You are on page 1of 18

Asuhan Keperawatan Anak dengan Leukemia

A. Definisi
Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk
darah dalam sumsum tulang dan limfa (Reeves, 2001). Sifat khas leukemia
adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum
tulang, menggantikan elemen sumsum tulang normal. Proliferasi juga terjadi
di hati, limpa, dan nodus limfatikus. Terjadi invasi organ non hematologis
seperti meninges, traktus gastrointestinal, ginjal, dan kulit.
Leukemia limfositik akut (LLA) sering terjadi pada anak-anak. Leukemia
tergolong akut bila ada proliferasi blastosit (sel darah yang masih muda) dari
sumsum tulang. Leukemia akut merupakan keganasan primer sumsum tulang
yang berakibat terdesaknya komponen darah normal oleh komponen darah
abnormal (blastosit) yang disertai dengan penyebaran organ-organ lain.
Leukemia tergolong kronis bila ditemukan ekspansi dan akumulasi dari sel tua
dan sel muda (Tejawinata, 1996).
Selain akut dan kronik, ada juga leukemia kongenital yaitu leukemia
yang ditemukan pada bayi umur 4 minggu atau bayi yang lebih muda.
B. Etiologi
Penyebab LLA sampai sekarang belum jelas, namun kemungkinan
besar karena virus (virus onkogenik).

Faktor lain yang berperan antara lain:

1. Faktor eksogen seperti sinar X, sinar radioaktif, dan bahan kimia (benzol,
arsen, preparat sulfat), infeksi (virus dan bakteri).
2. Faktor endogen seperti ras
3. Faktor konstitusi seperti kelainan kromosom, herediter (kadang-kadang
dijumpai kasus leukemia pada kakak-adik atau kembar satu telur).

Faktor predisposisi:

1. Faktor genetik: virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur


gen (T cell leukimia-lymphoma virus/HTLV)
2. Radiasi ionisasi: lingkungan kerja, prenatal, pengobatan kanker sebelumnya
3. Terpapar zat-zat kimiawi seperti benzen, arsen, kloramfenikol, fenilbutazon,
dan agen anti neoplastik.
4. Obat-obat imunosupresif, obat karsinogenik seperti diethylstilbestrol
5. Faktor herediter misalnya pada kembar satu telur
6. Kelainan kromosom

Jika penyebab leukimia disebabkan oleh virus, virus tersebut akan mudah
masuk ke dalam tubuh manusia jika struktur antigen virus tersebut sesuai
dengan struktur antigen manusia. Struktur antigen manusia terbentuk oleh
struktur antigen dari berbagai alat tubuh terutama kulit dan selaput lendir
yang terletak di permukaan tubuh(antigen jaringan). Oleh WHO, antigen
jaringan ditetapkan dengan istilah HL-A ( human leucocyte locus A). Sistem
HL-A individu ini diturunkan menurut hukum genetika sehingga peranan
faktor ras dan keluarga sebagai penyebab leukemia tidak dapat diabaikan.

