Professional Documents
Culture Documents
SYOK ANAFILAKTIK
Pendahuluan
Syok dapat terjadi karena kehilangan cairan dalam waktu singkat dari ruang
intravaskuler (syok hipovolemik), kegagalan kuncup jantung (syok kardiogenik),
infeksi sistemik berat (syok septik), reaksi imun yang berlebihan (syok anafilaktik),
dan reaksi vasovagal (syok neurogenik).
Anaphylaxis berasal dari bahasa Yunani, dari 2 kata, ana artinya jauh dan
phylaxis artinya perlindungan. Secara bahasa artinya adalah menghilangkan
perlindungan. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Portier dan Richet pada
tahun 1902 ketika memberikan dosis vaksinasi dari anemon laut untuk kedua
kalinya pada seekor anjing. Hasilnya, anjing tersebut mati mendadak.c
Reaksi anafilaksis merupakan reaksi alergi akut sistemik dan termasuk reaksi
Hipersensivitas Tipe I pada manusia dan mamalia pada umumnya. Reaksi ini harus
dibedakan dengan reaksi anafilaktoid. Gejala, terapi, dan risiko kematiannya sama
tetapi degranulasi sel mast atau basofil terjadi tanpa keterlibatan atau mediasi dari
IgE.c
Pada kematian akibat reaksi anafilaksis, onset gejala biasanya muncul pada
15 hingga 20 menit pertama, dan menyebabkan kematian dalam 1-2 jam. Reaksi
anafilaktik yang fatal terjadi akibat adanya distress pernafasan akut dan kolaps
sirkulasi. Pada kasus-kasus syok anafilaktik yang menyebabkan kematian inilah
aspek-aspek medikolegal perlu diperhatikan. Seiring dengan semakin
Definisi
Etiologi
Makanan
Dari Lavine SJ, Shelhamer JH: Anaphylaxis. In: Critical Care. Civetta JM, Raylor
RW, Kirby RR (editors). Lippincott, 1992
Epidemiologi
terhadap latex. Sementara, hal ini tidak didapati pada reaksi terhadap
penisilin dan gigitan serangga.
c Cara dan waktu pemberian berpengaruh terhadap terjadinya reaksi
anafilaksis. Pemberian secara oral lebih sedikit kemungkinannya
menimbulkan reaksi dan kalaupun ada biasanya tidak berat, meskipun
reaksi fatal dapat terjadi pada seseorang yang memang alergi setelah
menelan makanan. Selain itu, semakin lama interval pajanan pertama dan
kedua, semakin kecil kemungkinan reaksi anafilaksis akan muncul kembali.
Hal ini berhubungan dengan katabolisme dan penurunan sintesis dari IgE
spesifik seiring waktu.
c Asma merupakan faktor risiko yang fatal berakibat fatal. Lebih dari 90%
kematian karena anafilaksis makanan terjadi pada pasien asma.
c Penundaan pemberian epinefrin juga merupakan faktor risiko yang
berakibat fatal.
Patofisiologi
1. Fase sensitasi yaitu waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan IgE sampai
diikatnya dengan reseptor spesifik pada permukaan sel mast dan basofil.
Alergen yang masuk lewat kulit, mukosa, saluran nafas atau saluran
pencernaan yang ditangkap oleh makrofag. Makrofag segera
mempresentasikan antigen tersebut kepada limfosit T yang akan mensekresikan
sitokin (IL-4, IL-3) yang menginduksi limfosit B berfloriferasi menjadi sel plasma
(plasmosit). Plasmosit akan memproduksi IgE spesifik untuk antigen tersebut.
IgE ini kemudian terikat padareseptor permukaan sel Mast (Mastosit) dan
Basofil.
2. Fase aktivasi yaitu waktu yang diperlukan antara pajanan ulang dengan
antigen yang sama dan sel mast melepas isinya yang berisikan granul yang
menimbulkan reaksi.
3. Fase efektor yaitu waktu terjadinya respon yang kompleks (anafilaksis) sebagai
efek mediator-mediator yang dilepas selmast.
Antigen merangsang sel B untuk membentuk IgE dengan bantuan sel Th2. IgE
diikat oleh sel mast dan basofil melalui reseptor Fc. Sel mast banyak ditemukan
pada jaringan ikat di bawah permukaan epitel, termasuk pada jaringan submukosa
traktus gastrointestinal, traktus respiratorius, dan pada lapisan dermis kulit.
