You are on page 1of 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tumor otak merupakan sebuah lesi yang terletak pada intracranial yang menempati
ruang di dalam tengkorak. Tumor-tumor selalu bertumbuh sebagai sebuah massa yang
berbentuk bola tetapi juga dapat tumbuh menyebar masuk kedalam jaringan.
Dikarenakan otak merupakan salah satu organ tubuh yang paling penting, organ
lainnya dapat terganggu, sehingga kematian dapat terjadi. Tumor otak bisa menyerang
siapa saja, bahkan anak-anak dan remaja, namun pada umumnya tumor menyerang orang
usia produktif atau dewasa.
Insidensi tertinggi pada tumor otak dewasa terjadi pada dekade kelima, keenam dan
ketujuh, dengan tingginya insiden pada pria. Pada usia dewasa, tumor otak banyak
dimulai dari sel glia (sel glia membuat struktur dan mendukung system otak dan medulla
spinalis) dan merupakan supratentorial (terletak diatas penutup serebelum). Jejas
neoplastik di dalam otak akhirnya menyebabkan kematian yang mengganggu fungsi vital,
seperti pernafasan atau adanya peningkatan tekanan intracranial.
Walaupun mematikan, tumor otak tidak selalu mengakibatkan kematian. Saat ini ilmu
kedokteran telah berkembang pesat, teknik diagnostik dan pengobatan telah memberikan
harapan hidup bagi para pasien tumor otak.
Beberapa faktor yang mempengaruhi Prognosa (harapan hidup) penderita tumor otak
antara lain:
• kemampuan deteksi dini
• kemampuan mengetahui dengan tepat lokasi tumor di otak
• keunggulan teknologi diagnostik dan terapi (operasi) seperti CT-Scan, MRI
(Magnetic Resonance Image)

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian tumor otak, klasifikasi, manifestasi klinik,
2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien yang menderita tumor otak
BAB II
ISI

2.1 Pengertian
Tumor otak adalah lesi oleh karena ada desakan ruang baik jinak maupun ganas yang
tumbuh di otak, meningen dan tengkorak.
Tumor Otak Benigna (jinak) adalah pertumbuhan jaringan abnormal di dalam otak, tetapi
tidak ganas. Tumor Otak Maligna (ganas) adalah kanker di dalam otak yang berpotensi
menyusup dan menghancurkan jaringan di sebelahnya atau yang telah menyebar (metastase)
ke otak dari bagian tubuh lainnya melalui aliran darah.

2.2 Etiologi
• Riwayat trauma kepala
• Factor genetic
• Paparan bahan kimia yang bersifat karsinogenik
• Virus tertentu
2.3 Klasifikasi Tumor Otak
Pembagian tumor otak menurut Union Internationale Contre le Cancer (UICC)
berdasarkan klasifikasi histogenetik adalah:
I. Tumor sel saraf, meliputi:
1. ganglioneroma
2. ganglioneuroblastoma
3. Neuroblastoma
II. Tumor neuroepitelial, meliputi:
1. ependimoma
2. papiloma pleksus
3. neuroepitelioma
III. Tumor sel glia (glioma), meliputi:
1. astrocitoma
2. oligodendroglioma
3. glioblastoma multiforme
4. Spongioblastoma
IV. Tumor saraf otak, meliputi:
1. schwanoma
2. neurofibroma
V. Tumor meningeal, meliputi:
1. meningioma
VI. Tumor vaskuler, meliputi:
1. hemangioma cerebellum
2. hemangioblastoma von Hippel Lindau
VII. Paraganglioma, meliputi:
1. Tumor glomus
VIII. Tumor glandula pinealis, meliputi:
1. Pinealoma
2. Germinoma
IX. Tumor hipofisis, meliputi:
1. adenoma kromofob
2. adenoma eosinofil
3. prolaktinoma
4. kraniofaringioma
X. Tumor metastatik, meliputi:
1. metastasis otak
2. meningitis karsinomatosa
XI. Tumor kongenital, meliputi:
1. Teratoma
2. Dermoid
3. Epidermoid
XII. Granuloma
XIII. Tuberkuloma
XIV. Chordoma
XV. Tumor mesensimal
XVI. Tumor atap tengkorak, meliputi:
1. osteoma
2. granuloma
3. Metastasis

