You are on page 1of 41

REFERAT

EVALUASI ANGKA KEJADIAN PENYAKIT DIARE DI PUSKESMAS


GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO

PERIODE JANUARI 2009 - DESEMBER 2009

Oleh :

Mochamad Lutfi Budiantoro / J500050018

Syam Hakim Persada / J500050020

Desi Ristianawati / J500050024

Vita Fauziah N.R / J500050025

Rahmad Setia Budi / J500050043

Figur Puspitio Y.D / J500050047


KEPANITRAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2010

LEMBAR PENGESAHAN

REFERAT

Referat dengan judul “Evaluasi Angka Kejadian Penyakit Diare Di Puskesmas


Grogol Kabupaten Sukoharjo Periode Januari 2009 - Desember 2009” telah disetujui
oleh tim Penguji Stase Ilmu Kesehatan Masyarakat Program Profesi Dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Pada : Juli 2010

Penguji

Nama : dr. Nasrudin, M.Kes (…………………….)

NIP :

Penguji

Nama : dr. Guntur Subiyantoro, M.Kes (…………………….)

NIP : 19640205 198911 1003

Penguji

Nama : dr. M.Shoim Dasuki, M.Kes (…………………….)

NIK : 464

Disahkan
Ketua Program Profesi Dokter FK UMS

dr. Sulistyani Kusumaningrum, M.Sc, Sp.Rad

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah Penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT,


atas segala hidayah, rahmat, karunia-Nya, sehingga tugas referat ini akhirnya
terselesaikan dengan baik.

Referat dengan judul “Evaluasi Angka Kejadian Penyakit Diare Di Puskesmas


Grogol Kabupaten Sukoharjo Periode Januari 2009 - Desember 2009” ini disusun
sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti ujian di stase Ilmu Kesehatan
Masyarakat.

Penulis menyadari bahwa tidak banyak yang dapat penulis lakukan tanpa
bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. dr. H. B. Subagyo, Sp.A (K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
2. dr. Agus Prihatmo, M.Kes selaku YMT Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
Sukoharjo
3. dr. Guntur Subiyantoro, M.Kes selaku Kepala Puskesmas Grogol atas
bimbingan dan arahannya.
4. dr. M. Shoim Dasuki, M.Kes, dr Henny P. Utami, ibu Rustiningsih, SKM,
M.Kes atas bimbingan dan arahannya.
5. Segenap karyawan dan karyawati Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo dan
Puskesmas Grogol.
6. Semua pihak yang telah membantu hingga selesainya skripsi ini, yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
Semoga Referat ini dapat bermanfaat untuk semua pihak yang membutuhkan.
Dan semoga Allah SWT senantiasa memberi perlindungan serta melimpahkan taufik
dan hidayah-Nya kepada kita semua.

Sukoharjo, Juli 2010

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul .................................................................................................... i


Halaman Persetujuan ......................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................................. iv
Daftar Lampiran ..................................................................................................vi
Daftar Tabel.........................................................................................................vii
Kata Pengantar ....................................................................................................ix
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 3
Bab II Tinjauan Pustaka

A. Diare .......................................................................................................... 4
B. Profil Puskesmas ....................................................................................... 17
Bab III Analisis dan Pembahasan

A. Hasil ........................................................................................................... 19
B. Pembahasan .............................................................................................. 24
BAB VI Penutup

A. Kesimpulan ............................................................................................. 32
B. Saran ....................................................................................................... 32
Daftar Pustaka ..................................................................................................... 33

Lampiran

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di negara yang sedang berkembang, penyebab kematian banyak diakibatkan


oleh penyakit infeksi. Salah satu penyakit infeksi adalah diare. Indonesia sebagai
negara berkembang menghadapi banyak masalah kesehatan terutama peningkatan
penyakit berbasis lingkungan. Salah satu dari penyakit berbasis lingkungan adalah
penyakit diare. Penyakit diare hingga kini masih merupakan salah satu penyakit
utama pada bayi dan anak di Indonesia (Satriya, 2008).

Hasil survei pada tahun 2006 menunjukkan bahwa kejadian diare pada semua
usia di Indonesia adalah 423 per 1.000 penduduk dan terjadi satu-dua kali per tahun
pada anak-anak berusia di bawah lima tahun. UNICEF (Badan Perserikatan Bangsa-
Bangsa untuk urusan anak) memperkirakan bahwa, setiap 30 detik ada satu anak yang
meninggal dunia karena diare (Dewayani, 2008).

Data dari Direktorat Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan


menyebutkan, pada tahun 2001 angka kematian rata-rata yang diakibatkan diare
adalah 23 per 100.000 penduduk, sedangkan angka tersebut lebih tinggi pada anak-
anak berusia di bawah lima tahun, yaitu 75 per 100.000 penduduk. Kematian anak
berusia di bawah tiga tahun adalah 19 per 100.000 anak meninggal karena diare
setiap tahunnya ( Wikipedia, 2010).
Penyakit diare masih sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan
terjadi peningkatan kesakitan atau kematian kasus 2 kali atau lebih dibandingkan
jumlah kesakitan atau kematian karena diare yang biasa terjadi pada kurun waktu
sebelumnya. Pada tahun 2006, sebanyak 41 kabupaten di 16 propinsi melaporkan
KLB diare di wilayahnya. Jumlah kasus diare yang dilaporkan sebanyak 10.980 dan
277 diantaranya menyebabkan kematian dengan Case Fatality Rate (CFR) sebesar
2,5% (Dewayani, 2008).

Diare adalah sebuah penyakit di mana penderita mengalami rangsangan buang


air besar yang terus-menerus dan tinja atau feses yang masih memiliki kandungan air
berlebihan. Orang yang mengalami diare akan kehilangan cairan tubuh sehingga
menyebabkan dehidrasi tubuh. Hal ini membuat tubuh tidak dapat berfungsi dengan
baik dan dapat membahayakan jiwa, khususnya pada anak dan orang tua (Wikipedia,
2010).

