You are on page 1of 71

EVALUASI SETTING OVER LOAD SHEDDING (OLS)

DI GI BUKIT SIGUNTANG

(STUDY KASUS PEMUTUSAN DAYA DARI PLTG MUSI 2)

TUGAS AKHIR

Oleh :

DWI FEBRIYANTI

03033140024

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2007
EVALUASI SETTING OVER LOAD SHEDDING (OLS)

DI GI BUKIT SIGUNTANG

(STUDY KASUS PEMUTUSAN DAYA DARI PLTG MUSI 2)

TUGAS AKHIR

Oleh :

DWI FEBRIYANTI

03033140024

Palembang, Juli 2007

Mengetahui,

Ketua Jurusan Teknik Elektro Pembimbing

Ir.Ansyori, MT Ir. Rudyanto Thayib, MSc


NIP 131 672 717 NIP. 131 479 002
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Semakin bertambahnya kebutuhan akan tenaga listrik di Sumatera Selatan

terutama di kota Palembang, maka PT. PLN (Persero) melakukan interkoneksi

jaringan dari PLTG Musi II ke GI Bukit Siguntang. Hal ini dilakukan agar bila

terjadi gangguan dari salah satu sisi, maka sisi lain dapat mem-backup pasokan energi

listrik. Gangguan yang mungkin sering terjadi adalah gangguan arus lebih, baik yang

disebabkan gangguan hubung singkat maupun beban lebih. Gangguan ini dapat

mengakibatkan pemadaman baik secara kolektif maupun secara individual pada

penyulang.

Pada tugas akhir ini, PLTG Musi 2 mengalami gangguan sehingga terjadi

pemutusan daya yang menyebabkan terjadinya beban lebih ( overload ) pada GI

Bukit Siguntang. Namun pemadaman yang terjadi dapat diminimalisasikan dengan

memutuskan beban-beban yang dianggap kurang penting. Dalam hal ini selektivitas

proteksi sangat dibutuhkan. Pemadaman dilakukan secara bertahap pada tiap

penyulang di GI Bukit Siguntang. Maksudnya, bila pada penyulang satu sudah

dipadamkan tetapi masih terjadi overload maka dapat dilakukan pemadaman pada

penyulang dua, dan seterusnya.


Pengaturan pemadaman seperti di atas dapat dilakukan dengan pemasangan

Over Load Shedding (OLS) pada masing-masing penyulang di GI Bukit Siguntang.

Dimana, setting OLS ini harus dikoordinasikan dengan setting OCR sehingga tidak

terjadi salah kerja antara keduanya. Sehingga pemadaman dapat dikurangi dan

keandalan sistem tenaga dapat ditingkatkan. Maka dari itu penulis dalam tugas akhir

ini akan menganalisa setting Over Load Shedding (OLS) pada GI Bukit Siguntang

akibat beban lebih yang disebabkan pemutusan daya dari PLTG Musi 2.

I.2 Perumusan masalah

Over Load Shedding (OLS) merupakan proteksi yang digunakan untuk

mengatasi beban lebih (overload) akibat berkurangnya pasokan daya yang berasal

dari PLTG Musi 2. Untuk itu diperlukan penyetelan Overload Shedding (OLS) di GI

Bukit Siguntang secara teliti sehingga dapat mengatasi terjadinya beban lebih.

I.3 Pembatasan Masalah

Masalah pada tugas akhir ini hanya dibatasi pada setting Overload Shedding

(OLS) dan koordinasinya dengan Overcurrent Relay (OCR) pada GI Bukit Siguntang

dengan menggunakan parameter beban maksimum dan arus gangguan hubung

singkat.
I.4 Tujuan dan Manfaat

Tujuan dan manfaat yang dapat diambil dari penulisan tugas akhir ini adalah :

1. Mengetahui seberapa besar beban pada masing-masing penyulang.

2. Mengetahui seberapa besar beban yang masih bisa disuplai bila salah satu

sisi pembangkitan mengalami pemutusan daya .

3. Mengetahui prinsip kerja dari Over\oad Shedding (OLS) apabila terjadi

beban lebih pada saluran dan kaitannya dengan rele arus lebih.

1.5. Metodologi Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah :

 Study Literatur

Study ini bertujuan untuk mempelajari literatur yang berkaitan dengan proteksi

sistem tenaga.

 Pengumpulan Data

Data-data yang diperlukan dalam penulisan tugas akhir ini antara lain :

• Data sistem distribusi dari PLTG Musi 2 dan GI Bukit

Siguntang sampai dengan titik beban terujung untuk tiap penyulang yang

berupa single line diagram, jenis kabel, impedansi, panjang saluran, dan lain-

lain.

• Data total beban maksimum terpasang pada PLTG

Musi 2 dan GI Bukit Siguntang untuk masing-masing penyulang.


• Data sumber atau generator penyedia daya pada PLTG

Musi 2 dan GI Bukit Siguntang.

• Data setting rele pada GI Bukit Siguntang untuk tiap

penyulang.

Penulis mendapatkan data-data dari PT. PLN (Persero) khususnya di Unit

Pelayanan Transmisi P3B, GI Bukit Siguntang, dan PT. Pura Daya Prima sebagai

Penyedia daya PLTG Musi 2.

 Menganalisis Data

Dari data-data yang diperoleh akan dilakukan evaluasi setting Overload Shedding

(OLS) pada GI Bukit Siguntang dengan cara menghitung arus maksimum yang

terjadi pada tiap penyulang, kemudian menentukan nilai setting waktunya.

Setelah itu, hasil yang didapat dikoordinasikan dengan setting rele arus lebih.

 Menarik Kesimpulan

Dari hasil perbandingan data yang ada dan perhitungan yang dilakukan maka

penulis akan mendapatkan suatu kesimpulan.

1.6 Sistematika Penulisan

Tugas akhir ini ditulis dengan sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN
Merupakan uraian umum yang memuat latar belakang masalah, perumusan

masalah, pembatasan masalah, tujuan dan manfaat, metodologi penulisan,

dan sistematika penulisan.

BAB II GANGGUAN DAN SISTEM PROTEKSI PADA SISTEM TENAGA

Berisi tinjauan pustaka yang berkaitan dengan gangguan yang terjadi

pada sistem tenaga listrik dan proteksinya.

BAB III PERENCANAAN PELEPASAN BEBAN

Pada bab ini pembahasan difokuskan pada setting Overload Shedding (OLS),

cara kerja dan koordinasinya dengan Overcurrent Relay (OCR).

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA OVERLOAD SHEDDING (OLS)

Merupakan uraian hasil perhitungan yang meliputi data untuk perhitungan

setting rele, hasil perhitungan, dan analisa.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran berdasarkan hasil dan pembahasan

yang telah dilakukan penulis.


BAB II

GANGGUAN DAN SISTEM PROTEKSI PADA SISTEM TENAGA

2.1 Umum

Perkembangan beban yang sangat besar membutuhkan keandalan suatu sistem

tenaga listrik dimulai dari pembangkitan sampai dengan jaringan distribusi. Oleh

sebab itu, bila terjadi gangguan maka diperlukan suatu peralatan proteksi yang dapat

menjamin keandalan dari sistem tenaga listrik tersebut.

2.2 Sistem Proteksi

2.2.1 Pembagian Daerah Proteksi

Suatu sistem tenaga listrik dibagi ke dalam seksi-seksi yang dibatasi oleh

PMT. Tiap seksi memiliki relai pengaman dan memiliki daerah pengamanan (Zone of

Protektion). Bila terjadi gangguan, maka relai akan bekerja mendeteksi gangguan dan

PMT akan trip. Gambar 2.1 berikut ini dapat menjelaskan tentang konsep pembagian

daerah proteksi.
prime
over
Gambar 2.1. Pembagian daerah proteksi pada sistem tenaga

Pada gambar 2.1 di atas dapat dilihat bahwa daerah proteksi pada sistem

tenaga listrik dibuat bertingkat dimulai dari pembangkitan , gardu induk, saluran

daerah 1
distribusi primer sampai ke beban. Garis putus-putus menunjukkan pembagian daerah
daerah 2
sistem tenaga listrik ke dalam beberapa daerah proteksi. Masing-masing daerah

memiliki satu atau beberapa komponen sistem daya disamping dua buah pemutus

rangkaian. Setiap pemutus dimasukkan ke dalam dua daerah proteksi berdekatan.

Batas setiap daerah menunjukkan bagian sistem yang bertanggung jawab untuk

memisahkan gangguan yang terjadi di daerah tersebut dengan sistem lainnya.

Aspek penting lain yang harus diperhatikan dalam pembagian daerah proteksi

adalah bahwa daerah yang saling berdekatan harus saling tumpang tindih

(overlap), hal ini dimaksudkan agar tidak ada sistem yang dibiarkan tanpa

perlindungan. Pembagian daerah proteksi ini bertujuan agar daerah yang tidak

mengalami gangguan tetap dapat beroperasi dengan baik sehingga dapat

mengurangi daerah terjadinya pemadaman.

2.2.2 Pengelompokkan Sistem Proteksi


Berdasarkan daerah pengamanannya sistem proteksi dibedakan menjadi :

- Proteksi pada Generator

- Proteksi pada Transformator

- Proteksi pada Transmisi

- Proteksi pada Distribusi

2.2.3 Pembagian Tugas Dalam Sistem Proteksi

Dalam sistem proteksi pembagian tugas dapat diuraikan menjadi :

a. Proteksi utama, berfungsi untuk mempertinggi keandalan, kecepatan kerja, dan

fleksibilitas sistem proteksi dalam melakukan proteksi terhadap sistem tenaga.

a. Proteksi pengganti, Berfungsi jika proteksi utama

menghadapi kerusakan untuk mengatasi gangguan yang terjadi.

b. Proteksi tambahan, berfungsi untuk pemakaian pada

waktu tertentu sebagai pembantu proteksi utama pada daerah tertentu yang

dibutuhkan.

