You are on page 1of 8

Disusun oleh:Yuli siagian

Nim: 09.02.0057
Apa itu aspartam?

Aspartam adalah pemanis buatan yang tersusun dari 2 macam asam amino yaitu
asam aspartat dan fenilalanin. Aspartam, dikenal juga dengan kode E951, memiliki kadar
kemanisan 200 kali Aspartame telah dipasarkan ke seluruh dunia sebagai pengganti gula
dan dapat dijumpai pada banyak jenis minuman ringan untuk diet.
Senyawa kimia sejenis alkohol yang terdapat dalam Aspartame, di dalam
lambung berubah menjadi formaldehid (formalin) yang kemudian mengalami perubahan
menjadi senyawa asam yang bernama asam format, sehingga pada akhirnya
menimbulkan peningkatan derajat keasaman dalam darah, atau asidosis metabolik.
Senyawa asam yang terbentuk tersebut serupa dengan racun pada sengat semut api.
Ditengarai pula bahwa formaldehid yang terbentuk dapat terakumulasi dalam sel,
kemudian bereaksi dengan berbagai enzim dan DNA di mitokondria maupun inti sel,
sehingga berpotensi mencetuskan keganasan atau kanker pada pengguna jangka panjang.

Sumber yg menyatakan aspartam berbahaya!

European Ramazzini Foundation on Oncology and Enviromental, lembaga


riset terkemuka di Italia itu, ingin membuktikan, apakah betul Aspartam sejenis pemanis
buatan itu berbahaya bagi kesehatan.Ramazzini tidak keliru. Bahkan, fakta yang mereka
kantongi jauh lebih lebih mengerikan ratusan tikus telah siap menunggu ajal. Aspartam,
pemanis nonkalori yang memiliki tingkat kemanisan 200 kali gula itu, membikin tikus-
tikus tadi langsung dihajar kanker mematikan.Riset yang digelar pertengahan 2005 lalu
itu membuat Uni Eropa kian yakin dengan keputusan mereka melarang penggunaan
pemanis buatan pada produk makanan. Jajanan anak-anak, terutama. Jepang, Malaysia,
Brunei, Vietnam, langsung mengekor langkah Uni Eropa. Mereka haramkan pula
Siklamat, jenis pemanis buatan yang diduga dapat memicu kanker. Riset European
Ramazzini Foundation tahun silam membuktikan bahwa pemanis buatan Aspartam
berisiko memicu kanker dan leukimia pada tikus percobaan bahkan pada dosis pemberian
Aspartam hanya 20mg/kg BB.
Dalam penggunaan Aspartame sebagai bahan tambahan pangan, maka harus
diperhatikan nilai ADI (Acceptable Daily Intake). ADI merupakan konsep yang telah
ditetapkan oleh FDA dan JEFCA untuk melindungi konsumen dari kemungkinan
keracunan akibat mengkonsumsi suatu senyawa secara berlebihan.
Nilai ADI dari aspartame adalah sebesar 20 mg/kg berat badan manusia. Angka ini setara
dengan 2000 mg per hari untuk manusia yang berat badannya 50 kg.. Aspartame
umumnya beredar di pasaran dalam dosis 37 mg per sachet yang manisnya setara dengan
2 sendok teh gula pasir. Maka, untuk mencapai nilai ADI bagi seseorang dengan berat
badan 50 kg, jumlah sachet yang dikonsumsi adalah 54 sachet dalam 1 hari. Angka ini
terlalu tinggi dan tidak mungkin dilakukan karena umumnya orang minum teh atau kopi
maksimal 3 - 5 x per hari.

Penelitian dengan tikus percobaan yang dilaporkan dalam majalah


SCIENCE bulan Juli 2007:

memperlihatkan bahwa dengan menggunakan kadar Aspartame yang lebih


rendah dari dosis yang dikonsumsi oleh manusia, sudah dapat menyebabkan timbulnya:

o kanker kelenjar getah bening (limfoma maligna) dan

o kanker darah (leukemia),

dan bila menggunakan dosis lebih tinggi akan menimbulkan keganasan pada seluruh
organ tubuh. Sengaja atau tidak, zat berbahaya tersebut masuk ke tubuh lewat makanan
maupun minuman yang dikonsumsi setiap hari.

