You are on page 1of 6

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Square Terhadap Hasil

Belajar Matematika Siswa Kelas VIII MTsN Kemantan Propinsi Jambi


Laswadi

Abstract
The research was to know the effect of cooperative learning typed think pair square to
the students’ learning achievement. This was an experimental using experiment control
group desiagn, which was conducted at MTsN Kemantan in Jambi. This results showed
that: (1) There was a difference in learning achievement between students who learn
using cooperative learning typed think pair square and they who learn using
convensional learning, (2) there was signifcant effect of cooperative learning typed think
pair square to the students’ learning achievement.
Key words: Cooperative learning typed think pair square, Students’ learning
achievement

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan


suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (M. Suparta,
2006).
Untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan, harus didukung oleh
iklim pembelajaran yang kondusif. Iklim pembelajaran yang dikembangkan
oleh guru mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan dan
kegairahan belajar siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat M. Suparta (2006)
bahwa kualitas dan keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh
kemampuan dan ketetapan guru dalam memilih dan menggunakan metode
atau model pembelajaran.
Model pembelajaran Think Pair Square termasuk dalam model
pembelajaran kooperatif (Anita Lie, 2004). Keunggulan dan teknik ini adalah
optimalisasi partisipasi siswa, yaitu memberi kesempatan delapan kali lebih
banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi
mereka kepada orang lain (Anita Lie, 2004).

B. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana hasil belajar matematika siswa menggunakan model


pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Square?
2. Apakah terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran Kooperatif
tipe Think Pair Square terhadap hasil belajar matematika siswa?

C. Kajian Teori
Menurut Muslimin Ibrahim dkk (2000) kebanyakan pembelajaan model
kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk
menuntaskan materi belajarnya.
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi,
sedang, dan rendah.
3. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya,
suku, jenis kelamin berbeda-beda.
4. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.
Eggen dan Kauchak (dalam Trianto, 2007) menyatakan bahwa
pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran
yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan
bersama.
Sedangkan unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif menurut
Lungdren (dalam Isjoni, 2007) adalah sebagai berikut :
1. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka "tenggelam atau
berenang bersama".
2. Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta
didik lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri
dalam mempelajari materi yang dihadapi.
3. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan
yang sama.
4. Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di antara para
anggota kelompok.
5. Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut
berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.
6. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh
keterampilan bekerja sama selaa belajar.
7. Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual
materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga
tujuan pembelajaran penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan
terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial (Muslimin
Ibrahim dkk, 2000).
Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah model Think Pair
Square. Think Pair Square memberikan kesempatan kepada siswa
mendiskusikan ide-ide mereka dan menyediakan sarana bagi mereka untuk
melihat metodologi pemecahan masalah lain. Jika salah satu pasangan siswa
tidak mampu menyelesaikan masalah, pasangan siswa lain sering dapat
menjelaskan jawaban mereka dan metodologis. Akhirnya, jika masalah yang
ditimbulkan tidak memiliki "benar" menjawab, dua pasang siswa dapat
mengabungkan hasil merka dan menghasilkan jawaban yang lebih
komprehensif.
Anita Lie (2004) memberikan langkah-langkah pelaksanaan Tipe Think
Pair Square yaitu :
1. Guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan memberikan tugas
pada semua kelompok.
2. Setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri.
3. Siswa berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompok dan
berdiskusi dengan pasangannya.
4. Kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat. Siswa
mempunyai kesempatan untuk membagikan hasil kerjanya kepada
kelompok berempat.
Teknik ini memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta
bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan dan teknik ini adalah
optimalisasi partisipasi siswa, yaitu memberi kesempatan delapan kali lebih
banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi
mereka kepada orang lain.

D. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian
experimen ini menggunakan rancangan Experiment-control group design
sebagai berikut:
Tabel 1 : Rancangan Penelitian.
Kelas Treatment Tes
Eksperimen X T
Kontrol - T
Ket: X = Perlakuan berupa pembelajaran dengan model Think Pair
Square
T = Tes hasil belajar

2. Populasi dan Sampel


Polpulasi Penelitian adalah Siswa kelas VIII MTsN Kemantan Kec.
Air Hangat Timur Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi Tahun Pelajaran
2009/2010. Jumlah Populasi adalah 47 orang yang terbagi menjadi tiga
kelas yaitu kelas kelas A 16 orang, kelas B 15 orang dan kelas C 16
orang.
Secara purposif dengan pertimbangan kesamaan rata-rata hasil
belajar matematika semester sebelumnya dipilih kelas A dan kelas C
sebagai sampel penelitian. Selanjutnya dengan mengundi maka
ditetapkan kelas C sebagai kelas eksperimen dan kelas A sebagai kelas
kontrol.
3. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil
belajar. Tes yang disiapkan berbentuk uraian yang terdiri dari 10 item.
Tes diujicobakan pada kelas di kelas B dan diperoleh untuk menentukan
validitas dan reliabiltas empirisnya serta analisis butir soal. Hasil uji coba
menunjukkan bahwa instrumen yang disusun valid dan reliabel dengan
koefisien validitas = dan koefisien reliabilitas = 0.62, analisis butir soal
menunjukkan indeks kesukaran dan daya beda yang cukup baik sehingga
instrumen dapat digunakan.