2.2.4 Komponen Peralatan Proteksi

Seperangkat peralatan/ komponen proteksi utama berdasarkan fungsinya

dapat dibedakan menjadi :

 Rele Proteksi

 Pemutus tenaga (PMT) : Sebagai pemutus arus untuk mengisolir sirkuit yang

terganggu.
 Tranducer yang terdiri dari sumber daya pembantu

• Trafo Arus : Meneruskan arus ke sirkuit relai.

• Trafo Tegangan : Meneruskan tegangan ke sirkuit relai

 Baterai : sebagai sumber tenaga untuk mentripkan PMT dan catu daya untuk

relai statis dan alat bantu.

2.2.5 Rele Proteksi

Rele proteksi adalah sebuah peralatan listrik yang dirancang untuk mendeteksi

bila terjadi gangguan atau sistem tenaga listrik tidak normal. Rele pengaman

merupakan kunci kelangsungan kerja dari suatu sistem tenaga listrik, dimana

gangguan segera dapat dilokalisir dan dihilangkan sebelum menimbulkan akibat yang

lebih luas. Gambar 2.2 berikut menggambarkan diagram blok urutan kerja rele

pengaman.

GANGGUAN
Gambar 2.2 Diagram Blok Urutan Kerja Rele Pengaman
Rele pengaman mempunyai tiga elemen dasar yang bekerja saling terkait

untuk memutuskan arus gangguan. Ketiga elemen dasar tersebut dapat dijelaskan

dijelaskan sebagai berikut :

a. Elemen perasa (Sensing Element)

Berfungsi untuk merasakan atau mengukur besaran arus, tegangan, frekuensi

atau besaran lainnya yang akan diproteksi.

b. Elemen Pembanding (Comparison Element)

Berfungsi untuk membandingkan arus yang masuk ke rele pada saat ada

gangguan dengan arus setting tersebut.

c. Elemen kontrol (Control Element)

Berfungsi mengadakan perubahan dengan tiba-tiba pada besaran kontrol

dengan menutup arus operatif.

Ketiga elemen dasar rele proteksi di atas dapat dijelaskan oleh gambar 2.3 di bawah

ini :

Gambar 2.3 Diagram Blok Elemen Rele Pengaman

SENSING
ELEMENT
2.2.5.1 Fungsi Rele Proteksi

Fungsi rele proteksi pada suatu sistem tenaga listrik antara lain :

a. Mendeteksi adanya gangguan atau keadaan abnormal lainnya pada bagian

sistem yang diamankannya.

b. Melepaskan bagian sistem yang terganggu sehingga bagian sistem lainnya

dapat terus beroperasi.

c. Memberitahu operator tentang adanya gangguan dan lokasinya.

Atau dengan kata lain fungsi dari suatu sistem proteksi adalah :

• Meminimalisasikan lamanya gangguan

• Mengurangi kerusakan yang mungkin timbul pada alat atau sistem.

• Melokalisir meluasnya gangguan pada sistem.

• Pengamanan terhadap manusia.

Rele proteksi dalam fungsinya sebagai pengaman memiliki beberapa syarat

yang harus dipenuhi, yaitu :

1. Kepekaan (sensitivity)

Pada prinsipnya rele harus cukup peka sehingga dapat mendetekasi gangguan di

kawasan pengamanannya meskipun gangguan yang ada relatif kecil.

2. Keandalan (reliability)
Maksud dari keandalan adalah bahwa sebuah rele proteksi harus selalu berada

pada kondisi yang mampu melakukan pengamanan pada daerah yang

diamankan.

Keandalan memiliki 3 aspek, antara lain :

• Dependability, adalah kemampuan suatu sistem rele untuk beroperasi

dengan baik dan benar. Pada prinsipnya pengaman harus dapat diandalkan

bekerjanya (dapat mendetaksi dan melepaskan bagian yang terganggu), tidak

boleh gagal bekerja. Dengan kata lain dependability-nya harus tinggi.

• Security, adalah tingkat kepastian suatu sistem relai untuk tidak salah

dalam bekerja. Salah kerja, misalnya lokasi gangguan berada di luar

pengamanannya, tetapi salah kerja mengakibatkan pemadaman yang

seharusnya tidak perlu terjadi.

• Availability, adalah perbandingan antara waktu di mana pengaman

dalam keadaan siap kerja (actually in service) dan waktu total operasinya.

3. Selektifitas (selectivity)

Maksudnya pengaman harus dapat membedakan apakah gangguan terletak di

daerah proteksi utama dimana pengaman harus bekerja cepat atau terletak di luar

zona proteksinya dimana pengaman harus bekerja dengan waktu tunda atau tidak

bekerja sama sekali.

4. Kecepatan kerja (Speed Of Operation)


Untuk memperkecil kerugian atau kerusakan akibat gangguan, maka bagian yang

terganggu harus dipisahkan secepat mungkin dari bagian sistem lainnya. Selang

waktu sejak dideteksinya gangguan sampai dilakukan pemisahan gangguan

merupakan penjumlahan dari waktu kerja relai dan waktu kerja pemutus daya (

tk e rja = tr e la i+ t p e m u tu s ad a).y Namun pengaman yang baik adalah pengaman yang

mampu beroperasi dalam waktu kurang dari 50 ms.

5. Sederhana (Simplicity)

Relai pengaman harus disusun sesederhana mungkin namun tetap mampu bekerja

sesuai dengan tujuannya.

6. Ekonomis (Ekonomic)

Faktor ekonomi sangat mempengaruhi pengaman yang akan digunakan. Namun

sebaiknya pilihlah suatu sistem proteksi yang memiliki perlindungan maksimum

dengan biaya yang minimum.

2.2.5.2 Jenis-Jenis Rele Proteksi


Berdasarkan besaran ukur dan prinsip kerja, rele proteksi dapat dibedakan

sebagai berikut :

a. Rele Arus Lebih (Over Current Relay)

Adalah suatu rangkaian peralatan rele pengaman yang memberikan respon terhadap

kenaikan arus yang melebihi harga arus yang telah ditentukan pada rangkaian yang

diamankan.

Keuntungan dari penggunaan proteksi rele arus lebih ini antara lain :

• Sederhana dan murah

• Mudah penyetelannya

• Dapat berfungsi sebagai pengaman utama dan cadangan

• Mengamankan gangguan hubung singkat antar fasa, satu fasa ke tanah, dan

dalam beberapa hal digunakan untuk proteksi beban lebih (overload).

• Pengaman utama pada jaringan distribusi dan substransmisi

• Pengaman cadangan untuk generator, trafo, dan saluran transmisi.

b. Rele Tegangan Kurang (Under Voltage relay)

Adalah rele yang bekerja dengan menggunakan tegangan sebagai besaran

ukur. Rele akan bekerja jika mendeteksi adanya penurunan tegangan melampaui

batas yang telah ditetapkan..Untuk waktu yang relatif lama tegangan turun adalah

lebih kecil dari 5% dari tegangan nominal dan dalam jangka waktu jam beberapa

peralatan yang beroperasi dengan tegangan di bawah 10 % akan mengalami

penurunan efisiensi.
c. Rele jarak (Distance Relay)

Adalah rele yang bekerja dengan mengukur tegangan pada titik rele dan arus

gangguan yang terlihat dari rele, dengan membagi besaran tegangan dan arus, maka

impedansi sampai titik terjadinya gangguan dapat di tentukan.

d. Rele Arah (Directional Relay)

Adalah rele pengaman yang bekerja karena adanya besaran arus dan tegangan

yang dapat membedakan arah arus gangguan ke depan atau arah arus ke belakang.

Rele ini merupakan pengaman cadangan dan bila bekerja akan mengerjakan perintah

trip.

e. Rele Hubung Tanah (GFR)

Rele hubung tanah berfungsi untuk mengamankan peralatan listrik akibat

adanya gangguan hubung singkat fasa ke tanah.

f. Rele Arus Hubung Tanah Terbatas (REF)

Adalah rele yang bekerja mengamankan transformator bila ada gangguan satu

fasa ketanah di dekat titik netral transformator yang tidak dirasakan oleh rele

differensial.

g. Rele Diferensial (Differential Relay)

Adalah rele yang bekerja berdasarkan Hukum Kirchof, dimana arus yang

masuk pada suatu titik sama dengan arus yang keluar dari titik tersebut. Yang

dimaksud titik pada proteksi diferensial ialah daerah pengamanan, dalam hal ini

dibatasi oleh 2 buah trafo arus.