Data terkini dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menunjukkan bahwa


berbagai intervensi perilaku melalui modifikasi lingkungan dapat mengurangi angka
kejadian diare sampai dengan 94 persen melalui pengolahan air yang aman dan
penyimpanan di tingkat rumah tangga dapat mengurangi angka kejadian diare sebesar
39 persen, melakukan praktik cuci tangan yang efektif dapat menurunkan angka
kejadian diare sebesar 45 persen, meningkatkan sanitasi dapat menurunkan angka
kejadian diare sebesar 32 persen, dan meningkatkan penyediaan air dapat
menurunkan kejadian diare sebesar 25 persen (Elok, 2008).

Penyebab utama dari diare secara mendunia adalah retrovirus, sehingga


pengembangan vaksin, dan pentingnya kesehatan tubuh bagi anak, akan mengurangi
insidensi ini pada masa yang akan datang. Banyak faktor yang secara langsung
maupun tidak langsung dapat mendorong terjadinya diare. Beberapa faktor risiko
terjadinya diare pada anak antara lain umur anak, imunitas anak, status gizi anak,
tingkat pendidikan ibu dan status pekerjaan ibu serta faktor lain seperti makanan
(bentuk makanan). Faktor lain yang berhubungan dengan interaksi antara infeksi dan
malnutrisi adalah akibat kekurangan atau kelebihan secara relatif maupun absolut satu
atau lebih zat gizi (Violita, 2009).

Di Jawa Tengah selama periode Januari – Desember 2007, balita yang


terserang diare sebanyak 323.931 penderita. Sedangkan di Kabupaten Sukoharjo
jumlah balita yang terserang diare di periode yang sama sebanyak 8.539 balita,
dimana yang terbanyak di Kecamatan Kartasura yaitu 1.182 balita. Dari hasil studi
pendahuluan pada tanggal 5 Juni 2008 di Puskesmas Kartasura, dari bulan Januari-
Desember 2007 atau sepanjang tahun 2007 diperoleh data 741 balita mengalami diare
di wilayah kerja Puskesmas Kartasura (Alfianto, 2009).

Berdasarkan data Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2PL)


Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo, selama periode Januari – Juli 2007 jumlah
penderita diare di Sukoharjo mencapai 13.929 orang. Dari keseluruhan jumlah
penderita diare sebanyak 5.146 di antaranya anak balita. Data Dinas Kesehatan
Kabupaten Sukoharjo tahun 2005 menunjukkan bahwa angka kesakitan diare di
Puskesmas Mojolaban Kabupaten Sukoharjo menempati urutan ketiga dari 21
Puskesmas, dengan jumlah penderita 2.574 orang penderita, dengan 33,8% (870)
penderita diantaranya adalah balita (Heni, 2009).

Sedangkan berdasarkan rekapitulasi diagnosis diare di Puskesmas Grogol


selama tahun 2008 juga menunjukkan angka yang tinggi, yaitu terdapat sebanyak
1704 penderita, dengan insiden tertinggi pada desa Telukan yaitu dengan 263
penderita diare. Sebagian besar adalah pada usia balita yaitu antara umur 1 – 4 tahun
(Puskesmas Grogol, 2008)

Kejadian seperti diare diduga disebabkan oleh ketidakamanan pangan yang


lebih mengarah disebabkan oleh higien dan sanitasi ibu yang kurang baik,
ketersediaan air bersih, serta pengaruh dari tinggi rendahnya faktor pengetahuan gizi
ibu (Dewayani, 2008).
Menurut hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun1991, 1994 dan 1997, bahwa prevalensi diare berbanding terbalik dengan
tingkat pengetahuan ibu. Makin tinggi tingkat pengetahuan ibu tentang gizi, makin
rendah prevalensi diare balita (Alfianto, 2009).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang menunjukkan betapa tingginya angka


kejadian morbiditas dan mortalitas yang disebabkan oleh diare di Negara Indonesia,
khususnya di Kabupaten Sukoharjo, maka Peneliti ingin mengetahui seberapa besar
angka kejadian diare pada Puskesmas Grogol Kabupaten Sukoharjo selama tahun
2009 dan ingin mengevaluasi program penanggulangan diare di Puskesmas tersebut
guna menurunkan insidensi diare.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengevaluasi program penanggulangan penyakit diare di


Puskesmas Kecamatan Grogol selama tahun 2009.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui seberapa besar Kecamatan Grogol memberikan


kontribusi terjadinya morbiditas diare pada Kabupaten Sukoharjo.

b. Untuk mengetahui program – program yang telah dilakukan oleh


Puskesmas Grogol guna menanggulangi diare pada daerah tersebut.

c. Untuk mengetahui bagaimana tingkat kesehatan lingkungan di


masyarakat Kecamatan Grogol yang dapat menjadi faktor pencetus
meningkatnya morbiditas diare pada daerah tersebut.
d. Dapat mengupayakan pencegahan dari morbiditas diare tersebut,
Sehingga dapat mencegah terjadinya Kejadian Luar Biasa Diare pada
Kecamatan Grogol.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi ilmu kedokteran


Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dalam bidang kedokteran,
khususnya pada bidang yang berhubungan terhadap penyakit yang sering
terjadi di masyarakat dalam hal menurunkan morbiditas dan mortalitas diare.

2. Bagi petugas Puskesmas


Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk masukan dan tambahan
pengetahuan dalam rangka upaya peningkatan kesehatan masayarakat.

3. Bagi responden penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi, wawasan, dan
gambaran, serta menjadi bahan kajian penelitian lebih lanjut.

4. Bagi komunitas umum


Menambah pengetahuan masyarakat tentang gambaran penyakit diare
serta pencegahannya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Diare

1. Definisi
Suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan
konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya
frekwensi berak lebih dari biasanya (3 kali atau lebih dalam 1 hari) (Sophia,
2009).

