Professional Documents
Culture Documents
KAJIAN PUSTAKA
hilangnya nafsu makan tersebut. Anorexia nervosa adalah suatu gangguan yang
memiliki ketakutan luar biasa bahwa dirinya akan mengalami kegemukan, dan
anorexia kurang tepat karena banyak penderitanya tidak banyak kehilangan nafsu
(Achenbach, sitat dalam Neale, Davison, & Haaga, 1996). Sebaliknya, ketika
dapat membaca buku resep masakan dan mempersiapkan hidangan spesial untuk
15
16
Text Revision (DSM-IV TR) (sitat dalam Davison et al., 2004) adalah sebagai
berikut:
memiliki berat badan yang kurang dari 85% dari berat badan normal
bagian dari tubuh mereka terlalu gemuk. Mereka sangat sering mengukur berat
DSM IV-TR membedakan dua tipe anorexia nervosa (sitat dalam Davison
a. Restricting type. Tipe ini ditandai dengan penurunan berat badan dengan cara
adanya binge eating, yaitu makan secara berlebihan dan purging, yaitu
Brumberg (2000), bulimia berasal dari bahasa Yunani yang berarti lapar seperti
sapi (ox hunger). Bulimia nervosa sering diartikan sebagai binge-purge syndrome
yang terdiri dari episode makan berlebihan (overeating) dan diikuti dengan cara
kompensasi ini dapat berupa olahraga yang berlebihan atau tidak makan selama
ketakutan untuk menjadi gemuk, pemikiran yang tidak tepat terhadap bentuk dan
nervosa tidak memiliki berat badan di bawah normal dan mereka menyadari
bahwa pola makan mereka yang tidak terkontrol itu tidak normal. Mereka
seringkali merasa jijik, tidak berdaya, dan panik pada periode binge (Neale et al.,
normal umumnya dilakukan dengan cara diet, meskipun purging dan olahraga
gemuk meskipun tubuhnya kurus, dan pengurusan badan yang berlebihan pada
mendapatkan menstruasi.
Eating Attitute Test (EAT). EAT adalah skala yang digunakan untuk mengungkap
kecenderungan anorexia nervosa yang disusun oleh Garner dan Garfinkel (1979).
hidupnya.
b. Body image for thinness yaitu citra tubuh untuk menjadi lebih kurus. Salah satu
c. Vomiting and laxative abuse, yaitu upaya mempertahankan berat badan dengan
d. Dieting atau perilaku diet, yaitu membatasi asupan makanan yang dikonsumsi
e. Slow eating, yaitu makan secara perlahan sehingga waktu yang diperlukan
The Eating Attitude Test (EAT) terdiri atas 40 aitem dengan nilai concurrent
validity sebesar 0,89 dan nilai internal consistency reliability sebesar 0,94.
Interpretasi skala ini adalah bila skor total > 30 maka dapat disimpulkan bahwa
Onset adalah asal mula munculnya suatu gangguan (Davison et al., 2004).
Anorexia nervosa umumnya terjadi pada awal hingga pertengahan masa remaja,
dan seringkali timbul setelah episode diet dan terjadinya stres kehidupan (Davison
et al., 2004).
populasi dalam satu waktu (Davison et al., 2004). Beberapa tahun terakhir
dialami oleh siapapun (Sokol & Gray, 1998). Gangguan anorexia nervosa lebih
yang berasal dari kelas sosial menengah dan kelas sosial atas serta memiliki
pemikiran yang sangat terfokus pada makanan (Howatt & Saxton, sitat dalam
Dusek, 1996). Gangguan ini dapat terjadi pada laki-laki tetapi gambaran klinisnya
sebelum menjadi sangat kurus, dan memiliki kemungkinan untuk sembuh yang
suatu penyakit atau gangguan (Davison et al., 2004). Terdapat beberapa penyebab
II.1.5.1.1 Genetik
nervosa 10 kali lebih banyak bila dibandingkan dengan perempuan seusia yang
mengalami (Strober, Freeman, & Morrel, sitat dalam Davison et al., 2004).
gangguan ini (Fichter & Naegel; Holland et al., sitat dalam Davison et al., 2004).