2.3 Proteksi Arus Lebih

Gangguan yang diamankan oleh proteksi arus lebih dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:

a. Gangguan Beban Lebih (overload)

b. Gangguan hubung singkat antar fasa dan fasa ke tanah

Berdasarkan karakteristik dari waktu kerjanya rele arus lebih dapat dibedakan

menjadi :

1. Rele Arus Lebih Sesaat/ Momen (instantaneous overcurrent relay)

Rele ini bekerja dengan sangat cepat (tidak ada penundaan waktu) atau

dengan kata lain jangka waktu antara terjadinya gangguan dan selesainya kerja rele

sangat singkat.

t (s)

I(A)

Gambar 2.4 Karakteristik Rele Arus Lebih Sesaat


2. Rele Arus Lebih Dengan Waktu Tunda (time delay overcurrent)

a. Rele Arus Lebih dengan Waktu Tertentu ( definite time)

Jangka waktu kerja rele ini dari mulai start sampai selesainya kerja rele

diperpanjang dengan nilai tertentu dan tidak tergantung dari besarnya arus yang

menggerakkannya

t (s)

Gambar 2.5 Karakteristik Rele Arus Lebih Definite Time

b. Rele Arus Lebih dengan Waktu Terbalik ( inverse time overcurrent relay )

Rele arus lebih dengan karakteristik waktu terbalik adalah jika jangka waktu

mulainya rele pick up sampai selesainya kerja rele diperpanjang dengan besar nilai

yang besarnya berbanding terbalik dengan arus yang mnggerakkannya.

Jenis karakteristik inverse rele dengan waktu terbalik dapat dibedakan menjadi :

- Long Time Inverse (LTI)


ts
- Standard Inverse (SI)

- Very Inverse (VI)

- Extremely Inverse (EI)

Is
VI
LTI

SI

EI

Gambar 2.6 Karakteristik Rele Arus Lebih Inverse Time

c. Rele Arus Lebih Terbalik dan Terbatas Waktu Minimum ( inverse

definite minimum time / IDMT )

Pada rele ini semakin besar arus yang mengalir maka kerja rele akan semakin

cepat, tetapi pada saat tertentu yaitu saat mencapai waktu yang ditentukan maka kerja

rele tidak lagi ditentukan oleh arus tetapi oleh waktu.


t (s)

I(A)

Gambar 2.7 Karakteristik Rele Arus Lebih IDMT

2.4 Gangguan Pada Sistem Tenaga

2.4.1 Macam-Macam Gangguan

a. Gangguan Beban Lebih

Sebenarnya bukan gangguan murni, tetapi bila dibiarkan terus-menerus

berlangsung dapat merusak peralatan. Umumnya gangguan beban lebih terjadi di

transformator dan memiliki kemampuan atau daya tahan terhadap 110% pembebanan

secara continue, meskipun demikian kondisi tersebut sudah merupakan keadaan

beban lebih yang harus diamankan.

Dengan mengetahui kemampuan pembebanan tersebut penyetelan rele beban

lebih sebaiknya dikoordinasikan dengan pengamanan gangguan hubung singkat.

b. Gangguan Hubung Singkat (Short Circuit)


Gangguan hubung singkat dapat terjadi antar fasa (3 fasa atau 2 fasa) dan satu

fasa ke tanah. Gangguan yang terjadi dapat bersifat temporer atau permanen.

- Gangguan Permanen : Terjadi pada kabel, belitan trafo, dan generator.

- Gangguan temporer : Akibat Flashover karena sambaran petir, pohon, atau

tertiup angin.

Gangguan hubung singkat dapat merusak peralatan secara termis dan

mekanis. Kerusakan termis tergantung besar dan lama arus gangguan, sedangkan

kerusakan mekanis terjadi akibat gaya tarik-menarik atau tolak-menolak.

c. Gangguan Tegangan Lebih

• Tegangan lebih dengan power frekuensi

Misalnya : Pembangkit kehilangan beban, over speed pada generator, gangguan

pada AVR.

• Tegangan lebih transien

Misalnya : surya petir atau surya hubung

d. Gangguan Hilangnya Pembangkit

Gangguan hilangnya pembangkit dapat disebabkan oleh :

- Lepasnya pembangkit akibat adanya gangguan pada sisi pembangkit.


- Gangguan hubung singkat di jaringan menyebabkan terpisahnya sistem,

dimana unit pembangkit yang lepas lebih besar dari spinning reserve maka

frekuensi akan terus turun sehingga sistem bisa collapse.

e. Gangguan Instability

Gangguan hubung singkat atau lepasnya pembangkit dapat menimbulkan

ayunan daya (power swing) atau menyebabkan unit-unit pembangkit lepas sinkron.

Ayunan daya ini dapat menyebabkan rele salah kerja.

Untuk mengatasi akibat-akibat negatif dari berbagai macam gangguan-

gangguan tersebut diatas, maka diperlukan Rele Proteksi.

2.4.2 Upaya Mengatasi Gangguan

Dalam sistem tenaga listrik, upaya untuk mengatasi gangguan dapat dilakukan

dengan cara :

 Mengurangi terjadinya gangguan

• Memakai peralatan yang memenuhi peralatan standar.

• Penentuan spesifikasi yang tahan terhadap kondisi kerja normal/

gangguan.

• Pengguanaan kawat tanah pada saluran udara dan tahanan kakitiang

yang rendah pada SUTT/ SUTET.

• Penebangan pohon-pohon yang dekat dengan saluran.


 Mengurangi akibat gangguan

• Mengurangi besarnya arus gangguan, dapat dilakukan dengan

menghindari konsentrasi pembangkit di satu lokasi dan menggunakan

tahanan pentanahan netral.

• Penggunaan Ligthtning arrester dan koordinasi isolasi.

• Melepaskan bagian terganggu : PMT dan Rele

• Pola Load shedding

• Mempersempit daerah pemadaman

- Penggunaan jenis rele yang tepat dan koordinasi rele

- Penggunaan saluran double

- Penggunaan sistem loop

- Penggunaan Automatic Reclosing/ Sectionalize

BAB III

PERENCANAAN PELEPASAN BEBAN


3.1 Umum

Untuk menjamin keandalan dari suatu sistem tenaga listrik diperlukan suatu

proteksi yang baik terhadap gangguan yang terjadi pada sistem tenaga listrik tersebut.

Gangguan pada salah satu sisi interkoneksi dapat menyebabkan pemutusan daya pada

sisi yang mengalami gangguan. Hal ini menyebabkan laju kenaikan arus pada unit-

unit pembangkit lain yang masih beroperasi semakin cepat sehingga beban sistem

dapat mencapai harga yang melebihi harga yang seharusnya. Sehingga untuk

mencegah kegagalan total sistem pembangkitan, maka perlu melepas sejumlah beban

tertentu dari sistem (pemadaman). Setelah pelepasan sejumlah beban, diharapkan

terjadi keseimbangan antara sisa pembangkit dan beban.

Pada proses pelepasan beban perlu direncanakan sebelumnya beban-beban

yang akan dilepas, dengan urutan prioritas. Prioritas utama yaitu beban-beban yang

kurang penting karena beban-beban penting perlu mendapat pelayanan listrik secara

kontinue. Dalam pelaksaannya pelepasan beban dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:

1. Pelepasan beban manual (Manual Load Shedding)

2. Pelepasan beban otomatis (Automatic Load Shedding)

3.2 Pelepasan Beban Manual (Manual Load Shedding)


Pelepasan beban secara manual hanya berlaku pada kondisi sistem yang tidak

kritis dan dalam hal ini operator harus mengambil inisiatif sendiri untuk melepaskan

sebagian beban.

Kekurangan –kekurangan pelepasan beban secara manual adalah sebagai berikut :

• Diperlukan operator yang banyak

• Dapat terjadi pelepasan beban berlebih (overshedding)

• Kelambatan waktu bertindaknya operator.

Pada kondisi yang kritis dimana arus naik sangat cepat, tindakan pelepasan beban

secara manual sulit untuk mengantisipasi kenaikan arus.

3.3 Pelepasan Beban Otomatis (Automatic Load Shedding)

Pelepasan beban secara otomatis direncanakan khusus untuk mengatasi

kondisi sistem yang kritis. Alat yang dipakai dalam Tugas Akhir ini adalah jenis

Pengaman Arus Lebih yang lebih dikenal dengan Overload Shedding (OLS). Alat ini

khusus untuk mengatasi beban lebih dan bekerja akibat kenaikan arus yang melebihi

suatu batas tertentu. Batas tertentu tersebut ditentukan sebesar 0,95 dari arus nominal

pada incoming fedeer. Hal ini dilakukan agar OLS bekerja lebih dahulu daripada

pengaman hubung singkat pada saat terjadi gangguan beban lebih. Oleh sebab itu

setting OLS harus dikoordinasikan dengan setting OCR yang mengatasi gangguan

hubung singkat.
Setelah diketahui batasan arusnya, ditentukan juga kelebihan beban

maksimum pada sistem interkoneksi tersebut. Dalam hal ini, kelebihan beban

maksimum dapat ditentukan pada saat semua pembangkit pada salah satu sisi off dan

semua beban pada keadaan maksimum. Untuk selanjutnya digunakan karakteristik

arus lebih jenis definite time relay agar dengan kenaikan beban berapa pun waktu

pelepasan beban adalah sama. Namun, untuk meningkatkan keandalan dengan

meminimalkan lama gangguan dan kerusakan peralatan maka waktu pelepasan beban

diset lebih kecil dari batasan waktu maksimum terjadinya beban lebih dan lebih besar

dari setting waktu OCR. Untuk selanjutnya OLS akan bekerja dengan mengaktifkan

pemutus untuk melepaskan sejumlah beban apabila beban sistem berada di atas

batasan beban yang telah ditentukan (beban lebih).

3.4 Jenis Pola Pelepasan Beban Otomatis

Jenis Pola Pelepasan Beban Otomatis dapat dibedakan menjadi :

• Pola terpusat

Dengan pola terpusat, perkiraan beban dihitung pada Unit Pengatur Beban

(UPB) dan pelepasan beban dimulai dengan transmisi sinyal dari UPB ke gardu-

gardu induk berurutan untuk melepaskan blok-blok beban yang diperlukan sesuai

dengan urutan prioritas.