2. Penyebab
a. Faktor infeksi
a) Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang
merupakan penyebab utama diare pada anak.
Infeksi enternal ini meliputi :
 Infeksi bakteri : Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.
 Infeksi virus : Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie,
Poliomyelitis), Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain.
 Infeksi parasit : Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris,
Strongyloides), Protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia,
Trichomonas hominis), Jamur (Candida albicans).
b) Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat
pencernaan, seperti Otitis media akut (OMA), tonsilofaringitis,
bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.

b.Faktor malabsorbsi
c) Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa,
maltosa, dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa,
galaktosa).
d) Malabsorbsi lemak.
e) Malabsorbsi protein.

c.Faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.

d. Faktor psikologis : rasa takut dan cemas (FKUI, 1985).

3. Patogenesis

Mekanisme dasar yang menimbulkan diare adalah :


a. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap
akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi,
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi
rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.

b. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus
akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus
dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
c. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan
usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila
peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan
yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula (FKUI, 1985).

4. Klasifikasi diare

a. Diare akut : BAB dengan frekuensi > 3x/hari dengan konsistensi tinja cair,
bersifat mendadak berlangsung 3-5 hari.

b. Diare kronis : penyakit diare yang berlangsung > 14 hari (IDAI, 2004).

5. Langkah diagnostik

a. Anamnesis : sudah berapa lama berlangsung, berapa kali sehari,


jumlahnya kira-kira, konsistensinya, warna, bau, disertai lendir, darah,
demam, muntah, kesadaran menurun, rasa haus, rewel, kencing terakhir
kali kapan, berapa banyak, ASI bagaimana, riwayat makanan, apakah ada
yang menderita diare disekitarnya, dari mana sumber air minum.

b. Pemeriksaan fisik : dilihat tanda utama dehidrasi yaitu tingkat kesadaran,


rasa haus, turgor kulit abdomen. Tanda tambahan dehidrasi yaitu ubun-
ubun besar cekung, mata cekung, air mata, mukosa bibir.

Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai dengan kriteria berikut :

1) Tanpa dehidrasi (kehilangan cairan < 5% berat badan)


a) Tidak ditemukan tanda utama dan tanda tambahan.
b) Keadaan umum baik, sadar.
c) Tanda vital dalam batas normal.
d) Ubun-ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata
ada, mukosa mulut dan bibir basah.
e) Turgor abdomen baik, bising usus normal.
f) Akral hangat.
g) Pasien dapat dirawat di rumah, kecuali apabila terdapat
komplikasi lain (tidak mau minum, muntah terus menerus, diare
yang frekuen).

2) Dehidrasi ringan sedang (kehilangan cairan 5-10% berat badan)


a) Apabila didapatkan dua tanda utama ditambah dua atau lebih
tanda tambahan.
b) Keadaan umum gelisah atau cengeng.
c) Ubun-ubun besar sedikit cekung, mata sedikit cekung, air mata
kurang, mukosa mulut dan bibir sedikit kering.
d) Turgor kurang.
e) Akral hangat.
f) Pasien harus rawat inap.
3) Dehidrasi berat (kehilanga cairan > 10% berat badan)
a) Apabila didapatkan dua tanda utama ditambah dua atau lebih
tanda tambahan.
b) Keadaan umum lemah, letargi atau koma.
c) Ubun-ubun besar sangat cekung, mata sangat cekung, air mata
tidak ada, mukosa mulut dan bibir sangat kering.
d) Turgor buruk.
e) Akral dingin.
f) Pasien harus rawat inap (IDAI, 2004).
c. Pemeriksaan penunjang :
1) Tinja :

a) Makroskopis dan mikroskopis.

b) PH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet
clinites, bila diduga terdapat intoleransi gula.

c) Bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.

2) Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah.

3) Pemeriksaan kadar ureum kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.

4) Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium, dan


fosfor dalam serum.

5) Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik


atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan pada
penderita diare kronik (FKUI, 1985).

6. Komplikasi
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat
terjadi berbagai macam komplikasi seperti :
a. Dehidrasi (ringan sedang, berat).
b. Renjatan hipovolemik.
c. Hipokalemi (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah,
bradikardia, perubahan pada elektrokardiogram).
d. Hipoglikemia.
e. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase
karena kerusakan vili mukosa usus halus.
f. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik.
g. Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah, penderita
juga mengalami kelaparan (FKUI, 1985).

7. Terapi

a.Untuk penderita diare tanpa dehidrasi (mengobati penderita diare di


rumah)

1) Memberikan anak lebih banyak cairan dari pada biasanya


untuk mencegah dehidrasi.

a) Menggunakan cairan rumah tangga yang dianjurkan seperti


larutan oralit, makanan yang cair (seperti sup, air tajin) dan jika tidak
ada air matang gunakan larutan oralit untuk anak.

b) Memberikan larutan ini sebanyak anak mau.

c) Meneruskan pemberian larutan ini hingga diare berhenti.

d) Memberikan 6 bungkus oralit untuk dibawa pulang.

2) Memberikan anak makanan untuk mencegah kurang gizi.

a) Meneruskan ASI.

b) Bila anak tidak mendapat ASI berikan susu yang biasa


diberikan. Untuk anak usia kurang dari 6 bulan dan belum mendapat
makanan padat, dapat diberikan susu.

c) Bila anak 6 bulan atau lebih atau telah mendapat makanan


padat :
• Berikan bubur, bila mungkin dicampur dengan kacang-
kacangan, sayur, daging atau ikan.tambahkan 1 atau 2 sendok teh
minyak sayur tiap porsi.

• Berikan sari buah segar atau pisang halus.

• Berikan bubur, bila mungkin dicampur dengan kacang-


kacangan, sayur, daging atau ikan.

