You are on page 1of 36

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS NY. ”S” P30012


POST PARTUM HARI KE-1
DI BPS FRANS FERDINANDUS SURABAYA

Oleh :
Clara Muktiyan Hadi
010810070

Program Studi Pendidikan Bidan


Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
2010
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Peranan bidan dalam memberikan asuhan masa nifas adalah memberikan
asuhan yang konsisten, ramah dan memberikan dukungan pada setiap ibu
dalam proses penyembuhannya dari stress fisik akibat persalinan dan
meningkatkan kepercayaan diri ibu dalam merawat bayinya. Dalam proses
penyesuaian ini, dituntut kontribusi bidan dalam melaksanakan kompetensi,
ketrampilan dan sensitivitas terhadap kebutuhan dan harapan setiap ibu dan
keluarga. Bidan harus dapat merencankan asuhan yang akan diberikan pada ibu
sesuai dengan kebutuhan ibu tersebut.

Pada periode ini bidan dituntut untuk dapat memberikan asuhan


kebidanan terhadap perubahan fisik dan psikologis ibu, dimana asuhan fisik
lebih mudah diberikan karena dapat dilihat dan dinilai secar langsung, apabila
terjadi ketidak-normalan bidan langsung bisa mendeteksi dan memberikan
intervensi, sedangkan pemberian asuhan terhadap cmosi dan psikologi ibu
membutuhkan ketelitian dan kesabatan yang lebih dari bidan. Untuk mencapai
hasil yang optimal dibutuhkan kerjasama yang baik antara bidan dan keluarga.

Asuhan kebidanan merupakan suatu penerapan fungsi dan kegiatan yang


menjadi tanggungjawab dalam memberikan pelayanan kebidanan pada pasien
yang mempunyai kebutuhan atau masalah dalam bidang kesehatan, ibu pada
masa hamil, nifas, dan bayi baru lahir serta keluarga berencana (Depkes RI,
1999).

Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan


dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis, mulai dari
pengkajian, analisis data, diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi.

Proses manajemen merupakan proses pemecahan masalah yang


memperkenalkan sebuah metode atau pemikiran dan tindakan-tindakan
dengan urutan yang logis sehingga pelayanan komprehensif dan aman dapat
tercapai. Selain itu metode ini memberikan pengertian untuk menyatukan
pengetahuan dan penilaian yang tcrpisah – pisah menjadi satu kesatuan yang
berarti.

Asuhan ibu masa nifas adalah asuhan yang diberikan pada ibu segera
setelah kelahiran sampai 6 minggu setelah kelahiran.

1.1.1. Tujuan Umum


Memberikan asuhan yang adekwat dan terstandar pada ibu segera
setelah melahirkan dengan memperhatikan riwayat selama kehamilan,
dalam persalinan dan keadaan segera setelah melahirkan
1.1.2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang berhubungan dengan
kesehatan ibu nifas.
b. Menemukan masalah yang ada dan memprioritaskannya
c. Merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah
d. Implementasi hasil rumusan alternatif pemecahan masalah
e. Mendorong dan meningkatkan kewaspadaan terhadap komplikasi
masa nifas yang terjadi pada ibu.

1.2. Metode Penulisan


Dalam penyusunan laporan ini penulis menggunakan metode deskriptif
analitik yang menggunakan metode wawancara dan pendataan.

1.3. Sistematika Penulisan


BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan latar belakang masalah, tujuan laporan,
metode, dan sisitematika penulisan laporan yang berisi paparan
secara global isi laporan pada masing-masing bab.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan tentang landasan teori yang berkaitan
dengan masalah laporan, konsep asuhan kebidanan, hipotesis,
dan analisis yang digunakan dalam laporan ini.

BAB III : STUDI KASUS


Bab ini diuraikan dari hasil wawancara narasumber yang
tertuang dalam asuhan kebidanan kehamilan fisiologis.

BAB IV : PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan tentang hubungan keterkaitan studi kasus
dengan tinjauan pustaka

BAB V : PENUTUP
Bab ini merupakan bagian akhir dari laporan yang berisikan
simpulan dengan mendasarkan pada analisis pemecahan
masalah dan cara pemecahannya. Selain itu juga dipaparkan
saran-saran untuk masalah yang sedang dihadapi pasien.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Dasar


2.1.1 Pengertian Asuhan Kebidanan
Penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab
dalam memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai kebutuhan/
masalah dalam bidang kesehatan ibu masa hamil, masa persalinan, nifas,
bayi setelah lahir serta keluarga berencana.

2.1.2 Masa Nifas


1. Pengertian Masa Nifas
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa
ini berlangsung selama 6-8 minggu (Saifuddin et al, 2002). Asuhan selama
periode nifas sangat diperlukan karena merupakan masa kritis baik bagi
ibu maupun bagi bayi yang dilahirkannya. Diperkirakan bahwa 60%
kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, yang mana 50%
kematian ibu pada masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Di samping
itu, masa tersebut juga merupakan masa kritis dari kehidupan bayi,
karena dua pertiga kematian bayi terjadi dalam 4 minggu setelah
persalinan dan 60% kematian bayi baru lahir terjadi dalam waktu 7 hari
setelah lahir (Winkjosastro et al, 2002).