Gen memiliki pengaruh yang lebih besar bila dibandingkan dengan pengaruh
lingkungan untuk terjadinya gangguan anorexia nervosa (Wade et al., sitat dalam
eating disorder seperti ketidakpuasan terhadap tubuh, keinginan kuat untuk kurus,
21
menurun (herritable) (Klump, McGue, & Iacono; Rutherford et al., sitat dalam
seperti emosi-emosi yang negatif, dengan eating disorder (Klump, et al., sitat
dalam Davison et al., 2004). Studi pemetaan genetik menunjukkan bahwa ada
keterkaitan kromosom 1 pada penderita anorexia nervosa (Grice et al., sitat dalam
II.1.5.1.2 Otak
Bagian otak yang mengatur perasaan lapar dan perilaku makan adalah
makan pada hewan ujicoba (Hoebel & Teitelbaum, sitat dalam Davison et al.,
didapatkan dalam kondisi yang tidak normal pada penderita anorexia nervosa.
Namun, kondisi kortisol yang tidak normal ini bukan penyebab terjadinya
menderita kelaparan yang berlebihan yang akan kembali normal kalau berat badan
bertambah (Doerr et al.; Stroving et al., sitat dalam Davison et al., 2004). Pada
penderita anorexia nervosa, mereka sebenarnya masih merasa lapar dan tertarik
Endogeneous opioids adalah zat yang diproduksi oleh tubuh yang dapat
mengurangi rasa sakit, meningkatkan mood, dan menekan selera makan pada
mereka yang memiliki berat badan yang rendah. Opioids dihasilkan saat seseorang
& Luby, sitat dalam Davison et al., 2004). Lebih lanjut, olahraga berlebihan pada
munculnya perilaku tersebut (Davis; Epling & Pierce, sitat dalam Davison et al.,
2004).
terkait dengan perilaku makan dan perasaan kenyang. Penelitian pada hewan
(Kaye, Ebert, Raleigh, & Lake, sitat dalam Davison et al., 2004). Penderita
memperoleh berat badan normal (Attia et al.; Ferguson et al.; Kaye et al., sitat
dengan anorexia nervosa. Obat antidepresan yang diyakini efektif diberikan pada
al., 2004).
bervariasi sepanjang sejarah. Pada abad 17an, tubuh yang ideal adalah tubuh yang
sedikit gemuk. Hingga saat ini, anggapan mengenai bentuk tubuh ideal dari waktu
ini juga berlaku bagi laki-laki meskipun tidak sekuat pada perempuan. Paradoks
yang terjadi adalah, di saat budaya semakin menekankan kekurusan, jumlah orang
yang menjadi overweight meningkat dari tahun ke tahun. Kondisi ini juga
disebabkan adanya perubahan dalam industri makanan dan perubahan gaya hidup
Persentase orang yang berdiet terus meningkat dari tahun ke tahun, baik pada
bentuk tubuh yang kurus sebagai ideal memainkan peranan penting dalam
puas terhadap tubuh mereka. Ketidakpuasan dan tingginya IMT (Indeks Massa
Tubuh ideal yang kurus seperti yang distandarkan oleh masyarakat menyebabkan
orang belajar untuk takut menjadi atau merasa gemuk. Menjadi gemuk memiliki
konotasi yang negatif, contohnya seperti orang yang tidak mampu mengendalikan
diri atau tidak sukses. Orang yang gemuk cenderung dianggap sebagai kurang
pandai dan mempunyai stereotipe sebagai orang yang kesepian, malu, dan rakus
Tubuh perempuan dijadikan sebuah objek dan ini menjadikan perempuan melihat
pandangan orang lain. Perasaan malu dapat timbul saat terdapat ketidaksesuaian
antara diri ideal dan diri sebagai objek. Objektifikasi diri dan perasaan malu akan
a. Gender influences
2004).
persepsi mengenai kekurusan dan citra tubuh pada beberapa negara barat.
agak gemuk karena hal itu menandakan kesuburan dan kesehatan. Perbedaan
Beberapa studi juga menunjukkan bahwa bila perempuan yang berasal dari
besar akan mengalami gangguan makan akan makin besar (Nasser; Yates, sitat
II.1.5.3 Kepribadian
esteem yang rendah dan sifat perfeksionisme. Anorexia nervosa juga mungkin
yang diperoleh saat berdiet atau menekan seksualitas dengan menjadi sangat
kurus.
