You are on page 1of 39

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem gastrointestinal berjalan mulai dari mulut ke anus, yang
berfungsi untuk ingesti dan pendorongan makanan, pencernaannya, serta
penyerapan zat-zat gizi yang penting bagi pertumbuhan dan kehidupan.
Saluran GI berawal di rongga mulut berlanjut ke esofagus dan lambung
dimana makanan sementara disimpan sampai di salurkan ke usus halus.
Setelah diserap di usus makanan disalurkan ke usus besar (colon dan rectum).
Organ-organ tambahan sistem GI meliputi hati, pankreas, kandung empedu
dan apendik. Jika salah satu organ GI terganggu maka akan menimbulkan
gangguan, salah satunya apendik. Apendik cenderung menjadi tersumbat atau
rentan terhadap infeksi bila pengosongan mukusnya tidak efektif dan
lumennya yang kecil kira-kira 7% dari populasi akan mengalami
apendikdisitis. Apendikdisitis sering terjadi antara 20 dan 30 tahun.
Untuk itu diperlukan adanya kerjasama dalam melaksanakan ASKEP pada
klien dengan apendiksitis baik perawat, individu dan keluarga, sehingga
tercapai keperawatan yang komprehensif.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melalui makalah ini diharapkan kelompok mampu melaksanakan Askep
pada klien apendik.
2. Tujuan Khusus
Setelah membaca makalah ini kelompok diharapkan :
a. Mampu menjelaskan tentang konsep apendiksitis.
b. Mampu melakukan pengkajian pada klien post
apendiktomi
c. Mampu membuat rencana asuhan keperawatan pada klien
post apendiktomi.

1
d. Mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada
klien post appendiktomi.
e. Mampu melaksanakan evaluasi keperawatan.

C. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan makalah ini
adalah studi literatur dimana penyusun menggunakan buku-buku sumber
sebagai bahan acuan dalam pembuatan makalah ini.

D. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Metode Penulisan
D. Sistematika Penulisan
BAB II : TINJAUAN TEORITIS
A. Gambaran Umum
B. Pengertian
C. Penyebab
D. Gambaran Klinis
E. Klasifikasi
F. Pathofisiologi
G. Evaluasi Diagnostik
H. Penatalaksanaan
I. Komplikasi
Tinjauan Teoritis Asuhan Keperawatan
BAB III : TINJAUAN KASUS
BAB IV : PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Gambaran Umum
Apendix merupakan organ tambahan pada sistem pencernaan.
Apendiks panjangnya kira-kira 10 cm (4 inchi), melekat pada sekum tepat
dibawah katup ileosekal, apendix berisi mukus dan mengosongkan diri secara
teratur, kedalam sekum, karena pengosongan yang tidak efektif dan lumen
yang kecil apendix cenderung menjadi tersumbat dan rentan terhadap infeksi.
Kira-kira 7% dari populasi akan mengalami apendixitis pada waktu
yang bersamaan dalam hidup mereka. Pria lebih sering mengalami
apendixitis, dibandingkan wanita, dan remaja lebih sering mengalami daripada
orang dewasa, meskipun sering terjadi pada usia berapapun, apendixitis paling
sering terjadi antara usia 20 dan 30 tahun (Brunner dan Suddarth,
Keperawatan Medikal Bedah 2002. 1097)

B. Pengertian
Apendixitis adalah peradangan apendix yang relatif sering dijumpai
yang dapat timbul tanpa sebab yang jelas atau timbul setelah obstruksi
apendix oleh tinja, atau akibat terpuntirnya apendix atau pembuluh darahnya.
(Curwin, Patohofisiologi, 2001. 529)

C. Penyebab
Penyebab dari apendixitis ialah terjadinya obstruksi pada lumen
apendix. Obstruksi pada Lumen apendix biasanya diakibatkan oleh:
- Fecalith
- Cacing
- Pembesaran jaringan limpoid
- Infeksi Virus
- Efek samping dari tindakan barium enema.
- Biji-bijian
- Tumor

3
D. Gambaran Klinis
Nyeri pada daerah abdomen kuadran kanan bawah dan biasanya
disertai oleh demam ringan, mual, muntah dan hilangnya nafsu makan,
terdapatnya nyeri tekan dan nyeri lepas.
Bila apendix melingkar di belakang sekum perasaan nyeri dan nyeri
tekan dapat terasa didaerah lumbar, bila ujung apendix ada pada pelvis, tanda-
tanda ini dapat diketahui hanya dengan pemeriksaan rektal. Nyeri pada saat
berkemih menunjukan letak ujung apendix dekat dengan kandung kemih atau
ureter adanya kekakuan pada bagian bawah otot rektus kanan dapat terjadi.
Tanda Rovsing dapat timbul dengan melakukan palpasi kuadran
bawah kiri, yang secara paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa dikuadran
kanan bawah. Apabila apendix telah ruptur nyeri menjadi menyebar, terjadi
distensi abdomen akibat ileus paralitik.

E. Klasifikasi
Apendixitis dapat diklasifikasikan berdasarkan munculnya gejala
sebagai berikut :
1. Apendixitis akut : yaitu apendixitis yang timbul secara tiba-tiba dan
dirasakan sangat hebat.
2. Apendixitis kronis : yaitu apendixitis yang timbul secara yang dirasakan
hilang timbul dan diketahuinya dalam kondisi yang
sudah berat.

4
F. Pathofisisologi
Obstruksi lumen apendix oleh
berbagai penyebab

menghambat dan menyumbat pengeluaran mukus
dari lumen apendix

Terjadi reaksi inflamasi/infeksi

Peningkatan tekanan intra luminal

Nyeri abdomen atas/ Aliran darah ke dalam apendix


Menyebar hebat secara progresif menurun
↓ ↓
Dalam beberapa jam nyeri terlokalisasi Hipoxia pada jaringan
di kuadran kanan bawah lumen apendix

Nekrosis

Gangren

Perforasi dalam jangka waktu
24-36 jam

G. Evaluasi Diagnostik
- Pada pemeriksaan laboratium, didapatkan peningkatan jumlah
leukosit lebih dari 10.000/mm3
- Pemeriksaan USG menunjukan adanya densitas pada kuadran
kanan bawah abdomen atau adanya aliran udara terlokalisasi.