C. Patofisiologi
Leukemia merupakan proliferasi dari sel pembuat darah yang bersifat
sistemik dan biasanya berakhir fatal. Leukemia dikatakan penyakit darah yang
disebabkan karena terjadinya kerusakan pada pabrik pembuat sel darah yaitu
sumsum tulang. Penyakit ini sering disebut kanker darah. Keadaan yang
sebenarnya sumsum tulang bekerja aktif membuat sel-sel darah tetapi yang
dihasilkan adalah sel darah yang tidak normal dan sel ini mendesak
pertumbuhan sel darah normal.
Terdapat dua mis-konsepsi yang harus diluruskan mengenai leukemia,
yaitu:
1. Leukemia merupakan overproduksi dari sel darah putih, tetapi sering
ditemukan pada leukemia akut bahwa jumlah leukosit rendah. Hal ini
diakibatkan karena produksi yang dihasilkan adalah sel yang immatur.
2. Sel immatur tersebut tidak menyerang dan menghancurkan sel darah
normal atau jaringan vaskuler. Destruksi seluler diakibatkan proses
infiltrasi dan sebagai bagian dari konsekuensi kompetisi untuk
mendapatkan elemen makanan metabolik.
D. Klasifikasi Leukimia
1. Leukemia Mielogenus Akut (LMA)
LMA mengenai sel stem hematopoetik yang kelak berdiferensiasi ke semua
sel mieloid; monosit, granulosit (basofil, netrofil, eosinofil), eritrosit, dan
trombosit. Semua kelompok usia dapat terkena. Insidensi meningkat
sesuai dengan bertambahnya usia. Merupakan leukemia nonlimfositik yang
paling sering terjadi.
2. Leukemia Mielogenus Krinis (LMK)
LMK juga dimasukkan dalam sistem keganasan sel stem mieloid. Namu
lebih banyak sel normal dibanding bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih
ringan. LMK jarang menyerang individu dibawah 20 tahun. Manifestasi
mirip dengan gambaran LMA tetapi dengan tanda dan gejala yang lebih
ringan. Pasien menunjukkan tanpa gejala selama bertahun-tahun,
peningkatan leukosit kadang sampai jumlah yang luar biasa, limpa
membesar.
3. Leukemia Limfositik Kronis (LLK)
LLK merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50 – 70 tahun.
Manifestasi klinis pasien tidak menunjukkan gejala. Penyakit baru
terdiagnosa saat pemeriksaan fisik atau penanganan penyakit.
4. Leukemia Limfositik Akut (LLA)
LLA dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada
anak-anak, laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan. Puncak insiden
usia 4 tahun, setelah usia 15 tahun. LLA jarang terjadi. Limfosit immatur
berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer sehingga
mengganggu perkembangan sel normal.
E. Tanda dan Gejala
1. Anemia
Disebabkan karena produksi sel darah merah kurang akibat dari
kegagalan sumsum tulang memproduksi sel darah merah. Ditandai
dengan berkurangnya konsentrasi hemoglobin, turunnya hematokrit,
jumlah sel darah merah kurang. Anak yang menderita leukemia
mengalami pucat, mudah lelah, kadang-kadang sesak nafas.
2. Suhu tubuh tinggi dan mudah infeksi
Disebabkan karena adanya penurunan leukosit, secara otomatis akan
menurunkan daya tahan tubuh karena leukosit yang berfungsi untuk
mempertahankan daya tahan tubuh tidak dapat bekerja secara optimal.
3. Perdarahan
Tanda-tanda perdarahan dapat dilihat dan dikaji dari adanya
perdarahan mukosa seperti gusi, hidung (epistaxis) atau perdarahan
bawah kulit yang sering disebut petekia. Perdarahan ini dapat terjadi
secara spontan atau karena trauma. Apabila kadar trombosit sangat
rendah, perdarahan dapat terjadi secara spontan.
4. Penurunan kesadaran
Disebabkan karena adanya infiltrasi sel-sel abnormal ke otak dapat
menyebabkan berbagai gangguan seperti kejang sampai koma.
5. Penurunan nafsu makan
6. Kelemahan dan kelelahan fisik
F. Gambaran Klinis
Gejala yang khas berupa pucat (dapat terjadi mendadak), panas, dan
perdarahan disertai splenomegali dan kadang-kadang hepatomegali serta
limfadenopati. Perdarahan dapat didiagnosa ekimosis, petekia, epistaksis,
perdarahan gusi, dsb.
Gejala yang tidak khas ialah sakit sendi atau sakit tulang yang dapat
disalahartikan sebagai penyakit rematik. Gejala lain dapat timbul sebagai
akibat infiltrasi sel leukemia pada alat tubuh seperti lesi purpura pada kulit,
efusi pleura, kejang pada leukemia serebral.
G. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan darah tepi, gejala yang terlihat adalah adanya
pansitopenia, limfositosis yang kadang-kadang menyebabkan gambaran
darah tepi monoton dan terdapat sel blast (menunjukkan gejala patogonomik
untuk leukemia).
Pemeriksaan sumsum tulang ditemukan gambaran monoton yaitu
hanya terdiri dari sel limfopoetik patologis sedangkan sistem lain terdesak
(aplasia sekunder).
Pemeriksaan biopsi limfa memperlihatkan proliferasi sel leukemia dan
sel yang berasal dari jaringan limfa yang terdesak seperti: limfosit normal,
RES, granulosit, pulp cell.
70 – 90% dari kasus leukemia Mielogenus Kronis (LMK) menunjukkan
kelainan kromosom yaitu kromosom 21 (kromosom Philadelphia atau Ph 1).
50 – 70% dari pasien Leukemia Limfositik Akut (LLA), Leukemia
Mielogenus Akut (LMA) mempunyai kelainan berupa:
- Kelainan jumlah kromosom seperti diploid (2n), haploid (2n-a),
hiperploid
- Kariotip yang pseudodiploid pada kasus dengan jumlah kromosom
yang diploid (2n+a)
- Bertambah atau hilangnya bagian kromosom (partial depletion)
- Terdapat marker kromosom yaitu elemen yang secara morfologis
bukan merupakan kromosom normal, dari bentuk yang sangat
besar sampai yang sangat kecil. Untuk menentukan pengobatannya
harus diketahui jenis kelainan yang ditemukan. Pada leukemia
biasanya didapatkan dari hasil darah tepi berupa limfositosis lebih
dari 80% atau terdapat sel blast. Juga diperlukan pemeriksaan dari
sumsum tulang dengan menggunakan mikroskop elektron akan
terlihat adanya sel patologis.
H. Penatalaksanaan
o Program terapi
Pengobatan terutama ditunjukkan untuk 2 hal (Netty Tejawinata, 1996)
yaitu:
1. Memperbaiki keadaan umum dengan tindakan:
- Tranfusi sel darah merah padat (Pocket Red Cell-PRC) untuk
mengatasi anemi. Apabila terjadi perdarahan hebat dan jumlah
trombosit kurang dari 10.000/mm³, maka diperlukan transfusi
trombosit.
- Pemberian antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi.
2. Pengobatan spesifik
Terutama ditunjukkan untuk mengatasi sel-sel yang abnormal.
Pelaksanaannya tergantung pada kebijaksanaan masing-masing rumah
sakit, tetapi prinsip dasar pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
- Induksi untuk mencapai remisi: obat yang diberikan untuk mengatasi
kanker sering disebut sitostatika (kemoterapi). Obat diberikan
secara kombinasi dengan maksud untuk mengurangi sel-sel
blastosit sampai 5% baik secara sistemik maupun intratekal
sehingga dapat mengurangi gejala-gajala yang tampak.
- Intensifikasi, yaitu pengobatan secara intensif agar sel-sel yang
tersisa tidak memperbanyak diri lagi.
- Mencegah penyebaran sel-sel abnormal ke sistem saraf pusat
- Terapi rumatan (pemeliharaan) dimaksudkan untuk mempertahankan
masa remisi