26
bulimia nervosa, yaitu tinggi pada neuroticism dan anxiety, dan memiliki self
esteem yang rendah. Mereka juga memiliki skor yang tinggi berkaitan dengan
yang kuat (Vitousek & Manke, sitat dalam Davison et al., 2004).
dalam kehidupan dan sebagainya. Anak-anak seperti ini menjadi bingung akan
siapa dirinya dan berdiet dapat dijadikan sumber perasaan kontrol dan identitas
dalam Brumberg, 2000). Orang tua dari penderita anorexia seringkali tidak
mengklarifikasi pernyataan-pernyataan dari orang lain yang tidak jelas (Van Den
merasa yakin bahwa mereka mengerti apa yang diinginkan anak-anak mereka,
konflik atau berada dalam situasi konflik yang kronis. Pandangan Minuchin
(sitat dalam Davidson et al., 2004) anggota keluarga yang mengalami anorexia
perempuan yang memiliki relasi positif dengan salah satu atau kedua orangtuanya
(Swarr & Richards, sitat dalam Santrock, 2003). Relasi orangtua dan anak yang
awal masa remaja (Archibald, Graber, & Brook-Gunn, sitat dalam Santrock,
2003).
menyatakan bahwa adanya konflik dalam keluarga memiliki korelasi yang tinggi
dengan anorexia nervosa yang dialami. Relasi dalam keluarga yang tidak
harmonis juga nampaknya berkaitan dengan gangguan ini karena dalam relasi
yang tidak harmonis, seseorang tidak memiliki dukungan sosial yang cukup.
Kaitan antara karakteristik keluarga dan anorexia nervosa masih belum jelas
manakah diantara keduanya yang merupakan faktor penyebab dan mana yang
merupakan akibat (Wonderlich & Swift, sitat dalam Davison et al., 2004).
anorexia nervosa. Namun adanya kekerasan pada masa kecil ini juga belum
kekerasan yang diterima saat usia masih sangat muda dan dilakukan oleh anggota
Shatran, & Cooper; Garner, Vitousek, & Pike, sitat dalam Davison et al., 2004).
membandingkan diri sendiri dengan orang lain yang sangat menarik berkontribusi
sitat dalam Davison et al., 2004). Kritik dari teman sebaya dan orangtua tentang
berat badan juga menjadi faktor penting untuk menghasilkan dorongan yang kuat
untuk langsing dan citra tubuh yang terganggu (Paxton et al.; Thompson et al.,
tubuh. Dampak dari gangguan anorexia nervosa antara lain tekanan darah
30
menurun, detak jantung menurun, massa tulang berkurang, kulit kering, kuku
rontok, dan cairan tubuh berkurang (Davison et al., 2004). Drevelengas dan
Lambe, dan Mikulis (sitat dalam Weyandt, 2006) mengukur volume cairan
cerebral gray dan white matter pada remaja perempuan penderita anorexia
Tubuh dapat menjadi semakin lemah dan malas, lebih mudah lelah, jantung
oleh gangguan anorexia nervosa sepuluh kali lebih besar dibandingkan populasi
umum yang tidak mengalami gangguan dan dua kali lebih besar bila dibandingkan
anorexia nervosa besarnya sekitar lima persen setelah gangguan muncul selama
5-8 tahun, setelah dua puluh tahun sejak gangguan muncul tingkat kematian
pada elektrolit tubuh, dan bunuh diri (Sokol & Gray, 1998).