• Berikan makanan yang segar.

• Bujuklah anak untuk makan, berikan makanan sedikitnya 6


kali sehari.

• Berikan makanan yang sama setelah diare berhenti, dan


berikan porsi makanan tambahan setiap hari selama 2 minggu.

3) Memberikan tablet Zinc.

a) Dosis Zinc untuk anak-anak :

Anak di bawah umur 6 bulan : 10 mg (1/2 tablet) perhari

Anak di atas umur 6 bulan : 20 mg (1 tablet) perhari

Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut, meskipun anak telah


sembuh dari diare.

b) Cara pemberian tablet Zinc :

Untuk bayi, tablet Zinc dapat dilarutkan dengan air matang, ASI,
atau oralit. Untuk anak-anak yang lebih besar, zinc dapat dikunyah
atau dilarutkan dalam air matang atau oralit.
c) Tunjukan cara penggunaan tablet zinc kepada orang tua atau
pengasuh dan meyakinkan bahwa pemberian tablet zinc harus
diberikan selama 10 hari berturut-turut meskipun anak telah sembuh
dari diare.

4) Membawa anak kepada petugas kesehatan bila anak tidak


membaik dalam tiga hari atau menderita sebagai berikut :

a) Buang air besar cair lebih sering.

b) Muntah berulang-ulang.

c) Rasa haus yang nyata.

d) Makan atau minum sedikit.

e) Demam.

f) Tinja berdarah.

b. Untuk terapi dehidrasi ringan/sedang (pemberian oralit di sarana


kesehatan)

1) Jumlah oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama :

a) Oralit yang diberikan dihitung dengan mengalikan berat badan


penderita (kg) dengan 75 ml.

b) Bila anak menginginkan lebih banyak oralit berikanlah.

c) Membujuk ibu untuk meneruskan ASI.

d) Untuk bayi di bawah 6 bulan yang tidak mendapat ASI dapat


juga diberikan 100-200 ml air masak.
8. Upaya Kegiatan Pencegahan Diare
a. Mencuci tangan pakai sabun dengan benar pada lima waktu penting yaitu
sebelum makan, setelah buang air besar, sebelum memegang bayi, setelah
membersihkan anak dari BAB, dan sebelum menyiapkan makanan.

b. Pemberian ASI. Pemberian ASI saja , tanpa cairan atau makanan lain dan
tanpa menggunakan botol yang kotor, menghindarkan anak dari bahaya
bakteri dan organism lain yang akan menyebabkan diare. Keadaan ini disebut
dengan pemberian ASI eksklusif. Bayi – bayi harus disusui secara penuh
sampai mereka berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan, pemberian ASI diteruskan
sambil ditambah dengan makanan lain.

c. Makanan pendamping ASI berupa makanan lunak, ketika berusia 6 bulan.


Tambahkan minyak, lemak, dan gula ke dalam nasi/bubur dan biji-bijian
untuk energy. Tambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging, kacang –
kacangan, buah – buahan, dan sayur – sayuran.

d. Menggunakan air bersih yang cukup. Masyarakat dapat mengurangi resiko


terhadap serangan diare yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan
melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai
penyimpanan di rumah. Yang harus diperhatikan oleh keluarga :

- Ambil air dari sumber yang bersih

- Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta gunakan
gayung khusus untuk mengambil air

- Jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan untuk mandi anak
– anak

- Minum air yang sudah matang


- Cuci semua peralatan masak dan makan dengan air yang bersih dan
cukup

e. Makanan Sehat. Makanan dapat terkontaminasi oleh penyebab diare pada


tahap produksi dan persiapan, dan penyimpanan. Masaklah makanan dengan
benar, pisahkan makanan yang telah dimasak dan yang belum dimasak,
pisakan pula makanan yang telah dicuci bersih dan yang belum dicuci, dan
jaga makanan dari serangga seperti lalat.

f. Menggunakan Jamban. Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa


uapaya penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan
resiko terhadap penyakit diare. Yang harus diperhatikan oleh kelurga :

- Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat


dipakai oleh seluruh keluarga.

- Bersihkan jamban secara teratur.

- Bila tidak ada jamban, jangan biarkan anak – anak pergi ke tempat
buang air besar sendiri, buang air besar hendaknya jauh dari rumah,
jalan setapak, dan tidak di tempat anak – anak bermain serta lebih
kurang 10 meter dari sumber air.

- Gunakan alas kaki bila akan buang air besar

g. Pengelolaan sampah yang baik supaya makanan tidak tercemar serangga


(lalat, kecoa, kutu, lipas, dan lain-lain).

h. Buang air besar dan air kecil bayi pada tempatnya. Yang harus diperhatikan
oleh keluarga :

- Kumpulkan segera tinja bayi atau anak kecil dan buang ke jamban
- Bantu anak – anak buang air besar di tempat yang bersih dan mudah
dijangkau olehnya
- Bila tidak ada jamban, pilih tempat untuk membuang tinja anak
seperti dalam lubang atau di kebun kemudia ditimbun.
- Bersihkan dengan benar setelah buang air besar dan cuci tangan
dengan sabun

i. Pemberian imunisasi campak

Anak yang sakit campak sering disertai diare, sehingga pemberian imunisasi
campak juga dapat mencegah diare. Oleh karena itu segera beri anak
imunisasi campak segera setelah berumur 9 bulan (Dinas Kesehatan Jawa
Tengah, 2008).