H. Penatalaksanaan
Pada kasus apendixitis pembedahan diindikasikan bila diagnosa,
apendixitis telah ditegakan, antibiotik dan cairan intravena diberikan sampai
pembedahan dilakukan.
Apendixtomy dilakukan untuk menurunkan resiko terjadi perforasi.

5
I. Komplikasi
Komplikasi utama pada apendixitis adalah terjadi apendix perforasi
yang dapat berkembang menjadi peritonitis atau abses. Perforasi terjadi 24
jam setelah awitan nyeri insiden terjadinya apendix perforasi lebih tinggi pada
anak dan lansia.

TINJAUAN TEORI ASUHAN KEPERAWATAN :


I. Pengkajian
a. Identitas Klien.
Perlu dikumpulkan data-data yaitu nama, umur, alamat, dan pekerjaan
klien serta data lain yang diperlukan.
b. Keluhan Utama.
Perlu dikaji adanya rasa nyeri pada abdomen daerah kuadran kanan
bawah.
c. Riwayat Kesehatan.
Kembangkan dari keluhan utama dengan menggunakan PQRST.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu.
- Kaji apakah pernah klien dioperasi pada bagian abdomen.
- Riwayat pernah diberi bubur barium enema.
- Riwayat diit tinggi serat.
- Riwayat kebiasaan memakan-makanan biji-bijian.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji adakah kebiasaan didalam anggota keluarga yang dapat
menyebabkan apendix.
f. Pemeriksaan Fisik.
 Sistem Pernafasan
Adanya takipneu dan pernafasan dangkal akibat adanya rasa nyeri.
 Sistem Kardiovaskular.
Adanya takikardi juga akibat perasaan nyeri.
 Sistem Percernaan

6
- Pada inspeksi terlihat perilaku klien berhati-hati dan atau
tidur terlentang dengan lutut ditekuk
- Penurunan atau tidak adanya bising usus.
- Nyeri atau perasan tidak enak pada daerah epigastrium atau
nyeri umbilikal diikuti dengan anorexia, nausea dan atau tanpa
vomitus. Gejala ini berlangsung 1-2 hari selanjutnya nyeri tersebut
bergeser ke daerah kuadran kanan bawah.
- Pada palpasi di daerah kuadran kanan bawah terasa ada yg
membengkak dan klien merasa nyeri, nyeri tekan dan nyeri lepas
(+), disertai spasme otot (detense musculer (+)), adanya perasaan
ingin defekasi atau flatus yang sering.
 Sistem Persarafan
Ditemukan adanya rasa nyeri, nyeri tekan dan lepas pada abdomen
kuadran kanan bawah.
 Sistem Endokrin
Tidak ditemukan adanya pembesaran kelenjar thyroid
 Sistem Genitourinaria
- Pada preoperasi : Tidak ditemukan adanya kelainan
- Pada post operasi : Sering ditemukan adanya inkontinensia urine
akibat pengaruh anastesi.
 Sistem muskuloskeletal
Ditemukan adanya kekakuan otot pada daerah abdomen dan pada
daerah ekstermitas terjadi kelemahan otot karena kurangnya suplai
nutrisi akibat proses infeksi yang terjadi pada daerah usus.
 Sistem Integumen
Suhu tubuh meningkat karena adanya proses infeksi.
 Sistem penglihatan, pendengaran dan wicara
Tidak ditemukan adanya kelainan pada kasus appendiktomie.

7
g. Data Psikologis
1) Status emosi
Klien labil karena adanya rasa nyeri.
2) Kecemasan
Meningkat karena akan menghadapi prosedur operasi dan karena
kurangnya pengetahuan pasien tentang penyakit dan cara perawatan.
3) Gaya komunikasi
Pada dasarnya tidak ada gangguan kecuali ketika klien merasa nyeri.
4) Konsep diri
Yang dikaji adalah gambaran diri, peran diri, harga diri, identitas diri
dan ideal diri.
h. Data Sosial
Berisi hubungan dan pola interaksi antara pasien dan keluarga serta
masyarakat selama ia menderita sakit.
i. Data Spiritual
Mengidentifikasikan tentang keyakinan hidup, optimisme terhadap
kesembuhan penyakitnya dan gangguan dalam melaksanakan ibadah.
j. Data Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
Ditemukan leukositosis, neutropil meningkat sampai 70%, pada
pemeriksaan urine normal tetapi eritrosit/leukosit mungkin ada.
2) Rontgen
Foto abdomen dapat dinyatakan adanya pengerasan material pada
appendik, ileus terlokalisir.

8
II. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan distensi
jaringan usus akibat inflamasi/adanya insisi bedah
Intervensi :
• Bimbing dan ajarkan klien teknik relaksasi nafas dalam (Pursed Lips
Breathing) dan batuk efektif.
• Lakukan teknik distraksi : berikan posisi nyaman sesuai keinginan
klien.
• Kolaborasi pemberian analgetik.
• Kaji ulang skala nyeri.
2. Resiko kekurangan nutrisi berhubungan dengan muntah, pra
operasi, pembatasan pasca operasi (puasa), status hipermetabolik
(demam), inflamasi peritonium dengan cairan asing.
Intervensi :
• Monitor BU dan flatus setiap satu jam
• Monitor adanya kembung dan muntah
• Lanjutkan pemberian nutrisi parenteral.
• Lakukan test veeding bila BU dan flatus (+)
• Berikan makanan secara bertahap mulai dari cair, lunak, nasi biasa
dengan diit TKTP.
• Kolaborasi pemberian terapi antiemetik.
3. Gangguan pemenuhan aktivitas berhubungan dengan
kelemahan
Intervensi :
• Bantu klien memenuhi kebutuhan aktivitasnya.
• Berikan pembatasan tentang pentingnya mobilisasi dini, cara dan
waktunya.
• Berikan latihan mobilisasi secara bertahap.
• Libatkan keluarga dalam memenuhi kebutuhan aktivitas klien.