Berbagai problem kesehatan:

seperti tumor otak, keganasan kelenjar getah bening, leukemia, lupus, gangguan nyeri
otot, dan kepikunan sebagai akibat perubahan kimiawi di jaringan otak dan berpotensi
mematikan pada penderita Parkinson, belakangan ini banyak dikaitkan dengan
merebaknya penggunaan Aspartame.
Hal tersebut hanya beberapa contoh dari sekian banyak masalah yang dapat
terjadi akibat mengonsumsi Aspartame. Penderita diabetes sering kali terpancing untuk
menggunakan produk ini, tanpa menyadari bahwa mengonsumsinya dalam jangka waktu
lama dapat menyebabkan kematian akibat koma ketoasidosis.Bila ada produk yang
mengklaim bahwa produk itu bebas gula, berhati-hatilah, karena hampir pasti
mengandung Aspartame.Analisa 164 penelitian yang telah dipublikasikan, dilakukan oleh
Professor Ralph G Walton, dari Northeastern Ohio Universities College of Medicine, di
mana dari 74 penelitian yang disponsori oleh industri yang menggunakan Aspartame
dilaporkan bahwa tidak ditemukan adanya masalah, sedangkan dari 90 penelitian
independen yang tidak dibiaya oleh industri, 83 penelitian (92 persen) didapatkan satu
atau lebih masalah gangguan kesehatan akibat pemberian Aspartame.

Belakangan diketahui, bahwa dari tujuh penelitian yang tidak ditemukan masalah,
enam penelitian dilakukan di bawah pengawasan FDA (Food and Drug Administration),
dan mantan anggota komisi di badan tersebut, pada akhirnya bekerja pada industri
Aspartame setelah mengeluarkan sertifikat tidak berbahaya. Keenam penelitian tersebut
kemudian dikategorikan sebagai disponsori oleh industri.Hal serupa terjadi dengan
industri rokok. Seluruh penelitian yang disponsori oleh industri rokok sebelumnya
menyebutkan bahwa rokok tidak menimbulkan masalah kesehatan. Ini menunjukkan
bahwa kepentingan bisnis begitu kuat sehingga mengalahkan keselamatan masyarakat
luas.Tekanan besar yang diberikan oleh para peneliti independen dan organisasi
kesehatan melalui pemerintah, barulah pada akhirnya memaksa industri rokok
mencantumkan bahaya yang dapat ditimbulkan oleh rokok.

Nilai ADI dari aspartame adalah sebesar 20 mg/kg berat badan manusia. Angka ini setara
dengan 2000 mg per hari untuk manusia yang berat badannya 50 kg.. Aspartame
umumnya beredar di pasaran dalam dosis 37 mg per sachet yang manisnya setara dengan
2 sendok teh gula pasir. Maka, untuk mencapai nilai ADI bagi seseorang dengan berat
badan 50 kg, jumlah sachet yang dikonsumsi adalah 54 sachet dalam 1 hari. Angka ini
terlalu tinggi dan tidak mungkin dilakukan karena umumnya orang minum teh atau kopi
maksimal 3 - 5 x per hari.
Gejala Keracunan Aspartame

Berbagai gejala dapat timbul sebagai akibat keracunan Aspartame, pada umumnya dibagi
menjadi tiga tipe;

1. Pertama, reaksi keracunan akut yang timbul dalam kurun waktu 48 jam setelah
mengonsumsi produk yang mengandung Aspartame.
2. efek keracunan kronis dapat timbul dalam hitungan hari hingga tahun setelah
mengonsumsi Aspartame jangka panjang.
3. efek toksik yang tidak atau sulit dikenali oleh pengguna Aspartame.

