You are on page 1of 5

TERMINAL ANGKUTAN BARANG ; SARANA PENDUKUNG SISTIM LOGISTIK

KOTA

Pendahuluan

Angkutan barang dalam sistim transportasi kota-kota besar di Indonesia selalu dianak tirikan
dan bahkan cenderung dibatasi ruang geraknya. Sebagai contoh, kota Jakarta menerapkan
kebijaksanaan pembatasan rute dan waktu pergerakan armada angkutan barang dalam kota.
Armada angkutan barang tidak diperkenankan melintasi jalan-jalan tertentu pada siang hari
dan hanya diperkenankan masuk pada malam hari, untuk mencegah terjadinya kemacetan
lalulintas di dalam kota. Para perencana lalulintas hanya mementingkan kelancaran arus
lalulintas kendaraan angkutan penumpang di dalam kota ketimbang kelancaran arus angkutan
barang. Padahal angkutan barang merupakan tulang punggung perekonomian kota. Ironisnya
kebijaksanaan tersebut tidak cukup ampuh untuk mengatasi masalah kemacetan lalulintas di
pusat kota, akibat adanya kegiatan bongkar muat barang yang dilakukan di atas ruas jalan
pada siang hari.. Sebagaimana diketahui gudang-gudang di pusat kota Jakarta merupakan
gudang-gudang tua yang tidak memiliki halaman yang cukup untuk melakukan kegiatan
bongkar muat, sehingga menggunakan ruas jalan untuk kegiatannya dan memberi andil dalam
kemacetan lalulintas. Armada angkutan barang meskipun tidak diizinkan masuk pada siang
hari, kebanyakan menunggu di pinggiran kota sampai waktu yang diizinkan tiba yaitu pada
malam hari. Pada saat masuk ke pusat kota umumnya gudang-gudang yang ada sudah tutup
sehingga kegiatan bongkar muat terpaksa dilakukan keesokan harinya pada siang hari. Secara
tidak langsung kebijaksanaan tersebut mengakibatkan pengiriman barang tertunda beberapa
saat dan pada akhirnya akan menyebabkan biaya tranportasi menjadi tinggi karena banyak
waktu terbuang percuma.

Sebetulnya angkutan barang merupakan salah satu mata rantai atau sub sistem dari sistim
logistik, dalam hal ini mencakup 2 sistim logistik, yaitu sistim logistik teritorial dan sistim
logistik industrial. Oleh karena itu penataan angkutan barang seharusnya tidak dilakukan
semata-mata dengan pendekatan lalulintas tetapi juga harus dengan pendekatan logistik.
Sistim logistik teritorial adalah penyelenggaraan distribusi barang dalam satu kota, dari satu
kota dengan kota lainnya, dari satu daerah dengan daerah lainnya dan bahkan dari satu negara
dengan negara lainnya. Sedangkan sistim logistik industrial adalah penyelenggaraan
distribusi barang dalam proses produksi maupun pemasaran dari suatu kegiatan industri.
Di negara-negara maju salah satu sarana yang dibangun untuk mendukung terselenggaranya
kedua sistim logistik tersebut adalah apa yang dikenal dengan platforme di Perancis,
distribution center di Belanda dan cargo terminal di Inggris, trucks terminal di U.S. Untuk
sementara dalam tulisan ini akan digunakan istilah terminal angkutan barang.

A. Definisi,

Terminal Angkutan Barang (TAB) dapat didefinisikan sebagai berikut ;

1. Sebuah tempat yang memiliki kekhususan, terjadinya perpindahan barang di mana


ditawarkan jasa transportasi
2. Sebuah tempat dari beberapa kegiatan modifikasi arus produksi ke dalam kondisi
fisik, ekonomi dan komersial yang berbeda sesuai asal pergerakannya
3. Suatu cara bersama dari para pengusaha untuk mengatur transportasi barang dalam
mengoptimalkan sistim logistik.
4. Fasilitas transit yang ditujukan untuk :
• Memecahkan masalah transportasi yang ditimbulkan oleh adanya arus pergerakan
barang
• Memungkinkan diperolehnya nilai-nilai ( sosial ekonomi ) dari adanya kegiatan
perpindahan barang yang terlaksana dengan terdapatnya berbagai kegiatan yang
berhubungan dengan transportasi

B. Tipologi

Di negeri Perancis TAB ini dikelompokkan ke dalam 3 kategori :


1. TAB Pemilah
2. TAB Distribusi
3. TAB Kolektor

TAB Pemilah dan Distribusi lebih banyak berperan dalam sistim logistik teritorial,
sedangkan TAB Kolektor lebih banyak berperan dalam sistim logistik industrial.
Perbedaan dari ketiga TAB tersebut adalah sebagai berikut :