• Pola Terdistribusi

Pola ini mengusahakan agar pengaman beban lebih ditempatkan diluar dari

gardu induk (seringkali untuk penghematan pengaman beban lebih dipasang dalam

GI yang akan mengontrol beberapa penyulang di luar GI ). Setting arus dan

kelambatan waktu pengaman beban lebih menentukan titik dimana blok-blok beban

spesifik dilepaskan.

3.5 Pelepasan Beban Lebih (Overload Shedding)

Yang menjadi masalah pokok dalam merencanakan pelepasan beban suatu

sistem tenaga listrik, adalah :

- Jumlah tingkat pelepasan beban

- Besar beban yang dilepas pada setiap tingkat

- Setting arus setiap tingkat

- Kelambatan waktu pada setiap tingkat pelepasan

Pelepasan beban dilakukan secara bertahap agar sistem tidak mengalami

pelepasan beban yang terlalu besar atau melakukan pelepasan beban yang tidak

diperlukan. Pelepasan beban ditentukan oleh besarnya kelebihan beban, hal ini dapat

diartikan bahwa semakin besar kelebihan beban semakin banyak jumlah tingkat

pelepasan.

Over Load shedding (OLS) yang bekerja atas dasar arus, diset pada suatu

harga setting arus dibawah arus nominalnya (In) dan kemudian akan memberikan
perintah pemutus daya (PMT) untuk melaksanakan pelepasan beban (dalam hal ini

dapat dilengkapi dengan timer). Setting waktu untuk OLS ini menggunakan

karakteristik waktu tunda tertentu (definite time), yaitu waktu yang diperlukan oleh

rele dari menerima respon sampai bekerjanya Pemutus Daya dan besarnya adalah

tetap.

3.6 Koordinasi Over Load Shedding (OLS) Dengan Over Current relay (OCR)

Karena beban lebih merupakan salah satu gangguan yang menyebabkan arus

lebih maka setting Overload Shedding (OLS) akan dikoordinasikan dengan setting

Overcurrent relay (OCR). Agar pada saat terjadi gangguan hubung singkat tidak

terjadi salah kerja antara OLS dan OCR.

3.6.1 Studi Hubung Singkat

3.6.1.1 Analisa Komponen Simetris dari Jaringan Tiga Fasa

Menurut teorema Fortescue, tiga fasor yang tak seimbang dari sistem tiga

fasa dapat diuraikan menjadi tiga fasa dapat diuraikan menjadi tiga sistem fasor yang

seimbang. Himpunan seimbang komponen itu adalah :

1. Komponen urutan positif

Terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya, memiliki beda fasa sebesar 120o

dan memiliki urutan fasa yang sama seperti fasor asalnya.


Ketiga besaran pada komponen urutan positif dapat dinyatakan :

I a1 = I1 Va1 = V1
I b1 = a 2 I a1 = I1∠240 0 Vb1 = a 2Va1 = V1∠240 0
I c1 = aI a1 = aI 1 = I1∠120 0 Vc1 = aV a1 = aV1 = V1∠120 0

2. Komponen urutan negatif

Terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya, memiliki beda fasa sebesar 120o

dan memiliki urutan fasa yang berlawanan dengan fasor asalnya. Ketiga

besaran pada komponen urutan negatif dapat dinyatakan :

Ia2 = I2 Va 2 = V2
I b 2 = aI b 2 = aI 2 = I 2∠120 0
Vb 2 = aV b 2 = aV 2 = V2∠120 0
I c 2 = a 2 I a 2 = I 2 ∠240 0 Vc 2 = a 2Va 2 = V2∠240 0

3. Komponen urutan nol

Terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya dan dengan pergeseran fasa nol

antara fasor yang satu dengan yang lain. Komponen urutan nol dapat

dinyatakan sebagai berikut :

I a 0 = Ib0 = Ic0
Va 0 =Vb 0 =Vc 0

Ketiga komponen tersebut dapat digambarkan seperti gambar 3.2 berikut :


Vc1 Va 1 Va 2

Vb2 Va0

Vb 0
Vb 1 Vc 2 Vc0

(a) (b) (c)

Gambar 2.1. Tiga himpunan fasor-fasor seimbang yang merupakan komponen


simetris dari tiga fasor tak seimbang ( a) komponen urutan positif, ( b ) komponen
urutan negatif, ( c ) komponen urutan nol

Fasor tak seimbang merupakan jumlah dari komponen-komponen fasor asal

dapat dinyatakan sebagai berikut :

Va = Va1 + Va2 + Va0 (2.7)

Vb = Vb1 + Vb2 + Vb0 (2.8)

Vc = Vc1 + Vc2 + Vc0 (2.9)

3.6.1.2 Komponen Simetris dari Fasor-fasor Tak Simetris

Untuk menguraikan fasor-fasor tak simetris menjadi komponen simetrisnya,

masing-masing komponen Vb dan Vc dapat dinyatakan sebagai hasil kali antara

fungsi operator a dengan komponen Va menurut hubungan persamaan berikut:

Vb1 = a 2Va1 Vc1 = aVa1


Vb2 = aVa2 Vc2 = a 2Va2 (2.10)
Vb0 = Va0 Vc0 = Va0

Dengan mensubstitusikan persamaan (2.10) ke persamaaan (2.7), (2.8), dan (2.9)

diperoleh :
Va = Va1 + Va2 + Va0 (2.11)

Vb = a2 Va1 + a Va2 + Va0 (2.12)

Vc = a Va1 + a2 Va2 + Va0 (2.13)

Atau dalam bentuk matrik

V  1 11  V0a a
V = 1 2 aa  V b a
    1
(2.14)

V 1 a 2 V2c a

1 1 1  1 1 1 
 2   2 
1 a a  1 a a 
1
Misalkan A = maka A-1 =
3

 1 a a2   1 a a2 
   
Dengan mengalikan persamaan (2.14) dengan A-1 didapat :

 V 0 a  1 1 1   V a
 V a  2  
 1 a a   V b
1

 1
= (2.15)
3

 V 2 a  1 a a2   V c
 
Dalam bentuk biasa diperoleh

Va0 = 1/3 (Va + Vb + Vc) (2.16)

Va1 = 1/3 (a2 Va + a Vb + a2 Vc) (2.17)

Va2 = 1/3 (Va + a2 Vb + Vc) (2.18)

Sedangkan untuk arusnya diperoleh :

Ia0 = 1/3 (Ia + Ib + Ic) (2.19)


Ia1 = 1/3 (a2 Ia + a Ib + a2 Ic) (2.20)

Ia2 = 1/3 (Ia + a2 Ib + Ic) (2.21)

3.6.1.3 Impedansi Urutan dan Rangkaian Urutan

Dalam metoda komponen simetris dikenal tiga macam impedansi urutan yaitu :

1. Impedansi urutan positif, yaitu impedansi suatu rangkaian yang hanya

mengalir arus urutan positif.

2. Impedansi urutan negatif, yaitu impedansi suatu rangkaian yang hanya

mengalir arus urutan negatif.

3. Impedansi urutan nol, yaitu impedansi suatu rangkaian yang hanya mengalir

arus urutan nol.

Untuk menghitung besarnya gangguan hubung singkat dengan metode

komponen simetris, tahap pertama yang dilakukan adalah menentukan impedansi-

impedansi urutan masing-masing komponen sistem dan menghubungkannya menjadi

rangkaian urutan.

a. Rangkaian Urutan Positif dan Negatif

Impedansi urutan positif dan negatif dari rangkaian yang linier,simetris, dan

statis adalah identik karena impedansi rangkaian semacam itu tidak tergantung pada

urutan fasanya asal tegangan yang dikenakan seimbang.


Rangkaian urutan positif terdiri dari suatu ggl (emf) yang terhubung seri

dengan impedansi urutan positif, sedangkan rangkaian urutan negatif tidak memiliki

ggl tetapi memiliki impedansi urutan negatif saja.

b. Rangkaian Urutan Nol

Rangkaian ekivalen urutan nol untuk suatu transformator tiga fasa memiliki

berbagai kombinasi yang mungkin dari belitan primer dan sekunder yang terhubung

dalam Y ataupun ∆ yang mempengaruhi rangkaian urutan nol, antara lain :

1. Hubungan Y ground – Y

2. Hubungan Y ground – Y ground

3. Hubungan Y ground - ∆

4. Hubungan Y - ∆

5. Hubungan ∆ - ∆

Rangkaian ekivalen urutan nol yang secara terpisah telah ditentukan untuk

berbagai bagian sistem, dengan mudah dapat dihubungkan untuk membentuk jaringan

urutan nol yang lengkap.