2. Program dan kebijakan teknis dalam asuhan masa nifas


Pada masa nifas dilakukan paling sedikit 4 kali kunjungan, hal ini
dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir, dan untuk
mencegah mendeteksi dan menangani masalah- masalah yang terjadi.
Kunjungan pertama, dilakukan pada 6-8 jam setelah persalinan.
Kunjungan ini dilakukan dengan tujuan mencegah perdarahan masa nifas
karena atonia uteri. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan,
dan merujuk bila perdarahan berlanjut. Memberikan konseling kepada
ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan
masa nifas karena atonia uteri. Pemberian ASI awal, membantu
melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir, juga menjaga bayi
tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia (Winkjosastro et al, 2002).
Kunjungan kedua, dilakukan pada 6 hari setelah persalinan.
Kunjungan ini dilakukan dengan tujuan untuk memastikan involusi uterus
berjalan normal, yaitu uterus berkontraksi dan fundus di bawah
umbilikus. Menilai adanya tanda-tanda infeksi atau perdarahan abnormal.
Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat.
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan tanda-
tanda penyulit. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada
bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
Kunjungan ketiga dilakukan pada dua minggu setelah persalinan,
yang mana kunjungan ini tujuannya sama dengan kunjungan yang kedua.
Setelah kunjungan ketiga maka dilakukanlah kunjungan pada 6 minggu
setelah persalinan yang merupakan kujungan terakhir selama masa nifas,
yang mana kunjungan ini bertujuan untuk menanyakan pada ibu tentang
penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami, juga memberikan konseling
untuk mendapatkan pelayanan KB secara dini (Saifuddin et al, 2002).

3. Perubahan- perubahan fisiologis yang terjadi selama nifas


Dalam masa nifas alat-alat genitalia interna maupun eksterna akan
berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Perubahan-perubahan alat-alat genitalia ini dalam keseluruhannya
disebut involusi. Disamping involusi ini, terjadi juga perubahan penting
lain, seperti timbulnya laktasi yang dipengaruhi oleh Lactogenic Hormone
dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mamma (Saifuddin et al,
2002).
 Fundus Uteri
Setelah janin dilahirkan fundus uteri kira-kira setinggi pusat; segera
setelah plasenta lahir, tinggi fundus uteri kurang lebih 2 jari di bawah
pusat. Uterus menyerupai suatu buah advokat gepeng berukuran panjang
kurang lebih 15 cm, lebar kurang lebih 12 cm dan tebal kurang lebih 10
cm. Dinding uterus sendiri kurang lebih 5 cm, sedangkan pada bekas
implantasi plasenta lebih tipis daripada bagian lain. Pada hari ke-5
postpartum uterus kurang lebih setinggi 7 cm di atas simfisis atau
setengah simfisis pusat, sesudah 12 hari uterus tidak dapat diraba lagi di
atas simfisis. Bagian bekas implantasi plasenta merupakan suatu luka
yang kasar dan menonjol ke dalam kavum uteri, setelah persalinan.
Penojolan tersebut, dengan diameter kurang lebih 7,5 cm, sering disangka
sebagai suatu bagian plasenta yang tertinggal. Sesudah 2 minggu
diameternya menjadi 3,5 cm dan pada 6 minggu telah mencapai 2,4 mm
(Saifuddin, et al, 2002 & Mochtar, 1998).
 Uterus
Uterus gravidus aterm beratnya kira-kira 1000 gram. Satu minggu
postpartum berat uterus akan menjadi kurang lebih 500 gram, 2 minggu
postpartum menjadi 300 gram, dan setelah 6 minggu postpartum, berat
uterus menjadi 40 sampai 60 gram(berat uterus normal kurang lebih 30
gram). Otot-otot uterus berkontraksi segera postpartum. Pembuluh-
pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot-otot uterus akan
terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta
dilahirkan (Saifuddin, et al, 2002).
 Serviks
Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks ialah segera
postpartum bentuk serviks agak menganga seperti corong. Bentuk ini
disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi,
sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga seolah-olah pada
perbatasan antara korpus dan serviks uteri terbentuk semacam cincin.
Warna serviks sendiri merah kehitam- hitaman karena penuh pembuluh
darah. Konsistensinya lunak. Segera setelah janin dilahirkan, tangan
pemeriksa masih dapat dimasukkan ke dalam kavum uteri. Setelah dua
jam hanya dapat dimasukkan 2-3 jari, dan setelah 1 minggu, hanya dapat
dimasukkan 1 jari ke dalam kavum uteri (Saifuddin, et al, 2002 & Mochtar,
1998).
 Endometrium
Perubahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah
terjadi degenerasi, dan nekrosis di tempat implantasi plasenta. Pada hari
pertama endometrium yang kira-kira setebal 2- 5 mm itu mempunyai
permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin.
Setelah 3 hari, permukaan endometrium mulai rata akibat lepasnya sel-
sel dari bagian yang mengalami degenerasi. Sebagian besar endometrium
terlepas. Regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua
basalis, yang memakan waktu 2 sampai 3 minggu. Jaringan-jaringan di
tempat implantasi plasenta mengalami proses yang sama, ialah
degenerasi dan kemudian terlepas. Pelepasan jaringan berdegenerasi ini
berlangsung lengkap. Dengan demikian, tidak ada pembentukan jaringan
parut pada bekas tempat implantasi plasenta (Winkjosastro, 2002).
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang
sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir, berangsur-angsur ciut
kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi
kendor yang mengakibatkan uterus jatuh ke belakang. Tidak jarang pula
wanita mengeluh “kandungannya turun” setelah melahirkan oleh karena
ligament, fasia, jaringan penunjang alat genitalia menjadi agak kendor.
Luka-luka jalan lahir, seperti bekas episiotomi yang telah dijahit, luka pada
vagina dan serviks bila tidak seberapa luas akan mudah sembuh, kecuali
bila terdapat infeksi (Winkjosastro et al, 2002).
 Mammae
Sejak kehamilan muda, sudah terdapat persiapan-persiapan pada
kelenjar-kelenjar mamma untuk menghadapi masa laktasi. Perubahan
yang terdapat pada kedua mamma antara lain:
1) proliferasi jaringan, terutama kelenjar-kelenjar dan alveolus
mamma dan lemak,
2) pada duktus laktiferus terdapat cairan yang kadang-kadang
dapat dikeluarkan, cairan tersebut berwarna kuning (kolostrum),
3) hipervaskularisasi terdapat pada permukaan maupun pada
bagian dalam mamma. Pembuluh-pembuluh vena berdilatasi dan
tampak dengan jelas,
4) setelah partus, pengaruh menekan dari estrogen dan
progesteron terhadap hipofisis hilang. Timbul pengaruh hormon-
hormon hipofisis kembali, antara lain lactogenic hormone
(prolaktin) yang akan dihasilkan pula.
Mamma yang telah dipersiapkan pada masa hamil terpengaruhi,
dengan akibat kelenjar-kelenjar berisi air susu. Pengaruh oksitosin
mengakibatkan mioepitelium kelenjar-kelenjar susu berkontraksi,
sehingga pengeluaran air susu dilaksanakan. Umumnya produksi air susu
baru berlangsung betul pada hari ke-2 sampai ke-3 postpartum
(Rachimhadhi et al, 2002).
 Suhu Badan
Suhu badan wanita inpartu tidak lebih dari 37,20 Celcius. Sesudah 12 jam
pertama melahirkan, umumnya suhu badan akan kembali normal. Bila suhu
badan lebih dari 38,00 Celcius, mungkin ada infeksi. Nadi umumnya berkisar
antara 60-80 denyutan permenit. Segera setelah partus dapat terjadi
bradikardia. Pada masa nifas umumnya denyut nadi lebih labil dibandingkan
dengan suhu badan (Winkjosastro et al, 2002).
 Pernafasan
Pada sistem pernapasan, fungsi pernapasan kembali pada rentang normal
dalam jam pertama pascapartum. Napas Pendek, cepat, atau perubahan lain
memerlukan evaluasi adanya kondisi-kondisi abnormal (Varney, 2003).
 Lokhea
Lokhea adalah sekret yang keluar dari kavum uteri dan vagina pada masa
nifas. Pada hari pertama dan kedua lokhea rubra atau kruenta, terdiri atas
darah segar bercampur sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa
verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium. Pada hari ke- 3 sampai ke-7 keluar
cairan berwarna merah kuning berisi darah dan lendir. Pada hari ke-7 sampai
ke-14 cairan yang keluar berwarna kuning, cairan ini tidak berdarah lagi, setelah
2 minggu, lokhea hanya merupakan cairan putih yang disebut dengan lokhea
alba (Mochtar, 1998).

