Professional Documents
Culture Documents
NEUROBEHAVIOUR
RETARDASI MENTAL
1. ANTON BIGUNAWAN
2. ANISA YULIANTI NUGRAHANI
3. APRIS NOVITA
4. ARGA EKA SAPUTRA
5. LIA YULIA TANTI
6. WIDHI BAYU AJI
7. YONI EKA PRASETYO
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapakan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya, penulis mampu menyelesaikan makalah yang
berjudul “RETARDASI MENTAL” dengan tepat waktu. Makalah ini dibuat
guna memenuhi tugas mata kuliah S. Neurobehaviour.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Retardasi mental merupakan masalah dunia dengan implikasi yang besar terutama bagi
Negara berkembang. Diperkirakan angka kejadian retardasi mental berat sekitar 0.3% dari
seluruh populasi dan hamper 3% mempunyai IQ dibawah 70.Sebagai sumber daya manusia
tentunya mereka tidak bias dimanfaatkan karena 0.1% dari anak-anak ini memerlukan
perawatan, bimbingan serta pengawasan sepanjang hidupnya.(Swaiman KF, 1989).
Sehingga retardasi mental masih merupakan dilema, sumber kecemasan bagi keluarga dan
masyarakat.Demikian pula dengan diagnosis, pengobatan dan pencegahannya masih
merupakan masalah yang tidak kecil.
A. RUMUSAN MASALAH
1. Apa dan Bagaimana Definisi, etiologi, gejala, pemeriksaan penunjang dari masalah
retardasi mental (RM) pada anak ?
2. Bagaimana Pengkajian pada anak RM?
3. Apa saja Diagnosis yang muncul pada anak RM?
4. Bagaimana Intervensi yang dilakukan pada anak RM?
5. Bagaimana Evaluasi yang dilakukan pada anak RM?
A. TUJUAN
Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan:
1. Definisi, etiologi, gejala, pemeriksaan penunjang dari masalah retardasi mental (RM)
pada anak
2. Pengkajian pada anak RM
3. Diagnosis yang muncul pada anak RM
4. Intervensi yang dilakukan pada anak RM
5. Evaluasi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Retardasi mental adalah kelainan ataua kelemahan jiwa dengan inteligensi yang kurang
(subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak). Biasanya
terdapat perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi gejala yang utama
ialah inteligensi yang terbelakang. Retardasi mental disebut juga oligofrenia (oligo: kurang
atau sedikit dan fren: jiwa) atau tuna mental (W.F. Maramis, 2005: 386).
Pada Wikipedia (The Free Encyclopedia, 2010), dinyatakan: Mental retardation (MR)
is a generalized disorder, characterized by significantly impaired cognitive functioning
and deficits in two or more adaptive behaviors with onset before the age of 18. It has
historically been defined as an Intelligence Quotient score under 70. The term “mental
retardation” is a diagnostic term denoting the group of disconnected categories of mental
functioning such as “idiot”, “imbecile”, and “moron” derived from early IQ tests, which
acquired pejorative connotations in popular discourse.
Retardasi mental merupakan kelemahan yang terjadi pada fungsi intelek. Kemampuan
jiwa retardasi mental gagal berkembang secara wajar. Mental, inteligensi, perasaan, dan
kemauannya berada pada tingkat rendah, sehingga yang bersangkutan mengalami
hambatan dalam penyesuaian diri.
A. ETIOLOGI
Adanya disfungsi otak merupakan dasar dari retardasi mental. Untuk mengetahui
adanya retardasi mental perlu
anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik
dan laboratorium. Penyebab dari
retardasi mental sangat kompleks dan
multifaktorial. Walaupun begitu
terdapat beberapa factor yang potensial
berperanan dalam terjadinya retardasi
mental seperti yang dinyatakan oleh
Taft LT (1983) dan Shonkoff JP (1992)
dibawah ini.
