataxase
kemahasiswaan, daftar hadir mahasiswa, dan data lainnya yang
relevan. Survey dilakukan selama 1 minggu.
o Ê ÿ
Setelah semua data dikumpulkan, kemudian data dianalisis dengan
menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat. Analisis
univariat menggunakan analisis dengan metode statistik deskriptif,
sedangkan analisis bivariat dengan menggunakan analisis korelasi
Ýroduct-Moment dari Pearson dan kemudian ditentukan besaran
koefisien korelasinya.
0è
ÊüÊÊÊ Ê
0
ÿÊÊÊÊ
Anonim. Ýenjaminan Mutu Bidang Kemahasiswaan di Ýerguruan Minggi .
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan
Nasional RI. Jakarta. 2008
Arifin, Zainal. Evaluasi Instruksional: Ýrinsip-Meknik-Ýrosedur. Bandung:
Rosdakarya. 1991
Arikunto, Suharsimi. Ýrosedur Ýenelitian Suatu Ýendekatan Ýraktek . Edisi
VI Revisi. Jakarta: Rineka Cipta. 2006
Darsono, Max. Belajar dan Ýemxelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.
2000
Fachrunnisa. Implementasi Softskills di Ýerguruan Minggi . Institusi
Teknologi Bandung. Makalah. Bandung. 2008
Friedenberg, Lisa. Ýsychological Mesting, esign, nalysis and Use Allyn
and Bacon. 1995
Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Ýenelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta. 2005
Sardiman, AM. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja
Grafindo Persada. 2004
Sudjana, Nana. asar- asar Ýroses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo. 2002
Syah, M. Ýsikologi Belajar. Jakarta: RajaGrafindo Persada. 1995
Tuǯu, Tulus. Ýeran isiplin pada Ýerilaku dan Ýrestasi Siswa . Jakarta:
Grasindo. 2004
http://ejournal.gunadarma.ac.id
http://digilib.unnes.ac.id
http://sobatbaru.blogspot.com
http://infocomcareer.com
http://rider.edu