You are on page 1of 11

HIV / AIDS

Pengertian
AIDS adalah sindroma yang menunjukkan defisiensi imun seluler pada seseorang
tanpa adanya penyebab yang diketahui untuk dapat menerangkan tejadinya defisiensi,
tersebut seperti keganasan, obat-obat supresi imun, penyakit infeksi yang sudah dikenal dan
sebagainya.
Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV) yaitu
virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan
menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun
penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit
ini belum benar-benar bisa disembuhkan.

Etiologi
AIDS disebabkan agent virus HIV yang masuk melalui darah dan semua cairan tubuh
( semen, ludah, sekret vagina, urine, ASI dan air mata ). Virus ini masuk kedalam pembuluh
darah kemudian menyerang sel darah putih jenis Lymphosit tepatnya sel T helper CD 4.
penularan HIV / AIDS dapat terjadi melalui cara sebagai berikut :
1. hubungan seksual yang tidak aman (homo seks dan berganti – ganti pasangan )
2. berganti – ganti jarum injeksi ( pada pengguana narkotika )
3. paparan darah dan cairan tubuh melalui kulit yang tak terlindungi
4. melalui transfusi darah
5. bayi dalam kandungan ibu yang telah positif HIV / AIDS
6. ASI dari ibu yang telah positif HIV / AIDS

Gambar1. Daur Hidup HIV

1
Patofisiologi
Infeksi HIV tidak diikuti oleh satu tujuan klinis. Pada pasien dengan infeksi HIV,
immunosupresi adalah akibat dari penurunan jumlah T-sel CD4, sehingga terjadi penurunan
fungsional ( Graziossi Pantaleo dalam Donna L Wong ). Funsi B – sel yang abnormal terbukti
secara dinim pada infeksi HIV pada anak. Karena sel T helper mengontrol fungsi dari B-sel,
anak masih kecil dengan infeksi HIV mengalami sistem seluler dan hormonal.
Immunoglobulin tidak berfungsi, kehilangan pertahanan tubuh sehingga memudahkan infeksi
bakterial , anak tersebut juga tidak bisa membentuk anti bodi setelah diberi imunisasi.

Pohon Masalah (terlampir)


Faktor Resiko
Dari 49 kasus yang faktor resikonya diketahui, sebanyak 90% penularan melalui
hubungan seksual, yaitu homoseksual 16% dan heteroseksual 74%, sisanya dari transfusi
darah dan jarum suntik. Dari50 kasus yang diketahui pekerjaannya 38% WTS, 20% pekerja
swasta, 12% PNS, 10% tenaga kerja luar negri 6% mahasiswa, 16% lain –lain.
AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria maupun wanita.
Yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah :
1. Lelaki homoseksual atau biseks. 5. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi.
2. Orang yang ketagian obat intravena
2
3. Partner seks dari penderita AIDS
4. Penerima darah atau produk darah (transfusi).

Manifestasi Klinis
Manifetasi klinis yang muncul sesuai dengan tahap-tahap perkembangan virus HIV.
Gejala ini, sesuai dengan menurunnya tingkat CD4 di peredaran darah perifer dan Makin
melemahnya tingkat imunitas tubuh. Penyakit di timbulkan akan lebih sulit diatasi jika
sebelumnya penderita tersebut dan diperparah oleh HIV.
Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri atas 5 fase yaitu:
1. Periode jendela
Berlangsung selama 4 minggu-6 bulan setelah infeksi, tidak terdapat gejala, hasil
rapid test (-).
2. Fase infeksi primer akut
Berlangsung selama 1-2 minggu dengan gejala seperti flu. Hasil rapod test (-).
3. Infeksi Asimptomatik
Berlangsung selama 1-15 tahun/ lebih dengan tidak ada gejala. Hasil rapid test (+).
4. Supresi Imun simptomatik
Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam hari, BB turun, diare, neuropati,
lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut.
5. Periode AIDS
Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama ditegakkan.
Gejala Mayor :
• BB turun lebih dari 10% dalam waktu 1 bulan
• Diare Kronis selama lebih dari 1 bulan
• Demam >380 c dalam waktu lebih dari 1 bulan
Gejala minor :
• Batuk pneumonia atau tuberculosis
• Candidiasis oral sampai orofaring
• Dermatitis, herpes simpleks, herpes zoster
• Hemoglobin menurun
• Demensia, gangguan mental
• Penyakit kelamin
• Infeksi portunistik