Pada survei epidemiologis, dari 551 orang yang dilaporkan mengalami keracunan
Aspartame, gejala yang timbul pada keracunan akut ialah mual, muntah, nyeri perut, mata
kabur, pandangan menyempit, nyeri kedua bola mata, hingga kebutaan, jantung berdebar,
dan sesak napas.Pada keracunan kronis, gejala yang sering timbul adalah perubahan pola
menstruasi, rambut rontok, rasa haus yang berlebihan, nyeri pada persendian, mudah
mengalami infeksi.Sakit kepala, telinga berdenging, pusing, penurunan daya ingat,
depresi, mudah tersinggung, kecemasan berlebihan adalah efek toksik yang sering kali
tidak disadari, baik oleh dokter maupun yang bersangkutan, sehingga menjalani berbagai
macam pemeriksaan maupun penggunaan obat yang tidak perlu.

TAKARAN ASPARTAM YANG DIPERBOLEHKAN:

ADI (Acceptable Daily Intake) merupakan konsep yang telah ditetapkan oleh
FDA dan JEFCA untuk melindungi konsumen dari kemungkinan keracunan akibat
mengkonsumsi suatu senyawa secara berlebihan.
Nilai ADI dari aspartame adalah sebesar 20 mg/kg berat badan manusia. Angka ini setara
dengan 2000 mg per hari untuk manusia yang berat badannya 50 kg.
Apa itu sakarin?

Sakarin jauh lebih manis dibanding sukrosa, dengan perbandingan rasa manis
kira-kira 400 kali lipat sukrosa. Namun sayangnya dalam konsentrasi sedang sampai
tinggi bersifat meninggalkan aftertaste pahit atau rasa logam. Untuk menghilangkan rasa
ini sakarin dapat dicampurkan dengan siklamat dalam perbandingan 1:10 untuk siklamat.
sifatnya sebagai pemanis tanpa kalori dan harga murahnya menjadi faktor penarik utama
dalam penggunaan sakarin. Selain itu sakarin tidak bereaksi dengan bahan makanan,
sehingga makanan yang ditambahkan sakarin tidak mengalami kerusakan. Sifat yang
penting untuk industri minuman kaleng atau kemasan.

Sakarin sempat digunakan secara luas sebagai pemanis dalam produk makanan
kemasan (minuman atau buah kalengan, permen karet, selai, dan permen), bahan
suplemen (vitamin dan sejenisnya), obat-obatan, dan pasta gigi. Selain itu sakarin juga
digunakan sebagai gula di restoran, industri roti, dan bahan kosmetik.

Keamanan

Sakarin mulai diteliti sejak lebih dari 100 tahun yang lalu. Ahli yang pertama kali
menentang penggunaan sakarin, karena dianggap merugikan kesehatan; adalah Harvey
Wiley. Menurut beliau, sakarin memang manis seperti gula pasir biasa, namun karena
struktur kimianya yang menyerupai tar batubara; tetap saja yang dikonsumsi adalah tar
batubara yang seharusnya tidak dimakan. Namun pernyataan terus dibantah keras oleh
presiden Amerika Serikat saat itu, Theodore Roosevelt. Memang sejak pertama
diperkenalkan secara luas kepada masyarakat sampai saat itu, belum ada efek buruk
sebagai akibat konsumsi sakarin.

Sejak saat itu, keamanan penggunaan sakarin terus diperdebatkan sampai


sekarang. Adapun bahaya yang ditimbulkan sakarin adalah efek karsinogenik. Pada
sebuah penelitian di tahun 1977, mencit percobaan mengalami kanker empedu setelah
mengkonsumsi sakarin dalam jumlah besar. Penentuan efek serupa pada manusia lebih
sulit, karena sebagian besar produk makanan yang ada saat ini menggunakan beberapa
pemanis buatan sekaligus.

Penelitian oleh Weihrauch & Diehl (2004) menunjukkan bahwa konsumsi


kombinasi pemanis buatan dalam jumlah besar (>1.6 gram/hari) meningkatkan risiko
kanker empedu sebanyak hanya 1.3 kali lipat pada manusia.