4. Perawatan -perawatan pada masa nifas


Umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan. Karenanya, ia harus
cukup dalam pemenuhan istirahatnya. Dari hal tersebut ibu harus dianjurkan
untuk tidur terlentang selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring-
miring ke kanan dan ke kiri, untuk mencegah adanya thrombosis. Pada hari ke-2
barulah ibu diperbolehkan duduk, hari ke-3 jalan-jalan, dan hari ke-4 atau ke-5
sudah diperbolehkan pulang (Winkjosastro et al, 2002 & Mochtar, 1998).
Diet yang diberikan harus bermutu tinggi dengan cukup kalori,
mengandung cukup protein, cairan, serta banyak sayur-sayuran dan buah-
buahan (Winkjosastro et al, 2002 & Mochtar, 1998).
Miksi atau berkemih harus secepatnya dapat dilakukan sendiri. Kadang-
kadang wanita mengalami sulit kencing karena sfingter uretra tertekan oleh
kepala janin, sehingga fungsinya terganggu. Bila kandung kemih penuh dan
wanita tersebut tidak dapat berkemih sendiri, sebaiknya dilakukan kateterisasi
dengan memperhatikan jangan sampai terjadi infeksi (Winkjosastro et al, 2002).
Defekasi atau buang air besar harus ada dalam 3 hari postpartum. Bila
ada obstipasi hingga skibala tertimbun di rectum, dapat dilakukan klisma atau
diberikan laksans per oral atau per rectal. Namun dengan diadakannya
mobilisasi secara dini, tidak jarang retensio urin et alvi dapat diatasi. Di sini
dapat ditekankan bahwa wanita baru bersalin memerlukan istirahat dalam jam-
jam pertama postpartum, akan tetapi jika persalinan ibu serba normal tanpa
kelainan, maka wanita yang baru bersalin itu bukan seorang penderita dan
hendaknya jangan dirawat seperti seorang penderita. (Winkjosastro et al,
2002).
Bila wanita itu sangat mengeluh tentang adanya after paints atau mules,
dapat diberi analgetik atau sedatif supaya ia dapat beristirahat atau tidur.
Delapan jam postpartum wanita tersebut disuruh mencoba menyusui bayinya
untuk merangsang timbulnya laktasi. Kecuali bila ada kontraindikasi untuk
menyusui bayinya, seperti wanita yang menderita tifus abdominalis,
tuberculosis aktif, diabetes mellitus berat, psikosis, putting susunya tertarik ke
dalam dan lain- lain. Bayi dengan labio palato skiziz (sumbing) tidak dapat
menyusu oleh karena tidak dapat menghisap. Hendaknya hal ini diketahui oleh
bidan atau dokter yang menolongnya. Minumannya harus diberikan melalui
sonde. Begitu pula dengan bayi yang dilahirkan dengan alat seperti ekstraksi
vakum atau cunam dianjurkan untuk tidak menyusu sebelum benar-benar
diketahui tidak ada trauma kapitis. Pada hari ketiga atau keempat bayi tersebut
baru diperbolehkan untuk menyusu bila tidak ada kontraindikasi. (Winkjosastro
et al, 2002 & Mochtar, 1998).
Perawatan mamma harus sudah dilakukan sejak kehamilan, areola
mamma dan puting susu dicuci teratur dengan sabun dan diberi minyak atau
cream , agar tetap lemas, jangan sampai kelak mudah lecet dan pecah-pecah.
Sebelum menyusui mamma harus dibikin lemas dengan melakukan massage
secara menyeluruh. Setelah areola mamma dan putting susu dibersihkan,
barulah bayi disusui (Winkjosastro et al, 2002 & Mochtar, 1998).
Bayi yang meninggal, laktasi harus dihentikan dengan cara mengadakan
pembalutan kedua mamma hingga tertekan, dan dapat pula diberikan
Bromocryptin sehingga pengeluaran lactogenic hormone tertekan
(Winkjosastro et al, 2002 & Mochtar, 1998).
Pengunjung atau tamu sehat boleh mengunjungi wanita postpartum.
Hendaknya para pengunjung harus dalam keadaan sehat dan bersih untuk
mencegah kemungkinan terjadinya penularan penyakit oleh karena wanita
dalam masa nifas mudah sekali terkena infeksi. Pemakaian gurita yang tepat
masih dibenarkan pada wanita postpartum. Ketika dipulangkan, diberi
penjelasan dan motivasi tentang cara menjaga bayi, memberi susu dan
makanan bayi, keluarga berencana, hidup dan makanan sehat, dan dipesan
untuk memeriksakan diri lagi (Winkjosastro et al, 2002 & Mochtar, 1998).
2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas
KONSEP ASUHAN KEBIDANAN
PADA IBU NIFAS