al., 2004). Dua per tiga penderita anorexia mengalami perkembangan atau dapat
31
dalam Dusek, 1996). Data lain menyebutkan sekitar tujuh puluh persen penderita
bisa berlangsung selama enam sampai tujuh tahun dan kekambuhan umumnya
terjadi sebelum tercapainya pola makan yang stabil dan dipertahankannya berat
pada beberapa kondisi, diantaranya durasi gangguan yang telah dialami, usia
ini melibatkan faktor fisik dan psikologis (Dusek, 1996). Aspek pertama bertujuan
untuk mengatasi stres terhadap kondisi fisik pada individu dengan harapan hal ini
(Halmi, sitat dalam Dusek, 1996). Aspek kedua berfokus pada faktor psikologis
kuat, relasi yang sesuai dengan anggota keluarga yang dapat dilibatkan dalam
dan gabungan antara medikasi dan penanganan psikologis (Sokol & Gray, 1998;
Davison et al., 2004). Jenis obat yang sering digunakan untuk menangani
anorexia nervosa antara lain jenis antidepresan seperti fluoxetine (prozac) dengan
berupa terapi kognitif perilakuan, terapi interpersonal, dan terapi keluarga. Terapi
interpersonal yang terjadi, misalnya dengan teman atau anggota keluarga. Terapi
keluarga digunakan untuk membantu penderita bila pola relasi dalam keluarga
II.2 Remaja
Remaja (adolescence) berasal dari kata adolescere dalam bahasa Latin, yang
berarti bertumbuh (to grow up) atau tumbuh menjadi dewasa (to grow to
bentuk perilaku dewasa yang dapat diterima secara kultural. Remaja adalah
transisi perubahan biologis antara masa anak-anak dan dewasa. Masa remaja juga
1996).
masa anak-anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia sekitar 10-12
Pertumbuhan pada anak laki-laki terjadi kira-kira dua tahun lebih lambat
pertumbuhan fisiknya pada usia 10,5 tahun sedangkan anak laki-laki rata-rata
pada usia 12,5 tahun. Perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi pada masa
remaja adalah: tinggi badan, berat badan, otot, dan organ-organ seksual (Dusek,
peredaran darah, sistem pernafasan, sistem endokrin, dan jaringan tubuh (Hurlock,
1999).
mereka lebih lambat atau lebih cepat dari teman-teman seusianya (Dusek, 1996).
34
Tabel 1
Dampak Pertumbuhan Fisik yang Lebih Awal atau Terlambat pada Remaja Laki-
Laki dan Remaja Perempuan
mengganggu sebagian besar remaja. Remaja menyadari bahwa daya tarik fisik
berperan penting dalam hubungan sosial. Kesadaran akan adanya reaksi sosial
terhadap berbagai bentuk tubuh menyebabkan remaja tidak puas terhadap bentuk
negative dan kecenderungan gangguan makan (eating disorder). Citra tubuh (body
image) adalah gambaran mental yang dimiliki seseorang tentang tubuhnya yang
kesadaran, dan perilaku yang terkait dengan tubuhnya (Rice, sitat dalam Sukamto,
2006). Citra tubuh merupakan suatu konsep psikologis yang bersifat subjektif,
sehingga konsep ini sebenarnya tidak tergantung pada penampilan fisik. Jadi,
seseorang yang telah berhasil menurunkan berat badan mungkin saja masih
memiliki citra tubuh yang negatif (Rosen, sitat dalam Sukamto, 2006). Secara
lebih spesifik Littleton dan Ollendick (sitat dalam Skemp-Arlt, Rees, Mikat, &
fisik. Citra tubuh yang negatif merupakan salah satu pencetus gangguan anorexia
nervosa, bulimia nervosa, ataupun binge eating umumnya muncul pada masa
tahap pemikiran operasional formal. Remaja lebih mampu untuk berpikir abstrak,
keputusan tidak menjamin keputusan itu akan diterapkan, karena dalam kehidupan
nyata, luasnya pengalaman adalah penting. Remaja perlu lebih banyak peluang
2003).