9. Penanggulangan KLB Diare

Untuk penanggulangan KLB diare dapat dibagi menurut phase terjadinya


KLB, yaitu masa pra-KLB, masa saat KLB, dan masa paska KLB.

a. Masa pra-KLB

- Meningkatkan kewaspadaan di puskesmas


- Intensifikasi surveilans
- Membentuk Tim Gerak Cepat
- Mengintensifikasi penyuluhan kesehatan masyarakat
- Meningkatkan kegiatan laboratorium
- Perbaikan dan evaluasi sanitasi
- Meningkatkan kegiatan lintas program dan sektor
b. Masa saat KLB, tatalaksana penanggulangan :

- Penyelidikan KLB yang kegiatannya terdiri atas 2 kegiatan pokok


yaitu pemutusan mata rantai penularan dan intensifikasi
pengamatan baik terhadap penderita maupun terhadap faktor resiko.
- Penanggulangan penderita diare, dengan ketentuan masa KLB perlu
dibentuk pusat rehidrasi, mengaktifkan Tim Gerak Cepat dengan
jumlah personilnya disesuaikan dengan besar kecilnya KLB serta
luas daerah operasionalnya.
- Pemutusan rantai penularan dengan ketentuan, perhatian utama
upaya pemutusan rantai penularan penyakit diare pada saat KLB
diare meliputi, peningkatan kualitas kesehatan lingkungan yang
mencakup penyehatan dan perbaikan kualitas air bersih, penyehatan
dan perbaikan kualitas sarana pembuangan kotoran, dan penyehatan
dan perbaikan kualitas persampahan meliputi pengendalian vektor.
Selain itu juga meliputi penyuluhan kesehatan yang mencakup
pemanfaatan jamban, pemanfaatan air bersih dan memasak air
untuk minum, kebersihan perorangan dan lingkungan, dan
pengendalian serangga/ lalat.
- Pengamatan intensif terhadap penderita, pengamatan dilakukan
untuk memperoleh data tentang jumlah penderita dan kematian
serta penderita baru yang belum dilaporkan dengan melakukan
pengumpulan data secara harian pada daerah fokus dan daerah
sekitarnya yang diperkirakan mempunyai resiko tinggi terjangkit
diare.

c. Masa pasca- KLB


- Pengamatan intensif masih dilakukan selama 2 minggu berturut –
turut, untuk melihat kemungkinan timbulnya letusan kecil yang
lain.
- Perbaikan sarana lingkungan yang diduga penyebab penularan.
- Penyuluhan kesehatan untuk merubah perilaku hidup sehat (Dinas
Kesehatan Jawa Tengah, 2008).

B. Profil Puskesmas

1. Gambaran Umum Puskesmas Grogol


Luas wilayah daerah kerja Puskesmas Grogol ± 19.567.000 m2. Jumlah
desa wilayah kerja Puskesmas Grogol sebanyak 14 desa berupa dataran rendah
dengan transportasi mudah. Jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas Grogol
± 111.254 jiwa (Laki-laki ± 55.105 jiwa dan perempuan ± 56.149 jiwa).

Mata pencaharian penduduk meliputi: petani,buruh tani, pengusaha, pns,


ABRI, pensiunan, buruh industri, buruh bangunan, pedagang, dan lain-lain.
Sarana Pendidikan yang tersedia berupa: TK=56, SD=49, SMP=3,
SMA/SMK=3, Universitas=0.

Wilayah kerja puskesmas Grogol meliputi satu wilayah kecamatan.


Puskesmas mempunyai tanggung jawab terhadap wilayahnya dengan kata lain
puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas pemeliharaan
kesehatan diwilayah kerjanya.

Puskesmas kecamatan Grogol berdiri tahun 1976, dan tanggal 9 Januari


2009 bergabung menjadi satu yang mempunyai 14 Desa dengan batas-batas
wilayah kerja sebagai berikut :
1) Utara : Kota Surakarta

2) Timur : Kecamatan Polokarto

3) Selatan: Kecamatan Sukoharjo

4) Barat : Kecamatan Baki

Gambar 2. Peta wilayah kerja puskesmas Grogol

Puskesmas Kecamatan Grogol terdiri dari gedung puskesmas induk


bertempat di tanah desa Madegondo dengan luas tanah 1000m2 : jalan raya
Grogol No. 47 Desa Medegondo, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo,
telepon (0271) 622701.

Puskesmas di desa Cemani, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo


telepon (0271) 714052), Puskesmas pembantu di Desa Telukan, Desa
Pandeyan, Desa Kwarasan. Puskesmas keliling di Desa Pondok, Desa Kadokan,
Desa Parangjoro, Desa Banaran, Desa Sanggrahan, Desa Gedangan, Desa
Manang.

Selain itu terdapat juga Poliklinik dan Poliklinik Kesehatan Desa (PKD)
di Desa Pondok, Desa Langenharjo, Desa Telukan, Desa Pandeyan, Desa
Kadokan, Desa Parangjoro, Desa Madegondo, Desa Grogol, Desa Kwarasan,
Desa Banaran, Desa Sanggrahan, Desa Gedangan, Desa Manang, Desa Cemani.
Posyandu yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Grogol tahun 2009
berjumah 132 pos untuk posyandu balita dan 86 pos untuk posyandu lansia.

2. Keadaan Umum Puskesmas Grogol

a. Sarana

1) Puskesmas Induk Grogol = 1 Unit

2) Puskesmas Cemani = 1 Unit

3) Puskesmas pembantu = 3 Unit

4) Puskesmas keliling = 9 Unit

5) PKD = 14 Unit

6) Rawat Inap = 1 Unit

7) Mobil pusling = 2 Unit

8) Sepeda Motor = 13 Unit

9) Posyadu lansia = 86 Pos

10) Posyandu pratama = 22 Pos

11) Posyandu Madya = 33 Pos


12) Posyandu purnama = 68 Pos

13) Posyandu mandiri = 11 Pos

b. Tenaga dan sumber daya manusia (Total tenaga : 80 orang)

1) Dokter Umum = 6 orang

2) Dokter Gigi = 2 orang

3) Bidan Puskesmas = 17 orang

4) Bidan Desa = 17 orang

5) Perawat = 16 orang (2 Perawat magang)

