Professional Documents
Culture Documents
DI GI BUKIT SIGUNTANG
TUGAS AKHIR
Oleh :
DWI FEBRIYANTI
03033140024
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2007
EVALUASI SETTING OVER LOAD SHEDDING (OLS)
DI GI BUKIT SIGUNTANG
TUGAS AKHIR
Oleh :
DWI FEBRIYANTI
03033140024
Mengetahui,
PENDAHULUAN
jaringan dari PLTG Musi II ke GI Bukit Siguntang. Hal ini dilakukan agar bila
terjadi gangguan dari salah satu sisi, maka sisi lain dapat mem-backup pasokan energi
listrik. Gangguan yang mungkin sering terjadi adalah gangguan arus lebih, baik yang
disebabkan gangguan hubung singkat maupun beban lebih. Gangguan ini dapat
penyulang.
Pada tugas akhir ini, PLTG Musi 2 mengalami gangguan sehingga terjadi
memutuskan beban-beban yang dianggap kurang penting. Dalam hal ini selektivitas
dipadamkan tetapi masih terjadi overload maka dapat dilakukan pemadaman pada
Dimana, setting OLS ini harus dikoordinasikan dengan setting OCR sehingga tidak
terjadi salah kerja antara keduanya. Sehingga pemadaman dapat dikurangi dan
keandalan sistem tenaga dapat ditingkatkan. Maka dari itu penulis dalam tugas akhir
ini akan menganalisa setting Over Load Shedding (OLS) pada GI Bukit Siguntang
akibat beban lebih yang disebabkan pemutusan daya dari PLTG Musi 2.
mengatasi beban lebih (overload) akibat berkurangnya pasokan daya yang berasal
dari PLTG Musi 2. Untuk itu diperlukan penyetelan Overload Shedding (OLS) di GI
Bukit Siguntang secara teliti sehingga dapat mengatasi terjadinya beban lebih.
Masalah pada tugas akhir ini hanya dibatasi pada setting Overload Shedding
(OLS) dan koordinasinya dengan Overcurrent Relay (OCR) pada GI Bukit Siguntang
singkat.
I.4 Tujuan dan Manfaat
Tujuan dan manfaat yang dapat diambil dari penulisan tugas akhir ini adalah :
2. Mengetahui seberapa besar beban yang masih bisa disuplai bila salah satu
beban lebih pada saluran dan kaitannya dengan rele arus lebih.
Study Literatur
Study ini bertujuan untuk mempelajari literatur yang berkaitan dengan proteksi
sistem tenaga.
Pengumpulan Data
Data-data yang diperlukan dalam penulisan tugas akhir ini antara lain :
Siguntang sampai dengan titik beban terujung untuk tiap penyulang yang
berupa single line diagram, jenis kabel, impedansi, panjang saluran, dan lain-
lain.
penyulang.
Pelayanan Transmisi P3B, GI Bukit Siguntang, dan PT. Pura Daya Prima sebagai
Menganalisis Data
Dari data-data yang diperoleh akan dilakukan evaluasi setting Overload Shedding
(OLS) pada GI Bukit Siguntang dengan cara menghitung arus maksimum yang
Setelah itu, hasil yang didapat dikoordinasikan dengan setting rele arus lebih.
Menarik Kesimpulan
Dari hasil perbandingan data yang ada dan perhitungan yang dilakukan maka
BAB I PENDAHULUAN
Merupakan uraian umum yang memuat latar belakang masalah, perumusan
Pada bab ini pembahasan difokuskan pada setting Overload Shedding (OLS),
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran berdasarkan hasil dan pembahasan
2.1 Umum
tenaga listrik dimulai dari pembangkitan sampai dengan jaringan distribusi. Oleh
sebab itu, bila terjadi gangguan maka diperlukan suatu peralatan proteksi yang dapat
Suatu sistem tenaga listrik dibagi ke dalam seksi-seksi yang dibatasi oleh
PMT. Tiap seksi memiliki relai pengaman dan memiliki daerah pengamanan (Zone of
Protektion). Bila terjadi gangguan, maka relai akan bekerja mendeteksi gangguan dan
PMT akan trip. Gambar 2.1 berikut ini dapat menjelaskan tentang konsep pembagian
daerah proteksi.