4. Analisis Data
Data hasil penelitian dianalisis secara statistik. Pertama, dilakukan
analisis deskriptif untuk meilhat gambaran hasil belajar kedua kelompok
terdiri dari rata-rata, simpangan baku, dan variansi. Kedua, dilakukan
analisis inferensial menggunakan uji t untuk melihat perbedaan rata-rata
hasil belajar kedua kelompok.

E. Hasil dan Pembahasan

1. Deskripsi Hasil Belajar


Hasl tes yang dilakukan pada kedua kelompok disajikan pada tabel
berikut:
Tabel 2: Hasil Tes
Kelas
Kode siswa Kelas Kontrol
Eksperimen
1 70 60
2 60 50
3 70 60
4 80 70
5 80 70
6 60 50
7 90 50
8 70 60
9 90 70
10 90 60
11 90 70
12 80 40
13 80 70
14 90 40
15 70 50
16 80 50
Jumlah 1250 920
Rata-Rata 78,12 57,50
SD 10,47 10,64
Variansi 109.58 113.33

2. Uji Perbedaan Rata-rata


Untuk melihat perbedaan rata-rata hasil tes digunakan analisis statistik
dengan uji t. Sebelum dilakukan uji t dilakukan terlebih dahulu uji
prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas variansi. Kenormalan
data diuji menggunakan uji Liliefors. Untuk kelompok eksperimen
diperoleh Lhitung = 0.1544 dan Ltabel = 0.213 pada taraf nyata 0.05, karena
Lhitung < Ltabel maka disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Seperti
kelompok eksperimen, untuk kelompok kontrol hasil pengujian juga
menunjukkan bahwa data berdistribusi normal dengan Lhitung = 1210 dan
Ltabel = 0.213 pada taraf nyata 0.005. Uji homogenitas variansi hasil tes
kedua kelompok dilakukan dengan uji F, hasil uji menunjukkan bahwa
kedua variansi homogen pada taraf nyata = 0.10 dengan Fhitung = 1,03 dan
Ftabel = 2,41.
Setelah dilakukan uji prasyarat selanjutnya dilakukan uji t untuk
melihat perbedaan rata-rata hasil belajar kedua kelompok. Diperoleh thitung
= 5,59 dan ttabel = 2,04 pada taraf nyata 0.05. Karena thitung > ttabel maka
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar kedua
kelompok pada tingkat kepercayaan 95%. Berdasarkan hasil ini maka
hipotesis bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran Kooperatif Tipe
Think Pair Square terhadap hasil belajar dapat diterima.
Perolehan rata-rata pada kelompok eksperimen yang menggunakan
model pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Square secara angka juga
terlihat lebih baik dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hal ini diperkuat
dengan simpangan baku data hasil belajar pada kelompok eksperimen lebih
kecil dibandingkan kelompok kontrol. Dengan kata lain, hasil belajar pada
kelompok eksperimen lebih baik dan relatif seragam dibandingkan kelas
kontrol. Hasil ini mendukung teori yang dikemukakan oleh Eggen dan
Kauchak (dalam Trianto, 2007) yang menyatakan bahwa pembelajaran
kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan
siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama.
Perolehan hasil belajar yang lebih baik pada kelompok eksperimen juga
sesuai dengan pendapat Muslimin Ibrahim dkk (2000) yang menyatakan
bahwa model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga
tujuan pembelajaran penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan
terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial.

F. Kesimpulan
1. Hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Kooperatif
Tipe Think Pair Square cukup baik dengn rata-rata 78.12 dan standar
deviasi 10.47.
2. Terdapat pengaruh model pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair
Square terhadap hasil belajar matematika yang ditunjukkan dengan adanya
perbedaan yang signifikan secara statistik rata-rata hasil belajar antara
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

G. Rekomendasi
Penulis mengajukan saran sebagai pertimbangan bagi guru matematika
khususnya yang mengajar di kelas VIII, yaitu guru sebaiknya menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Square, agar siswa yang
mengalami kesulitan dalam belajar dapat termotivasi dalam menyelesaikan
soal-soal latihan dan dapat memahami pelajaran secara mendalam.

H. Daftar Pustaka

Anita Lie, Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di


Ruang-ruang Kelas, Jakarta : PT. Grasindo Anggota Ikapi, 2004.

Isjoni, Cooperative Learning, Bandung : Alfabeta, 2007.

M. Suparta, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang


Pendidikan, Jakarta : Depag RI, 2006.
Muslimin Ibrahim,dkk, Pembelajaran Kooperatif, Surabaya : Universitas
Surabaya, 2000.

Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik,


Jakarta : Prestasi Pustaka, 2007.

Bio Data Penulis

Nama Lengkap : Laswadi, S.Pd, M.Pd


Pendidikan Terakhir : S2 Pendidikan Matematika Universitas Negeri
Padang
Pekerjaan : Dosen
Alamat Kantor : Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)
Kerinci. Jln. PELITA IV Sungai Penuh Propinsi
Jambi.
Hp : 085274276904

You might also like