A. Pengkajian (Pengumpulan data dasar)

Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua data


yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan langkah
pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien.

A. Data Subyektif

1. Biodata yang mencakup identitas pasien

a. Nama

Nama jelas dan lengkap, bila perlu panggilan sehari-hari agar tidak
keliru dalam memberikan penanganan.

b. Umur

Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang


dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental dan
psikisnya belum siap. Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan
sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas.

c. Agama

Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing


atau mengarahkan pasien dalam berdoa.

d. Pendidikan

Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui


sejauh-mana ringkat intelektualnya, sehingga bidan dapat
memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya.
f. Suku/bangsa
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari hari.
g. Pekerjaan
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial
ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien
tersebut.
h. Alamat

Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan

2. Keluhan Utama

Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan masa nifas,
misalnya pasien merasa mules, sakit pada jalan lahir karena adanya jahitan
pada perineum.

3. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat kesehatan yang lalu

Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat


atau penyakit akut, kronis seperti: Jantung, DM, Hipertensi, Asma
yang dapat mempengaruhi pada masa nifas ini.

b. Riwayat kesehatan sekarang

Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya


penyakit yang diderita pada saat ini yang ada hubungannya dengan
masa nifas dan bayinya.

c. Riwayat kesehatan keluarga

Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya


pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien
dan bayinya, yaitu apabila ada-penyakit keluarga yang menyertainya.

4. Riwayat Perkawinan.
Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status menikah syah atau tidak,
karena bila melahirkan tanpa status yang jelas akan berkaitan dengan
psikologisnya sehingga akan mempengaruhi proses nifas.

5. Riwayat Obstetrik

a. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.

Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak, cara
persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan nifas yang lalu.

b. Riwayat Persalinan sekarang.

Tanggal persalinan, jenis persalinan, jcnis kelamin anak, keadaan bayi


meliputi PB, BB, penolong persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk
mengetahui apakah proses persalinan mengalami kelainan atau tidak
yang bisa ber-pengaruh pada masa nifas saat ini.

5. Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis
apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta
rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa.
6. Kehidupan Sosial Budaya
Untuk mengetahui pasien dan keluarga yang menganut adapt istiadat yang
akan menguntungkan atau merugikan pasien khususnya pada masa nifas
misalnya pada kebiasaan pantang makan.
7. Data Psikososial
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya. Wanita
mengalami banyak perubahan emosi / psikologis selama masa nifas
sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Cukup sering ibu
menunjukan depresi ringan beberapa hari setelah kelahiran. Depresi
tersebut sering disebut sebagai postpartum blues. Postpartum blues
sebagian besar merupakan perwujudan fenomena psikologis yang dialami
oleh wanita yang terpisah dari keluarga dan bayinya. Hal ini sering terjadi
sering diakibatkan oleh sejumlah faktor.

Penyebab yang paling menonjol adalah :

a. Kekecewaan emosional yang mengikuti rasa puas dan takut yang


dialami kebanyakan wanita selama kehamilan dan persalinan.

b. Rasa sakit masa nifas awal.

c. Kelelahan karena kurang tidur selama persalinan dan postpartum.

d. Kecemasan pada kemampuannya untuk merawat bayinya setelah


meninggalkan rumah sakit.

e. Rasa takut menjadi tidak menarik lagi bagi suaminya.

Menjelaskan pengkajian psikologis:

a. Respon keluarga terhadap ibu dan bayinya

b. Respon ibu terhadap bayinya

c. Respon ibu terhadap dirinya

9. Data Pengetahuan

Untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan ibu tentang perawatan setelah


melahirkan sehingga akan menguntungkan selama masa nifas.

10. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari.

a. Nutrisi

Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi, banyaknya,


jenis makanan, makanan pantangan.

b. Eliminasi

Menggambarkan pola fungsi sekrest yaitu kebiasaan buang air besar


meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau serta kebiasaan buang air
kecil meliputi frekuensi, warna, jumlah.

c. Istirahat
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien tidur,
kebiasaan sebelum tidur misalnya membaca, mendengarkan musik,
kebiasaan mengkonsumsi obat tidur, kebiasaan tidur siang, penggunaan
waktu luang. Istirahat sangat penting bagi ibu masa nifas karena dengan
istirahat yang cukup dapat mempercepat penyembuhan.

d. Personal hygiene

Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalii menjaga kebersihan tubuh


terutama pada daerah genctalia, karena pada masa nifas masih
mengeluarkan lochea.

e. Aktivitas

Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari. Pada pola ini perlu


dikaji pengaruh aktivitas terhadap kesehatannya. Mobilisasi sedini
mungkin dapat mempercepat proses pengembalian alat-alat reproduksi.
Apakah ibu melakukan ambulasi, seberapa sering, apakah kesulitan,
dengan bantuan atau sendiri, apakah ibu pusing ketika melakukan
ambulasi.

B. Data Obyektif

Dalam menghadapi masa nifas dari seorang klien, seorang bidan harus
mengumpulkan data untuk memastikan bahwa keadaan klien dalam keadaan
stabil. Yang termasuk dalam komponen-komponen pengkajian data obyektif ini
adalah:

1. Vital sign
Ditujukan untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan kondisi yang
dialaminya.
a. Tempetatur / suhu
Peningkatan suhu badan mencapai pada 24 jam pertama masa nifas
pada umumnya disebabkan oleh dehidrasi, yang disebabkan oleh
keluarnya cairan pada waktu melahirkan, selain itu bisa juga
disebabkan karena istirahat dan tidur yang diperpanjang selama
awal persalinan. Tetapi pada umumnya setelah 12 jam post partum
suhu tubuh kembali normal. Kenaikan suhu yang mencapai > 38 OC
adalah mengarah ke tanda-tanda infeksi.

b. Nadi dan pernafasan

1) Nadi berkisar antara 60 – 80x/ menit. Denyut nadi di acas 100 x/


menit pada masa nifas adalah mengindikasikan adanya suatu
infeksi, hal ini salah satunya bisa diakibaikan oleh proses
persalinan sulit atau karena kehilangan darah yang berlebihan.

2) Jika takikardi tidak disertai panas kemungkinan disebabkan


karena adanya vitium kordis.

3) Beberapa ibu postpartum kadang-kadang mengalami bradikardi


puerperal, yang denyut nadinya mencapai serendah-rendahnya
40 sampai 50x/menit, beberapa alasan telah diberikan sebagai
penyebab yang mungkin, tetapi belum ada penelitian yang
membuktikan bahwa hal itu adalah suatu kelainan.4)
Pernafasan harus berada dalam tentang yang normal, yaitu
sekitar 20 – 30x/menit.

c. Tekanan darah

Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi postpartum,


tetapi keadaan ini akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak
ada penyakit-penyakit lain yang menyertainya dalam 2 bulan
pengobatan.

2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dari ujung rambut sampai ujung kaki. Menjelaskan
pemeriksaan fisik yang dilakukan.
a. Muka
konjungtiva merah muda, sklera putih, oedema tidak ada, mulut
bersih, gigi tidak karies.
b. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada bendungan vena
jugularis, tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid.
c. Keadaan buah dada dan puting susu

M Simetris/ tidak
M Konsistensi, ada pembengkakan/ tidak
M Puting menonjol/tidak,lecet/tidak
d. Keadaan abdomen

M Uterus:
Normal: - Berkontraksi baik

- Tidak berada di atas ketinggian fundal saat masa nifas


segera

Abnormal:Di atas ketinggian fundal saat masa post partum segera

•  Kandung kemih : bisa buang air/ tak bisa buang air

c. Keadaan genitalia

M Lochea:
Normal:- Merah hitam (lochia rubra)

- Bau biasa

- Tidak ada bekuan darah atau butir-butir darah beku


(ukuran kecil)

- Jumlah perdarahan yang ringan atau sedikit (hanya perlu


mengganti pembalut setiap 3-5 jam)

Abnormal:- Merah terang


- Bau busuk

- Mengeluarkan darah beku

- Perdarahan berat (memerlukan penggantian pembalut


setiap 0-2 jam)

d. Keadaan perineum   : oedema, hematoma, bekas luka episiotomy


/ robekan,  hecting
e. Keadaan anus: hemorrhoid /tidak
f. Keadaan ekstremitas
- Varices

- Oedema

- Refleks patella

II. Diagnosa Aktual

Mengidentifikasi diagnosa kebidanan dan masalah berdasarkan


intepretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Dalam langkah
ini data yang telah dikumpulkan diintepretasikan menjadi diagnosa kebidanan
dan masalah. Keduanya digunakan karena beberapa masalah tidak dapat
diselesaikan seperti diagnosa tetapi membutuhkan penanganan yang
dituangkan dalam rencana asuhan terhadap pasien, masalah sering berkaitan
dengan pengalaman wanita yang diidentifikasikan oleh bidan.

A. Diagnosa Kebidanan
Diagnosa dapat ditegakkan yang berkaitan dengan Para, Abortus, Anak
hidup, umur ibu, dan keadaan nifas.

Data dasar meliputi:

1. Data Subyektif
Pernyataan ibu tentang jumlah persalinan, apakah pernah abortus
atau tidak, keterangan ibu tentang umur, keterangan ibu tentang
keluhannya.
2. Data Obyektif
Palpasi tentang tinggi fundus uteri dan kontraksi, hasil pemeriksaan
tentang pengeluaran pervaginam, hasil pemeriksaan tanda-tanda
vital.

B. Masalah

Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien. Data dasar


meliputi: 1. Data Subyektif

Data yang didapat dari hasil anamnesa pasien

2. Data Obyektif

Data yang didapat dari hasil pemeriksaan

III. Diagnosa Potensial

Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang mungkin akan


terjadi. Pada langkah ini diidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa, hal ini membutuhkan antisipasi,
pencegahan, bila memungkinkan menunggu mengamati dan bersiap-siap
apabila hal tersebut benar-benar terjadi. Melakukan asuhan yang aman penting
sekali dalam hal ini.