prime
over
Gambar 2.1. Pembagian daerah proteksi pada sistem tenaga
Pada gambar 2.1 di atas dapat dilihat bahwa daerah proteksi pada sistem
tenaga listrik dibuat bertingkat dimulai dari pembangkitan , gardu induk, saluran
daerah 1
distribusi primer sampai ke beban. Garis putus-putus menunjukkan pembagian daerah
daerah 2
sistem tenaga listrik ke dalam beberapa daerah proteksi. Masing-masing daerah
memiliki satu atau beberapa komponen sistem daya disamping dua buah pemutus
Batas setiap daerah menunjukkan bagian sistem yang bertanggung jawab untuk
Aspek penting lain yang harus diperhatikan dalam pembagian daerah proteksi
adalah bahwa daerah yang saling berdekatan harus saling tumpang tindih
(overlap), hal ini dimaksudkan agar tidak ada sistem yang dibiarkan tanpa
perlindungan. Pembagian daerah proteksi ini bertujuan agar daerah yang tidak
waktu tertentu sebagai pembantu proteksi utama pada daerah tertentu yang
dibutuhkan.
Rele Proteksi
Pemutus tenaga (PMT) : Sebagai pemutus arus untuk mengisolir sirkuit yang
terganggu.
Tranducer yang terdiri dari sumber daya pembantu
Baterai : sebagai sumber tenaga untuk mentripkan PMT dan catu daya untuk
Rele proteksi adalah sebuah peralatan listrik yang dirancang untuk mendeteksi
bila terjadi gangguan atau sistem tenaga listrik tidak normal. Rele pengaman
merupakan kunci kelangsungan kerja dari suatu sistem tenaga listrik, dimana
gangguan segera dapat dilokalisir dan dihilangkan sebelum menimbulkan akibat yang
lebih luas. Gambar 2.2 berikut menggambarkan diagram blok urutan kerja rele
pengaman.
GANGGUAN
Gambar 2.2 Diagram Blok Urutan Kerja Rele Pengaman
Rele pengaman mempunyai tiga elemen dasar yang bekerja saling terkait
untuk memutuskan arus gangguan. Ketiga elemen dasar tersebut dapat dijelaskan
Berfungsi untuk membandingkan arus yang masuk ke rele pada saat ada
Ketiga elemen dasar rele proteksi di atas dapat dijelaskan oleh gambar 2.3 di bawah
ini :
SENSING
ELEMENT
2.2.5.1 Fungsi Rele Proteksi
Fungsi rele proteksi pada suatu sistem tenaga listrik antara lain :
Atau dengan kata lain fungsi dari suatu sistem proteksi adalah :
1. Kepekaan (sensitivity)
Pada prinsipnya rele harus cukup peka sehingga dapat mendetekasi gangguan di
2. Keandalan (reliability)
Maksud dari keandalan adalah bahwa sebuah rele proteksi harus selalu berada
diamankan.
dengan baik dan benar. Pada prinsipnya pengaman harus dapat diandalkan
• Security, adalah tingkat kepastian suatu sistem relai untuk tidak salah
dalam keadaan siap kerja (actually in service) dan waktu total operasinya.
3. Selektifitas (selectivity)
daerah proteksi utama dimana pengaman harus bekerja cepat atau terletak di luar
zona proteksinya dimana pengaman harus bekerja dengan waktu tunda atau tidak
terganggu harus dipisahkan secepat mungkin dari bagian sistem lainnya. Selang
merupakan penjumlahan dari waktu kerja relai dan waktu kerja pemutus daya (
5. Sederhana (Simplicity)
Relai pengaman harus disusun sesederhana mungkin namun tetap mampu bekerja
6. Ekonomis (Ekonomic)
sebagai berikut :
Adalah suatu rangkaian peralatan rele pengaman yang memberikan respon terhadap
kenaikan arus yang melebihi harga arus yang telah ditentukan pada rangkaian yang
diamankan.