3 fase Pelaksanaan Kemoterapi:

1. Fase Induksi
Dimulai 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini diberikan
terapi kortikosteroid (prednison), vineristin, dan L-asparaginase. Fase
induksi dinyatakan berhasil jika tanda-tanda penyakit berkurang atau
tidak ada dan di dalam sumsum tulang ditemukan jumlah sel muda
kuurang dari 5%.
2. Fase profilaksis sistem saraf pusat
Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine, dan
hydrocortison melalui intratekal untuk mencegah invasi sel leukemia ke
otak. Terapi irradiasi kranial dilakukan hanya pada pasien leukemia yang
mengalami gangguan sistem saraf pusat.
3. Konsolidasi
Pada fase ini, kombinasi pengobatan dilakukan untuk mempertahankan
remisis dan mengurangi jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam
tubuh. Secara berkala, dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk
menilai respon sumsum tulang terhadap pengobatan. Jika terjadi supresi
sumsum tulang, maka pengobatan dihentikan sementara atau dosis obat
dikurangi.
o Pengobatan imunologik
Bertujuan untuk menghilangkan sel leukemia yang ada di dalam tubuh
agar pasien dapat sembuh sempurna. Pengobatan seluruhnya dihentikan
setelah 3 tahun remisi terus menerus.
I. Asuhan Keperawata
Diagnosa Keperawatan
1. Risiko tinggi kekurangan volume cairan b.d intake dan output
cairan, kehilangan berlebihan: muntah, perdarahan, diare,
penurunan pemasukan cairan: mual, anoreksia, peningkatan
kebutuhan cairan: demam, hipermetabolik.
Tujuan: volume cairan terpenuhi
Kriteria hasil:
- Volume cairan adekuat
- Mukosa lembab
- Tanda vital stabil: TD 90/60 mmHg, nadi 100x/menit, RR 20x/menit
- Nadi teraba
- Pengeluaran urin 30 ml/jam
- Kapileri refill <2 detik
Intervensi:
a. Monitor intake dan output cairan
b. Monitor berat badan
c. Monitor TD dan frekuensi jantung
d. Evaluasi turgor kulit, pengisian kapiler dan kondisi membran mukosa
e. Beri masukan cairan 3-4 L/hari
f. Inspeksi kulit/membran mukosa untuk petekie, area ekimosis;
perhatikan perdarahan gusi, darah warna karat atau samar pada feses
dan urin, perdarahan lanjut dari sisi tusukan invasif.
g. Implementasikan tindakan untuk mencegah cidera jaringan/perdarahan
h. Batasi perawatan oral untuk mencuci mulut bila diindikasikan
i. Berikan diet makanan halus
j. Kolaborasi:
- Berikan cairan IV sesuai indikasi
- Awasi pemeriksaan laboratorium: trombosit, Hb/Ht, pembekuan
- Berikan SDM, trombosit, faktor pembekuan
- Pertahankan alat akses vaskuler sentral eksternal (kateter arteri
subklavikula, tunneld, port implan)
- Berikan obat sesuai indikasi: allopurinol, kalium asetat atau asetat,
natrium bikarbonat, pelunak feses.
2. Nyeri b.d agen cidera fisik
Tujuan: nyeri teratasi
Kriteria hasil:
- Pasien menyatakan nyeri hilang atau terkontrol
- Menunjukkan perilaku penanganan nyeri
- Tampak rileks dan mampu istirahat