IV. Tindakan Kebutuhan Segera

Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen kebidanan.


Identifikasi dan menetapkan perlunya rindakan segera oleh bidan atau dokter
dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien.
V. Perencanaan

Langkah-langkah ini ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya yang


merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang tetah diidentifikasi atau
di antisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang
sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi
juaga berkaitan dengan kerangka pedoman antisipasi bagi wanita tersebut yaitu
apa yang akan terjadi berikutnya.

Penyuluhan, konseling dari rujukan untuk masalah-masalah sosial,


ekonomi atau masalah psikososial. Adapun hal-hal yang perlu dilakukan pada
kasus ini adalah

A. Observasi meliputi keadaan umum, kesadaran, tanda-tanda vital, tinggi


fundus uteri, kontraksi uterus, anjurkan ibu untuk segera berkemih,
observasi mobilisasi dini, jelaskan manfaatnya.

B. Kebersihan diri

1. Jaga kebersihan seluruh tubuh terutama daerah genetalia.

2. Ganti pembalut minimal dua kali sehari atau setiap kali selesai BAK

C. Istirahat

1. Cukup istirahat

2. Beri pengertian manfaat istirahat

3. Kembali mengerjakan pekerjaan sehari -hari.

D. Gizi

1. Makan bergizi, bermutu dan cukup kalori.

2. Minum 3 liter air sehari atau segelas setiap habis menyusui.

3. Minum tablet Fe / zat besi.

4. Minum vitamin A (200.000 unit)


E. Perawatan payudara

1. Jaga kebersihan payudara

2. Beri ASI ekslusif sampai bayi umur 6 bulan.

F. Hubungan sexual

Beri pengertian hubungan seksual kapan boleh dilakukan.

G. Keluarga berencana

Anjurkan pada ibu untuk mengikuti KB sesuai dengan keinginannya.

VI. Pelaksanaan

Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan penyuluhan pada klien


dan keluarga. Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara efisien
dan aman.

A. Mengobservasi

meliputi 1. Keadaan umum

2. Kesadaran
3. Tanda-tanda vital, dengan mengukur (tekanan darah,
suhu, nadi, respirasi)
4. Tinggi fundus uteri, kontraksi uterus.
5. Menganjurkan ibu untuk segera berkemih karena apabila
kandung kencing penuh akan menghambat proses
involusi uterus.
6. Menganjurkan pada ibu untuk mobilisasi dini untuk
memperlancar pengeluaran lochea, memperlancar
peredaran darah.

B. Kebersihan diri

1. Menjaga kebersihan seluruh tubuh terutama daerah genetalia.


2. Mengganti pembalut minimal dua kali sehari atau setiap kali selesai
BAK

C. Istirahat

1. Memberi saran pada ibu untuk cukup tidur siang agar tidak terlalu
lelah.

2. Memberi pengertian pada ibu, apabila kurang istirahat dapat


menyebabkan produksi AS1 kurang, proses involusi berjalan lambat
sehingga dapat menyebabkan perdarahan.

3. Menganjurkan pada ibu untuk kembali mengerjakan pekerjaan sehari-


hari.

D. Gizi

1. Mengkonsumsi makanan yang bergizi, bermutu dan cukup kalori,


sebaiknya ibu makan makanan yang mengandung protein, vitamin dan
mineral.

2. Minum sedikitnya 3 liter air sehari atau segelas setiap habis


menyusui.

3. Minum tablet Fc / zat besi selama 40 hari pasca persalinan.

4. Minum vitamin A (200.000 unit) agar dapat memberikan vitamin A


kepada bayinya melalui ASI.

E. Perawatan payudara

1. Menjaga kebersihan payudara

2. Memberi ASI ekslusif sampai bayi umur 6 bulan.

F. Hubungan sexual

Memberi pengertian hubungan seksual kapan boleh dilakukan.

G. Keluarga berencana
Menganjurkan pada ibu untuk segera mengikuti KB setelah masa nifas
terlewati sesuai dengan keinginannya.

VII. Evaluasi
EvaluasiLangkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa
yang telah dilakukan bidan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang
diberikan, ulangi kembali proses manajemen dengan benar terhadap setiap
aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tapi belum efektif atau merencanakan
kembali yang belum terlaksana.
BAB III
STUDI KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS

NO REGISTER : 516/10
I. PENGKAJIAN

DATA SUBYEKTIF

A. Identitas
Nama Ibu : Ny. “S” Nama Suami : Tn. “S”
Umur : 30 th Umur : 31 thn
Suku /bangsa : Jawa Suku /bangsa : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan :- Pekerjaan : Swasta
Penghasilan : Penghasilan Rp 1.500.000,-
Alamat : Simo Gunung Kramat Barat no. 31
No Telp :- No Telp :-

B. Keluhan Utama
Pada Tanggal : 10 Desember 2010 oleh : Clara Pukul : 06.00
a) Keluhan umum:
Pusing.

C. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Lalu
Ibu sebelumnya tidak pernah mengalami penyakit Jantung, DM,
hipertensi, asma, ginjal, hepatitis maupun TBC.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu saat ini tidak mengalami penyakit Jantung, DM, hipertensi,
asma, ginjal, hepatitis maupun TBC.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga


Didalam keluarga ibu tidak ada yang mengalami penyakit jantung,
hepatitis, TBC, hipertensi, DM, maupun gemeli.

