Professional Documents
Culture Documents
Puji syukur kami panjatkn Atas segala kebesaran Tuhan yang maha Esa,yang
senantiasa menemani kami disetiap waktui sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
kelompok kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik, namun kami merasa
dalam makalah ini masih banyak kekurangan,dan kami berharap askep ini dapat
Kami hanya hamba yang lemah,penuh kekurangan dan tak lepas dari
kesalahan. Hanya kata maaf yang dapat kami sampaikan,dan kami mengharapkan
saran serta masukan dari para pembaca agar memberikan motivasi untuk dapat
mengerjakan askep untuk lebih baik,sehingga dapat mencapai hasil yang maksimal.
Tim penyusun
1
DAFTAR ISI
Kata pengatar………………………………………………………………..1
Daftar isi…………………………………………………………………….2
Bab I Pendahuluan…………………………………………………………3
A. Latar belakang………………………………………………………3
B. Tujuan…………….………………………………………………....4
C. Manfaat………………………………………………………….......4
A. Pengertian…………………………………………………………...5
B. Klasifikasi…………………………………………………………...6
C. Etiologi……………………………………………………………...7
D. Manifestasi kliniks…………………………………………………..9
E. Patofisiologi…………………………………………………….......10
F. Komplikasi……………………………………………………….....11
G. Pemeriksaan diagnostic…………………………………………….12
H. Mendiagnosa emfisema…………………………………………….14
I. Pemeriksaan fisik…………………………………………………..14
J. Penatalaksanaan medis……………………………………………..15
Bab IV Penutup……………………………………………………………32
A. Kesimpulan………………………………………………………...32
B. Saran ……………………………………………………………....32
Daftar Pustaka……………………………………………………………..33
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dan pengeluaran udara yang kita hirup. Paru-paru terdiri dari anggur seperti
udara yang disebut bronchioles. Struktur yang unik ini membuat paru-paru
sangat elastis dan karena itu membantu proses pernapasan, di mana oksigen
dioksida dikeluarkan.
elastisitas paru-paru. Karena paru-paru ini bisa kaku dan tidak bisa
mengeluarkan karbon dioksida yang tidak diinginkan dari tubuh. Hal ini
3
akan membesar. Kadang-kadang, pembesaran cukup berat bisa menyebabkan
paru-paru pecah.
B. Tujuan
C. Manfaat
emphysema.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Irianto.2004.216).
dindingnya.(Robbins.1994.253).
5
B. Klasifikasi
dan alveoli. Semua ruang udara di dalam lobus sedikit banyak membesar,
morfologik yang lebih jarang, dimana alveolus yang terletak distal dari
merata.
paru-paru, ciri khasnya yaitu memiliki dada yang hiperinflasi dan ditandai
oleh dispnea saat aktivitas, dan penurunan berat badan. PLE juga
dapat juga dikaitkan dengan emfisema akibat usia tua dan bronchitis
6
2. Sentrilobular (CLE)
sekunder, dan perifer dari asinus tetap baik. Seringkali terjadi kekacauan
lebih distal dapat dipertahankan penyakit ini sering kali lebih berat
kronik, dan jarang ditemukan pada mereka yang tidak merokok (Sylvia A.
Price 1995).
C. Etiologi
1. Rokok
7
rokok berhubungan dengan hyperplasia kelenjar mucus bronkus dan
2. Polusi
dan angka kematian emfisema bisa dikatakan selalu lebih tinggi di daerah
alveolar.
3. Infeksi
asma bronkiale, dapat mengarah pada obstruksi jalan nafas, yang pada
4. Genetik
genetik dari kimia yang melindungi paru dari kerusakan oleh proteases.
8
Didalam paru terdapat keseimbangan antara enzim proteolitik elastase dan
7. Penuaan
bukan obat seperti tajin jagung dapat beracun pada jaringan paru
D. Manifestasi Klinis
25 tahun. Pada umur 25-35 tahun mulai timbul perubahan pada saluran nafas
9
kecil dan fungsi paru. Umur 35-45 tahun timbul batuk yang produktif. Pada
umur 45-55 tahun terjadi sesak nafas, hipoksemia dan perubahan spirometri.
Pada umur 55-60 tahun sudah ada kor-pulmonal, yang dapat menyebabkan
1. Dispnea
paru.
perpanjangan ekspirasi
E. Patofisiologi
10
Pengisian udara berlebihan dengan obstruksi terjadi akibat dari
alveolar yang kontak langsung dengan kapiler paru secara kontinu berkurang,
menyebabkan peningkatan ruang rugi (area paru dimana tidak ada pertukaran
gas yang dapat terjadi) dan mengakibatkan kerusakan difusi oksigen sehingga
akut dan kronis dengan demikian menetap dalam paru-paru yang mengalami
emfisema.