terutama orang tua, dan teman-teman sebaya. Remaja memang memasuki suatu
dunia yang terpisah dari orang tua, tetapi attachment dengan orang tua
menjelajahi dunia sosial yang lebih luas dengan cara-cara yang sehat. Konflik
dengan orangtua pada taraf yang ringan dapat berfungsi untuk meningkatkan
otonomi dan identitas, tetapi pada taraf yang berat beberapa kasus menunjukkan
adanya dampak negatif pada remaja. Tekanan yang dialami remaja tidak hanya
bersumber dari relasinya dengan orang tua tetapi juga dengan rekan-rekan
sebayanya. Tekanan untuk mengikuti teman-teman sebaya sangat kuat pada masa
peningkatan harga diri. Di sisi lain, remaja yang mandiri juga memperlihatkan
bila tidak ’meledakkan’ emosi di hadapan orang lain, tetapi menunggu saat dan
tempat yang tepat untuk mengungkapkan emosinya dengan cara-cara yang lebih
37
dapat diterima. Kriteria kematangan yang lain adalah remaja harus menilai situasi
secara kritis terlebih dahulu sebelum bereaksi secara emosional (Hurlock, 1999).
lawan jenis dan orang dewasa di luar lingkungan keluarga dan sekolah.
baru, dan nilai-nilai baru dalam dukungan sosial, penolakan sosial, dan seleksi
Salah satu tugas perkembangan penting yang harus dikuasai remaja adalah
agar sesuai dengan harapan sosial tanpa terus dibimbing, diawasi, didorong, dan
Bila ditinjau dari tahap perkembangan moral Kohlberg, masa remaja sudah
lain lebih menjadi fokus penilaian moral daripada konsekuensi fisik. Perilaku pada
tahap ini berbeda dengan tahap sebelumnya (preconventional level) karena anak
tidak hanya bertindak secara konsisten dengan harapan orang lain, tetapi juga
menganggap penting penilaian yang dibuat oleh orang lain (Dusek, 1996). Remaja
yakin bahwa harus ada kelenturan dalam keyakinan moral sehingga dimungkinkan
38
dan ideal yang diinternalisasi. Pada tahap ini moralitas didasarkan pada rasa
hormat kepada orang lain dan bukan pada keinginan yang bersifat pribadi
(Hurlock, 1999).
tahapan perkembangan yang lain. Ciri-ciri tersebut antara lain (Hurlock, 1999):
a. Masa remaja sebagai periode yang penting. Perkembangan fisik dan mental
individu tidak jelas dan terdapat keraguan peran yang harus dilakukan. Pada
masa ini remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa. Pada
antara remaja dan orang tua. Di satu sisi remaja memiliki keinginan hebat untuk
melepaskan diri dari orang tua, di sisi lain, mereka tidak berani mengambil resiko
perubahan secara fisik, minat, dan peran yang diharapkan oleh kelompok
masalah, namun masalah masa remaja sering menjadi masalah yang sulit
diatasi. Kondisi ini disebabkan oleh karena sepanjang masa anak-anak masalah
masalahnya sendiri dan menolak bantuan orangtua dan orang dewasa lainnya.
e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas. Masa remaja mulai terbentuk
identitas diri yang bisa membedakan individu dengan orang lain. Namun pada
masa remaja ini aktivitas berkelompok masih cukup besar dilakukan oleh
akan terjadi krisis identitas. Beberapa cara yang umumnya dilakukan remaja
mudah terlihat. Dengan cara ini remaja menunjukkan identitas dirinya sebagai
sebaya.
f. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistis. Remaja cenderung melihat
dirinya dan orang lain sesuai dengan cara pandangnya sendiri. Sehingga
g. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa. Remaja menjadi gelisah untuk
dewasa. Remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dikaitkan dengan
Hurlock, 1999):
a. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik
b. Mencapai peran sosial laki-laki dan perempuan. Hakikat tugas ini adalah
remaja dapat menerima dan belajar peran model sosial sebagai pria atau wanita
c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan secara efektif. Hakikat tugas ini
h. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai dasar untuk berperilaku
perilaku manusia yang tidak adaptif. Terapi kognitif menekankan pada asumsi
bahwa masalah psikologis yang dialami oleh individu didasari oleh adanya
perilakuan, penderita dibantu untuk mengenali pola pemikiran yang negatif dan
perilaku yang tidak adaptif (Hawton, Salkovskis, Kirk, & Clark, 1991).