Faktor-Faktor Yang Potensial Sebagai Penyebab Retardasi Mental
1. Non-Organik
- Kemiskinan dan keluarganya yang tidak harmonis
- Factor sosio cultural
- Interaksi anak-pengasuh yang tidak baik
- Penelantaran anak
2. Oraganik
- Faktor prakonsepsi
a. Abnormalitas single gene ( penyakit –penyakit metabolik, kelainan neurokutaneus, dll )
b. Kelainan kromosom ( X-linked, translokasi, fragile-X), sindrom polygenic familial.
- Factor prenatal
a. Gangguan pertumbuhan otak trimester I
• Kelainan kromosom ( trisomi, mosaik, dll)
• Infeksi intrauterine, misalnya TORCH, HIV
• Zat-zat teratogen ( alcohol, radiasi, dll )
• Disfungsi plasenta
• Kelainan congenital dari otak (idiopatik)
b. Gangguan pertumbuhan otak trimester II dan III
• Infeksi intrauterine, misalnya TORCH, HIV
• Zat- zat teratogen ( alcohol, kokain, logam berat, dll )
• Ibu : diabetes mellitus, PKU ( phenilketonuria )
• Toksemia gravidarum
• Disfungsi plasenta
• Ibu malnutrisi
- Factor perinatal
a. Sangat premature
b. Asfiksia neonatorum
c. Truma lahir : perdarahan intracranial
d. Meningitis
e. Kelainan metabolic : hipoglikemik, hiperbilirubinemia
3. Kelainan kulit
a. Bintik café-au-lait
- Atakasia-telengiektasia
- Sindrom bloom
- Neurofibromatosis
- Tuberous selerosis
4. Kelainan rambut
a. Rambut rontok
- Familial laktik asidosis dengan Necrotizing ensefalopati
b. Rambut cepat memutih
- Atrofi progresif serebral hemisfer
- Ataksia telangiektasia
- Sindrom malabsorbsi methionin
c. Rambut halus
- Hipotiroid
- Malnutrisi
5. Kepala
a. Mikrosefali
b. Makrosefali
- Hidrosefalus
- Neuropolisakaridase
- Efusi subdural
6. Perawakan pendek
a. Kretin
b. Sindrom Prader-Willi
7. Distonia
a. Sindrom Hallervorden-Spaz
C. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan anak dengan retardasi mentaladalah multidimensi dan sangat individual.
Tetapi perlu diingat bahwa tidak setiap anak penaganan multidisiplin merupakan jalan terbaik.
Sebaiknya dibuat rancangan suatu strategi pendekatan bagi setiap anak secara individual untuk
mengembangkan potensi anak tersebut seoptimal mungkin. Untuk itu perlu melibatkan
psikolog untuk menilai perkembangan mental anak terutama kemampuan kognitifnya, dokter
anak untuk memeriksa perkembangan fisiknya, menganalisis penyebab dan mengobati
penyakit atau kelainan yang mungkin ada. Juga kehadiran dari pekerja social kadang-kadang
diperlukan untuk menilai situasi keluarganya. Atas dasar itu maka dibuatlah strategi terapi.
Sering kali melibatkan lebih banyak ahli lagi, misalnya ahli saraf bila anak juga menderita
epilepsy, palsi serebral dll. Psikiater bila anaknya menunjukkan kelainan tingkah laku atau bila
orang tuanya membutuhkan dukungan terapi keluarga. Ahli rehabilitasi medis bila diperlukan
untuk merangsang perkembangan motorik dan sensoriknya. Ahli terapi wicara untuk
memperbaiki gangguan bicaranya atau untuk merangsang perkembangan bicaranya. Serta
diperlukan guru pendidikan luar biasa untuk anak-anak yang retardasi mental ini.