Intervensi:
a. Kaji keluhan nyeri, perhatikan perubahan pada derajat nyeri (gunakan
skala 0-10)
b. Awasi tanda vital, perhatikan petujuk non-verbal misal tegangan otot,
gelisah
c. Berikan lingkungan tenang dan kurangi rangsangan penuh stres.
d. Tempatkan klien pada posisi nyaman dan ganjal sendi, ekstremitas
dengan bantal.
e. Ubah posisi secara periodik dan bantu latihan rentang gerak lembut.
f. Berikan tindakan kenyamanan (pijatan, kompres dingin dan dukungan
psikologis)
g. Kaji ulang/tingkatkan intervensi kenyamanan klien
h. Evaluasi dan dukung mekanisme koping klien
i. Dorong menggunakan teknik manajemen nyeri. Contoh: latihan
relaksasi/nafas dalam, sentuhan.
j. Bantu aktivitas terapeutik, teknik relaksasi.
k. Kolaborasi:
- Awasi kadar asam urat, berikan obat sesuai indikasi: analgesik
(asetaminofen), narkotik (kodein, meperidin, morfin, hidromorfin),
agen ansietas (diazepam, lorazepam)
3. Risiko tinggi infeksi b.d menurunnya sistem pertahanan tubuh
sekunder (gangguan pematangan SDP, peningkatan jumlah
limfosit immatur, imunosupresi, penekanan sumsum tulang)
Tujuan: klien bebas dari infeksi
Kriteria hasil:
- Keadaan temperatur normal
- Hasil kultur negatif
- Peningkatan penyembuhan
Intervensi:
a. Tempatkan pada ruangan khusus. Batasi pengunjung sesuai indikasi
b. Cuci tangan untuk semua petugas dan pengunjung
c. Awasi suhu, perhatikan hubungan antara peningkatan suhu dan
pengobatan kemoterapi. Observasi demam sehubungan dengan
takikardia, hipotensi, perubahan mentak samar.
d. Cegah menggigil: tingkatkan cairan, berikan kompres
e. Dorong sering mengubah posisi, napas dalam, dan batuk
f. Auskultasi bunyi nafas, perhatikan gemericik, ronchi; inspeksi sekresi
terhadap perubahan karakteristik, contoh peningkatan sputum atau
sputum kental.
g. Inspeksi kulit untuk nyeri tekan, area eritematosus; luka terbuka.
Bersihkan kulit dengan larutan antibakterial.
h. Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan sikat gigi
halus.
i. Tingkatkan kebersihan perianal
j. Diet tinggi protein dan cairan
k. Hindari prosedur invasiv (tusukan jarum dan injeksi) bila mungkin
l. Kolaborasi
- Awasi pemeriksaan lab. Misal: hitung darah lengkap, apakah SDP
turun atau tiba-tiba terjadi perubahan pada neutrofil; kultur
gram/sensitivitas.
Kaji ulang seri foto dada, berikan obat sesuai indikasi, hindari
antipiretik yang mengandung aspirin, berikan diet rendah bakteri,
misal makanan dimasak.
4. Risiko terjadi perdarahan b.d trombositopenia
Tujuan: klien bebas dari gejala perdarahan
Kriteria hasil:
- TD 90/60 mmHg
- Nadi 100x/menit
- Ekskresi dan sekresi negatif terhadap darah
- Ht 40-54%(laki-laki), 37-47%(perempuan)
- Hb 14-18 gr%
Intervensi:
a. Pantau hitung trombosit dengan jumlah 50.000/ml, risiko terjadi
perdarahan. Pantau Ht dan Hb terhadap tanda perdarahan.
b. Minta klien untuk mengingatkan perawat bila ada rembesan darah dari
gusi
c. Inspeksi kkulit, mulut, hidung, urin, feses, muntahan, dan tempat
tusukan IV terhadap perdarahan.
d. Gunakan jarum ukuran kecil
e. Jika terjadi perdarahan, tinggikan bagian yang sakit dan berikan
kompres dingin dan tekan perlahan
f. Beri bantalan tempat tidur untuk mencegah trauma
g. Anjurkan pada klien untuk menggunakan sikat gigi halus atau pencukur
listrik.
5. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum
Tujuan: klien mampu menoleransi aktivitas
Kriteria hasil:
- Peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur
- Berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari sesuai tingkat kemampuan
- Menunjukkan penurunan tanda fisiologis tidak toleran misal nadi,
pernafasan, dan TD dalam batas normal
Intervensi:
a. Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk
berpartisipasi dalam aktivitas. Berikan lingkungan tenang dan periode
istirahat tanpa gangguan.
b. Implementasikan teknik penghematan energi. Contoh: lebih baik duduk
daripada berdiri.
c. Jadwalkan makan sekitar kemoterapi. Jaga kebersihan mulut. Berikan
antiemetik sesuai indikasi.
d. Kolaborasi: berikan oksigen tambahan.
J. Bibliografi
Behrman, Kliegman, Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. EGC
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. EGC
Nursalam, dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Salemba Merdeka.
http://praktik-perawat.blogspot.com
http://creasoft.wordpress.com/2008/04/15/leukemia_pada_anak.html
http://dilichild86.blogspot.com/2008/04/asuh-keperawatan.html