3.6.2 Perhitungan Arus Hubung Singkat

Dalam perhitungan arus hubung singkat harus terlebih dahulu diketahui nilai

impedansi total pada sistem tersebut. Beberapa tahapan yang harus dilakukan untuk

menentukan impedansi gangguan antara lain :


1. Menghitung impedansi sumber

Bila nilai impedansi sumber diketahui dalam satuan (Ω), maka impedansi sumber

dalam satuan per unit dapat dihitung dengan menentukan base sumber terlebih

dahulu. Atau dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

2
KV 2
Z2 = 2
xZ1
KV1

Dimana :

Z1 = Impedansi trafo lama

Z2 = Impedansi trafo baru

KV12 = Tegangan base dekat sumber

KV12 = Tegangan base dekat trafo

2. Menghitung impedansi pada transformator tenaga di gardu induk

Nilai impedansi pada transformator dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

MVA base KVtrafo


Z1T = Z2T = j MVAtrafo x KVbase xX %

Dimana :

Z1T = impedansi urutan positif transformator (Ω)

Z2T = impedansi urutan negatif transformator (Ω)

X = impedansi trafo (pu)


Untuk impedansi urutan nol pada transformator (Z0T) perlu diperhatikan ada

tidaknya belitan delta dengan syarat sebagai berikut :

- Jika kapasitas Δ sama dengan kapasitas Y, maka berlaku nilai

Z0T = Z1T

- Jika pada transformator mempunyai hubungan Y-∆ maka

terdapat belitan ∆ dengan kapasitas 3x kapasitas primer (sekunder), sehingga

Z0T = 3 x Z1T

- Jika pada transformator mempunyai hubungan Y-Y tanpa

belitan ∆ didalamnya sehingga Z0T = 10 x Z1T

3. Menghitung impedansi penyulang (feeder)

Impedansi penyulang tergantung pada luas penampang kabel yang

digunakan, panjang saluran, dan bahan yang digunakan (lihat lampiran 1 untuk

nilai impedansi dengan jenis penghantar yang berbeda).

Impedansi urutan positif dan negative pada penyulang dalam study hubung

singkat mempunyai nilai yang sama besar Z1L = Z2L . Secara umum impedansi

pada penyulang dapat dihitung dengan rumus :

ZL = Panjang saluran x Z per km

Jika nilai impedansi sumber, impedansi transformator, dan impedansi penyulang

telah di dapat, maka setiap nilai impedansi urutan dijumlahkan untuk

mendapatkan impedansi ekivalen urutan.


Z1eq = Z 2 eq = Z1S + Z1T + Z1L

Sedangkan untuk impedansi ekivalen urutan nol perlu dipertimbnagkan besarnya

tahanan pentanahan (Rn), sehingga didapat :

Z 0 eq = Z 0 S + Z 0T + 3Rn + Z 0 L

3.6.3 Sistem satuan per unit

Satuan perunit untuk setiap harga didefinisikan sebagai nilai sebenarnya yang ada

dari besaran tersebut dibagi dengan nilai dasar (nilai base) yang dipilih.

Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :

Nilai sebenarnya terhadap besaran yang ditinjau


Sistem per unit (pu) =
Nilai dasar (base) besaran yang dipilih

Dimana :
baseKVA
Base Arus (Ibase) =
3KVbase

( KVbase ) 2
Base Impedansi (Zbase) =
MVAbase

3.7 Penyetelan Rele Arus Lebih

3.7.1 Prinsip Dasar Perhitungan Penyetelan Arus


Arus kerja atau arus pick up (Ip) adalah arus yang memerintahkan rele arus

untuk bekerja dan menutup kontak a sehingga rele waktu bekerja. Sedangkan arus

kembali atau drop off (Id) adalah nilai arus dimana rele arus berhenti bekerja dan

kontak a kembali membuka., sehingga rele waktu berhenti bekerja.

PMT
t
Gambar 3.2 Arus Kerja dan Arus kembali (drop off)
a
Dari gambar 3.2 bila ta < t maka rele arus lebih dinyatakan tidak bekerja, dan

bila ta > t maka rele arus lebih dinyatakan bekerja. Perbandingan arus kembali dengan

I
arus kerja secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut : t = rele wa
Kd =
Id
Ip
I = rele Ar
Dimana, Kd adalah faktor arus kembali dengan karakteristik waktu tertentu dan

mempunyai nilai ≈ 1,0.


I
memiliki nilai 0,7-0,9. Untuk rele arus lebih dengan karakteristik waktu terbalik
Pada dasarnya penyetelan pengaman arus lebih dilakukan penyetelan atas

besaran arus dan waktu. Batasan dalam penyetelan arus yang harus diperhatikan

adalah :

- Batas penyetelan minimum arus kerja yang tidak boleh bekerja pada

saat arus baban maksimum.

K FK
Is = xI max
Kd

- Batas penyetelan maksimum arus kerja yang harus bekerja pada saat

arus gangguan minimum.

Is ≤ I hs 2φ

Secara umum Batasan dalam penyetelan arus dapat dituliskan sebagai berikut :

Imax < Is < Ihs min

Dimana :

Is = Nilai setting arus

KFK = Faktor keamanan (safety factor) sebesar 1,1 – 1,2

Kd = Faktor arus kembali

Imax = Arus beban maksimum yang diizinkan untuk alat yang diamankan, pada

umumnya diambil arus nominalnya (In).

Ihs min = Ihs (2 φ)min pada pembangkitan minimum

Cara penyetelan arus :


K FK
Is = xI n
Kd

Dimana :

a. Untuk arus lebih dengan karakteristik waktu tertentu ( definite time ) nilai KFK

sebesar 1,1 – 1,2 dan Kd sebesar 0,8.

b. Untuk arus lebih dengan karakteristik waktu terbalik ( inverse time ) nilai KFK

sebesar 1,1 – 1,2 dan Kd sebesar 1,0.

3.7.2 Prinsip Dasar Perhitungan Penyetelan Waktu

Untuk mendapatkan pengamanan yang selektif maka penyetelan waktunya

dibuat bertingkat agar bila ada gangguan arus lebih di beberapa seksi rele arus akan

bekerja.

Cara penyetelan waktu :

a. Rele arus lebih dengan karakteristik waktu tertentu (definite time)

Untuk rele arus lebih dengan karakteristik waktu tertentu, waktu kerjanya

tidak dipengaruhi oleh besarnya arus. Biasanya, setting waktu kerja pada rele arus

lebih dengan karakteristik waktu tertentu adalah sebesar 0,2 - 0,4 detik.
Waktu pelep
pengaman d
Gambar 3.2 Karakteristik rele dengan waktu tetap
0,6
Dari gambar 3.2 di atas dapat diketahui kelambatan waktu rele selalu

0,4
menunjukkan waktu yang tetap. Misalnya untuk kelebihan beban sebesar 450

Ampere, pelepasan beban baru dilaksanakan 0,4 detik kemudian.

0,2
b. Rele arus lebih dengan karakteristik waktu terbalik (inverse time)

A
Gambar 3.3 Gangguan pada sistem tenaga B
A
Akibat gangguan di F, maka :

If di F > If di A > If di B > If di C

Sehingga rele arus di A, B, dan C akan pick up, dimana tA > tB > tC.
Penyetelan waktu untuk karakteristik waktu terbalik dihitung berdasarkan

besarnya arus gangguan dimana waktu (t) pada sisi penyulang ditentukan sebesar 0,2

- 0,4 detik. Dan untuk mendapatkan pengamanan yang baik, yang terpenting adalah

menentukan beda waktu (Δ) antara dua tingkat pengaman agar pengamanan selektif

tetapi waktu untuk keseluruhannya tetap singkat.

Jadi, waktu penyetelan arusnya dapat ditentukan sebagai berikut :

tC = t1

tB = t1 + Δt

tA = tB + Δt

Hal – hal yang mempengaruhi Δt adalah :

- Kesalahan rele waktu di C dan B adalah 0,2 detik

- Waktu pembukaan PMT sampai hilangnya bunga api 0,06 – 0,14 detik

- Faktor keamanan sebesar 0,05 detik

- Kelambatan rele arus lebih pembantu dan arus over travel 0,005 detik.

Sehingga nilai Δt ditentukan sebesar 0,4 – 0,5 detik dan untuk rele dengan ketelitian

yang lebih nilai Δt ditentukan sebesar 0,2 – 0,4 detik.

Setelan waktu kerja standar inverse didapat dengan menggunakan kurva

waktu dan arus. Secara matematis dapat ditentukan dengan rumus :

α
 I  
t set x  fault  − 1
  I set  
tms =  
β
Dimana :

tms = factor pengali terhadap waktu

Ifault = Arus gangguan (Ampere)

Iset = Arus setting (Ampere)

tset = Waktu setting (detik)

α dan β = konstanta

Untuk menguji selektifitasnya, nilai setelan waktu ini diuji dengan

menggunakan rumus :

tmsx β
t set =
  I fault 
α

  − 1
  I set  
 

Untuk setelan waktu pada penyulang, nilai waktu selektifitasnya ditentukan

sebesar 0,7 - 0,9 detik. Waktu pada incoming feeder dibuat lebih besar agar pada saat

terjadi gangguan hubung singkat, rele pada penyulang bekerja sebagai proteksi yang

pertama dan bila gangguan tersebut tidak bisa diatasi maka rele pada incoming feeder

yang bekerja. Untuk selanjutnya nilai setelan rele tersebut dikoordinasikan dengan

Overload shedding. Dalam hal ini, tset pada Overload shedding diatur lebih besar

dibanding tset OCR. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi salah kerja antara Overload

shedding dengan rele arus lebih.


