You are on page 1of 6

IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. B
Umur : 70 tahun
Tgl. MRS : 01 Februari 2011

ANAMNESIS
Keluhan Utama:
Tidak bisa buang air kecil.
Anamnesis Terpimpin:
Dialami sejak 1 bulan yang lalu dan dipasang kateter di puskesmas, 2 minggu
kemudian kateter dilepas, 1 hari kemudian pasien tidak bisa BAK lagi dan dipasang kateter
ulang.
Sebelumnya BAK sedikit-sedikit, mengedan untuk BAK, pancaran kencing melemah
kadang menetes, sesudah kencing terasa ingin kencing lagi. Terbangun tengah malam
untuk kencing ± 5 kali. Keluhan ini dialami sejak + 2 tahun yang lalu, semakin lama
semakin berat sampai 1 bulan yang lalu pasien tidak bisa BAK. Tidak ada riwayat kencing
bercampur darah, tidak ada riwayat kencing bercampur pasir/batu, tidak ada riwayat
kencing nanah, tidak ada riwayat nyeri pinggang.
Riwayat demam tidak ada. Riwayat berat badan menurun drastis tidak ada.
Riwayat nafsu makan menurun tidak ada.
Riwayat mual, muntah tidak ada.
Riwayat trauma tidak ada.
Riwayat hipertensi disangkal, riwayat DM disangkal,
Riwayat konsumsi obat disangkal,
Riwayat penyakit saraf disangkal.
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS VITALIS :
TD : 170/70 mmHg
N : 88 x/i
P : 24 x/i
S : 36,5 ᵒC

STATUS GENERALIS:
Sakit sedang/ Gizi Cukup/ Sadar

KEPALA
Rambut: hitam beruban, tidak mudah dicabut
Mata: Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik
Hidung: tidak ada rinore, tidak ada epistaksis

LEHER
Colli anterior: massa tumor tidak ada
Colli posterior: massa tumor tidak ada

THORAKS:
PARU
Inspeksi: hemithorax kiri sama dengan kanan
Palpasi: Massa tumor tidak ada, vocal fremitus kiri sama dengan kanan
Perkusi: sonor paru kiri sama dengan kanan, batas paru hepar ICS VI
Auskultasi: Bunyi pernafasan bronkovesikuler, tidak ada bunyi tambahan
JANTUNG
Inspeksi: ictus cordis tidak tampak
Palpasi: ictus cordis tidak teraba
Perkusi: batas kanan jantung linea parasternalis dekstra, batas kiri jantung linea
midclavicularis sinistra, batas atas ICS II
Auskultasi: Bunyi jantung I/II murni, regular

ABDOMEN
Inspeksi: datar, ikut gerak nafas, tidak ada massa tumor tidak ada, hematom tidak ada
Auskultasi: peristaltic (+) kesan normal
Palpasi: nyeri tekan tidak ada, tidak ada pembesaran hepar atau lien
Perkusi: nyeri ketok (-)

EKSTREMITAS
Superior : tidak ada kelianan
Inferior : tidak ada kelainan

STATUS UROLOGIS
Regio Costovertebralis :
I : warna kulit sama dengan sekitarnya, alignment tulang belakang kesan baik, gibbus (-),
skoliosis (-).
P : nyeri tekan (-), massa tumor (-)
P : nyeri ketok (-)

Regio supra pubik :


I : Warna kulit sama dengan sekitarnya, edema tidak ada.
P : Nyeri tekan (-), massa tumor (-), buli-buli kesan kosong.
Regio Genitalia externa :
Penis
I : penis sudah disirkum, terpasang kateter 2 cabang 18F, urine berwarna kuning jernih.
P: nyeri tekan (-) massa tumor (-)
Scrotum :
I : warna kulit lebih gelap, edema (-)
P : nyeri tekan (-), massa tumor (-), teraba 2 buah testis, besar normal
Perianal :
I : warna kulit lebih gelap, edema (-)
P : nyeri tekan (-), massa tumor (-)
Rectal Touche :
Sphincter mencekik.
mukosa licin,
Ampulla kosong, tidak kolaps.
Prostat : teraba pembesaran 4 cm, permukaan rata, konsistensi padat kenyal, pool atas
dapat dijangkau dengan bimanual.
HS : feces (-) darah (-)

RESUME
Pasien laki-laki, umur 70 tahun masuk RS dengan keluhan retensi urin. Keluhan ini
dialami sekitar 1 bulan yang lalu. Pasien dipasangi kateter di Puskesmas 2 minggu
kemudian. Kateter dilepas 1 hari kemudian namun pasien masih mengeluhkan tidak bisa
BAK lagi dan dipasang kateter ulang. Pasien juga mengeluh hesistansi, intermitensi,
straining, terminal dribbling, dan frekuensi miksi pada malam hari + 5 kali. Pada
pemeriksaan fisis didapatkan kateter 2 cabang 18 F terpasang pada penis. Pada
pemeriksaan rectal touché didapatkan prostat teraba pembesaran 4 cm, permukaan rata,
konsistensi padat kenyal, pool atas dapat dijangkau dengan bimanual.