3
Tanda dan Gejala menurut WHO :
Stadium Klinis I :
− Asimtomatik (tanpa gejala)
− Limfadenopati Generalisata (pembesaran kelenjar getah bening/limfe seluruh tubuh)
− Skala Penampilan 1 : asimtomatik, aktivitas normal.
Stadium Klinis II :
− Berat badan berkurang < 10%
− Manifestasi mukokutaneus ringan (kelainan selaput lendir dan kulit) : gatal-gatal,
jamur, sariawan pada sudut mulut
− Herpes zoster
− Infeksi saluran napas bagian atas yang berulang
− Skala Penampilan 2 : simtomatik, aktivitas normal.

Stadium Klinis III :


- Berat badan turun > 10%
- Diare berkepanjangan > 1 bulan
- Jamur pada mulut
- TB Paru
- Infeksi bakterial berat
- Skala Penampilan 3 : < 50% dalam masa 1 bulan terakhir terbaring
Stadium Klinis IV :
− Kelemahan
− Jamur pada mulut dan kerongkonga
− Radang paru-paru (PCP), TB Ekstra Paru
− Radang saluran pencernaan (Diare kriptosporidiosis > 1 bulan)
− Kanker kulit (Sarcoma Kaposi)
− Radang Otak (Toksoplasmosis, Ensefalopati HIV)
− Skala Penampilan 4 : terbaring di tempat tidur > 50% dalam masa 1 bulan terakhir.
Pemeriksaan Diagnostik
o Tes untuk diagnosa infeksi HIV :
 ELISA
 Western blot

4
 P24 antigen test
 Kultur HIV
o Tes untuk deteksi gangguan system imun.
 Hematokrit.
 LED
 CD4 limfosit
 Rasio CD4/CD limfosit
 Serum mikroglobulin B2
 Hemoglobulin
Komplikasi
1. Infeksi oportunistik
2. Kerusakan pernafasan atau kegagalan respirasi
3. Sindrom pelisutan dan gangguan cairan serta elektrolit
4. Reaksi merugikan terhadap obat-obatan

Penatalaksanaan :
1. Obat Anti Retroviral
a) NRTI (Nucleoside Reserve Transcriptase Inhibitor)
Zidovudin, Estavudine, Didanosine, Lamivudin, Abacavir, Didanosine EC,
Tenofovir
b) NNRTI ( Non Nucleoside Reserve Transcriptase Inhibitor)
Nevirapine, Evefirenz
c) PI (Protease Inhibitor)
Ritonavir, Saquinavir, Indinavir, Nelfinavir, Amprenavir, Lopinavir,
Atazanavir
d) Fusion Inhibitor
Enfuvirtide

Obat-obatan yang telah ditemukan pada saat ini menghambat pengubahan


RNA menjadi DNA dan menghambat pembentukan protein-protein aktif. Enzim yang
membantu pengubahan RNA menjadi DNA disebut reverse transcriptase, sedangkan
yang membantu pembentukan protein-protein aktif disebut protease.

5
Untuk dapat membentuk protein yang aktif, informasi genetik yang tersimpan
pada RNA virus harus diubah terlebih dahulu menjadi DNA. Reverse transcriptase
membantu proses pengubahan RNA menjadi DNA. Jika proses pembentukan DNA
dihambat, maka proses pembentukan protein juga menjadi terhambat. Oleh karena itu,
pembentukan virus-virus yang baru menjadi berjalan dengan lambat. Jadi,
penggunaan obat-obatan penghambat enzim reverse transcriptase tidak secara tuntas
menghancurkan virus yang terdapat di dalam tubuh. Penggunaan obat-obatan jenis ini
hanya menghambat proses pembentukan virus baru, dan proses penghambatan ini pun
tidak dapat menghentikan proses pembentukan virus baru secara total.