Leukemia adalah istilah umum yang digunakan untuk keganasan pada sumsum tulang dan
sistem limpatik (Wong, 1995). Sedangkan menurut Robbins & Kummar (1995), leukemia
adalah neoplasma ganas sel induk hematopoesis yang ditandai oelh penggantian secara
merata sumsum tulang oleh sel neoplasi.
Klasifikasi
1. Leukemia Limfosit Akut (ALL)
2. Leukemia Limfosit Kronik (CLL)
3. Leukemia Mielosit (mieloblastik) Akut (AML)
4. Leukemia Mielosit Kronik (CML)
Pada klien anak, dua bentuk yang umum ditemukan adalah ALL dan AML
Patofisiologi
Leukemia merupakan proliferasi yang tidak terbatas dari sel darah putih yang immatur pada
jaringan pembentuk darah. Walaupun bukan berwujud sebagai tumor sebagaimana biasanya,
sel leukemia menunjukkan property suatu neoplasma dari kanker yang solid. Manifestasi
klinik yang timbul merupakan akibat dari infiltrasi atau penggantian dari jaringan-jaringan
tubuh oleh sel leukemia yang non-fungsional. Organ vaskuler atas seperti limpa dan hati
merupakan organ yang sering diserang oleh sel ini.
Ada dua miskonsepsi yang harus diluruskan mengenai leukemia ini yaitu 1)Walaupun
leukemia merupakan overproduksi dari sel darah putih, tetapi sering ditemukan pada
leukemia akut bahwa jumlah leukosit rendah. Ini diakibatkan karena produksi yang
dihasilkan adalah sel yang immatur. 2)Sel immatur tersebut tidak menyerang dan
menghancurkan sel darah normal atau jaringan vaskuler. Destruksi celluler diakibatkan
proses infiltrasi dan sebagai bagian dari konsekwensi kompetisi untuk mendapatkan element
makanan metabolik.
Masalah Keperawatan :
[1] Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, Resiko infeksi
[2] Resiko infeksi, Infeksi aktual
[3] Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, Resiko gangguan perfusi jaringan
[4] Gangguan rasa nyaman : Nyeri
[5] Gangguan mobilitas fisik, Resiko Injury
[6] Gangguan rasa nyaman : Nyeri
[7] Infeksi aktual, Resiko gangguan tumbuh kembang
[8] Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, Gangguan keseimbangan cairan & elektrolit
Manajemen terapeutik :
Chemotherapi dengan tiga fase yaitu 1)Induksi, 2)CNS profilaksis terapi, 3)Konsolidasi.
Masalah Keperawatan yang timbul karena kemoterapi :
1. Kerusakan membran mukosa
2. Gangguan integritas kulit
3. Cemas

Lebih lengkap disini: ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN LEUKEMIA |


kumpulan askep askeb | download KTI Skripsi | asuhan keperawatan kebidanan
http://terselubung.cz.cc/

Leukemia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan pembentuk
darah
leukemia merupakan penyakit keganasan dan berkembang sel – sel limfosit normal menjadi
ganas dengan segara menggantikan sel – sel yang normal dalam sumsum tulang belakang,
sehinga sumsum tulang belakang gagal dalam membentuk sel darah normal menginfiltrasi ke
jaringan tubuh yang lain.