2.4 Patofisiologi
Tumor otak menyebabkan timbulnya gangguan neurologic progresif.
Gangguan neurologic pada tumor biasanya dianggap disebabkan oleh dua factor yaitu
gangguan fokal akibat tumor dan kenaikan tekanan intracranial. Gangguan fokal terjadi
apabila terdapat penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi atau invasi langsung pada
parenkim otak dengan kerusakan jaringan neural.
Perubahan suplai darah akibat tekanan tumor yang bertumbuh menyebabkan
nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai
hilangnya fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan
serebrovaskular primer. Serangan kejang sebagai manisfestasi perubahan kepekaan neuron
dihubungkan dengan kompresi, invasi dan perubahan suplai darah kejaringan otak.
Beberapa tumor membentuk kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga
memperberat gangguan neurologis fokal.
Peningkatan tekanan intracranial dapat disebabkan oleh beberapa factor yaitu
bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor, dan perubahan
sirkulasi cairan serebrospinal. Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya massa karena
tumor akan mendesak ruang yang relative tetap pada ruangan tengkorak yang kaku.
2.5 Manifestasi Klinis
1. Nyeri kepala
Nyeri kepala biasanya terlokalisir, tapi bisa juga menyeluruh. Biasanya muncul pada
pagi hari setelah bangun tidur dan berlangsung beberapa waktu, datang pergi (rekuren)
dengan interval tak teratur beberapa menit sampai beberapa jam. Serangan semakin lama
semakin sering dengan interval semakin pendek. Nyeri kepala ini bertambah hebat pada
waktu penderita batuk, bersin atau mengejan (misalnya waktu buang air besar atau
koitus). Nyeri kepaia juga bertambah berat waktu posisi berbaring, dan berkurang bila
duduk. Penyebab nyeri kepala ini diduga akibat tarikan (traksi) pada pain sensitive
structure seperti dura, pembuluh darah atau serabut saraf. Nyeri kepala merupakan gejala
permulaan dari tumor otak yang berlokasi di daerah lobus oksipitalis.

2. Mual dan muntah


Mual sebagai gejala satu-satunya kenaikan TIK pada anak terkadang secara keliru
ditafsirkan sebagai psikogenik. Muntah terutama timbul pada waktu pagi. Muntah
proyektil (menyemprot) mengindikasikan tumor di rongga tengkorak belakang.
3. Papiledema (edema papil)
Keadaan ini bisa terlihat dengan pemeriksaan funduskopi menggunakan oftalmoskop.
Gambarannya berupa kaburnya batas papil, warna papil berubah menjadi lebih
kemerahan dan pucat, pembuluh darah melebar atau kadang-kadang tampak terputus-
putus. Untuk mengetahui gambaran edema papil seharusnya kita sudah mengetahui
gambaran papil normal terlcbih dahulu. Penyebab edema papil ini masih diperdebatkan,
tapi diduga akibat penekanan terhadap vena sentralis retinae. Biasanya terjadi bila tumor
yang lokasi atau pembesarannya menckan jalan aliran likuor sehingga mengakibatkan
bendungan dan terjadi hidrocepallus.

4. Kejang
Ini terjadi bila tumor berada di hemisfer serebri serta merangsang korteks motorik.
Kejang yang sifatnya lokal sukar dibedakan dengan kejang akibat lesi otak lainnya,
sedang kejang yang sifatnya umum atau general sukar dibedakan dengan kejang karena
epilepsi. Tapi bila kejang terjadi pertama kali pada usia dekade III dari kehidupan harus
diwaspadai kemungkinan adanya tumor otak.

2.6 Asuhan Keperawatan


2.6.1 Pengkajian
• Identifikasi faktor resiko paparan dengan radiasi atau bahan – bahan kimia
yang bersifat carcinogenik.
• Identifikasi tanda dan gejala yang dialami: sakit kepala, muntah dan
penurunan penglihatan atau penglihatan double.
• Identifikasi adanya perubahan perilaku klien.
• Observasi adanya hemiparase atau hemiplegi.
• Perubahan pada sensasi: hyperesthesia, paresthesia.
• Observasi adanya perubahan sensori: asteregnosis (tidak mampu
merasakan benda tajam), agnosia (tidak mampu mengenal objek pada
umumnya), apraxia (tidak mampu menggunakan alat dengan baik),
agraphia (tidak mampu menulis).
• Observasi tingkat kesadran dan tanda vital.
• Observasi keadaan keseimbangan cairan dan elektrolit.
• Psikososial: perubahan kepribadian dan perilaku, kesulitan mengambil
keputusan, kecemasan dan ketakutan hospitalisasi, diagnostic test dan
prosedur pembedahan, adanya perubahan peran.
• Laboratorium:
• Jika tidak ada kontraindikasi: lumbal puncti.
• Fungsi endokrin
• Radiografi:
• CT scan.
• Electroencephalogram
• X ray paru dan organ lain umtuk mencari adanya metastase.

2.6.2 Diagnosa
1) Perubahan perfusi jaringan otak b/d kerusakan sirkulasi akibat penekanan
oleh tumor.
2) Nyeri b/d peningkatan tekanan intrakranial.
3) Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan b/d
ketidakmampuan mengenal informasi.