DISKUSI
Pasien laki-laki umur 70 tahun datang ke rumah sakit yang dari anamnesa dan
pemeriksaan fisik didapatkan tidak bisa buang air kecil, yang sebelumnya juga terdapat
keluhan hesistansi, intermitensi, straining, terminal dribbling dan nokturia. Terpasang
kateter 18 F 2 cabang, dipasang di Puskesmas sebanyak 2 kali, pada pemeriksaan RT
prostat teraba dengan besar 4 cm, permukaan rata, konsistensi padat kenyal, pool atas
terjangkau dengan bimanual maka diagnosa yang paling mungkin pada penderita ini
adalah Hipertropi Prostat, baik itu yang bersifat jinak maupun ganas.
Selain hipertropi prostat, dapat juga ada kemungkinan diagnosa lain yang menyertai
hipertropi prostat tersebut, seperti:
1. Bladder neck kontraktur
2. Batu buli-buli
3. Tumor buli-buli
Untuk menegakkan diagnosis serta menyingkirkan diagnosis banding pada pasien
ini maka perlu dilakukan pemeriksaan penunjang seperti :
1. USG Abdomen atau Trans Abdomen Ultrasonografi (TAUS), diperlukan untuk
melihat komplikasi dari obstruksi kronis pada vesika urinaria berupa gambaran
hidronefrosis bilateral. Jika pada pemeriksaan USG ditemukan adanya hidronefrosis
unilateral maka dapat dipikirkan adanya kemungkinan lain yang menyebabkan
obstruksi pada saluran kemih bagian atas. USG abdomen juga dapat menilai ukuran
dari prostat itu sendiri. USG Abdomen juga dapat melihat adanya gambaran batu
vesica urinaria serta massa tumor di vesica urinaria. Pemeriksaan ini juga
memberikan gambaran ketebalan dari vesica urinaria, ada atau tidak divertikel buli-
buli. Pada USG Abdomen juga dapat diperiksa Post Void Residual Urin (PVR) pada
pasien yang tidak terpasang kateter.
2. Trans Rectal Ultrasonografi (TRUS), TRUS dapat memberikan informasi
mengenai volume prostat yang lebih akurat daripada TAUS. Pada pemeriksaan
TRUS, volume prostat dapat ditentukan dengan rumus ellipsoid : 0.52 x diameter
anteroposterior x diameter transeversum x diameter sagital.
Dari pemeriksaan ini dapat dilihat ada gambaran kalsifikasi pada prostat, gambaran
hipoechoic pada zona perifer yang merupakan tanda-tanda malignansi. TRUS juga
dapat digunakan untuk melakukan biopsy prostat.
3. Uretrocystoscopy, Dari pemeriksaan ini dapat dilihat adanya batu dan tumor di
vesika urinaria serta pembesaran prostat intravesikel dan intrauretral (kissing
lobe), kontraktur bladder neck, serta trabekulasi dan divertikel. Uretrocystoscopy
dilakukan jika :
a. Keluhan pasien yang berat namun dari pemeriksaan RT ukuran prostat kecil
b. Adanya perdarahan untuk melihat sumber perdarahan.
4. Prostate Specific Antigen (PSA), PSA merupakan pemeriksaan yang spesifik untuk
prostat. PSA digunakan untuk membantu membedakan antara BPH dengan
karsinoma prostat melalui pengukuran rasio PSA bebas/PSA total. Selain untuk
membedakan antara BPH dengan karsinoma prostat, kadar PSA juga dapat
digunakan untuk mengetahui volume prostat.
Normal PSA ada < 4 ng/ml, kadar PSA ini dipengaruhi juga oleh usia, besarnya
massa prostat, instrumentasi uretra, infeksi, biopsy serta Rectal Toucher.
Pasien dengan PSA 4 – 10 ng/ml perlu dilakukan biopsy, prostat.
Di ratio Free Prostat/Total PSA :
- < 15 % dicurigai keganasan
- > 25 % mungkin BPH
- 15 % - 25 % tidak diketahui

Untuk kelengkapan operasi diperlukan pemeriksaan darah rutin, factor pembekuan,


urin rutin, kultur sensitivitas urin, kimia darah sperti fungsi hati, fungsi ginjal, elektrolit,
protein,dan albumin. Foto thoraks, faal paru, dan echocardiography juga perlu
diperiksakan.

Terapi
Terapi pengobatan hipertrofi prostat grade III adalah open prostatektomi

Prognosis
Prognosis BPH baik jika segera ditangani atau dioperasi sebelum terjadi komplikasi.

You might also like