Penyebab
penyebab leukemia diantaranya adalah :

1. Radiasi
2. bahan kimia
3. obat – obatan
4. virus
5. kelainan genetik

Klasifikasi Leukemia

klasifikasi leukemia dapat dibagi menjadi 4 tipe leukemia, yaitu

1. Leukemia Limfosit akut (LLA), ini paling sering ditemukan pada anak anak
2. Leukemia Mielositik akut (LMA), lebih sering dijumpai pada dewasa
3. Leukemia Limfositik Kromis (LLK), sering diderita pada orang dewasa berumur lebih
dari 55 tahun
4. Leukemia Mielositik Kronis (LMK), sering ditemukan pada orang dewasa

Tanda dan gejala Leukemia


pada orang yang terkena penyakit leukemia terdapat gejala gejala seperti:

 kelemahan kelelahan
 perdarahan (epistaksis, ptekie, ekimosis)
 demam
 nyeri pada tulang belakang
 nyeri pada sendi
 tekanan intra kranial meningkat
 terjadi limpadenopati
 hepatomegali

manajemen pada leukemia

penanganan leukemia diantaranya adalah :

 Sitostatika
 intensifikasi
 pengobatan pada susunan syaraf pusat
 kontinuitas

bila melihat dari uraian diatas, penderita leukemia akan sangat mudah terjadi penurunan daya
tahan tubuh, sehingga mudah terjadi infeksi.
dampak seperti pada masalah psikis baik penderita maupun pada keluarga, dampak dampak
lain juga dapat terjadi seiring dengan masalah yang terjadi pada penderita leukemia.

bagaimana dalam mengatasi masalah pada penderita leukemia?

dalam hal masalah pada penderita leukemia perlunya kebijakan tersendiri, seperti :

 penderita perlu istirahat yang cukup


 jaga penderita agar jangan sampai terkena infeksi
 jaga higiene pribadi pada penderita leukemia seperti pada mandi, perawatan mulut,
perawatan perineal
 obat dari dokter harus selalu di minum atau sesui dengan petunjuk dari dokter
 hindarkan penderita leukemia dari orang orang yang menderita infeksi saluran
pernafasan atas (ISPA: flu,pilek), anak anak yang menderita cacar air
 penderita leukemia banyak minum sekitar 2-3 liter per hari

jadi pada penderita leukemia memerlukan perhatian khusus perlu penanganan yang
komprehensif baik dari keluarga, perawat, dokter karena leukemia akan mempunyai
permasalah permasalah tersendiri disamping dari masalah kesehatan sehingga masalah
masalah dapat diminimalisir.

Hampir 60 persen kanker yang dialami anak-anak adalah kanker darah atau leukemia. Sayangnya
ketika dibawa ke rumah sakit kebanyakan sudah dalam tahap akut. Ketahui ciri-ciri leukemia pada
anak.

Leukemia paling banyak ditemui pada anak usia 2-6 tahun. Namun kanker ini bisa terjadi pada
semua kelompok umur dengan kelompok terbanyak adalah anak-anak dan orangtua di atas usia 50
tahun.

Leukemia adalah kondisi sel-sel darah putih yang lebih banyak daripada sel darah merah tapi sel-sel
darah putih ini bersifat abnormal. Leukemia terjadi karena proses pembentukan sel darahnya tidak
normal.

Sel induk darah gagal terbentuk dan tidak matang tepat pada waktunya. Akibatnya dua tipe sel
darah putih jumlahnya berlebih dan berkembang yakni sel myeloid dan limphoid.

Jika jumlah sel abnormal tersebut semakin banyak, maka fungsi sel darah putih yang tadinya
bertugas melindungi dan melawan infeksi, berubah menjadi sel ganas yang menyebabkan gejala
yang menyimpang.
Penyebab leukemia hingga kini belum diketahui pasti. Tapi diduga faktor-faktor luar seperti radiasi
dan bahan-bahan kimia beracun (benzen) menjadi indikasi penyebab leukemia.