Keuntungan dari penggunaan proteksi rele arus lebih ini antara lain :
• Mudah penyetelannya
• Mengamankan gangguan hubung singkat antar fasa, satu fasa ke tanah, dan
ukur. Rele akan bekerja jika mendeteksi adanya penurunan tegangan melampaui
batas yang telah ditetapkan..Untuk waktu yang relatif lama tegangan turun adalah
lebih kecil dari 5% dari tegangan nominal dan dalam jangka waktu jam beberapa
penurunan efisiensi.
c. Rele jarak (Distance Relay)
Adalah rele yang bekerja dengan mengukur tegangan pada titik rele dan arus
gangguan yang terlihat dari rele, dengan membagi besaran tegangan dan arus, maka
Adalah rele pengaman yang bekerja karena adanya besaran arus dan tegangan
yang dapat membedakan arah arus gangguan ke depan atau arah arus ke belakang.
Rele ini merupakan pengaman cadangan dan bila bekerja akan mengerjakan perintah
trip.
Adalah rele yang bekerja mengamankan transformator bila ada gangguan satu
fasa ketanah di dekat titik netral transformator yang tidak dirasakan oleh rele
differensial.
Adalah rele yang bekerja berdasarkan Hukum Kirchof, dimana arus yang
masuk pada suatu titik sama dengan arus yang keluar dari titik tersebut. Yang
dimaksud titik pada proteksi diferensial ialah daerah pengamanan, dalam hal ini
Gangguan yang diamankan oleh proteksi arus lebih dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
Berdasarkan karakteristik dari waktu kerjanya rele arus lebih dapat dibedakan
menjadi :
Rele ini bekerja dengan sangat cepat (tidak ada penundaan waktu) atau
dengan kata lain jangka waktu antara terjadinya gangguan dan selesainya kerja rele
sangat singkat.
t (s)
I(A)
Jangka waktu kerja rele ini dari mulai start sampai selesainya kerja rele
diperpanjang dengan nilai tertentu dan tidak tergantung dari besarnya arus yang
menggerakkannya
t (s)
b. Rele Arus Lebih dengan Waktu Terbalik ( inverse time overcurrent relay )
Rele arus lebih dengan karakteristik waktu terbalik adalah jika jangka waktu
mulainya rele pick up sampai selesainya kerja rele diperpanjang dengan besar nilai
Jenis karakteristik inverse rele dengan waktu terbalik dapat dibedakan menjadi :
Is
VI
LTI
SI
EI
Pada rele ini semakin besar arus yang mengalir maka kerja rele akan semakin
cepat, tetapi pada saat tertentu yaitu saat mencapai waktu yang ditentukan maka kerja
I(A)
transformator dan memiliki kemampuan atau daya tahan terhadap 110% pembebanan
fasa ke tanah. Gangguan yang terjadi dapat bersifat temporer atau permanen.
tertiup angin.
mekanis. Kerusakan termis tergantung besar dan lama arus gangguan, sedangkan
pada AVR.
dimana unit pembangkit yang lepas lebih besar dari spinning reserve maka
e. Gangguan Instability
ayunan daya (power swing) atau menyebabkan unit-unit pembangkit lepas sinkron.
Dalam sistem tenaga listrik, upaya untuk mengatasi gangguan dapat dilakukan
dengan cara :
gangguan.
BAB III
Untuk menjamin keandalan dari suatu sistem tenaga listrik diperlukan suatu
proteksi yang baik terhadap gangguan yang terjadi pada sistem tenaga listrik tersebut.
Gangguan pada salah satu sisi interkoneksi dapat menyebabkan pemutusan daya pada
sisi yang mengalami gangguan. Hal ini menyebabkan laju kenaikan arus pada unit-
unit pembangkit lain yang masih beroperasi semakin cepat sehingga beban sistem
dapat mencapai harga yang melebihi harga yang seharusnya. Sehingga untuk
mencegah kegagalan total sistem pembangkitan, maka perlu melepas sejumlah beban
yang akan dilepas, dengan urutan prioritas. Prioritas utama yaitu beban-beban yang
kurang penting karena beban-beban penting perlu mendapat pelayanan listrik secara
kontinue. Dalam pelaksaannya pelepasan beban dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
kritis dan dalam hal ini operator harus mengambil inisiatif sendiri untuk melepaskan
sebagian beban.