9
• Berikan kesempatan pada klien untuk memenuhi kebutuhan
aktivitasnya.
4. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan adanya luka
post operasi tindakan/prosedur invasif.
Intervensi :
• Ganti sprei dan pakaian yang kotor serta potong kuku klien
• Lakukan perawatan luka (ganti verban) mulai hari ke-3, selanjutnya
setiap hari dengan teknik aseptik dan antiseptik.
• Monitor tanda-tanda vital dan tanda-tanda infeksi di sekitar luka.
• Kolaborasi pemberian antibiotik dan antivirus
• Kolaborasi pemeriksaan hematokrit, Hb dan leukosit ulang.
5. Pola nafas tidak efektif berhubungan denagn akumulasi sekret
akibat efek samping anasthesi.
Intervensi :
• Monitor kepatenan jalan napas, respiratory rate, irama, pola dan bunyi
nafas.
• Pertahankan posisi semi fowler.
• Berikan terapi O2 sesuai dengan kbutuhan.
• Miringkan kepala klien ke salah satu sisi
• Bila perlu lakukan suctioning.
6. Gangguan kebutuhan istirahat dan tidur berhubungan dengan
adanya rasa nyeri.
Intervensi :
• Ciptakan lingkungan yang nyaman untuk tidur.
• Anjurkan berdo’a, membaca dll yang dapat memberikan ketenangan
saat tidur.
• Atur program pengobatan dan perawatan sehingga tidak mengganggu
waktu tidur klien.
• Anjurkan keluarga untuk mendampingi klien saat tidur.

10
• Anjurkan klien untuk tidak melakukan aktivitas sebelum tidur dan
anjurkan untuk minum susu hangat.
• Kolaborasi untuk pemberian obat tidur, bila diperlukan.
III. Pelaksanaan/Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah direncanakan dan
pelaksanaannya berdasarkan urutan waktu tindakan yang dilakukan.

IV. Evaluasi
Evaluasi terdiri dari evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi ini
ditujukan untuk menilai perkembangan klien berupa catatan SOAPIER yang
dibuat untuk menentukan apakah :
1. Tujuan telah tercapai dengan waktu yang ditentukan dalam intervensi.
2. Tujuan hanya tercapai sebagian
3. Terjadi penurunan kondisi klien.

11
BAB III
TINJAUAN KASUS

Pengumpulan Data
1. Biodata
a. Biodata Klien
Nama : An. E
Umur : 10 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : -
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Jl. Inpres III RT. 01/01 No. 51 Carangan -
Ciledug
Tanggal Masuk : 26 April 2004
Tanggal Pengkajian : 27 Mei 2004
No. CM : 04133107
Diagnosa medis : Post op Appendictomi per Laparotomi atas
Indikasi Apendiksitis Perforasi.

b. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn. J
Umur : 42 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Inpres III RT. 01/01 No. 51 Carangan -
Ciledug
Hubungan dgn klien : Ayah klien

12
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Nyeri daerah luka operasi.
b. Keluhan waktu didata
Pada saat didata klien mengeluh nyeri pada daerah luka operasi, nyeri
dirasakan bertambah berat bila klien berubah posisi atau tidur dengan kaki
diluruskan, nyeri dirasakan berkurang bila klien tidur dengan posisi
terlentang dengan kaki ditekuk. Nyeri dirasakan oleh klien seperti diiris-
iris dan terasa perih. Nyeri dirasakan hanya terlokalisasi pada daerah
operasi, skala nyeri klien 3 (skala 1-5) nyeri dirasakan + 2 menit dan
terasa setiap 10-15 menit sekali.
c. Riwayat masuk RS
Sekitar 10 hari sebelum masuk RS klien mengeluh sakit perut, kembung
dan perut terasa mengeras, lalu dibawa ke klinik kesehatan. Klien
didiagnosa typoid abdominalis, lalu klien diberi obat dan pulang. 2 hari
sebelum masuk RS perutnya semakin kembung dan mengeras dan
esoknya klien muntah-muntah. Tanggal 26 April 2004, klien dibawa ke
RSU Tangerang dan esoknya dilakukan laparatomy + appendictomy a.i
apendicsitis perforasi.
Pada tanggal 22 Mei 2004 klien dilakukan operasi yang kedua kalinya
dengan laparatomi explorasi + ileotomi terminal dan colostomi asenden.
d. Riwayat kesehatan lalu
Klien belum pernah menderita penyakit yang sama dan belum pernah
menderita penyakit yang berat yang menyebabkan klien dirawat di RS.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Di dalam keluarga klien, tidak ada yang menderita penyakit yang sama
dengan klien, serta penyakit lain seperti asma, TBC, hepatitis, maupun
DM.

13
3. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem pernafasan
Bentuk dan ukuran hidung simetris, tidak terdapat pernafasan cuping
hidung, tidak ada sumbatan pada lubang hidung, tidak ada pengeluaran
abnormal dari lubang hidung, mukosa hidung tampak merah muda dan
tidak ada pembengkakan, tidak ada pembesaran konkha, tidak ada nyeri
pada penekanan rongga sinus.
Bentuk dada simetris, pengembangan rongga dada simetris, tidak ada
penggunaan otot-otot pernafasan tambahan. Pengembangan paru
sempurna, pada pemeriksaan fokal premitus getaran teraba simetris antara
paru kanan dan kiri, semakin ke ujung getaran terasa semakin lemah.
Suara paru terdengar bersih, pada periksa ketuk suara paru terdengar
resonan, tidak terdapat adanya penumpukan sekret, respirasi 24x.menit.

b. Sistem Cardiovaskuler
Hate Rate : 96x/menit, bunyi jantung S1 dan S2 terdengar murni reguler,
pada pemeriksaan perkusi ukuran jantung terletak antara intercosta II
sampai intercosta V.
Pada pemeriksaan vaskularisasi, conjungtiva tampak anemis, nadi pada
ekstermitas teraba dengan jelas dan tidak mudah menghilang, akral teraba
hangat dan tidak ada cyanosis, CRT 2 detik.