6) Perawat Gigi = 1 orang

7) Pekarya = 4 orang

8) Ass Apoteker/ S.Farm= 3 orang

9) Ahli gizi = 1 orang

10) Staff/ TU = 6 orang

11) Tenaga lain = 2 orang

12) Fisioterapi = 2 orang

13) Analis kesehatan = 1 orang

14) Petugas sanitasi = 1 orang

c. Dana

1) APBD
2) JPKMM

3) ASKES

BAB III
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Data Umum Puskesmas Grogol di Kecamatan Grogol


NO Data Umum Cakupan Keterangan
1. Jumlah Penduduk Kecamatan 105.957
Grogol Tahun 2009 jiwa
2. Jumlah Kunjungan Pasien 70.509
Puskesmas Grogol Januari 2009- Jiwa
Desember 2009

3. Sarana Jamban Keluarga 11.399


4. Jumlah MCK/WC umum 31
5 Jumlah SGL 6.491
6 Jumlah SPT 8.705
7 Jumlah TPS 66
8 Jumlah TPA -

B. Data penemuan penyakit diare di Puskesmas Grogol


No. Desa Jumlah Sarana kesehatan lingkungan
Jamban,mck,dll
1 Telukan 354
2 Madegondo 295
3 Cemani 255
4 Grogol 198
5 Pondok 186
6 Solo 183
7 Kadokan 159
8 Lengnharjo 126
9 Sanggrahan 121
10 Kwarasan 101
11 Banaran 63
12 Parangjoro 58
13 Sukoharjo 37
14 Pandeyan 35
15 Manang 33
16 Gedangan 33
17 Baki 21
18 Polokarto 15
19 Luar kabupaten 9
sukoharjo
20 Baron, laweyan 4
21 Mojolaban 1
22 Tipes 1
Jumlah 2.288

C. Kebijaksanaan Puskesmas dalam penanganan diare


Dalam hal ini puskesmas grogol melakukan kebijaksanaan yang berupa :
a. Kebijaksanaan Umum
Menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit diare dengan pendekatan
“Paradigm Sehat”.
Secara kongkrit menjaga mesyarakat tetap sehat dan terhindar dari penyakit diare,
sedangkan yang terlanjur sakit diupayakan agar jangan sampai meninggal dan
mencegah terjadinya dehidrasi.
b. Kebijaksanaan Operasional
a. Memantapkan tatalaksanaan standart disarana kesehatan maupun masyarakat
b. Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan petugas.
c. Mengembangkan dan menyebarluaskan bagan tatalaksana dan pencegahan
penyakit.
d. Penanggulangan KLB Diare.
e. Bimbingan teknis
f. Evaluasi hasil kegiatan
c. Kebijaksanaan Teknis
a. Tatalaksana diare di sarana kesehatan.
b. Tatalaksana diare di Rumah Tangga.
c. Penanggulangan KLB Diare.
d. Pencegahan
a. Pemberian ASI
b. Pemberian makanan pendamping ASI
c. Perbaikan dan assessment sarana sanitasi
d. Cuci tangan
e. Pengelolaan sampah
f. Perbaikan dan assessment jamban keluarga.
d. Kegiatan Pokok P2M penyakit diare.
a. Perencanaan
b. Penemuan dan tatalaksanan penderita diare
Penemuan penderita diare sedini ungkin
c. Pencatatan dan pelaporan
a. Sensus harian
b. Laporan mingguan (form W2)
c. Laporan bulanan(form p4D)
d. Laporan tahunan
d. Menanggulangi KLB diare
a. Penemuan dan pengobatan secara aktif dan pasif
b. Melakukan rujukan dengan cepat dan tepat
c. Perbaikan lingkungan bersama dengan program terkait
d. Koordinasi dengan LS dan LP
e. Logistic dan pemantauan
a. Penyediaan bahan tatalaksana diare
i. Oralit
ii. RL
iii. Kaporit
b. Permintaan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing wilayah.
f. Forum koordinasi
a. Kerjasama dengan LP dan LS
i. Kerjasama dengan PKK dalam upaya pelayanan kesehatan oleh
kader di posyandu dan rumah tangga.
ii. Kerjasama dengan PLPM dalam upaya perbaikan lingkungan
danpromosi kesehatan
g. Survailen epidemiologi diare
a. Pembuatan data pelengkap
i. Grafik mingguan KLB.
ii. Grafik bulanan.
iii. Grafik max-min
iv. Data curah hujan per bulan
h. Evaluasi
a. Data dievalusi menggunakan indicator program.

D. Indikator Program
a. Standar pelayanan Minimal (100%)
% Balita diare yang ditangani
Jumlah balita yag diare yang ditangani sesuai standart dalam satu
wilayah kerja dalam kurun waktu 1 tahun.
Tatalaksana Standar Diare :
a. Tanpa dehidrasi = terapi A
b. Dehidrasi ringan = terapi B
c. Dehidrasi berat = terapi C
Perkiraan penderita
Jumlah perkiraan penderita = jumlah penduduk x angka insiden
= 105.957 x 423/1000
= 44.501
Diare sumur = 15% x 25% x jumlah penduduk
= 15% x 25% x 105.957
= 26.489
Balita diare = 50% x diare sumur
= 13.244
% Balita ditangani = jumlah balita diare yang ditangani/perkiraan balita diare x 100%
b. Cakupan Pelayanan Kesehatan (100%)
= jumlah penderita dilaporkan ke sarkes dan kader x 100%
target penemuan penderita
= 22.127 x100%
44.501
= 49%
c. Target Penemuan Penderita Diare
= 22% x jumlah penderita
= 22% x 22.127
= 4.867
d. Cakupan Oralit (100%)
= jumlah penderita diare diberikan Oralit x 100%
jumlah total penderita diare
= 17.951 x 100%
22127
= 81%
e. Kualitas tatalaksana
a. rasio pemberian oralit : ±6
jumlah bungkus oralit (200ml)
jumlah penderita diare diberi oralit
b. penderita dehidrasi berat : < 3%
= jumlah penderita diberi RL x 100%
jumlah penderita diare dilayani
= 704 x 100%
21.611
= 3.2%
f. Angka Kematian penderita diare (CFR)
= Jumlah penderita yang mati
Jumlah penderita yang dilayani
= 4 x 100%
22127
= 0.01%