yang bertujuan mengubah perilaku yang kurang adaptif dengan cara mengubah
Gollan, Gortner, & Prince, sitat dalam Yuwanto, 2006). Behavioral activation
perilaku yang lebih adaptif. Automatic thoughts (AT), yaitu proses yang
pemikiran. Jadi bila ingin mengubah perilaku yang maladaptif, maka tidak hanya
gabungan dari terapi kognitif dan terapi perilaku, termasuk di dalamnya antara
sama. Tujuan terapi kognitif perilakuan adalah mengubah perilaku yang kurang
(Hazlett-Stevens & Craske, sitat dalam Bond & Dryden, 2002). Penanganan untuk
pada kondisi lingkungan dan kondisi internal. Perubahan perilaku yang tidak
adaptif harus disertai dengan perubahan kognitif (Goldfried & Davison, sitat
dalam Bond & Dryden, 2002). Restrukturisasi kognitif merupakan istilah umum
untuk mengubah pola pemikiran yang diduga menyebabkan gangguan emosi atau
perilaku (Davison et al., 2004). Pengenalan terhadap kognisi yang dimiliki oleh
bila dibandingkan dengan teknik intervensi lain adalah lebih efisien, biaya yang
intervensi bisa diterapkan secara mandiri oleh klien dengan didampingi pemberi
diberikan melalui program komputer (computer assist therapy). Jumlah sesi dalam
terapi kognitif perilakuan sifatnya fleksibel bisa ditambah atau dikurangi bila
Garner dan Bemis (sitat dalam Bowers, Evans, Le Grange, & Andersen,
penanganan, (2) interaksi antara elemen fisik dan psikologis, (3) konsep diri yang
negatif, (4) keyakinan yang tidak tepat mengenai makanan dan berat badan, dan
nervosa (Garner, Vitousek, & Pike; Wilson, Fairburn, & Agras, sitat dalam
Bowers, Evans, Le Grange, & Andersen, 2003). Salah satunya Vitousek dan
Edwald (sitat dalam Spangler & Hoyal, 2005) yang mengajukan beberapa tahapan
pertama membentuk komitmen dan motivasi penderita untuk berubah. Tahap ini
terapi atas paksaan atau ancaman orang lain. Motivasi dapat ditingkatkan melalui
dietary restriction. Tahap kedua bertujuan untuk menormalkan pola makan dan
berat badan penderita. Setelah motivasi dan relasi kolaboratif terbentuk, terapis
yang sehat, dan meminta penderita untuk mencatat berat badannya setiap minggu.
pikiran dan perasaan yang muncul melalui perilaku tersebut. Metode yang dapat
digunakan untuk memperbaiki pola makan antara lain pendekatan yang baik
terkait dengan berat badan, makanan, dan citra tubuh. Beberapa cara yang dapat
efektif atau kemajuan yang telah dicapai dengan menggunakan terapi yang telah
untuk menangani penderita anorexia nervosa menurut Garner dan Bemis (sitat
dalam Bowers, Evans, Le Grange, & Andersen, 2003) adalah sebagai berikut.
46
Fairburn dan Hope (sitat dalam Hawton, Salkovskis, Kirk, & Clark, 1991)
1. Tahap pertama
pengungkapan kondisi penderita saat ini. Hal-hal yang harus dilakukan antara
lain:
a. Pertemuan pertama
b. Pertemuan kedua
2. Tahap kedua
dilakukan meliputi:
b. Restrukturisasi kognitif
3. Tahap ketiga
interval dua minggu. Tujuan dari tahap ketiga adalah untuk meyakinkan,
validitas terapi kognitif perilakuan pada anorexia nervosa (Leung, Waller, &
Thomas, 1999). Menurut Waller dan Kennerley (2003) terbatasnya bukti yang
behavior. Penting pula untuk diperhatikan bahwa beberapa studi hanya meneliti
penderita anorexia nervosa tipe restrictive, sedangkan studi yang lain melibatkan
bulimic.