c. Sistem Pencernaan
Bibir tampak kering dan agak pecah-pecah, gigi sudah tumbuh lengkap 20
buah, tidak ada pembengkakan maupun perdarahan gusi, lidah agak kotor,
palatum tidak ada kelainan, tidak ada pembesaran tonsil, refleks menelan
baik.
Bising usus (+) 8x./menit merata pada setiap region, pada pemeriksaan
perkusi pada setiap region bunyi usus terdengar resonan, tidak ada
penumpukan cairan pada rongga abdomen, terdapat luka kolostomi
dibawah kanan umbilikus, tidak teraba pembesaran hepar maupun limpa,

14
keadaan anus bersih dan tidak terdapat luka. Berat badan dan tinggi badan
tidak terkaji.

d. Sistem Persyarafan
Kesadaran : Compos mentis
Orientasi orang : klien dapat menyebutkan orang yang berdiri di
depannya
Orientasi tempat : klien mengatakan ia berada di RSU Tangerang
Orientasi waktu : klien mampu menyebutkan hari apa sekarang
Pemeriksaan nervus cranial I-XII tidak ada kelainan.
Pemeriksaan refleks :
Bisep (+)
Trisep (+)
Patella (+)
Babinsky (-)

e. Sistem Integumen
Kulit kepala bersih, rambut agak kotor, tidak ada ketombe, tidak ada luka
pada kulit kepala. Warna kulit sawo matang, kulit teraba hangat, terdapat
luka pada abdomen yaitu bekas operasi laparatomi explorasi dan
colostomi + illeostomi. Luka laparatomi explorasi terletak pada abdomen
kuadran bawah. Sayatan horizontal sepanjang + 15 cm. pada sayatan
terpasang agraf sebanyak 20 buah, keadaan luka tampak kemerahan, luka
tampak basah, terdapat pus pada luka sebelah kanan. Keadaan kulit sekitar
luka tampak kemerahan dan terdapat alergi bekas pemasangan heperfik.
Luka kolostomi terletak pada kuadran kanan bawah dengan diameter + 7
cm. Keadaan stoma tampak kemerahan, tidak mengeluarkan darah/pus,
feces keluar + 20 cc setiap jam, feces merembes pada luka yang berada di
bawahnya, suhu 36,70C.

15
f. Sistem Muskuloskeletal
Bentuk kepala normal, tidak ada makrosefalus/mikrosefalus. Keadaan
tulang belakang tidak ada kifosis, lordosis maupun skoliosis, ekstermitas
kanan dan kiri simetris, tidak ada kelainan, tidak ada deformitas, tidak ada
kekakuan sendi, setiap sendi dapat bergerak dengan bebas. Keadaan otot
5 5
hipotoni, kekuatan otot 4 4

g. Sistem Genitourinaria
Tidak ada oedema pada palpebra, tidak ada oedema pada ekstremitas,
tidak ada penumpukan cairan pada abdomen, ginjal tidak teraba, tidak
terdapat nyeri pada pemeriksaan perkusi ginjal.
Pada saat dikaji kandung kemih tampak kosong, tidak terdapat adanya
nyeri tekan ataupun nyeri ketuk pada kandung kemih, keadaan uretra
bersih, tidak ada peradangan ataupun kelainan-kelainan. Keadaan genital
tidak ada kelainan, tidak ada keluhan yang berhubungan dengan masalah
reproduksinya.

h. Sistem Endokrin
Tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid, tidak teraba pembesaran kelenjar
getah bening jugularis, terdapat pembesaran kelenjar getah bening
femoralis.

i. Sistem Panca Indera


Bentuk mata simetris, refleks kornea (+), refleks pupil (+), bentuk pupil
bulat isokor, fungsi penglihatan masih baik, terbukti klien mampu
membaca papan nama perawat pada jarak 36 cm. Bentuk hidung simetris,
kemampuan klien menghirup masih baik, bentuk telinga simetris, daun
telinga teraba lunak, lubang telinga bersih, tidak ada serumen, tidak ada
pengeluaran abnormal dari lubang telinga. Fungsi pendengaran masih
baik, fungsi pengecapan klien masih baik.

16
4. Pengkajian Psikososial Spiritual (Klien dan Keluarga)
a. Psikologis
1) Status emosi : Emosi klien tampak stabil
2) Kecemasan : Klien tampak tenang, keluarga tampak
gelisah, keluarga sering menanyakan keadaan klien, dan kemungkinan
penyembuhan klien. Klien tampak cemas.
3) Konsep diri
• Body Image : Klien mengatakan semua bagian tubuhnya ia sukai,
klien juga mengatakan tidak menjadi masalah bagi
dirinya dengan keadaannya yang terdapat luka
kolostomi.
• Identitas : Klien mengatakan ia adalah seorang perempuan,
dan ia puas dengan jenis kelaminnya.
• Ideal diri : Klien berharap ia segera sembuh dan kembali
melanjutkan sekolahnya agar ia bisa mencapai
cita-citanya.
• Harga diri : Klien mengatakan bahwa semua anggota keluarga
menghargai dirinya, keluarganya sekarang mau
menerima keadaannya sekarang, dan tidak ada
yang mengejeknya.
• Peran : Klien mengatakan ia adalah anak pertama, yang
harus memberi contoh pada adiknya, dan dengan
keadaannya sekarang klien mengatakan ia tidak
bisa membantu ibunya di rumah.

b. Sosial
Klien mau menerima kehadiran perawat dengan senang hati, klien mau
menerima kehadiran anggota keluarganya dan klien akrab dengan klien
lain yang sekamar dengannya.

17
c. Spiritual
Klien meyakini bahwa ia sakit sakit karena ia sedang diuji oleh Tuhan,
klien juga berharap agar ia cepat sembuh dan segera pulang ke rumah agar
ia dapat meneruskan sekolahnya.