Pada kondisi yang kritis dimana arus naik sangat cepat, tindakan pelepasan beban
kondisi sistem yang kritis. Alat yang dipakai dalam Tugas Akhir ini adalah jenis
Pengaman Arus Lebih yang lebih dikenal dengan Overload Shedding (OLS). Alat ini
khusus untuk mengatasi beban lebih dan bekerja akibat kenaikan arus yang melebihi
suatu batas tertentu. Batas tertentu tersebut ditentukan sebesar 0,95 dari arus nominal
pada incoming fedeer. Hal ini dilakukan agar OLS bekerja lebih dahulu daripada
pengaman hubung singkat pada saat terjadi gangguan beban lebih. Oleh sebab itu
setting OLS harus dikoordinasikan dengan setting OCR yang mengatasi gangguan
hubung singkat.
Setelah diketahui batasan arusnya, ditentukan juga kelebihan beban
maksimum pada sistem interkoneksi tersebut. Dalam hal ini, kelebihan beban
maksimum dapat ditentukan pada saat semua pembangkit pada salah satu sisi off dan
arus lebih jenis definite time relay agar dengan kenaikan beban berapa pun waktu
meminimalkan lama gangguan dan kerusakan peralatan maka waktu pelepasan beban
diset lebih kecil dari batasan waktu maksimum terjadinya beban lebih dan lebih besar
dari setting waktu OCR. Untuk selanjutnya OLS akan bekerja dengan mengaktifkan
pemutus untuk melepaskan sejumlah beban apabila beban sistem berada di atas
• Pola terpusat
Dengan pola terpusat, perkiraan beban dihitung pada Unit Pengatur Beban
(UPB) dan pelepasan beban dimulai dengan transmisi sinyal dari UPB ke gardu-
gardu induk berurutan untuk melepaskan blok-blok beban yang diperlukan sesuai
Pola ini mengusahakan agar pengaman beban lebih ditempatkan diluar dari
gardu induk (seringkali untuk penghematan pengaman beban lebih dipasang dalam
kelambatan waktu pengaman beban lebih menentukan titik dimana blok-blok beban
spesifik dilepaskan.
pelepasan beban yang terlalu besar atau melakukan pelepasan beban yang tidak
diperlukan. Pelepasan beban ditentukan oleh besarnya kelebihan beban, hal ini dapat
diartikan bahwa semakin besar kelebihan beban semakin banyak jumlah tingkat
pelepasan.
Over Load shedding (OLS) yang bekerja atas dasar arus, diset pada suatu
harga setting arus dibawah arus nominalnya (In) dan kemudian akan memberikan
perintah pemutus daya (PMT) untuk melaksanakan pelepasan beban (dalam hal ini
dapat dilengkapi dengan timer). Setting waktu untuk OLS ini menggunakan
karakteristik waktu tunda tertentu (definite time), yaitu waktu yang diperlukan oleh
rele dari menerima respon sampai bekerjanya Pemutus Daya dan besarnya adalah
tetap.
3.6 Koordinasi Over Load Shedding (OLS) Dengan Over Current relay (OCR)
Karena beban lebih merupakan salah satu gangguan yang menyebabkan arus
lebih maka setting Overload Shedding (OLS) akan dikoordinasikan dengan setting
Overcurrent relay (OCR). Agar pada saat terjadi gangguan hubung singkat tidak
Menurut teorema Fortescue, tiga fasor yang tak seimbang dari sistem tiga
fasa dapat diuraikan menjadi tiga fasa dapat diuraikan menjadi tiga sistem fasor yang
Terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya, memiliki beda fasa sebesar 120o
I a1 = I1 Va1 = V1
I b1 = a 2 I a1 = I1∠240 0 Vb1 = a 2Va1 = V1∠240 0
I c1 = aI a1 = aI 1 = I1∠120 0 Vc1 = aV a1 = aV1 = V1∠120 0
Terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya, memiliki beda fasa sebesar 120o
dan memiliki urutan fasa yang berlawanan dengan fasor asalnya. Ketiga
Ia2 = I2 Va 2 = V2
I b 2 = aI b 2 = aI 2 = I 2∠120 0
Vb 2 = aV b 2 = aV 2 = V2∠120 0
I c 2 = a 2 I a 2 = I 2 ∠240 0 Vc 2 = a 2Va 2 = V2∠240 0
Terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya dan dengan pergeseran fasa nol
antara fasor yang satu dengan yang lain. Komponen urutan nol dapat
I a 0 = Ib0 = Ic0
Va 0 =Vb 0 =Vc 0
Vb2 Va0
Vb 0
Vb 1 Vc 2 Vc0
diperoleh :
Va = Va1 + Va2 + Va0 (2.11)
V 1 11 V0a a
V = 1 2 aa V b a
1
(2.14)
V 1 a 2 V2c a
1 1 1 1 1 1
2 2
1 a a 1 a a
1
Misalkan A = maka A-1 =
3
1 a a2 1 a a2
Dengan mengalikan persamaan (2.14) dengan A-1 didapat :
V 0 a 1 1 1 V a
V a 2
1 a a V b
1
1
= (2.15)
3
V 2 a 1 a a2 V c
Dalam bentuk biasa diperoleh
Dalam metoda komponen simetris dikenal tiga macam impedansi urutan yaitu :
3. Impedansi urutan nol, yaitu impedansi suatu rangkaian yang hanya mengalir
rangkaian urutan.