Faktor lain yang umumnya menyebabkan leukemia adalah riwayat keluarga, faktor genetik yang
merusak kromosom, usia, etnik dan Virus-1 (HTLV-1). Namun pada beberapa kasus terkadang tidak
diketahui penyebab pastinya.

Leukemia pada anak ini ada yang bersifat tahunan ada juga yang akut (kronis). Jika tidak segera
ditangani, leukemia akut ini dapat menjadi penyakit yang fatal dalam beberapa bulan.

Berbeda dengan leukemia akut, leukemia menahun lebih banyak dialami oleh orang dewasa dan
perkembangannya lebih lambat bisa 10 tahun lebih.

Leukemia yang ganas kini bisa dijinakkan dengan terapi rutin seperti kemoterapi. Penyakit leukemia
ini dapat disembuhkan, asalkan mendapatkan perawatan secara rutin.

Gejala pada anak seperti dilansir dari mayoclinic, Minggu (31/10/2010) adalah:

1. Demam dan mudah terkena infeksi


Karena sel darah putihnya abnormal, kuman yang masuk jadi tidak bisa dilawan sel darah putih. Sel
darah putih yang harusnya bertugas melindungi tidak berfungsi. Akibatnya anak jadi rentan kena
infeksi dan sering demam.

Demam dan infeksi adalah tanda awal leukemia. Tidak mudah memang membedakan dengan
demam lainnya seperti flu. Tapi demam pada leukemia biasanya lebih dari 38 derajat celcius yang
berlangsung beberapa hari dan sering terjadi.

2. Anemia
Anemia terjadi karena tubuh kekurangan sel darah. Anak-anak leukemia umumnya mengalami
anemia dengan ciri-ciri muka pucat, tak bertenaga alias lemas, gampang lelah dan sesak napas.

3. Nyeri tulang
Nyeri tulang ini bukan karena luka atau memar. Nyeri tulang pada anak leukemia biasanya semakin
memburuk dari waktu ke waktu karena sumsum tulangnya terakumulasi sel-sel darah putih yang
abnormal.

4. Kelenjar yang bengkak


Kelenjar getah bening bengkak merupakan salah satu gejala awal sering diamati pada anak leukemia.
Bengkak akibat kelenjar bisa terlihat di dada, pangkal paha leher dan ketiak. Kelenjar getah bening
bisa membengkak karena akumulasi sel-sel darah putih yang abnormal.

Bedanya dengan bengkak kelenjar pada sakit lainnya adalah pada anak leukemia berlangsung selama
beberapa hari berbeda dengan bengkak karena sakit flu.
5. Mudah berdarah dan memar
Anak-anak leukemia gampang sekali berdarah dan memar yang merupakan tanda tingkat
pembekuan darahnya rendah. Trombosit adalah fragmen sel atau sel yang membantu darah untuk
membeku yang diproduksi oleh sumsum tulang. Rendahnya tingkat trombosit dalam tubuh dapat
mengakibatkan keterlambatan dalam pembekuan darah sehingga anak-anak leukemia gampang
berdarah untuk periode yang sering.

6. Gejala lainnya adalah mimisan, perdarahan gusi, kesulitan bernapas, kehilangan nafsu makan,
berat badan rendah, sakit kepala, hati dan limpa membesar, keringat berlebihan pada malam hari
dan munculnya bintik-bintik merah kecil pada kulit, yang dikenal sebagai petechiae.

Diagnosis leukemia dilakukan dengan pemeriksaan fisik, tes darah darah lengkap, CT scan, MRI,
biopsi sumsum tulang, apusan darah tepi, dan analisis cytogenic dan tekan tulang belakang.

Pilihan pengobatan kanker yang biasa tersedia untuk leukemia adalah kemoterapi, terapi radiasi,
transplantasi sumsum tulang dan terapi biologi.

Hampir 60 persen kanker yang dialami anak-anak adalah kanker darah atau leukemia. Sayangnya
ketika dibawa ke rumah sakit kebanyakan sudah dalam tahap akut. Ketahui ciri-ciri leukemia pada
anak.

Leukemia paling banyak ditemui pada anak usia 2-6 tahun. Namun kanker ini bisa terjadi pada
semua kelompok umur dengan kelompok terbanyak adalah anak-anak dan orangtua di atas usia 50
tahun.

Leukemia adalah kondisi sel-sel darah putih yang lebih banyak daripada sel darah merah tapi sel-sel
darah putih ini bersifat abnormal. Leukemia terjadi karena proses pembentukan sel darahnya tidak
normal.