GENOGRAM :

10 th

Keterangan :
= Laki-laki = Garis keturunan
= Perempuan = Tinggal serumah
+ = Meninggal = Klien

5. Aktifitas Sehari-Hari
No Pola Aktivitas Di Rumah Di RS
1 Nutrisi 3x sehari, porsi kecil Bubur saring/bubur sum,
Makan habis, jenis makanan : 3x sehari, hanya habis ¼
nasi, lauk sayur dan nya, klien merasa perutnya
buah, tidak ada mual dan tegang, kadang-
pantangan makan, kadang makan buah.
makanan yang disukai :
rujak yang pedas.
Minum 5-6 gelas kecil sehari (+ 4-5 gelas kecil sehari
1250-1500 cc), jenis air (1000-1250 cc) air putih,
putih, tidak suka minum kadang-kadang susu

18
kopi, minum susu (Peptisol)
kadang-kadang.
2 Eliminasi
BAK 4-5x sehari, warna 2-3x sehari, warna kuning
kuning tua, bau khas, tua, tidak ada kelainan saat
tidak ada kesulitan pada BAK.
saat BAK.
BAB 1-2x sehari, konsistensi Feces keluar dari
lunak, warna kuning kolostomi, bentuk cair,
tengguli, bau khas tidak warna kuning, tidak ada
ada kesulitan saat BAB. darah/nanah.
3 Personal
Hygiene
-Mandi 3xsehari pakai susun. 1x sehari hanya dilap
-Gosok gigi 3xsehari pakai pasta gigi Jarang
-Cuci rambut 2-3xsemingu pakai Belum pernah
sampho
-Gunting kuku 1 minggu 1x 1 minggu 1x
4 Istirahat dan
tidur
Tidur malam Klien tidur dari jam Klien tidur dari Jam
22.00-08.00, tidak ada 22.00-06.00, kurang
kesulitan untuk memulai nyenyak, kadang
tidur, tidak terbangun pada malam
menggunakan obat tidur, hari karena nyeri pada
tidur nyenyak dan jarang luka operasi.
terbangun pada malam
hari.
Tidur siang Klien jarang tidur siang. Klien jarang tidur siang.

5 Aktivitas Klien sekolah siang Klien hanya tiduran di


sehari-hari antara pukul 11.00- tempat tidur.

19
16.30, sepulang sekolah
klien main dengan
teman sebayanya.

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
21 Mei 2004
Hemoglobin : 9,00 gr% (N : 12-14 gr%)
Leukosit : 5.100/mm3 (N : 4000-10.000/mm3)
Hematokrit : 27% (N : 36-46%)

22 Mei 2004
Hemoglobin : 13,7 gr%
Leukosit : 18.600/mm3
Trombosit : 359.000 (N : 150.000-450.000/mm3)
Hematokrit : 40%

b. Ultra sonografi

20
7. Analisa Data
Kemungkinan Penyebab
No Data Senjang Masalah
dan Dampak
1 DS : Appendiksitis perforasi Gangguan rasa
-Klien mengeluh nyeri ↓ nyaman : nyeri
Operasi laparatomi
pada daerah luka explorasi
operasi ↓
Terputusnya kontinuitas
-Nyeri dirasakan seperti
jaringan
teriris dan terasa perih. ↓
-Nyeri bertambah bila ia Merangsang pengeluaran
histamin, bradikinin dan
berubah posisi/bila prostaglandin
tidur dengan kaki ↓
Merangsang reseptor nyeri
diluruskan.
delta C
DO : ↓
-Klien tampak meringis Rangsang nyeri
disampaikan ke radix
-Skala nyeri 3 (skala 1- posterior medulla spinalis
5) ↓
Spinotalamicus
-HR : 98x/menit

-Terdapat luka operasi Talamus
pada abdomen bawah + ↓
Cortex cerebri
15 cm

Nyeri dipersepsikan
2 DS : Proses operasi Gangguan
(laparatomy)
Klien mengatakan jika pemenuhan

ia makan perutnya Bising usus menurun kebutuhan
terasa mual dan terasa ↓ nutrisi: kurang
Puasa
tegang. dari kebutuhan

DO : Peningkatan asam
-Klien hanya lambung, sedangkan
lambung dalam keadaan
menghabiskan kosong
makanannya ¼ porsi ↓
Rangsangan pada refleks
-Jenis makanan klien

21
bubur saring/bubur vomiting center di
hipotalamus
sumsum

-Perut klien terasa Adanya mual
tegang ↓
Nafsu makan ↓
-Refleks menelan baik.

-Bising usus (+) Pemenuhan nutrisi kurang
8x/menit dari kebutuhan

3 DS : Adanya luka operasi Intoleransi


-Klien mengatakan nyeri ↓ aktifitas
Nyeri bila berubah posisi
bertambah bila klien

merubah posisinya. Klien merasa takut untuk
merubah posisi
-Klien mengatakan

sehari-hari ia hanya di Kemampuan melakukan
tempat tidur. aktifitas sehari-hari ↓

-Klien mengatakan takut
Intoleransi aktivitas
ada apa-apa apabila ia
merubah posisinya.
DO :
-Klien tampak meringis
bila ia merubah
posisinya.
-Tidak ada kekuan
sendi.
-Massa otot isotoni
-Kekuatan otot
5 5
4 4

4 DS : Adanya luka operasi Gangguan


-Klien mengatakan ↓ pemenuhan
Nyeri

22
tidurnya kurang ↓ istirahat dan
nyenyak. Merangsang pengaktifan tidur.
RAS (Reticulo Activity
-Klien mengatakan ia System)
sering terbangun tengah ↓
Mudah terjaga
malam karena nyeri.

DO : Sering terbangun tengah
-Klien tampak lemas malam

-Klien tampak
Tahap tidur tidak terlalu
mengantuk ↓
-Konjungtiva pucat. Kebutuhan tidur tidak
perpenuhi

Gangguan pemenuhan
istirahat dan tidur
5 DS : Terputusnya kontinuitas Resiko
jaringan
-Keluarga mengatakan penyebaran

feces yang keluar pada Merupakan port of entry infeksi.
kolostomi kadang ↓
Reaksi pertahanan tubuh
merembes pada balutan
dengan ↑ suplay darah dan
luka laparatomi. leukosit pada daerah luka
DO : ↓
Reaksi inflamasi/
-Terdapat luka operasi peradangan
laparatomi explorasi + ↓
Akumulasi pus sebagai
15 cm dengan posisi
produksi dari reaksi
horizontal di bawah peradangan
umbilicus. ↓
Merupakan media yang
-Terdapat luka baik untuk pertumbuhan
kolostomi dan bakteri

ileostomi dengan
Resiko penyebaran infeksi
diameter + 7 cm pada
abdomen kuadran
bawah.
-Operasi yang sekarang

23
merupakan operasi
yang kedua.
-Keadaan luka terpasang
Agraf sebanyak 20
buah.
-Luka dalam keadaan
basah, kemerahan dan
tampak ada pus.
-Stoma tampak
kemerahan
-Feces dari stoma
kadang-kadang
merembes ke balutan
laparatomi.
-Suhu 370C
-Leukosit 18.600/mm3
6 DS : Kurangnya informasi dari Gangguan rasa
petugas kesehatan
-Keluarga sering aman : cemas

menanyakan keadaan Kurangnya pengetahuan
klien, dan tentang penyakit klien
kemungkinan ↓
Stressor bagi klien/
penyembuhan klien. Keluarga
-Keluarga mengatakan ↓
tidak mengetahui Koping inefektif
keadaan penyakit klien. ↓
Cemas
DO :
-Keluarga tampak
cemas.