Impedansi urutan positif dan negatif dari rangkaian yang linier,simetris, dan
statis adalah identik karena impedansi rangkaian semacam itu tidak tergantung pada
dengan impedansi urutan positif, sedangkan rangkaian urutan negatif tidak memiliki
Rangkaian ekivalen urutan nol untuk suatu transformator tiga fasa memiliki
berbagai kombinasi yang mungkin dari belitan primer dan sekunder yang terhubung
1. Hubungan Y ground – Y
3. Hubungan Y ground - ∆
4. Hubungan Y - ∆
5. Hubungan ∆ - ∆
Rangkaian ekivalen urutan nol yang secara terpisah telah ditentukan untuk
berbagai bagian sistem, dengan mudah dapat dihubungkan untuk membentuk jaringan
Dalam perhitungan arus hubung singkat harus terlebih dahulu diketahui nilai
impedansi total pada sistem tersebut. Beberapa tahapan yang harus dilakukan untuk
Bila nilai impedansi sumber diketahui dalam satuan (Ω), maka impedansi sumber
dalam satuan per unit dapat dihitung dengan menentukan base sumber terlebih
2
KV 2
Z2 = 2
xZ1
KV1
Dimana :
Dimana :
Z0T = Z1T
Z0T = 3 x Z1T
digunakan, panjang saluran, dan bahan yang digunakan (lihat lampiran 1 untuk
Impedansi urutan positif dan negative pada penyulang dalam study hubung
singkat mempunyai nilai yang sama besar Z1L = Z2L . Secara umum impedansi
Z 0 eq = Z 0 S + Z 0T + 3Rn + Z 0 L
Satuan perunit untuk setiap harga didefinisikan sebagai nilai sebenarnya yang ada
dari besaran tersebut dibagi dengan nilai dasar (nilai base) yang dipilih.
Dimana :
baseKVA
Base Arus (Ibase) =
3KVbase
( KVbase ) 2
Base Impedansi (Zbase) =
MVAbase
untuk bekerja dan menutup kontak a sehingga rele waktu bekerja. Sedangkan arus
kembali atau drop off (Id) adalah nilai arus dimana rele arus berhenti bekerja dan
PMT
t
Gambar 3.2 Arus Kerja dan Arus kembali (drop off)
a
Dari gambar 3.2 bila ta < t maka rele arus lebih dinyatakan tidak bekerja, dan
bila ta > t maka rele arus lebih dinyatakan bekerja. Perbandingan arus kembali dengan
I
arus kerja secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut : t = rele wa
Kd =
Id
Ip
I = rele Ar
Dimana, Kd adalah faktor arus kembali dengan karakteristik waktu tertentu dan
besaran arus dan waktu. Batasan dalam penyetelan arus yang harus diperhatikan
adalah :
- Batas penyetelan minimum arus kerja yang tidak boleh bekerja pada
K FK
Is = xI max
Kd
- Batas penyetelan maksimum arus kerja yang harus bekerja pada saat
Is ≤ I hs 2φ
Secara umum Batasan dalam penyetelan arus dapat dituliskan sebagai berikut :
Dimana :
Imax = Arus beban maksimum yang diizinkan untuk alat yang diamankan, pada
Dimana :
a. Untuk arus lebih dengan karakteristik waktu tertentu ( definite time ) nilai KFK
b. Untuk arus lebih dengan karakteristik waktu terbalik ( inverse time ) nilai KFK
dibuat bertingkat agar bila ada gangguan arus lebih di beberapa seksi rele arus akan
bekerja.