TAB Pemilah adalah suatu tempat di mana angkutan barang armada besar langsung
dipilah-pilah ke dalam angkutan barang armada kecil. TAB ini terutama dibangun untuk
melayani barang-barang lekas rusak yang harus segera didistribusikan ( seperti buah-
buahan, sayur mayur dan lain sebagainya ). Oleh karena itu dalam TAB semacam ini tidak
disediakan fasilitas pergudangan dan yang terdapat hanya fasilitas cargo handling.
Barangkali sebagai contoh yang dapat digolongkan ke dalam TAB jenis ini di Jakarta
adalah Pasar Induk Kramat Jati

Sedangkan pada TAB Distribusi dan Kolektor disediakan fasilitas pergudangan karena
adanya penundaan pengiriman barang. Penundaan pengiriman barang terjadi karena
barang-barang harus di kelompokkan kembali untuk tujuan-tujuan yang sama dan dengan
sendirinya diperlukan juga pengepakan kembali.

Perbedaan antara TAB Distribusi dan Kolektor adalah :

Yang pertama, TAB Distribusi umumnya menerima kiriman barang jarak jauh dalam
volume besar dan mengirimkannya kembali untuk tujuan jarak dekat dalam volume kecil,
sedangkan TAB Kolektor sebaliknya yaitu umumnya menerima kiriman barang jarak
dekat dalam volume kecil dan mengirimkannya kembali untuk tujuan jarak jauh dalam
volume besar.

Yang kedua, TAB Distribusi ( juga TAB Pemilah ) lebih ditujukan untuk melayani
kepentingan konsumen, sedangkan TAB Kolektor lebih ditujukan untuk melayani
kepentingan produsen. Oleh karena itu TAB Kolektor lebih banyak dikembangkan pada
kota-kota industri atau pada daerah pertanian.

Dari segi moda angkutan yang dilayani ketiga macam TAB tersebut dapat dibedakan lagi
sebagai TAB unimoda ( hanya melayani satu macam moda angkutan ) dan TAB plurimoda
( melayani lebih dari satu macam moda angkutan ). Ketiga macam TAB tersebut dapat
saja dikembangkan pada satu lokasi yang sama atau berdiri sendiri-sendiri pada lokasi
yang berbeda.
C. Ruang lingkup

Ruang lingkup kegiatan TAB Distribusi dan TAB Kolektor meliputi :


Pertama, kegiatan logistik yang menyangkut aspek kinetik pergerakan, meliputi operasi
loading dan unloading. membongkar muatan, menyeleksi dan membentuk kumpulan
muatan untuk didistribusikan kembali dan mempersiapkan pengiriman

Kedua, kegiatan yang menyangkut penundaan pengiriman barang, meliputi pencadangan,


penyimpanan untuk jangka pendek menengah dan panjang, melakukan perubahan bentuk
seperti perakitan ringan dan lain sebagainya, mengemas dan menempatkan pada palet atau
pengelolaan palet

Ketiga, kegiatan administrasi pengelolaan barang , meliputi pengelolaan stock,


pengelolaan pesanan dan pengadaan kembali

Keempat, kegiatan prakomersialisasi produksi, meliputi penerimaan barang dan


pengawasan kualitas dan kuantitas, penyusunan faktur, pemberian etiket, pemasangan
harga dan pelayanan purna jual

Kelima, kegiatan menyangkut perdagangan international.

D. Pengelola

Pengelola TAB adalah para distributor, para produsen, ,para pengusaha angkutan,
pengusaha logistik atau pemerintah / semi pemerintah. Pada umumnya TAB ini dikelola
secara bersama oleh berbagai pihak tersebut di atas, tetapi dimungkinkan juga untuk
dikelola sendiri-sendiri.

E.Peranan TAB dalam sistim pemasaran dan distribusi.

Di negara-negara maju pada awalnya pengembangan TAB dipelopori oleh pemerintahan


kota untuk mengatasi masalah lalulintas yang disebabkan oleh arus pergerakan barang di
kawasan pusat kota. Namun dalam perkembangan selanjutnya TAB dapat memberikan
manfaat yang sangat besar bagi pertumbuhan kota. Sekarang ini para distributor maupun
produsen banyak berperan dalam pembangunan TAB ini. Sebagai contoh di Perancis
sendiri perkembangan TAB selama 1 dekade saja ( data tahun 1970 sd 1980 ) dari hanya
10 lokasi menjadi 200 lokasi.