g. Peran serta Masyarakat


Cakupan pelayanan diare oleh kader ; 40-60 %
= Jumlah penderita dilayani kadeer x 100%
Total penderita dilayani di SARKES+KADER
= 516 x 100%
22.127
= 2,3%
E. Pembahasan
Berdasarkan paparan data diatas didapatkan beberapa hasil evaluasi yang
masih mengecawakan diantaranya Cakupan Pelayanan Kesehatan yang hanya 49%
Cakupan Oralit 81%, penderita dehidrasi berat : 3.2%, dan angka Peran serta
Masyarakat 2,3%. Berdasar pengamatan kami hal-hal tersebut dapat dipengaruhi oleh
beberapa hal antara lain karena:
1. Dirasa kurangnya tenaga medis dan kesehatan di Kecamatan Grogol menjadi
salah satu penyebab minimnya angka cakupan kesehatan di kecamatan Grogol
2. Kurangnya sosialisasi, dan antusiasisme masyarakat dapat menjadi penyebab
minimnya cakupan pelayanan kesehatan, cakupan oralit dan angka peran serta
masyarakat.
3. Kurangnya pengetahuan akan bahaya dari penyakit diare menyebabkan
masyarakat sering terlambat mendatangi sarana-sarana kesehatan saat
menderita diare, hal ini menyebabkan tinggi angka penderita diare yang
mengalami dehidrasi berat.
Berdasarkan data yang diperoleh tentang penyakit diare di puskesmas grogol
berdasarkn angka prevalensi 1 tahun yaitu
Data Kunjungan pasien selama Penyakit diare
Lingkup 1 tahun
Puskesmas grogol tahun 49.616 1.704
2008
Puskesmas grogol tahun 78.347 2.288
2009

Berdasarkan table diatas, dapat diketahui bahwa penyakit diare angka prevalensinya
cukup tinggi yaitu dari tahun 2008 dan tahun 2009 jumlahnya meningkat, hal ini
dapat disebabkan karena beberapa faktor yaitu:
a. Pelayanan Kesehatan
1. Dokter
Kurangnya tenaga dokter serta ketidakseterdiaan obat-obatan yang sesuai
dengan tatalaksana diare menyebabkan kurang maximalnya pelayanan
terhadap penderita penyakit diare.
2. Pemeriksaan Laboratorium
a. Tidak dilakukannya pemeriksaan lab cholera pada seluruh penderita
diare di cakupan wilayah puskesmas grogol.
b. Tidak dilakukannya pemeriksaan tinja pada penderita penyakit diare.
3. Promkes dan P2M Puskesmas
a. Kurangnya tenaga kesehatan sehingga menjadi faktor peyulitkan dan
penghambat dalam penyuluhan tentang penyakit diare secara berkala.
b. Kurangnya sarana kesehatan dan luasnya daerah cakupan puskesmas
Grogol menyebabkan tidak terjangkaunya masyarakat didaerah pinggiran.
c. Kurang intensifnya penetapan dan penyuluhan tentang PHBS
d. Kurangnya komunikasi, informasi dan edukasi.
e. Belum adanya program pengelolaan, pengawasan dan penyediaan Air
Bersih oleh puskesmas Grogol.
b. Masyarakat
1. Kepadatan penduduk yang tidak merata
2. Sumber daya manusia
3. Belum adanya PHBS
4. Pengadaan air bersih yang kurang
5. Kebersihan lingkungan
6. Sosial dan budaya
D. Analisis Strategi

Kekuatan Internal
(STRENGH)
Tenaga Medis
Tenaga Kesehatan
Laboratorium
Obat-obatan
Sumber dana

Kelemahan internal
(WEAKNEES)
Berbagai Ancaman
Kurangnya aktivitas
(TREATHS)
jejaring internal
Kesadaran masyarakat
Dokter sering tidak
melakukan pemeriksaan Kepadatan penduduk
laboratorium untuk Sosial
diagnosis diare. Kebersihan lingkungan
Pengetahuan tentang penggunaan antidiare
standart penatalaksanaan yang tidak tepat
diare.
Berbagai Peluang
(OPORTUNITY)
Pokja Desa
Kebiasaan MCK
dengan benar
E. Rencana strategi
Pengadaan air bersih
Dari hasil analisis dapat dirumuskan rencana strategi sebagai upaya pengembangan
Jamban yang benar
dalam kegiatan di puskesmas grogol.
1) STRATEGI (STRENGH)
Mengoptimalkan KEKUATAN untuk memanfaatkan PELUANG dengan :
a. Memberikan pelatihan/TOT kepada tenaga medis dan tenaga kesehatan.
b. Melakukan komunikasi dan koordinasi antara tenaga medis da tenaga
kesehatan.
c. Mengembangkan kualitas dan kuantitas yang ada
d. Memanfaatkan sarana secara optimal
e. Menerapkan standar pelayanan prima dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan
f. Membangun kerjasama dengan lintas sektoral dan pihak ketiga.
2) STRATEGI (OPORTUNITY)
Memanfaatkan KELEMAHAN untuk meningkatkan PELUANG dengan :
a. Adanya POKJA dan PKD di masyarakat dapat dioptimalkan
b. Konsultasi ke dinas untuk mendapatkan dukungan
c. Melakukan tindakan advokasi kepada pihak-pihak terkait termasuk industri
didaerah cakupan Puskesmas Grogol.
d. Pengelolaan sampah.
e. Pengoptimalan penggunaan Mobile Dringking Water.
3) STRATEGI (TREATHS)
Memanfatkan KEKUATAN untuk mengatasi ANCAMAN dengan :
a. Perekrutan dan pelatihan Kader.
b. Mensosialisasikan dan mengoptimalkan program KB
c. Sosialisasi PHBS
d. Pemberian penyuluhan serta edukasi tentang penatalaksanaan diare yang
tepat.

