You are on page 1of 2

Metode Baru Penggunaan Elektrolisis Air Untuk

Produksi Biofuel Yang Lebih Efisien

Kata Kunci : Bioetanol, Biofuel, Teknik Pembuatan Biofuel

Ditulis oleh : Indygo Morie pada 06 Agustus 2009

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hao Feng dari Universitas Illionis,
menyatakan bahwa penggunaan elektrolisis air ternyata lebih efektif dan ramah linkungan
pada langkah awal pembuatan biofuel campuran aseton-butanol-etanol dari limbah industri
alkohol dibandingkan dengan penggunaan bahan kimia yang bersifat keras (seperti asam kuat
dan basa kuat) yang biasa dilakukan saat ini.

Pada saat etanol diproduksi, dihasilkan DDGS (distiller’s dried grain with solubles
bila dibahasa Indonesiakan kira-kira menjadi partikel kering terdistilasi dengan zat terlarut),
DDGS ini merupakan limbah industri alcohol dan umumnya dipakai sebagai bahan pakan
ternak, para peneliti tertarik untuk meneliti DDGS ini disebabkan DDGS masih mengandung
gula yang dapat difermentasi untuk menghasilkan biofuel campuran aseton-butanol-etanol.
Banyak usaha yang dicari untuk mendapatkan gula ini dan salah satu hasil penelitian dibawah
ini telah memecahkan permasalahn tersebut.

“Untuk meproduksi biofuel maka Anda memerlukan material utama yaitu “gula
sederhana” seperti misalnya glukosa”, kata Hao Feng. “Glukosa yang ada di dalam DDGS
berikatan satu sama lain membentuk polimer dengan struktur yang sangat kuat. Polimer ini
membentuk struktur kristalin dimana memiliki sifat tidak mudah di putus”, kata Feng.

“Untuk mendapatkan glukosanya, maka kita harus enghancurkan strukturnya dan umumnya
industri saat ini menggunakan asam kuat seperti asam sulfat atau basa kuat untuk
meregangkan ikatan antar glukosa dalam DDGS. Seali strukturnya terpecah maka untuk
selanjutkan kita menggunakan enzim untuk memutuskan ikatan glukosa sehingga kita
mendapatkan glukosa untuk proses fermentasi”

Pemutusan ikatan glukosa yang ada pada DDGS dengan menggunakan bahan kimia
tersebut diatas memiliki efek samping yang tidak diinginkan. “Bila Anda meutuskan ikatan
polimer glukosa dengan bahan kimia maka dapat dihasilkan senyawa yang sangat tidak
toleran terhadapa mikroorganisme yang dipakai untuk proses fermentasi. Senyawa inilah
yang kita sebut sebagai inhibitor-inhibitor ini bisa membunuh mikroorganisme yang
digunakan untuk membantu proses fermentasi”, kata Feng.

Feng sebenarnya adalah seorang food scientist di Universitas Illinois. Dia biasanya
menggunakan elektrolisis air di laboratoriumnya untuk membunuh bakteri dan
mikroorganisme lain seperti E. coli yang terdapat pada buah dan sayuran segar. “Kami
emiliki sebuah mesin dengan dua elektroda. Air bersifat netral, akan tetapi kami
menggunakan arus listrik untuk memecah molekul air menjadi dua bagian dengan sifat yang
berbeda- satu bersifat asam dan yang lain basa”, kata Feng sekali lagi.
Menyadari bahwa proses ini memiliki kemiripan sifat seperti dalam penggunaan asam
sulfat dan soda kostik yang dipakai saat langkah awal pengolahan DDGS maka Feng segera
melakukan penelitian untuk membandingkan penggunaan elektrolisis air dengan penggunaan
bahan kimia di atas pada proses pembuatan biofuel.

“Dengan menggunkan metode asam sulfat, maka tidak ada biofuel yang dihasilkan
sama sekali,” kata Feng. “Senyawa berbahaya telah membunuh mikroorganisme penghasil
biofuel campuran aseton-butanol-etanol. Dengan menngunakan metode NaOH, setelah 60
jam fermentasi, biofuel aseton-butanol-etanol yang dihasilkan relative sangat rendah.”  Feng
menjelaskan bahwa hal ini menunjukkan adanya senyawa yang bersifat toksik.
“mikroorganisme harus menghabiskan banyak waktu untuk beradaptasi dengan lingkungan
yang baru”.

“Akan tetapi dengan penggunaan elektrolisis air kira-kira 20 jam maka proses
fermentasi segera berlangsung untuk menghasilkan biofuel campuran aseton-butanol-etanol.
Metode inilah yang menjadi contoh bahwa metode elektrolisis air menghasilkan inhibitor
yang lebih sedikit dibandingkan dengan metode tradisional”.

Feng menyatakan bahwa teknik baru ini juga menghilangkan satu step produksi
biofuel. “Dengan metode asam maka tentunya kita harus melakukan satu step untuk
menghilangkan inhibitornya. Dengan metode elektrolisis air maka step ini tidak perlu
dilakukan, dengan demikian teknik baru ini menjadi jauh lebih ekonomis. Manfaat lain dari
teknik baru ini adalah bahwa metode tradisional menghasilkan limbah padat yang perlu untuk
ditangani, dengan teknik baru ini gula yang dihasilkan dapat diaksialkan sehingga hasil
biofuel yang dihasilkan juga dapat ditingkatkan.

Saat ini teknik baru ini berhasil dalam skala kecil dilaboratorium. “Langkah
selanjutnya adalah melihat kepraktisan nilai ekonomi proses ini,” kata Feng. “Secara teknis
hal tersebut mungkin akan tetapi kami nantinya perlu untuk membandingkan dengan metode
tradisional dan kami masih mencari sumber dana untuk melakukan percobaan dala skala
industri.”

Sumber:

http://www.sciencedaily.com/releases/2009/07/090727135532.htm

You might also like