Obat-obatan lain yang sekarang ini juga banyak berkembang adalah


penggunaan penghambat enzim protease. Dari DNA yang berasal dari RNA virus,
akan dibentuk protein-protein yang nantinya akan berperan dalam proses
pembentukan partikel virus yang baru. Pada mulanya, protein-protein yang dibentuk
berada dalam bentuk yang tidak aktif. Untuk mengaktifkannya, maka protein-protein
yang dihasilkan harus dipotong pada tempat-tempat tertentu. Di sinilah peranan
protease. Protease akan memotong protein pada tempat tertentu dari suatu protein
yang terbentuk dari DNA, dan akhirnya akan menghasilkan protein yang nantinya
akan dapat membentuk protein penyusun matriks virus (protein struktural) ataupun
protein fungsional yang berperan sebagai enzim.

2. Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein


3. KIE Perilaku sehat untuk meminimalkan penularan ke orang lain
4. Support system dari keluarga dan tenaga kesehatan.

Pencegahan HIV
− Belum ada obat untuk menyembuhkan AIDS Belum ada vaksin untuk mencegah
infeksi HIV
− Antiretroviral pengobatan untuk menurunkan jumlah HIV dalam darah, menurunkan
aktifitas virus, mengurangi kerusakan dalam sistim kekebalan tubuh hasilnya umur
lebih panjang , Antiretroviral mahal dan harus digunakan seumur hidup
− Upaya pencegahan non-medis satu-satunya upaya penangkalan infeksi HIV

6
Asuhan Keperawatan
I. Pengkajian.
1. Riwayat : tes HIV positif, riwayat perilaku beresiko tinggi, menggunakan
obat-obat.
2. Penampilan umum : pucat, kelaparan.
3. Gejala subyektif : demam kronik, dengan atau tanpa menggigil, keringat
malam hari berulang kali, lemah, lelah, anoreksia, BB menurun, nyeri, sulit tidur.
4. Psikososial : kehilangan pekerjaan dan penghasilan, perubahan pola hidup,
ungkapkan perasaan takut, cemas, meringis.
5. Status mental : marah atau pasrah, depresi, ide bunuh diri, apati, withdrawl,
hilang interest pada lingkungan sekitar, gangguan prooses piker, hilang memori,
gangguan atensi dan konsentrasi, halusinasi dan delusi.
6. HEENT : nyeri periorbital, fotophobia, sakit kepala, edem muka, tinitus, ulser
pada bibir atau mulut, mulut kering, suara berubah, disfagia, epsitaksis.
7. Neurologis :gangguan refleks pupil, nystagmus, vertigo, ketidakseimbangan ,
kaku kuduk, kejang, paraplegia.
8. Muskuloskletal : focal motor deifisit, lemah, tidak mampu melakukan ADL.
9. Kardiovaskuler ; takikardi, sianosis, hipotensi, edem perifer, dizziness.
10. Pernapasan : dyspnea, takipnea, sianosis, SOB, menggunakan otot Bantu
pernapasan, batuk produktif atau non produktif.
11. GI : intake makan dan minum menurun, mual, muntah, BB menurun, diare,
inkontinensia, perut kram, hepatosplenomegali, kuning.
12. Gu : lesi atau eksudat pada genital
13. Integument : kering, gatal, rash atau lesi, turgor jelek, petekie positif.
II. Diagnosa keperawatan
1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola
hidup yang beresiko.
2. Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan infeksi HIV,
adanya infeksi nonopportunisitik yang dapat ditransmisikan.
3. Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen,
malnutrisi, kelelahan.

7
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya absorbsi zat gizi.
5. Diare berhubungan dengan infeksi GI
6. Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan
yang orang dicintai.

III. Intervensi Keperawatan


DX 1
Tujuan : Pasien akan bebas infeksi oportunistik dan komplikasinya
Kriteria Hasil : tak ada tanda-tanda infeksi baru, lab tidak ada infeksi oportunis, tanda vital
dalam batas normal, tidak ada luka atau eksudat.
Intervensi Rasional
1. Monitor tanda-tanda infeksi baru. Untuk pengobatan dini
2. gunakan teknik aseptik pada setiap Mencegah pasien terpapar oleh kuman
tindakan invasif. Cuci tangan sebelum patogen yang diperoleh di rumah sakit.
meberikan tindakan.
3. Anjurkan pasien metoda mencegah Mencegah bertambahnya infeksi
terpapar terhadap lingkungan yang
patogen.
4. Kumpulkan spesimen untuk tes lab Meyakinkan diagnosis akurat dan
sesuai order. pengobatan
5. Atur pemberian antiinfeksi sesuai
order Mempertahankan kadar darah yang
terapeutik