4) STRATEGI (WEAKNES)
Meminimalkan KELEMAHAN untuk menghadapi ANCAMAN dengan peningkatan
komitmen yang baik untuk melayani masyarakat
a. Melakukan Rapat Koordinasi berkala
b. Memberikan pelatihan/TOT kepada tenaga medis dan tenaga kesehatan.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan paparan data diatas didapatkan beberapa hasil evaluasi yang
masih kurang diantaranya Cakupan Pelayanan Kesehatan yang hanya 49% Cakupan
Oralit 81%, penderita dehidrasi berat : 3.2%, dan angka Peran serta Masyarakat
2,3%. Berdasar pengamatan hal-hal tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa hal
antara lain karena:
1. Dirasa kurangnya tenaga medis dan kesehatan di Kecamatan Grogol menjadi
salah satu penyebab minimnya angka cakupan kesehatan di kecamatan Grogol
2. Kurangnya sosialisasi, dan antusiasisme masyarakat dapat menjadi penyebab
minimnya cakupan pelayanan kesehatan, cakupan oralit dan angka peran serta
masyarakat.
3. Kurangnya pengetahuan akan bahaya dari penyakit diare menyebabkan
masyarakat sering terlambat mendatangi sarana-sarana kesehatan saat menderita
diare, hal ini menyebabkan tinggi angka penderita diare yang mengalami dehidrasi
berat.
Penyakit diare angka prevalensinya cukup tinggi, hal ini dapat disebabkan
karena beberapa faktor yaitu:
a. Pelayanan Kesehatan
1. Dokter
Kurangnya tenaga dokter serta ketidakseterdiaan obat-obatan yang sesuai
dengan tatalaksana diare menyebabkan kurang maximalnya pelayanan
terhadap penderita penyakit diare.
2. Pemeriksaan Laboratorium
a. Tidak dilakukannya pemeriksaan lab cholera pada seluruh penderita diare di
cakupan wilayah puskesmas grogol.
b. Tidak dilakukannya pemeriksaan tinja pada penderita penyakit diare.
3. Promkes dan P2M Puskesmas
a. Kurangnya tenaga kesehatan sehingga menjadi faktor peyulitkan dan
penghambat dalam penyuluhan tentang penyakit diare secara berkala.
b. Kurangnya sarana kesehatan dan luasnya daerah cakupan puskesmas Grogol
menyebabkan tidak terjangkaunya masyarakat didaerah pinggiran.
c. Kurang intensifnya penetapan dan penyuluhan tentang PHBS
d. Kurangnya komunikasi, informasi dan edukasi.
e. Belum adanya program pengelolaan, pengawasan dan penyediaan Air Bersih
oleh puskesmas Grogol.
b. Masyarakat
1. Kepadatan penduduk yang tidak merata
2. Sumber daya manusia
3. Belum adanya PHB
4. Pengadaan air bersih yang kurang
5. Kebersihan lingkungan
6. Sosial dan budaya
B. Saran
Agar masalah pencegahan penyakit Diare dapat diatasi dengan baik, maka
kami menyarankan ada beberapa hal yang perlu dilakukan, sebagai berikut:
1. Meningkatkan swadaya masyarakat untuk menjadi kader puskesmas.
2. peningkatan skill tenaga kesehatan salah satunya dengan mengadakan
pelatihan-pelatihan kepada tenaga kesehatan.
3. Program penyuluhan PHBS ke masyarakat lebih ditingkatkan frekuensinya
dengan menggunakan metode praktek langsung dan media komunikasi seperti
leaflet dan poster lebih diperbanyak jumlahnya.
4. Setiap penyuluhan agar dapat diukur pengetahuan warga dengan mengadakan
pretest dan posttest terbatas
5. Perlu diadakannya monitoring yang baik sehingga masyarakat melakukan
PHBS tersebut dengan benar baik didalam maupun diluar rumah.
DAFTAR PUSTAKA
1. Elok, 2008. Lingkungan, Sanitasi Buruk, Ancam Kehidupan. Togar Arifin
Silaban.htm. Togar Arifin Silaban 2007. Powered by wordpress & enhanced.
2. Satriya, 2008. Diare Pada Anak. Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD Arifin
Achmad / FK-UNRI, Diponegoro, Pekanbaru. www. Unri. com.
3. Wikipedia, 2010. Diare. www.Wikipedi.com.
4. Heni, 2008. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Kejadian Diare
Pada Anak Balita Di Wilayah Kerja Mojolaban Kabupaten Sukoharjo.
www.wordpress.com.
5. Violita, 2009. Hubungan Pemberian Susu Formula Dengan Kejadian Diare
Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngaklik. Program Studi III Kebidanan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Resepati Yogyakarta.pdf.
6. Alfianto, 2009. Efektivitas Pendidikan Kesehatan Tentang Diare Pada Anak
Balita Di Desa Pucangan Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura Kabupaten
Sukoharjo. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Skripsi.
7. Dewayani, 2008. Pengetahuan Ibu Balita Mengenai Keamanan Pangan
Ditinjau Dari Faktor Pendidikan, Status Pekerjaan, Dan Pendapatan Keluarga Di
Kelurahan Banmati Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo. Skripsi.
8. FKUI, 1985. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 1. Jakarta : Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
9. Sophia, E., 2009. Diare Pada Bayi dan Anak. www.medicastore.com
10. IDAI, 2004. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak Edisi 1. Badan
Penerbit IDAI

You might also like