2.6.3 Intervensi
1. Perubahan perfusi jaringan otak b/d kerusakan sirkulasi akibat penekanan oleh
tumor.
Data penunjang: peruabhan tingkat kesadaran, kehilangan memori, perubahan respon
sensorik/motorik, gelisah, perubahan tanda vital.
Kriteria hasil: Tingkat kesadaran stabil atau ada perbaikan, tidak adan tanda – tanda
peningaktan TIK.

Intervensi Rasional
1) Pantau status neurologis 1) Mengkaji adanya perubahan pada tingkat
secara teratur dan bandingkan kesadran dan potensial peningaktan TIK dan
dengan nilai standar. bermanfaat dalam menentukan okasi,
perluasan dan perkembangan kerusakan SSP.
2) Normalnya autoregulasi mempertahankan
aliran darah ke otak yang stabil. Kehilanagn
2) Pantau tanda vital tiap 4 jam.
autoregulasi dapat mengikuti kerusakan
3) Pertahankan posisi netral atau
vaskularisasi serebral lokal dan menyeluruh.
posisi tengah, tinggikan kepala
3) Kepala yang miring pada salah satu sisi
0 0
20 -30 .
menekan vena jugularis dan menghambat
4) Pantau ketat pemasukan dan
aliran darah vena yang selanjutnya akan
pengeluaran cairan, turgor
meningkatkan TIK.
kulit dan keadaan membran
4) Bermanfaat sebagai indikator dari cairan total
mukosa.
tubuh yang terintegrasi dengan perfusi
5) Bantu pasien untuk
jaringan.
menghindari/membatasi batuk,
5) Aktivitas ini akan meningkatkan tekanan intra
muntah, pengeluaran feses
toraks dan intra abdomen yang dapat
yang dipaksakan/mengejan.
meningkatkan TIK.
6) Perhatikan adanya gelisah
yang meningkat, peningkatan 6) Petunjuk non verbal ini mengindikasikan
keluhan dan tingkah laku yang adanya penekanan TIK atau mennadakan
tidak sesuai lainnya. adanya nyeri ketika pasien tidak dapat
mengungkapkan keluhannya secara verbal.

2. Nyeri b/d peningkatan tekanan intrakranial.

Data penunjang: klien mengatakan nyeri, pucat pada wajah, gelisah, perilaku tidak
terarah/hati – hati, insomnia, perubahan pola tidur. Kriteria hasil: Klien melaporkan nyeri
berkurang/terkontrol, klien menunjukkan perilaku untuk mengurangi kekambuhan.
Intervensi Rasional
1) Teliti keluhan nyeri: 1) Nyeri merupakan pengalaman subjektif dan
intensitas, karakteristik, harus dijelaskan oleh pasien. Identifikasi
lokasi, lamanya, faktor yang karakteristik nyeri dan faktor yang
memperburuk dan meredakan. berhubungan merupakan suatu hal yang amat
penting untuk memilih intervensi yang cocok
dan untuk mengevaluasi keefektifan dari
terapi yang diberikan.
2) Merupakan indikator/derajat nyeri yang tidak
langsung yang dialami.
3) Pengenalan segera meningkatkan intervensi
dini dan dapat mengurangi beratnya serangan.
2) Observasi adanya tanda-tanda
nyeri non verbal seperti 4) Meningkatkan rasa nyaman dengan
ekspresi wajah, gelisah, menurunkan vasodilatasi.
menangis/meringis,
perubahan tanda vital.
3) Instruksikan pasien/keluarga
untuk melaporkan nyeri
dengan segera jika nyeri
timbul.

4) Berikan kompres dingin pada


kepala.
3. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan b/d
ketidakmampuan mengenal informasi.

Data penunjang: Klien dan keluarga meminta informasi, ketidakakuratan mengikuti instruksi,
perilaku yang tidak tepat. Kriteria hasil: Klien/keluarga mengungkapkan pemahaman tentang
kondisi dan pengobatan, memulai perubahan perilaku yang tepat.

Intervensi Rasional
1) Diskusikan etiologi individual 1) Mempengaruhi pemilihan terhadap
dari sakit kepala bila penanganan dan berkembnag ke arah proses
diketahui. penyembuhan.
2) Bantu pasien dalam 2) Menghindari/membatasi faktor-faktor yang
mengidentifikasikan sering kali dapat mencegah berulangnya
kemungkinan faktor serangan.
predisposisi. 3) Menurunkan regangan pada otot daerah leher
3) Diskusikan mengenai dan lengan dan dapat menghilangkan
pentingnya posisi/letak tubuh ketegangan dari tubuh dengan sangat berarti.
yang normal.
4) Pasien mungkin menjadi sangat
4) Diskusikan tentang obat dan ketergantungan terhadap obat dan tidak
efek sampingnya. mengenali bentuk terapi yang lain.

You might also like