BAB IV

PERHITUNGAN DAN ANALISA OVERLOAD SHEDDING (OLS)

4.1. Umum

Gardu Induk Bukit Siguntang memiliki satu buah transformator yang

bertegangan 70/20 KV dengan daya sebesar 15 MVA dan melakukan interkoneksi

dengan PLTG Musi 2 yang masing-masing transformatornya memiliki tegangan

sebesar 6,3/20 KV dan daya sebesar 6,5 MVA. Diagram satu garis dari sistem saluran

distribusi GI Bukit Siguntang dan PLTG Musi 2 dapat dilihat pada Gambar 4.1

berikut.
PLTG MUSI 2 I PLTG MUSI 2 II PLTGMUSI 2III
SUMBER DAYA
GI BUKIT SIGUNTANG 6,75 MVA 6,75 MVA 6,75 MVA
6,3 KV G 6,3 KV G 6,3 KV G

70 kV
6,5 MVA 6,5 MVA 6,5 MVA
15 MVA 6,3/20KV 6,3/20KV 6,3/20KV
70/20KV
7,3 %
40ohm S2 S3 S4
20 kV
40ohm OLS S1
OCR INCOMING OCR
20 kV 20 kV
OCR OCR OCR OCR OCR OCR OCR

RUSA RESIDU

DOMBA KANCIL AVTUR PREMIX PREMIUM

GH GANDUS

AAAC 150 AAAC 150

Gambar 4.1 Diagram satu garis interkoneksi


GI Bukit Siguntang dan PLTG Musi 2
Pada sistem tenaga listrik di atas terjadi pemutusan daya dari PLTG Musi 2

yang mengakibatkan terjadinya beban lebih di sisi GI Bukit Siguntang. Sehingga,

perlu adanya proteksi yang khusus mengatasi beban lebih tersebut. Dalam hal ini

PLN memasang suatu pengaman dari jenis rele arus lebih yang khusus bekerja pada

saat terjadi beban lebih di sisi GI Bukit Siguntang. Pengaman ini lebih dikenal

dengan nama Over Load Shedding (OLS). Pada saat terjadi beban lebih OLS akan

memerintahkan PMT pada penyulang untuk melakukan pemutusan (trip). Sehingga

pada penggunaannya, setting OLS pada GI Bukit Siguntang ini akan dikoordinasikan

dengan setelan rele arus lebih (OCR). Dimana, setelan rele arus lebih ini didapat

dengan menggunakan hasil perhitungan arus gangguan hubung singkat pada tiap

penyulang di sisi GI Bukit Siguntang. Perhitungan arus hubung singkat pada

penyulang di sisi GI Bukit Siguntang akan dilakukan pada 100% dari panjang

penyulang dimana aliran daya dari PLTG Musi 2 diputus.

4.2. Data Jaringan

Data sistem meliputi data pembangkitan, transformator, dan data saluran. Data

ini didapat dari PT. PLN (Persero) P3B Sumatera UPT Palembang, PT. PLN

(Persero) WS2JB Sumatera Selatan, dan PT.Pura Daya Prima Palembang.


4.2.1. Data Sistem 70 KV Sisi GI Bukit Siguntang

Data sistem 20 KV pada Gardu Induk Bukit Siguntang meliputi :

MVA base = 15 MVA

MVAsc3 φ= 217,775 MVA

MVAsc1 φ= 6,353 MVA

4.2.2. Data Transformator

Data transformator untuk GI Bukit Siguntang dan PLTG Musi 2 dapat kita

lihat pada tabel 4.2 sebagai berikut

Tabel 4.2 Data transformator

Trafo sisi GI Trafo sisi PLTG Musi 2


Data Bukit
Siguntang PLTG PLTG PLTG
Musi 2 I Musi 2 II Musi 2 III
Kapasitas 15 MVA 6.5 6.5 6.5
Tegangan 70/20 6,3/20 6,3/20 6,3/20
Impedansi 7,3 % 8% 8% 8%
CT Ratio 600 : 5 600 : 5 600 : 5 600 : 5

4.2.3. Data Saluran


Tabel 4.3 Data Saluran untuk Tegangan Menengah 20 KV

Z Saluran (ohm / km )
Panjang Arus
Penyulang Penyulang Maksimum CT Ratio
Z1L = Z2L Z0L
(km) (Ampere)

Domba 10,03 125 0.225+j 0.321 0.373+j1.608 200 : 5


Kancil 12,50 260 0.225+j 0.321 0.373+j1.608 400 : 5
Rusa 2,10 220 0.225+j 0.321 0.373+j1.608 400 : 5
Avtur 19.65 86 0.225+j 0.321 0.373+j1.608 200 : 5
Premix 17,33 85 0.225+j 0.321 0.373+j1.608 100 : 5
Premium 24,04 166 0.225+j 0.321 0.373+j1.608 200 : 5
Residu 2,10 220 0.225+j 0.321 0.373+j1.608 300 : 5
Tahanan Pentanahan = 40 Ω

Jenis kabel yang dipakai adalah AAAC 150 mm2 dengan jari-jari 7,875 mm.

Sehingga dapat diketahui nilai

Z1 = 0.225+j0.321 Ω/km

Z0 = 0.373+j1.608 Ω/km

Nilai-nilai impedansi penghantar jenis lainnya dapat kita lihat pada lampiran 1.

4.3. Perhitungan Impedansi

4.3.1. Impedansi Dasar

MVAbase 15
I base = = = 0,433 KA = 433 A
3 xKVbase 3 x 20
( KVbase ) 2 (20) 2
Z base = = = 26,67 pu
MVAbase 15

4.3.2. Impedansi Sumber Pada GI Bukit Siguntang

Untuk sisi 70 KV dengan Kapasitas Sumber 15 MVA

a. Impedansi Sumber Urutan Positif


KVA sc 217 ,775 x10 3
ISC3 φ= = = 6286 ,62 A
3.KV base 3 x 20
6286 ,62
ISC3 φ(pu) = = 14 ,519 pu
433
Vf
ISC3 φ= j
Z1 S
Vf
Z1S = j
I SC 3φ
1
Z1S = j = j 0,0689 pu
14 ,519

b. Impedansi Sumber Urutan Negatif

Z1S = Z 2 S = j 0,0689 pu

c. Impedansi Sumber Urutan Nol


KVA sc 6,353 x10 3
ISC1 φ= = = 183 ,39 A
3.KV base 3 x 20
183 ,39
ISC1 φ(pu) = = 0,423 pu
433
3V f
ISC1 φ=
Z1S + Z 2 S + Z 0 S
3V f 3.1
Z1S + Z2S + Z0S = j = j = j 7,083 pu
I SC 0φ 0,423
Z 0 S = j 7,083 − 2( j 0,0689 ) = j 6,945 pu

4.3.3. Impedansi Transformator Pada GI Bukit Siguntang


2
MVA base ( KV trafo )
Z1T = Z 2T = Z pu xj x
MVA trafo ( KVbase ) 2

15 20 2
= 7,3% x x
15 20 2
= j 0,073 pu

Belitan pada transformator ini adalah hubungan Y-Y , sehingga :

Z 0T = 10 xZ 1T = 10 xj 0,073 = j 0,73 pu

4.3.4. Impedansi Saluran

Zperkm
Impedansi Saluran Z L = x panjang saluran
Z base

4.3.4.1 Pada Penyulang GI Bukit Siguntang

a. Penyulang Domba

Panjang saluran = 10,03 km

0,225 + j 0,321
Z1L = Z 2 L = x10 ,03
26 ,67
Z1L = Z 2 L = (0,085 + 0,121) pu

0,373 + j1,608
Z0L = x10 ,03
26 ,67
= (0,140 + 0,605) pu

b. Penyulang Kancil

Panjang saluran = 12,50 km

0,225 + j 0,321
Z1L = Z 2 L = x12 ,50
26 ,67
Z1L = Z 2 L = (0,105 + 0,150) pu
0,373 + j1,608
Z0 L = x12 ,50
26 ,67
= (0,175 + 0,754) pu

c. Penyulang Rusa

Panjang saluran = 2,10 km

0,225 + j 0,321
Z1L = Z 2 L = x 2,10
26 ,67
Z1L = Z 2 L = (0,018 + 0,025) pu
0,373 + j1,608
Z0L = x 2,10
26 ,67
= (0,029 + 0,127) pu

4.4. Perhitungan Gangguan Hubung Singkat

4.4.1. Perhitungan Pada GI Bukit Siguntang

a. Rangkaian urutan positif

Z1 S Z1 T Z
b. Rangkaian urutan negative
Vf
Z2S Z2T Z2L

c. Rangkaian urutan nol


Z0S Z0T Z0L
3Rn

4.4.1.1. Pada Penyulang Domba di 100% Panjang Saluran

- Gangguan Dua Phasa ( 2 φ)


Z1L = Z 2 L = 100 % x (0,085 + j 0,121) = (0,085 + j 0,121) pu

Z1eq = Z1S + Z1T + Z1L


= (j 0,0689) + (j0,073) + (0,085 + j 0,121)
= (0,085 + j 0,2629) pu
Z2eq = Z1eq = (0,085 + j 0,2629) pu

- Gangguan Dua Phasa ( 2 φ)


Z2eq = Z1eq = (0,085 + j 0,2629) pu
3 xV f 3 x1
If = =
Z1eq + Z 2 eq 2(0,085 + j 0,2629 )
3
If =
(0,170 + j 0,5258 )
3
If = = 3,134 pu
0,552
I f ( A) = I base xI f = 433 x3,134 =1357 ,18 A

- Gangguan Tiga Phasa ( 3 φ)

Z1eq = (0,085 + j 0,2629) pu


Vf 1
If = =
Z1eq (0,085 + j 0,2629 )
1
If =
0,276
If = 3,619 pu
I f ( A) = I base xI f = 433 x3,619 = 1567 ,14 A

4.4.1.2. Pada Penyulang Kancil Pada 100% Panjang Saluran

- Gangguan Dua Phasa ( 2 φ)

Z1L = Z 2 L = 100 % x (0,105 + j 0,150) = (0,105 + j 0,150) pu

Z1eq = Z1S + Z1T + Z1L


= (j 0,0689) + (j0,073) + (0,105 + j 0,150)
= (0,105 + j 0,2919) pu
Z2eq = Z1eq = (0,105 + j 0,2919) pu
3 xV f 3 x1
If = =
Z1eq + Z 2 eq 2(0,105 + j 0,2919 )