Robin dan koleganya (sitat dalam Patel, Pratt, & Greydanus, 2003)
meninjau literatur mengenai gangguan makan pada anak, remaja, dan dewasa.
tidak ada bukti empiris yang mendukung keefektifan terapi kognitif perilakuan
pada remaja.
dapat memperoleh manfaat dari terapi kognitif perilakuan. Safran dan Segal (sitat
klien diperlukan untuk menyesuaikan terapi kognitif perilakuan dengan style dan
terapis.
Hal ini menunjukkan bahwa ada klien-klien yang lebih sesuai dengan
bentuk psikoterapi yang lain (seperti pendekatan analitis, sistemis, sosial, dan
farmakologis) dan tugas terapis ialah menentukan penanganan yang paling tepat
Freeman, Felgoise, Nezu, Nezu, dan Reinecke (2005). Mereka menyatakan bahwa
psikosis, dan beberapa permasalahan yang muncul pada usia lanjut seperti
demensia.
gangguan depresi pada berbagai macam pasien lanjut usia (Laidlaw, Thompson,
Grange, & Andersen, 2003). Menurut Faucher (n.d.) terapi kognitif perilakuan
telah diterapkan pada individu yang mengalami gangguan makan, obesitas, body
dismorphic disorder, dan mereka yang memiliki berat badan normal serta
Anorexia Nervosa
mencatat waktu, tempat, situasi, dan jenis makanan yang terkait dengan
perilaku makan.
dengan berat badan ideal yang sehat, dampak fisik dan psikologis dari
munculnya perilaku binge dan purging. Strategi yang bisa dilakukan dengan
atau mencegah keinginan untuk binge dan purging. Misalnya dengan berjalan-
melakukan relaksasi.
52
perilaku makan yang sehat dan mencegah terus berlangsungnya perilaku diet
ketat penderita.
periodik.
& Fairburn, sitat dalam Bowers, Evans, Le Grange, & Andersen, 2003). Terapi
ini dilakukan dalam kelompok dengan seorang terapis atau program dapat dikelola
oleh pasien secara mandiri melalui kontak yang cukup dengan terapis. Terapi
mengenai penampilan tubuhnya (misalnya ukuran dan bentuk) dan sikap yang
53
Rosen, sitat dalam Sukamto, 2006). Citra tubuh yang negatif memiliki asosiasi
dengan anorexia dan bulimia nervosa. Distorsi kognitif pada penderita anorexia
nervosa membuat mereka memiliki citra tubuh yang negatif. Mereka selalu
merasa kurang puas dengan tubuhnya karena apa yang ada di benak mereka
adalah bahwa mereka belum cukup kurus. Mereka tidak dapat melihat penampilan
tubuh sesuai kenyataan yang sebenarnya. Anorexia nervosa umumnya terjadi pada
awal hingga pertengahan masa remaja dan gangguan ini lebih sering dialami
perkembangan dan menekankan peran kognisi sebagai perantara dari emosi yang
negatif dan perilaku tidak adaptif (Garfinkel & Garner, 1982; Garner, 1985;
Garner & Bemis, 1982; Garner et al., 1997; Vitousek & Orimoto, 1993, Wilson et
individu dan membantu individu mempelajari perilaku baru yang lebih adaptif.
Terapi ini dapat mengatasi distorsi kognitif yang umumnya dijumpai pada
penderita anorexia nervosa (Garner, Garfinkel, & Berris, sitat dalam Craighead et
al., 1994). Terapi kognitif perilakuan pada citra tubuh terbukti efektif untuk
dan mereka yang memiliki berat badan normal serta memiliki perasaan negatif
mengenai studi tersebut yang dipublikasikan (Garner et al., sitat dalam Bowers,
subjek ke dalam dua kelompok dengan perlakuan berbeda, yaitu terapi kognitif
adalah terapi kognitif perilakuan memberikan hasil yang lebih baik dan lebih
konseling gizi.
II.5 Hipotesis