Apabila tubuh terpajan ulang dengan antigen yang sama, maka antigen tesebut
akan diikat oleh IgE yang sudah ada pada permukaan sel mast/basofil. Akibat
ikatan antigen IgE, sel mast/basofil mengalami degranulasi dan melepas mediator
antara lain histamin, leukotrien, dan prostaglandin.(3)Respon fisiologis terhadap
mediator tersebut antara lain spasme otot polos pada traktus respiratorius dan
gastrointestinal, vasodilatasi, peningkatan permeabilitas vaskular, dan stimulasi
ujung saraf sensorik. Hal tersebut menyebabkan timbulnya gejala klasik anafilaksis
seperti flushing (kemerahan), urtikaria, pruritus, spasme otot bronkus, dan kram
pada abdomen dengan nausea, vomitus, dan diare. Hipotensi dan syok dapat
tejadi sebagai akibat dari kehilangan volume intravaskular, vasodilatasi, dan
disfungsi miokard. Peningkatan permeabilitas vaskuler dapat menyebabkan
pergeseran 50 % volume vaskuler ke ruang extravaskuler dalam 10 menit.(2,3)
Manifestasi Klinik
Pasien seringkali awalnya melaporkan gatal dan kemerahan pada kulit yang
kemudian diikuti gejala berikut : (2,8,9)
r
|
Gejala biasanya mulai dalam 5-30 menit dari waktu setelah antigen
disuntikkan tetapi dapat terjadi dalam beberapa detik. Jika antigen tersebut
ditelan, gejala umumnya muncul dalam 2 jam, walaupun gejala seringkali muncul
lebih cepat. Pada kasus yang jarang, gejala dapat tertunda onsetnya selama
beberapa jam.(2)
a. Respiratorius :
1.Angioedema pada lidah dan bibir dapat menyebabkan obstruksi jalan nafas
2.Edema laring yang dapat bermanifestasi sebagai stridor atau haus akan udara
yang berat.
3.Kehilangan suara, suara nafas yang kasar (hoarseness), dan atau disfagia
dapat terjadi
b. Kardiovaskular :
c. Mukokutan :
2.Angioedema yang melibatkan lapisan dermal kulit dan biasanya tidak gatal
dan nonpitting. Biasanya ditemukan pada laring, bibir, kelopak mata,
tangan, kaki, dan genital. Edema pada laring dapat mematikan oleh karena
obstruksi pernafasan.
Pemeriksaan Labolatorium
Penatalaksanaan
terjamin, kalau perlu dengan ventilasi buatan dan pemberian oksigen 100%. Pada
pasien syok yang menggunakan ventilasi mekanis, kebutuhan oksigen dapat
dipenuhi sebesar 20-25%.Defisit volume peredaran darah (C) pada syok
hipovolemik sejati atau hipovolemik relatif ( syok septik dan anafilaktik) dapat
diatasi dengan pemberian cairan intravena dan memperhatikan fungsi jantung.(13)
Adapun tindakan yang dilakukan yaitu : (1)
Medikamentosac c
p cc drenalinc c c
cmlc
pMclengancatasccahacsekitarclesicadacenom c
aatc diulangc c c denganc selangc aktuc c menitc emberianc pc adac
stadiumcterminalc
cemberiancdengancdosiscmlcgagalcc cdilarutkancdalamcc
mlcgaramcaalicdiberikanccmlcselamac cmenitc anakc c
kgc c
Monitoringc c
c bserasic ketatc selamac c jamc c jamc berturutturutc tiac c jamc samaic keadaanc
ungsicmembaikc
c liniscckeadaancumumckesadarancitalcsigncroduksicurinecdanckeluhanc
c arahcc ascdarahc
c Ê c
dalam waktu 1-2 jam. Beberapa serangga seperti salah satu jenis semut, bisa yang
dihasilkan sangat toksik dan kematian terjadi tanpa berlangsungnya reaksi
anafilaktik jika gigitannya banyak. (5)
Pada kematian yang disebabkan oleh gigitan serangga, adanya elevasi dari
venom-spesifik IgE antibody dapat dideteksi pada darah postmortem. Elevasi level
dari IgE spesifik antibody tidak selalu mengindikasikan terjadinya reaksi anafilaktik,
kecuali jika seseorang memang sensitif dengan venom (bisa) tersebut.