Untuk rele arus lebih dengan karakteristik waktu tertentu, waktu kerjanya
tidak dipengaruhi oleh besarnya arus. Biasanya, setting waktu kerja pada rele arus
lebih dengan karakteristik waktu tertentu adalah sebesar 0,2 - 0,4 detik.
Waktu pelep
pengaman d
Gambar 3.2 Karakteristik rele dengan waktu tetap
0,6
Dari gambar 3.2 di atas dapat diketahui kelambatan waktu rele selalu
0,4
menunjukkan waktu yang tetap. Misalnya untuk kelebihan beban sebesar 450
0,2
b. Rele arus lebih dengan karakteristik waktu terbalik (inverse time)
A
Gambar 3.3 Gangguan pada sistem tenaga B
A
Akibat gangguan di F, maka :
Sehingga rele arus di A, B, dan C akan pick up, dimana tA > tB > tC.
Penyetelan waktu untuk karakteristik waktu terbalik dihitung berdasarkan
besarnya arus gangguan dimana waktu (t) pada sisi penyulang ditentukan sebesar 0,2
- 0,4 detik. Dan untuk mendapatkan pengamanan yang baik, yang terpenting adalah
menentukan beda waktu (Δ) antara dua tingkat pengaman agar pengamanan selektif
tC = t1
tB = t1 + Δt
tA = tB + Δt
- Waktu pembukaan PMT sampai hilangnya bunga api 0,06 – 0,14 detik
- Kelambatan rele arus lebih pembantu dan arus over travel 0,005 detik.
Sehingga nilai Δt ditentukan sebesar 0,4 – 0,5 detik dan untuk rele dengan ketelitian
α
I
t set x fault − 1
I set
tms =
β
Dimana :
α dan β = konstanta
menggunakan rumus :
tmsx β
t set =
I fault
α
− 1
I set
sebesar 0,7 - 0,9 detik. Waktu pada incoming feeder dibuat lebih besar agar pada saat
terjadi gangguan hubung singkat, rele pada penyulang bekerja sebagai proteksi yang
pertama dan bila gangguan tersebut tidak bisa diatasi maka rele pada incoming feeder
yang bekerja. Untuk selanjutnya nilai setelan rele tersebut dikoordinasikan dengan
Overload shedding. Dalam hal ini, tset pada Overload shedding diatur lebih besar
dibanding tset OCR. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi salah kerja antara Overload
4.1. Umum
sebesar 6,3/20 KV dan daya sebesar 6,5 MVA. Diagram satu garis dari sistem saluran
distribusi GI Bukit Siguntang dan PLTG Musi 2 dapat dilihat pada Gambar 4.1
berikut.
PLTG MUSI 2 I PLTG MUSI 2 II PLTGMUSI 2III
SUMBER DAYA
GI BUKIT SIGUNTANG 6,75 MVA 6,75 MVA 6,75 MVA
6,3 KV G 6,3 KV G 6,3 KV G
70 kV
6,5 MVA 6,5 MVA 6,5 MVA
15 MVA 6,3/20KV 6,3/20KV 6,3/20KV
70/20KV
7,3 %
40ohm S2 S3 S4
20 kV
40ohm OLS S1
OCR INCOMING OCR
20 kV 20 kV
OCR OCR OCR OCR OCR OCR OCR
RUSA RESIDU
GH GANDUS
perlu adanya proteksi yang khusus mengatasi beban lebih tersebut. Dalam hal ini
PLN memasang suatu pengaman dari jenis rele arus lebih yang khusus bekerja pada
saat terjadi beban lebih di sisi GI Bukit Siguntang. Pengaman ini lebih dikenal
dengan nama Over Load Shedding (OLS). Pada saat terjadi beban lebih OLS akan
pada penggunaannya, setting OLS pada GI Bukit Siguntang ini akan dikoordinasikan
dengan setelan rele arus lebih (OCR). Dimana, setelan rele arus lebih ini didapat
dengan menggunakan hasil perhitungan arus gangguan hubung singkat pada tiap
penyulang di sisi GI Bukit Siguntang akan dilakukan pada 100% dari panjang
Data sistem meliputi data pembangkitan, transformator, dan data saluran. Data
ini didapat dari PT. PLN (Persero) P3B Sumatera UPT Palembang, PT. PLN
Data transformator untuk GI Bukit Siguntang dan PLTG Musi 2 dapat kita
Z Saluran (ohm / km )
Panjang Arus
Penyulang Penyulang Maksimum CT Ratio
Z1L = Z2L Z0L
(km) (Ampere)
Jenis kabel yang dipakai adalah AAAC 150 mm2 dengan jari-jari 7,875 mm.