TAKARAN SAKARIN YANG DIPERBOLEHKAN:

Pemakaian sakarin menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No


208/Menkes/Per/1V/85 tentang pemanis buatan dan Peraturan Menteri Kesehatan RI No
722/Menkes/Per/1X/88 tentang bahan tambahan pangan, menyatakan bahwa pada
makanan atau minuman olahan khusus yaitu berkalori rendah dan untuk penderita
penyakit diabetes melitus kadar maksimum sakarin yang diperbolehkan adalah 300
mg/kg.

Apa itu Siklamat?

Siklamat(Cyclamate)
Siklamat adalah bubuk kristal putih, tidak berbau dan kira-kira 30 kali lebih mains
dari pada gula tebu (dengan kadar siklamat kira-kira 0,17%). Bilamana kadar larutan
dinaikkan sampai dengan 0,5%, maka akan terasa getir dan pahit.

Siklamat dengan kadar 200 mg per ml dalam medium biakan sel leukosit dan
monolayer manusia (in vitro) dapat mengakibatkan kromosom sel-sel tersebut pecah.
Tetapi hewan percobaan yang diberi siklamat dalam jangka lama tidak menunjukkan
pertumbuhan ganda. Di Inggris penggunaan siklamat untuk makanan dan minuman sudah
dilarang, demikian pula di beberapa negara Eropa dan Amerika Serikat.

Penggunaan sakarin dan siklamat sebagai zat pemanis makanan dari beberapa
penelitian ternyata dapat menimbulkan karsinogen. Dari hasil uji coba menunjukkan
bahwa meningkatnya tumor kandung kemih pada tikus melibatkan pemberian dosis
kombinasi sakarin dan siklamat dengan perbandingan 1: 9.

Siklamat yang memiliki tingkat kemanisan yang tinggi dan enak rasanya tanpa
rasa pahit walaupun tidak berbahaya dan digunakan secara luas dalam makanan dan
minuman selama bertahun-tahun, keamanannya mulai diragukan karena dilaporkan dari
hasil penelitian pada tahun 1969 bahwa siklamat dapat menyebabkan timbulnya kankaer
kandung kemih pada tikus yang diberi ransum siklamat. Hasil metabolisme siklamat yaitu
sikloheksilamina mempunyai sifat karsinogenik. Tingkat peracunan siklamat melalui
mulut pada tikus percobaan yaitu LD50 (50% hewan percobaan mati) sebesar 12,0 g/kg
berat badan. Penelitian lain menunjukkan bahwa siklamat dapat menyebabkan atropi
yaitu terjadinya pengecilan testicular dan kerusakan kromosom.

Pada penelitian lainnya menunjukkan bahwa siklamat terbukti tidak bersifat


karsinogen dan uji mutagenisitas jangka pendek tidak membuahkan hasil yang konsisten.
Hal ini menyebabkan siklamat di beberapa negara diizinkan kembali penggunaannya,
kecuali negara Amerika Serikat tidak mengizinkan penggunaan siklamat sebagai zat
tambahan makanan.

Di Indonesia menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No 722/Menkes/Per/1X/88


kadar maksimum asam siklamat yang diperbolehkan dalam makanan berkalori rendah
dan untuk penderita diabetes melitus adalah 3 g/kg bahan makanan/minuman.

TAKARAN SIKLAMAT YANG DIPERBOLEHKAN:

Menurut WHO batas konsumsi harian siklamat yang aman (ADI) adalah 11
mg/kg berat badan. Sedangkan pemakaian sakarin menurut Peraturan Menteri Kesehatan
RI No 208/Menkes/Per/1V/85 tentang pemanis buatan dan Peraturan Menteri Kesehatan
RI No 722/Menkes/Per/1X/88 tentang bahan tambahan pangan, menyatakan bahwa pada
makanan atau minuman olahan khusus yaitu berkalori rendah dan untuk penderita
penyakit diabetes melitus kadar maksimum sakarin yang diperbolehkan adalah 300
mg/kg.

You might also like