F. Komplikasi
11
3. Tingkat kerusakan paru semakin parah
5. Pneumonia
6. Atelaktasis
7. Pneumothoraks
G. Pemeriksaan diagnostik
bronkodilator.
penurunan emfisema
12
7. GDA: memperkirakan progresi proses penyakit kronis
eosinofil (asma)
alergi
disritmia atrial (bronkitis), peninggian gelombang P pada lead II, III, AVF
12. EKG latihan, tes stres: membantu dalam mengkaji derajat disfungsi
program latihan
13
H. Mendiagnosa Emphysema
7. Apakah pasien terpapar pada asap rokok tangan kedua atau uap-uap atau
I. Pemeriksaan Fisik
14
4. Apakah rongga dada membesar atau berbentuk tong ?
seharusnya ?
J. Penatalaksanaan Medis
1. Bronkodilator
dari pasar karena efek dari agen-agen ini pada lapisan ozone di
(HFAs).
15
Bronchodilators yang bekerja singkat termasuk agen-agen albuterol
(Ventolin HFA, Proventil HFA, dan Pro Air) dan agen anticholinergic,
tersedia untuk menentukan kehadiran yang terus menerus dari obat. Satu
2. Terapi Aerosol
16
Aerosolisasi dari bronkodilator salin dan mukolitik sering kali
3. Pengobatan Infeksi
4. Kortikosteroid
17
perawatan ke alat penghirup tunggal. Studi-studi telah dilakukan di Eropa
dan budesonide (Pulmicort), ICS yang lain], dan sekarang ini dalam
perjalanan di Amerika.
steroid yang dihirup jika lebih jauh efek-efek anti peradangan diperlukan.
intravena.
5. Oksigenasi
18
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
A. Aktivitas/istirahat
dispnea pada saat istirahat atau respons terhadap aktivitas atau latihan.
massa otot.
B. Sirkulasi
menunjukkan anemia.
C. Integritas ego
19
D. Makanan/cairan
E. Higiene
F. Pernapasan
batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari (terutama pada saat
20
Tanda: Pernapasan: biasanya cepat, dapat lambat; fase ekspirasi
pada area paru, kesulitan bicara kalimat atau lebih dari 4 atau 5 kata
pertukaran gas tak normal dan frekuensi pernapasan cepat, tabuh pada
jari-jari.
G. Keamanan
H. Seksualitas
I. Interaksi sosial
21
J. Penyuluhan/pembelajaran
untuk membaik.
dideritanya.
22
III. INTERVENSI
distres pernapasan.
Intervensi:
23
R/ Bronkodilator mendilatasi jalan napas dan membantu melawan
respons klinisnya.
24
R/ Dapat memperbaiki/mencegah memburuknya hipoksia.
jelas.
Intervensi:
keletihan.
aerosol ruangan.
25
R/ Kelembaban menurunkan kekentalan sekret mempermudah
dasar paru.
Intervensi:
26
R/ Pasien distres pernapasan akut sering anoreksia karena dispnea,
27
R/ Mengevaluasi/mengatasi kekurangan dan mengawasi keefektifan
terapi nutrisi.
Intervensi:
aktivitas.
energi.
ketergantungan.
di rumah.
28
5. Kecemasan b/d perubahan status kesehatan.
Intervensi:
berdaya.
bagi klien.
29
R/ Modifikasi pekerjaan mungkin harus dibuat dan sumber-sumber
dideritanya.
program pengobatan.
Intervensi:
30
IV. EVALUASI
pernapasan.
pengobatan.
31
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
dan destruksi dinding alveolar yang terjadi sedikit demi sedikit selama
15-25 tahun.
Pada umur 25-35 tahun mulai timbul perubahan pada saluran nafas
kecil dan fungsi paru. Umur 35-45 tahun timbul batuk yang produktif.
Pada umur 45-55 tahun terjadi sesak nafas, hipoksemia dan perubahan
spirometri. Pada umur 55-60 tahun sudah ada kor-pulmonal, yang dapat
B. Saran
para pembaca diharapkan dapat mengatur pola hidup sehat mulai dari
32
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Vol 1. Jakarta:
EGC:
J.C.E. Underwood. 1999. Patologi Umum dan Sistematik Ed.2 Vol 2. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne. C, 1997, Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah, Edisi, EDISI
8, EGC : Jakarta
33
34