3
If =
(0,210 + j 0,5838 )
3
If = = 2,792 pu
0,620
I f ( A) = I base xI f = 433 x 2,792 =1208 ,82 A

- Gangguan Tiga Phasa ( 3 φ)

Z1eq = (0,105 + j 0,2919) pu


Vf 1
If = =
Z1eq (0,105 + j 0,2919 )
1
If =
0,310

I f = 3,224 pu
I f ( A) = I base xI f = 433 x3,224 = 1395 ,82 A
4.4.1.3. Pada Penyulang Rusa Pada 100% Panjang Saluran

- Gangguan Dua Phasa ( 2 φ)

Z1L = Z 2 L = 100 % x (0,018+ j 0,025) = (0,018+ j 0,025) pu

Z1eq = Z1S + Z1T + Z1L


= (j 0,0689) + (j0,073) + (0,018+ j 0,025)
= (0,018+ j 0,1669) pu
Z2eq = Z1eq = (0,018+ j 0,1669) pu
3 xV f 3 x1
If = =
Z1eq + Z 2 eq 2(0,018 + j 0,1669 )

3
If =
(0,036 + j 0,334 )
3
If = = 5,156 pu
0,336
I f ( A) = I base xI f = 433 x5,156 = 2232 ,51 A

- Gangguan Tiga Phasa ( 3 φ)

Z1eq = (0,018+ j 0,1669) pu


Vf 1
If = =
Z1eq (0,018 + j 0,1669 )
1
If =
0,168
If = 5,957 pu
I f ( A) = I base xI f = 433 x5,957 = 2579 ,41 A

Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Arus Hubung Singkat Pada 100% Panjang Saluran

Arus Gangguan Hubung


Penyulang Panjang Saluran (km) Singkat (A)
2 phasa 3 phasa
Domba 10,03 1357,18 1567,14
Kancil 12,50 1208,82 1395,82
Rusa 2,10 2232,51 2579,41

4.5. Koordinasi Dengan Relai Arus Lebih (OCR)

4.5.1. Setting pada Incoming sisi GI Bukit Siguntang

Setting Arus

Karakteristik rele invers :

kd = 1 dan KFK = 1,1 Ratio CT = 600 : 5 Ampere


MVAbase 15
Imax = Ibeban = = = 0,433 KA = 433 A
3 xKVbase 3 x 20

K FK
Iset (pri) = x Imax
Kd
1,1
= x 433 Amp.
1
= 476.3 Amp.
1
Iset (sek) = Iset (pri) x
RatioCT
5
= 476 .3 x Amp
600
= 3.97 Amp.

Setting Waktu (Tms)

t = 0,6 + Δt = 0,6 + 0,3 = 0,9 detik

Arus gangguan diambil pada arus gangguan 2 phasa ( If2Δ ) di incoming feeder

sisi 20 KV.
Z1eki = Z1eki = Z1S + Z1T

= (j 0,0689) + (j 0,073)

= (j 0,1419)

3 xV f 3 x1
If = =
Z1eq + Z 2 eq 2( j 0,1419 )
3
If =
( j 0,2838 )

I f = 6,103 ∠90 0 pu
I f ( A) = I base xI f = 433 x 6,103 = 2642 ,63 A

0.14 xTms
t =
Ifault 0,02
( ) −1
Iset
0.14 xTms
0,9 =
2642 ,63 0,02
( ) −1
476 ,3

2642 ,63 0,02


0.9 x (( ) −1)
476 ,3 = 0.224
Tms =
0.14

4.5.2. Setting pada Penyulang Domba

Setting Arus

Karakteristik rele invers :

kd = 1 dan KFK = 1,1 Ratio CT = 200 : 5 Ampere Imax = 125 Ampere

K FK
Iset (pri) = x Imax
Kd
1,1
= x 125 Amp.
1
= 137,5 Amp.
1
Iset (sek) = Iset (pri) x
RatioCT
5
= 137 ,5 x Amp.
200
= 3,44 Amp.

Setting Waktu (Tms)

t = 0.3 detik

Ifault = Ihs2ø pada 100 % panjang penyulang

= 1357,18 A

0.14 xTms
t =
Ifault 0,02
( ) −1
Iset
0.14 xTms
0,3 =
1357 ,18 0,02
( ) −1
137 ,5

1357 ,18 0,02


0.3 x (( ) −1)
137 ,5 = 0.100
Tms =
0.14

4.5.3. Setting pada Penyulang Kancil

Setting Arus

Karakteristik rele invers :

kd = 1 dan KFK = 1,1 Ratio CT = 400 : 5 Ampere Imax = 260 Ampere

K FK
Iset (pri) = x Imax
Kd
1,1
= x 260 Amp.
1
= 286 Amp.
1
Iset (sek) = Iset (pri) x
RatioCT
5
= 286 x Amp.
400
= 3,575 Amp.

Setting Waktu (Tms)

t = 0.3 detik

Ifault = Ihs2ø pada 100 % panjang penyulang

= 1208,82 A

0.14 xTms
t =
Ifault 0,02
( ) −1
Iset
0.14 xTms
0,3 =
1208 ,82 0,02
( ) −1
286

1208 ,82 0,02


0.3 x (( ) −1)
286 = 0,063
Tms =
0.14

4.5.4. Setting pada Penyulang Rusa

Setting Arus

Karakteristik rele invers :

kd = 1 dan KFK = 1,1 Ratio CT = 400 : 5 Ampere Imax = 220 Ampere


K FK
Iset (pri) = x Imax
Kd
1,1
= x 220 Amp.
1
= 242 Amp.
1
Iset (sek) = Iset (pri) x
RatioCT
5
= 242 x Amp.
400
= 3,025 Amp.

Setting Waktu (Tms)

t = 0.3 + Δt = 0,3 + 0,3 = 0,6 detik

Ifault = Ihs2ø pada 100 % panjang penyulang

= 2232,51 A

0.14 xTms
t =
Ifault 0,02
( ) −1
Iset
0.14 xTms
0,6 =
2232 ,51 0,02
( ) −1
242

2232 ,51 0,02


0,6 x (( ) −1)
242 = 0,195
Tms =
0.14
Pengaman OCR
Daerah Pengaman C.T ratio
Setting PLN Hasil perhitungan
tset
Iset tms Iset tms
Incoming Feeder OCR 600/5 0,9 433 0,300 476,3 0.224
Penyulang Domba OCR 200/5 0,3 125 0,175 137,5 0.100
Penyulang Kancil OCR 400/5 0,3 260 0,075 286 0.063
Penyulang Rusa OCR 400/5 0,6 220 0,175 242 0.195

4.6. Setting Over Load Shedding (OLS)

Seperti sudah dijelaskan sebelumnya bahwa OLS adalah pengaman

jenis Rele Arus Lebih yang khusus bekerja pada saat terjadi beban lebih, yang

kemudian akan memerintahkan PMT pada penyulang untuk melakukan

pemutusan (trip). Setting OLS pada GI Bukit Siguntang ini, kemudian akan

dikoordinasikan dengan setelan Rele Arus Lebih (OCR) yang telah dihitung

sebelumnya. Koordinasi ini dilakukan agar pada saat terjadi gangguan hubung

singkat di penyulang, OCR lebih dahulu bekerja dibanding OLS. Sehingga,


waktu pemutusan beban lebih diset lebih besar dibanding waktu pemutusan

hubung singkatnya.

4.6.1. Setting Overload Shedding (OLS) Di Incoming Feeder GI Bukit Siguntang

Setting Arus

Untuk setelan OLS di Incoming Feeder arus setting diusahakan

mendekati arus nominal trafonya yaitu sebesar 433 ampere, tetapi diset tidak

melebihi nilai tersebut. Dengan menggunakan safety factor sebesar 0,95

didapat arus setting sebagai berikut :

Iset (pri) = 0,95 x 433 Ampere

= 411,35 ampere
1
Iset (sek) = Iset (pri) x
RatioCT
5
= 411,35 x Ampere
600
= 3,43 Ampere

Setting Waktu (Tms)

Dengan menggunakan karakteristik rele definite :

0.14 xTms
t =
Ifault 0,02
( ) −1
Iset

Dimana,tms yang digunakan adalah tms pada OCR di incoming feeder dan

arus gangguan diambil pada saat semua beban pada penyulang dalam keadaan

maksimum dan semua pembangkit di PLTG Musi 2 dalam keadaan off (tidak

ada aliran daya dari PLTG Musi 2). Sehingga beban lebih yang terjadi di GI
Bukit Siguntang adalah penjumlahan beban-beban pada penyulang di kedua

sisi kecuali penyulang yang menjadi ekspress feeder. Hal tersebut dapat

dijelaskan sebagai berikut :

a. Penyulang Domba , Imax = 125 Ampere

b. Penyulang Kancil , Imax = 260 Ampere

c. Penyulang Avtur , Imax = 86 Ampere

d. Penyulang Premix , Imax = 85 Ampere

e. Penyulang Premium , Imax = 166 Ampere

Total beban yang menyebabkan beban lebih pada GI Bukit Siguntang adalah :

If = 125 Ampere + 260 Ampere +86 Ampere + 85 Ampere + 166 Ampere

= 722 Ampere

Sehingga, setting waktu OLS maksimum yang menyebabkan beban

lebih adalah sebagai berikut :

0.14 xTms
t =
Ifault 0,02
( ) −1
Iset
0,14 x 0,224
0 , 02
t =  722 
−1
 
 411 ,35 

t = 2,7715 detik
Untuk meminimalisasikan kerusakan dan waktu gangguan, maka

waktu yang diambil untuk pelepasan beban pada penyulang adalah lebih kecil

dari waktu maksimum yang menyebabkan beban lebih dan lebih besar dari

waktu setting hubung singkat (OCR).