D. Riwayat Perkawinan
Umur pertama kali kawin : 23 tahun, lama perkawinan : 7 tahun

E. Riwayat Obstetrik
Kehamilan Persalinan Nifas Anak KB
Ca
N Suami Umur Penyulit Penol Jenis Penyul Seks BB Mati Hidu Lama
o ke kehamilan p menet
1 I Aterm Tidak ada Bidan Spontan Tidak Perem 3200 gr 5 thn 8 bln Su
ada puan 1
2 I 3 bulan Janin tdk Dokter Blighted Blm
brkmbg Ovum diketah
ui
3 I Aterm Tidak ada Bidan Spontan TIdak Laki- 4000 gr 1 belum
ada Laki hari diketahui

F. Riwayat KB
Setelah melahirkan anak 1 ibu mengggunakan kontrasepsi suntik 1
bulanan. Selama 3 tahun dan tidak ada keluhan selama penggunaan.
Ibu berencana setelah nifas akan menggunakan KB suntik 3 bulan.

G. Kehidupan Sosial Budaya


Ibu mengatakan selama hamil mengadakan selamatan seperti 3
bulanan, 7 bulanan (tingkepan).
H. Data Psikososial
- Ibu mengatakan hubungan dengan keluarga dan masyarakat baik.
- Ibu mengatakan hubungan dengan suami baik

I. Data Pengetahuan
Karena Ibu sebelumnya sudah pernah nifas, jadi ibu sudah lebih banyak
tahu bagaimana melewati masa nifas.

J. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari (Sebelum dan selama nifas)


a. Nutrisi :
* sebelum nifas : makan 2-3x/hari porsi sedang, nasi sayur, lauk (gizi
seimbang), minum 7-8 gelas/hari,air putih.
* saat nifas : makan 2-3x/hari, tidak tarak, minum 7-8 gelas/hari air
putih.
b. Eliminasi
* sebelum nifas : BAB 1x/hari, warna kuning, konsistensi lembek. BAK
4-5x/hari, warna jernih, lancar.
* saat nifas : BAB belum dilakukan, BAK 4-5x/hari, tidak ada keluhan.
c. Istirahat
*sebelum nifas : ibu cukup tidur antara 7-8 jam perhari.
*sesudah nifas : ibu susah tidur karena anak tidak ada yang jaga dan
sering terbangun di malam hari.
d. Personal Hygiene
Ibu mandi sehari 2x, keramas 2hari sekali, dan selalu membersihkan
vagina karena masih mengeluarkan lochea.
e. Aktivitas
*sebelum nifas : ibu melakukan kegiatan/pekerjaan rumah tangga
ringan seperti menyapu, mencuci dll.
*saat nifas : ibu belum melakukan pekerjaan rumah tangga seperti
biasa

DATA OBYEKTIF

1. PEMERIKSAAN UMUM
Kesadaran : Compos Mentis
Keadaan emosional : Baik
Tekanan Darah : 100/70 mmHg
Denyut Nadi : 80 kali/menit
Pernapasan : 16 kali/menit
Suhu : 37 C

2. PEMERIKSAAN FISIK
Inspeksi
Muka
konjungtiva merah muda, sklera putih, oedema tidak ada, mulut
bersih, gigi tidak karies.
Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada bendungan vena
jugularis, tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid.
Dada
Hiperpigmentasi pada putting dan areola, putting bersih dan
menonjol, tidak ada massa, colostrum, Kelenjar Montgomeri
terlihat jelas
Abdomen
berkontraksi baik. Bisa BAK dengan baik.
Genetalia
Lochea merah hitam (rubra), bau biasa, tidak ada bekuan darah
atau butir darah beku (ukuran kecil). Ibu mengganti pembalut tiap
4 jam.
Perineum
Tidak ada oedema dan hematoma. Ada bekas luka jahitan.
Kebersihan terjaga. Keadaan luka basah.
Anus
Tidak ada hemorrhoid.
Ekstrimitas
Atas : tidak ada oedema
Bawah : oedema, tidak ada varises

Palpasi
- Payudara : tidak ada benjolan, ASI +/+, tidak ada nyeri tekan
- Abdomen : TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi uterus baik

Auskultasi
-tidak ada-

Perkusi
Reflek Patella : +/+

II. DIAGNOSA AKTUAL


Masalah : ibu merasa pusing karena anak pertamanya tidak ada yang jaga.
Diagnosa aktual : Ibu P30012 post partum hari-1
III. DIAGNOSA POTENSIAL
-
IV. TINDAKAN SEGERA
-
V. RENCANA TINDAKAN DAN RASIONAL
1. Jelaskan kepada Ibu hasil pemeriksaan
Rasional : dengan mengetahui kondisi dirinya, Ibu akan lebih
mudah untuk diajak bekerja sama menangani
masalah pusing.
Tujuan : agar ibu mengetahui kondisi dirinya
Kriteria Hasil : Ibu mengetahui kondisi dirinya
2. Lakukan pendekatan untuk menyarankan ibu menghubungi saudaranya
untuk menjaga anak pertamanya.
Rasional : dengan adanya saudara yang menjaga anak
pertamanya maka ibu tidak perlu cemas lagi dan
bisa beristirahat.
Tujuan : agar ibu bisa istirahat dengan cukup.
Kriteria Hasil : Ibu melakukan saran yang dianjurkan.
3. Pemberian terapi
Rasional : dengan memberi terapi (Asam mefenamat 3x1,
Amoxicilin 3x1, Momilen postnatal 1x1) yang
dikolaborasikan dengan dokter.
Tujuan : agar ibu merasa tenang.
Kriteria Hasil : Ibu mau meminum obat tersebut.
4. Observasi ibu nifas
Rasional : dengan memberi observasi, Bidan dapat
memantau perkembangan ibu nifas dan dapat
melakukan pencegahan jika terdapat tanda-tanda
bahaya masa nifas.
Tujuan : agar mengetahui perkembangan keadaan ibu.
Kriteria Hasil : Bidan mengetahui perkembangan keadaan ibu.
5. Pemberian konseling tentang Health Education
Rasional : dengan memberi konseling tentang personal
higiene, gizi ibu nifas dan bayi, ASI, dan tanda
bahaya masa nifas.
Tujuan : agar tahu tentang keadaan dirinya dalam masa
nifas.
Kriteria hasil : Ibu melakukan hal yang disarankan.
6. Anjuran untuk kontrol ulang
Rasional : memberikan asuhan yang berkesinambungan
Tujuan : Bidan dapat memfolow up asuhan yang dapat
diberikan.
Kriteria hasil : Ibu datang sesuai jadwal yang telah ditentukan