24
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. E
DENGAN POST OP LAPARATOMI EXPLORASI ATAS INDIKASI APENDIKSITIS PERFORASI

Diagnosa Perencanaan
NO Implementasi
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1 Gangguan rasa nyaman Tupan : • Bimbing dan • Meningkatkan • Membimbing
: nyeri berhubungan Rasa nyaman ajarkan klien teknik pasokan O2 kepada dan ajarkan klien teknik
dengan terputusnya terpenuhi dalam relaksasi nafas dalam jaringan serta relaksasi nafas dalam
kontinuitas jaringan waktu 4 hari. (pursed lips breathing) meningkatkan supai O2 (pursed lips breathing)
ditandai dengan : Tupen : dan batuk efektif. ke otak. dan batuk efektif.
DS : Klien dapat • Berikan posisi • Memberikan
-Klien mengeluh nyeri mengalami rasa nyaman sesuai keinginan • Perubahan posisi posisi nyaman sesuai
pada daerah luka nyeri dalam waktu 2 klien. semi fowler memudahkan keinginan klien.
operasi hari dengan kriteria : drainase cairan/luka
-Nyeri dirasakan seperti -Klien dapat karena gravitasi dan
teriris dan terasa mempraktekan membantu
perih. teknik relaksasi meminimalkan nyeri
-Nyeri bertambah bila nafas dalam (pussed karena gerakan. • Mengkaji ulang
ia berubah posisi/bila lips breathing) • Kaji ulang rasa • Intervensi yang rasa nyeri (skala 1-5)
tidur dengan kaki -Klien dapat nyeri (skala 1-5) diberikan dapat lebih
diluruskan. mempraktekkan tepat guna untuk • Memberikan
DO : teknik distraksi. • Berikan obat menangani nyeri obat Analgetik
-Klien tampak meringis -Klien mengatakan sesuai indikasi • Menurunkan laju

25
-Skala nyeri 3 (skala 1- nyeri berkurang. (Analgetik) metabolik dan iritasi usus
5) karena toksin
-HR : 98x/menit sirkulasi/lokal, yang
-Terdapat luka operasi membantu
pada abdomen bawah + menghilangkan nyeri dan
15 cm meningkatkan
penyembuhan.
2 Pemenuhan nutrisi Tupan : • Monitor bising • Menandakan • Memonitor
kurang dari kebutuhan Kebutuhan nutrisi usus dan flatus setiap adanya gangguan pada bising usus dan flatus
berhubungan dengan terpenuhi dalam 1 jam. daerah abdomen. setiap jam.
rangasangan pada minggu. • Penurunan
refleks vomiting center Tupen : • Monitor adanya peristaltik usus dapat • Melakukan
di hipotalamus, Berat badan klien kembung dan muntah. menyebabkan adanya monitor adanya
ditandai dengan : dapat bertahan dan muntah dan kembung. kembung dan muntah.
DS : naik dalam waktu 4 • Pemberian nutrisi
Klien mengatakan jika hari dengan kriteria : • Lanjutkan perenteral mempercepat • Melanjutkan
ia makan perutnya -BB tidak turun dan pemberian nutrisi proses absorbsi makanan pemberian nutrisi
terasa mual dan terasa dapat meningkat. parenteral. dalam tubuh. parenteral.
tegang. -Klien mengatakan • Meningkatkan
DO : mual berkurang atau kerja organ pencernaan,
-Klien hanya hilang. • Berikan makanan mempercepat proses • Memberikan
menghabiskan -Porsi makan secara bertahap dengan absorpsi. bubur saring.
26
makanannya ¼ porsi meningkat ½ porsi. diit TKTP. • Menurunkan
-Jenis makanan klien -Intake output stabil. mual/muntah.
bubur saring/bubur • Kolaborasi • Memberikan
sumsum pemberian terapi terapi sesuai indikasi.
-Perut klien terasa antiemetik.
tegang
-Refleks menelan baik.
-Bising usus (+)
8x/menit
-Klien terkadang
muntah bila selesai
makan.
-BB : 23 kg
3 Intoleransi aktivitas Tupan : • Bantu klien • Menjaga ADL • Membantu klien
berhubungan dengan ADL terpenuhi memenuhi kebutuhan klien tetap terpenuhi. memenuhi kebutuhan
kemampuan melakukan dalam waktu 1 aktivitasnya. aktivitasnya.
aktivitas sehari-hari minggu. • Mobilisasi yang • Memberikan
menurun ditandai Tupen : • Berikan latihan dilakukan bertahap dapat latihan mobilisasi
dengan: Klien dapat mobilisasi secara bersifat tepat dan efektif. secara bertahap.
DS : memenuhi bertahap. • Dapat • Melibatkan
-Klien mengatakan kebutuhan sehari- • Libatkan keluarga memandirikan keluarga keluarga dalam
nyeri bertambah bila hari. dalam memenuhi dalam perawatan klien di memenuhi kebutuhan
27
klien merubah kebutuhan aktivitas klien. rumah. aktivitas klien.
posisinya. • Memberikan
-Klien mengatakan • Berikan • Memberikan kesempatan klien untuk
sehari-hari ia hanya di kesempatan klien untuk pengajaran pada klien memenuhi
tempat tidur. memenuhi kebutuhannya. bagaimana pemenuhan kebutuhannya
-Klien mengatakan ADL secara mandiri. aktivitasnya.
takut ada apa-apa
apabila ia merubah
posisinya.
DO :
-Klien tampak meringis
bila ia merubah
posisinya.
-Tidak ada kekuan
sendi.
-Massa otot isotoni
-Kekuatan otot
5 5
4 4