Dalam hal ini, untuk menentukan pelepasan beban pada penyulang

dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain :

- Daerah yang dipadamkan harus seminimal mungkin.

- Pelepasan beban diusahakan tidak terjadi pada penyulang yang

memiliki beban-beban penting.

- Pelepasan beban dilakukan secara bertahap untuk menghindari

pelepasan beban yang berlebihan.

Berdasarkan pertimbangan di atas, maka penyulang yang mengalami

pelepasan beban dapat dilihat dari tabel 4.5 berikut :

Tabel 4.5 Setting Pelepasan Beban Lebih (OLS)

No. Tahap pelepasan Imaks Waktu setting


(Ampere) (detik)
1. Penyulang Domba 125 1
2. Penyulang Kancil 260 1,5

Dari tabel 4.5, dapat kita ketahui bahwa pelepasan beban pertama

terjadi pada penyulang Domba dengan waktu setting pelepasan beban 1 detik
dan pelepasan beban kedua terjadi pada penyulang Kancil dengan waktu

setting pelepasan beban 1,5 detik. Sehingga selisih waktu (Δt) sebesar 0,5

detik. Selisih waktu ini menyebabkan pelepasan beban terjadi secara bertahap

dan rele bekerja lebih selektif. Namun waktu untuk keseluruhannya tetap

singkat.

NB : Beban pd rusa sdh t’masuk beban2 pd pnyulang PLTG Musi 2 atau beban

pd rusa sdh dialirkan ke beban2 PLTG Musi2 dan beban residu diabaikan,

karena tidak ada sumber daya u/ dialirkan ke GI Bukit Siguntang.


NB : Pd Pelepasan I diambil 1 detik, karena sdh melwati bts wktu setting short

sircuit 0,9 detik dan semakin cpat wktu pemutusan, maka keandalan semakin

baik. Kedua beban tersebut sdh dpt mengatasi beban lebih pd GI Bukit

Siguntang Sehingga Penyulang rusa tidak perlu mengalami pemutusan beban.

OCR OLS
900

800
Arus Gangguan > 765
765
Arus Gangguan (Ampere)

700

600

765 > Arus Gangguan > 546


546

500

546 > Arus Gangguan > 433


433
400

0.55 0.6 0.65 0.7 0.75 0.8


Waktu Kerja Pelepasan Beban (detik)

Gambar 4.2 Koordinasi Over Load shedding (OLS)


4.5.4 Setting Waktu Pemutusan Beban di Penyulang

Untuk selanjutnya, nilai tms digunakan untuk koordinasi setting waktu

pemutusan pada penyulang. Pada keadaan sistem tidak mengalami beban puncak,

maka over load tidak terlalu besar. Sehingga, pemutusan tidak terjadi di setiap

penyulang. Hal ini akan berbeda pada saat terjadi beban puncak, dimana pemutusan

dapat terjadi pada tiap penyulang. Periode pemutusan beban tersebut diperlihatkan

oleh gambar 3.3 berikut.

Timer Pada Penyulang

OLS
t kancil =t rusa + t
GI Bukit Siguntang

t t rusa =t domba + t

t domba =t

Gambar 3.3 Sistem pemutusan beban

Dari gambar 3.3 dapat dihitung setting waktu pemutusan pada masing –

masing penyulang pada sisi GI Bukit Siguntang dimana timer pada setiap penyulang

disetting 0,05 lebih lambat daripada waktu pemutusan sebelumnya.

Δt = 0,05

t1 = t = tOLS
t2 = t1 + Δt

t3 = t2 + Δt
Tabel 4.6 Setting Waktu Kerja Koordinasi OCR dan OLS

Ifault Waktu kerja OCR


Incoming Domba Kancil Rusa Avtur Premix Premium OLS
0 -0.03136 -0.01526 -0.0098 -0.0161 -0.0147 -0.01526 -0.00952 -0.00042
50 -0.71131 -0.7619 -0.28589 -0.51858 -1.16006 -1.22661 -0.76523 -0.01007884
100 -1.02032 -2.40359 -0.47122 -0.91895 13.23286 11.34506 7.07765 -0.01484429
150 -1.37283 8.76134 -0.76418 -1.69109 1.58709 1.6066 1.00228 -0.02060661
200 -1.82274 2.02871 -1.37486 -4.23111 0.97442 0.99587 0.62127 -0.0285148
250 -2.44823 1.26865 -3.64719 24.74351 0.74899 0.76819 0.47924 -0.04068887
300 -3.40769 0.97039 10.24815 3.73885 0.62952 0.64687 0.40355 -0.06262252
350 -5.09778 0.80904 2.42155 2.17356 0.55449 0.57045 0.35587 -0.11539124
400 -8.97553 0.70692 1.45573 1.59387 0.50246 0.51734 0.32275 -0.43062465
450 -27.6212 0.63594 1.07617 1.28971 0.46396 0.47799 0.29820 0.30416932
500 32.27415 0.58342 0.87228 1.10129 0.43415 0.44749 0.27917 0.12023516
550 10.88303 0.54279 0.74443 0.97251 0.41024 0.42301 0.26390 0.077665
600 6.77569 0.51029 0.65644 0.87855 0.39058 0.40286 0.25133 0.05866739
650 5.02736 0.48361 0.59196 0.80673 0.37406 0.38592 0.24076 0.04787629
700 4.05672 0.46124 0.54255 0.74988 0.35994 0.37143 0.23172 0.04090028
750 3.43789 0.44218 0.50337 0.70365 0.34752 0.35888 0.22389 0.03600864
800 3.00808 0.42569 0.47148 0.66524 0.33697 0.34786 0.21701 0.03238108
850 2.69159 0.41128 0.44497 0.63275 0.32747 0.3381 0.21093 0.0295785
900 2.44842 0.39853 0.42254 0.60487 0.31897 0.32938 0.20548 0.02734452
950 2.25546 0.38717 0.40329 0.58064 0.31133 0.32152 0.20058 0.02551933
1000 2.0984 0.37697 0.38657 0.55936 0.30439 0.31439 0.19614 0.02399808
1050 1.96792 0.36774 0.37188 0.5405 0.29808 0.30791 0.19209 0.02270913
1100 1.85768 0.35935 0.35887 0.52365 0.29229 0.30195 0.18837 0.02160181
1150 1.76321 0.35167 0.34725 0.50849 0.28696 0.29647 0.18495 0.02063929
1200 1.68128 0.34461 0.3368 0.49476 0.28203 0.2914 0.18179 0.01979412
1250 1.60949 0.3381 0.32735 0.48226 0.27745 0.28669 0.17886 0.01904544
1300 1.54601 0.33207 0.31874 0.47082 0.27319 0.28231 0.17612 0.01837708
1350 1.48944 0.32645 0.31087 0.46031 0.26922 0.27822 0.17357 0.01777635
1400 1.43868 0.32122 0.30364 0.45061 0.26549 0.27438 0.17117 0.0172331
1450 1.39284 0.31632 0.29697 0.44162 0.26198 0.27077 0.16892 0.01673914
1500 1.35122 0.31173 0.2908 0.43327 0.25868 0.26737 0.16680 0.0162878
1550 1.31324 0.30741 0.28506 0.42548 0.25556 0.26416 0.16480 0.01587356
1600 1.27842 0.30334 0.27972 0.41819 0.25261 0.26112 0.16290 0.01549182
1650 1.24637 0.29949 0.27472 0.41136 0.24981 0.25824 0.16111 0.01513874
1700 1.21676 0.29584 0.27004 0.40494 0.24716 0.25551 0.15940 0.01481105
1750 1.18932 0.29238 0.26564 0.39889 0.24463 0.25291 0.15778 0.01450599
1800 1.16378 0.2891 0.26149 0.39318 0.24222 0.25043 0.15623 0.01422116
1850 1.13997 0.28597 0.25759 0.38778 0.23992 0.24806 0.15475 0.01395452
1900 1.11769 0.28299 0.25389 0.38265 0.23773 0.24579 0.15334 0.01370429
1950 1.09682 0.28015 0.25039 0.37779 0.23562 0.24363 0.15199 0.01346892
2000 1.07719 0.27743 0.24707 0.37317 0.23361 0.24155 0.15069 0.01324704
2050 1.0587 0.27482 0.24391 0.36876 0.23168 0.23956 0.14945 0.01303748
2100 1.04125 0.27233 0.24091 0.36456 0.22982 0.23765 0.14826 0.01283916
2150 1.02475 0.26993 0.23804 0.36055 0.22803 0.23581 0.14711 0.01265116
2200 1.00913 0.26763 0.2353 0.35671 0.22632 0.23404 0.14601 0.01247264
2250 0.99429 0.26542 0.23268 0.35304 0.22466 0.23233 0.14494 0.01230286
2300 0.9802 0.26329 0.23018 0.34951 0.22306 0.23069 0.14392 0.01214116
2350 0.96678 0.26124 0.22778 0.34613 0.22152 0.22909 0.14292 0.01198692
2400 0.95399 0.25926 0.22548 0.34288 0.22003 0.22756 0.14197 0.01183963
2450 0.94179 0.25735 0.22327 0.33976 0.21859 0.22608 0.14104 0.01169877
2500 0.93013 0.25551 0.22114 0.33675 0.21719 0.22464 0.14015 0.01156393

You might also like