Pada orang tuanya perlu diberikan penerangan yang jelas mengenai keadaan anaknya dan
apa yang dapat diharapkan dari terapi yang diberikan. Kadang-kadang diperlukan waktu yang
lama untuk meyakinkan orang tua mengenai keadaan anaknya maka perlu konsultasi pula
dengan psikolog atau psikiater. Disamping itu diperlukan kerja sama yang baik antara guru
dan orang tuanya, agar tidak terjadi kesimpangsiuran dalam strategi penanganan anak
disekolah dan dirumah. Anggota keluarga lainnya juga harus diberi pengertian agar anak tidak
diejek atau dikucilkan. Disamping itu, masyarakat perlu diberikan penerangan tentang
retardasi mental agar mereka dapat menerima anak tersebut dengan wajar.
Anak dengan retardasi mental memerlukan pendidikan khusus yang sesuaikan dengan taraf
IQ-nya. Mereka digolongkan yang mampu didik untuk golongan retardasi mental ringan dan
yang mampu latih untuk anak dengan retardasi mental sedang. Sekolah khusus untuk anak
retardasi mental ini adalah SLB-C. Di sekolah ini diajarkan juga keterampilan-keterampilan
dengan harapan mereka dapat mandiri di kemudian hari. Di ajarkan pula tentang baik-
buruknya suatu tindakan tertentu sehingga mereka diharapkan tidak memerlukan tindakan
yang tidak terpuji, seperti mencuri, merampas, kejahatan seksual dan lain-lain.
Semua anak yang retardasi mental ini juga memerlukan perawatan seperti pemeriksaan
kesehatan yang rutin, imunisasi dan monitoring terhadap tumbuh kembangnya. Anak-anak ini
juga disertai dengan kelainan fisik yang memerlukan penangan khusus. Misalnya pada anak
yang mengalami infeksi pranataldengan cytomegalovirus akan mengalami gangguan
pendengaran yang progresif walaupun lambat, demikian pula anak dengan sindrom Down
dapat timbul gejala hipotiroid. Masalah nutrisi juga perlu mendapat perhatian.
D. Prognosis
Retardasi mental yang diketahuipenyakit dasarnya, biasanya prognosisnya lebih baik.
Tetapi pada umumnya sukar untuk menemukan penyakit dasarnya. Anak dengan dengan
retardasi mental ringan dengan kesehatan yang baik tanpa penyakit kardiorespirasi, pada
umumnya umur harapan hidupnya sama dengan orang yang normal. Tetapi sebaliknya pada
retardasi mental yang berat dengan masalah kesehatan dan gizi, sering meninggal pada usia
muda.
G. Pencegahan
Karena penyembuhan dari retardasi mental ini boleh dikatakan tidak ada sebab
kerusakan dari sel-sel otak tidak mungkin fungsinya dapat kembali normal maka yang penting
adalah pencegahan primer yaitu usaha yang dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit.
Dengan memberikan perlindungan terhadap penyakit-penyakit yang potensial dapat
menyebabkan retardasi mental, misalnya melalui imunisasi. Konseling perkawinan,
pemeriksaan kehamilan yang rutin, nutrisi yang baik selama kehamilan dan bersalin pada
tenaga kesehatan yang berwenang maka dapat membantu menurunkan angka kejadian
retardasi mental. Demikian pula dengan mengentaskan kemiskinan dengan membuka lapangan
kerja, memberikan pendidikan yang baik, memperbaiki sanitasi lingkungan, meningkatkan
gizi keluarga akan meningkatkan ketahanan terhadap penyakit. Dengan adanya program BKB
( Bina Keluarga dan Balita ) yang merupakan stimulasi mental dini dan bisa dikembangkan
juga deteksi dini maka dapat mengoptimalkan perkembangan anak.