4 Gangguan pemenuhan Tupan : • Ciptakan • Stimulus • Menjaga

28
istirahat : tidur Kebutuhan istirahat lingkungan yang tenang lingkungan yang besar lingkungan yang tenang
berhubungan dengan tidur terpenuhi dan nyaman untuk tidur. akan membuat RAS tetap dan nyaman untuk
rangsangan RAS selama 4 hari. • Atur program terjaga. tidur.
(Reticulo Activity Tupen : pengobatan dan • Memberikan • Memberikan
System) ditandai Klien dapat perawatan sehingga tidak kesempatan kepada klien program therapi dan
dengan : melakukan tindakan mengganggu tidur klien. untuk melaksanakan perawatan sebelum
DS : untuk memenuhi REM dan non REM waktu istirahat.
-Klien mengatakan kebutuhan istirahat • Anjurkan keluarga secara bertahap tanpa
tidurnya kurang tidur selama 2 hari untuk menemani klien gangguan. • Menganjurkan
nyenyak. dengan kriteria : saat menjelang tidur. • Memberikan rasa pada keluarga untuk
-Klien mengatakan ia -Klien mengatakan tenang dan aman bagi mendampingi klien saat
sering terbangun nyeri berkurang saat • Anjurkan klien klien. tidur.
tengah malam karena menjelang tidur. untuk tidak melakukan • Menganjurkan
nyeri. -Klien mengetahui aktifitas sebelum tidur klien untuk tidak
DO : cara penanganan dan anjurkan klien untuk • Aktivitas sebelum melakukan aktifitas
-Klien tampak lemas gangguan istirahat : minum susu hangat. tidur akan menstimulasi menjelang tidur.
-Klien tampak tidur. kerja otak untuk tetap
mengantuk terjaga, susu hangat
-Konjungtiva pucat membuat RAS non aktif
sebagai akibat kerja
triptopan dalam protein
dan susu. `
29
5 Resiko penyebaran Penyebaran infeksi • Ganti laken dan • Laken, pakaian, • Mengganti laken
infeksi berhubungan tidak terjadi selama pakaian serta potong serta kuku klien yang dan pakaian serta
dengan akumulasi pus 1 minggu. kuku klien. panjang dapat menjadi potong kuku klien.
sebagai akibat produksi Tupen : perantara
dari reaksi peradangan Infeksi dapat mikroorganisme patogen. • Melakukan
ditandai dengan : ditanggulangi • Lakukan • Perawatan luka perawatan luka dengan
DS : selama 5 hari perawatan luka dengan yang efektif dan optimal teknik aseptik dan
-Keluarga mengatakan dengan kriteria : teknik aseptik dan akan mencegah infeksi antiseptik.
feces yang keluar pada -Keadaan luka baik antiseptik. serta penyebaran infeksi.
kolostomi kadang (kering, terdapat • TTV yang tidak • Memonitor TTV
merembes pada jaringan baru). • Monitor TTV serta stabil menandakan serta tanda infeksi
balutan luka tanda infeksi sekitar luka. adanya reaksi tubuh sekitar luka.
laparatomi. untuk proteksi terhadap
DO : peradangan.
-Terdapat luka operasi
laparatomi explorasi +
15 cm dengan posisi
horizontal di bawah
umbilicus.
-Terdapat luka

30
kolostomi dan
ileostomi dengan
diameter + 7 cm pada
abdomen kuadran
bawah.
-Operasi yang sekarang
merupakan operasi
yang kedua.
-Keadaan luka
terpasang Agraf
sebanyak 20 buah.
-Luka dalam keadaan
basah, kemerahan dan
tampak ada pus.
-Stoma tampak
kemerahan
-Feces dari stoma
kadang-kadang
merembes ke balutan
laparatomi.
-Suhu 370C
-Leukosit 18.600/mm3
31
6 Gangguan rasa aman : Tupan : • Kaji tingkat cemas, • Rentang cemas • Mengkaji tingkat
cemas berhubungan Rasa cemas tidak ekspresi verbal perasaan dari sedang keberat, cemas, ekspresi verbal
dengan kurangnya dirasakan oleh tentang prognosa dan tingkat cemas akan tinggi perasaan tentang
pengetahuan klien dan keluarga dalam pengaruh pada gaya akan gatal beradaptasi prognosa dan pengaruh
keluarga tentang waktu 1 minggu. hidup. kebiasan dan kemampuan pada gaya hidup.
penyakit klien, ditandai Tupen : koping.
dengan : Keluarga mengerti
• Kaji tingkat • Kebiasaan • Mengkaji tingkat
DS : tindakan yang
penggunaan mekanisme pemecahan masalah penggunaan mekanisme
-Keluarga sering dilakukan pada
koping, kemampuan diperlukan untuk koping koping, kemampuan
menanyakan keadaan klien, dengan
menjelaskan masalah. dengan penyakit menjelaskan masalah.
klien, dan kriteria :
kemungkinan -Keluarga dapat • Kaji kepribadian, • Mengkaji
penyembuhan klien. mengerti tindakan sumber untuk koping • Sistem pendukung kepribadian, sumber
-Keluarga mengatakan yang dilakukan pada dengan stress dan dan kekuatan kepribadian untuk koping dengan
tidak mengetahui klien. kecemasan. dapat membantu dalam stress dan kecemasan.
keadaan penyakit -Keluarga merasa perkembangan
klien. tenang terhadap kemampuan koping.
• Memberikan
DO : perawatan yang • Berikan dukungan
• Berikan informasi informasi penerimaan
-Keluarga tampak diberikan pada klien. emosional ketika
penerimaan tidak tidak
cemas mengungkapkan, klien
menyesuaikan/memutusk menyesuaikan/memutus
mengontrol lingkungan. kan sikap tanpa
an sikap tanpa perasaan

32
kecewa, ketidak sadaran perasaan kecewa,
atau marah. ketidak sadaran atau
marah.