Ditemukannya antibodi dapat menjelaskan terjadinya reaksi anafilaksis karena
gigitan serangga. Tidak semua kematian karena reaksi anafilaksis menunjukkan
adanya antibodi yang spesifik dengan serangga yang menggigitnya. Pada beberapa
kasus, cross-reaction dengan antigen pada serangga lainnya yang bisa
menyebabkan kematian karena alergi masih memungkinkan.(5)
Aspek Medikolegal
Reaksi alergi yang bisa timbul tidak sama pada setiap orang, bisa ringan
berupa gatal yang hilang dengan sendirinya, bisa pula berat hingga fatal. Reaksi
alergi terhadap obat muncul tanpa diduga. Seseorang yang tadinya tidak apa-apa
minum Antalgin, suatu ketika gatal sekujur tubuhnya setelah minum antalgin.
Jangka waktu munculnyapun bisa cepat bisa lambat, demikian pula berat
ringannya. Seseorang mungkin langsung syok tak sadarkan diri sesaat setelah
minum antalgin, misalnya.(14) Sementara yang lain hanya gatal, beberapa saat
kemudian hilang gatalnya. Berikut beberapa contoh kasus pasien dengan reaksi
alergi :
c Seorang penderita membawa satu tas berisi obat minum, obat suntik dan
suntikan kecil, disertai surat dari dokter ahli agar penderita diinjeksi obat
secara berkala selama waktu tertentu (kasus penderita TBC berulang).
Dalam surat disebutkan agar penderita ditest (test kulit) terlebih dahulu
menggunakan pengenceran tertentu. Siapa sangka, ketika test sedang
berlangsung (belum sampai tuntas test kulit), tiba-tiba penderita syok
(anafilaktik syok). Tak sadarkan diri, ngorok, nadi tak teraba, napas megap-
megap. Setelah tindakan darurat penanganan anafilaktik syok sesuai
prosedur tetap (protap), penderita dapat diselamatkan. (14)
c Tidak mencegah terjadinya reaksi obat pada pasien yang diketahui hampir
atau sensitif dengan melakukan tes terlebih dahulu (cross-reacting drug).
menyadari akan haknya. Disisi lain para dokter dituntut untuk melaksanakan tugas
dan kewajiban profesinya dengan hati-hati dan penuh rasa tanggung jawab.
Malprektek medik adalah kelalaian seorang dokter untuk mempergunakan tingkat
ilmu pengetahuan dan keterampilannnya untuk untuk mengobati pasien atau atau
orang yang terluka menurut ukuran di lingkungan yang sama. Yang dimaksud
kelalaian adalah kurang hati-hatiatau bisa pula diartikan melakukan tindakan
kedokteran di bawah standar pelayanan medik.(16)
©c KUHP,Pasal 359
Barang siapa karena kesalahan (kealpaaannya) menyebabkan orang lain
mati, diancam dengan pidana penjara paling lama 5 tahun atau pidana kurungan
paling lama 1 tahun.
DAFTAR PUSTAKA
2. Dreskin, SC. Anaphylaxis. [online]. 2005. [cited 2008 May 12]. Available from
URL: http://www.emedicine.com
7. Bongard, FS. Sue, DY. Current Critical Care Diagnosis & Treatment. Ed. 2.
United States of America: McGraw-Hill; 2003.
8. McHugh, DF. Anaphylaxis and Acute Alergic Reactions. In: Ma, JO. Cline,
DM. Emergency Medicine Just the Facts. Ed. 2.United States of America:
McGraw-Hill; 2004.
9. Castells M, Horan RF, Sheffer Al. Anaphylaxis. In. Branch, WT. Office Practice
of Medicine. Ed.4. Philadelpia: Sauders. 1994.
10. Baratawidjaja KG. Imunologi Dasar. Ed. 6. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI.2004
11. Solomon WR. Gangguan Alergi Biasa (Anafilaksis dan Penyagit Atopik). In:
Price SA, Wilson LM. Patofisiologi. Ed. 4. Jakarta: EGC.1995
12. Accetta Donald. Anaphylaxis. [online]. 2007.[cited 2008 May 12]. Available
from URL: http://www.MedlinePlus.com
13. Syamsuhidjat R, Jong WD. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed.2. Jakarta:EGC.2005
14.Admin. Catatan Alergi Obat. [online]. 2007.[cited 2008 May 12]. Available
from URL: http://www.Kesehatanonline.com
16. Anonymous. Malpraktek Medik (dikutip dari buku etika kedokteran dan
hokum kesehatan M yusuf hanafiah). [online].2007. [cited 2008 May 12].
Available from URL: http://www.Goresan Jiwamu.com