Z1 = 0.225+j0.321 Ω/km
Z0 = 0.373+j1.608 Ω/km
Nilai-nilai impedansi penghantar jenis lainnya dapat kita lihat pada lampiran 1.
MVAbase 15
I base = = = 0,433 KA = 433 A
3 xKVbase 3 x 20
( KVbase ) 2 (20) 2
Z base = = = 26,67 pu
MVAbase 15
Z1S = Z 2 S = j 0,0689 pu
15 20 2
= 7,3% x x
15 20 2
= j 0,073 pu
Z 0T = 10 xZ 1T = 10 xj 0,073 = j 0,73 pu
Zperkm
Impedansi Saluran Z L = x panjang saluran
Z base
a. Penyulang Domba
0,225 + j 0,321
Z1L = Z 2 L = x10 ,03
26 ,67
Z1L = Z 2 L = (0,085 + 0,121) pu
0,373 + j1,608
Z0L = x10 ,03
26 ,67
= (0,140 + 0,605) pu
b. Penyulang Kancil
0,225 + j 0,321
Z1L = Z 2 L = x12 ,50
26 ,67
Z1L = Z 2 L = (0,105 + 0,150) pu
0,373 + j1,608
Z0 L = x12 ,50
26 ,67
= (0,175 + 0,754) pu
c. Penyulang Rusa
0,225 + j 0,321
Z1L = Z 2 L = x 2,10
26 ,67
Z1L = Z 2 L = (0,018 + 0,025) pu
0,373 + j1,608
Z0L = x 2,10
26 ,67
= (0,029 + 0,127) pu
Z1 S Z1 T Z
b. Rangkaian urutan negative
Vf
Z2S Z2T Z2L
3
If =
(0,210 + j 0,5838 )
3
If = = 2,792 pu
0,620
I f ( A) = I base xI f = 433 x 2,792 =1208 ,82 A
I f = 3,224 pu
I f ( A) = I base xI f = 433 x3,224 = 1395 ,82 A
4.4.1.3. Pada Penyulang Rusa Pada 100% Panjang Saluran
3
If =
(0,036 + j 0,334 )
3
If = = 5,156 pu
0,336
I f ( A) = I base xI f = 433 x5,156 = 2232 ,51 A
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Arus Hubung Singkat Pada 100% Panjang Saluran
Setting Arus
K FK
Iset (pri) = x Imax
Kd
1,1
= x 433 Amp.
1
= 476.3 Amp.
1
Iset (sek) = Iset (pri) x
RatioCT
5
= 476 .3 x Amp
600
= 3.97 Amp.
Arus gangguan diambil pada arus gangguan 2 phasa ( If2Δ ) di incoming feeder
sisi 20 KV.
Z1eki = Z1eki = Z1S + Z1T
= (j 0,0689) + (j 0,073)
= (j 0,1419)
3 xV f 3 x1
If = =
Z1eq + Z 2 eq 2( j 0,1419 )
3
If =
( j 0,2838 )
I f = 6,103 ∠90 0 pu
I f ( A) = I base xI f = 433 x 6,103 = 2642 ,63 A
0.14 xTms
t =
Ifault 0,02
( ) −1
Iset
0.14 xTms
0,9 =
2642 ,63 0,02
( ) −1
476 ,3
Setting Arus
K FK
Iset (pri) = x Imax
Kd
1,1
= x 125 Amp.
1
= 137,5 Amp.
1
Iset (sek) = Iset (pri) x
RatioCT
5
= 137 ,5 x Amp.
200
= 3,44 Amp.
t = 0.3 detik
= 1357,18 A
0.14 xTms
t =
Ifault 0,02
( ) −1
Iset
0.14 xTms
0,3 =
1357 ,18 0,02
( ) −1
137 ,5
Setting Arus
K FK
Iset (pri) = x Imax
Kd
1,1
= x 260 Amp.
1
= 286 Amp.