• Ciptakan • Menciptakan
• Penurunan
lingkungan yang lingkungan yang
kecemasan dengan
mencegah kecemasan, mencegah kecemasan,
menghindari rangsangan
situasi kemajemukan. situasi kemajemukan.
tambahan.
• Anjurkan teknik • Menganjurkan

relaksasi seperti teknik relaksasi seperti


• Mengurangi cemas
penyimpangan penyimpangan
dan meningkatkan
lingkungan, kegiatan lingkungan, kegiatan
istirahat dan ketenagaan.
relaksasi otot, musik. relaksasi otot.

• Memberikan
informasi prognosa
• Berikan informasi
• Dapat penyakit dan
prognosa penyakit dan
meningkatkan pengaruhnya perubahan
pengaruhnya perubahan
pemahanan ssakit dan gaya hidup mengontrol
gaya hidup mengontrol
petunjuk untuk diikuti gejala dengan
gejala dengan pengobatan
pengobatan dan keluhan
dan keluhan obat
obat berpantang.
berpantang.

33
CATATAN PERKEMBANGAN
NO.DP TANGGAL EVALUASI
I 28-5-04 S:
Klien mengatakan masih terasa nyeri jika dilakukan
perawatan luka operasi.
O:
-Keadaan luka basah.
-Klien meringis saat dilakukan perawatan luka
-Skala nyeri 3 (skala 1-5)
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi yang belum tercapai.
I:
-Kaji ulang skala nyeri
-Berikan obat sesuai indikasi.
-Lakukan perawatan luka
II 28-5-04 S:
Klien mengatakan masih merasa mual dan tidak nafsu
makan.
O:
-Porsi makan habis ¼ porsi
-Klien tidak muntah setelah selesai makan.
A:
Masalah sebagian teratasi.
P:
Lanjutkan intervensi yang belum tercapai
I:
-Lanjutkan pemberian nutrisi parenteral.
-Berikan makanan secara bertahap.
III 28-5-04 S:
Klien mengatakan sudah dapat miring kiri-miring

34
kanan dan duduk.
O:
-Klien tampak dalam posisi setengah duduk.
-Klien dapat/mau makan sendiri.
-Klien tampak meringis saat berubah posisi.
A:
Masalah sebagian teratasi.
P:
Lanjutkan intervensi yang belum tercapai
I:
-Berikan latihan mobilisasi secara bertahap.
-Berikan kesempatan klien untuk memenuhi kebutuhan
aktivitasnya.
IV 28-5-04 S:
-Klien mengatakan dapat tidur pada malam hari
-Klien mengatakan masih terasa sekit pada luka
operasi.
O:
-Klien tampak tertidur pada sore hari.
-Klien terlihat lebih segar.
A:
Masalah teratasi.
V 28-5-04 S:
Keluarga mengatakan cairan dari stoma kadang
merembes pada luka laparatomi.
O:
Keadaan luka basah, pus (-), adanya kemerahan pada
sekitar luka.
A:
Masalah sebagian teratasi.
P:

35
Lanjutkan intervensi.
I:
-Lakukan perawatan luka extra pagi-sore.
-Monitor TTV serta tanda-tanda infeksi pada luka
VI 28-5-04 S:
Keluarga mengerti tindakan yang dilakukan pada klien.
O:
Keluarga tampak menerima tindakan yang dilakukan
pada klien.
A:
Masalah teratasi.
I 29-5-04 S:
Klien mengatakan daerah luka op masih terasa nyeri.
O:
-Keadaan luka basah, kemerahan.
-Klien meringis dan menangis saat dilakukan perawatan
luka
-Pus (-)
A:
Masalah sebagian teratasi
P:
Lanjutkan intervensi yang belum tercapai.
I:
-Lakukan perawatan luka extra pagi-petang.
-Berikan therapi sesuai indikasi.

II 29-5-04 S:
Klien mengatakan tidak nafsu makan karena merasa
kenyang.
O:
-Terdapat distensi abdomen.

36
-Porsi makan habis ½ porsi
A:
Masalah sebagian teratasi.
P:
Lanjutkan intervensi.
I:
-Berikan diit TKTP secara bertahap.
-Lanjutkan pemberian nutrisi parenteral.
V 31-5-04 S:
Keluarga mengatakan cairan dari stoma merembes pada
luka laparatomi.
O:
Keadaan luka op basah, pus (-), adanya kemerahan
pada sekitar luka.
A:
Masalah sebagian teratasi.
P:
Lanjutkan intervensi.
I:
-Lakukan perawatan luka extra pagi-sore.
-Monitor TTV, tanda-tanda peradangan sistemik.
-Berikan therapi sesuai program.

37
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan :
Apendiksitis adalah peradangan apendix yang relatif sering dijumpai yang
dapat timbul tanpa sebab yang jelas atau timbul setelah obstruksi apendix oleh
tinja, atau akibat terpuntirnya apendix atau pembuluhnya.
Pada kasus apendiksitis pembedahan dapat diindikasikan bila diagnosa
telah ditegakkan. Dilakukan untuk menurunkan resiko terjadinya perforasi
laparatomi explorasi atas indikasi apendiksitis perforasi. Dimana ditemukan
diagnosa keperawatan :
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan terputusnya
kontinuitas jaringan.
2. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
rangasangan pada refleks vomiting center di hipotalamus.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kemampuan melakukan aktivitas
sehari-hari menurun.
4. Gangguan pemenuhan istirahat : tidur berhubungan dengan rangsangan
RAS (Reticulo Activity System).
5. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan akumulasi pus sebagai
akibat produksi dari reaksi peradangan.
6. Gangguan rasa aman : cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
klien dan keluarga tentang penyakit klien.

38
DAFTAR PUSTAKA

1. Suddarth Brunner, Keperawatan Medikal Bedah, Penerbit EGC, Jakarta :


2002.
2. Corwin, Elizabeth J, Patofisiologi, Penerbit EGC, Jakarta : 2000.
3. Doengoes, Marilynn, Rencana Asuhan Keperawatan, Penerbit EGC, Jakarta :
1999.

39

You might also like