Diagnosis dini sangat penting dengan melakukan skrining sedini mungkin terutama pada
tahun pertama maka dapat dilakukan intervensi yang dini pula. Misalnya diagnosis dini dan
terpi dini hipotiroid dapat memperkecil kemungkinan retardasi mental. Deteksi dan intervensi
dini pada retardasi mental sangat membantu memperkecil retardasi yang terjadi. Konsep
intervensi pada retardasi mental yang berdasarkan pemikiran bahwa intervensi dapat merubah
status perkembangan anak. Makin sering dan makin dini intervensi dilakukan, maka makin
baik hasilnya. Tetapi makin berat tingkat kecacatan maka hasil yang dicapai juga makin
kurang. Hasil akhir suatu intervensi adalah makin dini dan teratur suatu intervensi yang
diberikan makin baik hasilnya sehingga agak mengurangi kecacatannya. Namun pada anak
yang penyebabnya sangat kompleks, latar belakang social dan kebiasaan yang kurang baik dan
intervensi yang tidak teratur maka hasilnya juga tidak memuaskan
1. PENGKAJIAN
a. Pemeriksaan fisik :
➢ Kepala : Mikro/makrosepali, plagiosepali (bentuk kepala tidak simetris)
➢ Rambut : Pusarganda, rambutjarang/tdkada, halus, mudah putus dan cepat berubah
➢ Mata : mikroftalmia, juling, nistagmus, dll
➢ Hidung : jembatan/punggung hidung mendatar, ukuran kecil, cuping melengkung
keatas, dll
➢ Mulut : bentuk “V” yang terbalik dari bibir atas, langit – langit lebar /
melengkung tinggi
➢ Geligi : odontogenesis yang tidak normal
➢ Telinga : keduanya letak rendah dll
➢ Muka : panjang filtrum yang bertambah, hipoplasia
➢ Leher : pendek, tidak mempunyai kemampuan gerak sempurna
➢ Tangan : jari pendek dan tegap atau panjang kecil meruncing, ibu jari gemuk dan
lebar, klinodaktil, dll
➢ Dada & Abdomen : tdp beberapa putting, buncit, dll
➢ Genitalia : mikropenis, testis tidak turun, dll
➢ Kaki : jari kaki saling tumpang tindih, panjang & tegap /panjang kecil
meruncing diujungnya, lebar, besar, gemuk
a. Pemeriksaan penunjang
➢ Pemeriksaan kromosom
➢ Pemeriksaan urin, serum atau titer virus
➢ Test diagnostik seperti : EEG, CT Scan untuk identifikasi abnormalitas perkembangan
jaringan otak, injury jaringan otak atau trauma yang mengakibatkan perubahan.
2.DIAGNOSIS KEPERAWATAN
a. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d kelainan fungsi Kognitif
b. Gangguankomunikasi verbal b.d kelainan fungsi kognitif
c. Risiko cedera b.d. perilaku agresif/ketidakseimbangan mobilitas fisik
d. Gangguan interaksi sosial b.d. kesulitan bicara /kesulitan adaptasi sosial
e. Gangguan proses keluarga b.d. memiliki anak RM
f. Defisit perawatan diri b.d. perubahan mobilitas fisik/kurangnya kematangan
perkembangan
g. Dll
3.INTERVENSI :
a. Kaji faktor penyebab gangguan perkembangan anak
b. Identifikasi dan gunakan sumber pendidikan untuk memfasilitasi perkembangan
anak yang optimal.
c. Berikan perawatan yang konsisten
d. Tingkatkan komunikasi verbal dan stimulasi taktil
e. Berikan intruksi berulang dan sederhana
f. Berikan reinforcement positif atas hasil yang dicapai anak
g. Dorong anak melakukan perawatan sendiri
h. Manajemen perilaku anak yang sulit
i. Dorong anak melakukan sosialisasi dengan kelompok
j. Ciptakan lingkungan yang aman
5.Evaluasi
a. Anak dapat berfungsi Optimal sesuai tingkatannya
b. Keluarga dan anak mampu menggunakan koping thd tantangan karena adanya
ketidak mampuan
c. Keluarga mampu mendapatkan sumber-sumber sarana komunitas
ccc
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Maramis, W.F. (2005) Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press.
Wikipedia, the Free Encyclopedia. (2010) “Mental Retardation.” Terdapat pada:
http://en.wikipedia.org/wiki/Mental_retardation.
http://medicafarma.blogspot.com/2008/09/retardasi-mental.html