1
Iset (sek) = Iset (pri) x
RatioCT
5
= 286 x Amp.
400
= 3,575 Amp.
t = 0.3 detik
= 1208,82 A
0.14 xTms
t =
Ifault 0,02
( ) −1
Iset
0.14 xTms
0,3 =
1208 ,82 0,02
( ) −1
286
Setting Arus
= 2232,51 A
0.14 xTms
t =
Ifault 0,02
( ) −1
Iset
0.14 xTms
0,6 =
2232 ,51 0,02
( ) −1
242
jenis Rele Arus Lebih yang khusus bekerja pada saat terjadi beban lebih, yang
pemutusan (trip). Setting OLS pada GI Bukit Siguntang ini, kemudian akan
dikoordinasikan dengan setelan Rele Arus Lebih (OCR) yang telah dihitung
sebelumnya. Koordinasi ini dilakukan agar pada saat terjadi gangguan hubung
hubung singkatnya.
Setting Arus
mendekati arus nominal trafonya yaitu sebesar 433 ampere, tetapi diset tidak
= 411,35 ampere
1
Iset (sek) = Iset (pri) x
RatioCT
5
= 411,35 x Ampere
600
= 3,43 Ampere
0.14 xTms
t =
Ifault 0,02
( ) −1
Iset
Dimana,tms yang digunakan adalah tms pada OCR di incoming feeder dan
arus gangguan diambil pada saat semua beban pada penyulang dalam keadaan
maksimum dan semua pembangkit di PLTG Musi 2 dalam keadaan off (tidak
ada aliran daya dari PLTG Musi 2). Sehingga beban lebih yang terjadi di GI
Bukit Siguntang adalah penjumlahan beban-beban pada penyulang di kedua
sisi kecuali penyulang yang menjadi ekspress feeder. Hal tersebut dapat
Total beban yang menyebabkan beban lebih pada GI Bukit Siguntang adalah :
= 722 Ampere
0.14 xTms
t =
Ifault 0,02
( ) −1
Iset
0,14 x 0,224
0 , 02
t = 722
−1
411 ,35
t = 2,7715 detik
Untuk meminimalisasikan kerusakan dan waktu gangguan, maka
waktu yang diambil untuk pelepasan beban pada penyulang adalah lebih kecil
dari waktu maksimum yang menyebabkan beban lebih dan lebih besar dari
Dari tabel 4.5, dapat kita ketahui bahwa pelepasan beban pertama
terjadi pada penyulang Domba dengan waktu setting pelepasan beban 1 detik
dan pelepasan beban kedua terjadi pada penyulang Kancil dengan waktu
setting pelepasan beban 1,5 detik. Sehingga selisih waktu (Δt) sebesar 0,5
detik. Selisih waktu ini menyebabkan pelepasan beban terjadi secara bertahap
dan rele bekerja lebih selektif. Namun waktu untuk keseluruhannya tetap
singkat.
NB : Beban pd rusa sdh t’masuk beban2 pd pnyulang PLTG Musi 2 atau beban
pd rusa sdh dialirkan ke beban2 PLTG Musi2 dan beban residu diabaikan,
sircuit 0,9 detik dan semakin cpat wktu pemutusan, maka keandalan semakin
baik. Kedua beban tersebut sdh dpt mengatasi beban lebih pd GI Bukit
OCR OLS
900
800
Arus Gangguan > 765
765
Arus Gangguan (Ampere)
700
600
500
pemutusan pada penyulang. Pada keadaan sistem tidak mengalami beban puncak,
maka over load tidak terlalu besar. Sehingga, pemutusan tidak terjadi di setiap
penyulang. Hal ini akan berbeda pada saat terjadi beban puncak, dimana pemutusan
dapat terjadi pada tiap penyulang. Periode pemutusan beban tersebut diperlihatkan
OLS
t kancil =t rusa + t
GI Bukit Siguntang
t t rusa =t domba + t
t domba =t
Dari gambar 3.3 dapat dihitung setting waktu pemutusan pada masing –
masing penyulang pada sisi GI Bukit Siguntang dimana timer pada setiap penyulang
Δt = 0,05
t1 = t = tOLS
t2 = t1 + Δt
t3 = t2 + Δt
Tabel 4.6 Setting Waktu Kerja Koordinasi OCR dan OLS