VI. PELAKSANAAN RENCANA TINDAKAN


1. Menjelaskan hasil pemeriksaan
Kondisi ibu secara umum baik tetapi ada sedikit gangguan psikis yang
menyebabkan pusing.
2. Melakukan pendekatan untuk menyarankan ibu menghubungi
saudaranya untuk menjaga anak pertamanya.
3. Memberikan terapi hasil kolaborasi dokter dengan Asam mefenamat
3x1, Amoxicilin 3x1, Momilen postnatal 1x1
4. Mengobservasi ibu nifas dengan mengukur TTV, TFU, kontraksi, lokhea,
kandung kemih, dan keadaan jahitan.
5. Memberikan konseling tentang Health Education tentang personal
higiene, gizi ibu nifas dan bayi, ASI, imunisasi bayi, pelaksanaan KB dan
tanda bahaya masa nifas.
6. Menganjurkan untuk kontrol ulang satu minggu lagi.
VII. EVALUASI
S : ibu mengatakan sudah mengerti penjelasan yang diberikan. Ibu
sudah merasa tidak pusing lagi.
O : KU : baik
Kesadaran : composmentis
TD : 110/70 mmHg
N : 86 x/mnt
Suhu : 36,5 ºC.
RR : 20 x/mnt
TFU : 2 jari bawah pusat
Lokhea merah (rubra)
Kontraksi baik
Kandung kemih kosong
Keadaan jahitan baik
A : P3012 postpartum hari ke- 1
P : - Anjurkan ibu istirahat cukup.
- Anjurkan ibu melakukan senam nifas.
- Anjurkan ibu makan dengan menu yang mengandung gizi
seimbang dan tidak tarak.
- Anjurkan ibu istirahat yang cukup.
- Anjurkan ibu untuk tidak minum jamu-jamuan.
BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam melaksanakan Asuhan Kebidanan pada Ny. “S” P30012 postpartum


hari ke-1, dari hasil pengkajian didapatkan data subjektif yaitu ibu mengatakan
pusing dan dari hasil pemeriksaan didapatkan kondisi umum baik, kesadaran
composmentis, TD 130/90 mmHg, nadi : 86 x/menit, suhu : 36,5 ºC, ASI +/+, TFU
2 jari bawah pusat, kontraksi uterus baik, lokhea rubra, kandung kemih kosong
dan keadaan jahitan baik.
Berdasarkan hasil dari pengkajian, diagnosa yang didapatkan yaitu Ny. “S”
P30012 postpartum hari ke-1 dan masalah yang timbul yaitu pusing.
Berdasarkan diagnosa yang didapatkan, diberikan beberapa intervensi
yang sesuai yaitu menganjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi, istirahat cukup,
menganjurkan untuk menjaga kebersihan diri dan menganjurkan cara perawatan
payudara, sedangkan dari masalah yang timbul diberikan beberapa intervensi
yang sesuai yaitu menganjurkan untuk istirahat cukup, menganjurkan untuk
banyak minum air putih dan makan 3 x/hari dengan gizi seimbang, pemberian
terapi, dan kunjungan ulang.
Dari semua intervensi dapat dilaksanakan dan evaluasi yang didapatkan
yaitu kondisi umum ibu baik, kesadaran : composmentis, ibu mengatakan
mengerti dari penjelasan yang diberikan dan masalah pusing sudah teratasi.
BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Masa nifas yaitu, masa setelah partus selesai, dan berakhir setelah kira-
kira 6 minggu akan tetapi seluruh alat genetalia baru pulih kembali seperti
sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan.
Setelah dilakukan asuhan kebidanan, mahasiswa dapat melakukan
pengkajian secara keseluruhan dan dari hasil pengkajian, diagnosa yang
didapatkan yaitu Ny. “S” P30012 1 hari postpartum. Sedangkan masalah yang
timbul yaitu pusing. Pemberian intervensi sesuai dengan diagnosa dan masalah
dan semua perencanaan dapat dilaksanakan sehingga evaluasi yang didapatkan
yaitu masalah pusing sudah teratasi.

5.2 Saran
 Untuk Petugas Kesehatan :
 Bidan atau petugas kesehatan melaksanakan skrinning yang
komprehensif mendeteksi masalah secara dini.
 Bidan atau petugas kesehatan memberikan pendidikan kesehatan
tentang perawatan masa nifas.
 Untuk Pasien :
 Ibu hendaknya menjaga kebersihan diri, makanan dan lingkungan.
 Ibu dan keluarga hendaknya mempunyai kesadaran yang tinggi tentang
kesehatan.
 Untuk Mahasiswa :
 Mahasiswa diharapkan dalam pengkajian data haruslah teliti dan
lengkap.
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, F.G (2005). William Obstetrics. 22 nd Ed. United States of


America: Mac Graw Hill Companies
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998.Ilmu Kebidanan, Penyakit, Kandungan
dan KB. Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta:EGC
Panggabean, Ellen. 2001.Rencana Perawatan Maternal/Bayi. Jakarta:EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Uliyah, Musrifatul. 2006. Ketrampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan.
Jakarta: Salemba Medika.

You might also like