Sel induk darah gagal terbentuk dan tidak matang tepat pada waktunya. Akibatnya dua tipe sel
darah putih jumlahnya berlebih dan berkembang yakni sel myeloid dan limphoid.

Jika jumlah sel abnormal tersebut semakin banyak, maka fungsi sel darah putih yang tadinya
bertugas melindungi dan melawan infeksi, berubah menjadi sel ganas yang menyebabkan gejala
yang menyimpang.

Penyebab leukemia hingga kini belum diketahui pasti. Tapi diduga faktor-faktor luar seperti radiasi
dan bahan-bahan kimia beracun (benzen) menjadi indikasi penyebab leukemia.

Faktor lain yang umumnya menyebabkan leukemia adalah riwayat keluarga, faktor genetik yang
merusak kromosom, usia, etnik dan Virus-1 (HTLV-1). Namun pada beberapa kasus terkadang tidak
diketahui penyebab pastinya.

Leukemia pada anak ini ada yang bersifat tahunan ada juga yang akut (kronis). Jika tidak segera
ditangani, leukemia akut ini dapat menjadi penyakit yang fatal dalam beberapa bulan.

Berbeda dengan leukemia akut, leukemia menahun lebih banyak dialami oleh orang dewasa dan
perkembangannya lebih lambat bisa 10 tahun lebih.

Leukemia yang ganas kini bisa dijinakkan dengan terapi rutin seperti kemoterapi. Penyakit leukemia
ini dapat disembuhkan, asalkan mendapatkan perawatan secara rutin.

Gejala pada anak seperti dilansir dari mayoclinic, Minggu (31/10/2010) adalah:

1. Demam dan mudah terkena infeksi


Karena sel darah putihnya abnormal, kuman yang masuk jadi tidak bisa dilawan sel darah putih. Sel
darah putih yang harusnya bertugas melindungi tidak berfungsi. Akibatnya anak jadi rentan kena
infeksi dan sering demam.

Demam dan infeksi adalah tanda awal leukemia. Tidak mudah memang membedakan dengan
demam lainnya seperti flu. Tapi demam pada leukemia biasanya lebih dari 38 derajat celcius yang
berlangsung beberapa hari dan sering terjadi.

2. Anemia
Anemia terjadi karena tubuh kekurangan sel darah. Anak-anak leukemia umumnya mengalami
anemia dengan ciri-ciri muka pucat, tak bertenaga alias lemas, gampang lelah dan sesak napas.

3. Nyeri tulang
Nyeri tulang ini bukan karena luka atau memar. Nyeri tulang pada anak leukemia biasanya semakin
memburuk dari waktu ke waktu karena sumsum tulangnya terakumulasi sel-sel darah putih yang
abnormal.

4. Kelenjar yang bengkak


Kelenjar getah bening bengkak merupakan salah satu gejala awal sering diamati pada anak leukemia.
Bengkak akibat kelenjar bisa terlihat di dada, pangkal paha leher dan ketiak. Kelenjar getah bening
bisa membengkak karena akumulasi sel-sel darah putih yang abnormal.

Bedanya dengan bengkak kelenjar pada sakit lainnya adalah pada anak leukemia berlangsung selama
beberapa hari berbeda dengan bengkak karena sakit flu.

5. Mudah berdarah dan memar


Anak-anak leukemia gampang sekali berdarah dan memar yang merupakan tanda tingkat
pembekuan darahnya rendah. Trombosit adalah fragmen sel atau sel yang membantu darah untuk
membeku yang diproduksi oleh sumsum tulang. Rendahnya tingkat trombosit dalam tubuh dapat
mengakibatkan keterlambatan dalam pembekuan darah sehingga anak-anak leukemia gampang
berdarah untuk periode yang sering.

6. Gejala lainnya adalah mimisan, perdarahan gusi, kesulitan bernapas, kehilangan nafsu makan,
berat badan rendah, sakit kepala, hati dan limpa membesar, keringat berlebihan pada malam hari
dan munculnya bintik-bintik merah kecil pada kulit, yang dikenal sebagai petechiae.

Diagnosis leukemia dilakukan dengan pemeriksaan fisik, tes darah darah lengkap, CT scan, MRI,
biopsi sumsum tulang, apusan darah tepi, dan analisis cytogenic dan tekan tulang belakang.

Pilihan pengobatan kanker yang biasa tersedia untuk leukemia adalah kemoterapi, terapi radiasi,
transplantasi sumsum tulang dan terapi biologi.

You might also like