DX 2
Tujuan : Infeksi HIV tidak ditransmisikan, tim kesehatan memperhatikan universal
precautions
Kriteria Hasil : kontak pasien dan tim kesehatan tidak terpapar HIV, tidak terinfeksi patogen
lain seperti TBC.
Intervensi Rasional
1. Anjurkan pasien atau orang penting Pasien dan keluarga mau dan memerlukan
lainnya metode mencegah transmisi HIV informasikan ini

8
dan kuman patogen lainnya.
2. Gunakan darah dan cairan tubuh Mencegah transimisi infeksi HIV ke orang
precaution bial merawat pasien. Gunakan lain
masker bila perlu.

DX 3
Tujuan : Pasien berpartisipasi dalam kegiatan, dengan
Kriteria Hasil : bebas dyspnea dan takikardi selama aktivitas.
Intervensi Rasional
1. Monitor respon fisiologis terhadap Respon bervariasi dari hari ke hari
aktivitas
2. Berikan bantuan perawatan yang Mengurangi kebutuhan energi
pasien sendiri tidak mampu
3. Jadwalkan perawatan pasien sehingga Ekstra istirahat perlu jika karena
tidak mengganggu isitirahat. meningkatkan kebutuhan metabolik

DX 4
Tujuan : Pasien mempunyai intake kalori dan protein yang adekuat untuk memenuhi
kebutuhan metaboliknya
Kriteria Hasil mual dan muntah dikontrol, pasien makan TKTP, serum albumin dan protein
dalam batas n ormal, BB mendekati seperti sebelum sakit.
Intervensi Rasional
1. Monitor kemampuan mengunyah dan Intake menurun dihubungkan dengan nyeri
menelan. tenggorokan dan mulut
2. Monitor BB, intake dan ouput Menentukan data dasar
3. Atur antiemetik sesuai order Mengurangi muntah
4. Rencanakan diet dengan pasien dan Meyakinkan bahwa makanan sesuai dengan
orang penting lainnya. keinginan pasien

DX 5
Tujuan : Pasien merasa nyaman dan mengnontrol direnya
Kriteria Hasil diare, komplikasi minimal dengan kriteria perut lunak, tidak tegang, feses
lunak dan warna normal, kram perut hilang,

9
Intervensi Rasional
1. Kaji konsistensi dan frekuensi feses Mendeteksi adanya darah dalam feses
dan adanya darah.
2. Auskultasi bunyi usus Hipermotiliti mumnya dengan diare
3. Atur agen antimotilitas dan psilium Mengurangi motilitas usus, yang pelan,
(Metamucil) sesuai order emperburuk perforasi pada intestinal
4. Berikan ointment A dan D, vaselin Untuk menghilangkan distensi
atau zinc oside

Dx 6
Tujuan : Keluarga atau orang penting lain mempertahankan suport sistem dan adaptasi
terhadap perubahan akan kebutuhannya
Kriteria Hasil: pasien dan keluarga berinteraksi dengan cara yang konstruktif
Intervensi Rasional
1. Kaji koping keluarga terhadap sakit Memulai suatu hubungan dalam bekerja
pasein dan perawatannya secara konstruktif dengan keluarga.
2. Biarkan keluarga mengungkapkana Mereka tak menyadari bahwa mereka
perasaan secara verbal berbicara secara bebas
3. Ajarkan kepada keluaraga tentang Menghilangkan kecemasan tentang transmisi
penyakit dan transmisinya. melalui kontak sederhana

Daftar Pustaka
Carpenito.2000.Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed.6. Jakarta:EGC.

10
Doenges at al. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3. Jakarta:EGC

Price & Wilson. 1995. Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4.


Jakarta:EGC

Komisi Penanggulangan AIDS Banyumas. 2008. Info Dasar HIV. http://www.


http://nursingcorner.com. Diakses tanggal 31 Agustus 2009

Ishmayana, Safri. 2005. Adakah Obat HIV?AIDS saat ini?. http://www.chem-is-


try.org/artikel_kimia/berita Diakses tanggal 31 Agustus 2009

Wikipedia. 2009. AIDS. http://id.wikipedia.org/wiki/AIDS. Diakses tanggal 31 Agustus 2009

11

You might also like