Motivasi para distributor dan produsen dalam membangun TAB adalah sebagai berikut :

Motivasi distributor ;

• Meningkatkan produktifitas transportasi dari tempat asal barang ke tujuan akhir


• Mengusahakan biaya angkutan yang rendah
• Mengendalikan biaya distribusi
• Mengorganisasikan saluran distribusi

Motivasi produsen :
• Menurunkan biaya angkutan
• Memudahkan angkutan secara masal untuk klien-klien yang tersebar

Manfaat untuk distributor :


• Memecahkan masalah akses, kemacetan lalulintas dan waktu tunggu
• Memecahkan sirkulasi angkutan barang dalam kota
• Menurunkan frekwensi pengiriman barang kepada pengecer sehingga mengurangi
operasi penerimaan pengecer
• Pengadaan cepat terhadap permintaan
• Mengurangi kebutuhan ruang penyimpanan dalam toko para pengecer
• Mencegah terjadinya spekulasi
• Kontrol kualitatif terhadap produksi

Manfaat untuk produsen ;


• Mengurangi frekwensi pengiriman barang
• Mengurangi stock hasil produksi dalam gudang
• Menurunkan biaya penyimpanan
• Meningkatkan pelayanan terhadap klien

Manfaat untuk pengusaha angkutan :


• Terjaminnya perolehan muatan

Dapat disimpulkan bahwa peranan TAB selain dapat menjamin kelancaran distribusi
barang dalam kota juga akan berperan sebagai pusat logidtik kota, pusat pemasaran, pusat
transaksi komersial dan pada akhirnya dapat merangsang pertumbuhan ekonomi kota
melalui kegiatan perdagangan.

Secara khusus TAB juga dapat berperan sebagai penyangga logistik dalam proses produksi
kegiatan industri untuk menekan biaya produksi. Sekarang ini di negara-negara maju
sudah banyak yang menerapkan konsep “ just in time “ dalam proses produksinya.
Konsep ini pertama kali dikembangkan di Jepang dan mereka menamakannya sistim
Kanban.. Prinsip yang digunakan untuk menekan biaya produksi adalah dengan
menerapkan strategi “ zero stock “ Penimbunan stock untuk waktu yang lama baik untuk
bahan baku produksi maupun hasil produksi berarti menahan perputaran uang atau uang
mati. Meniadakan stock berarti juga menghapuskan fungsi pergudangan, sehingga tidak
diperlukan biaya investasi untuk membangun gudang. Dengan demikian biaya produksi
dapat ditekan.

Tidak diperlukannya stock barang dan fasilitas pergudangan karena dalam proses
produksi, pengiriman bahan baku dilakukan hanya beberapa saat menjelang kegiatan
produksi dimulai dan hasil produksi dikirimkan beberapa saat setelah kegiatan produksi
selesai. Sedangkan pasokan barang-barang produksi serta penampungan hasil produksi
diambil alih oleh TAB Kolektor. Tentu saja penerapan konsep ini hanya dapat dilakukan
dengan perencanaan logistik yang matang.

Konsep just in time juga diterapkan dalam pengelolaan pelabuhan tersibuk di dunia yakni
Pelabuhan Roterdam. Kapal-kapal angkutan barang beberapa hari sebelum merapat sudah
harus mengirim manifest barang yang diangkut dan perusahaan ekspedisi yang
menanganinya kepada administrator pelabuhan melalui faksimili.Pada saat kapal merapat
di dermaga, muatan dapat langsung dipindahkan ke truk trailer perusahaan ekspedisi yang
sudah menunggu sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Pelabuhan Roterdam tidak
lagi menyediakan fasilitas pergudangan selain hanya untuk kepentingan darurat. Jadi TAB
dapat mengambil alih fungsi pelabuhan sebagai pusat distribusi barang. Bahkan kegiatan
ke pabeanan di pelabuhan ditiadakan dan dilimpahkan kepada TAB terkait. Pada tahapn
perkembangan yang lebih maju TAB juga dapat berperan sebagai pusat perakitan ringan
dari beberapa produk seperti produk mainan anak-anak, produksi olahraga, produk
kedokteran, komputer dlsbnya yang dikirim ke TAB dalam keadaan terurai untuk
menekan biaya transportasi.

Daftar Kepustakaan
1. BERNADET, Jean Luc “ Les platforms regionales de fret : approche du concept et
mise en perspective pour la region Rhine Alpes, Memoire DEA, Universite Lyon II,
1986.
2. HANAPE, Paul, “ Plateforme de fret, centers de logistique, port secs “ Recherche
Transports Securite, No 2, Decembre 1986
3. INFOTRANS “ Les platforme de frets, mises en place a l’initiative de chargeurs, la
diversites de sites et des functions “ Paris 1986.

Oleh : Ismail
Sumber : http://www.facebook.com/topic.php?uid=77797533807&topic=9271&post=50234

You might also like